• Tidak ada hasil yang ditemukan

Serang, 20 Januari 2017 Kepala, Ir. Dadang Ahdiat NIP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Serang, 20 Januari 2017 Kepala, Ir. Dadang Ahdiat NIP"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Negara bahwa Menteri/Pimpinan Lembaga sebagai Pengguna Anggaran/Barang mempunyai tugas antara lain menyusun dan menyampaikan laporan keuangan Kementerian Negara/Lembaga yang dipimpinnya.

Badan Pusat Statistik Kota Serang adalah salah satu entitas akuntansi di bawah Badan Pusat Statistik yang berkewajiban menyelenggarakan akuntansi dan laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Salah satu pelaksanaannya adalah dengan menyusun laporan keuangan berupa Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Operasi, Laporan Perubahan Ekuitas dan Catatan atas Laporan Keuangan.

Penyusunan Laporan Keuangan Badan Pusat Statistik Kota Serang mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010tentang Standar Akuntansi Pemerintahan dan kaidah-kaidah pengelolaan keuangan yang sehat dalam Pemerintahan. Laporan Keuangan ini telah disusun dan disajikan dengan basis akrual sehingga akan mampu menyajikan informasi keuangan yang transparan, akurat dan akuntabel.

Laporan Keuangan ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna kepada para pengguna, khususnya sebagai sarana untuk meningkatkan akuntabilitas/ pertanggungjawaban dan transparansi pengelolaan keuangan negara pada Badan Pusat Statistik Kota Serang. Disamping itu, laporan keuangan ini juga dimaksudkan untuk memberikan informasi kepada manajemen dalam pengambilan keputusan dalam usaha untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance).

Serang, 20 Januari 2017 Kepala,

Ir. Dadang Ahdiat NIP 196612181994011001

(3)

Hal Kata Pengantar Daftar Isi Indeks CaLK Daftar Tabel Daftar Grafik Daftar Singkatan Daftar Lampiran

Pernyataan Tanggung Jawab

i ii iii v vi vii viii 1

Ringkasan Laporan Keuangan 2

I. Laporan Realisasi Anggaran 4

II. Neraca 5

III. Laporan Operasional 6

IV. Laporan Perubahan Ekuitas 7

V. Catatan atas Laporan Keuangan 8

A. Penjelasan Umum 8

B. Penjelasan atas Pos-pos Laporan Realisasi Anggaran 25

C. Penjelasan atas Pos-pos Neraca 35

D. Penjelasan atas Pos-pos Laporan Operasional 44

E. Penjelasan atas Pos-pos Laporan Perubahan Ekuitas 50

F. Pengungkapan Penting Lainnya 52

(4)

Catatan B.1 Pendapatan 27

Catatan B.2 Belanja 29

Catatan B.3 Belanja Pegawai 31

Catatan B.4 Belanja Barang 32

Catatan B.5 Belanja Modal 33

Catatan B.5.1 Belanja Modal Peralatan dan Mesin 34

NERACA

Catatan C.1 Kas di Bendahara Pengeluaran 35

Catatan C.2 Kas di Bendahara Penerimaan 36

Catatan C.3 Kas Lainnya dan Setara Kas 36

Catatan C.4 Piutang PNBP 36

Catatan C.5 Bagian Lancar TP/TGR 36

Catatan C.6 Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran 36

Catatan C.7 Penyisihan Piutang Tak Tertagih - Piutang Lancar 37

Catatan C.8 Beban Dibayar di Muka 37

Catatan C.9 Persediaan 37

Catatan C.10 Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi 38

Catatan C.11 Tagihan Penjualan Angsuran 38

Catatan C.12 Penyisihan Piutang Tak Tertagih-Piutang Jangka Panjang 38

Catatan C.13 Tanah 39

Catatan C.14 Peralatan dan Mesin 39

Catatan C.15 Gedung dan Bangunan 40

Catatan C.16 Jalan, Irigasi dan Jaringan 40

Catatan C.17 Aset Tetap Lainnya 41

Catatan C.18 Konstruksi Dalam Pengerjaan (KDP) 41

Catatan C.19 Akumulasi Penyusutan Aset Tetap 41

Catatan C.20 Aset Tak Berwujud 42

Catatan C.21 Aset lain-Lain 42

Catatan C.22 Akumulasi Penyusutan dan Amortisasi Aset Lainnya 43

Catatan C.23 Uang Muka dari KPPN 43

Catatan C.24 Utang kepada Pihak Ketiga 43

Catatan C.25 Hibah yang Belum Disahkan 44

(5)

Catatan D.2 Beban Pegawai 44

Catatan D.3 Beban Persediaan 45

Catatan D.4 Beban Barang dan Jasa 45

Catatan D.5 Beban Pemeliharaan 46

Catatan D.6 Beban Perjalanan Dinas 47

Catatan D.7 Beban Barang untuk Diserahkan kepada Masyarakat 47

Catatan D.8 Beban Bantuan Sosial 48

Catatan D.9 Beban Penyusutan dan Amortisasi 48

Catatan D.10 Beban Penyisihan Piutang Tak Tertagih 49

Catatan D.11 Beban Lain-lain 49

Catatan D.12 Surplus dari Kegiatan Non Operasional 49

LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS

Catatan E.1 Ekuitas Awal 50

Catatan E.2 Surplus (Defisit) LO 50

Catatan E.3.1 Penyesuian Nilai Aset 50

Catatan E.3.2 Koreksi Nilai Persediaan 50

Catatan E.3.3 Selisih Revaluasi Aset Tetap 51

Catatan E.3.4 Koreksi Aset Tetap Non Revaluasi 51

Catatan E.3.5 Koreksi Lain-lain 51

Catatan E.4 Transaksi Antar Entitas 51

Catatan E.5 Ekuitas Akhir 51

PENGUNGKAPAN PENTING LAINNYA

Catatan F.1 Kejadian Penting Setelah Tanggal Neraca 52

(6)

Tabel 2 : Rincian Estimasi dan Realisasi Pendapatan 28 Tabel 3 : Perbandingan Realisasi Pendapatan TA 2016 dan 2015 28 Tabel 4 : Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja 31 Desember TA 2016 29 Tabel 5 : Rincian Belanja Program dan Jenis Belanja 31 Desember TA 2016 30 Tabel 6 : Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja 31 Desember TA 2016 dan

31 Desember 2015 31

Tabel 7 : Perbandingan Belanja Pegawai 31 Desember 2016 dan 2015 32 Tabel 8 : Perbandingan Belanja Barang 31 Desember 2016 dan 31 Desember

2015 33

Tabel 9 : Perbandingan Realisasi Belanja Modal 31 Desember 2016 dan 31

Desember 2015 34

Tabel 10 : Perbandingan Real. Belanja Modal Peral. dan Mesin 31 Desember

2016 dan 31 Desember 2015 35

Tabel 11 : Rincian Belanja Dibayar di Muka TA 2016 dan 2015 37

Tabel 12 : Rincian Persediaan TA 2016 dan 2015 38

Tabel 13 : Mutasi Nilai Tanah 39

Tabel 14 : Rincian Tanah TA 2016 39

Tabel 15 : Mutasi Gedung dan Bangunan 40

Tabel 16 : Rincian Akumulasi Penyusutan Aset Tetap TA 2016 41

Tabel 17 : Mutasi Aset Tak Berwujud 42

Tabel 18 : Rincian Aset Tak Berwujud 42

Tabel 19 : Mutasi Aset Lain-lain 43

Tabel 20 : Rincian Utang Kepada Pihak Ketiga 44

Tabel 21 : Rincian Beban Pegawai Tahun 2016 dan 2015 45

Tabel 22 : Rincian Beban Persediaan Tahun 2016 dan 2015 45

Tabel 23 : Rincian Beban Barang dan Jasa Tahun 2016 dan 2015 46 Tabel 24 : Rincian Beban Pemeliharaan Tahun 2016 dan 2015 47 Tabel 25 : Rincian Beban Perjalanan Dinas Tahun 2016 dan 2015 47 Tabel 26 : Rincian Beban Barang untuk Diserahkan kepada Masyarakat Tahun

2016 dan 2015 48

Tabel 27 : Rincian Beban Penyusutan dan Amortisasi Tahun 2016 dan 2015 49 Tabel 28 : Rincian Kegiatan Non Operasional Tahun 2016 dan 2015 50

(7)
(8)

APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara BPS

BPK

: :

Badan Pusat Statistik Badan Pemeriksa Keuangan

DIPA : Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran

SKPA : Surat Kuasa Pengguna Anggaran

CaLK : Catatan Atas Laporan Keuangan

SAP : Standar Akuntansi Pemerintahan

SAI : Sistem Akuntansi Instansi

SAK : Sistem Akuntansi Keuangan

SIMAK-BMN : Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara

LRA : Laporan Realisasi Anggaran

PNBP : Penerimaan Negara Bukan Pajak

TP : Tuntutan Perbendaharaan

TGR : Tuntutan Ganti Rugi

KDP : Konstruksi Dalam Pengerjaan

UP : Uang Persediaan

SSBP : Surat Setoran Bukan Pajak

(9)

1. Neraca Percobaan 2. Laporan Operasional 3. Laporan Perubahan Ekuitas 4. Neraca

5. Laporan Realisasi Anggaran 6. Laporan Kinerja

7. Laporan Realisasi Belanja & Laporan Realisasi Pengembalian Belanja 8. Laporan Realisasi Pendapatan & Laporan Realisasi Pengembalian

