• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE PETA CERITA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI DI SEKOLAH DASAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN METODE PETA CERITA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI DI SEKOLAH DASAR"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN METODE PETA CERITA UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN

NARASI DI SEKOLAH DASAR

Rully Andani Juariah

1

, Kurniawati

2

, Jenuri

3

Program Studi PGSD Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Cibiru Email : rullyandanijuariah@rocketmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini dilatar belakangi oleh masalah menulis karangan narasi yang ada di SDN Sawahlega 02, Kecamatan Cicalengka, Kabupaten Bandung. Berdasarkan hasil observasi di lapangan bahwa banyak siswa yang kurang mampu dalam menulis karangan narasi, masih sulit dalam menuangkan ide serta mengembangkan gagasan ke dalam karangan. Masalah tersebut juga muncul oleh lemahnya kemampuan guru dalam menyajikan pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas dan hasil belajar siswa dalam menulis karangan narasi. Untuk itu, peneliti menggunakan metode peta cerita dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam menulis karangan narasi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan desain Elliot. Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga siklus dan setiap siklusnya terdiri dari tiga tindakan. Dalam setiap pelaksanaan tindakan, peneliti menggunakan instrumen di antaranya adalah, tes, lembar observasi, pedoman wawancara, dan catatan lapangan. Analisis data dilakukan dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif diolah secara deskriptif, sedangkan data kuantitatif diolah dengan cara mencari rata-rata. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan selama proses pembelajaran berlangsung ditemukan beberapa hal penting, di antaranya adalah siswa masih kurang mampu menuangkan ide dan mengembangkan gagasan ke dalam karangan. Seiring dengan meningkatnya aktivitas siswa selama pembelajaran, hasil belajar siswa pun ikut meningkat dalam pembelajaran menulis karangan narasi. Hal ini terbukti dari nilai rata-rata aktivitas menulis karangan narasi siswa pada siklus I: 6,15, siklus II: 7,43, dan siklus III: 8,68. Adapun nilai rata-rata hasil menulis karangan narasi siswa pada siklus I: 6,60, siklus II: 8,64, dan siklus III: 9,98. Dengan demikian, penulis merekomendasikan kepada rekan-rekan terutama kepada guru untuk menggunakan metode peta cerita sebagai solusi dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya pembelajaran menulis karangan narasi di Sekolah Dasar.

Kata kunci : Peta Cerita, Menulis Karangan Narasi, Di Sekolah Dasar

1 Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru, NIM 1105045 2 Dosen Pembimbing I, Penulis Penanggung Jawab 3 Dosen Pembimbing II, Penulis Penanggung Jawab

▸ Baca selengkapnya: cerita biasa 1959 karangan

(2)

APPLICATION METHOD MAP STORIES FOR IMPROVED

WRITE ESSAYS NARRATIVE IN PRIMARY SCHOOL

Rully Andani Juariah

1

, Kurniawati

2

, Jenuri

3

Program Studi PGSD Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Cibiru Email : rullyandanijuariah@rocketmail.com

ABSTRACT

This research was motivated by problems writing a narrative essay on the SDN Sawahlega 02, District Cicalengka, Bandung regency. Based on observations in the field that many students are less capable of writing a narrative essay, it is still difficult in ideas and developing ideas into essay. The problem also arises by the lack of ability of teachers in presenting effective learning, creative and fun. The purpose of this study was to determine the activity of the students, to get a picture of the activities and capabilities of students, and improve the ability to write narrative essays. To that end, researchers using a story map method to improve the activity and the ability of students. The method used is a method of classroom action research (PTK) using the design Elliot. This research was conducted in three cycles and each cycle consisting of three acts. In every action, researchers used the instrument of which is, test, observation sheet, interview, and field notes. Data was analyzed using qualitative and quantitative approaches. Qualitative data were processed by descriptive, whereas quantitative data is processed by finding the average. Based on the results of research in the field during the learning process, discovered a few important things. Among these are the students 'poor students' ideas and developed the idea into a bouquet. Along with the increased activity of students during the learning, too, increases the ability of students in learning to write a narrative essay. It is evident from the average value of the narrative essay writing activity students in the first cycle: 6.15, second cycle: 7.43, and the third cycle: 8.68. The average value of the results of the student essay writing narrative in the first cycle: 6,60, second cycle: 8.64, and the third cycle: 9.98. Thus, the authors recommend to colleagues, especially to teachers to use methods map the story as a solution in Indonesian language learning, especially learning to write a narrative essay in the Elementary School.

