• Tidak ada hasil yang ditemukan

NILAI TUKAR PETANI (NTP) DI PROVINSI SULAWESI UTARA NOVEMBER 2015 SEBESAR 96,93 ATAU NAIK SEBESAR 0,52 PERSEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "NILAI TUKAR PETANI (NTP) DI PROVINSI SULAWESI UTARA NOVEMBER 2015 SEBESAR 96,93 ATAU NAIK SEBESAR 0,52 PERSEN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

No./12/71/Th.IX, 01 Desember 2015

NILAI TUKAR PETANI (NTP) DI PROVINSI SULAWESI UTARA

NOVEMBER 2015 SEBESAR 96,93 ATAU NAIK SEBESAR 0,52 PERSEN

Nilai Tukar Petani (NTP) adalah perbandingan antara indeks harga yang diterima petani (It) dengan indeks harga yang dibayar petani (Ib) dan dinyatakan dalam persentase. NTP merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kesejahteraan petani, dengan mengukur kemampuan tukar produk yang dihasilkan/dijual petani dibandingkan dengan produk yang dibutuhkan petani baik untuk proses produksi maupun untuk konsumsi rumah tangga petani. Semakin tinggi NTP dapat diartikan kemampuan daya beli atau daya tukar (term of trade) petani relatif lebih baik dan tingkat kehidupan petani juga lebih baik.

Mulai Desember 2013 dilakukan perubahan tahun dasar dalam penghitungan NTP dari tahun dasar 2007=100 menjadi tahun dasar 2012=100. Perubahan tahun dasar ini dilakukan untuk menyesuaikan perubahan/pergesaran pola produksi pertanian dan pola konsumsi rumah tangga pertanian diperdesaan, serta perluasan cakupan subsektor pertanian dan provinsi dalam penghitungan NTP, agar penghitungan indeks dapat dijaga ketepatannya.

Perbedaan antara NTP tahun dasar 2007=100 dengan NTP tahun dasar 2012=100 adalah meningkatnya cakupan jumlah komoditas baik pada paket komoditas It maupun Ib. Penghitungan NTP (2012=100) juga mengalami perluasan khususnya pada Subsektor Perikanan. Selain NTP Perikanan secara umum yang dihitung di 33 provinsi, Nilai Tukar Nelayan (NTN) dan Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi) juga disajikan secara terpisah.

 Pada bulan November 2015, Nilai Tukar Petani (NTP) di Provinsi Sulawesi Utara sebesar 96,93 atau meningkat sebesar 0,52 persen dibanding NTP Oktober 2015 yaitu sebesar 96,43. Peningkatan NTP ini disebabkan peningkatan indeks harga yang diterima petani lebih besar dibandingkan dengan peningkatan peningkatan indeks harga yang dibayar petani, dengan masing-masing perubahan indeks sebesar 0,56 persen untuk indeks yang diterima dan 0,04 persen perubahan yang terjadi pada indeks yang dibayarkan petani. Sedangkan untuk NTP tahun kalender dan YoY menurun masing-masing sebesar 0,43 persen dan 2,69 persen.

 Pada bulan November 2015, di daerah perdesaan Provinsi Sulawesi Utara terjadi inflasi sebesar 0,01 persen. Inflasi perdesaan ini umumnya lebih disebabkan oleh meningkatnya indeks pada kelompok pengeluaran perumahan yang mencapai sebesar 0,21 persen.

 Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) Provinsi Sulawesi Utara di bulan November 2015 sebesar 106,74 atau meningkat sebesar 0,39 persen dibanding NTUP bulan sebelumnya, sebesar 106,33.

(2)

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), dimana komponen Ib hanya terdiri dari Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM). Dengan dikeluarkannya konsumsi rumah tangga dari komponen indeks harga yang dibayar petani (Ib), NTUP dapat lebih mencerminkan kemampuan produksi petani, karena yang dibandingkan hanya produksi dengan biaya produksinya.