Pendapatan

9. Surat Pernyataan Rekening Satker & Surat Pernyataan Bendahara Pengeluaran

10. Rekening Koran

11. Laporan Pertanggungjawaban Bendahara Pengeluaran 12. Monitoring Uang Persediaan

13. Berita Acara Rekonsiliasi UAKPA – Kuasa BUN

14. Daftar Pembukuan Barang Ke Dalam Aplikasi Persediaan dan Aset Tetap 15. Memo Penyesuaian

16. Bukti Setor Pengembalian Belanja 17. Bukti Setor Pendapatan

18. Bukti Setor Sisa Uang Persediaan 19. Berita Acara Rekonsiliasi Internal BMN 20. Laporan Barang Pengguna

21. Laporan Posisi Barang Milik Negara di Neraca 22. Laporan Persediaan

23. Berita Acara Opname Fisik 24. Laporan Kondisi Barang 25. Laporan Terkait Penyusutan

26. Laporan CRBMN dan Laporan CalBMN 27. Berita Acara Rekonsiliasi BMN (BPS-KPKNL)

(10)

BADAN PUSAT STATISTIK

KOTA SERANG

PERNYATAANTANGGUNGJAWAB KEPALA BPS KOTA SERANG

Laporan Keuangan Badan Pusat Statistik Kota Serang yang terdiri dari: Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Catatan atas Laporan Keuangan Tahun Anggaran 2016 sebagaimana terlampir, adalah merupakan tanggung jawab kami.

Laporan Keuangan tersebut telah disusun berdasarkan sistem pengendalian intern yang memadai, dan isinya telah menyajikan informasi pelaksanaan anggaran dan posisi keuangan secara layak sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.

Serang, 20 Januari 2017 Kepala,

Ir. Dadang Ahdiat NIP 196612181994011001

(11)

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN

Laporan Keuangan Badan Pusat Statistik Kota Serang Tahun 2016 ini telah disusun dan disajikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) dan berdasarkan kaidah-kaidah pengelolaan keuangan yang sehat di lingkungan pemerintahan. Laporan Keuangan ini meliputi:

1. LAPORAN REALISASI ANGGARAN

Laporan Realisasi Anggaran menggambarkan perbandingan antara anggaran dengan realisasinya, yang mencakup unsur-unsur Pendapatan-LRA dan Belanja selama periode 1 Januari sampai dengan 31 Desember 2016.

Realisasi Pendapatan Negara pada TA 2016 adalah berupa Pendapatan Negara Bukan Pajak sebesar Rp 2.125.000 dari estimasi Pendapatan-LRA sebesar Rp 0. Realisasi Belanja Negara pada TA 2016 adalah sebesar Rp 6.024.470.679 atau mencapai 95,85 persen dari alokasi anggaran sebesar Rp 6.285.180.000.

Ringkasan Laporan Realisasi Anggaran TA 2016 dan TA 2015 sebagai berikut :

Ringkasan Laporan Realisasi Anggaran 31 Desember TA 2016 dan 31 Desember TA 2015 (dalam Rupiah)

Uraian

31 Desember 2016 31 Desember 2015 Anggaran Realisasi % Real. thd

Anggaran Realisasi

Pendapatan Negara 0 2.125.000 - 898.340

Belanja Negara 6.285.180.000 6.024.470.679 95,85 6.198.309.919

2. NERACA

Neraca menggambarkan posisi keuangan entitas mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pada 31 Desember 2016.

Nilai Aset per 31 Desember 2016 dicatat dan disajikan sebesar Rp 3.034.472.182 yang terdiri dari: Aset Lancar sebesar Rp 17.711.188; Aset Tetap (netto) sebesar Rp 3.016.356.051; Piutang Jangka Panjang (netto) sebesar Rp (0); dan Aset Lainnya (netto) sebesar Rp 404.943. Nilai Kewajiban dan Ekuitas masing-masing sebesar Rp 78.504.986 dan Rp 2.955.967.196.

(12)

3. LAPORAN OPERASIONAL

Laporan Operasional menyajikan berbagai unsur pendapatan-LO, beban, surplus/defisit dari operasi, surplus/defisit dari kegiatan non operasional, surplus/defisit sebelum pos luar biasa, pos luar biasa, dan surplus/defisit-LO, yang diperlukan untuk penyajian yang wajar. Pendapatan-LO untuk periode sampai dengan 31 Desember 2016 adalah sebesar Rp 0, sedangkan jumlah beban adalah sebesar Rp 6.316.845.713 sehingga terdapat Defisit dari Kegiatan Operasional senilai Rp (6.316.845.713). Kegiatan Non Operasional dan Pos-Pos Luar Biasa masing-masing sebesar Rp 1.772.600 dan sebesar Rp 0 sehingga entitas mengalami Defisit-LO sebesar Rp (6.315.073.113).

4. LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS

Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan informasi kenaikan atau penurunan ekuitas tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Ekuitas pada tanggal 01 Januari 2016 adalah sebesar Rp 3.093.720.996 dikurangi Defisit-LO sebesar Rp (6.315.073.113) kemudian ditambah dengan Dampak Kumulatif Perubahan Kebijakan Akuntansi/Kesalahan Mendasar Rp. 0 ditambah dengan Koreksi yang Menambah/Mengurangi Ekuitas Rp. (95.298.443) ditambah dengan Transaksi Antar Entitas sebesar Rp. 6.272.617.756 sehingga Ekuitas entitas pada tanggal 31 Desember 2016 adalah senilai Rp 2.955.967.196.

5. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) menyajikan informasi tentang penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Operasional, dan Laporan Perubahan Ekuitas. Termasuk pula dalam CaLK adalah penyajian informasi yang diharuskan dan dianjurkan oleh Standar Akuntansi Pemerintahan serta pengungkapan-pengungkapan lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar atas laporan keuangan.

Dalam penyajian Laporan Realisasi Anggaran untuk periode yang berakhir sampai dengan tanggal 31 Desember 2016 disusun dan disajikan berdasarkan basis kas. Sedangkan Neraca, Laporan Operasional, dan Laporan Perubahan Ekuitas untuk Tahun 2016 disusun dan disajikan dengan basis akrual.

(13)

I. LAPORAN REALISASI ANGGARAN

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA SERANG LAPORAN REALISASI ANGGARAN

UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2016 DAN 2015

(Dalam Rupiah)

TA 2015

ANGGARAN

REALISASI

REALISASI

PENDAPATAN

Penerimaan Negara Bukan Pajak

B.1

-

2.125.000

-

JUMLAH PENDAPATAN

-

2.125.000

-

-BELANJA

Belanja Operasi

B.2

Belanja Pegawai

B.3

2.248.875.000 2.205.258.266

98,06

1.981.948.343

Belanja Barang

B.4

3.975.755.000 3.767.607.572

94,76

1.672.199.627

Belanja Bantuan Sosial

B.5

-

-

-

Jumlah Belanja Operasi

6.224.630.000 5.972.865.838

95,96

3.654.147.970

Belanja Modal

Belanja Tanah

B.6

-

-

-

2.546.000.000

Belanja Peralatan dan Mesin

B.7

60.550.000

60.550.000

100,00

27.150.000

Belanja Gedung dan Bangunan

B.8

-

-

-

Belanja Jalan, Irigasi, Jaringan

B.9

-

-

-

Belanja Modal lainnya

B.10

-

-

-

Jumlah Belanja Modal

60.550.000

60.550.000

100,00

2.573.150.000

JUMLAH BELANJA

6.285.180.000 6.033.415.838

95,99

6.227.297.970

% thd Angg

CATATAN

(14)

II. NERACA

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA SERANG NERACA

UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2016 DAN 2015

(Dalam Rupiah)

CATATAN 2016 2015

Kas di Bendahara Pengeluaran C.1 -

-Kas di Bendahara Penerimaan C.2 -

-Kas Lainnya dan Setara -Kas C.3 -

-Piutang PNBP C.4 -

-Bagian Lancar TP/TGR C.5 -

-Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran C.6 -

-Penyisihan Piutang Tak Tertagih - Piutang Jangka Pendek C.7 -

-Belanja Dibayar di Muka C.8 3.080.000 24.750.000

Persediaan C.9 14.631.188 23.836.218

Persediaan yang Belum Diregister -

-Jumlah Aset Lancar 17.711.188 48.586.218

Tagihan TP/TGR C.10 -

-Tagihan Penjualan Angsuran C.11 -

-Penyisihan Piutang Tak Tertagih - Piutang Jangka Panjang C.12 -

-Jumlah Piutang Jangka Panjang -

-Tanah C.13 2.546.000.000 2.546.000.000

Peralatan dan Mesin C.14 1.176.732.056 1.012.376.458

Gedung dan Bangunan C.15 341.675.000 341.675.000

Jalan, Irigasi, dan Jaringan C.16 -

-Aset Tetap Lainnya C.17 47.303.773 36.766.348

Konstruksi dalam pengerjaan C.18 -

-Akumulasi Penyusutan Aset Tetap C.19 (1.095.354.778) (909.829.239)

