• Tidak ada hasil yang ditemukan

CHAPTER 5 SUMMARY BINA NUSANTARA UNIVERSITY. Faculty of Humanities. English Department. Strata 1 Program AN ANALYSIS OF HOW LEARNERS OF INDONESIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "CHAPTER 5 SUMMARY BINA NUSANTARA UNIVERSITY. Faculty of Humanities. English Department. Strata 1 Program AN ANALYSIS OF HOW LEARNERS OF INDONESIAN"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

34 SUMMARY

BINA NUSANTARA UNIVERSITY

Faculty of Humanities English Department

Strata 1 Program 2013

AN ANALYSIS OF HOW LEARNERS OF INDONESIAN

AS A FOREIGN LANGUAGE ACQUIRE COLLOQUIAL EXPRESSIONS IN BAHASA INDONESIA

Martius NIM: 1301018903

Ada banyak alasan yang membuat orang pergi keluar negeri. Alasan utama mereka pergi keluar negeri adalah karena ingin melakukan liburan, namun ada beberapa faktor lain juga yang dapat mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang pergi keluar negeri, antara lain: untuk bekerja dan untuk belajar.

Sekarang ini gaya hidup semua orang sudah sangat berubah, lebih serba modern. Mereka pergi ke luar negeri dengan maksud dan tujuan untuk mencari ketenangan dan hidup yang sehat. Setiap manusia membutuhkan istirahat secara emosi dan mental, walaupun mereka tidak sedang melakukan pekerjaan secara fisik, namun pikiran mereka memerlukan istirahat juga seperti pergi berlibur untuk diri mereka sendiri. Namun, ketika seseorang melakukan perjalanan ke luar negeri, mereka akan menemukan kendala seperti perbedaan bahasa, budaya, waktu, dan masih banyak lainnya. Yang menjadi masalah utama ketika seseorang melakukan

(2)

perjalanan ke luar negeri adalah perbedaan bahasa. Setiap orang yang melakukan perjalanan ke luar negeri harus belajar bahasa lokal dengan tujuan seperti menanyakan jalan, menawar barang, dan masih banyak fungsi lainnya.

Saat ini, banyak perusahaan yang mengirim karyawan mereka untuk belajar, bekerja, dan untuk melatih kemampuan mereka. Banyak karyawan yang ingin bekerja di luar negeri dengan berbagai alasan. Namun, ada beberapa alasan mengapa para karyawan ingin bekerja di luar negeri. Pertama, dapat memperluas pengetahuan budaya dari suatu negara tersebut. Kedua, dapat meningkatkan motifasi diri. Ketiga, keuntungan gaji yang lebih besar. Dan terakhir, untuk meningkatkan kemampuan bahasa.

Menurut Kasravi (2009), ketika pendidikan internasional telah dibahas, sudah dalam ranah kompetensi bahasa asing atau pertukaran pelajar internasional. Artinya, saat ini, pertukaran mahasiswa sangat penting dalam pendidikan, karena siswa tidak hanya belajar tentang pelajaran umum, tetapi juga budaya dan bahasa dari negara mana mereka tinggal.

Colloquial adalah bahasa sehari-hari yang di gunakan secara tidak formal. Terkadang, bahasa sehari-hari yang kita gunakan tidak jelas. Terutama untuk seseorang yang baru berada di dalam suatu wilayah baru. Demikian pula, orang-orang yang datang dari budaya dan negara lain mungkin tidak mengerti tentang bahasa sehari-hari suatu daerah tersebut. Penelitian ini berfokus guna memberikan keuntungan untuk para pembelajar Bahasa Indonesia, seperti: memberikan gambaran yang jelas tentang colloquialism. Serta, penulis percaya bahwa para responden akan lebih berani untuk berbicara Bahasa Indonesia dengan menggunakan bahasa sehari-hari dengan waktu dan kondisi yang tertentu.

(3)

Bab 1 dalam penelitian ini penulis mencangkup beberapa kajian seperti menjelaskan latar belakang dari paper ini. Lalu, mencantumkan pokok permasalahan yang ada dalam paper ini, memberikan batasan-batasan yang ada dari penelitian ini, serta mencantumkan tujuan dari penelitian ini dan yang terakhir adalah cara menganalisa paper ini.

Pada bab berikutnya dalam bab 2, sebagai penunjang dalam penyelesaian paper ini teori yang digunakan adalah Sociolinguistic yang mana didalamnya terdapat juga teori Language variation, seperti: colloquial, slang, dialect, dan jargon. Di dalam bab ini penulis memberikan penjelasan-penjelasan pada teori yang digunakan dan juga memberikan contoh-contoh pada setiap teori yang digunakan.

