ANALISIS KINERJA
PENDEKATAN
BALANCED SCORECARD
PADA BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDES)
BERKAH ABADI UNIT USAHA BP-SPAM TIRTO ADEM
DESA WONOGONDO KECAMATAN KEBONAGUNG
KABUPATEN PACITAN TAHUN 2015-2017
Tesis
Diajukan Oleh
RONI ASFAR SUSANTO
162103382
Kepada
MAGISTER MANAJEMEN
STIE WIDYA WIWAHA YOGYAKARTA
TAHUN 2018
STIE
Widya
Wiwaha
Jangan
ANALISIS KINERJA
PENDEKATAN
BALANCED SCORECARD
PADA BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDES)
BERKAH ABADI UNIT BP-SPAM TIRTO ADEM
DESA WONOGONDO KECAMATAN KEBONAGUNG
KABUPATEN PACITAN TAHUN 2015-2017
Tesis
untuk memenuhi sebagian persyaratan
mencapai derajat Sarjana S-2
Program Studi Magister Manajemen
Diajukan Oleh
RONI ASFAR SUSANTO
162103382
Kepada
MAGISTER MANAJEMEN
STIE WIDYA WIWAHA YOGYAKARTA
TAHUN 2018
STIE
Widya
Wiwaha
Jangan
LEMBAR PENGES AHAN
Judul : ANALISIS KINERJA PENDEKATAN
BALANCED SCORECARD PADA BADAN
USAHA M ILIK DESA (BUM DES) BERKAH
ABADI UNIT USAHA BP-SPAM TIRTO
ADEM DESA WONOGONDO KECAM ATAN
KEBONAGUNG KABUPATEN PACITAN
TAHUN 2015-2017
Nama M ahasiswa : RONI ASFAR SUSANTO
Nomor Induk M ahasiswa : 162103382
Program Studi : M AGISTER M ANAJEM EN
Tanggal Pengujian :
Disetujui oleh :
Pembimbing I
DR. Muhammad S u’ud Ketua Program S tudi
Magister Manajemen
Drs. Jhon S uprihanto, M.A., PhD
Pembimbing II
Drs. Muhammad S ubkhan, MM
STIE
Widya
Wiwaha
Jangan
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,
atas segala karunia dan ridho-NYA, sehingga tesis dengan judul “Analisis Kinerja
Pendekatan Balanced Scorecard Pada Badan Usaha M ilik Desa (BUM Des)
Berkah Abadi Unit Usaha BP-SPAM Tirto Adem Desa Wonogondo Kecamatan
Kebonagung Kabupaten Pacitan Tahun 2015-2017” ini dapat diselesaikan.
Tesis ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh
gelar M agister M anajemen (M .M .) dalam bidang Sumber Daya M anusia pada
program studi M agister M anajemen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Widya
Wiwaha Yogyakarta. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
menyampaikan rasa hormat dan menghaturkan terima kasih yang
sebesar-besarnya, kepada :
1. Bapak DR. M uhhamad Su’ud, M M atas bimbingan, arahan dan waktu yang
telah diluangkan kepada penulis untuk berdiskusi selama menjadi dosen wali,
dosen pembimbing dan perkuliahan.
2. Bapak Drs. M uhhamad Subkhan, M M yang telah memberikan bimbingan,
masukan dan saran pada saat seminar proposal dan seminar hasil tesis.
3. Bapak Drs. Jhon Suprihanto, M IM , PhD sebagai Ketua program studi
Pascasarjana M agister M anajemen STIE Widya Wiwaha yang turut
memberikan bimbingan dan semangat kepada kami.
4. Seluruh Dosen program Pascasarja M agister M anajemen STIE Widya
Wiwaha khususnya dosen M anajemen SDM yang telah memberikan arahan
dan bimbingan untuk mendalami ilmu M anajemen SDM .
5. Bapak Indra Rukmana, SE selaku Kepala Desa dan Bapak Budi, SE selaku
Direktur BUM Des Berkah Abadi Desa Wonogondo, Kecamatan
Kebonagung, Kabupaten Pacitan beserta seluruh staf yang telah banyak
meluangkan waktu untuk membantu penelitian ini.
6. Ayahanda Pirngadi (Almarhum) dan Drs. Djoko Purwanto, Ibunda M inuk
Widayani dan Dra. Sri Wahyuni serta seluruh keluarga besar atas segala
dukungan dan doanya.
STIE
Widya
Wiwaha
Jangan
7. Istri dan anak tercinta Saraswati Ayu Purbarani, S.Pt. dan Gibran Elang
Cakrawala atas segala motivasi, perhatian doa dan dukungan serta
kesabarannya mendampingi selama menyelesaikan studi ini.
8. Rekan rekan mahasiswa M agister M anajemen Widya Wiwaha Angkatan F
2016 atas kebersamaan dan saling menyemangati.
9. Kepada semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu.
Dengan keterbatasan pengalaman, ilmu maupun pustaka yang ditinjau,
penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangan dan pengembangan
lanjut agar benar benar bermanfaat. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran agar tesis ini lebih sempurna serta sebagai masukan bagi penulis
untuk penelitian dan penulisan karya ilmiah di masa yang akan datang. Akhir
kata, penulis berharap tesis ini memberikan manfaat bagi kita semua terutama
untuk pengembangan ilmu pengetahuan dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan bersama.
Yogyakarta, April 2018
Roni Asfar S usanto
STIE
Widya
Wiwaha
Jangan
DAFTAR IS I
Sampul Tesis ... i
Halaman Judul ... ii
Lembar Pengesahan ... iii
Lembar Pernyataan ... iv
Kata Pengantar ... v
1.3 Pertanyaan Penelitian... 7
1.4 Tujuan Penelitian ... 7
1.5 M anfaat Penelitian ... 8
1.6 Ruang Lingkup Penelitian ... 8
BAB II LANDAS AN TEORI 2.1 Definisi Analisis ... 10
2.2 Definisi Kinerja ... 10
2.3 Definisi Keberhasilan Usaha ... 12
2.4 Definisi Badan Usaha M ilik Desa ... 13
2.5 Definisi Rasio Laporan Keuangan ... 14
2.6. Definisi Balanced Scorecard ... 15
2.7 Teori M otivasi M cClelland ... 28
2.8 Badan Usaha M ilik Desa Berkah Abadi Wonogondo ... 30
2.9 Sistim Penyediaan Air M inum (SPAM )... 32
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 M etode Penelitian ... 37
3.2 Obyek dan Lokasi Penelitian ... ... 37
3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 39
3.4 Jenis Data ... 39
3.5 M etode Analisis ... 40
3.6 Langkah-langka Penelitian ... 44
BAB IV HAS IL PENELITIAN DAN PEMBAHAS AN 4.1 Hasil dan Pembahasan Pendekatan Balanced Scorecard ... 47
4.2 Hasil dan Pembahasan Pendekatan Teori M cClelland ... 72
4.3 Pembahasan Hubungan Hasil BSC dengan M cClelland ... 75
DAFTAR TABEL
Tabel 2.6.2.1 Pengukuran Kinerja pada Perspektif Keuangan... 20
Tabel 2.6.2.2 Pengukuran Kinerja Perspektif Pelanggan... 21
Lembar Kuesioner Kepuasan Pelanggan ... 22
Tabel 2.6.2.3 Tabel Perspektif Bisnis Internal ... 24
Tabel 2.6.2.4 Tabel Pengukuran Kinerja Pembelajaran & Pertumbuhan ... 26
Tabel 2.6.2.4.1 Tabel Skor Kuesioner Kepuasan Karyawan ... 26
Tabel 2.6.2.4.2 Tabel Nilai Skor Seluruh Perspektif ... 27
Tabel 2.6.2.4.3 Tabel Nilai Seluruh Perspektif M etode BSC ... 27
Tabel 2.6.2.4.4 Tabel Hasil Akumulasi Balanced Scorcard ... 27
Tabel 2.7 Tabel Skor Kuesioner Kepuasan Karyawan M cClelland ... 30
Tabel 4.1 Tabel Nilai Skor ... 48
Tabel 4.1.1 Tabel Kinerja Keuangan ... 49
Tabel 4.1.1.1 Tabel Return of Asset ... 49
Tabel 4.1.1.2 Tabel Return on Investment ... 50
Tabel 4.1.1.3 Tabel Profit M argin ... 52
Tabel 4.1.1.4 Tabel Current Ratio ... 53
Tabel 4.1.1.5 Tabel Rekapitulasi BSC Kinerja Keuangan ... 53
Tabel 4.1.2 Tabel Kinerja Pelanggan ... 54
Tabel 4.1.2.1 Tabel Customer Acquitition ... 54
Tabel 4.1.2.2 Tabel Customer Retention ... 56
Tabel 4.1.2.3 Tabel Customer Profitabilitas ... 57
Tabel 4.1.2.4 Tabel Skor Kepuasan Pelanggan ... 59
Tabel 4.1.2.5 Tabel Rekapitulasi BS Kinerja Pelanggan ... 59
Tabel 4.1.3 Tabel Perspektif Proses Bisnis Internal ... 60
Tabel 4.1.3.1 Tabel Proses Inovasi ... 61
Tabel 4.1.3.1.1 Tabel Grafik Proses Inovasi ... 61
Tabel 4.1.3.2 Tabel Grafik processing Time ... 62
Tabel 4.1.3.3 Tabel Grafik Purna Jual ... 63
Tabel 4.1.3.4 Tabel Grafik M anufacturing Cycle Efficiency ... 65
Tabel 4.1.3.4.1 Tabel Rekapitulasi BSC Perspektif Bisnis Internal ... 65
Tabel 4.1.4 Tabel Pembelajaran dan Pertumbuhan ... 66
Tabel 4.1.4.1 Tabel Grafik Employee Turnover ... 66