(3)

Pada dasarnya semua manusia memerlukan pendidikan untuk perkembangan kehidupannya. Pendidikan merupakan tolak ukur untuk mengetahui kualitas seseorang, dengan adanya pendidikan seseorang dapat menjadi manusia yang berkualitas, memiliki budi pekerti, dan bermoral. Menurut Syaodih (2009, hlm. 03) mengemukakan bahwa “pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidi k dengan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan yang berlangsung dalam lingkungan tertentu.”

Abidin (2010, hlm. 02) mengemukakan bahwa “bahasa adalah sebagai alat komunikasi mengandung pemahaman yang cukup dalam karena proses komunikasi dapat terjadi apabila penerima pesan mampu memahami aya yang dimaksudkan oleh pengirim pesan.” Kemudian Akhadiah (dalam Abidin, 2013, hlm. 181) menyatakan bahwa “menulis adalah sebuah proses, yaitu proses penuangan gagasan atau ide ke dalam bahasa tulis yang dalam praktiknya proses menulis diwujudkan dalam beberapa tahapan yang merupakan satu sistem yang utuh.” Serta Dalman (2014, hlm. 70) mengemukakan bahwa “karangan dapat berbentuk catatan-catatan sederhana, tetapi dapat juga berbentuk mendetail, dan digarap dengan sangat cermat.” Adapun pengertian narasi yang dijelaskan oleh Dalman (2014, hlm. 105) bahwa “narasi merupakan cerita berdasarkan pada urutan-urutan suatu atau (serangkaian) kejadian atau peristiwa, dalam kejadian itu ada tokoh atau (beberapa tokoh), dan tokoh ini mengalami atau menghadapi suatu atau (serangkaian) konflik atau tikaian.”

Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam pengaplikasian menulis karangan di sekolah dasar kurang memuaskan, kebanyakan siswa menulis semau mereka tanpa mengetahui karangan mereka termasuk ke dalam jenis karangan apa. Setelah diselidiki lebih lanjut ternyata keterampilan menulis narasi bagi siswa

dasar masih dianggap suatu pekerjaan yang membosankan dan sulit untuk dilakukan karena menyita banyak waktu, tenaga, perhatian serta hanya bisa dilakukan oleh orang-orang tertentu saja yang mempunyai bakat menulis.

Berdasarkan kondisi di atas, diperoleh sebuah solusi untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis karangan narasi. Dari berbagai metode yang ada, salah satu metode yang dapat digunakan adalah metode peta cerita. Pembelajaran menulis dengan menggunakan metode peta cerita merupakan modifikasi sederhana atas pembelajaran metode peta konsep dan metode mind-map (peta pikiran). Jika metode peta konsep berisikan ide pokok, maka metode peta cerita mengganti konsep dengan tahapan alur cerita.

Menurut Yamin (2008, hlm. 144) mengemukakan bahwa “peta konsep adalah menyatakan hubungan-hubungan yang bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk proporsi-proporsi. Proporsi-proporsi merupakan dua atau lebih konsep-konsep yang dihubungkan oleh kata-kata dalam suatu unit semantik.” Kemudian, Tony Buzan (2012, hlm. 05) mengemukakan bahwa “mind map memiliki struktur alami yang memancar dari pusat semuanya menggunakan garis lengkung, simbol kata, dan gambar sesuai dengan satu rangkaian aturan yang sederhana, mendasar, alami, dan sesuai dengan cara kerja otak.”

Dengan menggunakan metode ini, diharapkan kemampuan menulis karangan narasi siswa dapat meningkat. Metode peta cerita juga mendorong pemikiran yang kreatif dan inovatif pada diri siswa sesuai dengan pola perkembangan siswa-siswa sekolah dasar yang mungkin menulis karangan yang masih bersifat sederhana dan mungkin tidak terlalu kompleks.

