• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PERLINDUNGAN ANAK MELALUI PENDEKATAN RESTORATIVE JUSTICE DI TINGKAT PENYIDIKAN DI TINJAU DARI UU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IMPLEMENTASI PERLINDUNGAN ANAK MELALUI PENDEKATAN RESTORATIVE JUSTICE DI TINGKAT PENYIDIKAN DI TINJAU DARI UU"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI PERLINDUNGAN ANAK MELALUI PENDEKATAN

RESTORATIVE JUSTICE DI TINGKAT PENYIDIKAN DI TINJAU DARI UU NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK

(STUDI KASUS POLRESTA SURAKARTA)

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Ilmu Hukum Pada

Fakultas Hukum Universitas Slamet Riyadi Surakarta

Oleh : Natalia Dewi Pratiwi

12100035

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA

(2)

Indonesia adalah Negara Hukum yang berasaskan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.1 Kita ketahui bahwa Negara Indonesia memiliki generasi muda yang nantinya akan melanjutkan cita-cita bangsa Indonesia yang merdeka. Dalam menyiapkan generasi penerus bangsa anak merupakan asset utama. Tumbuh kembang anak sejak dini adalah tanggung jawab keluarga, masyarakat dan negara. Namun dalam proses tumbuh kembang anak banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor baik biologis, psikis, sosial, ekonomi maupun kultural yang menyebabkan tidak terpenuhinya hak – hak anak.2

Masa anak-anak adalah masa yang sangat rawan untuk melakukan tindak pidana, karena masa anak-anak rentan dengan berbagai keinginan dan harapan untuk mencapai maupun mendapatkan sesuatu, berbeda dengan Anak yang sudah dapat melakukan hal-hal yang ia ingini dan ia harapkan.

Orang tua yang memiliki Anak yang cerdas, memiliki karakteristik, berkepribadian baik, pemikiran yang luas dan berprestasi merupakan idaman setiap orang tua. Anak yang melakukan pelanggaran hukum atau melakukan tindakan kriminal sangat dipengaruhi beberapa faktor di luar diri anak seperti pergaulan, pendidikan, teman bermain dan sebagainya, karena tindak pidana yang dilakukan oleh anak pada umumnya adalah merupakan proses meniru ataupun terpengaruh tindakan negatif dari orang dewasa atau lain disekitarnya.

Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari ayah, atau ibu dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya, atau keluarga

1 Soerjono Soekanto. 1942. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta : Penerbit Indonesia (UI-Press). Halaman 25.

2

https://www.google.co.id/?gws_rd=cr,ssl&ei=jmvOVpFIZSwuQStj6GgCg#q=tumbuh+kembang +anak, diakses pada hari kamis 5 November 2015 pukul 10.00 wib.

(3)

sedarah dalam garis lurus ke atas atau ke bawah sampai dengan derajat ketiga. 3Keluarga sangat penting dalam proses tumbuh kembang anak, apalagi dengan Lingkungan masyarakat juga sangat mempengaruhi perkembangan anak, dimana masyarakat adalah perseorangan, keluarga, kelompok, dan organisasi sosial dan/atau organisasi kemasyarakatan. Keluarga adalah salah satu bentuk wujud motivasi anak, seorang ayah dan ibu yang selalu memberikan semangat maupun motivasi bagi anak.

Mendapatkan perlindungan merupakan hak dari setiap anak, dan diwujudkannya perlindungan bagi anak berarti terwujudnya keadilan dalam suatu masyarakat.

Menurut Sri Widoyati Wiratmo Soekito di dalam buku karyanya yang berjudul Anak Dan Wanita Dalam Hukum, keluarga adalah tiang masyarakat, karena di dalam keluargalah pertama-tama sifat-sifat kepribadian dan sifat-sifat kemasyarakatan seorang manusia ditumbuhkan kearah kesempurnaan.4 Adapun kewajiban dari seorang anak yaitu :

1) Menghormati orang tua, wali dan guru. 2) Mencintai keluarga, masyarakat dan teman. 3) Mencintai tanah air, bangsa dan negara.

4) Menunaikan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya. 5) Melaksanakan etika dan akhlak yang mulia.

Salah satu solusi yang dapat ditempuh dalam penanganan perkara tindak pidana anak adalah melalui pendekatan Restorative Justice, yang dilaksanakan

3Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak. 4

Sri Widoyati Wiratmo Soekito. 1983. Anak Dan Wanita Dalam Hukum, Jakarta : Grafitas. Halaman 31.