Jumlah Aset Tetap 3.016.356.051 3.026.988.567

ASET LAINNYA

Aset Tak Berwujud C.20 93.032.354 93.032.354

Aset Lain-Lain C.21 50.420.185 51.161.785

Akumulasi Penyusutan dan Amortisasi Aset Lainnya C.22 (143.047.596) (46.983.214)

Jumlah Aset Lainnya 404.943 97.210.925

JUMLAH ASET 3.034.472.182 3.172.785.710

Uang Muka dari KPPN C.23 -

-Utang kepada Pihak Ketiga C.24 78.504.986 79.074.714

Hibah yang Belum Disahkan C.25 -

-Jumlah Kewajiban Jangka Pendek 78.504.986 79.074.714

78.504.986 79.074.714

Ekuitas C.26 2.955.967.196 3.093.720.996

JUMLAH EKUITAS 2.955.967.196 3.093.720.996

KEWAJIBAN JANGKA PENDEK

JUMLAH KEWAJIBAN EKUITAS

URAIAN ASET

ASET LANCAR

PIUTANG JANGKA PANJANG

ASET TETAP

(15)

III. LAPORAN OPERASIONAL

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA SERANG LAPORAN OPERASIONAL

UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2016 DAN 2015

(Dalam Rupiah)

CATATAN 2016 2015

Pendapatan Negara Bukan Pajak D.1 -

--

-Beban Pegawai D.2 2.196.281.798 1.975.703.817

Beban Persediaan D.3 162.938.946 74.380.656

Beban Barang dan Jasa D.4 3.391.543.836 1.084.833.858

Beban Pemeliharaan D.5 96.043.517 129.737.429

Beban Perjalanan Dinas D.6 281.415.000 353.130.500

Beban Barang Diserahkan kepada Masyarakat D.7 - 34.087.077

Beban Bantuan Sosial D.8 -

-Beban Penyusutan dan Amortisasi D.9 188.622.616 116.605.947

Beban Penyisihan Piutang Tak Tertagih D.10 -

-Beban Lain-lain D.11 -

-6.316.845.713 3.768.479.284

SURPLUS (DEFISIT) DARI KEGIATAN

OPERASIONAL (6.316.845.713) (3.768.479.284)

Surplus (Defisit) Pelepasan Aset Non Lancar 1.600.000

-Surplus (Defisit) Penyelesaian Kewajiban

Jangka panjang -

-Surplus (Defisit) Kegiatan Non

Operasional Lainnya 172.600 898.340

SURPLUS DARI KEGIATAN NON OPERASIONAL D.12 1.772.600 898.340

SURPLUS/DEFISIT SEBELUM POS LUAR BIASA (6.315.073.113) (3.767.580.944)

Pendapatan PNBP -

-Beban Perjalanan Dinas -

-Beban Persediaan -

-SURPLUS/DEFISIT LO (6.315.073.113) (3.767.580.944)

KEGIATAN NON OPERASIONAL

POS LUAR BIASA

URAIAN KEGIATAN OPERASIONAL PENDAPATAN JUMLAH PENDAPATAN BEBAN JUMLAH BEBAN

(16)

IV. LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA SERANG LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS

UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2016 DAN 2015

(Dalam Rupiah)

URAIAN CATATAN 2016 2015

EKUITAS AWAL E.1 3.093.720.996 517.333.636

SURPLUS/DEFISIT LO E.2 (6.315.073.113) (3.767.580.944)

DAMPAK KUMULATIF PERUBAHAN

KEBIJAKAN/KESALAHAN MENDASAR -

-KOREKSI YANG MENAMBAH/MENGURANGI EKUITAS E.3 (95.298.443) 11.388.508

PENYESUAIAN NILAI ASET E.4 - 80.400

KOREKSI NILAI PERSEDIAAN -

SELISIH REVALUASI ASET TETAP -

KOREKSI NILAI ASET TETAP NON REVALUASI E.5 (95.298.443) 11.308.108

KOREKSI LAIN-LAIN -

-TRANSAKSI ANTAR ENTITAS E.6 6.272.617.756 6.332.579.796

PENGESAHAN PENGEMBALIAN HIBAH LANGSUNG -

SETORAN SURPLUS BLU -

-KENAIKAN/PENURUNAN EKUITAS E.7 (137.753.800) 2.576.387.360

(17)

V. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

A. PENJELASAN UMUM Dasar Hukum A.1. DASAR HUKUM

1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. 3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2013 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2014.

4. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah.

5. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah

7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

8. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

05/PMK.05/2010 tentang Perubahan atas PMK Nomor

57/PMK.05/2007 tentang Pengelolaan Rekening Milik Kementerian Negara/Lembaga/Kantor/Satuan Kerja.

9. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

96/PMK.06/2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan dan Pemindahtanganan Barang Milik Negara.

10. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

120/PMK.06/2007 tentang Penatausahaan Barang Milik Negara.

11. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

102/PMK.05/2009 tentang Tata Cara Rekonsiliasi Barang Milik Negara dalam Rangka Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat.

12. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

69/PMK.06/2014 tentang Penentuan Kualitas Piutang dan Pembentukan Penyisihan Piutang Tidak Tertagih Pada Kementerian Negara/Lembaga dan Bendahara Umum Negara.

13. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

191/PMK.05/2011 tentang Mekanisme Pengelolaan Hibah.

14. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

(18)

15. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 233/PMK.05/2011 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat.

16. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

238/PMK.05/2011 tentang Pedoman Umum Sistem Akuntansi Pemerintahan.

17. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

18. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 50/PMK.06/2014 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penghapusan Barang Milik Negara.

19. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 78/PMK.06/2014 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pemanfaatan Barang Milik Negara.

20. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 90/PMK.06/2014 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 01/PMK.06/2013 tentang Penyusutan Barang Milik Negara Berupa Aset Tetap Pada Entitas Pemerintah Pusat.

21. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 210/PMK.05/2013 tentang Pedoman Rekonsiliasi dalam Rangka Penyusunan Laporan Keuangan Lingkup Bendahara Umum Negara dan Kementerian Negara/Lembaga. 22. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 270/PMK.05/2014 tentang

Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual Pada Pemerintah Pusat.

23. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 222/PMK.05/2016 tentang Pedoman Penyusunan dan Penyampaian Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga

24. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 59/KMK.6/2013 tentang Tabel Masa Manfaat Dalam Rangka Penyusutan Barang Milik Negara Berupa Aset Tetap Pada Entitas Pemerintah Pusat.

25. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 94/KMK.06/2013 tentang Modul Penyusutan Barang Milik Negara Berupa Aset Tetap Pada Entitas Pemerintah Pusat.

26. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 137/KM.6/2014 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 29/PMK.06/2010 tentang Penggolongan dan Kodefikasi Barang Milik Negara.

27. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 145/KM.6/2014 tentang Atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 94/KM.6/2013 tentang Modul Penyusutan Barang Milik Negara Berupa Aset Tetap pada Entitas Pemerintah Pusat.

(19)

Entitas dan Rencana

28. Peraturan Direktur Jenderal Kekayaan Negara Kementeriaan Keuangan Nomor PER-01/KN/2014 tentang Perubahan Atas Peraturan Direktur jenderal Kekayaan Negara Nomor Per-07/KN/2009 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Rekonsiliasi Data Barang Milik Negara dalam Rangka Penyusunan Laporan Barang Milik Negara dan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat.

29. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-62/PB/2009 tentang Tata Cara Penyajian Informasi Pendapatan dan Belanja Secara Akrual pada Laporan Keuangan.

30. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-81/PB/2011 tentang Tata Cara Pengesahan Hibah Langsung Bentuk Uang dan

Penyampaian Memo Pencatatan Hibah Langsung Bentuk

Barang/Jasa/Surat Berharga.

31. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-82/PB/2011 tentang Pedoman Akuntansi Penyisihan Piutang Tidak Tertagih pada Kementerian Negara/Lembaga.

32. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-85/PB/2011 tentang Pedoman Penatausahaan Piutang Penerimaan Negara Bukan Pajak Pada Satuan Kerja Kementerian Negara/Lembaga.

33. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-42/PB/2014 tentang Pedoman Penyusunan Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga.

A.2. PROFIL DAN KEBIJAKAN TEKNIS BADAN PUSAT STATISTIK

Strategis Dalam mendukung Visi Pembangunan Indonesia 2005-2025 yaitu “Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur” dan visi pembangunan nasional untuk tahun 2015-2019 yaitu “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”, BPS berupaya meningkatkan kontribusinya dalam hal pembangunan nasional di bidang statistik.

Pembangunan nasional di bidang statistik diarahkan agar mampu mengakomodasi berbagai tantangan yang berkembang, seperti:

1. Reformasi yang mendukung keterbukaan informasi, otonomi daerah yang mengandung tantangan keragaman data dan informasi statistik pada tingkatan wilayah kecil;

2. Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang mengarah kepada peningkatan kemudahan akses masyarakat terhadap data dan informasi; dan

(20)

3. Kesiapan SDM penyelenggara statistik dalam penyediaan data yang berkualitas. Upaya BPS untuk meningkatkan penyediaan data yang berkualitas sejalan dengan Misi Pembangunan Nasional 2005-2025 yaitu “Mewujudkan bangsa yang berdaya saing” sebagaimana tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025. Dengan memperhatikan misi pembangunan nasional dan pencapaian BPS pada Pembangunan Jangka Menengah Nasional periode kedua 2010-2014, BPS menetapkan visi tahun 2015-2019:

“Pelopor Data Statistik Terpercaya untuk Semua” (“The Agent of Trustworthy Statistical Data for All”)

Kata “pelopor” mempunyai makna bahwa BPS sebagai pencetus ide penyedia statistik terpercaya, sekaligus sebagai pelaku dalam penyediaan statistik terpercaya. Kata “data statistik yang terpercaya” yaitu statistik yang menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Kata “untuk semua” dimaksudkan bahwa semua pihak mempunyai hak yang sama untuk mengakses data BPS (impartial) baik pengguna data nasional / internasional.