Gaya bahasa setiap orang sangat berdasarkan pada sejauh mana hubungan antara pembicara dan pendengar. Bagi mereka yang sudah memiliki hubungan erat atau sangat dekat biasanya lebih kasual ketika berbicara satu sama lain. Sedangkan mereka yang belum memiliki hubungan apapun, biasanya lebih menggunakan bahasa formal (Holmes, 2001: 224). Berdasarkan teori Holmes, itu berarti faktor sosial membuat kita menghargai seseorang yang belum kita kenal satu sama lain. Hudson (1980, pp. 4-5) menggambarkan bahwa sosiolinguistik adalah pelajaran bahasa yang menghubungkan kita dengan masyarakat. Dengan kata lain, di dalam sosiolnguistik kita belajar tentang masyarakat dengan tujuan untuk mencari tahu berapa banyak kita bisa membedakan bahasa tersebut.

Ada beberapa faktor yang orang harus dipertimbangkan agar dapat secara efektif menyampaikan pesan ke lawan bicara. Holmes (2001:8) menyatakan: Pertama,the participants: untuk siapa kita berbicara dan kepada siapa mereka berbicara dan seberapa baik pembicara dan penerima saling mengenal. Kedua,the settings: di mana interaksi itu berlangsung. Apakah dalam situasi resmi atau situasi

(4)

tidak resmi? Ketiga, the purpose of conversation: mengapa mereka melakukan percakapan? Yang terakhir, topics: apa yang sedang dibicarakan?

Chaer, A. (2003: 62) ada dua jenis variasi bahasa dibedakan menurut status penggunaannya. Pertama adalah Variasi Bahasa Tinggi (High Language Variation) (H) dan yang kedua adalah Variasi Rendah (Low Language Variation) (L). Biasanya H digunakan dalam situasi resmi, seperti: pidato kenegaraan, bahasa pengantar dalam pendidikan, buku, dan surat resmi. Dan itu harus dipelajari melalui pendidikan resmi di sekolah. Sementara itu, L selalu digunakan dalam kondisi tidak resmi, seperti: di rumah, surat pribadi, jalan, dll. Variasi ini dapat diajarkan di depan umum, tidak pernah dalam pendidikan resmi.

Variasi bahasa tinggi dan rendah biasanya memiliki kosakata yang berbeda. contoh:

High Language Variation Low Language Variation

Uang Duit

Tidak Nggak, Kagak

Istri Bini

Table 2. The differences vocabulary between High Language Variation and Low Language Variation

Source: Chaer (2003)

Torchia, C. (2007, hal.8) Colloquial Indonesia terus berkembang, dan semakin sedikit keaslian dengan bentuk "sebenarnya" dalam arti bahasa itu sendiri, menjadi sumber keprihatinan bagi beberapa linguistik. Perbedaan seperti ini umum dalam bahasa di seluruh dunia, tetapi campuran etnis yang luas dan luasnya pengaruh linguistik di Indonesia memperdalam tren. Ini berarti Jakarta adalah pusat dari segala sesuatu yang trendi dan dengan demikian pengaruh besar pada seluruh daerah di

(5)

wilayah Indonesia itu sendiri, setidaknya terbuka untuk kontak dengan dunia luar melalui perjalanan orang, migrasi, dan sebagainya. Jadi, hal itu mempengaruhi perkembangan bahasa itu sendiri.

Menurut, Curran, J. (2010, p 3-11). Ada banyak 'partikel' yang sering diucapkan ketika berbicara bahasa Indonesia, Orang asing yang belajar bahasa Indonesia dan datang ke Indonesia tentu saja akan bingung dengan begitu banyak 'kata-kata' bahwa ia / dia tidak mengerti. Bahkan ketika Indonesia sendiri, jika ia / dia tidak pernah memiliki pemikiran tentang partikel, artinya juga tidak dipahami. Misalnya, lagi makan baso, seorang teman datang dari belakang dan bertanya, "Lagi Makan apa sih? ("what are you eating sih?"). Ini "sih" tidak memiliki arti khusus, cuma menunjukkan perasaan. Ini adalah keuntungan dari menggunakan bahasa Indonesia daripada bahasa Inggris, karena ada begitu banyak kata-kata yang menunjukkan perasaan.