(4)

dengan cara pengalihan (Diversi). Yang artinya bahwa Restorative Justice

menempatkan sebuah kejahatan sebagai suatu gejala yang menjadi bagian tindakan sosial dan bukan sekedar pelanggaran hukum pidana atau kejahatan yang dipandang sebagai perusak hubungan sosial.

Sesuai dengan Pasal 1 No 7 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak bahwa Diversi adalah pengalihan penyelesaian perkara Anak dari proses peradilan pidana ke proses di luar peradilan. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Pasal 2 bahwa Sistem Peradilan Anak dilaksanakan berdasarkan asas :

1. Perlindungan 2. Keadilan

3. Nondiskriminasi

4. Kepentingan terbaik bagi Anak 5. Penghargaan terhadap pendapat Anak

6. Kelangsungan hidup dan tumbuh kembang Anak 7. Pembinaan dan pembimbingan Anak

8. Proporsional

9. Perampasan kemerdekaan dan pemidanaan sebagai upaya terakhir dan 10.Penghindaran pembalasan

Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari ayah, atau ibu dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya, atau keluarga sedarah dalam garis lurus ke atas atau ke bawah sampai dengan derajat ketiga. Keluarga sangat penting dalam proses tumbuh kembang anak, apalagi dengan

(5)

Lingkungan masyarakat juga sangat mempengaruhi perkembangan anak, dimana masyarakat adalah perseorangan, keluarga, kelompok, dan organisasi sosial dan/atau organisasi kemasyarakatan dan Keluarga merupakan salah satu bentuk wujud motivasi anak, seorang ayah dan ibu yang selalu memberikan semangat maupun motivasi bagi anak.

Berbicara mengenai Anak yang berkonflik dengan Hukum, sesuai UU Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Pidana Anak bahwa Anak yang Berkonflik dengan Hukum adalah anak yang telah berumur 12 (dua belas) tahun, tetapi belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang diduga melakukan tindak pidana.Anak berhak untuk mendapatkan Perlindungan, sesuai dengan UU Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.

Perlindungan anak bertujuan untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia, dan sejahtera sekaligus terhindar dari pelanggaran hak-hak Asasi Manusia.

Sesuai dengan UU Nomor 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak, kesejahteraan anak sangat menjadi pusat perhatian bagi kita semua. Sesuai BAB IV USAHA KESEJAHTERAAN ANAK UU Nomor 4 Tahun 1979 Pasal 11 yaitu:

1. Usaha kesejahteraan anak terdiri atas usaha pembinaan, pengembangan, pencegahan, dan rehabilitasi.

(6)

2. Usaha kesejahteraan anak dilakukan oleh Pemerintah dan atau masyarakat. 3. Usaha kesejahteraan anak yang dilakukan oleh Pemerintah dan atau

masyarakat dilaksanakan baik di dalam maupun di luar Panti.

4. Pemerintah mengadakan pengarahan, bimbingan, bantuan, dan pengawasan terhadap usaha kesejahteraan anak yang dilakukan oleh masyarakat.

Lalu bagaimana dengan anak dibawah umur yang telah melakukan tindak pidana?. Tindak pidana yang dilakukan oleh anak dan merugikan orang lain memang seharusnya diselesaikan dengan kekeluargaan dan musyawarah, artinya bahwa anak yang masih dibawah umur masih berhak untuk mendapatkan perlindungan. Seperti Penyidik yang telah melakukan tugasnya untuk melakukan penyidikan terhadap tersangka (anak yang melakukan tindak pidana).

Penyidik adalah pejabat Polisi Negara Republik Indonesia atau pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh Undng-undang untuk melakukan penyidikan sesuai dengan Pasal 109 butir (1) KUHAP.

Berdasarkan rumusan Pasal 1 butir 2 KUHAP, unsur-unsur yang terkandung dalam pengertian penyidikan adalah:

a. Penyidikan merupakan serangkaian tindakan yang mengandung tindakan- tindakan yang antara satu dengan yang lain saling berhubungan.

b. Penyidikan dilakukan oleh pejabat publik yang disebut penyidik.

(7)

d. Tujuan penyidikan ialah mencari dan mengumpulkan bukti, yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana yang terjadi, dan menemukan tersangkanya.