Tabel 1

NILAI TUKAR PETANI (NTP) GABUNGAN PROVINSI SULAWESI UTARA NOVEMBER 2015 (2012 = 100)

Rincian

Indeks Gabungan Sulut Perubahan (%) Oktober’15 November’15 Prbhn Nov’15 thd Okt’15 Tahun Kalender YoY [1] [2] [3] [4] [5] [6]

Indeks Harga yang

Diterima Petani 114.55 114.01 117.66 118.32 0.56

Indeks Harga yang Dibayar

Petani 117.66 114.45 122.01 122.06 0.04

Konsumsi Rumah Tangga 120.49 116.91 126.17 126.18 0.01

Bahan Makanan 126.90 122.23 136.86 136.79 -0.05

Makanan Jadi 111.87 110.68 117.89 117.85 -0.03

Perumahan 115.18 113.20 117.67 117.92 0.21

Sandang 108.89 107.09 109.73 109.86 0.11

Kesehatan 107.75 106.79 113.15 113.27 0.11

Pendidikan, Rekreasi & Olah

raga 105.22 104.22 106.19 106.31 0.12

Transportasi dan Komunikasi 133.44 124.99 129.85 129.78 -0.05

BPPBM 110.06 107.92 110.65 110.84 0.17

Bibit 109.20 107.97 109.69 109.81 0.11

Obat-obatan & Pupuk 106.83 105.56 106.94 107.38 0.41

Sewa Lahan, Pajak &

Lainnya 106.30 105.76 107.71 107.72 0.01

Transportasi 137.55 125.28 130.06 130.17 0.08

Penambahan Barang Modal 106.53 105.77 107.09 107.34 0.23

Upah Buruh Tani 108.39 106.97 111.20 111.34 0.12

Nilai Tukar Petani 97.35 99.62 96.43 96.93 0.52

Nilai Tukar Usaha

Pertanian 104.08 105.65 106.33 106.74 0.39

(3)

harga barang/produk pertanian yang dihasilkan memiliki peningkatan yang lebih besar dibandingkan dengan peningkatan indeks yang dikeluarkan petani berupa konsumsi rumah tangga dan keperluan produksi pertanian, seperti terlihat pada Tabel 1. Di sisi lain NTP Sulawesi Utara masih berada di bawah nilai 100, artinya bahwa daya beli petani di Sulawesi Utara masih belum lebih baik dibandingkan dengan keadaan di tahun dasarnya, 2012. Atau dengan kata lain bahwa kesejahteraan petani di Sulawesi Utara dapat diindikasikan masih kurang lebih baik dibandingkan tahun dasarnya, 2012.

Tabel 2

NILAI TUKAR PETANI (NTP) SULAWESI UTARA OKTOBER – November 2015 (2012 = 100)

Subsektor Bulan % Perub.

Oktober’15 November’15

[1] [2] [3] [4]

1 Tanaman Pangan

a Indeks Harga yang Diterima (It) 119.72 120.45 0.61

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 123.23 123.29 0.04

c Nilai Tukar Petani (NTPP) 97.15 97.70 0.57

2 Hortikultura

a Indeks Harga yang Diterima (It) 129.82 132.76 2.26

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 122.70 122.99 0.23

c Nilai Tukar Petani (NTPH) 105.80 107.94 2.03

3 Tanaman Perkebunan Rakyat

a Indeks Harga yang Diterima (It) 106.86 106.73 -0.13

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 122.64 122.55 -0.07

c Nilai Tukar Petani (NTPR) 87.13 87.09 -0.05

4 Peternakan

a Indeks Harga yang Diterima (It) 117.81 117.68 -0.11

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 117.36 117.45 0.08

c Nilai Tukar Petani (NTPT) 100.38 100.19 -0.19

5 Perikanan

a Indeks Harga yang Diterima (It) 129.89 129.66 -0.18

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 123.46 123.40 -0.04

c Nilai Tukar Petani (NTNP) 105.21 105.07 -0.14

5.1. Perikanan Tangkap

a Indeks Harga yang Diterima (It) 138.82 138.32 -0.36

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 124.03 123.98 -0.04

c Nilai Tukar Petani (NTN) 111.92 111.56 -0.32

5.2. Perikanan Budidaya

a Indeks Harga yang Diterima (It) 113.77 114.02 0.22

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 122.42 122.37 -0.04

(4)

1. Indeks harga yang diterima petani (I

t

)

Indeks harga yang diterima petani (It) adalah indeks yang berasal dari seluruh harga-harga yang didapatkan petani dari hasil penjualan seluruh komoditi pertanian yang diusahakan.

