• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II KAJIAN TEORI

A.Tinjauan Pustaka

Setelah peneliti melakukan beberapa penelitian, ada beberapa

penelitian yang terkait dengan tema penelitian yang peneliti lakukan yaitu:

Penelitian pertama oleh Saifullah Malik dan Qaisar Ali Malik (2013)

dengan judul “Empirical Analysis of Macroeconomic Indicators as

Determinants of Foreign Direct Investment in Pakistan” menjelaskan bahwa hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga variabel makroekonomi yang positif

terkait dengan variabel dependen - FDI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

GDP, inflasi dan nilai tukar memiliki dampak positif pada arus masuk FDI, dan

model tersebut ditemukan signifikan pada tingkat 1%, maka dapat disimpulkan

bahwa setiap peningkatan dalam tiga variabel penjelas akan menyebabkan

peningkatan FDI, karena itu pemerintah harus fokus pada stabilisasi variabel ini

untuk menarik lebih banyak FDI ke negara itu untuk mendukung pertumbuhan

ekonomi negara.

Penelitian kedua Puspa Febrina (2014) yang berjudul “Pengaruh Kebijakan Makroekonomi dan Kualitas Kelembagaan Terhadap Foreign Direct

Investment di ASEAN Analisis Panel Data. Hasil dari penelitian menjelaskan

diantara variabel-variabel independen yang digunakan, diperoleh hasil bahwa

variabel GDP berpengaruh positif dan signifikan, variabel indeks kualitas

(2)

kelembagaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap masuknya FDI di

kawasan ASEAN. Sedangkan untuk variabel indeks rasio angkatan kerja

berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap masuknya FDI di ASEAN.

Semua variabel independent berpengaruh secara positif dan sesuai dengan

hipotesis yang diajukan, meskipun variabel indeks kebijakan makroekonomi

secara statistik tidak signifikan. Berdasarkan uji parsial yang dilakukan, GDP

dan indeks kualitas kelembagaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap

masuknya FDI di Singapura. Begitu juga dengan Indonesia, variabel GDP dan

indeks kualitas kelembagaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap

masuknya FDI di negara Indonesia. untuk keempat negara lainnya yaitu

Malaysia, Thailand, Philiphina, dan Vietnam tidak ada variabel yang signifikan

dalam mempengaruhi masuknya FDI di keempat negara tersebut.

Penelitian ketiga oleh Sayeeda Bano dan Jose Tabbada (2015) dengan

judul “Foreign Direct Investment Outflows : Asian Developing Countries’. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa Foreign Direct Investment arus keluar yang

terkait erat dengan tingkat Produk Domestik Bruto, tabungan domestik yang

tinggi, cadangan besar asing, orientasi ekspor, dan investasi langsung yang

relatif besar asing arus masuk di negara-negara sumber, dengan kekuatan dan

pentingnya setiap faktor yang berbeda-beda dengan tingkat perkembangan.

Kesimpulan utama kami adalah bahwa, meskipun non-tradisional Asing arus

keluar Investasi Langsung sejauh ini telah terbatas pada sejumlah negara-negara

(3)

menjadi modal eksportir dengan lingkungan internasional yang mendukung dan

kebijakan dalam negeri yang sesuai.

Penelitian keempat oleh Monica Letarisky, Darminto, R. Rustam

Hidayat (2014) yang berjudul “Pengaruh Indikator Fundamental Makroekonomi Terhadap Foreign Direct Investment di Indonesia (Periode Tahun 2004-2013)”. Hasil dari penelitian ini adalah variabel Produk Domestik Bruto dan variabel

tingkat suku bunga SBI memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap

penanaman modal asing langsung yang masuk ke Indonesia, sedangkan variabel

tingkat inflasi dan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar memiliki pengaruh yang

negatif dan tidak signifikan terhadap penanaman modal asing langsung yang

masuk ke Indonesia. Variabel Produk Domestik Bruto, tingkat inflasi, tingkat

suku bunga SBI, dan nilai tukar Rupiah secara simultan berpengaruh signifikan

terhadap Penanaman Modal Asing Langsung yang masuk ke Indonesia.

Penelitian kelima oleh Erdal Demirhan, Mahmut Masca (2008) dengan

judul “Determinants of Foreign Direct Investment Flows to Developing

Countries: a Cross-Sectional Analysis”. Hasil penelitian menjelaskan sebagai proxy untuk ukuran pasar, logtel sebagai proxy untuk infrastruktur dan op

sebagai proxy untuk mencerminkan kesediaan negara untuk menerima asing

investasi telah mempengaruhi secara positif FDI, menjadi signifikan. Kami telah

menggunakan pertumbuhan per kapita PDB riil sebagai proxy untuk ukuran

pasar, karena PDB mutlak mencerminkan ukuran populasi daripada pendapatan.

Ketika kita menggunakan PDB absolut atau GDP per kapita ukuran pasar, kita

(4)

ini bahwa investor lebih memilih pertumbuhan ekonomi untuk negara-negara

besar.

Berdasarkan beberapa penelitian di atas memiliki persamaan dengan

penelitian peneliti yaitu mengenai pengaruh Foreign Direct Investment.

Sedangkan perbedaan dalam penelitian ini adalah pada obyek peneliti, dimana

peneliti mengajukan obyek penelitian adalah negara-negara berkembang

ASEAN seperti Indonesia, Myanmar, Filipina, Brunei Darussalam, Laos dan

Vietnam. Kemudian variabel yang peneliti lakukan dengan menambahkan

variabel yang berkaitan dengan kelembagaan masing-masing negara yaitu

dengan tingkat korupsi negara tersebut. Penilaian tingkat korupsi mengacu pada

Corruption Perception Index.

B.Landasan Teori

1. Foreign Direct Investement (FDI)

a. Pengertian Foreign Direct Investement (FDI)

Investasi dari luar negeri dapat memiliki beberapa bentuk. Pertama,

investasi asing langsung (Foreign Direct Investment / FDI) yiatu investasi

modal yang dimiliki dan dioperasikan oleh entitas luar negeri. Kedua,

investasi portofolio luar negeri (Foreign Portofolio Investment) yaitu

investasi yang dibiayai oleh luar negeri namun dioperasikan oleh warga

domestik.

Menurut Sianipar dan Panjaitan (2008) penanaman modal asing secara

langsung menurut Organization For Economic Cooperation (OEEC)

(5)

sufficient interest in an under taking to ensure its control by the investor

(suatu bentuk penanaman modal asing dimana penanam modal diberi

keleluasaan penguasaan dan penyelenggaraan pimpinan dalam perusahaan

dimana modalnya ditanam, dalam arti bahwa penanam modal mempunyai

penguasaan atas modalnya).

Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman

Modal memberikan pengertian mengenai apa yang dimaksud dengan

penanaman modal dalam negeri, penanaman modal asing dan modal asing.

Pengertian-pengertian ini terdapat dalam Bab 1 Pasal 1 ayat (1) yang

menyatakan bahwa penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan

penanaman modal dalam negeri maupun penanaman modal asing untuk

melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia. Sedangkan yang

dimaksud dengan penanaman modal dalam negeri adalah kegiatan menanam

modal untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia yang

dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal

dalam negeri.

Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 memberi

pengertian penanaman modal asing sebagai kegiatan menanam modal untuk

melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh

penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya

maupun yang berpatungan dengan penanaman modal dalam negeri. Dalam

Undang-undang hanya mengatur penanaman modal asing yang dilakukan

(6)

dalam Undang-undang ini, tetapi terdapat dalam peraturan pelaksanaan yang

berupa Peraturan Presiden Nomor 76 Tahun 2007 tentang kriteria dan

persyaratan penyusunan bidang usaha yang tertutup dan bidang usaha yang

terbuka dengan persyaratan di bidang penanaman modal dan Peraturan

Presiden RI Nomor 77 tahun 2007 tentang Daftar bidang usaha yang tertutup

dan bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan di bidang penanaman

modal serta Peraturan Presiden RI Nomor 111 tahun 2007 tentang perubahan

terhadap Peraturan Presiden Nomor 77 Tahun 2007.

Menurut Krugman dalam Sarwedi (2002) yang dimaksud dengan

Foreign Direct Investment (FDI) adalah arus modal internasional dimana

perusahaan dari suatu negara mendirikan atau memperluas perusahaannya di

negara lain. Oleh karena itu tidak hanya terjadi pemindahan sumber daya,

tetapi juga terjadi pemberlakukan kontrol terhadap perusahaan di luar negeri.

Penanaman modal langsung untuk membantu pertumbuhan ekonomi dan

membina sektor non-migas yang berdaya saing di tingkat internasional.

Foreign Direct Investment tidak hanya mencakup transfer kepemilikan dari

dalam negeri menjadi kepemilikan asing, melainkan juga mekanisme yang

memungkinkan investor asing untuk mempelajari manajemen dan kontrol

dari perusahaan dalam negeri, khususnya dalam corporate governance

mechanism.

Berdasarkan uaraian tersebut dapat disimpulkan Penanaman modal

asing (Foreign Direct Investment (FDI)) secara langsung juga memberikan

(7)

secara langsung, maka secara fisik pemodal asing hadir dalam menjalankan

usahanya. Dengan hadirnya atau tepatnya dengan didirikannya badan usaha

yang berstatus sebagai penanaman modal asing, maka badan usaha tersebut

harus tunduk pada ketentuan hukum di Indonesia. Dalam penanaman modal

secara langsung, pihak investor langsung terlibat dalam kegiatan pengelolaan

usaha dan bertanggung jawab secara langsung apabila terjadi suatu kerugian.

b. Teori Penanaman Modal Asing (Foreign Direct Investement)

Menurut Muchammad Ardiansyah dalam orasi ilmiahnya “Teori-Teori Hukum Investasi dan Penanaman Modal”, mengemukakan teori-teori yang

berkaitan dengan kepentingan negara dalam bidang investasi, tinjauannya

adalah dari sudut pandang kepentingan pembangunan ekonomi. Adapun

teori-teori ekonomi pembangunan sebagai dasar pijakan kebijakan hukum

investasi yang, adalah:

1) Teori Klasik dan Neo Klasik (The Classical and Neo Classical Theory on

Foreign Investment)

Teori ekonomi klasik dalam penanaman modal asing menyatakan

bahwa penanaman modal asing secara keseluruhan menguntungkan

ekonomi negara penerima modal. Adapun faktor yang mendukung

pandangan teori klasik dan neo klasik, yaitu:

a) Pertama, merupakan fakta bahwa modal asing yang dibawa ke negara

pemilik modal menjamin bahwa modal nasional/domestic yang tersedia

dapat digunakan untuk kepentingan pembangunan dan kepentingan

(8)

oleh penanaman modal asing yang berasal dari keuntungan yang tidak

dikembalikan ke negaranya, akan meningkatkan tabungan dari negara

penerima modal. Penghasilan pemerintah melalui pajak meningkat dan

pembayaran-pembayaran lain juga akan meningkat.

b) Kedua, Penanaman modal asing biasanya membawa serta teknologi

yang terdapat di negara pemilik modal dan menyebarkan teknologi

tersebut di dalam negara penerima modal.

c) Ketiga, dengan masuknya modal asing berarti terciptanya lapangan

baru. Tanpa penanaman modal asing kesempatan untuk bekerja tidak

akan didapat

d) Keempat, pekerja-pekerja yang dipekerjakan pada perusahaan

penanaman modal asing akan mendapatkan keahlian sehubungan

dengan teknologi yang dibawa dan diperkenalkan oleh penanam modal

asing. Keahlian dalam bidang manajemen dari proyek-proyek besar

akan beralih kepada tenaga ahli lokal.

e) Kelima, fasilitas-fasilitas infrastruktur akan dibangun baik oleh

pemerintah maupun perusahaan penanaman modal asing dan semua

fasilitas seperti transportasi, kesehatan, pendidikan yang diperuntukkan

bagi penanaman modal asing akan juga bermanfaat bagi masyarakat

secara keseluruhan.

Pendapat yang sangat mendasar dari teori neo-klasik menurut

Chandrawulan (2011) adalah bahwa penanaman modal asing khsusnya

(9)

asing menggantikan fungsi produksi yang lebih rendah di negara industri

yang masuk melalui alih teknologi, keahlian manajemen dan pemasaran,

informasi pasar, pengalaman organisasi, penemuan-penemuan produk

baru dan teknik produksi, serta pelatihan-pelatihan pekerja, khusunya

perusahaan multinasional yang dianggap sebagai agen yang berguna bagi

pengalihan teknologi dan ilmu pengetahuan.

2) Teori Kebergantungan (The Dependency Theory)

Menurut Sonarajah (2010) teori ini didasari oleh banyaknya

penanaman modal asing yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan

multinasional yang berkantor pusat di negara maju dan beroperasi melalui

anak-anak perusahaannya di negara berkembang. Teori ini menyatakan

bahwa perusahaan multinasional dalam menanamkan modalnya di negara

berkembang dengan kebijakan global hanyalah untuk kepentingan induk

perusahaan dan pemilik saham dari perusahaan multinasional tersebut

yang berada di negara penanam modal. Negara pemilik modal menjadi

sentral ekonomi di dunia, sedangkan negara-negara berkembang melayani

kepentingan dari negara pemilik modal. Pembangunan menjadi tidak

mungkin dalam suatu negara berkembang sebagai pelaku ekonomi yang

tidak penting kecuali dapat mengubah situasi dengan negara berkembang

menjadi pusat ekonomi melalui penanaman modal asing.

