BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Anak a. Definisi
Banyak perbedaan definisi dan batasan usia anak, menurut Depkes RI tahun 2009, kategori umur anak ialah usia 5-11 tahun. Undang- undang nomor 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak menyatakan bahwa anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum pernah kawin. Sedangkan menurut UU RI No.23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak, dalam pasal 1 ayat 1, menerangkan bahwa “Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandngan. World Health Organisation (WHO) sendiri memiliki batasan usia anak, ialah yang berusia 0-19 tahun.9,10
Anak tidak bisa dikatakan sebagai seorang dewasa dalam bentuk kecil, karena anak memiliki ciri yaitu selalu bertumbuh dan berkembang, yang melibatkan proses berkesinambungan dan kompleks yang terjadi sejak konsepsi sampai dewasa dan berkaitan dengan perubahan morfologi, fisiologi dan biokimia.1
b. Pertumbuhan Anak
Pertumbuhan adalah bertambahnya jumlah atau ukuran baik tingkat sel, organ maupun individu. Pertumbuhan bersifat kuantitatif sehingga dapat diukur baik dengan satuan berat maupun panjang. Sedangkan perkembangan adalah kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang bertambah kompleks, berpola teratur dan dapat diramalkan.1
anak. Pada faktor genetik, tinggi badan (TB) anak perempuan lebih terkait dengan TB ayah, sedangkan TB anak laki-laki lebih berkorelasi dengan TB ibu. Lingkungan juga berpengaruh terhadap tinggi badan pada masa anak dan remaja. Sebuah penelitian di Jepang menyatakan bahwa pria dan wanita penduduk asli Jepang lebih pendek dari orang keturunan Jepang yang tinggal di Amerika.11,12
Pada 1000 hari pertama kehidupan yakni sejak konsepsi sampai anak berusia 2 tahun merupakan masa yang penting bagi anak, karena organ-organ baru mulai terbentuk dan mengalami pertumbuhan yang sangat pesat dan peka terhadap lingkungan, jika terjadi gangguan kehamilan dan malnutrisi jangka panjang, dampaknya akan ireversibel dan berpengaruh pada kualitas hidup kedepannya. Termasuk dalam hal ini adalah pertumbuhan otak yang merupakan salah satu organ vital manusia, pertumbuhan tercepat otak terjadi sejak trisemester tiga kehamilan sampai anak berusia 2 tahun pasca lahir, malnutrisi pada masa ini akan mengakibatkan gangguan jumlah sel otak dan mielinisasi lalu berdampak pula pada pertumbuhan dan perkembangan anak secara umum, yang tidak bisa dikejar pada masa pertumbuhan berikutnya sehingga tingkat kognitif dan motorik anak pun terganggu.1
c. Perawakan pendek(Stunting) 1) Definisi
menjadi masalah gizi utama hampir di seluruh provinsi Indonesia, ditandai dengan gangguan pertumbuhan dan berdampak pada kecerdasan intelektual, motorik, psikosoial yang buruk karena perkembangan fisik dan mental anak dapat bermasalah. 2,13,14
Seorang anak dikatakan memiliki tinggi badan di bawah garis normal/pendek jika hasil pengukuran tinggi badan/ umur (TB/U) berada di bawah -2 standar deviasi (SD) dan dikatakan sangat pendek jika TB/U berada di bawah -3SD. Pengukuran tersebut dinilai denganWHO Chart.14
2) Prevalensi dan Insidensi
Di negara-negara tertentu, stunting menjadi masalah kesehatan yang utama karena berkaitan dengan morbiditas dan mortalitas anak. Menurut WHO 2010, Indonesia menempati urutan kelima di dunia dengan jumlah stunting sebanyak 7,6 juta balita Berdasarkan Riskesdas, prevalensi stunting di Indonesia sempat mengalami penurunan dan kenaikan selama 2007, 2010, dan 2013 berturut-turut dengan angka 36,8%, 35.6 %, dan 37,2%. Sedangkan di Jawa Tengah insidensi stunting mencapai 33,9% dan prevalensi balitastuntingdi Semarang sendiri mencapai 20,66%.4,5
3) Pengukuran tinggi badan a) Anak bisa berdiri
Cara pengukuran tinggi badan :15
(1) Meminta klien untuk melepaskan alas kaki dan hiasan rambut yang mungkin dapat mempengaruhi hasil pengukuran TB anak.