Dengan visi BPS 2015-2019, eksistensi BPS sebagai penyedia data dan informasi statistik menjadi semakin penting, karena dapat dipercaya semua pihak. Di samping itu, visi BPS juga memberikan ruang bagi berbagai pihak untuk ikut serta dalam menyediakan, memanfaatkan, dan menggunakan data dan informasi statistik.

Misi BPS dirumuskan dengan memperhatikan misi RPJMN 2015-2019 dan tugas, fungsi, dan kewenangan BPS. Perumusan misi BPS juga dilakukan dengan memperhatikan masukan pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders), dan memberikan peluang untuk dapat disesuaikan dengan tuntutan perkembangan lingkungan strategis.

Rumusan misi dimaksudkan untuk mampu: (a) mencakup semua pesan yang terdapat dalam visi, (b) memberikan petunjuk terhadap tujuan yang akan dicapai, (c) memberikan petunjuk kelompok sasaran mana termasuk instansi pemerintah yang akan dilayani oleh, dan (d) memperhitungkan berbagai masukan dari para pemangku kepentingan.

(21)

Pernyataan misi yang dikaitkan dengan Visi BPS dijabarkan sebagai berikut: 1. Menyediakan data statistik berkualitas melalui kegiatan statistik yang

terintegrasi dan berstandar nasional maupun internasional

2. Memperkuat Sistem Statistik Nasional yang berkesinambungan melalui pembinaan dan koordinasi di bidang statistik

3. Membangun insan statistik yang profesional, berintegritas dan amanah untuk kemajuan perstatistikan

Undang-undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik mengamanatkan BPS untuk menyediakan data dan informasi statistik pada skala nasional maupun regional, serta melakukan koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan standarisasi dalam penyelenggaraan statistik.

Rumusan Tujuan BPS untuk mendukung upaya pencapaian visi dan misi BPS dapat dijelaskan melalui pemaparan bagan di bawah ini.

VISI BPS 2015-2019 Pelopor data statistik terpercaya untuk semua MISI BPS 2015 - 2019

1. Menyediakan data statistik berkualitas melalui kegiatan statistik yang terintegrasi dan berstandar nasional maupun internasional

2. Memperkuat Sistem Statistik Nasional yang Berkesinambungan melalui pembinaan dan koordinasi di bidang statistik

3. Membangun insan statistik yang profesional, berintegritas dan amanah untuk kemajuan perstatistikan

TUJUAN 2019

1. Peningkatan kualitas data statistik melalui kerangka penjaminan kualitas

2. Peningkatan pelayanan prima hasil kegiatan statistik

3. Penguatan Sistem Statistik Nasional melalui koordinasi dan pembinaan yang efektif di bidang statistik

4. Peningkatan birokrasi yang akuntabel

Adapun tujuan BPS dalam rangka mencapai Visi BPS dan mewujudkan Misi BPS untuk kurun waktu 2015 - 2019 adalah sebagai berikut :

1. Tujuan 1 : Peningkatan kualitas data statistik melalui kerangka penjaminan kualitas, terkait dengan:

(22)

statistik yang terintegrasi dan berstandar nasional / internasional,

 Misi ke-3 : Membangun insan statistik yang profesional, berintegritas dan amanah untuk kemajuan perstatistikan.

2. Tujuan 2 : Peningkatan pelayanan prima hasil kegiatan statistik, terkait dengan:

 Misi ke-2 : Memperkuat Sistem Statistik Nasional yang

berkesinambungan melalui pembinaan dan koordinasi di bidang statistik,

 Misi ke-3 : Membangun insan statistik yang profesional, berintegritas dan amanah untuk kemajuan perstatistikan.

4. Tujuan 3 : Penguatan Sistem Statistik Nasional melalui koordinasi dan pembinaan yang efektif di bidang statistik, terkait dengan:

 Misi ke-2 : Memperkuat Sistem Statistik Nasional yang

berkesinambungan melalui pembinaan dan koordinasi di bidang statistik,

 Misi ke-3 : Membangun insan statistik yang profesional, berintegritas dan amanah untuk kemajuan perstatistikan.

5. Tujuan 4 : Peningkatan Birokrasi yang akuntabel, terkait dengan:

 Misi ke-3 : Membangun insan statistik yang profesional, berintegritas dan amanah untuk kemajuan perstatistikan.

Tujuan pertama pembangunan statistik menuntut BPS untuk meningkatkan kualitas data statistik. Tujuan pertama ini akan didukung dan diupayakan dengan menerapkan program Statcap CERDAS (Statistical Capacity Building Change and Reform for Development of Statistics in Indonesia) kerangka penjaminan kualitas. Tujuan kedua berupa peningkatan pelayanan prima hasil kegiatan statistik. Keberhasilan upaya peningkatan pelayanan prima hasil kegiatan statistik tidak terlepas dari dukungan dan peranan TIK, yang diwujudkan melalui pembangunan arsitektur dan kerangka TIK dan manajemen informasi. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya penggunaan TIK statistik. Tujuan kedua ini akan diperkuat oleh komponen kedua Statcap CERDAS yaitu Penguatan Teknologi Informasi dan Komunikasi serta Sistem Informasi Manajemen Statistik.

Tujuan ketiga Penguatan Sistem Statistik Nasional melalui koordinasi dan pembinaan yang efektif di bidang statistik, di dalam tujuan tersebut memuat misi BPS untuk meningkatkan peran BPS: sebagai Pusat Rujukan Statistik dalam terselenggaranya SSN, sebagai koordinator penyelenggaraan statistik di

(23)

Indonesia, baik statistik yang diselenggarakan oleh instansi pemerintah ataupun masyarakat. Dengan demikian, fungsi BPS sebagai Pusat Rujukan Statistik dapat menghasilkan data dan informasi statistk yang diperlukan oleh semua pihak. Tujuan ketiga ini akan diperkuat oleh komponen keempat Statcap CERDAS yaitu penguatan kelembagaan.

Tujuan keempat Peningkatan Birokrasi yang akuntabel, di dalam tujuan tersebut terkait dengan misi membangun insan statistik yang profesional, berintegritas dan amanah untuk kemajuan perstatistikan. Untuk itu, peningkatan kapasitas dan kemampuan tenaga statistik di pusat maupun daerah harus terus dilakukan. Tujuan keempat ini diperkuat dengan komponen ketiga Statcap CERDAS yaitu pengembangan sumber daya manusia.

BPS telah menetapkan nilai-nilai inti yang dapat dijadikan sebagai pedoman oleh setiap pegawainya dalam menetapkan keputusan berkaitan dengan upaya pencapaian visi dan misi BPS. Nilai-nilai inti BPS tersebut adalah sebagai berikut : Nilai-nilai Inti (core values) Badan Pusat Statistik adalah:

 Profesional (Kompeten, Efektif, Efisien, Inovatif dan Sistemik),

 Integritas (Dedikasi, Disiplin, Konsisten, Terbuka dan Akuntabel),

 Amanah (Terpercaya, Jujur, Tulus dan Adil).

Nilai-nilai inti BPS ini merupakan pondasi yang kokoh untuk membangun jati diri dan penuntun perilaku setiap insan BPS dalam melaksanakan tugas. Adapun penjabaran dari nilai-nilai Inti BPS ini adalah sebagai berikut:

1. Profesional

Profesional merupakan modal dasar yang harus dimiliki oleh setiap pegawai dalam melaksanakan profesi/tugasnya, dengan unsur-unsur sebagai berikut:

o Kompeten : mempunyai keahlian dalam bidang tugas yang diemban, o Efektif : memberikan hasil maksimal,

o Efisien : mengerjakan setiap tugas secara produktif, dengan sumber daya

minimal,

o Inovatif : selalu melakukan pembaruan dan atau penyempurnaan melalui

proses pembelajaran diri secara terus-menerus,

o Sistemik : meyakini bahwa setiap pekerjaan mempunyai tata urutan

proses sehingga pekerjaan yang satu menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari pekerjaan yang lain.

(24)

2. Integritas

Integritas merupakan sikap dan perilaku kerja yang harus dimiliki oleh setiap pegawai dalam pengabdiannya kepada organisasi, dengan unsur-unsur sebagai berikut :

o Dedikasi : memiliki pengabdian yang tinggi terhadap profesi yang

diemban dan institusi,

o Disiplin : melaksanakan pekerjaan sesuai dengan ketentuan yang telah

ditetapkan,

o Konsisten : selarasnya kata dengan perbuatan,

o Terbuka : menghargai ide, saran, pendapat, masukan, dan kritik dari

berbagai pihak,

o Akuntabel : bertanggung jawab dan setiap langkahnya terukur.

