BAB III
METODOLOGI
3.1 Lokasi PenelitianPenelitian ini dilakukan di IUPHHK-HA PT. Ratah Timber, Kecamatan Long Hubung, Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur (Lampiran 14). Waktu penelitian dilakukan selama empat bulan dari April sampai Juli 2011.
3.2 Objek dan Alat Penelitian
Objek penelitian adalah besarnya kerusakan tegakan tinggal yang terjadi setelah kegiatan pemanenan kayu yang menggunakan metode pemanenan RIL dan CL.
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, sebagai berikut: 1. Pita meter untuk mengukur jarak lapang
2. Peta kerja, peta sebaran pohon, peta topografi, peta rencana jalan sarad, dan peta realisasi jalan sarad untuk perencanaan pemanenan
3. Kompas untuk mengukur azimuth
4. Patok untuk menandai batas plot penelitian di lapangan 5. Label pohon sebagai identitas pohon
6. Tally sheet untuk pencatatan hasil di lapangan 7. Alat tulis
8. GPS untuk menentukan batas sudut plot pengamatan dan untuk mengetahui jalur penyaradan
9. Klinometer untuk mengukur kemiringan lapangan
10.Tambang untuk pengukuran jarak pada survei lapangan
11.Haga untuk mengukur tinggi pohon
12.Tabel koreksi jarak untuk penambahan jarak lapang pada kelerengan tertentu
13.Kamera untuk dokumentasi
14.Software Arcview 3.2, Global Mapper 10, Map Source 3.0 untuk pemetaan dan
3.3 Batasan Masalah Penelitian
Kerusakan tegakan tinggal diukur pada pohon yang terkena dampak operasi penebangan dan penyaradan. Pohon yang dimaksud adalah pohon berdiameter ≥ 20
cm. Penebangan mekanis dilakukan menggunakan chainsaw dan penyaradan
dilakukan menggunakan bulldozer CAT D7G.
3.4 Desain Petak dan Plot Pengamatan
Petak penelitian terdiri dari empat petak tebang yang masuk ke dalam RKT PT. Ratah Timber tahun 2010 dan 2011, masing-masing dua petak untuk penebangan menggunakan metode CL dan metode RIL. Petak tebang yang menggunakan metode CL berada pada RKT tahun 2010 dan petak tebang yang menggunakan metode RIL berada pada RKT tahun 2011. Hal ini karena seluruh petak tebang tahun 2011 harus menggunakan metode RIL, sehingga data yang diambil untuk metode CL harus pada petak tebang RKT 2010 yang tidak menerapkan metode RIL.
Petak tebang yang diamati atau dilakukan penebangan dipilih secara purposive. Pada masing-masing petak yang terpilih dibuat plot pengamatan berukuran 100 m x 100 m sebanyak 10 plot untuk masing-masing metode pemanenan. Petak tebang yang terpilih pada metode pemanenan CL adalah petak J5 (4 plot) dan J15 (6 plot), sedangkan plot pengamatan metode pemanenan RIL dibuat pada petak P36B (5 plot) dan P38 (5 plot). Jumlah seluruh plot adalah 20 buah. Plot yang diambil mewakili kelerengan yang berbeda, kerapatan tegakan yang berbeda dan intensitas penebangan yang berbeda.
3.5 Tahapan Penelitian
3.5.1 Pemanenan menggunakan metode RIL
1. Survei penentuan lokasi penelitian (petak tebang dan plot pengamatan) pada peta areal kerja yang masuk ke dalam RKT PT. Ratah Timber tahun 2010 dan 2011.
a.Plot yang diambil mewakili kelerengan yang berbeda, kerapatan tegakan yang berbeda dan intensitas pemanenan yang berbeda.
2)Kerapatan tegakan berkisar antara 28 pohon/ha sampai 64 pohon/ha 3)Intensitas pemaenan berkisar antara 2 pohon/ha sampai 9 poho/ha.
b.Batas petak penelitian ditetapkan berada dekat dengan jalan angkutan sehingga memudahkan akses ke lokasi penelitian.
c.Titik sudut batas masing-masing plot direncanakan lengkap dengan koordinat GPS.
2. Pembuatan plot pengamatan di lapangan.
a.Penentuan lokasi sudut batas plot dengan GPS.
b.Penandaan plot pengamatan di lapangan menggunakan patok yang terbuat dari kayu pada tiap sudut sisi plot sebagai tanda batas.
c.Pembatasan plot dengan memberi tanda berupa cat berwarna kuning pada pohon berdiameter 3 sampai 10 cm.
d.Pada setiap plot pengamatan dilakukan pengecekan pohon yang masih berdiri dan tunggak untuk memeriksa kebenaran data LHC perusahaan.
e.Pada plot menggunakan metode pemanenan RIL tidak dilakukan pengukuran
topografi karena telah tersedia peta rencana pemanenan yang mencakup peta kontur.