Tabel 4.1.4.2.Tabel Grafik Employee Trainning ... 67
Tabel 4.1.4.3 Tabel Grafik Employee Absenteism ... 68
Tabel 4.1.4.4 Tabel Grafik Employee Accident ... 69
Tabel 4.1.5 Tabel Skor Skala Kepuasan ... 70
Tabel 4.1.5.1 Rekapitulasi BSC Perspektif Pembelajaran & Pertumbuhan.. 71
Tabel 4.1.5.2 Ketentuan Skor Seluruh Perspektif ... 71
Tabel 4.1.5.3 Tabel Hasil Penelitian 4 Perspektif ... 72
Tabel 4.1.5.4 Grafik Hasil Penelitian 4 Perspektif BSC ... 72
Tabel 4.2.1 Tabel Indek Interval Kepuasan ... 73
Tabel 4.2.2 Tabel Indek Interval Kepuasan/Skor Skala Kepuasan ... 74
Tabel 4.3.2 Indeks Interval Skala Kepuasan ... 75
STIE
Widya
Wiwaha
Jangan
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.6.1 Balanced Scorecard ... 17 Gambar 3.6.1 Kerangka Pikir Latar Belakang Tesis ... 45 Gambar 3.6.2 Kerangka Penelitian ... 46
STIE
Widya
Wiwaha
Jangan
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Susunan Pengurus BUM Des & Peta Desa Wonogondo ... i
Lampiran 2 Bagan Design Penggunaan BSC pada BUMDes ... ii
Lampiran 3 Distribusi r Tabel ... iii
Lampiran 4 Kuesioner Kepuasan Pelanggan BUM Des ... iv
Lampiran 5 Rekapitulasi Skor Kuesioner BSC Kepuasan Pelanggan ... v
Lampiran 6 Output Uji Validitas BSC Kepuasan Pelanggan ... vi
Lampiran 7 Output Uji Reliabilitas BSC Kepuasan Pelanggan ... vii
Lampiran 8 Kuesioner BSC Kepuasan Karyawan Learn & Growth ... viii
Lampiran 9 Rekapitulasi Skor Kuesioner Kepuasan Karyawan L&G... ix
Lampiran 10 Output Uji Validitas Kuesioner BSC Kepuasan Karyawan .... x
Lampiran 11 Output Uji Reliabilitas BSC Kepuasan Karyawan ... xii
Lampiran 12 Kuesioner M otivasi M cClelland Need for Achievment ... xviii
Lampiran 13 Rekapitulasi Skor M cClelland Need for Achievment ... xix
Lampiran 14 Output SPSS Validitas Kuesioner M cClelland Need Achiev xx Lampiran 15 Output SPSS Reliabilitas M cClelland Need for Achiev .. xxi
Lampiran 16 Kuesioner M cClelland Need for Affiliation ... xv
Lampiran 17 Rekapitulasi Skor M cClelland Need for Affiliation ... xvi
Lampiran 18 Output Validitas Kuesioner M cClelland Need for Affiliation.. xvii
Lampiran 19 Output SPSS Reliabilitas Kuesioner Need for Affiliation ... xviii
ANALIS IS KINERJA PENDEKATAN BALANCED SCORECARD PADA BADAN US AHA MILIK DES A (BUMDES )
BERKAH ABADI UNIT BP-S PAM TIRTO ADEM DES A WONOGONDO KECAMATAN KEBONAGUNG
KABUPATEN PACITAN TAHUN 2015-2017
Roni Asfar Susanto
Abstrak
PERFORMANCE ANALYS IS OF BALANCED SCORECARD APPROACH ON VILLAGE OWNED ENTERPRIS ES (BUMDES )
BERKAH ABADI S UB UNIT BP-S PAM TIRTO ADEM DES A WONOGONDO KECAMATAN KEBONAGUNG
KABUPATEN PACITAN 2015-2017 Roni Asfar S usanto
Abstract
Roni S usanto. This study aims to measure the performance of Village Owned Enterprises (BUM Des) Berkah Abadi Sub Unit BP-SPAM Tirto Adem Wonogondo Village, Kebonagung District, Pacitan Regency amid the bad trend of BUM Des implementation in Indonesia. This research is descriptive qualitative with Balanced Scorecard approach combined with motivation theory needs of David McClelland. The research parameters are financial performance perspective, customer performance perspective, internal business perspective, learning and growth perspective, achievement needs, affiliate needs and motivation of the need for power. Primary data collection method with observation, questionnaire and interview. Data analysis method using SPSS Statistics Program with Pearson correlation with data validity test technique of significance level 0,05 on customer satisfaction variable, employee satisfaction, achievement motivation , motivation of affiliate needs and motivation of need in power. The results showed that the performance of BUM Des Berkah Abadi Desa Wonogondo BP-SPAM Tirto Adem unit combined with McClelland M otivation Theory on both Balanced Scorecard (Finance and Non-Financial) aspects was good with score 3.3. While on motivation score, Need for Achievement reaches Enough (C) with score 308, Need for Affiliate reach good (B) with score 498 and Need for Power reach Excellent (A) with score 515 or average reach 3,8. The final conclusion performance of BUM Des Berkah Abadi Sub Unit BP-SPAM Tirto Aden Wonogondo Village has been successful because it is able to achieve the M ission-Strategy is proclaimed, especially Paragraphs 1 and 2 so that this success can be used as learning for all parties in need.
Keywords: Analysis, Performance, BUMDes, Balanced S corecard,
McClelland Motivation Theory
STIE
Widya
Wiwaha
Jangan
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejak reformasi bergulir Pemerintah Indonesia telah menerbitkan sejumlah
regulasi yang jelas dan tegas terkait eksistensi Desa dalam berbagai bidang
Pembangunan, mulai dari Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa,
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang peraturan Pelaksanaan
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, Peraturan Pemerintah Nomor
60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang bersumber dari APBN, Peraturan
Pemerintah Nomor 12 Tahun 2015 tentang Kementerian Desa, Pembangunan
Daerah Tertiggal dan Transmigrasi, serta Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun
2016 tentang Pendirian, Pengurusan dan Pengelolaan dan Pembubaran BUM Des,
maka jelas terlihat bagaimana Pembangunan Desa merupakan suatu sisi strategis
dalam upaya mensukseskan Pembangunan Nasional melalui BUM Des.
Berdasarkan Regulasi, Desa dapat mendirikan BUM Des atau Badan Usaha
M ilik Desa yang dikelola dengan semangat kekeluargaan dan kegotongroyongan,
baik bidang ekonomi maupun pelayanan umum yang disepakati melalui
M usyawarah Desa dan dilandasi dengan Peraturan Desa. (UU No 6 Tahun 2014
Pasal 87 & 88). BUM Des secara keseluruhan atau sebagian besar modalnya
dimiliki oleh Desa melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan
Desa yang telah dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan dan usaha
lainnya untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa. (PP 43 Tahun
2014 Pasal 7 Ayat 2).
STIE
Widya
Wiwaha
Jangan
M anajemen dan pengelolaann BUM Des dilaksanakan oleh Organisasi
Pengelola BUM Des yang terdiri dari Penasehat, Pelaksana Operasional &
Pengawas yang terpisah dengan Pemerintah Desa. (Permendes No. 4 Tahun 2015
Pasal 10).
Adapun secara rinci tujuan pendirian BUM Des ini adalah sebagai berikut :
a. M eningkatkan Perekonomian Desa
b. M engoptimalkan aset Desa
c. M eningkatkan usaha masyarakat dalam mengelola potensi ekonomi Desa
d. M engembangkan Rencana Kerjasama usaha antar Desa dan/atau Pihak Ketiga.
e. M enciptakan peluang dan jaringan pasar yang mendukung kebutuhan layanan
umum warga.
f. M embuka lapangan kerja
g. M eningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui perbaikan pelayanan umum,
pertumbuhan dan pemerataan ekonomi Desa, dan
h. M eningkatkan Pendapatan M asyarakat Desa atau Pendapatan Asli Desa.
(Permendes Nomor 4 Tahun 2015 Pasal 3).
Namun dalam dinamika dan perkembangan jika persentase jumlah
BUM Des yang terbangun diseluruh Indonesia baru mencapai 24,7 % atau belum
terbangun mencapai 75,3 %.
(http://ekonomi.kompas.com/read/2017/03/27/185143526/).