3. Amanah

Amanah merupakan sikap kerja yang harus dimiliki oleh setiap pegawai untuk dipertanggungjawabkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, dengan unsur-unsur sebagai berikut:

o Terpercaya : melaksanakan pekerjaan sesuai dengan ketentuan, yang

tidak hanya didasarkan pada logika tetapi juga sekaligus menyentuh dimensi mental spiritual,

o Jujur : melaksanakan semua pekerjaan dengan tidak menyimpang dari

prinsip moralitas,

o Tulus : melaksanakan tugas tanpa pamrih, menghindari konflik

kepentingan (pribadi, kelompok, dan golongan), serta mendedikasikan semua tugas untuk perlindungan kehidupan manusia, sebagai amal ibadah atau perbuatan untuk Tuhan Yang Maha Esa,

o Adil : menempatkan sesuatu secara berkeadilan dan memberikan haknya. STRUKTUR ORGANISASI BADAN PUSAT STATISTIK KOTA SERANG

Badan Pusat Statistik (BPS) sesuai dengan Undang-undang Nomor 16 Tahun 1997 dan Peraturan Presiden Nomor 86 Tahun 2007 mempunyai Perwakilan BPS di Daerah yang merupakan Instansi Vertikal BPS di Daerah.

Organisasi dan tata kerja BPS di daerah diatur dalam Peraturan Kepala BPS Nomor 121 Tahun 2001 tentang organisasi dan tata kerja perwakilan BPS di Daerah dengan susunan organisasi sebagai berikut :

(25)

Gambar 1. Struktur Organisasi BPS Kota Serang

Pendekatan Penyusunan Laporan Keuangan

A.3. PENDEKATAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

Laporan Keuangan Tahun 2016 ini merupakan laporan yang mencakup seluruh aspek keuangan yang dikelola oleh BPS Kota Serang. Laporan Keuangan ini dihasilkan melalui Sistem Akuntansi Instansi (SAI) yaitu serangkaian prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan dan pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan pada Kementerian Negara/Lembaga.

SAI terdiri dari Sistem Akuntansi Instansi Berbasis Akrual (SAIBA) dan Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK-BMN). SAI dirancang untuk menghasilkan Laporan Keuangan Satuan Kerja yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Operasional, dan Laporan Perubahan Ekuitas. Sedangkan SIMAK-BMN adalah sistem yang menghasilkan informasi aset tetap, persediaan, dan aset lainnya untuk penyusunan neraca dan laporan barang milik negara serta laporan manajerial lainnya.

Basis

Akuntansi A.4. BASIS AKUNTANSI

BPS Kota Serang menerapkan basis akrual dalam penyusunan dan penyajian Neraca, Laporan Operasional, dan Laporan Perubahan Ekuitas serta basis kas untuk penyusunan dan penyajian Laporan Realisasi Anggaran. Basis akrual

(26)

adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat transaksi dan peristiwa itu terjadi, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayarkan. Sedangkan basis kas adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruhi transaksi atau peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar. Hal ini sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang telah ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

Dasar

Pengukuran A.5. DASAR PENGUKURAN

Pengukuran adalah proses penetapan nilai uang untuk mengakui dan memasukkan setiap pos dalam laporan keuangan. Dasar pengukuran yang diterapkan BPS Kota Serang dalam penyusunan dan penyajian Laporan Keuangan adalah dengan menggunakan nilai perolehan historis.

Aset dicatat sebesar pengeluaran/penggunaan sumber daya ekonomi atau sebesar nilai wajar dari imbalan yang diberikan untuk memperoleh aset tersebut. Kewajiban dicatat sebesar nilai wajar sumber daya ekonomi yang digunakan pemerintah untuk memenuhi kewajiban yang bersangkutan.

Pengukuran pos-pos laporan keuangan menggunakan mata uang rupiah. Transaksi yang menggunakan mata uang asing dikonversi terlebih dahulu dan dinyatakan dalam mata uang rupiah.

Kebijakan

Akuntansi A.6. KEBIJAKAN AKUNTANSI

Penyusunan dan penyajian Laporan Keuangan Tahun 2016 telah mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Kebijakan akuntansi merupakan prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensi konvensi, aturan-aturan, dan praktik-praktik spesifik yang dipilih oleh suatu entitas pelaporan dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan. Kebijakan akuntansi yang diterapkan dalam laporan keuangan ini adalah merupakan kebijakan yang ditetapkan oleh BPS RI yang merupakan entitas pelaporan dari BPS Kota Serang. Disamping itu, dalam penyusunannya telah diterapkan kaidah-kaidah pengelolaan keuangan yang sehat di lingkungan pemerintahan.

(27)

Kebijakan-kebijakan akuntansi penting yang digunakan dalam penyusunan Laporan Keuangan BPS Kota Serang adalah sebagai berikut:

Pendapatan

LRA 1) Pendapatan- LRA

 Pendapatan-LRA diakui pada saat kas diterima pada Kas Umum Negara (KUN).

 Akuntansi pendapatan-LRA dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah nettonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran).

 Pendapatan-LRA disajikan menurut klasifikasi sumber pendapatan.

Pendapatan

LO 2) Pendapatan- LO

 Pendapatan-LO adalah hak pemerintah pusat yang diakui sebagai penambah ekuitas dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan dan tidak perlu dibayar kembali.

 Pendapatan-LO diakui pada saat timbulnya hak atas pendapatan dan /atau Pendapatan direalisasi, yaitu adanya aliran masuk sumber daya ekonomi. Secara khusus pengakuan pendapatan-LO pada Badan Akuntansi dan Pelaporan Keuangan adalah sebagai berikut:

o Pendapatan Jasa Pelatihan diakui setelah pelatihan selesai

dilaksanakan

o Pendapatan Sewa Gedung diakui secara proporsional antara nilai dan

periode waktu sewa.

o Pendapatan Denda diakui pada saat dikeluarkannya surat keputusan

denda atau dokumen lain yang dipersamakan

Akuntansi pendapatan-LO dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu

dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah nettonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran).

Pendapatan disajikan menurut klasifikasi sumber pendapatan.

Belanja 3) Belanja

 Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara yang mengurangi Saldo Anggaran Lebih dalam peride tahun anggaran yang bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah.

(28)

 Belanja diakui pada saat terjadi pengeluaran kas dari KUN.

 Khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaran, pengakuan belanja terjadi pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN).

 Belanja disajikan menurut klasifikasi ekonomi/jenis belanja dan selanjutnya klasifikasi berdasarkan organisasi dan fungsi akan diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

Beban 4) Beban

 Beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam periode pelaporan yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau konsumsi aset atau timbulnya kewajiban.

 Beban diakui pada saat timbulnya kewajiban; terjadinya konsumsi aset; terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa.

 Beban disajikan menurut klasifikasi ekonomi/jenis belanja dan selanjutnya klasifikasi berdasarkan organisasi dan fungsi diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

Aset 5) Aset

Aset diklasifikasikan menjadi Aset Lancar, Aset Tetap, Piutang Jangka Panjang dan Aset Lainnya.

Aset Lancar a. Aset Lancar

 Kas disajikan di neraca dengan menggunakan nilai nominal. Kas dalam bentuk valuta asing disajikan di neraca dengan menggunakan kurs tengah BI pada tanggal neraca.

 Investasi Jangka Pendek BLU dalam bentuk surat berharga disajikan sebesar nilai perolehan sedangkan investasi dalam bentuk deposito dicatat sebesar nilai nominal.

 Piutang diakui apabila menenuhi kriteria sebagai berikut:

a) Piutang yang timbul dari Tuntutan Perbendaharaan/Ganti Rugi apabila telah timbul hak yang didukung dengan Surat Keterangan Tanggung Jawab Mutlak dan/atau telah dikeluarkannya surat keputusan yang mempunyai kekuatan hukum tetap.

(29)

b) Piutang yang timbul dari perikatan diakui apabila terdapat peristiwa yang menimbulkan hak tagih dan didukung dengan naskah perjanjian yang menyatakan hak dan kewajiban secara jelas serta jumlahnya bisa diukur dengan andal

c) Piutang disajikan dalam neraca pada nilai yang dapat direalisasikan (net realizable value). Hal ini diwujudkan dengan membentuk penyisihan piutang tak tertagih. Penyisihan tersebut didasarkan atas kualitas piutang yang ditentukan berdasarkan jatuh tempo dan upaya penagihan yang dilakukan pemerintah. Perhitungan penyisihannya adalah sebagai berikut:

Kualitas Piutang Uraian Penyisihan

Lancar Belum dilakukan pelunasan s.d.

tanggal jatuh tempo 0.5% Kurang Lancar

Satu bulan terhitung sejak tanggal Surat Tagihan Pertama tidak dilakukan pelunasan

10%

Diragukan

Satu bulan terhitung sejak tanggal Surat Tagihan Kedua tidak dilakukan pelunasan

50%

Macet

Satu bulan terhitung sejak tanggal Surat Tagihan Ketiga tidak dilakukan pelunasan

100%

 Tagihan Penjualan Angsuran (TPA) dan Tuntutan Perbedaharaan/Ganti Rugi (TP/TGR) yang akan jatuh tempo 12 (dua belas) bulan setelah tanggal neraca disajikan sebagai Bagian Lancar TP/TGR atau Bagian Lancar TPA.