3. Pembuatan jalur-jalur rintisan, pengecekan pohon yang masih berdiri dan tunggak dan survei kemiringan lapangan (topografi) pada plot pengamatan. Pada tahap ini diperlukan sebuah tim untuk pengukuran di lapangan, yaitu 1 orang perintis dan penentu azimut (compassman); 1 orang penarik tali untuk menandai setiap titik untuk ukuran tali dan untuk mengecek akurasi dari arah azimuth yang telah dibuat oleh compassman; 2 orang pemeriksa pohon yang masih berdiri dan tunggak, 2 orang untuk menentukan kemiringan lapangan serta pencatatannya dan memberi label pada pohon. Pengenal jenis harus berkoordinasi dengan pemberi label di lapangan.
4. Perencanaan pemanenan kayu menggunakan metode RIL pada peta sebaran
pohon dan peta kontur skala 1 : 2000.
Perencanaan pemanenan kayu menggunakan metode RIL meliputi perencanaaan jaringan jalan sarad dan arah rebah pohon di atas peta kontur yang di dalamnya terdapat peta sebaran pohon.
a. Membuat sketsa trase sarad pada peta pohon dengan memperhatikan konfigurasi lapangan, penyebaran pohon dan topografi lapangan
b. Menetapkan tim survei trase sarad yang melaksanakan pembuatan
lintasan/rintisan trase sarad.
5. Pelaksaan pemanenan kayu di petak penelitian pemanenan kayu
a. Penandaan rencana jalan sarad di lapangan
1) Memplotkan hasil sketsa trase sarad di atas peta ke lapangan. Rencana jalan sarad di atas peta dipindahkan ke lapangan dengan menggunakan peta rencana pemanenan kayu, kompas, klinometer dan pita meter. 2) Membuat rintisan dan penandaan dengan pita merah di lapangan sesuai
dengan rencana yang telah dibuat. Hasilnya berupa penandaan dengan pita merah yang diikatkan atau diselipkan pada pohon yang akan dilewati jaringan jalan sarad.
b. Penandaan arah rebah
Arah rebah ditentukan agar memudahkan penyaradan dan tidak memotong jalan sarad. Arah rebah dibuat dengan sudut 45° sampai 60° terhadap sumbu jalan sarad. Arah rebah juga diusahakan tidak merusak tegakan tinggal dan arah rebah dikondisikan dengan topografi lapangan.
c. Penebangan
1) Perebahan pohon dilakukan sesuai dengan arah rebah yang telah direncanakan. Penebangan dimulai dari pohon yang dekat dari TPn.
2) Persiapan penebangan difokuskan pada keselamatan kerja dan
efisiensi penebangan.
3) Tinggi tunggak diusahakan seminimum mungkin.
4) Pemotongan tajuk dan pembagian batang mengikuti prosedur yang berlaku sehingga dapat memaksimalkan volume dan nilai kayu yang dipanen.
d. Penyaradan
1) Sebelum memulai penyaradan, operator bulldozer mengkonstruksi jalan sarad.
3) Bulldozer sedapat mungkin tetap berada di atas jalan sarad dan tetap menggunakan jalan sarad yang telah dibuat.
4) Sedapat mungkin mengoptimalkan penggunaan winch (bulldozer
dilengkapi winch tidak kurang dari 30 m)
5) Kayu-kayu yang paling jauh dari TPn disarad terlebih dahulu. 6. Pengukuran kerusakan tegakan tinggal akibat penebagan.
7. Pengukuran panjang dan lebar jalan sarad yang telah dibuat pada proses penyaradan.
Bagan alir pemanenan kayu menggunakan metode RIL seperti disajikan pada gambar 1.
Penentuan lokasi penelitian (petak tebang dan plot pengamatan)
Pembuatan plot di lapangan
Pembuatan jalur pengukuran topografi
Pengecekan tunggak dan pohon berdiri pada plot
Penandaan jalan sarad di lapangan
Penebangan dan penyaradan
Pengamatan dan pencatatan kerusakan tegakan dan keterbukaan lahan akibat kegiatan pemanenan
3.5.2 Pemanenan menggunakan metode CL
1. Survei penentuan lokasi penelitian (petak tebang dan plot pengamatan) pada peta areal kerja yang masuk ke dalam RKT PT. Ratah Timber tahun 2010. a. Plot yang diambil mewakili kelerengan yang berbeda, kerapatan tegakan
yang berbeda dan intensitas penebangan yang berbeda. 1)Kelerengan lahan berkisar antara 18,54 % sampai 69,02%
2)Kerapatan tegakan berkisar antara 26 pohon/ha sampai 47 pohon/ha 3)Intensitas pemaenan berkisar antara 2 pohon/ha sampai 9 poho/ha.
b. Petak penelitian ditetapkan terdapat di pinggir jalan angkutan sehingga memudahkan akses ke lokasi penelitian.
c. Titik sudut batas masing-masing plot direncanakan lengkap dengan koordinat GPS.