Menurut Chandarawulan (2011) perkembangan ekonomi negara

(10)

a) Pertama, penanaman modal asing langsung yang banyak dilakukan oleh

perusahaan multinasional biasanya menegakkan kebijakan global bagi

kepentingan negara-negara maju yang kantor pusat dan pemilik

sahamnya berada di negara pemilik modal. Negara pemilik modal dari

penanaman modal asing menjadi pusat ekonomi negara penerima

modal hanya sebagai pelayan ekonomi yang tidak penting bagi pusat

ekonomi.

b) Kedua, masuknya atau mengalirnya modal ke negara berkembang,

terdapat ketentuan bahwa modal yang ditanam dan keuntungan yang

diperoleh di negara penerima modal asing dapat dikembalikan ke

negaranya. Berdasarkan ketentuan ini, dalam praktik penanaman modal

asing mengembalikan baik modal asal maupun keuntungan dua kali

lipat dari modal yang mereka bawa.

c) Ketiga, penanaman modal asing menggunakan kekayaan alam tanpa

memerhatikan kepentingan dan kebutuhan setempat, sebagai akibatnya

mereka kehilangan pekerjaan dan mengalami kebangkrutan.

3) Teori Penengah (The Middle Path Theory)

Teori penengah dikenal juga sebagai teori yang mengedepankan

peran pemerintah atau negara dalam melakukan strategi pembangunan

ekonomi khususnya di negara-negara berkembang. Menurut teori ini,

negara-negara harus merumuskan dan menyusun serta mengikuti

(11)

kepentingan dari kelompok-kelompok sosial, kelas-kelas atau masyarakat

dalam wilayahnya (Chandrawulan, 2011).

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penanaman Modal Asing (Foreign Direct Investement)

Menurut Muana Nanga, (2001) faktor-faktor yang menentukan

Penanaman Modal Asing adalah sebagai berikut:

1) Tingkat suku bunga, terdapat hubungan negatif antara jumlah investasi dan

tingkat bunga. Jika tingkat suku bunga naik level investasi akan berkurang,

sebaliknya jika tingkat suku bunga rendah orang akan

berbondong-bondong menanamkan investasi diberbagai bidang usaha.

2) Inovasi dan teknologi, adanya temuan-temuan baru yang menyebabkan

cara-cara berproduksi lama menjadi tidak efisisen. Untuk itu

perusahaan-perusahaan perlu menanamkan investasi untuk membeli mesin-mesin dan

peralatan-peralatan baru yang lebih canggih.

3) Tingkat perekonomian, makin banyak aktifitas perekonomian makin besar

pendapatan nasional, dan makin banyak bagian pendapatan yang dapat

ditabung. Yang pada akhirnya akan diinvestasikan pada usaha-usaha yang

menguntungkan.

4) Ramalan atau harapan orang tentang perekonomian dimasa datang, jika

oarang meramal perekonomian dimasa yang akan datang cerah, oarang

akan giat melakukan investasi sekarang.

5) Tingkat keuntungan perusahaan, makin besar tingkat keuntungan

(12)

earnings) dan bagian laba yang ditahan ini dapat digunakan untuk tujuan

investasi.

6) Situasi politik, jika situasi politik aman dan pemerintah banyak

memberikan kemudahan-kemudahan bagi perusahaan maka tingkat

investasi akan tinggi. Dan sebaliknya jika pemerintah tidak banyak

memberikan kemudahan bagi perusahaan banyak menghadapi birokrasi

yang berbelit-belit maka tingkat investasi akan rendah.

Faktor-faktor yang dapat menjadi motivasi bagi investor asing untuk

melakukan FDI di suatu negara adalah:

1) Access to Mineral / Natural Resources. Orientasi dari penanaman modal

asing ini hanyalah untuk memperoleh sumber daya yang lebih murah dan

efisien dimana sumber daya di negara asalnya sudah tidak lagi mencukupi,

namun begitu dapat berorientasi terhadap perdagangan dimana negara

investor berkeinginan mengimpor komoditas yang sudah kehilangan

komparatifnya apabila diproduksi di negara asal investor.

2) Menghindari hambatan tarif. Tarif untuk suatu produk yang akan masuk

di suatu negara dapat menghambat jalur perdagangan dan dapat

mengurangi tingkat keuntungan, sehingga mendirikan perusahaan di

negara tersebut merupakan upaya untuk menghindari tarif tersebut.

3) Domestic Market Oriented. Pasar dari negara tuan rumah sangat

menjanjikan dan dapat memperoleh profit yang lebih banyak jika

(13)

4) Tingkat upah pekerja yang relatif rendah. Kebanyakan upah di negara

maju sudah terlalu tinggi bila dibandingkan dengan kapital dan

berkembangnya produk baru yang lebih intensif modal dan pengetahuan

sehingga alternatif untuk membuka atau mendirikan usaha industrinya di

negara lain menjadi lebih menguntungkan, terlebih jika negara tujuannya

mempunyai upah tenaga kerja yang lebih murah dari negara asalnya.

2. Inflasi

a. Pengertian Inflasi

Tingkat inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-hargasecara

umum dan terus menerus. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses

menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi terjadi jika proses

kenaikan harga berlangsung secara terus menerus dan saling mempengaruhi.

istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan

uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga

(Blanchard, 2000).

Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara

umum dan terus-menerus (Boediono, 2001). Kenaikan harga dari satu atau

dua barang saja tidak dapat disebut sebagai inflasi kecuali bila kenaikan

tersebut meluas pada barang lainnya. Inflasi juga dapat digunakan sebagai

gambaran aktivitas ekonomi untuk melihat kondisi ekonomi nasional.

Menurut Manurung (2004) Inflasi merupakan peristiwa moneter yang terjadi

di semua negara yang dianggap sebagai penyakit ekonomi yang memerlukan

(14)

Inflasi merupakan kenaikan harga secara terus-menerus dan kenaikan

harga yang terjadi pada seluruh kelompok barang dan jasa (Pohan, 2008).

Bahkan mungkin dapat terjadi kenaikan tersebut tidak bersamaan. Yang

penting kenaikan harga umum barang secara terus-menerus selama suatu

periode tertentu. Kenaikan harga barang yang terjadi hanya sekali saja,

meskipun dalam persentase yang cukup besar dan terus-menerus, bukanlah

merupakan inflasi (Nopirin, 2000). Kenaikan sejumlah bentuk barang yang

hanya sementara dan sporadis tidak dapat dikatakan akan menyebabkan

inflasi.