 Nilai Persediaan dicatat berdasarkan hasil inventarisasi fisik pada tanggal neraca dikalikan dengan:

o harga pembelian terakhir, apabila diperoleh dengan pembelian; o harga standar apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri;

o harga wajar atau estimasi nilai penjualannya apabila diperoleh

dengan cara lainnya.

Aset Tetap b. Aset Tetap

(30)

Penyusutan Aset Tetap

pemerintah maupun untuk kepentingan publik yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun.

 Nilai Aset tetap disajikan berdasarkan harga perolehan atau harga wajar.

 Pengakuan aset tetap didasarkan pada nilai satuan minimum kapitalisasi sebagai berikut:

a. Pengeluaran untuk per satuan peralatan dan mesin dan peralatan olah raga yang nilainya sama dengan atau lebih dari Rp300.000 (tiga ratus ribu rupiah);

b. Pengeluaran untuk gedung dan bangunan yang nilainya sama dengan atau lebih dari Rp10.000.000 (sepuluh juta rupiah);

c. Pengeluaran yang tidak tercakup dalam batasan nilai minimum kapitalisasi tersebut di atas, diperlakukan sebagai biaya kecuali pengeluaran untuk tanah, jalan/irigasi/jaringan, dan aset tetap lainnya berupa koleksi perpustakaan dan barang bercorak kesenian.

 Aset Tetap yang tidak digunakan dalam kegiatan operasional pemerintah yang disebabkan antara lain karena aus, ketinggalan jaman, tidak sesuai dengan kebutuhan organisasi yang makin berkembang, rusak berat, tidak sesuai dengan rencana umum tata ruang (RUTR), atau masa kegunaannya telah berakhir direklasifikasi ke Aset Lain-Lain pada pos Aset Lainnya.

 Aset tetap yang secara permanen dihentikan penggunaannya, dikeluarkan dari neraca pada saat ada penetapan dari entitas sesuai dengan ketentuan perundang-undangan di bidang pengelolaan BMN/BMD.

c. Penyusutan Aset Tetap

 Penyusutan aset tetap adalah penyesuaian nilai sehubungan dengan penurunan kapasitas dan manfaat dari suatu aset tetap.

 Penyusutan aset tetap tidak dilakukan terhadap: a. Tanah;

(31)

c. Aset Tetap yang dinyatakan hilang berdasarkan dokumen sumber sah atau dalam kondisi rusak berat dan/atau usang yang telah diusulkan kepada Pengelola Barang untuk dilakukan penghapusan.

 Penghitungan dan pencatatan Penyusutan Aset Tetap dilakukan setiap akhir semester tanpa memperhitungkan adanya nilai residu.

 Penyusutan Aset Tetap dilakukan dengan menggunakan metode garis lurus yaitu dengan mengalokasikan nilai yang dapat disusutkan dari Aset Tetap secara merata setiap semester selama Masa Manfaat.

 Masa Manfaat Aset Tetap ditentukan dengan berpedoman Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 59/KMK.06/2013 tentang Tabel Masa Manfaat Dalam Rangka Penyusutan Barang Milik Negara berupa Aset Tetap pada Entitas Pemerintah Pusat. Secara umum tabel masa manfaat adalah sebagai berikut:

Penggolongan Masa Manfaat Aset Tetap

Kelompok Aset Tetap Masa Manfaat

Peralatan dan Mesin 2 s.d. 20 tahun

Gedung dan Bangunan 10 s.d. 50 tahun

Jalan, Jaringan dan Irigasi 5 s.d 40 tahun

Aset Tetap Lainnya (Alat Musik Modern) 4 tahun

Piutang Jangka

Panjang d. Piutang Jangka Panjang

 Piutang Jangka Panjang adalah piutang yang diharapkan/dijadwalkan akan diterima dalam jangka waktu lebih dari 12 (dua belas ) bulan setelah tanggal pelaporan.

 Tagihan Penjualan Angsuran (TPA), Tagihan Tuntutan

Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi (TP/TGR) dinilai berdasarkan nilai nominal dan disajikan sebesar nilai yang dapat direalisasikan.

Aset Lainnya e. Aset Lainnya

(32)

piutang jangka panjang. Termasuk dalam Aset Lainnya adalah aset tak berwujud, tagihan penjualan angsuran yang jatuh tempo lebih dari 12 (dua belas) bulan, aset kerjasama dengan pihak ketiga (kemitraan), dan kas yang dibatasi penggunaannya.

 Aset Tak Berwujud (ATB) disajikan sebesar nilai tercatat neto yaitu sebesar harga perolehan setelah dikurangi akumulasi amortisasi.

 Amortisasi ATB dengan masa manfaat terbatas dilakukan dengan metode garis lurus dan nilai sisa nihil. Sedangkan atas ATB dengan masa manfaat tidak terbatas tidak dilakukan amortisasi.

 Masa Manfaat Aset Tak Berwujud ditentukan dengan berpedoman Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 620/KM.6/2015 tentang Masa Manfaat Dalam Rangka Amortisasi Barang Milik Negara berupa Aset Tak Berwujud pada Entitas Pemerintah Pusat. Secara umum tabel masa manfaat adalah sebagai berikut :

Penggolongan Masa Manfaat Aset Tak Berwujud

Kelompok Aset Tak Berwujud Masa Manfaat(tahun)

SoftwareKomputer 4

Franchise 5

Lisensi, Hak Paten Sederhana, Merk, Desain Industri, Rahasia Dagang, Desain Tata Letak

Sirkuit Terpadu. 10

Hak Ekonomi Lembaga Penyiaran, Paten Biasa, Perlindungan Varietas Tanaman Semusim.

20 Hak Cipta Karya Seni Terapan,

Perlindungan Varietas Tanaman Tahunan 25

Hak Cipta atas Ciptaan Gol.II, Hak Ekonomi Pelaku Pertunjukan, Hak Ekonomi Produser

Fonogram. 50

(33)

 Aset Lain-lain berupa aset tetap pemerintah disajikan sebesar nilai buku yaitu harga perolehan dikurangi akumulasi penyusutan.

Kewajiban 6) Kewajiban

 Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah.

 Kewajiban pemerintah diklasifikasikan kedalam kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang.

a. Kewajiban Jangka Pendek

Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek jika diharapkan untuk dibayar atau jatuh tempo dalam waktu dua belas bulan setelah tanggal pelaporan.

Kewajiban jangka pendek meliputi Utang Kepada Pihak Ketiga, Belanja yang Masih Harus Dibayar, Pendapatan Diterima di Muka, Bagian Lancar Utang Jangka Panjang, dan Utang Jangka Pendek Lainnya.

b. Kewajiban Jangka Panjang

Kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang jika diharapkan untuk dibayar atau jatuh tempo dalam waktu lebih dari dua belas bulan setelah tanggal pelaporan.

 Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal, yaitu sebesar nilai kewajiban pemerintah pada saat pertama kali transaksi berlangsung.

Ekuitas 7) Ekuitas

Ekuitas merupakan merupakan selisih antara aset dengan kewajiban dalam satu periode. Pengungkapan lebih lanjut dari ekuitas disajikan dalam Laporan Perubahan Ekuitas.

(34)

B. PENJELASAN ATAS POS-POS LAPORAN REALISASI ANGGARAN

Selama periode berjalan, BPS Kota Serang telah mengadakan revisi Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) dari DIPA awal. Hal ini disebabkan oleh adanya program penghematan belanja pemerintah dan adanya perubahan kegiatan sesuai dengan kebutuhan dan situasi serta kondisi pada saat pelaksanaan. Perubahan tersebut berdasarkan sumber pendapatan dan jenis belanja antara lain :

Tabel 1.

Revisi Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Tahun 2016

BPS Kota Serang melakukan 7 (tujuh) kali revisi anggaran yang merupakan kewenangan Kantor Wilayah Dirjen Perbendaharaan Provinsi Banten maupun Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan dengan rincian sebagai berikut:

1) Surat Pengesahan DIPA Petikan Revisi ke-1 tanggal 2 Maret 2016 merupakan revisi kewenangan Kanwil Dirjen Perbendaharaan Provinsi Banten. Revisi anggaran dilakukan dalam rangka pergeseran rincian anggaran dalam hal pagu anggaran bertambah yang meliputi realokasi anggaran Sensus Ekonomi 2016 (SE2016) antar satker BPS se-Provinsi Banten, ralat rencana penarikan dana dan rencana penerimaan dalam halaman III DIPA Menghasilkan DIPA Petikan baru dengan nomor Digital Stamp (DS): 0739 2515 5679 4559 dan total nilai pagu sebesar Rp 6.455.352.000 (Enam milyar empat ratus lima puluh lima juta tiga ratus lima puluh dua ribu rupiah) dari pagu awal Rp.6.254.711.000 (Enam milyar dua ratus lima puluh empat juta tujuh ratus sebelas ribu rupiah). Total tambahan anggaran yang diterima BPS Kota

ANGGARAN ANGGARAN

AWAL SETELAH REVISI

Pendapatan Pendapatan Jasa - -Pendapatan Lain-lain - -Jumlah Pendapatan - -Belanja Belanja Pegawai 2.011.733.000 2.248.875.000 Belanja Barang 4.177.978.000 3.975.755.000

Belanja Bantuan Sosial 0

-Belanja Modal 65.000.000 60.550.000

Jumlah Belanja 6.254.711.000 6.285.180.000

Uraian

(35)

Serang untuk kegiatan SE2016 yaitu sebesar Rp 200.641.000 (Dua ratus juta enam ratus empat puluh satu ribu rupiah).