2. Pembuatan plot pengamatan di lapangan.
a. Menentukan lokasi sudut batas plot dengan GPS.
b. Mematok tiap sudut sisi plot dengan patok kayu sebagai tanda batas plot pengamatan di lapangan.
c. Membatasi plot dengan memberi tanda berupa cat berwarna kuning pada pohon berdiameter 3 sampai 10 cm.
d. Memeriksa kembali pohon yang masih berdiri dan tunggak pada setiap plot pengamatan untuk memeriksa kebenaran data LHC perusahaan.
e. Mengukur kelerengan lahan pada plot menggunakan metode pemanenan CL
untuk menghasilkan peta kontur yang berguna dalam penentuan besarnya kelerengan lahan pada masing-masing plot.
3. Pembuatan plot pengamatan di lapangan.
Pada tahap ini diperlukan sebuah tim untuk pengukuran di lapangan, yaitu 1 orang perintis dan penentu azimut (compassman); 1 orang penarik tali untuk menandai setiap titik untuk ukuran tali dan untuk mengecek akurasi dari arah azimuth yang telah dibuat oleh compassman; 2 orang pemeriksa pohon yang masih berdiri dan tunggak, 2 orang untuk menentukan kemiringan lapangan serta pencatatannya dan memberi label pada pohon. Pengenal jenis harus berkoordinasi dengan pemberi label di lapangan.
5. Pengukuran panjang dan lebar jalan sarad.
Bagan alir pemanenan kayu menggunaka metode CL seperti disajikan pada gambar 2.
Penentuan lokasi penelitian (petak tebang dan plot pengamatan)
Pembuatan plot di lapangan
Pembuatan jalur pengukuran topografi
Pengecekan tunggak dan pohon berdiri pada plot
Pengamatan dan pencatatan kerusakan tegakan dan keterbukaan lahan akibat kegiatan pemanenan
Gambar 2 Bagan Alir Pemanenan Kayu menggunakan Metode CL.
3.6 Pengumpulan Data
3.6.1 Kerusakan Tegakan Tinggal
Data yang diambil pada operasi penebangan dan penyaradan adalah sebagai berikut:
1. Jenis kerusakan (rusak tajuk, luka batang, patah batang, pecah batang, roboh, miring, dan rusak banir) pada tegakan tinggal berdiameter ≥ 20 cm.
Pengukuran kerusakan tegakan tinggal akibat kegiatan perebahan pohon dilakukan dengan cara mengamati langsung pohon berdiameter ≥ 20 cm yang rusak di sekitar pohon yang rebah. Pengukuran kerusakan tegakan tinggal akibat penyaradan dilakukan dengan cara menghitung besarnya luas keterbukaan lahan akibat jalan sarad, kemudian dikonversikan ke dalam jumlah pohon yang rusak akibat penyaradan.
Pohon inti digolongkan rusak apabila mengalami salah satu atau lebih keadaan (Direktorat Jenderal Pengusahaan Hutan 1990), sebagai berikut:
a. Tajuk pohon rusak lebih dari 30% atau percabangan pohon/dahan besar patah.
b. Luka batang mencapai kayu berukuran lebih dari keliling batang dengan panjang lebih dari 1,5 m.
c. Perakaran terpotong atau banirnya rusak.
Untuk menentukan persentase kerusakan tegakan tinggal akibat kegiatan pemanenan kayu digunakan rumus (Sukanda 1995):
Dimana :
K = tingkat kerusakan tegakan tinggal (%)
R = jumlah pohon berdiameter ≥ 20 cm yang mengalami kerusakan dalam plot pengamatan (pohon/ha)
P = jumlah pohon berdiameter ≥ 20 cm sebelum penebangan pada plot pengamatan (pohon/ha)
Q = jumlah pohon ditebang berdiameter ≥ 50 pada plot pengamatan (pohon/ha) 3. Pengaruh kegiatan penebangan dan penyaradan terhadap kerusakan tegakan
tinggal dapat diketahui dengan melakukan analisis regresi berganda.
3.6.2 Keterbukaan Areal
Menghitung keterbukaan areal akibat pembuatan jalan sarad dan penyaradan kayu. Besar keterbukaan areal akibat pemanenan kayu diukur dengan menyusuri jalan sarad pohon yang ditebang. Keterbukaan lahan akibat penyaradan ditentukan dengan mengukur panjang dan lebar jalan sarad pada plot tebangan, kemudian dihitung luas jalan sarad tersebut.
