• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dunia saat ini menuntut peningkatan mutu sumber daya manusia. Peningkatan mutu sumber daya manusia merupakan hal yang sangat krusial sebab kualitas dari manusia yang potensial dan produktif adalah aset dan modal terbesar dalam menentukan maju tidaknya suatu bangsa. Potensi tersebut dapat digali dan dikembangkan dengan adanya proses pendidikan yang efektif yang dikelola dengan mempertimbangkan potensi peserta didik secara menyeluruh. Pemerintah melakukan berbagai upaya guna mendukung peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia, upaya-upaya tersebut diterapkan di semua jenjang pendidikan baik di tingkat sekolah dasar, sekolah menengah, dan perguruan tinggi. Salah satu yang sedang gencar dicanangkan pemerintah adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Sebuah kajian program pemerintah tentang proporsi antara SMA dan SMK tahun 2015 adalah 30:70, dengan proporsi tersebut APBN yang dikeluarkan pemerintah untuk pembangunan infrastruktur dan penyediaan tenaga kependidikan SMK juga lebih besar dari SMA, hal ini juga sebanding dengan harapan pemerintah yang lebih untuk lulusan SMK itu sendiri.

Realita saat ini sudah pada tahapan dimana teknologi bukanlah menjadi barang asing yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Penggunaannya banyak dimanfaatkan untuk membuat pekerjaan manusia menjadi lebih mudah dengan waktu yang lebih cepat. Oleh karena itu, beberapa tahun belakangan ini pemerintah banyak membuka bidang keahlian baru pada jenjang SMK yaitu bidang keahlian teknologi informasi dan komputer dengan jumlah 5686 sekolah yang bercabang menjadi empat kompetensi keahlian yaitu rekayasa perangkat lunak (RPL), teknik komputer dan jaringan (TKJ), multimedia, serta animasi sehingga diharapkan dapat mencetak sumber daya manusia unggul untuk menjawab tantangan perkembangan IPTEK saat ini.

Lulusan SMK dituntut untuk menguasai skill sehingga diharapkan siap bersaing dan mencetak lulusan yang berkualifikasi unggul, terampil, kompeten di

(2)

bidangnya dan diharapkan pula menciptakan lapangan pekerjaan sendiri. Salah satu skill yang penting diantaranya adalah pemrograman. Pada kurikulum 2013 mata pelajaran pemrograman dasar dengan kompetensi dasar yang ada menuntut peserta didik untuk dapat membuat kode program dengan menerapkan tiga kontrol program yaitu kontrol percabangan, kontrol perulangan, dan kontrol peloncatan. Sebelum peserta didik mendapatkan kompetensi dasar penerapan kontrol program, peserta didik diberi materi konsep-konsep algoritma pada semester sebelumnya. Dalam memahami ketiga fungsi tersebut tentu peserta didik akan kesulitan memahami ketiganya apabila penguatan materi konsep algoritma pada semester sebelumnya masih belum dipahami secara optimal.

Kondisi yang digambarkan sebelumnya juga terjadi di SMK Negeri 6 Surakarta kelas X MM 1 dan X MM 2, saat observasi peneliti melakukan wawancara dengan guru pemrograman dasar yang mengajar di kelas X semester gasal Ibu Yuliyani Siyamtiningtyas,S.Kom.,M.Cs pada tanggal 20 Oktober 2015. Dari hasi wawancara diperoleh kesimpulan bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran pemrograman dasar dari tahun ke tahun cenderung rendah. Tidak jauh berbeda halnya dengan peserta didik yang saat ini sedang duduk di kelas X MM 1 dan X MM 2, mereka pun memiliki kendala yang sama dalam pembelajaran pemrograman dasar di semester gasal tahun ajaran 2015/2016 ini.