(2) Pastikan alat geser berada di posisi atas.
(4) Turunkan meteran alat pengukur hingga pas di atas kepala si anak. Pastikan alat ukur berada tepat ditengah kepala dan bagian belakang alat ukur tetap dalam keadaan menempel di dinding. Baca dan catat hasil pengukuran dengan desimal satu di belakang komadengan melihat angka di alat pengukuran.
b) Bayi/Anak belum bisa berdiri
Langkah untuk melakukan pengukuran :15
(1) Letakkan alat ukur panjang badan di tempat yang datar (misalnya lantai atau meja).
(2) Posisikan panel kepala pada alat ukur berada di sebelah kiri dan panel penggeser berada di sebelah kanan pemeriksa. (3) Tarik panel penggeser sampai kira-kira cukup untuk menaruh
anak, lalu baringkan anak dengan posisi diantara panel alat ukur. Pastikan panel bagian kepala (panel yang tidak dapat di geser) tepat menempel pada kepala anak.
(4) Tekan lutut dan rapatkan kedua kaki anak sampai lurus menempel pada meja/lantai tempat pengukuran. Tekan telapak kaki anak sampai membentuk sudut siku dan tarik panel penggeser sampai menempel pada telapak kaki anak. (5) Baca dan catat panjang badan pada skala di alat pengukuran
panjang badan.
4) Penyebab dan faktor-faktor yang berhubungan denganstunting a) Masalah endokrin
hipertiroidisme terjadi pertumbuhan tulang yang berlebihan namun juga terjadi pematangan dan penutupan epifisis lebih dini sehinga anak akan lebih tinggi daripada anak lainnya tapi saat dewasa, tinggi badannya justru mungkin lebih pendek. Kelainan pada sekresi hormon pertumbuhan (growth hormon) juga tentu memiliki dampak langsung pada tinggi badan anak, baik defisiensi maupun sekresi hormon yang berlebih.16
b) Kelainan kromosom
Banyak penyakit akibat kelainan kromosom yang disertai disgenesis gonad memiliki gejala klinis berperawakan pendek. Contohnya antara lain :
(1) Sindrom Down
Kelainan kromosom terletak pada kromososm 21 dan 15, anak akan memiliki retardasi mental dan jasmani. Salah satu ciri dari sindrom down ini ialah perawakan pendek, walaupun pertumbuhan pada masa bayi kadang baik namun kemudian menjadi lambat.17
(2) Sindrom Turner
Kelainan ini merupakan penyebab perawakan pendek terbanyak pada wanita. Pada sindrom Turner, anak lahir sudah pendek dan penyimpangan pertumbuhan terus berlanjut hingga remaja. Rata-rata tinggi badan akhir saat dewasa ± 142cm.2
c) Sindrom Cushing
Anak dengan perawakan pendek keturunan memiliki jalur pertumbuhan dibawah normal namun kurva TB masih sejajar dengan kurva pertumbuhan normal, rasio TB terhadap BB, perkembangan pubertas, dan pemeriksaan laboratorium juga masih dalam batas normal. Biasanya satu atau kedua orangtua anak memiliki tinggi badan di bawah TB rata-rata.2
e) Penyakit kronis
Penyakit kronis dapat terjadi secara bawaan atau didapat. Diagnosis dibuat berdasar anamnesis, pemeriksaan penunjang dan gejala klinis. Anak dengan penyakit kronis memiliki gangguan pertumbuhan dapat dikarenakan penyakit itu sendiri ataupun dari nafsu makan yang turun. Termasuk dari penyakit kronis ini ialah keganasan dan penyakit infeksi.2
f) Malnutrisi