2) Surat Pengesahan DIPA Petikan Revisi ke-2 tanggal 14 Juni 2016 merupakan revisi kewenangan Kanwil Dirjen Anggaran Kementrian Keuangan. Revisi anggaran dilakukan dalam rangka self blocking anggaran dalam rangka penghematan. Menghasilkan DIPA Petikan baru dengan nomor Digital Stamp (DS): 7061-3034-96301831 dan total nilai pagu tidak berubah yaitu sebesar Rp 6.455.352.000 (Enam milyar empat ratus lima puluh lima juta tiga ratus lima puluh dua ribu rupiah) dan anggaran yang diblokir (diberi tanda *) .

3) Surat Pengesahan DIPA Petikan Revisi ke-3 tanggal 27 Juli 2016 merupakan revisi kewenangan Kanwil Dirjen Anggaran Kementrian Keuangan. Revisi anggaran dilakukan dalam rangka self blocking anggaran dalam rangka penghematan sebesar Rp. 210.772.000 (Dua ratus sepuluh juta tujuh ratus tujuh puluh dua ribu rupiah). Menghasilkan DIPA Petikan baru dengan nomor Digital Stamp (DS): 5161-8780-1530-0140 dan total nilai pagu menjadi Rp. 6.244.580.000 (Enam milyar dua ratus empat puluh empat juta lima ratus delapan puluh ribu rupiah) dari pagu awal sebesar Rp 6.455.352.000 (Enam milyar empat ratus lima puluh lima juta tiga ratus lima puluh dua ribu rupiah).

4) Surat Pengesahan DIPA Petikan Revisi ke-4 tanggal 20 September 2016 merupakan revisi kewenangan Kanwil Dirjen Anggaran Kementrian Keuangan. Revisi anggaran dilakukan dalam rangka self blocking anggaran dalam rangka penghematan dan anggaran yang diblokir (diberi tanda *). Menghasilkan DIPA Petikan baru dengan nomor Digital Stamp (DS): 4540-4180-2531-0086 dan total nilai pagu tidak berubah yaitu sebesar Rp. 6.244.580.000 (Enam milyar dua ratus empat puluh empat juta lima ratus delapan puluh ribu rupiah).

5) Surat Pengesahan DIPA Petikan Revisi ke-5 tanggal 10 Oktober 2016 merupakan revisi kewenangan Kanwil Dirjen Perbendaharaan Provinsi Banten. Revisi anggaran dilakukan dalam rangka perubahan pejabat perbendaharaan dan ralat rencana penarikan dana. Menghasilkan DIPA Petikan baru dengan nomor Digital Stamp (DS): 4540-4180-2531-0086 dan total nilai pagu tidak berubah yaitu sebesar Rp. 6.244.580.000 (Enam milyar

(36)

Realisasi Pendapatan Rp 2.125.000

dua ratus empat puluh empat juta lima ratus delapan puluh ribu rupiah).

6) Surat Pengesahan DIPA Petikan Revisi ke-6 tanggal 25 November 2016 merupakan revisi kewenangan Kanwil Dirjen Anggaran Kementrian Keuangan. Revisi anggaran dilakukan dalam rangka pergeseran antar keluaran, kegiatan dan antar satker antar kanwil. Menghasilkan DIPA Petikan baru dengan nomor Digital Stamp (DS): 3325-9805-2702-3713 dan total nilai pagu menjadi Rp. 6.285.180.000 (Enam milyar dua ratus delapan puluh lima juta seratus delapan puluh ribu rupiah) dari pagu sebelumnya sebesar Rp. 6.244.580.000 (Enam milyar dua ratus empat puluh empat juta lima ratus delapan puluh ribu rupiah).

7) Surat Pengesahan DIPA Petikan Revisi ke-7 tanggal 1 Desember 2016 merupakan revisi kewenangan Kanwil Dirjen Perbendaharaan Provinsi Banten. Revisi anggaran dilakukan dalam rangka ralat rencana penarikan dana ( hal III DIPA ). Menghasilkan DIPA Petikan baru dengan nomor Digital Stamp (DS): 3325-9805-2702-3713 dan total nilai pagu tidak berubah yaitu sebesar Rp. 6.285.180.000 (Enam milyar dua ratus delapan puluh lima juta seratus delapan puluh ribu rupiah).

8) Surat Pengesahan DIPA Petikan Revisi ke-8 tanggal 30 Januari 2017 merupakan revisi kewenangan Kanwil Dirjen Perbendaharaan Provinsi Banten. Revisi anggaran dilakukan dalam rangka pagu minus. Menghasilkan DIPA Petikan baru dengan nomor Digital Stamp (DS) : 3325-9805-2702-3713 dan total nilai pagu tidak berubah yaitu sebesar Rp. 6.285.180.000 (Enam milyar dua ratus delapan puluh lima juta seratus delapan puluh ribu rupiah).

B.1 Pendapatan

Realisasi Pendapatan untuk periode yang berakhir pada 31 Desember 2016 adalah sebesar Rp 2.125.000 dari estimasi pendapatan yang ditetapkan sebesar Rp 0. Pendapatan BPS Kota Serang terdiri dari Pendapatan dari Pengelolaan BMN dan Pendapatan Lain-lain. Rincian estimasi pendapatan dan realisasinya adalah sebagai berikut :

(37)

Tabel 2.

Rincian Estimasi dan Realisasi Pendapatan

No Uraian Anggaran Realisasi % Real

Angg. 1 Pendapatan dari Pengelolaan BMN - 1.600.000

-2 Pendapatan Jasa - 0

-3 Pendapatan Iuran dan Denda - 0

-4 Pendapatan Lain-Lain - 525.000

-Jumlah - 2.125.000

-Tidak ada Realisasi Pendapatan Jasa dan Pendapatan Iuran dan Denda pada TA 2016 di BPS Kota Serang, tetapi terdapat Pendapatan dari Pengelolaan BMN dan Pendapatan Lain-lain berupa Penerimaan negara Bukan Pajak Badan Pusat Statistik Kota Serang berupa:

1. Akun 423129-Pendapatan dari Pemindahan BMN lainnya Rp.1.600.000 (lelang 3 buah motor).

2. Akun 423951-Penerimaan kembali belanja pegawai TAYL Rp.355.000 (kelebihan bayar tunjangan struktural)

3. Akun 423952-Penerimaan kembali Belanja Barang TAYL Rp.170.000

(kelebihan bayar moderator)

Tabel 3

Perbandingan Realisasi Pendapatan TA 2016 dan 2015

Realisasi Realisasi TA 2016 TA 2015

1. Pendapatan dari pengelolaan BMN 1.600.000 -

-2. Pendapatan Jasa - -

-3. Pendapatan Iuran dan Denda - -

-4. Pendapatan Lain-Lain 525.000 898.340 -41,56

Jumlah 2.125.000 898.340 136,55

Uraian Naik/Turun

(38)

Realisasi Belanja Negara Rp.

6.033.415.838

B.2. Belanja

Realisasi Belanja instansi pada 31 Desember TA 2016 adalah sebesar Rp 6.033.415.838 atau 95,99 persen dari anggaran belanja sebesar Rp 6.285.180.000. Rincian anggaran dan realisasi belanja 31 Des em ber T A 2016 adalah sebagai berikut :

Tabel 4.

Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja 31 Desember TA 2016

Komposisi anggaran dan realisasi belanja dapat dilihat dalam grafik berikut ini:

Anggaran Realisasi Belanja Penyerapan (%) 2.248.875.000 2.205.258.266 98,06 3.975.755.000 3.767.607.572 94,76 60.550.000 60.550.000 100,00 6.285.180.000 6.033.415.838 95,99 0 (8.945.159) -6.285.180.000 6.024.470.679 95,85 Uraian Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Bersih Belanja Modal

Total Belanja Kotor Pengembalian Belanja

(39)

Anggaran dan realisasi belanja 31 Desember TA 2016 berdasarkan program dan jenis belanja dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini :

Tabel 5.

Rincian Belanja Berdasarkan Program dan Jenis Belanja 31 Desember TA 2016

Berdasarkan Tabel 6 Perbandingan Realisasi Belanja 31 Desember TA 2016 dan 31 Desember TA 2015 menunjukkan bahwa realisasi belanja pada TA 2016 mengalami penurunan sebesar minus 3,11 persen dibandingkan realisasi belanja pada TA 2015. Penurunan realisasi belanja ini dipengaruhi oleh berkurangnya belanja modal pada TA 2016 yang mengalami penurunan sebesar minus 97,65 persen dibandingkan belanja modal pada TA 2015.

Program

Kelompok Belanja

Anggaran

Realisasi

Persen

1. Belanja Pegawai (51)

2.248.875.000 2.205.258.266

98,06

2. Belanja Barang (52)

369.081.000

327.205.372

88,65

3.

Belanja Modal (53)

-

-

-Jumlah

2.617.956.000 2.532.463.638

96,73

1. Belanja Pegawai (51)

-

-

-2. Belanja Barang (52)

3.606.674.000 3.440.402.200

95,39

3. Belanja Modal (53)

-

-

-Jumlah

3.606.674.000 3.440.402.200

95,39

1. Belanja Modal (53)

60.550.000

60.550.000

100,00

Jumlah

60.550.000

60.550.000

100,00

6.285.180.000 6.033.415.838

95,99

-

-8.945.159

-6.285.180.000 6.024.470.679

95,85

DMPTL

PPIS

PSPA

Jumlah Bruto

Pengembalian Belanja

Jumlah Netto

(40)

Tabel 6.