Slang adalah variasi bahasa tidak resmi yang ditandai dengan baru diciptakan kata-kata tersebut dan dengan cepat mengubah kata-kata dan frase. Finnegan (2008) mengatakan bahwa bahasa gaul sangat populer di kalangan remaja dan mahasiswa pada umumnya. Penulis setuju dengan definisi di atas, karena kali orang dituntut untuk lebih cepat dalam bertindak, serta mempengaruhi manusia dalam pidato. Saat ini, orang muda lebih kreatif daripada masa lalu, terutama kreatif dalam komunikasi. Mereka suka mengubah bahasa ketika mereka melakukan percakapan dengan teman-teman mereka, seperti mengubah bahasa resmi menjadi bahasa tidak resmi.

Jargon seperti bahasa gaul, menyebar dari grup sempit sampai digunakan dan dipahami oleh segmen besar dari populasi. Jargon adalah variasi sosial yang digunakan secara terbatas oleh kelompok sosial tertentu, A. Chaer dan L. Agustina (2010: 68). Contoh Jargon, di bidang hukum dan perundang-undangan istilah "

(6)

Involuntary conversion" berarti kehilangan atau kerusakan barang akibat pencurian atau kecelakaan. Namun, ada juga Jargon Indonesia. Misalnya ketika pemilihan umum Gubernur baru, satu kandidat memiliki Jargon "Bersih Dan Jujur" itu berarti calon menceritakan tentang dirinya bahwa ia adalah kandidat yang tidak memiliki masalah yang buruk.

Menurut, Chaer (2003, 61) Bahasa menjadi bervariasi karena anggota yang sangat beragam dari masyarakat, dan bahasa itu sendiri digunakan untuk tujuan yang berbeda. Oleh penutur asli, kita mengakui keberadaan dialek, dialek regional dan dialek sosial. Di Indonesia ada lebih dari 300 bahasa yang berbeda atau dialek regional. Menjadi ibukota, tidak hanya memiliki populasi yang besar namun beragam, Jakarta merupakan pusat dari segala sesuatu yang trendi dan tentunya memiliki pengaruh besar pada seluruh daerah di negara Indonesia. Bahasa di Jakarta telah sangat dipengaruhi oleh berbagai macam bahasa, tapi tidak identik dengan apapun, apa yang kadang-kadang disebut dialek Jakarta. Ini pernah disebut Melayu Betawi.

Dalam bab 3 ini penulis menunjukan hasil analisa yang di ambil dari kuisioner yang telah di isi oleh 10 orang responden yang mana orang asing yang datang ke Jakarta. Data pertama yang penulis berhasil analisis adalah data pribadi dari setiap responden. Data yang di analisis meliputi umur, berapa lama tinggal, negara asal, dan tujuan dari mereka datang ke Jakarta. Dari data yang ada, dapat disimpulkan dari 10 responden ada 5 responden berusia antara 20 sampai 21 tahun dan 5 lainnya berusia 31 dan 34 tahun. Dari 10 responden, 3 diantaranya berasal dari Asia (Jepang dan Korea Selatan), sedangkan 7 lainnya dari Eropa (Perancis, Swiss, Belanda, Inggris, Republik Ceko, dan Italia). Lalu, 5 orang responden yang berumur antara 20 dan 21 memiliki tujuan ke Indonesia untuk belajar, dan 5 lainnya yang

(7)

berusian 31 dan 34 tahun memiliki tujuan hanya untuk berlibur dan 5 dari responden yang berlibur baru menetap di jakarta selama 5 hari sampai 1 bulan, dan 5 lainnya yang bertujuan belajar sudah berada di Jakarta 2,5 sampai 4 tahun.

Lalu, di data kedua penulis mencari data yang mencangkup apakah para responden belajar Bahasa Indonesia secara formal, apakah mereka sudah pernah mendengar colloquial Indonesia, media tempat mereka mendengar dan tahu colloquial tersebut dan dengan siapa mereka menggunakan bahasa colloquial. Dari 10 responden yang sudah di data, 3 orang mengatakan pernah belajar Bahasa Indonesia secara formal, dan 7 lainnya tidak belajar secara formal. Lalu, hanya 1 dari 10 orang yang tidak pernah mendengar colloquial Indonesia, sedangkan 9 lainnya pernah mendengar tentang colloquial Indonesia. Media yang digunakan sangat beragam, seperti yang sudah di isi oleh para responden. Responden no 1 pernah mendengar colloquial Indonesia di jalan. Sedangkan responden nomor 2, 3, 4, 6, 8 dan 10 mendengar dari teman. Responden nomor 5 mengatakan dia mendengar colloquial melalui pemandu wisata dan internet. Sedangkan responden nomor 9 belum pernah mendengar colloquial sama sekali. Berikutnya, responden nomor 2, 6, dan 8 pernah menggunakan colloquial ketika berbicara dengan teman-teman mereka. sedangkan responden nomor 3 dan 10 menggunakan colloquial ketika berbicara dengan kolega mereka. Dengan demikian, responden nomor 1, 4, 5, 7, dan 9 belum pernah menggunakan colloquial di depan umum.