Dalam melakukan pemeriksaan terhadap Anak, penyidik wajib meminta pertimbangan atau saran dari pembimbing kemasyarakatan, dan apabila perlu juga dapat meminta pertimbangan atau saran dari ahli pendidikan, ahli kesehatan jiwa, ahli agama, atau petugas kemasyarakatan

Kewenangan Kepolisian dalam melaksanakan proses pemeriksaan perkara pidana dijabarkan dalam Pasal 16 UU No. 2 tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, yaitu:

1. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan; 2. Melarang setiap orang untuk meninggalkan atau memasuki tempat

kejadian perkara untuk kepentingan penyidikan;

3. Membawa dan menghadapkan orang kepada penyidik dalam rangka penyidikan;

4. Menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa tanda pengenal;

5. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;

6. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;

7. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dalam pemeriksaan perkara pidana;

(8)

9. Menyerahkan bekas perkara kepada penuntut umum;

10.Mengajukan permintaan langsung kepada pejabat imigrasi yang berwenang di tempat pemeriksaan imigrasi dalam keadaan mendesak atau mendadak untuk mencegah atau menangkal orang yang disangka melakukan tindak pidana;

11.Memberi bantuan dan petunjuk penyidikan kepada penyidik pegawai negeri sipil serta menerima hasil penyidikan penyidik pegawai negeri sipil untuk diserahkan kepada penuntut umum;

12.Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggungjawab. Dengan masalah seperti ini maka jalan yang ditempuh adalah dengan jalan alternatif melalui pendekatan Restorative Justice (Keadilan Restoratif).

Restorative Justice adalah proses musyawarah dengan melibatkan korban, pelaku, keluarga korban dan pelaku, masyarakat, serta pihak-pihak yang berkepentingan dengan suatu tindak pidana yang terjadi untuk mencapai kesepakatan dan penyelesaian.

Restorative Justice diharapkan dapat memberikan rasa tanggung jawab sosial pada pelaku dan mencegah stigmatisasi pelaku dimasa yang akan datang.

Konsep seperti ini juga diharapkan dapat mengurangi penumpukan perkara dipengadilan dan bisa dijadikan solusi dalam pencegahan kejahatan. Penyelesaian melalui musyawarah sebetulnya bukan hal baru bagi Indonesia, bahkan hukum adat di Indonesia tidak membedakan penyelesaian perkara pidana dan perdata, semua perkara dapat diselesaikan secara musyawarah dengan tujuan untuk mendapatkan keseimbangan atau pemulihan keadaan. Dengan menggunakan

(9)

metode restorative, hasil yang diharapkan ialah berkurangnya jumlah anak yang ditangkap, ditahan dan divonis penjara, menghapuskan stigma dan mengembalikan anak menjadi manusia normal sehingga diharapkan dapat berguna kelak di kemudian hari.

Syarat utama dari penyelesaian melalui musyawarah adalah adanya pengakuan dari pelaku serta adanya persetujuan dari pelaku beserta keluarganya dan korban untuk menyelesaikan perkara melalui musyawarah pemulihan, proses peradilan baru berjalan. Dalam proses peradilan harus berjalan proses yang diharapkan adalah proses yang dapat memulihkan, artinya perkara betul-betul ditangani oleh aparat penegak hukum yang mempunyai niat, minat, dedikasi, memahami masalah anak.

Penanganan perkara pidana dengan pendekatan restorative justice

menawarkan pandangan dan pendekatan berbeda dalam memahami dan menangani suatu tindak pidana. Dalam pandangan restorative justice makna tindak pidana pada dasarnya sama seperti pandangan hukum pidana pada umumnya yaitu serangan terhadap individu dan masyarakat serta hubungan kemasyarakatan. Akan tetapi dalam pendekatan restorative justice, korban utama atas terjadinya suatu tindak pidana bukanlah negara, sebagaimana dalam sistem peradilan pidana yang sekarang ada. Oleh karenanya kejahatan menciptakan kewajiban untuk membenahi rusaknya hubungan akibat terjadinya suatu tindak pidana. Sementara keadilan dimaknai sebagai proses pencarian pemecahan masalah yang terjadi atas suatu perkara pidana dimana keterlibatan korban,

(10)

masyarakat dan pelaku menjadi penting dalam usaha perbaikan, dan penjaminan keberlangsungan usaha perbaikan tersebut.