Perbandingan Realisasi Belanja 31 Desember TA 2016 dan 31 Desember TA 2015

Belanja Pegawai Rp 2.205.258.266

B.3 Belanja Pegawai

Realisasi Belanja Pegawai pada TA 2016 meliputi: Belanja Gaji dan Tunjangan PNS; Belanja Gaji dan Tunjangan Non PNS; Belanja Honorarium; Belanja Lembur; dan Belanja Vakasi. Realisasi belanja pegawai 31 Desember TA 2016 dan 31 Desember TA 2015 adalah masing-masing sebesar Rp 2.205.258.266 dan Rp 1.981.948.343.

Berdasarkan Tabel 7 Perbandingan Realisasi Belanja Pegawai 31 Desember TA 2016 dan 31 Desember TA 2015, realisasi belanja TA 2016 mengalami peningkatan sebesar 11,27 persen dibanding TA 2015. Hal ini disebabkan adanya pegawai yang naik pangkat dan yang mengalami kenaikan gaji berkala. Rincian belanja pegawai disajikan dalam tabel berikut :

Uraian Jenis Belanja

TA 2016

TA 2015

Naik/(Turun) Persentase

Belanja Pegawai

2.205.258.266

1.981.948.343

223.309.923

11,27

Belanja Barang

3.767.607.572

1.672.199.627 2.095.407.945

125,31

Belanja Modal

60.550.000

2.573.150.000 -2.512.600.000

-97,65

Jumlah

6.033.415.838

6.227.297.970

-193.882.132

-3,11

(41)

Tabel 7.

Perbandingan Belanja Pegawai 31 Desember 2016 dan 2015

Belanja Barang Rp. 3.767.607.572

B.4 Belanja Barang

Realisasi Belanja Barang 31 Desember 2016 dan 31 Desember 2015 adalah masing-masing sebesar Rp 3.767.607.572 dan Rp 1.672.199.627. Realisasi Belanja Barang 31 Desember 2016 mengalami kenaikan sebesar 125,31 % dari Realisasi Belanja Barang 31 Desember 2015. Kenaikan yang tinggi ini disebabkan pada tahun 2016 adanya kegiatan besar yaitu Sensus Ekonomi 2016 (SE2016) yang pelaksanaan lapangannya pada bulan Mei 2016. Kegiatan SE2016 ini cukup besar menyerap anggaran khususnya untuk pembayaran honor petugas lapangan sebanyak 923 orang yang dibayar secara kontrak dimana untuk petugas PCL yang berjumlah 691 orang sedangkan PML yang berjumlah 232 orang dengan telah menyerap anggaran sebesar Rp 2.307.875.000.

Uraian Jenis Belanja

Realisasi

TA 2016

Realisasi

TA 2015

Naik/ (Turun)

Persen (%)

Belanja Gaji dan Tunjangan PNS

2.205.258.266

1.981.948.343

223.309.923

11,27

Belanja Gaji dan Tunjangan Non PNS

-

-

-

-Belanja Honorarium

-

-

-

-Belanja Lembur

-

-

-

-Belanja Vakasi

-

-

-

-Realisasi Belanja Kotor

2.205.258.266

1.981.948.343

223.309.923

11,27

Pengembalian Belanja Pegawai

-8.945.159

-28.988.051

20.042.892

-69,14

(42)

Belanja Modal Rp. 60.550.000

Tabel 8.

Perbandingan Belanja Barang 31 Desember TA 2016 dan 31 Desember TA 2015

B.5. Belanja Modal

Realisasi Belanja Modal 31 Desember TA 2016 dan 31 Desember TA 2015 masing-masing sebesar Rp 60.550.000 dan Rp 2.573.150.000. Realisasi Belanja Modal TA 2016 mengalami penurunan sebesar 97,65 persen dibandingkan TA 2015 disebabkan pada tahun anggaran 2015 ada belanja modal tanah yang nilainya cukup besar serta belanja peralatan dan mesin berupa meubelair, serta pembelian AC. Sedangkan di 30 September 2016 hanya ada belanja modal peralatan dan mesin yang nilai tidak terlalu besar. Rincian Belanja Modal disajikan dalam tabel berikut ini:

Uraian Realisasi Realisasi Naik/ Persen

Jenis Belanja TA 2016 TA 2015 Turun (%)

Belanja Barang

Operasional 187.944.350 171.315.990 16.628.360 9,71

Belanja Barang Non

Operasional 3.125.656.900 830.486.625 2.295.170.275 276,36 Belanja Barang Persediaan 21.180.200 81.636.300 (60.456.100) (74,06) Belanja Jasa 56.811.005 107.768.483 (50.957.478) (47,28) Belanja Pemeliharaan 94.600.117 127.861.729 (33.261.612) (26,01) Belanja Perjalanan Dalam Negeri 281.415.000 353.130.500 (71.715.500) (20,31) Realisasi Belanja Kotor 3.767.607.572 1.672.199.627 2.095.407.945 125,31 Pengembalian Belanja - - - -Realisasi Belanja Bersih 3.767.607.572 1.672.199.627 2.095.407.945 125,31

(43)

Tabel 9.

Perbandingan Realisasi Belanja Modal 31 Desember 2016 dan 31 Desember 2015

Belanja Modal Peralatan dan Mesin Rp 60.550.000

B.5.1 Belanja Modal Peralatan dan Mesin

Realisasi Belanja Modal Peralatan dan Mesin 31 Desember TA 2016 adalah sebesar Rp 60.550.000, mengalami peningkatan sebesar 123,02 persen bila dibandingkan dengan realisasi 31 Desember TA 2015 sebesar Rp 27.150.000. Hal ini disebabkan karena pada tahun anggaran 2016 ada pembelian 2 unit alat angkutan darat bermotor, viewer, telepon dan eksternal harddisk sementara tahun anggaran 2015 ada pembelian AC, Rak Arsip dan Meubel.

Uraian Jenis Belanja Realisasi TA 2016

Realisasi

TA 2015 Naik/Turun Persen (%)

Belanja Modal Tanah 0 2.546.000.000 -2.546.000.000 -100,00

Belanja Modal Peralatan dan

Mesin 60.550.000 27.150.000 33.400.000 123,02

Belanja Modal Gedung dan

Bangunan 0 0 0

-Belanja Modal Fisik Lainnya 0 0 0

-Realisasi Belanja Kotor 60.550.000 2.573.150.000 -2.512.600.000 -97,65

Pengembalian Belanja 0 0 0 0,00

(44)

Tabel 10.

Perbandingan Realisasi Belanja Modal Peralatan dan Mesin 31 Desember TA 2016 dan 31 Desember TA 2015 Uraian Jenis Belanja Realisasi

TA 2016

Realisasi

TA 2015 Naik/Turun (%)

Alat Bantu - -

-Alat Angkutan Darat Bermotor 34.320.000 - 100,00

Alat Angkutan Darat tak Bermotor - -

-Alat Bengkel Tak Bermesin - -

-Alat Kantor 26.230.000 27.150.000 -3,39

Alat Rumah Tangga -

-Komputer Unit -

-Peralatan Komputer

Jumlah Belanja Kotor 60.550.000 27.150.000 123,02

Pengembalian Belanja - -

-Jumlah Belanja Bersih 60.550.000 27.150.000 123,02

C. PENJELASAN ATAS POS-POS NERACA

Kas di Bendahara Pengeluaran Rp

0,-C.1 Kas di Bendahara Pengeluaran

Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran per 31 Desember 2016 dan 2015 adalah masing-masing sebesar Rp 0,- dan Rp 0,- yang merupakan kas yang dikuasai, dikelola dan berada di bawah tanggung jawab Bendahara

Pengeluaran yang berasal dari sisa UP/TUP yang belum

dipertanggungjawabkan atau belum disetorkan ke Rekening Kas Negara per tanggal neraca.

Gambar

Gambar 1. Struktur Organisasi BPS Kota Serang

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pada hasil dan pembahasan yang telah dibuat maka dapat disimpulkan Ada pengaruh yang signifikan anatara kepuasan kerja dengan OCB Pada karyawan Rumah

Laporan Keuangan Pusat Data dan Teknologi Informasi yang terdiri dari: Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Catatan

Laporan Keuangan Pengadilan Negeri Sidrap yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Catatan atas Laporan

Laporan Keuangan Pengadilan Agama Metro yang terdiri dari : Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas dan Catatan

Laporan Keuangan Pengadilan Agama Tanggamus yang terdiri dari: Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Catatan atas

Untuk dapat mendidik dengan baik, maka guru Pendidikan Agama Islam harus mempunyai sifat-sifat tertentu seperti yang dikatakan oleh ibu Noor Aminah selaku guru

Walau pun banyak jenis penjerap telah dipakai untuk kolom, alumina dan silika gel adalah penjerap yang paling berguna dan mudah didapat.Fraksi kolom yang

Hasil Interpretasi terhadap teks hadis liwa dan rayah dengan pendekatan hermeneutika fenomenologi Paul Ricoeur menjelaskan bahwa teks yang menjadi simbol dalam bendera