Kondisi tersebut diperkuat dengan nilai Ujian Akhir Semester (UAS) Semester Gasal peserta didik di kelas X MM 1 dan X MM 2 mata pelajaran pemrograman dasar yang mencakup kompetensi dasar konsep algoritma, konsep kontrol percabangan, dan kontrol perulangan yang masih banyak nilai di bawah standar Kriteria Kelulusan Minimal (KKM), dengan perincian data yang terdapat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1 Data Hasil Nilai Ujian Akhir Semester Gasal Pemrograman Dasar Tahun Ajaran 2015/2016

Kelas Rata-rata Jumlah Peserta didik lulus KKM ≥ 75 Persentase

X MM 1 48 0 0%

X MM 2 44 0 0%

(3)

Dari Tabel 1.1 dengan cakupan kompetensi dasar konsep algoritma dapat dilihat peserta didik yang lulus Kriteria Ketuntatasan Minimal (KKM) pada kelas X MM 1 dan kelas X MM 2 sebanyak 0%. Hal ini tentu sangat jauh dari suksesnya ketercapaian tujuan pembelajaran pemrograman dasar, serta menunjukkan bahwa prestasi belajar algoritma peserta didik cenderung rendah. Peneliti mendapati bahwa peserta didik masih memiliki kendala dalam memahami materi konsep algoritma yang disebabkan oleh faktor yang berasal dari dalam dan faktor yang berasal dari luar. Salah satu penyebab faktor dari luar adalah kurang cocoknya antara penerapan strategi pembelajaran dengan kemampuan, motivasi, dan karakteristik peserta didik. Model yang digunakan selama pembelajaran ini adalah Discovery Learning. Sedangkan model Discovery Learning sendiri adalah bentuk kegiatan atau pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya tidak melalui pemberitahuan, tetapi dengan ditemukan sendiri. Siswa juga dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri. Dalam menemukan konsep, siswa melakukan pengamatan, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, menarik kesimpulan dan sebagainya untuk menemukan beberapa konsep atau prinsip (Cahyo: 2013).

Di dalam proses belajar, Bruner yang dikutip Slameto (2003) menjelaskan bahwa untuk menunjang proses belajar, lingkungan perlu memfasilitasi rasa ingin tahu siswa pada tahap eksplorasi yang dinamakan discovery learning environment. Berdasarkan fakta di atas pelaksanaan model discovery learning di kelas X MM 1 dan X MM 2 yang diterapkan kurang begitu efektif dari segi waktu dan penerapannya masih terlalu monoton sehingga tidak ada pengembangan untuk menumbuhkan antusiasme siswa. Dari fakta-fakta tersebut model discovery yang diterapkan cenderung kurang cocok dalam pengimplementasian pembelajaran pemrograman dasar yang mayoritas materi bersifat praktek.

Pemilihan strategi pembelajaran akan lebih baik mempertimbangkan faktor-faktor yang sudah dipaparkan di atas agar tujuan dari pembelajaran dapat dicapai, serta menanamkan pada diri mereka untuk lebih giat dalam mempelajari konsep algoritma pemrogaman, dengan formulasi kombinasi model dan strategi

(4)

pembelajaran yang tepat agar suasana kelas menjadi lebih menyenangkan. Saat suasana kelas menyenangkan diharapkan pemahaman konsep kontrol percabangan peserta didik dapat diserap optimal. Sehubungan dengan hal tersebut yang dikaitkan dengan kesimpulan penelitian Mustika (2015) menyatakan bahwa model Project Based Learning (PjBL) dapat menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik daripada model Group Investigation (GI) pada materi bangun ruang.

Penelitian ini dilaksanakan pada kompetensi dasar menerapkan struktur kontrol percabangan dalam bahasa pemrograman di kelas X semester 2. Materi pokok dalam kompetensi dasar tersebut meliputi struktur kontrol percabangan 1 kondisi, 2 kondisi, lebih dari 2 kondisi, dan bersarang. Pada kompetensi dasar ini pembelajaran yang dilaksanakan mengacu pada lima pendekatan saintifik, prosesnya mencakup kegiatan 5M (mengamati, menanya, mengeksplorasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan). Strategi yang memiliki kemungkinan sesuai dengan pemahaman struktur kontrol percabangan adalah model Project Based Learning (PjBL). Model Project Based Learning memberi kesempatan dalam membangun konstruktivisme peserta didik mengenai pengetahuan dan pemahaman konsep kontrol percabangan menurut cara belajarnya sendiri, serta dapat menghasilkan suatu produk. Dengan PjBL peserta didik akan merasa lebih tertantang dalam menyelesaikan kasus-kasus yang diberikan guru dan diharapkan dapat meningkatkan antusiasme belajar serta mempermudah dalam memahami pengetahuan konsep kontrol percabangan pemrograman.