Dan berikutnya dalam data ke 3 dan 4 penulis memberikan 20 colloquial dalam bentuk kalimat dan mencari berapa responden yang tahu kata-kata tersebut, serta mencari tahu dari media apa mereka pernah mendengar kata-kata tersebut. Dari 10 responden yang di berikan kuisioner, hanya 5 responden yang memberikan jawaban (responden 2, 3, 6, 8, dan 10). Dalam data 3, pada kalimat pertama “bagi

(8)

punya loe dong” tidak ada responden yang menjawab, dikarenakan mereka belum pernah mendengar atau melihat kalimat ini dimanapun. Lalu pada kalimat 2 “eh ada masalah apa?” dari 5 responden yang menjawab hanya 3 responden yang menjawab ya pada kalimat ini (responden 2, 3, dan 6) dan media yang digunakan oleh responden nomor 2 dan 6 adalah teman, sedangkan responden nomor 3 melalui televisi. Lalu kalimat berikutnya nomor 3 adalah “loh belom pergi juga?” hanya 3 responden yang menjawab ya (responden nomor 3, 6, dan 10) dan media yang digunakan oleh ketiganya berbeda semua, responden 3 melalui teman, responden 6 televisi, dan responden 10 majalah. Kalimat 4 “apa kan gue bilang” pada kalimat ini responden nomor 3, 8, dan 10 menjawab ya dan media yang digunakan oleh responden nomor 3 dan 8 adalah televisi, sedangkan responden 10 majalah. Kalimat 5 “kok loe telat sih?” dari 5 responden semua menjawab ya dan media yang digunakan pun sama yaitu melalui teman.

Pada kalimat 6 “dah pergi aja kamu” dari 5 responden hanya 1 responden yang menjawab ya, yaitu responden nomor 10 dan media yang digunakan adalah televisi. Lalu, kalimat nomor 7 adalah “kita pergi aja deh” dari 5 responden hanya 4 yang menjawab ya (responden nomor 3, 6, 8, dan 10) dan media yang digunakan pun sama yaitu televisi. Pada kalimat 8 “capek nih” 5 responden menjawab ya dengan jawaban media yang sama yaitu teman. Kalimat 9 “berapa sih harganya” untuk kalimat ini 5 responden juga menjawab ya namun dengan media yang berbeda-beda. Responden nomor 2 dan 8 melaui teman sedangkan responden 3, 6, dan 10 melalui majalah. Berikutnya, kalimat nomor 10 “ah salah lagi” dari 5 responden hanya 2 responden yang menjawab ya (responden 3 dan 8) dan media yang digunakan oleh responden 3 adalah teman dan responden 8 adalah majalah.

(9)

Kemudian, pada kalimat 11 “ga tau gue” hanya 4 responden yang menjawab ya, yaitu responden nomor 3, 6, 8, dan 10. Media yang digunakan pun soleh ke 4 responden tersebut sama, yaitu melalui teman. Kalimat berikutnya pada nomor 12 adalah “yah hujan lagi” dalam kalimat ini 5 responden menjawab ya dan media yang digunakan juga sama oleh 5 responden tersebut, yaitu teman. Kalimat 13 “kayak orang gila loe” untuk kalimat ini tidak ada responden yang menjawab ya, dengan begitu tidak ada media juga yang digunakan di dalam kalimat ini. Lalu, kalimat 14 adalah “oke sip” 5 responden menjawab ya akan tetapi media yang digunakan berbeda, responden nomor 3 melalui televisi, sedangkan 4 lainnya (responden 2, 6, 8, dan 10) melalui teman. Kalimat 15 “makan tuh kuenya” hanya 1 responden yang menjawab ya, yaitu responden nomor 3 dengan media majalah.