Dapat disimpulkan dari beberapa uraian di atas bahwa inflasi adalah

keadaan di mana terjadi kelebihan permintaan (Excess Demand) terhadap

barang-barang dalam perekonomian secara keseluruhan. Inflasi sebagai suatu

kenaikan harga yang terusmenerus dari barang dan jasa secara umum (bukan

satu macam barang saja dan sesaat).

b. Teori-teori Inflasi

Menurut Boediono (2001) terdapat beberapa teori-teori inflasi yaitu

sebagai berikut:

1) Teori Keynes

Teori Keynes mengenai inflasi didasarkan atas teori makronya, dan

menyoroti aspek lain dari inflasi. Menurut teori ini, inflasi terjadi karena suatu

masyarakat ingin hidup diluar batas kemampuan ekonominya. Proses inflasi,

menurut pandangan ini, tidak lain adalah proses perebutan bagian rejeki

(15)

besar daripada yang bisa disediakan oleh masyarakat tersebut. Proses

perebutan ini akhirnya diterjemahkan menjadi keadaan dimana permintaan

masyarakat akan barang-barang selalu melebihi jumlah barang-barang yang

tersedia (timbulnya apa yang disebut inflationary gap).

Inflationary gap timbul karena adanya golongan-golongan masyarakat

tersebut berhasil menerjemahkan aspirasi mereka menjadi permintaan yang

efektif akan barang-barang. Dengan kata lain, mereka berhasil memperoleh

dana untuk mengubah aspirasinya menjadi rencana pembelian barang-barang

yang didukung dengan dana. Golongan masyarakat seperti ini mungkin

adalah pemerintah sendiri, yang berusaha memperoleh bagian yang lebih

besar dari output masyarakat dengan jalan menjalankan defisit dalam

anggaran belanjanya yang dibiayai dengan mencetak uang baru. Golongan

tersebut mugkin juga pengusaha-pengusaha swasta yang menginginkan untuk

investasi-investasi baru dan memperoleh dana pembiayaannya dari kredit dari

bank. Golongan tersebut biasa pula serikat buruh yang berusaha memperoleh

kenaikan gaji bagi anggota- anggotanya melebihi kenaikan produktifitas

buruh.

2) Teori Kuantitas

Teori kuantitas merupakan teori yang paling tua mengenai inflasi,

namun teori ini masih sangat berguna untuk menerangkan proses inflasi di

jaman yang modern ini, terutama di negara-negara yang sedang berkembang.

(16)

a) Jumlah uang yang beredar. Inflasi hanya bisa terjadi kalau ada

penambahan volume uang yang beredar, tanpa ada kenaikan jumlah uang

yang beredar. Kejadian seperti ini misalnya, kegagalan panen, hanya akan

menaikkan harga-harga untuk sementara waktu saja. Bila jumlah uang

tidak ditambah, inflasi akan berhenti dengan sendirinya, apapun

sebab-musababnya awal dari kenaikan harga-harga tersebut.

b) Psikologi (expectations) masyarakat mengenai harga – harga. Laju inflasi ditentukan oleh laju pertambahan jumlah uang yang beredar dan oleh

psikologi (harapan) masyarakat mengenai harga-harga di masa

mendatang. Ada 3 kemungkinan keadaan, keadaan yang pertama adalah

bila masyarakat tidak (atau belum) mengharapkan harga-harga untuk naik

pada bulan-bulan mendatang. Kedua adalah dimana masyarakat (atas dasar

pengalaman di bulan-bulan sebelumnya) mulai sadar bahwa ada inflasi.

Dan yang ketiga terjadi pada tahap inflasi yang lebih parah yaitu tahap

hiperinflasi, pada tahap ini orang-orang sudah kehilangan kepercayaan

terhadap nilai mata uang. Hiperinflasi ini pernah terjadi di Indonesia

selama periode 1961 sampai 1966.

3) Teori Strukturalis

Teori mengenai inflasi yang didasarkan atas pengalaman di

negaranegara Amerika latin. Teori ini memberikan tekanan pada ketegaran

(rigdities) dari struktur perekonomian negara-negara sedang berkembang.

(17)

a) Teori ini menerangkan proses inflasi jangka panjang di negara – negara yang sedang berkembang.

b) Ada asumsi bahwa jumlah uang beredar bertambah dan secara pasif

mengikuti dan menampung kenaikan harga-harga tersebut.Dengan kata

lain, proses inflasi tersebut bisa berlangsung terus hanya apabila jumlah

uang beredar juga bertambah terus. Tanpa kenaikan jumlah uang proses

tersebut akan berhenti dengan sendirinya.

c) Faktor-faktor struktural yang dikatakan sebagai sebab musabab yang

paling dasar dari proses inflasi tersebut bukan 100 % struktural. Sering

dijumpai bahwa keterangan-keterangan tersebut disebabkan oleh

kebijakan harga atau moneter pemerintah sendiri.

c. Jenis-Jenis Inflasi

Menurut Boediono (2001) inflasi dibedakan menjadi dua jenis

berdasarkan sebab dari terjadinya inflasi:

1) Demand pull inflation. Inflasi yang timbul karena adanya permintaan total

akan berbagai barang terlalu kuat, sedangkan kondisi produksi telah

berada pada kesempatan kerja penuh (full employment). Dalam keadaan

ini kenaikan hasil produksi (output).Apabila kesempatan kerja penuh telah

tercapai, penambahan permintaan selanjutnya hanyalah menaikkan harga

saja. Proses terjadinya (demand pull inflation) dapat dijelaskan pada

(18)

Gambar 2.1 : Kurva Demand Pull Inflation

Sumber : Boediono, 2001. Ekonomi Makro

Berdasarkan gambar di atas kedua permintaan masyarakat akan

barang-barang (agregate) bertambah (misal, karena bertambahnya pengeluaran

pemerintah yang dibiayai dengan pencetakan uang atau kenaikan

permintaan luar negeri akan barang-barang atau barang investasi swasta

karena kredit yang murah), maka kurva agregate demand bergeser dari D1

ke D2 akibatnya tingkat harga umum naik dari P1 ke P2.

2) Cost Pust Inflation. Inflasi yang disebabkan turunnya produksi, karena

naiknya biaya produksi. Apabila proses ini berjalan terus menerus maka

timbullah cost push inflation. proses terjadinya cost push inflation dapat di

jelaskan pada gambar 2 sebagai berikut :

(19)

Berdasarkan gambar di atas bila ongkos produksi naik dari P1 ke P2

(misalnya, karena kenaikan harga sarana produksi yang di datangkan dari

luar negeri, atau karena kenaikan harga bahan bakar minyak) maka kurva

penawaran masyarakat (agregat suplai) bergeser dari S1 ke S2.