Di Kabupaten Pacitan, dinamika BUM Des baru berjalan sebatas pada
regulasi dan administrasi seperti penyusunan Peraturan Daerah No. 7 Tahun 2008
dan Peraturan Desa tentang BUM Des di 166 Desa. Secara kualitatif rata-rata
kinerja BUM Des di Kabupaten Pacitan baru berjalan pada Unit Usaha Lembaga
STIE
Widya
Wiwaha
Jangan
Keuangan Desa (LKDes) yang melayani Simpan Pinjam di 76 Desa. Data ini Jika
dipersentase maka pelaksanaan BUM Des pada unit usaha saja baru mencapai
45,8%. (Hasil wawancara dengan Dra. Lilik Kusmiati, AP, M.Si Kabid
Pemberdayaan Masyarakat Desa Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa Kab.
Pacitan)
BUM Des Berkah Abadi Desa Wonogondo memiliki 7 unit usaha yang
rata-rata sudah berjalan dengan baik. Tujuh unit usaha tersebut meliputi, (1)
Pengelolaan bidang usaha simpan pinjam baik PUAP. (2) Kelompok tani Sirsak,
(3) LKD yang akan di tingkatkan menjadi Bank Kredit Desa (BKDes), (4).
Berusaha dalam bidang pengelolaan Air M inum, (5).Berusaha dalam bidang
pertanian dan perkebunan, (6).Berusaha dalam bidang Industri kecil; (7).Berusaha
dalam bidang kegiatan perekonomian lainya yang di butuhkan oleh warga desa
dan mampu meningkatkan nilai tambah bagi masyarakat. (Peraturan Desa
(Perdes) Desa Wonogondo Nomor 7 Tahun 2009 Pasal 4)
BUM Des Berkah Abadi utamanya pada unit Usaha BP-SPAM (Badan
Pengelola Sistem Penyediaan Air Minum) Tirto Adem Desa Wonogondo
Kecamatan Kebonagung Kabupaten Pacitan adalah salah satu diantara BUM Des
yang justru telah berjalan aktif dan produktif ditengah masih banyaknya BUM Des
di Indonesia yang belum mampu berjalan sesuai amanat regulasi. Sehingga
BUM Des ini dikategorikan sebagai BUM Des yang baik di Kabupaten Pacitan.
(Hasil wawancara dengan Dra. Lilik Kusmiati, AP, M.Si Kabid Pemberdayaan
Masyarakat Desa Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa Kab. Pacitan).
M etode pengukuran kinerja pada penelitian ini menggunakan pendekatan
Balanced Scorecard dengan didukung Teori Motivasi David Mc Clelland karena
STIE
Widya
Wiwaha
Jangan
mempunyai keunggulan dibandingkan dengan pengukuran kinerja tradisional,
yakni komperhensif, koheren, seimbang dan terukur. (Mulyadi, 2001). Sedangkan
penggunakan teori motivasi Mc Clelland bertujuan untuk menggambarkan
kualitas motivasi karyawan dalam pencapaian prestasi maupun afiliasi
berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan. Penelitian-penelitia terdahulu
menunjukkan meskipun motivasi kerja tidak dapat dikaitkan langsung dengan
kinerja perusahaan namun jika dihubungkan oleh variabel kepuasan kerja
karyawan maka secara tidak langsung motivasi akan berdampak pada
keberhasilan usaha suatu perusahaan.
(http://jurnalmanajemen.petra.ac.id/index.php/man/article/view/17039)
dan (http://repository.unair.ac.id/42881/).
Dasar fenomenal pengkombinasian dengan Teori M otivasi McClelland ini
adalah mengingat aspek Sumber Daya M anusia (SDM ) menjadi semakin penting,
berkat perubahan paradigma faktor utama produksi yang tidak lagi di dominasi
oleh produk fisik dan berubah menjadi produk-produk kreatifitas manusia.
World Economic Forum (WEF) pada September 2017 melansir laporan
Global Human Capital Report 2017 yang mengkaji kualitas sumber daya manusia
di 130 negara. Dalam laporan tersebut tercantum seberapa berkualitas tiap-tiap
golongan umur lewat empat elemen indikator human capital (kapasitas
kemampuan pekerja berdasarkan melek huruf dan edukasi), deployment (tingkat
partisipasi pekerja dan tingkat pengangguran), development (tingkat pendidikan
dan partisipasi pendidikan), dan know-how (tingkat pengetahuan dan kemampuan
pekerja serta ketersediaan sumber daya). Berdasarkan empat indikator tersebut
WEF menyatakan Indonesia menempati peringkat 65 dari 130 negara.
STIE
Widya
Wiwaha
Jangan
Ini artinya Indonesia berada di tengah-tengah peringkat dunia dan secara rata-rata
kualitas SDM kita masih berada di bawah negara ASEAN lainnya, seperti
Singapura (11), M alaysia (33), Thailand (40), dan Filipina (50).
(
http://www.mediaindonesia.com/read/detail/122587-kualitas-sdm-indonesia-meningkat)
Selain itu peringkat daya saing (global competitiveness index) yang dirilis
World Economic Forum (WEF) juga memperlihatkan posisi Indonesia yang
menurun. Pada periode 2015-2016 posisi Indonesia masih berada di peringkat
ke-37 dari 138 negara, namun untuk periode 2016-2017 turun ke urutan ke-41. Posisi
Indonesia ini berada di bawah negara-negara serumpun seperti Singapura (2),
M alaysia, (18) dan Thailand (32), kondisi ini bahkan sudah sejak lama.
(
http://kelembagaan.ristekdikti.go.id/index.php/2017/04/11/memperbaiki-daya-saing-indonesia/)
Lebih rinci, pada April 2017 M enteri Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi (M endes PDTT) Eko Putro Sandjojo menyatakan
bahwa desa kekurangan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan dalam
mengelola badan usaha milik desa (BUM Des) sehingga sampai saat ini, baru ada
6.000 BUM Des yang jalan dari total Desa se-Indonesia 74.910. Kemendes pada
2016, telah memberikan pelatihan kepada 1.000 pendamping desa, namun
dikarenakan jumlah desa yang mencapai 74.910 desa, maka permasalahan SDM
di desa itu baru terselesaikan 30 tahun kemudian.
http://id.beritasatu.com/home/desa-kekurangan-sdm-pengelola-bumdes/158744
Dari fenomena-fenomena strategis diatas maka Peneliti perlu
mengkombinasikan Teori McClelland pada Tesis ini untuk melihat dan
STIE
Widya
Wiwaha
Jangan
mengkaitkan aspek-aspek M otivasi karyawan dalam keberhasilan BUM Des
Berkah Abadi, karena M enurut Hasibuan 2007, motivasi merupakan bagian
strategis dari Sumber Daya M anusia, utamanya bagi pihak manajemen. Adanya
motivasi yang baik dari karyawan maka kinerja juga akan baik dan berdampak
positif terhadap kinerja perusahaan.
Sementara Ciri-ciri pokok peranan kewirausahaan (M cClelland, 1961
dalam Suyanto, 1987) meliputi Perilaku kewirausahaan, yang mencakup memikul
risiko yang tidak terlalu besar sebagai suatu akibat dari keahlian dan bukan karena
kebetulan, kegiatan yang penuh semangat dan/atau yang berdaya cipta, tanggung
jawab pribadi, serta pengetahuan tentang hasil-hasil keputusan; uang sebagai
ukuran atas hasil.
Ciri lainnya, minat terhadap pekerjaan kewirausahaan sebagai suatu akibat
dari martabat dan ‘sikap berisiko’ mereka. Seorang wirausaha adalah risk taker.
Risk taker dimaksudkan bahwa seorang wirausaha dalam membuat keputusan
perlu menghitung risiko yang akan ditanggungnya. Peranan ini dijalankan karena
dia membuat keputusan dalam keadaan tidak pasti. Wirausaha mengambil risiko
yang moderat, tidak terlalu tinggi (seperti penjudi), juga tidak terlalu rendah
seperti orang yang pasif (Hanafi, 2003). Dari hasil penelitiannya, M cClelland
(1961) menyatakan bahwa dalam keadaan yang mengandung risiko yang tak
terlalu besar, kinerja wirausaha akan lebih tergantung pada keahlian- atau pada
prestasi - dibanding pekerjaan lain.
Oleh karena itu secara pararel hasil pengukuran motivasi dengan teori Mc
Clelland ini dikombinasikan dengan hasil survey kepuasan karyawan pada
perspektif pebelajaran dan pertumbuhan Teori Balanced Scorecard.
STIE
Widya
Wiwaha
Jangan
1.2 Perumusan Masalah
Ditengah trend buruknya pelaksanaan BUM Des di Indonesia, peneliti
perlu melakukan studi pada BUM Des Berkah Abadi Unit Usaha BP-SPAM
Tirto Adem yang justru telah berhasil supaya hasilnya dapat dijadikan
pembelajaran bagi semua pihak yang memerlukannya.
1.3 Pertanyaan Penelitian
1. Seperti apa Kinerja BUM Des Berkah Abadi unit Usaha BP-SPAM Tirto
Adem pada perspektif keuangan?
2. Seperti apa Kinerja BUM Des Berkah Abadi unit Usaha BP-SPAM Tirto
Adem pada perspektif Pelanggan?
3. Seperti apa Kinerja BUM Des Berkah Abadi unit Usaha BP-SPAM Tirto
Adem pada perspektif Bisnis Internal?