Menurut Dalman (2014, hlm. 03) mengemukakan bahwa “menulis merupakan suatu kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan (informasi) secara tertulis kepada pihak lain dengan

(4)

menggunakan bahan tulis sebagai alat atau medianya.” Dalam sudut pandang lain, menulis dapat pula dikatakan “sebagai kegiatan mereaksi artinya menulis adalah proses mengemukakan pendapat atas dasar masukan yang diperoleh penulis dari berbagai sumber ide yang tersedia.” (Abidin, 2013, hlm. 182).

Menulis sebagai suatu aktivitas yang berproses, yaitu serangkaian aktivitas yang terjadi dan melibatkan beberapa fase yaitu fase prapenulisan (persiapan), penulisan (pengembangan isi karangan), dan pascapenulisan (telaah dan revisi atau penyempurnaan tulisan). Dalman (2014, hlm. 05) mengungkapkan tentang menulis sebagai proses bahwa “menulis merupakan proses penyampaian informasi secara tertulis berupa hasil kreativitas penulisnya dengan menggunakan cara berpikir yang kreatif, tidak monoton dan tidak terpusat pada satu pemecahan masalah saja.” Dengan demikian, penulis dapat menghasilkan berbagai bentuk warna tulisan secara kreatif sesuai dengan tujuan dan sasaran tulisannya.”

“Karangan adalah suatu proses atau kegiatan menentukan gagasan pokok dan gagasan pengembang dalam sebuah kerangka karangan.” (Dalman, 2014, hlm. 69). Dapat disimpulkan bahwa menulis karangan yaitu ungkapan kreativitas yang tidak hanya menekankan pada keterampilan mekanis tetapi lebih pada prosesnya. Finoza (dalam Dalman, 2014, hlm. 105) mengemukakan bahwa “karangan narasi (berasal dari naration berarti bercerita) adalah suatu bentuk tulisan yang berusaha menciptakan, mengisahkan, dan merangkaikan tindak tanduk perbuatan manusia dalam sebuah peristiwa secara

kronologis atau berlangsung dalam suatu kesatauan waktu.”

Pembelajaran menulis dengan menggunakan metode peta cerita merupakan modifikasi sederhana atas pembelajaran metode peta konsep dan metode mind-map (peta pikiran). Jika metode peta konsep berisikan ide pokok, maka metode peta cerita mengganti konsep dengan tahapan alur cerita. Oleh sebab itu, dalam pembahasan ini penulis banyak menjelaskan mengenai metode peta konsep dan metode mind-map (peta pikiran).

Metode peta cerita dapat dikatakan sebagai metode mind-map, karena cerita dapat dikemas dalam bentuk peta yang berurutan dan berkesinambungan antara peristiwa satu dengan peristiwa lain yang saling bertalian dan berkaitan. Menurut Heriawan, A. dkk (2012, hlm. 122) mengemukakan bahwa “metode mind-map

merupakan suatu metode pembelajaran yang sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa atau untuk menemukan alternatif jawaban.”

Menurut Tony Buzan (2012, hlm. 03) mengemukakan bahwa “mind map

merupakan peta rute yang hebat bagi ingatan, memungkinkan kita menyusun fakta dan pikiran sedemikian rupa sehingga cara kerja alami otak dilibatkan sejak awal.” Dari beberapa pengertian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa metode pembelajaran mind-map atau yang sering disebut metode pembelajaran peta pikiran merupakan metode pembelajaran yang baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa atau untuk menemukan alternatif jawaban.

Mind-map dapat disebut juga pemetaan atau peta pikiran, adalah salah satu cara mencatat materi pelajaran yang

(5)

memudahkan siswa belajar. Mind-map juga bisa dikategorikan sebagai teknik mencatat kreatif karena pembuatan mind-map ini membutuhkan pemanfaatan imajinasi dari pembuatnya.

METODE

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau classroom action

research. Penelitian tindakan kelas

merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalu refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat. Menurut Mulyasa (2012, hlm. 88) mengemukakan bahwa “penelitian tindakan kelas merupakan suatu cara untuk memperbaiki dan meningkatkan profesionalisme guru, karena guru merupakan orang yang paling tahu segala sesuatu yang terjadi dalam pembelajaran.”

Dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas, penulis memilih model Elliot, dalam pelaksanaannya model ini dilakukan dalam 3 siklus, pada setiap siklusnya terdiri dari 3 tindakan. Setiap tindakan yang akan dilaksanakan selanjutnya merupakan hasil refleksi dari tindakan sebelumnya yang sudah dilakukan, bertujuan untuk mendapatkan perubahan yang lebih baik. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas IV SDN Sawahlega 02 Kecamatan Cicalengka Kabupaten Bandung. Subjek penelitian adalah siswa kelas IV yang berjumlah 24 orang, yang terdiri dari jumlah siswa laki-laki 15 orang dan jumlah siswa perempuan berjumlah 9 orang.

Fokus penelitian adalah pembelajaran tentang menulis karangan narasi dengan menggunakan metode peta cerita. Kemampuan menulis karangan narasi yang di rasakan peneliti masih kurang dan sebagian besar siswa kurang bisa menulis karangan narasi yang sesuai. Hal ini dikarenakan selama ini metode yang digunakan oleh guru kurang tepat.

Berdasarkan kenyataan itu, peneliti mencari alternatif pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran yang dianggap dapat meningkatkan kemampuan menulis karangan narasi siswa. Salah satu metode pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi siswa adalah metode peta cerita. Dengan metode ini diharapkan siswa dapat aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran, sehingga keterampilan menulis karangan narasi siswa dapat meningkat.

Instrumen merupakan alat pengumpul data yang digunakan dalam suatu penelitian. Oleh karena itu, peneliti menyusun instrumen penelitian dengan tujuan untuk memperoleh data yang akurat dalam pengumpulan data sesuai dengan permasalahan dalam penelitian. Instrumen dalam penelitian ini meliputi penilaian, lembar observasi, Lembar Kerja Siswa (LKS), lembar evaluasi, catatan lapangan, dokumentasi, dan lembar wawancara.

Analisis data dilakukan sebagai pengujian terhadap hipotesis tindakan yang telah dirumuskan yang selanjutnya menganalisis data baru. Pengolahan data dan analisisnya dilakukan secara terus menerus dari awal sampai akhir pelaksanaan pembelajaran. Teknik analisis data yang digunakan, yaitu analisis data kualitatif dengan menggunakan lembar observasi, soal individu, catatan lapangan, dan pedoman wawancara. Setelah data terkumpul, kemudian di analisis dan di refleksikan untuk menganalisis data yang terjadi selama tindakan pembelajaran, dalam bentuk deskripsi mengenai temuan-temuan hasil penelitian yang bermakna.

Pengolahan data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif melalui deskripsi terhadap seluruh proses penelitian untuk memberikan gambaran terperinci mengenai variabel-variabel yang diteliti. Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari sumber, yaitu observasi, catatan lapangan, dokumentasi, wawancara, dan sebagainya.

(6)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SDN Sawahlega 02 Kecamatan Cicalengka Kabupaten Bandung dengan jumlah seluruh siswa 24 orang, yang terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan. Sesuai dengan perencanaan siklus yang telah dibuat sebelumnya maka penelitian dilaksanakan dalam 3 siklus yaitu siklus 1, siklus 2, dan siklus 3. Dimana dalam setiap siklus terdiri dari tiga tindakan. Pada setiap siklus peneliti memberikan materi pembelajaran yang berbeda sehingga siswa tidak merasa bosan dan hasil belajar siswa lebih meningkat.