Menurut Nopirin (2000) berdasarkan asal-usulnya, maka inflasi dapat

dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu:

1) Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation)

Inflasi ini disebabkan oleh adanya shock dari dalam negeri, baik karena

tindakan masyarakat maupun tindakan pemerintah dalam melakukan

kebijakan-kebijakan perekonomian.

2) Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation)

Imported inflation adalah inflasi yang terjadi di dalam negeri karena

adanya pengaruh kenaikan harga dari luar negeri, terutama kenaikan harga

barang-barang impor yang selanjutnya juga berdampak pada kenaikan

harga barangbarang input produksi yang masih belum bisa diproduksi

secara domestik.

1) Pasar Dana Pinjaman (Market for loanable funds)

Pasar dana pinjaman ini menjelaskan tentang interaksi antara

permintaan dan penawaran dana pinjaman yang akhirnya akan

mempengarui jumlah pinjaman dan tingkat bunga. Tingkat bunga adalah

harga yang harus dibayar atas penggunaan loanable funds. Dasar

pemikiran dari timbulnya penawaran akan loanable funds adalah berasal

(20)

ditabung. Dapat dijelaskan disini bahwa jika pada suatu periode tertentu

ada anggota masyarakat yang menerima pendapatan melebihi dari apa

yang mereka perlukan untuk kebutuhan konsumsinya selama periode

tersebut, maka mereka ini adalah kelompok penabung. Bersama-sama atau

seluruh jumlah tabungan mereka membentuk penawaran akan loanable

funds.

Gambar 2.1a Kurva Permintaan Pinjaman

Sumber: Gregore, 2003

Kurva permintaan pinjaman seperti tampak gambar 2.1 (a),

mempunyai kemiringan negatif, bergerak turun dari kiri atas ke kanan

bawah. Bila tingkat bunga rendah, permintaan pinjaman akan bertambah

karena akan semakin banyak investasi, modal kerja maupun konsumsi

dengan asumsi cateris paribus, dan begitu pula sebaliknya. Permintaan

dana pinjaman berasal dari bisnis domestik, konsumen dan pemerintah

serta pinjaman yang dilakukan oleh orang asing di pasar domestik

(21)

Gambar 2.1b Kurva Penawaran Pinjaman

Sumber: Gregore, 2003

Kurva penawaran pinjaman seperti dapat dilihat pada gambar 2.1

(b), mempunyai kemiringan positif, bergerak dari kiri bawah ke kanan atas

yang menggambarkan hubungan positif antara tingkat bunga dan

penawaran pinjaman. Semakin tinggi tingkat bunga, maka akan semakin

banyak masyarakat yang tertarik untuk menabungkan uangnya sehingga

semakin besar pula dana yang dapat disalurkan dalam bentuk pinjaman

dengan asumsi cateris paribus, dan begitu pula sebaliknya. Penawaran

dana pinjaman berasal dari terdiri dari penjumlahan tabungan domestik,

laba ditahan, penciptaan kredit oleh sistem perbankan, dana pinjaman dari

institusi dan individu asing di pasar domestik.

Gambar 2.2 Keseimbangan Tingkat Bunga

(22)

Selanjutnya, penawaran dan permintaan ini bertemu di pasar loanable

funds. Dari proses tawar-menawar antara mereka akhirnya akan dihasilkan

tingkat bunga keseimbangan seperti tampak gambar 2.2 Keseimbangan

tingkat bunga pada loanable funds dapat diartikan sebagai berikut:

a) Jumlah penawaran pinjaman sama dengan jumlah permintaan

pinjaman,

b) Tabungan sama dengan investasi dalam perekonomian secara

keseluruhan

c) Penawaran uang sama dengan permintaan uang.

Akibat kekuatan antara permintaan dan penawaran pinjaman, akan tercipta

keseimbangan tingkat bunga loanable funds. Namun demikian pastinya

tidak menutup kemungkinan adanya perubahan dari kedua kurva tersebut.

Yaitu mengalami pergeseran ke kanan maupun ke kiri, yang menyebabkan

perubahan ekuilibrium tingkat bunga loanable funds. Hal ini disebabkan

bukan dari faktor suku bunga dan jumlah pinjaman masing-masing kurva

tetapi justru disebabkan oleh faktor dari luar kedua variabel tersebut,

sehingga bukan lagi cateris paribus yang terjadi (Gregore, 2003)

a. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Suku Bunga

Seperti dijelaskan diatas bahwa untuk menentukan besar kecilnya

tingkat suku bunga simpanan dan pinjaman sangat dipengaruhi oleh

keduanya. Artinya baik bunga maupun pinjaman saling mempengaruhi

(23)

faktor-faktor utama yang mempengaruhi besar kecilnya penetapan suku bunga

adalah:

1) Kebutuhan dana. Apabila bank kekurangan dana, sementara permohonan

pinjaman meningkat, maka yang dilakukan oleh bank agar dana tersebut

cepat terpenuhi dengan meningkatkan suku bunga simpanan. Peningkatan

bunga simpanan secara otomatis akan pula meningkatkan bunga pinjaman.

Namun apabila dana yang ada simpanan banyak sementara pemohonan

simapanan sedikit maka bunga simpanan akan turun.

2) Persaingan. Dalam memperebutkan dana simpanan, maka disamping

faktor promosi, yang paling utama pihak perbankan harus memperhatikan

pesaing. Dalam arti jika untuk bunga simpanan rata-rata 16% maka, jika

hendak membutuhkan dana cepat sebaiknya bunga simpanan kita naikkan

diatas bunga pesaing, misalnya 16%. Namun sebaliknya untuk bunga

pinjaman kita harus berada dibawah bunga pesaing.

3) Kebijakan Pemerintah. Dalam arti baik untuk bunga simpanan maupun

bunga pinjaman kita tidak boleh melebihi bunga yang sudah ditetapkan

oleh pemerintah.

4) Target laba yang diinginkan. Sesuai dengan target laba yang diinginkan,

jika laba yang diinginkan besar maka bunga pinjaman ikut besar dan

sebaliknya.

5) Jangka waktu. Semakin panjang jangka waktu pinjaman, maka akan

(24)

dimasa mendatang. Demikian pula sebaliknya jika pinjaman berjangka

pendek, maka bunga relatif lebih rendah.

6) Hubungan baik. Biasanya bank menggolongkan antara nasabah utama

(primer) dan nasabah biasa (sekunder). Penggolongan ini didasarkan

kepada keaktifan serta loyalitas nasabah yang bersangkutan terhadap bank.

Nasabah utama biasanya mempunyai hubungan yang baik dengan pihak

bank, sehingga dalam penentuan suku bunganyapun berbeda dengan

nasabah biasa.

3. Corruption Perception Index (CPI) a. Pengertian Korupsi

Korupsi berasal dari bahasa Latin: corruption dari kata kerja

corrumpere berarti busuk, rusak, menggoyahkan, memutar balik, menyogok.