Pada bulan November 2015 indeks harga yang diterima petani (It) di Provinsi Sulawesi Utara mencapai nilai 118,32. Indeks harga yang diterima ini mengalami peningkatan sebesar 0,56 persen jika dibandingkan dengan keadaan di bulan Oktober 2015, sebesar 117,66. Peningkatan It terjadi pada subsektor tanaman pangan, dan hortikultura dimana pertumbuhan yang tertinggi terjadi pada subsektor hortikultura, sebesar 2,26 persen. Sedangkan indeks It yang tertinggi berada pada subsektor perikanan tangkap sebesar 138,32.

2. Indeks harga yang dibayar petani (I

b

)

Indeks harga yang dibayar petani (Ib) dapat menunjukkan fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat pedesaan, khususnya rumah tangga petani yang merupakan bagian kelompok terbesar yang ada di daerah perdesaan, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian.

Indeks harga yang dibayar petani (Ib) Sulawesi Utara di bulan November 2015 adalah sebesar 122,06, meningkat sebesar 0,56 persen dibandingkan bulan Oktober 2015, sebesar 122,01. Peningkatan indeks Ib terjadi pada sub sektor tanaman pangan, hortikultura, dan TPR, dimana pertumbuhan yang terbesar berada pada subsektor hortikultura, sebesar 0,23 persen.

3. NTP Subsektor

a. Subsektor Tanaman Pangan/Padi & Palawija (NTPP)

NTP sub sektor tanaman pangan pada bulan November 2015 mengalami peningkatan sebesar 0,57 persen dibandingkan dengan NTPP bulan Oktober 2015, dari nilai 97,15 di bulan Oktober 2015 meningkat menjadi 97,70 di bulan November 2015. Hal ini disebabkan indeks harga yang diterima petani mengalami peningkatan sebesar 0,61 persen, dimana laju pertumbuhan ini melebihi petumbuhan indeks harga yang dibayar petani yang meningkat hanya mencapai sebesar 0,04 persen.

Indeks harga yang diterima petani berasal dari kelompok padi dan palawija dimana indeks pada masing-masing kelompok ini mengalami peningkatan masing-masing sebesar 0,40 persen dan 0,83 persen. Komoditi yang memberikan peningkatan indeks yang diterima petani disumbang oleh komoditi Gabah, Jagung, Ubi Kayu, dan Ubi Jalar, masing-masing sebesar 0,40%, 0,45%, 0,64%, dan 5,23%.

NTP pada sub sektor ini berada di bawah nilai 100, artinya bahwa tingkat daya beli rumah tangga petani pada sub sektor tanaman pangan di bulan November 2015 masih belum lebih baik dibandingkan

(5)

b. Subsektor Hortikultura (NTPH)

NTP subsektor Hortikultura mengalami peningkatan sebesar 2,03 persen di bulan November 2015. Hal ini disebabkan peningkatan indeks harga yang diterima petani lebih besar dibanding dengan peningkatan indeks harga yang dibayar petani. Peningkatan indeks harga yang diterima petani sebesar 2,26 persen sedangkan indeks harga yang dibayar petani sebesar 0,23 persen. Nilai NTPH di bulan Oktober 2015 sebesar 105,80 meningkat menjadi 107,94 di bulan November 2015.

Komoditi yang menyumbang peningkatan indeks NTP sub sektor hortikultura adalah Bawang Daun, Bawang Merah, Tomat, dan Kentang, masing-masing meningkat sebesar 2,64%, 4,40%, 6,53%, dan 4,89%.

Berbeda halnya dengan sub sektor tanaman pangan, NTP pada sub sektor hortikultura berada pada nilai di atas 100. Artinya adalah bahwa kemampuan daya beli rumah tangga petani sub sektor hortikultura dalam memenuhi kebutuhan konsumsi rumah tangga maupun kebutuhan untuk biaya produksi dan penambahan barang modal untuk usaha pertaniannya lebih baik dibandingkan dengan keadaan di tahun dasar 2012.

c. Subsektor Perkebunan Rakyat (NTPR)

Pada bulan November 2015, NTPR mengalami penurunan sebesar 0,05 persen, dari 87,13 di bulan Oktober 2015 menurun menjadi 87,09 di bulan November 2015. Hal ini disebabkan indeks harga yang diterima petani mengalami penurunan, sebesar 0,13 persen, sedangkan indeks harga yang dibayar petani menurun sebesar 0,07 persen.