Perkembangan nilai aktivitas menulis karangan narasi dari siklus I, II dan III mengalami peningkatan yang signifikan. Ditandai dengan meningkatnya nilai siswa setiap tindakannya. Berdasarkan hasil penelitian dilapangan menunjukan bahwa adanya peningkatan aktivitas siswa dalam menulis karangan narasi pada setiap siklus dan tindakannya. Pada siklus I tindakan I nilai rata-rata aktivitas menulis karangan narasi siswa adalah 44,44, tindakan II nilai rata-rata aktivitas menulis karangan narasi siswa adalah 48,26, dan tindakan III nilai rata-rata aktivitas menulis karangan narasi siswa adalah 54,85. Kemudian pada siklus II tindakan I nilai rata-rata aktivitas menulis karangan narasi siswa adalah 56,24, tindakan II nilai rata-rata aktivitas menulis karangan narasi siswa adalah 59,02, dan tindakan III nilai rata-rata aktivitas menulis karangan narasi siswa adalah 62,84. Selanjutnya pada siklus III tindakan I nilai rata-rata aktivitas menulis karangan narasi siswa adalah 66,66, tindakan II nilai rata-rata aktivitas menulis karangan narasi siswa adalah

67,70, dan tindakan III nilai rata-rata aktivitas menulis karangan narasi siswa adalah 73,95. Nilai rata-rata yang dicapai tersebut menunjukan bahwa aktivitas menulis karangan narasi siswa mengalami peningkatan yang sangat baik.

Perkembangan nilai hasil menulis karangan narasi dari siklus I, II dan III mengalami peningkatan yang signifikan. Ditandai dengan meningkatnya nilai siswa setiap tindakannya. Berdasarkan hasil penelitian dilapangan menunjukan bahwa nilai rata-rata hasil menulis karangan narasi pada siklus I sampai siklus III mengalami peningkatan. Pada siklus I tindakan I nilai rata-rata hasil menulis karangan narasi siswa adalah 46,35, tindakan II nilai rata-rata hasil menulis karangan narasi siswa adalah 52,08, dan tindakan III nilai rata-rata hasil menulis karangan narasi siswa adalah 60. Kemudian pada siklus II tindakan I nilai rata-rata hasil menulis karangan narasi siswa adalah 66,14, tindakan II nilai rata-rata hasil menulis karangan narasi siswa adalah 67,19, dan tindakan III nilai rata-rata hasil menulis karangan narasi siswa adalah 74. Selanjutnya pada siklus III tindakan I nilai rata-rata hasil menulis karangan narasi siswa adalah 77,8, tindakan II nilai rata-rata hasil menulis karangan narasi siswa adalah 78,64, dan tindakan III nilai rata-rata hasil menulis karangan narasi siswa adalah 83. Nilai rata-rata yang dicapai tersebut menunjukan bahwa hasil menulis karangan narasi siswa mengalami peningkatan yang sangat baik. Hal ini tidak terlepas dari penggunaan metode peta cerita dalam pembelajaran menulis karangan narasi.

Dalam membuat karangan narasi dengan menggunakan metode peta cerita

(7)

dapat merangsang daya kreativitas dan menginspirasi siswa untuk menemukan ide awal, menuangkan gagasan ke dalam karangan, berdasarkan pengalaman siswa yang telah mereka alami sebelumnya. Penggunaan metode peta cerita juga dapat membantu serta memudahkan siswa untuk mengingat pembelajaran maupun pengalamannya. Perkembangan nilai aktivitas menulis karangan narasi dari siklus I, II dan III mengalami peningkatan yang signifikan. Ditandai dengan meningkatnya nilai siswa setiap tindakannya. kemudian perkembangan nilai hasil menulis karangan narasi dari siklus I, II dan III mengalami peningkatan yang signifikan. Ditandai dengan meningkatnya nilai siswa setiap tindakannya.

Pembelajaran bahasa Indonesia khususnya pada pembelajaran menulis karangan narasi dengan menggunakan metode peta cerita menuntut siswa kreatif dalam membuat peta cerita sebagai kerangka karangan, sehingga siswa mampu menuangkan ide dan mengembangkan gagasan ke dalam sebuah karangan. Karangan siswa merupakan hasil dari pengalaman siswa tersebut. Hal ini sejalan dengan pendapat Dalman (2014, hlm. 86) mengemukakan bahwa “proses pengungkapan gagasan, ide, angan-angan, dan perasaan yang disampaikan melalui unsur-unsur bahasa (kata, kelompok kata, kalimat, paragraf, dan wacana yang utuh) dalam bentuk tulisan.”