Menurut Transparency International adalah perilaku pejabat publik, baik

politikus/ politisi maupun pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak

legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat dengannya,

dengan menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan kepada

mereka.

Dalam hukum pidana. Definisi Korupsi: .Korupsi ialah: Perbuatan yang

buruk seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok dan sebagainya.

Dalam Kamus Umum Bahas Indonesia. Korupsi diartikan Suatu hal yang

buruk dengan bermacam ragam artinya bervariasi menurut waktu tempat dan

(25)

pidana memperkaya diri sendiri yang secara langsung atau tidak langsung

merugikan keuangan/ perekonomian negara.

Definisi korupsi di atas mengidentifikasikan adanya penyimpangan

daripegawai publik (public officials) dari norma-norma yang diterima dan

dianut masyarakat dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan pribadi

(serv private ends). Senada dengan Azyumardi Azra mengutip pendapat Syed

Husein Alatas yang lebih luas: ”Corruption is abuse of trust in the interest of private gain”, Korupsi adalah penyalahgunaan amanah untuk kepentingan pribadi (Anwar, 2006). Masyarakat pada umumnya menggunakan istilah

korupsi untuk merujuk kepada serangkaian tindakan-tindakan terlarang atau

melawan hukum dalam rangka mendapatkan keuntungan dengan merugikan

orang lain. Hal yang paling mengidentikkan perilaku korupsi bagi masyarakat

umum adalah penekanan pada penyalahgunaan kekuasaan atau jabatan publik

untuk keuntungan pribadi.

Dari beberapa definisi tersebut juga terdapat beberapa unsur yang

melekat pada korupsi. Pertama, tindakan mengambil, menyembunyikan,

menggelapkan harta negara atau masyarakat. Kedua, melawan norma-norma

yang sah dan berlaku. Ketiga, penyalahgunaan kekuasaan atau wewenang

atau amanah yang ada pada dirinya. Keempat, demi kepentingan diri sendiri,

keluarga, kerabat, korporasi atau lembaga instansi tertentu. Kelima,

(26)

b. Bentuk-bentuk Korupsi

Korupsi pada hakekatnya berawal dari suatu kebiasaan (habit) yang

tidak disadari oleh setiap aparat, mulai dari kebiasaan menerima upeti,

hadiah, suap, pemberian fasilitas tertentu ataupun yang lain dan pada akhirnya

kebiasaan tersebut lama-lama akan menjadi bibit korupsi yang nyata dan

dapat merugikan keuangan negara. Untuk mencabut akar permasalahan

sumber terjadinya korupsi di sektor publik, perlu didefinisikan pula sifat atau

model dari korupsi dan dilakukan pengukuran secara komprehensif dan

berkesinambungan. Untuk dapat mendefinisikan model korupsi, dimulai

dengan melakukan pengukuran secara obyektif dan komprehensif dalam

mengidentifikasi jenis korupsi, tingkat korupsi dan perkembangan korupsi

dan menganalisa bagaimana korupsi bisa terjadi dan bagaimana kondisi

korupsi saat ini. Menurut Aditjondro (2003) secara aplikatif ada tiga model

lapisan korupsi, yaitu:

1) Korupsi Lapis Pertama. Penyuapan (bribery), yaitu dimana prakarsa

datang dari pengusaha atau warga yang membutuhkan jasa dari birokrat

atau petugas pelayanan publik, atau pembatalan kewajiban membayar

denda ke kas negara, pemerasan (extortion) dimana prakarsa untuk

meminta balas jasa datang dari birokrat atau petugas pelayanan publik

lainnya.

2) Korupsi Lapis Kedua. Jejaring korupsi (cabal) antara birokrat, politisi,

(27)

istimewa.Biasanya ada ikatan yang nepotistis diantara beberapa anggota

jejaring korupsi yang dapat berlingkup nasional.

3) Korupsi Lapis Ketiga Jejaring korupsi (cabal) berlingkup internasional,

dimana kedudukan aparat penegakan hukum dalam model korupsi lapis

kedua digantikan oleh lembaga penghutang dan atau

lembaga-lembaga internasional yang punya otoritas di bidang usaha

maskapai-maskapai mancanegara yang produknya terpilih oleh pimpinan rezim yang

jadi anggota jejaring korupsi internasional tersebut.

c. Teori Penjelas Korupsi

Perilaku korupsi seperti penyuapan dan politik uang merupakan

fenomena yang sering terjadi. Terkait dengan hal itu Terrence Gomes (2000)

memberikan gambaran bahwa politik uang (money politic) sebagai “use of money and material benefits in the pursuit of political influence”. Beberapa

teori yang dapat menjelaskan bagaimana korupsi dapat terjadi :

1) Teori Means-Ends Scheme Robert. Teori ini dikemukakan oleh Robert

Merton yang menyatakan bahwa korupsi merupakan suatu perilaku

manusia yang diakibatkan oleh tekanan sosial, sehingga menyebabkan

pelanggaran norma-norma.

2) Teori Solidaritas Sosial. Teori lain yang menjabarkan terjadinya korupsi

adalah teori Solidaritas Sosial yang dikembangkan oleh Emile Durkheim.

Teori ini memandang bahwa watak manusia sebenarnya bersifat pasif dan

(28)

3) Teori Vroom. Teori ini menyatakan bahwa korupsi merupakan nilai

negatif dari harapan seseorang untuk mencapai sesuatu. Teorin ini

memandang bahwa motivasi seseorang melakukan sesuatu dipengaruhi

oleh harapan dan nilai yang terkandung dalam setiap pribadi seseorang.

4) Teori Robert Kitgaard. Teori ini menyatakan bahwa monopoli kekuatan

oleh pimpinan (monopoly of power) ditambah dengan tingginya kekuasaan

yang dimiliki seseorang (discretion of official) tanpa adanya pengawasan

yang memadai dari aparat pengawas (minus accountability), menyebabkan

dorongan melakukan tindak pidana korupsi.

5) Teori Ramirez. TorresTeori ini menjelaskan bahwa korupsi adalah

kejahatan kalkulasi (crime of calculation) bukan hanya sekedar keinginan

(passion). Seseorang akan melakukan korupsi apabila hasil (reward) yang

didapat lebih tinggi dari hukuman (penalty) yang didapat dengan

kemungkinan tertangkapnya kecil.

6) Teori Gone. Teori ini dikemukakan oleh Jack Bologne. Ilustrasi teori ini

terkait dengan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kecurangan

atau korupsi yang meliputi Greeds (keserakahan), Opportunities

(kesempatan), Needs (kebutuhan) dan Exposure (pengungkapan).