4. Seperti apa Kinerja BUM Des Berkah Abadi unit Usaha BP-SPAM Tirto
Adem pada perspektif Pembelajaran dan Pembelajaran?
5. Seperti apa motivasi kebutuhan pencapaian prestasi, kebutuhan Afiliasi
dan kebutuhan berkuasa jika diukur dengan teori David Mc Clleland?
1.4 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganilisis dan membuktikan keberhasilan
pelaksanaan BUM Des Berkah Abadi unit Usaha BP-SPAM Tirto Adem Desa
Wonogondo, Kecamatan Kebonagung, Kabupaten Pacitan dengengan
pendekatan Balanced Scorecard dikombinasikan Teori Motivasi David Mc
Clelland. Adapun secara rinci penelitian ini bertujuan untuk :
1. M engukur Kinerja BUM Des Berkah Abadi unit Usaha BP-SPAM Tirto
Adem pada perspektif keuangan?
STIE
Widya
Wiwaha
Jangan
2. M engukur Kinerja BUM Des Berkah Abadi unit Usaha BP-SPAM Tirto
Adem pada perspektif Pelanggan?
3. M engukur Kinerja BUM Des Berkah Abadi unit Usaha BP-SPAM Tirto
Adem pada perspektif Bisnis Internal?
4. M engukur Kinerja BUM Des Berkah Abadi unit Usaha BP-SPAM Tirto
Adem pada perspektif Pembelajaran dan Pembelajaran?
5. M engukur motivasi kebutuhan pencapaian prestasi, kebutuhan Afiliasi
dan kebutuhan berkuasa karyawan dengan teori David McClleland?
1.5 Manfaat Penelitian
M anfaat Praktis.
a. Bagi Desa terkait, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi media
evaluasi dalam rangka peningkatkan Kinerja BUM Des.
b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan pembelajaran dan referensi bagi
semua pihak yang memerlukannya.
1.6 Ruang Lingkup Penelitian
BUM Des Berkah Abadi Desa Wonogondo mempunyai 7 unit
Bidang Usaha. Pada penelitian ini hanya diambil 1 unit usaha, yakni unit
Usaha BP-SPAM (Badan Pengelola Sistim Penyediaan Air Minum) Tirto
Adem. Secara rinci batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Pengukuran Kinerja Perspektif Keuangan, Bisnis Internal, Pembelajaran
dan Pertumbuhan adalah data tahun 2014 sampai dengan 2017.
2. Pengukuran Kinerja Perspektif Pelanggan dan Karyawan adalah tahun
2015 sampai dengan 2017.
STIE
Widya
Wiwaha
Jangan
3. Pengukuran motivasi kerja dengan teori Motivasi David Mc Clelland pada
sub M otivasi Kebutuhan Pencapaian Prestasi, Afiliasi dan Berkuasa pada
akhir tahun 2017.
STIE
Widya
Wiwaha
Jangan
BAB II
LANDAS AN TEORI
2.1 Definisi Analisis
Analisis merupakan aktivitas yang memuat sejumlah kegiatan
seperti mengurai, membedakan, memilah sesuatu untuk digolongkan dan
dikelompokkan kembali menurut kriteria tertentu kemudian dicari kaitannya
dan ditafsirkan maknanya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia karangan
Suharso dan Ana Retnoningsih (2005), analisis adalah penyelidikan
terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan dan sebagainya) untuk
mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab musabab, duduk perkara dan
sebagainya). Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk
mengetahui keadaan yang sebenarnya. (Kamus Besar Bahasa Indonesia
Departemen Pendidikan Nasional (2005)
2.2 Definisi Kinerja
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dikutip dan
diterjemahkan oleh Hadari Nawawi (2006: 63) mengatakan bahwa “Kinerja
adalah (a) sesuatu yang dicapai, (b) prestasi yang diperlihatkan, (c)
kemampuan kerja”. Definisi lain mengenai kinerja menurut Hadari Nawawi
(2006: 63) adalah “Kinerja dikatakan tinggi apabila suatu target kerja dapat
diselesaikan pada waktu yang tepat atau tidak melampui batas waktu yang
disediakan”. Kinerja menjadi rendah jika diselesaikan melampui batas
waktu yang disediakan atau sama sekali tidak terselesaikan. M enurut Henry
Simamora dikutip dan diterjemahkan oleh Dina Nurhayati (2008: 7)
STIE
Widya
Wiwaha
Jangan
“Kinerja karyawan adalah tingkat dimana para karyawan mencapai
persyaratan-persyaratan pekerjaan”.
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa kinerja
karyawan adalah kemampuan mencapai persyaratan-persyaratan pekerjaan,
dimana suatu target kerja dapat diselesaikan pada waktu yang tepat atau
tidak melampui batas waktu yang disediakan sehingga tujuannya akan
sesuai dengan moral maupun etika perusahaan. Dengan demikian kinerja
karyawan dapat memberikan kontribusi bagi perusahaan tersebut.
2.2.1 Faktor-faktor Kinerja
M enurut A. Dale Timpe (1992:31) dalam buku Evaluasi Kinerja
Sumber Daya M anusia mengemukakan faktor-faktor kinerja dapat dilihat
dari faktor internal dan faktor eksternal, yang dijelaskan sebagai berikut :
Faktor Internal (disposisional) yaitu faktor yang dihubungkan
dengan sifat-sifat seseorang. M isalnya, kinerja seseorang baik disebabkan
karena mempunyai kemampuan tinggi dan seseorang itu tipe pekerja keras,
sedangkan seseorang yang mempunyai kinerja jelek disebabkan orang
tersebut tidak memiliki upaya-upaya untuk memperbaiki kemampuannya.
Faktor Eksternal yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
seeorang yang berasal dari lingkungan. Seperti perilaku, sikap, dan
tindakan-tindakan rekan kerja, bawahan atau pimpinan, fasilitas kerja dan
iklim organisasi.
Faktor internal dan eksternal ini merupakan jenis-jenis atribusi
yang mempengaruhi kinerja seseorang. Jenis-jenis atribusi yang dibuat
para pegawai memiliki sejumlah akibat psikologi dan berdasarkan kepada
STIE
Widya
Wiwaha
Jangan
tindakan. Seseorang pegawai yang menganggap kinerjanya baik berasal
dari faktor-faktor internal seperti kemampuan atau upaya, diduga orang
tersebut akan mengalami lebih banyak perasaan positif tentang kinerjanya
dibandingkan dengan jikan ia menghubungkan kinerjanya yang baik
dengan faktor eksternal. Seperti nasib baik, suatu tugas yang mudah atau
ekonomi yang baik.
Jenis atribusi yang dibuat seorang pimpinan tentang kinerja
seorang bawahan mempengaruhi sikap dan perilaku terhadap bawahan
tersebut. M isalnya, seorang pemimpin yang mempermasalahkan kinerja
buruk seseorang bawahan karena kekurangan ikhtiar mungkin diharapkan
mengambil tindak hukum, sebaliknya pimpinan yang tidak
menghubungkan dengan kinerja buruk dengan kekurangan
kemampuan/keterampilan, pimpinan akan merekomendasikan sutau
program pelatihan di dalam ataupun luar lembaga. Oleh karena itu, jenis
atribusi yang dibuat oleh seorang pimpinan dapat menimbulkan
akibat-akibat serius. Cara-cara seorang pegawai menjelaskan kinerjanya sendiri
juga mempunyai implikasi penting dalam bagaimana seorang pegawai
berperilaku dan berbuat di tempat kerja.
2.3 Definisi Keberhasilan Usaha
Keberhasilan usaha menurut Suryana (2003:285) adalah
keberhasilan dari bisnis dalam mencapai tujuannya. M enurut Hendry Faizal
Noor (2007:397) mengungkapkan bahwa keberhasilan usaha pada
hakikatnya adalah keberhasilan dari bisnis mencapai tujuanya. Keberhasilan
STIE
Widya
Wiwaha
Jangan
usaha merupakan utama dari sebuah perusahaan dimana segala aktivitas
yang ada didalamnya ditujukan untuk mencapai suatu keberhasilan.
Dalam pengertian umum, keberhasilan menunjukan suatu keadaan
yang lebih baik atau unnggul dari pada masa sebelumnya. Hal tersebut
sesuai dengan yang diungkapkan oleh M och. Kohar mudzakar dalam Ressa
Andari (2011:21) keberhasilan usaha adalah sesuatu keaadan yang
menggambarkan lebih dari pada yang lainya yang sederajat/sekelasnya.
Sesuai dengan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa suatu usaha
dikatakan berhasil apabila memiliki suatu kelebihan dibandingkan dengan
periode sebelumnya atau dengan perusahaan sekelasnya. Suatu bisnis
dikatakan berhasil bila mendapat laba, walaupun laba bukan merupakan
satu-satunya aspek yang di nilai dari keberhasilan sebuah usaha tetapi alasan
laba yang menjadi faktor penting adalah karena laba merupakan tujuan dari
orang yang melakukan bisnis. Jika terjadi penurunan laba atau ketidak
stabilan laba, maka perusahaan akan kesulitan untuk mengoprasikan
kegiatan usahanya dan menjaga ketahanan usahanya.