Penulis memberikan penguatan serta motivasi kepada siswa bahwa pembelajaran menulis sangat menyenangkan. Hal ini sejalan dengan pendapat Suprijono (2014, hlm. 163) mengemukakan bahwa “hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada peserta didik yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan perilaku.” Melalui menulis, kita dapat menceritakan satu peristiwa serta dapat menuangkan perasaan sehingga dapat membantu menyampaikan pesan. Hal ini sejalan dengan pendapat Dalman (2014,

hlm. 05) mengemukakan bahwa “menulis dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya.”

Penelitian yang dilakukan menggunakan metode peta cerita atau mind map yang diciptakan oleh Tony Buzan (2012, hlm. 15) yang didalamnya terdapat tujuh langkah dalam membuat mind map, diantaranya adalah “mulailah dari bagian tengah kertas kosong yang sisi panjangnya diletakan mendatar, gunakan gambar atau foto untuk ide sentral, gunakan warna, hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat dan hubungkan cabang-cabang tingkat dua dan tiga ke tingkat satu dan dua, dan seterusnya, buatlah garis hubung yang melengkung bukan garis lurus, gunakan satu kunci untuk setiap garis, dan gunakan.”

Dalam pembelajaran menulis karangan narasi dengan menggunakan metode peta cerita yang telah dilakukan oleh peneliti, terdapat kelemahan dan kelebihan metode peta cerita. Kelemahan dari metode peta cerita adalah dalam proses pembelajarannya siswa lebih senang pada saat membuat peta ceritanya, daripada mengembangkan menjadi karangan. Seharusnya pembuatan peta cerita membantu mereka dalam menuangkan ide serta mengembangkan gagasana ke dalam karangan narasi. Sedangkan kelebihan dari metode peta cerita adalah membantu dan memudahkan untuk mengingat ide dan gagasan serta meningkatkan daya kreativitas siswa dalam membuat peta cerita.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan data yang diperoleh, peneliti dapat mengambil simpulan bahwa penelitian yang dilakukan menunjukan suatu keberhasilan dengan hasil pembelajaran yang baik. Metode peta cerita dapat meningkatkan pembelajaran menulis karangan narasi siswa di sekolah dasar. Hal

(8)

tersebut dapat terlihat dari penilaian aktivitas dan hasil yang menunjukan adanya peningkatan dari setiap siklus yang dilakukan.

Setelah peneliti melakukan penelitian, mengolah dan menganalisis data yang diperoleh maka peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Pembelajaran menulis karangan narasi

dengan menggunakan metode peta cerita terbukti efektif dalam aktivitas pembelajaran menulis karangan narasi. Hal tersebut dapat dilihat dari perolehan nilai siswa pada setiap siklusnya meningkat. Pada siklus pertama, siswa kurang merespon pertanyaan dari guru, kurang kreatif dalam mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS), dan perilaku siswa kurang baik dalam membuat peta cerita. Pada siklus kedua, siswa sudah cukup baik merespon pertanyaan dari guru, kekreatifan dalam mengerjakan LKS cukup baik, dan perilaku siswa cukup baik dalam membuat peta cerita. Pada siklus ketiga, hampir semua siswa merespon pertanyaan dari guru, kekreatifan dalam mengerjakan LKS sudah baik, dan perilaku siswa sangat baik dalam membuat peta cerita. Hal ini terlihat dari pemerolehan nilai rata-rata aktivitas siswa dalam membuat peta cerita, nilai rata-rata siswa pada siklus I adalah 6,15, siklus II adalah 7,43, dan pada siklus III adalah 8,68. 2. Pembelajaran menulis karangan narasi

dengan menggunakan metode peta cerita terbukti dapat meningkatkan hasil pembelajaran menulis karangan narasi. Hal ini terlihat pada penilaian hasil yang menunjukan adanya

peningkatan dari setiap siklusnya. Pada siklus pertama, siswa menulis karangan narasi kurang sesuai dengan peta cerita yang dibuatnya. Pada siklus kedua, siswa menulis karangan narasi cukup sesuai dengan peta cerita yang dibuatnya. Pada siklus ketiga, hampir semua siswa menulis karangan narasi sesuai dengan peta cerita yang dibuatnya. Hal ini terlihat dari pemerolehan nilai rata-rata hasil siswa dalam menulis karangan narasi. Nilai rata-rata siswa pada siklus I adalah 6,60, siklus II adalah 8,64, dan pada siklus III adalah 9,98. Hasil pembelajaran dikatakan telah baik dan berhasil karena siswa telah mendapatkan nilai baik dan meningkat. Dengan demikian metode peta cerita dapat meningkatkan pembelajaran menulis karangan narasi.