Penurunan indeks harga yang diterima petani disebabkan oleh menurunnya indeks beberapa komoditi pada sub sektor ini yakni Kakao, sebesar 4,97 persen.

d. Subsektor Peternakan (NTPT)

Berbeda halnya dengan sub sektor sebelumnya, di bulan November 2015 NTPT mengalami penurunan, sebesar 0,19 persen, yakni dari nilai 100,38 di bulan Oktober menurun menjadi 100,19 di bulan November. Hal ini disebabkan indeks harga yang diterima petani mengalami penurunan sebesar 0,11 persen, akan tetapi indeks yang dibayarkan petani mengalami peningkatan sebesar 0,08 persen.

Penurunan indeks harga yang diterima petani disebabkan oleh menurunnya indeks komoditi pembentuk It dari beberapa kelompok ternak kecil, unggas dan hasil ternak, sebesar 0,55 persen, 0,49 persen dan 0,76 persen. Sedangkan dari komoditinya terlihat bahwa penurunan indeks berjalan Babi, Ayam Buras, Ayam Ras Pedaging, dan Ayam Ras Petelur memberikan pengaruh pada penurunan nilai tukar pada subsektor ini, masing-masing sebesar 0,57%, 0,08%, 0,58%, dan 2,06%.

(6)

e. Subsektor Perikanan (NTNP)

NTNP subsektor perikanan mengalami penurunan sebesar 0,14 persen. Penurunan ini terjadi karena indeks harga yang diterima petani (It) mengalami penurunan sebesar 0,18 persen, di sisi lain indeks yang dibayarkan petani menurun, sebesar 0,04 persen. Penurunan It pada Novemberr 2015 disebabkan oleh menurunnya indeks harga yang diterima pada kelompok perikanan tangkap sebesar 0,36 persen, sedangkan perikanan budidaya meningkat sebesar 0,22 persen. Peningkatan indeks harga yang dibayar petani disebabkan oleh meningkatnya BPPBM sebesar 0,10 persen.

1). Kelompok Penangkapan Ikan (NTN)

NTN subsektor perikanan pada kelompok penangkapan ikan mengalami penurunan sebesar 0,32 persen di bulan November 2015. Nilai NTN pada subsektor ini di bulan Oktober 2015 sebesar 111,92 dan di bulan November 2015 sebesar 111,56. Hal ini terjadi karena It menurun, sebesar 0,36 persen sedangkan Ib turun sebesar 0,04 persen. Penurunan It disebabkan oleh menurunnya It kelompok penangkapan penangkapan laut sebesar 0,36 persen. Komoditi subsektor yang mempengaruhi peningkatan nilai tukar subsektor ini berasal dari komoditi ikan Tongkol sebesar 4,58 persen.

2). Kelompok Budidaya Ikan (NTPi)

NTN subsektor perikanan budi daya di bulan November 2015 meningkat sebesar 0,26 persen. Peningkatan ini dikarenakan It meningkat sebesar 0,22 persen, sedangkan indeks Ib menurun sebesar 0,04 persen. Indeks It lebih banyak dipengaruhi oleh penurunan indeks pada kelompok perikanan budi daya air tawar, sebesar 0,22 persen, sedangkan petani yang berusaha budidaya air payau bergerak statis. Komoditi perikanan budidaya yang menjadi penyumbang terhadap peningkatan indeks NTN subsektor ini adalah ikan Nila sebesar 0,35 persen.

Tabel 3.

NILAI TUKAR PETANI PER SUB SEKTOR DAN PERUBAHANNYA OKTOBER - NOVEMBER 2015 (2012 = 100)

Subsektor dan Kelompok Bulan % Perub.