Bagi suatu negara, sikap keteladanan pemimpin dapat menjadi panutan

bagi sistem pemerintahan dibawahnya. Korupsi umunya merugikan

pembangunan ekonomi, politik dan organisasi. Kerugian pada distribusi

pendapatan suatu negara akan memperburuk kemiskinan masyarakat pada

(29)

menanamkan modalnya pada negara yang memiliki kebijakan ekonomi yang

transparan, akuntabel dan memiliki pengawasan yang baik serta bebas dari

kegiatan korupsi. Semakin tinggi korupsi yang terjadi semakin rendah

investasi yang masuk dalam negara tersebut.

4. Produk Domestik Bruto (PDB/GDP)

a. Pengertian Produk Domestik Bruto (PDB/GDP)

Pendapatan nasional mencerminkan total pendapatan yang diterima

oleh semua penduduk dalam perekonomian suatu negara yang

direpresentasikan dengan Produk Domestik Bruto (PDB). PDB mengukur

dua hal pada saat bersamaan, yaitu total pendapatan semua penduduk dalam

perekonomian dan total belanja negara untuk membeli barang dan jasa hasil

dari perekonomian. PDB dapat melakukan pengukuran total pendapatan dan

pengeluaran dikarenakan kedua hal tersebut benar-benar sama. Untuk suatu

perekonomian secara keseluruhan, pendapatan pasti sama dengan

pengeluaran (Mankiw, 2007).

Todaro dan Smith (2008) lebih lanjut mengatakan bahwa PDB adalah

indikator yang mengukur jumlah output final barang (goods) dan jasa

(services) yang dihasilkan oleh perekonomian suatu negara, dalam wilayah

negara tersebut, baik oleh penduduk (warga negara) sendiri maupun bukan

penduduk (misalnya, perusahaan asing), tanpa memandang apakah produksi

output tersebut nantinya akan dialokasikan ke pasar domestik atau luar negeri.

Dengan demikian warga negara yang bekerja di negara lain, pendapatannya

(30)

warga negara Indonesia (WNI) maupun warga negara asing (WNA) yang ada

di Indonesia tetapi tidak diikutisertakan produk WNI di luar negeri

Menurut pengertian dari Bank Indonesia, PDB merupakan jumlah nilai

tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara tertentu,

atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh

seluruh unit ekonomi. PDB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai

tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun

berjalan, sedang PDB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah

barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada

satu tahun tertentu sebagai tahun dasar. PDB menurut harga berlaku

digunakan untuk mengetahui kemampuan sumber daya ekonomi, pergeseran,

dan struktur ekonomi suatu negara. Sedangkan PDB konstan digunakan untuk

mengetahui pertumbuhan ekonomi secara riil dari tahun ke tahun atau

pertumbuhan ekonomi yang tidak dipengaruhi oleh faktor harga.

Menurut McEachern (2000) Gross Domestik Product artinya mengukur

nilai pasar dari barang dan jasa akhir yang diproduksi oleh sumber daya yang

berada dalam suatu negara selama jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun.

GDP juga dapat digunakan untuk mempelajari perekonomian dari waktu ke

waktu atau untuk membandingkan beberapa perekonomian pada suatu saat.

Gross domestic product hanya mencakup barang dan jasa akhir, yaitu barang

dan jasa yang dijual kepada pengguna yang terakhir .Untuk barang dan jasa

(31)

hitungan GDP, hal ini dilakukan untuk menghindari masalah penghitungan

ganda.

Sukirno (2006) menyebutkan pertumbuhan ekonomi sebagai suatu

ukuran kuantitatif yang menggambarkan perkembangan suatu perekonomian

dalam suatu tahun tertentu apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya

yang mana perkembangan tersebut selalu dinyatakan dalam bentuk

persentase perubahan pendapatan nasional pada suatu tahun tertentu

dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sedangkan pendapatan nasional

adalah nilai barang dan jasa yang diproduksikan dalam suatu negara pada

suatu tahun tertentu dan secara konseptual nilai tersebut dinamakan Produk

Domestik Bruto (PDB).

Dapat disimpulkan Produk Domestik Bruto (PDB) adalah pendapatan

total dan pengeluaran total nasional atas output barang dan jasa dalam periode

tertentu. PDB ini dapat mencerminkan kinerja ekonomi, sehingga semakin

tinggi PDB sebuah negara dapat dikatakan semakin bagus pula kinerja

ekonomi di negara tersebut.

b. Pendekatan Produk Domestik Bruto (PDB/GDP)

Ada tiga metode yang digunakan untuk menghitung pendapatan

nasional, yaitu (Nurul Huda, 2008):

1) Metode produksi Perhitungan pendapatan nasional menurut metode ini,

didasarkan atas nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh

(32)

tertentu. Perhitungan dengan metode ini sangat memungkinkan terjadi

perhitungan ganda.

2) Metode pendapatan Dengan metode ini seluruh produksi dalam

perekonomian diperoleh dengan menjumlahkan pendapatan faktor-faktor

produksi yang digunakan dalam proses produksi, yaitu pendapatan dari

tenaga kerja, modal, tanah, dan kewirausahaan.

3) Metode pengeluaran Metode ini, menghitung pendapatan nasional dengan

cara menjumlahkan seluruh pengeluaran yang dilakukan oleh sektorsektor

ekonomi, yaitu pengeluaran sektor rumah tangga, sektor perusahaan,

sektor pemerintah, dan sektor luar negeri. Dengan pendekatan ini, jumlah

seluruh pengeluaran sektor-sektor ekonomidisebut sebagai Pendapatan

Domestik Bruto (PDB) atau lebih dikenal dengan Gross Domestic Bruto

(GDP).

Dalam ekonomi, makro pendapatan masyarakat suatu negara secara

keseluruhan (pendapatan nasional) dialokasikan ke dua kategori penggunaan

yakni dikonsumsi dan tabungan. Jika pendapatan dilambangkan dengan Y,

sedangkan konsumsi dilambangkan dengan C dan tabungan dilambangkan

dengan S, maka dapat merumuskan kesamaan:

𝑌 = 𝐶 + 𝑆

Baik konsumsi nasional maupun tabungan nasional pada umunya

dilambangkan sebagai fungsi linier dari pendapatan nasional. Keduanya

(33)

semakin besar pula konsumsi dan tabungannya. Sebaliknya, apabila

pendapatan berkurang, konsumsi dan tabungan pun akan berkurang pula.