Malnutrisi adalah kondisi yang disebabkan karena diet/gizi yang tidak tepat, dapat berlebih ataupun kurang. Namun malnutrisi pada stunting lebih berkaitan pada gizi kurang. Malnutrisi dapat terjadi karena faktor penyebab langsung yaitu asupan gizi yang tidak adekuat, dan penyakit yang sedang diderita, maupun penyebab tidak langsung berupa faktor sosial ekonomi. Sosial ekonomi yang rendah dapat meningkatkan risiko kejadian stunting pada anak, adapun faktor sosial ekonomi ini meliputi : pendapatan rumah tangga rendah (kemiskinan), pola konsumsi keluarga, pendidikan ibu, higiene perseorangan maupun lingkungan dan fasilitas sanitasi yang buruk yaitu terbukanya saluran pembuangan kotoran sehingga menyebabkan terjangkitnya penyakit menular yang lebih sering dan kemudian berdampak menjadistunting.6,18,19
g) BBLR
berat lahir yang rendah dibanding anak dengan berat lahir normal lebih berisiko 12,789 kali menjadi stunting.Bayi perempuan yang memiliki riwayat BBLR cenderung menjadi wanita stuntingdan melahirkan anak BBLR seperti dirinya, risiko mortalitas pun tinggi.20
h) Jenis kelamin
Proporsi balita laki-laki berstatus gizistunting lebih banyak dibanding bayi perempuan. Laki-laki 1,77 kali lebih berisiko menjadi stunting.Kebiasaan di masyarakat yang cenderung lebih memerhatikan makanan anak perempuan dibanding laki-laki, pemberian makanan tambahan lebih dini, dan kejadian diare yang lebih banyak pada bayi laki-laki turut berpengaruh.21
i) Usia
Penelitian di Tanzania oleh Chirande (2010), prevalensi stunting balita lebih banyak pada usia 24-59 bulan dibanding anak balita usia 0-23 bulan. Ramli (2009) menyebutkan bahwa risiko kejadianstuntingpada usia 0-23 bulan lebih tinggi daripada balita usia 0-59 bulan.6,22
2. Penyakit Infeksi
mempertahankan homeostasis. Contoh dari mikroorganisme penyebab infeksi antara lain: jamur, protozoa, cacing, bakteri dan virus. 23,24
Masa balita disebut juga masa keemasan atau masa kritis, di mana masa ini berlangsung pendek dan balita sangat peka terhadap lingkungannya, perkembangan motorik mengalami kemajuan dan kecepatan pertumbuhan menurun. Masa anak-anak terutama balita sangat rentan terhadap berbagai jenis penyakit terutama penyakit infeksi dan seringkali terjadi secara berulang. Beberapa hal yang berkaitan erat dengan kejadian infeksi adalah sanitasi dan higiene, di mana kebiasaan cuci tangan sebelum makan dan sesudah defekasi, saluran pembuangan limbah merupakan beberapa hal penting yang perlu diperhatikan.1,25
Infeksi sering terjadi bersamaan dengan malnutrisi bahkan mengarah pada lingkaran setan di mana infeksi dapat menyebabkan malnutrisi dan bila seseorang menderita malnutrisi maka ia mudah terkena infeksi. Infeksi yang menyebabkan malnutrisi ini terjadi karena saat seseorang sakit membutuhkan gizi yang lebih untuk melawan penyakitnya ditambah seringkali merasa tidak nafsu makan sehingga asupan gizi tidak adekuat, hal ini semakin mengarahkan kondisi malnutrisi pada infeksi.2,25
A. Kerangka Teori
BBLR
Kelainan kromosom Jenis kelamin
Masalah endokrin Keturunan Keganasan
Malnutrisi Penyakit infeksi
Perawakan pendek (stunting) Sosial
ekonomi
B. Kerangka Konsep
C. Hipotesis
Terdapat hubungan antara jenis kelamin, usia dan riwayat penyakit infeksi dengan kejadianstunting.
Riwayat penyakit infeksi
Usia balita
Jenis kelamin