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti menyarankan bahwa penggunaan metode pembelajaran dalam proses pembelajaran khususnya di kelas IV sekolah dasar harus mendapatkan perhatian yang serius dengan memperhatikan faktor-faktor hambatan yang ada. Adapun implikasi dan rekomendasi yang peneliti kemukakan sebagai berikut:

1. Dalam pembelajaran menulis karangan narasi sebaiknya guru memilih dan menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran sehingga penggunaan metode pembelajaran tepat guna untuk mencapai pembelajaran yang maksimal dan sesuai dengan rencana. 2. Bagi guru yang ingin mencoba

menerapkan dan melaksanakan inovasi dalam pembelajaran menulis karangan

(9)

narasi, maka metode peta cerita adalah salah satu metode yang dapat digunakan, karena dengan menggunakan metode peta cerita siswa dapat membuat karangan dengan mudah dan mendapatkan petunjuk untuk menulis karangan narasi.

3. Bagi siswa, metode peta cerita ini dapat digunakan dalam semua mata pelajaran, karena peta cerita dapat merangsang potensi yang ada dalam diri siswa. Sehingga pemahaman siswa terhadap pembelajaran akan lebih bermakna.

4. Bagi peneliti lain yang berminat mengembangkan metode pembelajaran disarankan meneliti bagaimana hubungan belajar dengan menggunakan metode peta cerita yang dapat meingkatkan aktivitas dan hasil siswa dalam menulis karangan narasi.

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Yunus. (2013). Pembelajaran Bahasa Berbasis Pendidikan Karakter. Bandung: Refika Aditama.

Abidin, Yunus. (2010). Kemampuan Berbahasa Indonesia di Perguruan Tinggi. Bandung: Mauluna Media Grafika.

Buzan, Tony. (2012). Buku Pintar Mind-Map. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Dalman. (2014). Keterampilan Menulis. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Heriawan, Adang dkk. (2012). Metodologi Pembelajaran. Banten: LP3G. Mulyasa, E. (2012). Praktik Penenelitian Tindakan Kelas. Bandung: Rosda.

Sukmadinata, Syaodih. (2009). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Rosda. Suprijono, Agus. (2014). Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Yamin, Martinis. (2008). Paradigma Pendidikan Konstruktivistik. Jakarta: Gaung Persada Press.

Referensi

Dokumen terkait

 Dengan adanya sistem informasi yang terkomputerisasi akan menghasilkan informasi yang akurat.

Hasil karakterisasi dengan XRF menunjukkan bahwa kadar fosfor dalam hidroksiapatit meningkat dari kadar fosfor dalam abu tulang sapi sebesar 0,31%, sedangkan kadar kalsium

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat penggunaan limbah hotel dalam ransum yang dapat menghasilkan bobot potong yang tinggi, dan karkas dengan proporsi daging maksimal,

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR PUKULAN FOREHAND PUSH DALAM TENIS MEJA MELALUI PENERAPAN MEDIA PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS VI A SD NEGERI DUKUHAN KERTEN SURAKARTA

Maraknya tindak pidana pencurian di toko swalayan saat ini kebanyakan tindak pidana pencurian tersebut tidak dilakukan oleh pelaku seorang diri namun

Sahabat MQ/ Pengembalian data uji publik pemegang KMS/ dari 45 kelurahan di Yogyakarta/ yang seharusnya selesai hari ini/ ternyata mundur// Hingga saat ini/ baru sekitar 20

[r]

PROFIL REPRESENTASI MENTAL SISWA KETIKA MEMBACA GAMBAR REPRESENTASI KONVENSI DAN ISOMORFISME SPASIAL PADA MATERI SISTEM EKSKRESI MANUSIA.. Universitas Pendidikan