Gambar 3.3 Kurva Teori keynes tentang penentu tabungan jumlah tabungan

Sumber: Boediono, 2001 Ekonomi Makro

Berdasarkan gambar di atas menerangkan pandangan Keynes mengenai

penentu tabungan masyarakat. Kurva S adalah fungsi tabungan, yaitu suatu

garis yang menggambarkan hubungan di antara jumlah tabungan dan

pendapatan nasional. Kurva S bermula dari nilai tabungan negatif, dan S

bentuknya menaik dari kiri bawah ke kanan atas. Apabila tingkat pendapatan

nasional rendah, tabungan masyarakat negatif. Keadaan ini berarti

masyarakat menggunakan tabungan di masa lalu untukmembiayai hidupnya.

Baru setelah pendapatan nasional melebihi Y0 masyarakat menabung

sebagian dari pendapatannya. Semakin tinggi pendapatan nasional, semakin

banyak tabungan masyarakat. Apabila pendapatan nasional adalah Y1

tabungan adalah S1 dan apabila pendapatan nasional Yf jumlah jumlah

(34)

C.Hubungan Antar Variabel

1. Pengaruh inflasi terhadap Foreign Direct Investement (FDI)

Tingkat inflasi ringan dapat memberikan dampak positif bagi

perekonomian yaitu dapat mendorong perekonomian dengan cara meningkatkan

produk domestik bruto karena dengan adanya inflasi dapat memaksa orang untuk

bekerja, menabung dan berinvestasi. Inflasi memiliki pengaruh yang signifikan

karena inflasi dapat mempengaruhi nilai tukar dan suku bunga sehingga dapat

mempengaruhi perekonomian secara keseluruhan. Berdasarkan hasil penelitian

Monica, Darminto & Hidayat (2014) yang hasilnya tingkat inflasi dan nilai tukar

Rupiah terhadap Dollar memiliki pengaruh yang negatif dan tidak signifikan

terhadap penanaman modal asing langsung yang masuk ke Indonesia. Namun

berbeda dengan hasil penelitian dari Demirhan & Masca (2008), , dan John

David (2013) dimana Inflasi mempunyai pengaruh negatif yang signifikan

terhadap FDI. Tingkat laju inflasi perlu dikendalikan karena tingkat inflasi yang

rendah akan lebih menarik bagi investor asing.

Berdasarkan penelitian tersebut maka dapat dihasilkan hipotesis:

H1 : Tingkat Inflasi memiliki pengaruh positif terhadap Foreign Direct

Investment (FDI).

2. Pengaruh Corruption Perception Index (CPI) terhadap Foreign Direct Investement (FDI)

Penelitian yang dilakukan oleh Habib dan Zurawicki (2002) dalam

studinya menemukan bahwa korupsi yang tinggi dan transparasi rendah

(35)

suatu negara. Sama halnya dengan penelitian Voyer dan Beamish (2004) yang

melakukan penelitian tentang pengaruh korupsi terhadap investasi langsung di

Jepang memperoleh hasil bahwa tingkat korupsi memiliki pengaruh yang negatif

terhadap Foreign Direct Investment (FDI) di Jepang. Sedangkan Romadhona

(2016) Corruption Perception Index berpengaruh positif terhadap Foreign

Direct Investment di Indonesia periode (2005-2014). Berdasarkan dua hasil

penelitian tersebut mengandung arti yang sama, karena penilaian tingkat korupsi

menggunakan Corruption Perception Index semnakin tinggi nilai indeks maka

semakin rendah tingkat korupsi dalam suatu negara.

Berdasarkan penelitian tersebut maka dapat dihasilkan hipotesis:

H2 : Corruption Perception Index (CPI) memiliki pengaruh positif terhadap

Foreign Direct Investment (FDI).

3. Pengaruh PDB/GDP terhadap Foreign Direct Investement (FDI)

Peran pertumbuhan ekonomi sangat penting terhadap aliran modal

asing berupa FDI yang masuk ke negara, karena pertumbuhan ekonomi dapat

dicerminkan dengan pendapatan dan daya beli masyarakat yakni semakin tinggi

pendapatan masyarakat akan meningkatkan daya beli masyarakat dan membuat

permintaan barang dan jasa akan semakin besar. Hasil tersebut didukung oleh

penelitian dari Malik et al (2013) dan Febriana et al (2014) yang menjelaskan

bahwa GDP memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap aliran

masuk FDI ke negara, oleh karena itu harus ada upaya lebih yang dilakukan

dalam upaya mempertahankan dan meningkatkan laju pertumbuhan GDP secara

(36)

beberapa penelitian tersebut disimpulkan bahwa PDB merupakan variabel yang

paling mempengaruhi arus masuk FDI, karena PDB merupakan indikator yang

digunakan sebagian besar perusahaan (MNC) untuk melihat seberapa besar

potensi pasar di Negara tujuan.

Berdasarkan penelitian tersebut maka dapat dihasilkan hipotesis:

H3 : Produk Domestik Bruto (PDB/GDP) memiliki pengaruh positif terhadap

Foreign Direct Investment (FDI).

D.Kerangka Teori

Berdasarkan hubungan antara variabel yang telah dijelaskan di atas,

maka kerangka pemikiran konseptual dalam penelitian ini sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian Inflasi

Tingkat Korupsi (CPI)

PDB/GDP

Gambar

Gambar 2.1 : Kurva Demand Pull Inflation
Gambar 2.1a Kurva Permintaan Pinjaman
Gambar 2.1b Kurva Penawaran Pinjaman
Gambar 3.3 Kurva Teori keynes tentang penentu tabungan jumlah tabungan
+2

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian, yakni untuk mendeskripsikan kemampuan berbicara dalam bahasa Indonesia siswa kelas V Sekolah Sinar Bunga Hati Bandung,

Karena akne vulgaris klasik biasanya onsetnya bertahap, pasien yang menggambarkan onset akne vulgaris mendadak harus mempertanyakan untuk kemungkinan

Peneliti memilih menggunakan analisis semiotika Roland Barthes dengan tujuan dapat mengupas dan membedah makna-makna yang terkandung dalam film “Joker”, yang dilihat dari segi

Peristiwa itupun dahulunya hanya terjadi satu kali dalam 2 tahun bahkan lebih, ada juga yang terjadi lebih dari 3 tahun, dan tentunya keberadaan tari Satai terlihat tidak

berada pada gelas ukur, pada praktikum ini digunakan sebelas serat dan sebelas larutan dengan berat jenis yang berbeda-beda. Maka dari itu, setiap serat akan mengalami

Uraian di atas menunjukkan bahwa salah satu corak hukum Islam Indonesia adalah akomodati f dengan budaya lokal.Seperti ketentuan tentang harta bersama dan saling mewarisi antara

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar guru belum memahami media pembelajaran anak usia dini, meliputi empat aspek yang dinilai yaitu ciri-ciri

Bentuk reduplikasi utuh menyatakan banyak atau bermacam-macam, sifat/ keadaan, hal/ tentang, kesamaan waktu, pekerjaan berulang-ulang, sesuatu yang dikenal karena