2.4 Definisi Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)
BUM Des atau Badan Usaha M ilik Desa adalah sebuah lembaga
usaha desa yang dikelolah oleh pemerintah desa juga masyarakat desa
dengan tujuan untuk memperkuat perekonomian desa dan dibentuk
berdasarkan kebutuhan dan potensi yang ada di desa tersebut. BUM Des
merupakan sebuah badan usaha yang mampu membantu masyarakat dalam
segala hal antara lain memenuhi kebutuhan sehari-hari, menjadi peluang
STIE
Widya
Wiwaha
Jangan
usaha atau lapangan pekerjaan, menambah wawasan masyarakat desa.
Adapun mengenai ciri-ciri BUM Des, antara lain :
1. Kekuasaan penuh di tangan desa, dan dikelola bersama masyarakat desa
2. M odal bersama yakni bersumber dari desa sebesar 51% dan dari
masyarakat 49%, dilakukan dengan cara penyerataan modal.
3. M enggunakan falsafah bisnis yang berakar dari budaya lokal untuk
melakukan kegiatan operasional. Proses operasionalisasi ini di kontrol
bersama oleh BPD, Pemerintah Desa dan anggota masyarakat.
4. Untuk bidang yang dipilih bagi badan usaha desa disesuaikan dengan
potensi dan informasi pasar.
5. Keuntungan yang diperoleh dari produksi dan penjualan ditujukan
untuk meningkatkan kesejahteraan anggota dan masyarakat desa
melalui kebijkan desa.
6. Pemberian fasilitas dan pengawasan dilakukan oleh Pemerintah
Provinsi, Pemerintah Kabupaten, dan Pemrintah Desa.
Berdasarkan Permendesa Nomor 4 tahun 2015 Pengembangan
BUM Des merupakan bentuk penguatan terhadap lembaga-lembaga ekonomi
desa serta merupakan alat pendayagunaan ekonomi lokal dengan berbagai
ragam jenis potensi yang ada di desa. BUM Des menjadi tulang punggung
perekonomian pemerintahan desa guna mencapai peningkatan kesejahteraan
warganya,
2.5 Definisi Rasio Laporan Keuangan
Pengertian Analisis rasio keuangan adalah membandingkan
angka-angka yang ada dalam laporan keuangan untuk mengetahui posisi keuangan
STIE
Widya
Wiwaha
Jangan
suatu perusahaan serta menilai kinerja manajemen dalam suatu periode
tertentu.
M enurut James C Van Horne dikutip dari kasmir (2008:104) :
definisi rasio keuangan merupakan indeks yang menghubungkan dua angka
akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka lainnya.
(
http://www.landasanteori.com/2015/07/pengertian-analisis-rasio-keuangan-dan.html)
2.6 Definisi Balanced S corecard
Konsep Balance Scorecard dikembangkan oleh Kaplan Harvard
University dan David P. Norton Presiden Reinassance Solutions Inc. yang
berawal dari studi tentang pengukuran kinerja di sektor bisnis pada tahun
1990. Balanced scorecard secara singkat adalah suatu sistem manajemen
untuk mengelola implementasi strategi, mengukur kinerja secara utuh,
mengkomunikasikan visi, strategi dan sasaran kepada stakeholders. Kata
balanced dalam balanced scorecard merujuk pada konsep keseimbangan
antara berbagai perspektif, jangka waktu (pendek dan panjang), lingkup
perhatian (intern dan ekstern). Kata scorecard mengacu pada rencana kinerja
organisasi dan bagian-bagiannya serta ukurannya secara kuantitatif.
Balanced Scorecard memberi manfaat bagi organisasi dalam
beberapa cara. M anfaat tersebut adalah sebagai berikut :
1. M enjelaskan visi organisasi
2. M enyelaraskan organisasi untuk mencapai visi itu
3. M engintegrasikan perencanaan strategis dan alokasi sumber daya
STIE
Widya
Wiwaha
Jangan
4. M eningkatkan efektivitas manajemen dengan menyediakan informasi
yang tepat untuk mengarahkan perubahan
Selanjutnya dalam menerapkan balanced scorecard, Robert Kaplan
dan David Norton, mensyaratkan dipegangnya lima prinsip utama berikut:
1. M enerjemahkan sistem manajemen strategi berbasis balanced scorecard
ke dalam terminologi operasional sehingga semua orang dapat
memahami
2. M enghubungkan dan menyelaraskan organisasi dengan strategi itu. Ini
untuk memberikan arah dari eksekutif kepada staf garis depan
3. M embuat strategi merupakan pekerjaan bagi semua orang melalui
kontribusi setiap orang dalam implementasi strategis
4. M embuat strategi suatu proses terus menerus melalui pembelajaran dan
adaptasi organisasi dan
5. M elaksanakan agenda perubahan oleh eksekutif guna memobilisasi
perubahan.
Scorecard terdiri dari dua kata yaitu Balanced dan Scorcard.
Scorecard artinya kartu skor, maksudnya adalah kartu skor yang akan
digunakan untuk merencanakan skor yang diwujudkan dimasa yang akan
datang, sedangkan balanced artinya berimbang, maksudnya adalah untuk
menilai kinerja seseorang dinilai secara berimbang dari dua perspektif
yaitu keuangan dan non keuangan, jangka pendek dan jangka panjang,
intern dan eksteren (Irfan Fahmi, 2013). Balanced Scorecard merupakan
pendekatan yang menerjemahkan visi dan strategi perusahaan kedalam
tujuan-tujuan dan pengukuran-pengukuran yang dilihat dari empat
STIE
Widya
Wiwaha
Jangan
perspektif serta menterjemahkan visi unit bisnis dan strateginya serta
menjadi tolak ukur. Tujuan dan tolak ukur dikembangkan untuk setiap 4
(empat) perspektif yaitu : perspektif keuangan, perspektif pelanggan,
perspektif proses usaha dan perspeltif pembelajaran dan pertumbuhan.
2.6.1 Model balanced S corecard
Kaplan dan Norton (2000:8) menggambarkan Balanced Scorecard
kedalam satu kotak utama dengan empat tabel disekelilingnya
sebagaimana gambar berikut.
Gambar Bagan 2.6.1 Balanced S corecard
Kerangka kerja Balanced Scorecard. Sumber : Robert S. Kaplan and David P Norton, 2000:8
Berdasarkan gambar tersebut konsep Balanced Scorecard sebagai
sistim pengukuran kinerja yang memandang perusahaan dari empat
perspektif secara konperhensif dan koheren yang tergambarkan dalam
STIE
Widya
Wiwaha
Jangan
suatu model lebih mudah dipahami. Bahwa satu kotak utama
menggambarkan visi dan strategi perusahaan yang diterjemahkan kedalam
tujuan, ukuran kinerja, target dan inisiatif dari masing-masing perspektif
yang tergambarkan dalam empat tabel disekelilingnya. M odel yang
dikemukakan oleh Kaplan dan Norton ini secara sepintas terlihat
menekankan pada keseimbangan konsep Balanced Scorecard.
2.6.2 Perspektif-perspektif dalam Balanced S corecard.
M enurut Sony Yuwono, Edy Sukarno dan M uhammad Ichsan
(2006) Balanced Scorecard merupakan sistim manajemen strategi
(Strategi Based Responsibility Accounting System) yang menjabarkan
misi dan strategi suatu organisasi kedalam tujuan operasional dan tolak
ukur kinerja yang mutlak dari empat perspektif yang berbeda yaitu,
perspektif keuangan, proses bisnis internal, pelanggan dan pembelajaran
dan pertumbuhan.
2.6.2.1 Kinerja Perspektif Keuangan.
Dalam Balanced Scorecard kinerja keuangan tetap menjadi
perhatian, karena ukuran keuangan merupakan suatu ikhtisar dan
konsekuensi ekonomi yang diambil (Teuku Mirza, 1997:15). Pengukuran
kinerja keuangan menunjukkan apakah perencanaan, implementasi dan
pelaksanaan dari strategi memberikan pelaksanaan dari strategi
memberikan perbaikan yang mendasar. Perbaikan-perbaikan ini tercermin
dari sasaran-sasaran yang secara khusus berhubungan dengan keuntungan
yang terukur, peneliti memilih Return On Asset (ROA), Return On
Invesment (ROI), Profit M argin, Current Ratio.