Akan tetapi, terlalu banyak diskusi tanpa penguatan teori juga menyebabkan peserta didik kurang mendapatkan pemahaman konsep kontrol percabangan dengan baik. Apalagi kendala yang berasal dari dalam seperti minat, anggapan pemrograman sebagai hal yang sulit, dan dengan latar belakang peserta didik yang berasal dari jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) dimana belum dikenalkan materi pemrograman sebelumnya. Teknik pembelajaran College Ball merupakan salah satu cara untuk menguatkan pemahaman konsep melalui pengulangan materi, dengan perulangan materi yang diajarkan diharapkan peserta didik dapat memahami konsep kontrol percabangan dengan lebih mudah dan lebih lama menyimpan suatu informasi dalam memori ingatannya. Cara mengevaluasi

(5)

pemahaman atau penguasaan suatu materi dengan memadukan unsur permainan dan kompetisi sehingga pembelajaran College Ball menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan, peserta didik merasa bersemangat dan memiliki keinginan belajar yang lebih tinggi untuk terus menggali pengetahuan dan pemahaman mereka (Wanny: 2015).

Selain faktor yang berasal dari model pembelajaran yang diterapkan, faktor internal seperti minat juga menjadi faktor yang menentukan tercapainya kesuksesan prestasi belajar peserta didik. Menurut Ernawati (2010), peserta didik yang menaruh minat besar terhadap mata pelajaran tertentu akan memusatkan perhatian yang intensif terhadap materi itu yang memungkinkan peserta didik untuk belajar lebih giat dan akhirnya mencapai prestasi belajar yang diinginkan. Dari hasil observasi saat pembelajaran memang banyak terlihat peserta didik yang kurang berminat terhadap mata pelajaran pemrograman dasar, seperti fokus mereka terhadap penjelasan dari guru yang kurang. Hal ini bisa jadi menjadi penyebab nilai prestasi belajar mereka rendah.

Berkaitan dengan latar belakang masalah di atas, maka peneliti mengambil judul skripsi “Eksperimentasi Discovery Learning dan Project Based Learning Kombinasi College Ball Ditinjau dari Minat pada Materi Kontrol Percabangan Peserta Didik Kelas X SMK Negeri 6 Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka peneliti merumuskan beberapa permasalahan yang muncul :

1. Dalam proses pembelajaran guru yang sudah menerapkan kurikulum 2013 menggunakan model Discovery Learning pada kenyataannya masih ditemukan kondisi kelas yang kurang kondusif saat berdiskusi.

2. Adanya faktor internal dari peserta didik seperti minat rendah sehingga antusiasme saat pembelajaran pemrograman dasar juga rendah.

3. Peserta didik banyak belajar dengan cara penugasan yang tidak disertai dengan penguatan materi di awal proses pembelajarannya.

(6)

4. Prestasi belajar peserta didik di kelas X MM 1 & X MM 2 SMK Negeri 6 Surakarta mengenai konsep algoritma cenderung masih rendah.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang telah ditemukan di atas peneliti hendak mengkaji lebih dalam mengenai hal-hal yang berkaitan dengan prestasi belajar peserta didik mengenai materi konsep kontrol percabangan, ruang lingkup penelitian ini dibatasi oleh tiga variabel, yaitu :

1. Variabel bebas meliputi model pembelajaran dengan model Discovery Learning, kombinasi model Project Based Learning dan teknik College Ball dimana strategi pembelajaran aktif yang akan diuji cobakan dan dilihat pengaruhnya pada prestasi belajar peserta didik kelas X.

2. Variabel bebas meliputi minat peserta didik saat mengikuti kompetensi dasar konsep kontrol percabangan mata pelajaran pemrograman dasar.