Okt’15 Nov’15

[1] [3] [4] [5

1 Tanaman Pangan

a Indeks Harga yang Diterima (It) 119.72 120.45 0.61

- Padi 118.28 118.76 0.40

- Palawija 121.26 122.27 0.83

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 123.23 123.29 0.04 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 126.08 126.09 0.01

- Indeks BPPBM 113.45 113.64 0.17

(7)

- Tanaman obat 116.17 117.46 1.11

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 122.70 122.99 0.23 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 125.28 125.58 0.24

- Indeks BPPBM 110.89 111.11 0.20

3 Tanaman Perkebunan Rakyat

a Indeks Harga yang Diterima (It) 106.86 106.73 -0.13 - Tanaman Perkebunan Rakyat (TPR) 106.86 106.73 -0.13

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 122.64 122.55 -0.07 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 125.95 125.77 -0.14

- Indeks BPPBM 109.60 109.85 0.23

4 Peternakan

a Indeks Harga yang Diterima (It) 117.81 117.68 -0.11

- Ternak Besar 117.54 118.01 0.40

- Ternak Kecil 115.42 114.78 -0.55

- Unggas 117.52 116.94 -0.49

- Hasil Ternak 124.97 124.02 -0.76

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 117.36 117.45 0.08 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 127.15 127.30 0.12

- Indeks BPPBM 107.01 107.05 0.04

5 Perikanan

a Indeks Harga yang Diterima (It) 129.89 129.66 -0.18

- Tangkap 138.82 138.32 -0.36

- Budidaya 113.77 114.02 0.22

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 123.46 123.40 -0.04 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 127.79 127.66 -0.10

- Indeks BPPBM 114.07 114.18 0.10

1. Perikanan Tangkap

a Indeks Harga yang Diterima (It) 138.82 138.32 -0.36 - Penangkapan Perairan Umum 114.09 114.09 0.00

- Penangkapan Laut 138.83 138.33 -0.36

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 124.03 123.98 -0.04 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 128.05 127.92 -0.10

- Indeks BPPBM 115.34 115.45 0.10

2. Perikanan Budidaya

a Indeks Harga yang Diterima (It) 113.77 114.02 0.22

- Budidaya Air Tawar 113.77 114.02 0.22

- Budidaya Air Payau 114.83 114.83 0.00

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 122.42 122.37 -0.04 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 127.32 127.19 -0.10

- Indeks BPPBM 111.78 111.90 0.11

(8)

4. Perbandingan NTP Antar Provinsi di Pulau Sulawesi

Nilai Tukar Petani pada bulan November 2015 di pulau Sulawesi yang tertinggi berada di Provinsi Sulawesi Barat, sebesar 106,47, sedangkan yang terendah berada di Provinsi Sulawesi Utara, sebesar 96,93. Petumbuhan berjalan indeks NTP di bulan November mengalami antar provinsi, dimana telah terjadi peningkatan hampir di seluruh provinsi, kecuali Gorontalo. Peningkatan NTP yang tertinggi terjadi Provinsi Sulawesi Tengah, sebesar 0,97 persen, sedangkan penurunan terjadi di Provinsi Gorontalo sebesar 0,01 persen. Jika dilihat dari Nilai Tukar Usaha pertanian (NTUP), NTUP yang tertinggi berada di Provinsi Gorontalo, sebesar 115,35 dan yang terendah di Provinsi Sulawesi Utara, sebesar 106,74.

Tabel 4.

NTP 6 PROVINSI DI PULAU SULAWESI DAN PERSENTASE PERUBAHANNYA NOVEMBER 2015 (2012 = 100)

No. Provinsi

It Ib NTP NTUP

Indeks % Perub Indeks % Perub Indeks % Perub Indeks % Perub [1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8] 1 Sulawesi Utara 118.32 0.56 122.06 0.04 96.93 0.52 106.74 0.39 2 Sulawes Tengah 118.80 1.15 119.25 0.18 99.62 0.97 106.99 1.04 3 Sulawesi Selatan 129.10 0.94 121.31 0.38 106.42 0.56 114.41 0.64 4 Sulawesi Tenggara 120.24 0.30 119.47 0.28 100.64 0.02 107.27 0.09 5 Gorontalo 127.40 0.63 122.38 0.63 104.10 -0.01 115.35 0.35 6 Sulawesi Barat 123.80 0.52 116.28 0.37 106.47 0.15 113.49 0.39

5.