STIE
Widya
Wiwaha
Jangan
M engukur kinerja perspektif keuangan (Amin Widjaja: 2009) yang
paling dominan pada setiap perusahaan adalah tolak ukur ditinjau dari
sudut pandang keuangan berdasarkan atas konsekuensi ekonomi sebagai
berikut :
1. Return On Asset (ROA) = merupakan rasio yang digunakan untuk
mengetahui gambaran laba yang dihasilkan dengan jumlah asset
perusahaan, dengan formulasi berikut :
ROA = Laba x 100% Total Aset
2. Return On Investment (ROI) merupakan rasio yang digunakan untuk
mengetahui tingkat pengembalian investasi yang dihasilkan
perusahaan dalam jangka waktu tertentu. Rumus untuk mencari ROI
adalah sebagai berikut :
ROI = Laba x 100% Investasi
3. Profit M argin merupakan salah satu rasio rentabilitas yang
menggambarkan laba (rugi) bersih per penjualan yang dihasilkan
semakin tinggi nilai profit margin berarti semakin baik, karena
dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup
tinggi. Rumus untuk mencari profit margin adalah sebagai berikut =
Profit Margin = Laba Bersih x 100% Penjualan
4. Current Ratio merupakan kemampuan untuk membayar hutang yang
segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar. Secara formulatif
merupakan aset jangka pendek (aktiva lancar) dibagi dengan hutang
STIE
Widya
Wiwaha
Jangan
jangka pendek (hutang Lancar), dinyatakan dalam persen dengan
formulasi :
Current Ratio = Aktiva Lancar x 100% Hutang Lancar
Tabel 2.6.2.1 Pengukuran Kinerja pada Perspektif Keuangan
Aspek Keuangan
Tahun (Rp. 000)
2013 2014 2015 2016 2017
Laba
Total Aset
Investasi
P enjualan
Aktiva Lancar Hutang Lancar
Sumber : BUMDes Berkah Abadi
2.6.2.2 Kinerja Perspektif Pelanggan
Dalam perspektif pelanggan, Balanced Scnrecard melihat aspek
pelanggan memainkan peranan panting dalam kehidupan perusahaan. Sebuah
perusahaan yang tumbuh dan tegar dalam persaingan tidak akan mungkin
sarvim apabila tidak dial ukung oleh pelanggan. M engukur kinerja
perspektif pelanggan (Amin Widjaja: 2009) yang paling dominan pada
setiap pemsahaan adalah tolak ukur ditinjau dari sudut pandang pelanggan
sebagai berikut:
1). Tingkat Pemerolehan Pelanggan, (Customer Acquistion)
Akuisisi pelanggan mengukur seberapa banyak perusahaan berhasil
menarik pelanggan baru, merupakan jumlah pelanggan baru dibagi
jumlah keseluruhan pelanggan dinyatakan dengan persen dengan
formulasi :
Customer Acquistion = Jumlah Pelanggan Baru x 100% Jumlah Pelanggan
STIE
Widya
Wiwaha
Jangan
2). Tingkat Retensi Pelanggan (Customer Retention)
Retensi pelanggan mengukur sejauhmana keberhasilan perusahaan dalam
mempertahankan pelanggan lama, merupakan jumlah pelanggan lama
dibagi jumlah pelanggan dinyatakan dalam persen dengan formulasi :
Customer Retention = Jumlah Pelanggan Lama x 100% Jumlah Pelanggan
3). Profitabilitas Konsumen
Profitabilitas Konsumen digunakan untuk mengukur seberapa besar
keuntungan yang berhasil dicapai dari pendapatan jasa yang ditawarkan
kepada konsumen dalam persentase dengan formula :
Profitabilitas Konsumen = Laba Bersih sebelum Pajak x 100% Penjualan Bersih
4). Tingkat Kepuasan Pelanggan (Customer Satisfaction Index) Pengukuran
dilakukan untuk mengukur tingkat kepuasan pelanggan atas harga dan
pelayanan perusahaan. Kepuasan konsumen mencerminkan
kemampuan perusahaan dalam memuaskan kebutuhan pelanggan atas
jasa yang digunakan. Instrumen yang digunakan dalam pengukuran
kepuasan pelanggan adalah dengan kuesioner kepada sampel populasi.
Tabel 2.6.2.2 Pengukuran Kinerja Perspektif Pelanggan
Aspek Keuangan Tahun (Rp. 000)
2013 2014 2015 2016 2017
Jumlah Pelanggan
Jumlah Penambahan Pelanggan
Baru
Laba sebelum Pajak (Rp. 000)
P enjualan/Penerimaan Bersih (Rp. 000)
Sumber : BUMDes Berkah Abadi
STIE
Widya
Wiwaha
Jangan
Pengukuran aspek Kepuasan Pelanggan dilaksanakan dengan
instrumen Kuesioner dengan daftar pertanyaan yang diolah sesuai dengan
kondisi bidang usaha dan lingkungan usaha BUM Des. Adapun kuesioner
adalah sebagai berikut :
Kuesioner Kepuasan Pelanggan
Sumber: BUMDes Berkah Abadi
2.6.2.3 Perspektif Proses Bisnis Internal
Dalam pcrspektif internal bisnis, perusahaan harus
mengidentifikasikan proses internal yang panting yaitu perusahaan harus
melakukannya dengan sebaik—baiknya. Karena proses internal tersebut
memiliki nilai—nilai yang diinginkan karyawan dan akan dapat memberikan Nama : __________________________________
Alamat : __________________________________
No Pertanyaan
SB B KB TB STB
Teknis 1 Kualitas Air Musim Hujan 2 Kualitas Air Musim Kemarau 3 Kuantitas ketersediaan Air Musim Hujan 4 Kuantitas Ketersediaan Air Musim Kemarau 5 Tekanan Air Musim Hujan
6 Tekanan Air Musim Kemarau 7 Kondisi Meter Air
No n Teknis 8 Pencatatan Meter
9 Rekening Tagihan (Akurat-Sopan-Peduli)
10 Tanggapan terhadap Keluhan (Cepat-Ramah-Masalah bisa diselesaikan)
KUESIONER KEPUASAN PELANGGAN BUMDES BERKAH ABADI UNIT BP‐SPAM TIRTO ADEM DESA W ONOGONDO
KECAMATAN KEBONAGUNG. KABUPATEN PACITAN 2017
pengembalian yang diharapkan oleh pemegang saham. (Ancella
Hermawan, 1996: 56).
Analisis atau proses bisnis internal perusahaan dilakukan melalui
analisis rantai nilai (value chain analysist). M asing- masing perusahaan
mempunyai seperangkat proses penciptaan nilai yang unik bagi karyawannya.
Secara umum Kaplan dan Norton (2000: 96) membaginya menjadi tiga
prinsip dasar yaitu:
I . Inovasi ( Innovation)
2. Operasi ( Operations)
3. Layanan purna jual
M engukur kinerja perspektif bisnis internal (Amin Widjaja : 2009) yang
paling dominan pada setiap perusahaan adalah tolak ukur ditinjau dari sudut
pandang yang menelusuri tentang mengukur hasil biaya proses dengan
jumlah karyawan, yang harus diketahui oleh scbuah perusahaan agar dapat
memenuhi pendapatan produksi agar financial tersebut digunakan dalam
keperluan tertentu , sebagai berikut:
1) Proses Inovasi, meliputi inovasi pembaharuan dalam memperoleh nilai
harga operasi produksi AB (Air Bersih) tiap tahunnya dengan formulasi
berikut :
Processing Innovation = Penjualan AB per tahun Jumlah Produksi AB per tahun
2) Waktu Proses Operasi ( Processing Velocity Time) meliputi jurnlah
produksi jasa Air dengan melihat perbandingan jumlah produksi
pelayanan Air Bersih dengan jumlah operasi tiap tahun dengan formula
sebagai berikut :
STIE
Widya
Wiwaha
Jangan
Processing Time = Jumlah Unit Produksi AB pertahun Jumlah Waktu Operasi pertahun
3) Proses Layanan Purna (Customer Service) meliputi pererat hubungan
perusahaan dalam menilai pertumbuhan produk/jasa pelayanan Air
yang disalurkan kepada konsumen serta dilihat perbandingan aspek
jumlah produksi pelayanan Air terhadap jumlah konsumen setiap
tahunnya dengan formula sebagai berikut :
Proses Purna Jual = Jumlah Produksi Layanan Air per tahun Jumlah Konsumen per tahun
4) Analisa M CE (M anufacturing Cycle Effiency) adalah konsep teknik
industri dengan cara membandingkan waktu produksi (Processing
time) dengan jangka waktu siklus keseluruhan yang diperoleh dalam
produksi (troughtput time), dengan formulasi sebagai berikut :
MCE = Waktu Produksi per Tahun
Keseluruhan Waktu dlm Produksi per tahun
Tabel 2.6.2.3 Perspektif Proses Bisnis Internal
Aspek Tahun (Rp. 000)
Sumber : BUMDes Berkah Abadi
2.6.2.4 Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Dalam perspektif ini perusahaan berusaha
mengembangkan tujuan dan ukuran yang mendorong pertumbuhan dan
STIE
Widya
Wiwaha
Jangan
pembelajaran suatu perusahaan. Balanced Scorecard menekankan pentingnya
investasi untuk kepentingan masa depan, dalam perspektif proses
pembelajaran dan pertumbuhan ada tiga fakor yang diperhatikan, (Kaplan &
Norton , 2000: 174), yaitu :
l. People (Kapabilitas Pekerja)
2. Kemampuan Sistem Informasi (Information System).
3. M otivasi, Kekuasaan dan keselarasan (Motivation, Empowerment, and
Alignment)
M enurut Amin Widjaja: 2009, mengukur kinerja perspektif pelanggan
adalah dengan mengidentifikasikan struktur yang harus dibangun dalam
menciptakan pertumbuhan dan peningkatan kinerja perusahaan dari
aspek-aspek mutu produksi yang telah dipercaya serta karyawan dalam nilai
persentase meliputi :
1) Pertukaran karyawan (Employee Turnover) melihat pertumbuhan
pertukaran karyawan BUM Des setiap tahunnya, dengan formula :
Employee Turnover = Jumlah Karyawan tahun ini x 100% Jumlah Karyawan tahun Lalu
2) Pelatihan Karyawan (Employee Trainning) mengukur peningkatan mutu
karyawan dengan membandingkan jumlah karyawan yang telah diberi
pelatihan dengan jumlah total karyawan setiap tahunnya dengan
formulasi :
Employee Trainning = Jumlah Karyawan Trainning x 100% Jumlah Total Karyawan
3) Kehadiran karyawan (Absenteesim) dengan formulasi :
Absenteeism = Jumlah Rata-rata Karyawan Absen x 100% Jumlah Karyawan
STIE
Widya
Wiwaha
Jangan
4) Kecelakaan (Accident), dengan formula:
Accident = Jumlah Kecelakaan Karyawan pertahun x 100% Jumlah Total Karyawan pertahun
5) Kepuasan Karyawan (Employee Satisfaction Index)
Pengukuran Kepuasan Karyawan dilakukan menggunakan
kuesioner dengan daftar pertanyaan yang diolah dan di skoring.