3. Variabel terikat adalah prestasi belajar materi kontrol percabangan peserta didik.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah disebutkan di atas, maka rumusan masalah yang akan diajukan dalam penelitian ini adalah :

1. Adakah perbedaan secara signifikan antara penerapan model pembelajaran Discovery Learning dan model Project Based Learning dikombinasi teknik College Ball terhadap prestasi belajar peserta didik pada materi kontrol percabangan SMK Negeri 6 Surakarta dalam mengikuti mata pelajaran pemrograman dasar Tahun Ajaran 2015/2016?

2. Adakah perbedaan yang positif dan signifikan antara kategori minat terhadap prestasi belajar peserta didik pada materi kontrol percabangan? 3. Adakah perbedaan antara model pembelajaran dan minat secara

bersama-sama terhadap prestasi belajar peserta didik pada materi kontrol percabangan?

(7)

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Mengetahui perbedaan pengaruh penerapan model pembelajaran Discovery Learning dengan model Project Based Learning yang dikombinasikan teknik College Ball terhadap prestasi belajar peserta didik pada materi kontrol percabangan dan minat SMK Negeri 6 Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016.

2. Mengetahui ada tidaknya perbedaan pengaruh kategori minat tinggi, sedang, dan rendah peserta didik terhadap prestasi belajar kontrol percabangan.

3. Mengetahui ada tidaknya interaksi antara model pembelajaran dan minat secara bersama-sama terhadap prestasi belajar kontrol percabangan pemrograman.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat serta dampak positif terhadap perkembangan pendidikan di jenjang sekolah menengah kejuruan di masa yang akan datang, beberapa diantaranya:

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini memberikan sumbangan bagi bidang studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer dalam mengimplementasikan mata kuliah pemrograman terstruktur.

b. Hasil penelitian dapat dijadikan untuk rujukan penelitian selanjutnya yang relevan dan berhubungan dengan penerapan strategi pembelajaran aktif pada umumnya dan model Project Based Learning serta teknik College Ball pada khususnya.

c. Hasil penelitian dapat memperkuat teori mengenai model pembelajaran Project Based Learning dan teknik College Ball.

(8)

2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru

Memberi masukkan dan pilihan untuk guru dalam menerapkan strategi pembelajaran aktif saat kegiatan belajar mengajar di kelas sebagai upaya meningkatkan prestasi belajar peserta didik pada materi struktur kontrol percabangan.

b. Bagi Peserta Didik

Meningkatkan prestasi belajar peserta didik mengenai struktur kontrol percabangan mata pelajaran pemrograman dasar melalui kombinasi model Project Based Learning dan teknik College Ball.

Gambar

Tabel 1.1   Data Hasil Nilai Ujian Akhir Semester Gasal Pemrograman  Dasar Tahun Ajaran 2015/2016

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan: Mengetahui proporsi pasien VPPJ yang mengalami kesembuhan satu minggu setelah menjalani terapi reposisi kanalit dengan dan tanpa tambahan latihan Brandt

Texas Holdem is a 5 card poker game, but instead of each layer being dealt 7 cards, the dealer deals 5 cards in the center of the table, these cards are used by all the players to

Farmakope Herbal Indonesia Edisi I, Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.. ‘Pengaruh ekstrak beberapa tanaman antidisentri dan antidiare terhadap

STANDARDISASI EKSTRAK ETANOL HERBA KEMANGI ( Ocimum basilicum var. album) merupakan salah satu tumbuhan alam yang dapat dimanfaatkan sebagai tanaman obat tradisional dan

The statistics result of the interaction effect between method the score gain by the students showed on F value or F-test was 0.843 since significant (Sig.) was 0.364 >

Gambar (c) merupakan hasil hidrolisis dengan kombinasi perlakuan konsentrasi asam yang lebih tinggi (0.5 M), waktu kontak lebih lama (total waktu 5`), dan menggunakan

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mendapatkan suhu dan lama penyeduhan teh putih yang menghasilkan seduhan dengan polifenol total tinggi aktivitas antioksidan atau

Dalam konteks wacana percakapan yang tidak berimbang tersebut, upaya yang dilakukan penutur untuk membangun koherensi wacana menarik untuk dikaji lebih lanjut.. Fokus penelitian