Melalui musyawarah para korban sekaligus pihak-pihak yang bersangkutan dipertemukan dengan seorang mediasi. Dengan dipertemukannya di dalam suatu ruangan, mediasi atau mediator adalah sebagai penengah atau pelerai jika ada pendapat dari salah satu pihak yang berpendapat dengan tingkat emosional. Sehingga dengan adanya musyawarah para pihak yang terlibat telah menemukan jalan terbaik untuk menyelesaikan masalah di atas.

Penerapan perlindungan Anak yang cukup baik, karena telah terjadi kesepakatan Diversi dimana kesepakatan ini telah disetujui oleh kedua belah pihak yang bersangkutan.

Pihak-pihak yang terkait baik dari pihak pelapor maupun terlapor sekaligus Pihak yang bertugas untuk melaksanakan tugas seperti Penyidik, PPA, Bapas, Kepolisian serta dari keluarga pihak yang bersangkutan memiliki peran masig-masing, artinya bahwa mereka memiliki porsi masing-masing untuk merawat, menyelidiki dan membantu memberikan pelayanan sebaik mungkin.

Sebagai Aparat penegak hukum untuk melakukan diversi harus memperhatikan beberapa hal, karena tidak semua tindak pidana yang dilakukan oleh anak dapat dilakukan diversi. Tindak pidana yang dapat dikenakan diversi hanya tindak pidana yang diancam dengan pidana 7 tahun dan bukan merupakan pengulangan tindak pidana.

(11)

Pertimbangan yang harus diperhatikan penegak hukum dalam melakukan

diversi antara lain :

1. Kategori Anak 2. Umur Anak

3. Hasil penelitian kemasyarakatan dari Bapas: dan 4. Dukungan lingkungan dan masyarakat.

Dalam pelaksanaan diversi ini ada dua kemungkunan berhasil ataupun gagal. Apabila diversi ini diterima maka proses pemeriksaan anak akan dihentikan dan akan ada Kesepakatan Diversi, namun apabila diversi ini gagal maka proses pemeriksaan anak akan dilanjutkan pada tingkat proses pemeriksaan selanjutnya di sidang pengadilan.

Dalam hal diversi ini diterima akan dibuat Kesepakatan Diversi, kesepakatan ini harus mendapat persetujuan dari korban dan/atau keluarga anak korban serta kesediaan anak dan keluarganya.

Hasil kesepakatan diversi, dapat berupa : a. Perdamaian dengan atau tanpa ganti rugi. b. Penyerahan kembali kepada orang tua/wali.

c. Keikutsertaan dalam pendidikan atau pelatihan di lembaga pendidikan. d. Pelayanan masyarakat.

Sehingga Perlu ditingkatkan dan meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat tentang Undang-undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak terkait dengan apa maksud dari Restorative Justice

(12)

Keadilan Restoratif dan bagi orangtua sebaiknya turut serta dalam upaya memberikan perlindungan terhadap anak dengan memenuhi hak-hak anak, melindungi sebaik-baiknya kepentingan anak, serta semakin meningkatkan pengawasan terhadap lingkungan dan tempat bermain anak sehingga Anak tidak akan mengulangi kesalahan yang sama sekaligus melakukan tindak pidana sedemikian rupa.

Referensi

Dokumen terkait

Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Badan Pengawas Obat dan Makanan Tahun 2015- 2019..

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT yang memberi rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Sehubungan dengan telah ditetapkan pemenang seleksi untuk pekerjaan Supervisi Penyelesaian Pembangunan Rumah Pintar Sekayu, kami bermaksud melakukan klarifikasi dan negosiasi teknis

Mengetahui hasil penelitian yang telah didapatkan mengenai waktu bebas demam yang diperoleh oleh antibiotik seftriakson pada empat kasus pasien demam tifoid anak dan

Adapun tujuan masalah dalam penelitian ini adalah (1) Apakah ada perbedaan hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Numbered

Penelitian tentang pengaruh pemberian pakan dengan bahan pakan sumber protein yang berbeda terhadap performans ayam lokal persilangan pada umur 2 – 10 minggu dilaksanakan

A semiotic analysis: The seventy of mount Merapi eruption poortrayed on Kemal Juffi ’ s Photos as the 2nd prize sacries winneer of woria press photo.. Universitas Pendidikan Indonesia

Untuk menyediakan suatu aplikasi yang berguna dalam memprediksi potensi bullying pada siswa, peneliti menggunakan metode forward chaining berdasarkan