Kemudian dalam pengujian Validitas dilakukan dengan metode Pearson
Correlation program SPSS versi 20.00 for Windows. Instrumen
Pengambilan data pengukuran kepuasan karyawan adalah penyebaran
kuesioner dengan teknik jenuh.
Tabel 2.6.2.4 Pengukuran Kinerja Perspektif Pembelajaran & Pertumbuhan
Aspek Keuangan Tahun (Rp. 000)
2013 2014 2015 2016 2017
Tabel 2.6.2.4.1 S kor Kuesioner Kepuasan Karyawan
Alternatif Jawaban Singkatan Skor
Sangat Setuju SS 5
Setuju S 4
Kurang Setuju KS 3
Tidak Setuju TS 2
Sangat Tidak Setuju STS 1
Tabel 2.6.2.4.2 Nilai S kor S eluruh Perspektif
Keterangan Skor Kualitatif Skor
Kuantitatif
Semakin M eningkat tiap tahun Sangat Baik A
M eningkat dari tahun lalu Baik B
Sama dari tahun lalu Cukup Baik C
M enurun dari tahun lalu Kurang Baik D
Semakin merosot tiap tahun Tidak Baik E
Sumber : Sugiyono, 2010
Tabel 2.6.2.4.3 S kor S eluruh Perspektif Metode Balanced S corecard
Nilai Rata-rata Nilai
4,1 – 5,0 A
3,1 – 4,0 B
2,1 – 3,0 C
1,1 – 2,0 D
0,0 – 1,0 E
Sumber : Metode Riset komunikasi, 2010
Tabel 2.6.2.4.4 Hasil Akumulasi Balanced S corcard
BALANC ED SC O RC ARD
BUMDES BERKAH ABADI UNIT BP-SPAM Ds. W O NO GO NDO KEC . KEBO NAGUNG. KAB. PAC ITAN
No Perspektif Nilai total
Rata-rata
BS C
1 Perspektif Keuangan
2 Perspektif Pelanggan
3 Perspektif Bisnis Internal
4 Perspektif Pembelajaran &
Pertumbuhan
Total Skor Sumber : Data diolah
STIE
Widya
Wiwaha
Jangan
2.7 Teori Motivasi McClelland
M otivasi berasal dari kata motivation, yang artinya dorongan daya
batin, sedangkan to motivate artinya mendorong untuk berperilaku atau
berusaha. M otivasi dalam manajemen, lebih menitikberatkan pada
bagaimana caranya mengarahkan daya dan potensi bawahan, agar mau
bekerja sama secara produktif berhasil mencapai dan mewujudkan tujuan
yang telah ditentukan. M otivasi berprestasi merupakan faktor penting bagi
karyawan dalam mencapai tujuan individu dan merupakan faktor yang
penting bagi perusahaan untuk mencapai tujuan organisasi.
M enurut David M cClelland dalam M angkunegara (2013:97),
motivasi didasarkan dari kekuatan yang ada pada diri manusia adalah
motivasi prestasi. Seseorang dianggap mempunyai motivasi apabila dia
mempunyai keinginan berprestasi lebih baik daripada yang lain. Terkait
dengan itu David M cClelland mengemukakan adanya tiga macam
kebutuhan manusia, yaitu berikut ini :
1. Need for Achievement
Kebutuhan untuk berprestasi yang merupakan refleksi dari dorongan
akan tanggung jawab untuk pemecahan masalah. Seorang pegawai yang
mempunyai kebutuhan akan berprestasi tinggi cenderung untuk berani
mengambil risiko. Kebutuhan untuk berprestasi adalah kebutuhan untuk
melakukan pekerjaan lebih baik daripada sebelumnya, selalu berkeinginan
mencapai prestasi yang lebih tinggi.
STIE
Widya
Wiwaha
Jangan
2. Need for Affiliation
Kebutuhan untuk berafiliasi yang merupakan dorongan untuk
berinteraksi dengan orang lain, berada bersama orang lain, tidak mau
melakukan sesuatu yang merugikan orang lain.
3. Need for Power
Kebutuhan untuk kekuasaan yang merupakan refleksi dari dorongan
untuk mencapai otoritas untuk memiliki pengaruh terhadap orang lain.
M otivasi berprestasi dapat diartikan sebagi suatu dorongan dalam diri
seorang karyawan untuk melakukan atau mengerjakan suatu kegiatan atau
tugas dengan sebaik-baiknya agar mencapai prestasi. Hal ini sesuai dengan
pendapat Johnson dalam M angkunegara (2013:103), yang mengemukakan
bahwa “Achievement motive is empetus to do well relative to some standard
of excellent”.
Karakteristik Motivasi Berprestasi
M cClelland mengemukakan 6 karakteristik karyawan yang
mempunyai motif berprestasi tinggi, yaitu sebagai berikut:
1. M emiliki tingkat tanggung jawab yang tinggi.
2. Berani mengambil dan memikul resiko.
3. M emiliki tujuan yang realistik.
4. M emiliki rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk
merealisasi tujuan.
5. M emanfaatkan umpan balik yang kongkret dalam semua kegiatan yang
dilakukan.
STIE
Widya
Wiwaha
Jangan
6. M encari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah
diprogramkan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Motivasi Berprestasi
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi , yaitu:
1. Keinginan untuk mendapatkan pengakuan
2. Kebutuhan untuk mendapatkan penghargaan
3. Kebutuhan untuk sukses karena usaha sendiri
4. Kebutuhan untuk dihormati
5. Kebutuhan untuk bersaing
6. Kebutuhan untuk bekerja keras dan unggul
Tabel Kuesioner Pengukuran Motivasi Mc Clelland
Pada penelitian ini, Teori Motivasi David Mc Clelland dijabarkan
kedalam kuesioner pengumpulan, proses skoring dan pengukuran variabel
untuk mendapatkan gambaran konkrit tentang M otivasi Karyawan.
Tabel 2.7 S kor Kuesioner Kepuasan Karyawan (Terlampir)
Alternatif Jawaban S ingkatan S kor
Sangat Setuju SS 5
Setuju S 4
Kurang Setuju KS 3
Tidak Setuju TS 2
Sangat Tidak Setuju STS 1
Sumber : Sugiyono, 2010
2.8 Badan Usaha Milik Desa (BUMDES ) Berkah Abadi Wonogondo.
BUM Desa BERKAH ABADI adalah lembaga usaha milik
Pemerintah Desa dan masyarakat yang dikelola oleh masyarakat dan
STIE
Widya
Wiwaha
Jangan
desa, didirikan berdasarkan kebutuhan dan potensi desa berbentuk badan
hukum yang ditetapkan melalui Peraturan Desa Wonogondo. Pendirian
BUM Desa BERKAH ABADI didasari oleh adanya potensi Desa
Wonogondo yang perlu untuk digali dan dioptimalkan.
Sampai saat ini BUM Desa BERKAH ABADI telah melakukan
beberapa bentuk kegiatan usaha, antara lain simpan-pinjam, penyewaan,
pembuatan pupuk organik dan produksi Air M inum Dalam Kemasan
Badan Usaha M ilik Desa (BUM Des) BERKAH ABADI Desa Wonogondo
berdiri pada tanggal 30 Desember 2009. Pendirian BUM Des tersebut
didasarkan pada Peraturan Desa Wonogondo Kecamatan Kebonagung
Kabupaten Pacitan Nomor 07 Tahun 2009 Tentang Pendirian Badan Usaha
M ilik Desa. Adapun Susunan Pengurus BUM Des Berkah seperti terlampir.
Visi : M ewujudkan perekonomian masyarakat Desa Wonogondo yang lebih
kuat dan mandiri
M isi :
1. Optimalisasi lembaga perekonomian desa untuk meningkatkan sumber
pendapatan asli desa dan warga masyarakat;
2. M emberikan pelayanan terhadap kebutuhan masyarakat dan
meningkatkan kesempatan berusaha dalam mengurangi pengangguran
serta meningkatkan kesejahteraan warga masyarakat miskin di desa
Wonogondo;
3. M elindungi kepentingan masyarakat melalui upaya – upaya yang
mengarah pada terciptanya pemberdayaan perekonomian desa.