Inflasi/Deflasi Perdesaan

Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka Inflasi/Deflasi di wilayah pedesaan. Pada bulan November 2015, di daerah perdesaan Provinsi Sulawesi Utara terjadi inflasi sebesar 0,01 persen. Inflasi perdesaan ini disebabkan oleh meningkatnya indeks pada semua kelompok pengeluaran perumahan, sebesar 0,21 persen, sedangkan kelompok sandang, kesehatan, dan kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga memberikan sumbangan pada inflasi perdesaan di Sulawesi Utara, sebesar 0,11%, 0,11%, dan 0,12%, seperti terlihat pada Tabel 5 berikut:

(9)

PROVINSI SULAWESI UTARA MENURUT KELOMPOK PENGELUARAN OKTOBER – NOVEMBER 2015 (2012 = 100)

Kelompok Pengeluaran Oktober’15 November’15 Prbh Okt’15

thd Nov’15

[1] [2] [3] [4]

Konsumsi Rumah Tangga 126.17 126.18 0.01

Bahan Makanan 136.86 136.79 -0.05

Makanan Jadi, Rokok & Tembakau 117.89 117.85 -0.03

Perumahan 117.67 117.92 0.21

Sandang 109.73 109.86 0.11

Kesehatan 113.15 113.27 0.11

Pendidikan, Rekreasi, & OR 106.19 106.31 0.12

Transportasi & Komunikasi 129.85 129.78 -0.05

6. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) Subsektor

Jika dilihat secara umum pada bulan November 2015 telah terjadi peningkatan Nilai Tukar Usaha Petani (NTUP) sebesar 0,39 persen. Peningkatan NTUP persubsektor terjadi pada sub sektor, kecuali sub sektor tanaman pangan, hortikultura, dan subsektor perikanan budidaya. Sedangkan NTUP yang tertinggi di bulan November 2015 terjadi di sub sektor perikanan tangkap sebesar 119,81 dan penurunan yang tertinggi juga terjadi di subsektor perikanan tangkap, seperti yang terdapat pada tabel 6.

Tabel 6.

NILAI TUKAR USAHA RUMAH TANGGA PERTANIAN PER SUBSEKTOR PROVINSI SULAWESI UTARA, OKTOBER – NOVEMBER 2015 (2012=100)

Subsektor

Oktober‘15

November’15

Okt’15 thdp

Sept’15

1. Tanaman Pangan

105.52 105.99 0.44

2. Hortikultura

117.07 119.48 2.06

3. Tanaman Perkebunan Rakyat

97.50 97.15 -0.36

4. Peternakan

110.09 109.93 -0.15

5. Perikanan

113.87 113.55 -0.28

a. Tangkap

120.36 119.81 -0.46

b. Budidaya

101.79 101.90 0.11

(10)

Informasi lebih lanjut hubungi:

Martedhy Mormin Tenggehi, S.Si

Kabid. Statistik Distribusi

BPS Provinsi Sulawesi Utara

Telepon: 0431-847044

Fax.: 0431-862204

Email: bps7100@bps.go.id

Homepage: http://sulut.bps.go.id

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan data yang ada dan meningkatnya penyakit hipertensi yang telah dipaparkan, rumusan masalah pada penelitian ini adalah : apakah perilaku yang praktikkan

Aktual data base keanekaragaman hayati perikanan perairan umum daratan Sulawesi diperoleh dari sejumlah badan air yang sudah diteliti sekitar 214 buah yang terdiri atas 175 buah

Data pelaksanaan tindakan kelas penerapan Numbered Heads Together untuk meningkatkan motivasi dan komunikasi belajar matematika pada siswa kelas VII A SMP Negeri

Untuk mendukung pencapaian tujuan keterlaksanaan Tridarma Perguruan Tinggi dan sejalan dengan salah satu misi Universitas Riau Kepulauan, Lembaga Penelitian dan

Hasil analisis keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan modul pembelajaran matematika berbasis learning cycle 7E dengan pendekatan saintifik diperoleh persentase

Dilihat dari industri yang pesaingnya sedikit, dibutuhkannya kemampuan dan keahlian yang khusus, dan pelanggan yang relatif price- insensitive ini maka Penulis akan menggali

Penelitian Fifendy et al .(2011) menyimpulkan bahwa penambahan ekstrak kecambah sebagai sumber nitrogen dapat menghasilkan mutu nata yang lebih baik dibanding dengan

Hal ini biasanya didasarkan pada perselisihan atara suami dan istri, perselisihan tersebut dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang dapat berasal dari salah