3.7 Data Sekunder
Data sekunder yang diambil adalah data potensi tegakan sebelum dilakukan kegiatan penebangan pada tiap RKT PT. Ratah Timber berupa Laporan Hasil Cruising (LHC), data kondisi umum perusahaan, peta kawasan pengusahaan hutan,
peta sebaran pohon, peta topografi, dan daftar nama pohon yang berada di kawasan PT. Ratah Timber.
3.8 Analisis Data
3.8.1 Kerusakan Tegakan Tinggal
Elias (1993) menyatakan bahwa kerusakan tegakan tinggal dapat ditetapkan dengan dua cara, sebagai berikut:
1. Berdasarkan populasi pohon dalam petak, yaitu pembagian antara jumlah pohon yang rusak setelah kegiatan pemanenan kayu dengan jumlah pohon sebelum penebangan dikurangi dengan jumlah pohon yang ditebang.
2. Berdasarkan tingkat keparahan kerusakan tegakan tinggal menggunakan
kriteria yang terjadi pada individu pohon
Berdasarkan populasi pohon dalam petak, kerusakan tegakan tinggal dapat dikelompokkan menjadi kerusakan ringan (besarnya kerusakan tegakan tinggal kurang dari 25%), kerusakan sedang (25% sampai 50%), dan kerusakan berat (lebih dari 50%). Persentase kerusakan tegakan tinggal dilihat dari kerapatan awal tegakan sebelum pemanenan dengan banyaknya pohon yang rusak akibat kegiatan pemanenan.
Terdapat tiga tipe kerusakan yang terjadi pada individu pohon (Elias 1993), sebagai berikut:
1. Kerusakan ringan
a. Rusak tajuk (kurang dari 30 % tajuk rusak)
b. Luka batang/rusak kulit ( keliling dan panjang luka kurang dari 1,5 m atau kerusakan sampai kambium dengan lebar lebih dari 5 cm, sepanjang garis sejajar sumbu longitudinal dari batang)
c. Rusak banir/akar (kurang dari banir rusak atau perakaran terpotong)
2. Kerusakan sedang
a. Rusak tajuk (30 sampai 50% tajuk rusak atau bagian tajuk mengalami kerusakan)
b.Luka batang/rusak kulit ( sampai keliling pohon rusak atau 150 sampai 300 cm kulit rusak)
c. Condong atau miring (pohon miring membentuk sudut kurang dari 450 dengan tanah
3. Kerusakan berat
a. Patah batang b. Pecah batang
c. Roboh, tumbang atau miring sudut lebih dari 450 dengan permukaan tanah d. Rusak tajuk (lebih besar dari 50% tajuk rusak), juga didasarkan atas
banyaknya cabang pembentuk tajuk patah
e. Luka batang/rusak kulit (lebih dari keliling pohon atau 300 sampai 600 cm kulit mengalami kerusakan)
f. Rusak banir/akar (lebih dari banir atau perakaran rusak/ terpotong)
3.8.2 Keterbukaan areal akibat kegiatan penyaradan
Keterbukaan lahan akibat penyaradan adalah luas tanah yang terbuka akibat kegiatan penyaradan pohon yang dilewati oleh bulldozer atau lalu lintas bulldozer menuju lokasi penyaradan. Keterbukaan areal ditentukan dengan dengan mengukur panjang dan lebar jalan sarad pada plot tebangan untuk memperoleh luas jalan sarad tersebut. Penelusuran jalur sarad dilakukan dengan menggunakan GPS dan pita ukur.
Persen keterbukaan lahan akibat penyaradan dihitung dengan rumus:
Dimana:
K = persentase keterbukaan areal (%)
L = Luas areal terbuka akibat penyaradan (m2)
3.8.3 Analisis hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi keruskan tegakan tinggal
Untuk mengetahui pengaruh penebangan dan penyaradan terhadap kerusakan tegakan tinggal pada kedua metode pemanenan kayu dilakukan analisis regresi. Faktor-faktor yang diperkirakan berpengaruh terhadap besarnya kerusakan
tegakan tinggal adalah kelerengan dan kerapatan tegakan sebelum ditebang. Hubungan regresi dinyatakan dalam persamaan regresi berganda.
Dimana:
ŷ = kerusakan tegakan tinggal (%)
b , b , b = koefisien regresi
x = intesitas pemanenan (pohon/ha)
x = kerapatan tegakan (pohon/ha)
x = kelerengan lahan (%)
Untuk mengetahui pengaruh ketiga peubah (x , x , x ) terhadap kerusakan
tegakan (ŷ) dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. 3.8.4 Analisis pengaruh penerapan metode RIL terhadap kerusakan tegakan
tinggal pada pemanenan kayu
Untuk mengetahui pengaruh penerapan RIL pada kegiatan pemanenan kayu dilakukan pengujian dengan menggunakan uji t berpasangan.