Dalam kalimat 16 “apaan nih” 4 dari 5 responden menjawab ya (responden 2, 6, 8, dan 10) dengan media teman (responden 2), majalah (responden 6 dan 8) serta televisi (responden 10). Kalimat 17 “wah selamat ya” 5 responden menjawab ya dengan media televisi (responden 2) dan teman (responden 3, 6, 8, dan 10). Lalu kalimat 18 “lah dia kenapa lagi?” tidak ada responden yang menjawab ya dengan demikian tidak ada media yang digunakan pula. Kalimat 19 “nah itu dia orangnya” 4 dari 5 responden menjawab ya (responden 2, 6, 8, dan 10) dengan media televisi (responden 2 dan 10) serta teman (responden 6 dan 8). Kemudian kalimat 20 “aduh capek gue” pada kalimat ini 5 responden menjawab ya dengan media yang sama yaitu teman.

Dalam data 5 pemulis menjabarkan keseluruhan total media yang digunakan oleh para responden. Responden 2 menjawab 10 dari 20 kata dengan presentasi 2 melalui televisi dan 8 melalui teman. Lalu, responden 3 dan 10 mempunya total 14 dari 20 kata yang dijawab ya dengan presentasi 4 melalui televisi, 8 melalui teman,

(10)

dan 2 melalui majalah. Serta, responden 6 dan 8 juga mempunyai presentasi yang sama, sebagai berikut: 2 melalui televisi, 9 melalui teman, dan 2 melalui majalah dengan total 13 dari 20 kata yang tersedia.

Dan data terakhir adalah pencaritahuan apakah ada colloquial lain yang responden ketahui selain colloquial yang sudah penulis berikan. 4 dari 5 responden yang menjawab (responden 2, 6, 8, dan 10) responden nomor 2 memilik kata kek.

Dalam bab 4, penulis memberikan kesimpulan dan saran bagi para pembaca. Kesimpulan yang penulis dapat adalalah, sebagai berikut:

1. Para responden yang tahu tentang colloquial Indonesia adalah mereka yang datang ke Indonesia untuk tujuan belajar, bukan untuk tujuan liburan. Dan juga orang-orang yang benar-benar belajar bahasa Indonesia secara resmi hanya ada tiga responden dari 10 responden.

2. Media sangat penting dalam membantu responden untuk menemukan kata-kata baru. Meskipun beberapa dari mereka (responden) tidak mengambil cara yang formal dalam belajar bahasa Indonesia, mereka dapat belajar dari media, seperti: Televisi, Teman, Majalah, Pemandu Wisata, dan lain-lain. Namun, media yang paling banyak digunakan adalah teman.

3. Kata-kata colloquial yang paling banyak di ketahui oleh para responden adalah: kok, nih, sih, yah, sip, wah, dan aduh, dengan presentasi 5 dari 5 responden yang menjawab.

Dari kesimpulan tersebut, banyak aspek tentang ilmu colloquial yang dapat di analisis oleh peneliti lainnya. Penulis mempunyai saran kepada peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian dengan subjek yang sama namun dengan objek yang berbeda seperti anak muda di media sosial.

(11)

Dan penulis berharap kepada mahasiswa Sastra Inggris lainnya agar lebih banyak belajar tentang variasi bahasa, terutama jargon dan dialek dalam masyarakat dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan mereka dalam bidang sociolinguistik. Disamping itu, dengan mempelajari bahasa lain, mereka dengan akan mudah untuk berkomunikasi dengan orang banyak dalam mendapatkan informasi.

Gambar

Table 2. The differences vocabulary between High Language Variation and Low Language  Variation

Referensi

Dokumen terkait

Data sekunder pada penelitian ini diambil dari Badan Meteorologi dan Geofisika di Bandara Adi Soemarmo, Surakarta. Data sekunder meliputi karakteristik angin di

Apabila terdapat peserta yang keberatan terhadap keputusan dan pengumuman tersebut, maka dapat mengajukan sanggahan terhitung mulai tanggal 10 – 16 Agustus 2012. Demikian

Sifat spesial dari mikrokontroler adalah kecil dalam ukuran, hemat daya listrik serta flexibilitasnya menyebabkan mikrokontroler sangat cocok untuk dipakai sebagai

Pagar Keliling Kantor KPU Kabupaten Kolaka No.5.02/PAN-KPU/IX/2012 Melalui e-Procurement pada LPSE Kabupaten Kolaka alamat situs lpse.kolakakab.go.id dengan ini

Apabila terdapat peserta yang keberatan terhadap keputusan dan pengumuman tersebut, maka dapat mengajukan sanggahan terhitung mulai tanggal 18 – 20 September 2012. Demikian

Melihat begitu besarnya resiko yang dapat terjadi apabila kepercayaan masyarakat terhadap lembaga perbankan merosot, maka tidak berlebihan apabila usaha

[r]

Digital Repository Universitas Jember Digital Repository Universitas Jember... Digital Repository Universitas Jember Digital Repository