STIE
Widya
Wiwaha
Jangan
2.9 S istem Penyediaan Air Minum (S PAM)
Bagi manusia, air minum adalah salah satu kebutuhan utama dan
fungsinya bagi kehidupan tidak pernah dapat digantikan oleh senyawa lain.
Badan manusia terdiri dari 65% air atau terdapat sekitar 47 liter air per orang
dewasa. Setiap hari 2,50 liter dari jumlah air tersebut harus diganti dengan air
yang baru. Diperkirakan dari sejumlah air yang harus diganti, 1,5 liter berasal
dari air minum dan sekitar 1 liter berasal dari bahan makanan yang
dikonsumsi.
M enurut WHO, Air minum yang ideal adalah jernih, tidak
berwarna, tidak berbau, tidak berasa, tidak mengandung kuman dan zat-zat
yang berbahaya.
Tujuannya adalah : mencegah terjadinya serta meluasnya penyakit bawaan air
(water-borne-diseases).
Di negara maju standar air minum sudah sangat tinggi, sehingga
tersedia air yang siap minum dimana saja (portable water). Sedang di
Indonesia, kualitas air minum yang memenuhi syarat belum dapat tercapai,
sehingga sistem penyediaan air minum yang disediakan oleh PDAM baru
disebut air bersih bukan air minum. Pemakaian air bersih penduduk perkotaan
di Indonesia, (1) Pelayanan Secara Langsung : 100-200 liter/orang/hari. (2).
Pelayanan dengan keran umum : 20-40 liter/orang/har hari
M enurut WHO jumlah air bersih yang harus dipenuhi agar dapat
mencapai syarat kesehatan adalah 86,4 liter per kapita per hari, sedang
kondisi di Indonesia ditentukan sebesar 60 liter per kapita per hari. Direktorat
STIE
Widya
Wiwaha
Jangan
Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum membagi lagi standar
kebutuhan air bersih tersebut berdasarkan lokasi wilayah sebagai berikut :
a. Pedesaan dengan kebutuhan 60 liter / per kapita / hari.
b. Kota Kecil dengan kebutuhan 90 liter / per kapita / hari.
c. Kota Sedang dengan kebutuhan 110 liter / per kapita / hari.
d. Kota Besar dengan kebutuhan 130 liter / per kapita / hari.
e. Kota M etropolitan dengan kebutuhan 150 liter / per kapita / hari.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun. 2005 tentang
Pengembangan Sistem Penyediaan Air M inum Sistem Penyediaan Air
M inum yang selanjutnya disebut SPAM merupakan satu kesatuan sistem fisik
(teknik) dan non fisik dari prasarana dan sarana air minum. Air minum adalah
air minum rumah tangga yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses
pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.
SPAM dapat dilakukan melalui sistem jaringan perpipaan dan/atau
bukan jaringan perpipaan. SPAM dengan jaringan perpipaan dapat meliputi :
unit air baku, unit produksi, unit distribusi, nit pelayanan, dan unit
pengelolaan. SPAM bukan jaringan perpipaan dapat meliputi : sumur
dangkal, sumur pompa tangan, bak penampungan air hujan, terminal air,
mobil tangki air, instalasi air kemasan, atau bangunan perlindungan mata air.
Baku mutu air baku untuk air minum menurut Peraturan
Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Kualitas Pengendalian Pencemaran Air bahwa klasifikasi mutu air ditetapkan
menjadi 4 (empat) kelas :
STIE
Widya
Wiwaha
Jangan
Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air
minum, danatau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama
dengankegunaan tersebut;
Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana
rekreasiair, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk
mengairipertanaman, dan atau peruntukkan lain yang mempersyara tkan mutu
air yang sama dengan kegunaan tersebut;
Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan
ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan air yang sama dengan kegunaan
tersebut;
Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
mengairi,pertanamandan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu
air yang sama dengankegunaan tersebut.
Unit air baku dapat terdiri dari :
1. Bangunan pengambilan/ penyadapan,
2. Alat pengukuran dan peralatan pemantauan,
3. Sistem pemompaan, dan/atau
4. Bangunan sarana pembawa serta perlengkapannya
5. Bangunan penampungan air (air baku)
Unit produksi
Unit produksi merupakan prasarana dan sarana yang dapat digunakan untuk
mengolah air bakumenjadi air minum melalui proses fisik, kimiawi, dan/atau
biologi.
STIE
Widya
Wiwaha
Jangan
Unit produksi dapat terdiri dari :
1. Bangunan pengolahan dan perlengkapannya,
2. Perangkat operasional,
3. Alat pengukuran dan peralatan pemantauan, serta
4. Bangunan penampungan air minum (air hasil produksi)
Unit distribusi
Unit distribusi merupakan prasarana dan sarana yang digunakan untuk
memberikan kepastiankuantitas, kualitas air, dan kontinuitas pengaliran
(memberikan jaminan pengaliran 24 jam per hari).
Unit distribusi terdiri dari :
1). Sistem perpompaan, 2). Jaringan distribusi, 3). Bangunan penampungan,
4). Alat ukur dan peralatan pemantauan.
Air minum yang dihasilkan dari SPAM yang digunakan oleh
masyarakat pengguna/pelanggan harus memenuhi syarat kesehatan. Baku
mutu air minum Keputusan M enteri Kesahatan No. 907/
M ENKES/SK/VII/2002 tentang Syaratsyarat dan Pengawasan Kualitas Air
M inum. Unit pelayanan yang terdiri dari 1). sambungan rumah, 2). hidran
umum, 3). hidran kebakaran. Untuk mengukur besaran pelayanan pada
sambungan rumah dan hidran umum harus dipasangalat ukur berupa meter
air. Selanjutnya Unit air baku, Unit air baku merupakan sarana pengambilan
dan/atau penyedia air baku. Air baku adalah air yang dapat berasal dari
sumber air permukaan, cekungan air tanah dan/atau air hujan yang memenuhi
baku mutu tertentu sebagai air baku untuk air minum.
STIE
Widya
Wiwaha
Jangan
2.10 Penelitian Terdahulu
No Jenis & Judul Penelitian Nama Peneliti
1 Jurnal : PenilaianKinerja PDAM Kota
Denpasar dan PDAM Kabupaten Badung Berbasis Balanced Scorecard
Ariasta, GA dan Krisnadewi, KA, 2015.
2 Skripsi : Analisa Kinerja Produktifitas dengan M etode Balanced Scorecard pada PT. Pupuk Iskandar M uda Aceh Utara
Burhanudin, AB, 2011.
3 Jurnal : Analisis Kinerja M elalui Balanced Scorecard (Studi Pada Dinas Pariwisata Propinsi Kepulauan Riau). FE-Universitas M aritime Raja Ali Haji. Tanjungpinang.
Pitriani Aprilia, 2014
4 Jurnal : Pengaruh Kompetensi Pengusaha, Skala Usaha Dan Saluran. Pemasaran Terhadap Keberhasilan Usaha (survey pada industri bawang goreng di kabupaten kuningan). Skripsi UPI Bandung.
Ressa Andari, 2011
5 Jurnal : Pengaruh M otivasi Kerja, Kepemimpinan dan Budaya Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan serta Dampaknya pada Kinerja Perusahaan (Studi kasus pada PT. Pei Hai International Wiratama Indonesia)
Ida Ayu Brahmasari, Agus Suprayetn, 2008
6 Jurnal : Analisis Pengaruh M otivasi Terhadap Karyawan Kerja dan Kinerja Karyawan Dengan Variabel M oderator Komitmen Pada Perusahaan Garmen di Surabaya. Universitas Airlangga Surabaya.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pada Bab ini penulis menguraikan langkah-langkah penelitian, agar
mempermudah penulis dalam membahas hasil penelitian di BUM Des Berkah
Abadi Desa Wonogondo, Kecamatan Kebonagung, Kabupaten Pacitan.
3.1 Metode Penelitian
M etode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
deskriptif, yaitu mengeksplorasi data sesuai dengan fakta dilapangan (S.
Sinulingga, 2011) yang dalam hal ini difokuskan pada mengembangkan model
penggunaan Balanced Scorecard dikombinasikan dengan Teori M otivasi
M cClelland dalam pengukuran kinerja BUM Des Berkah Abadi Unit Usaha
BP-SPAM Desa Wonogondo, Kecamata Kebonagung, Kabupaten Pacitan.
3.2 Objek dan Lokasi Penelitian
Objek yang dipilih dalam penelitian ini adalah BUM Des Berkah Abadi Unit
Usaha BP-SPAM Desa Wonogondo, Kecamatan Kebonagung, Kabupaten Pacitan
dengan alasan bahwa implementasi Balanced Scorecard dalam mengukur kinerja
BUM Des Berkah Abadi merupakan langkah strategi yang berdampak besar
terhadap kemampuan manajemen BUM Des Berkah Abadi dalam melipat
gandakan kinerjanya, baik ditinjau dari aspek Keuangan maupun aspek
Non-Keuangan dan diharapkan BUM Des Berkah Abadi akan mampu bersaing serta
berkembang dengan baik.