• Tidak ada hasil yang ditemukan

BPS PROVINSI JAWA BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BPS PROVINSI JAWA BARAT"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

No. 47/08/32/Th.XVIII, 5 Agustus 2016

TINGKAT KEMISKINAN JAWA BARAT MARET 2016

 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Jawa Barat pada bulan Maret 2016 sebesar 4.224.325 (8,95 persen). Dibandingkan dengan bulan September 2015 sebesar 4.485.654 orang (9,57 persen), jumlah penduduk miskin bulan Maret 2016 mengalami penurunan sebesar 261.329 orang(5,82 persen) dari total penduduk miskin September 2015. Persentase penduduk miskin di Jawa Barat bulan September 2015 dibandingkan dengan bulan Maret 2016 mengalami penurunan sebesar 0,62 persen poin.  Jumlah penduduk miskin bulan Maret 2016 untuk daerah perkotaan sebanyak 2.497.592 orang (7,67 persen

terhadap jumlah penduduk perkotaan) sedangkan di daerah perdesaan sebanyak 1.726.733 orang (11,80 persen terhadap total penduduk perdesaan). Dibandingkan dengan September 2015 terjadi penurunan persentase penduduk miskin di perkotaan sebesar 0,91 persen yaitu dari 8,58 persen menjadi 7,67 persen. Dan di perdesaan terjadi kenaikan sebesar 0,19 persen yaitu dari 11,61 persen menjadi 11,80 persen.

 Garis kemiskinan Jawa Barat bulan Maret 2016 sebesar Rp. 324.992,- atau mengalami peningkatan sebesar 2,01 persen dibandingkan dengan garis kemiskinan bulan September 2015 sebesar Rp. 318.602,-.

 Untuk daerah perkotaan garis kemiskinan bulan Maret 2016 sebesar Rp. 325.017,- atau naik 2,11 persen dari kondisi bulan September 2015 sebesar Rp. 318.297. Garis kemiskinan di daerah perdesaan mengalami peningkatan yang lebih rendah yaitu 1,79 persen menjadi sebesar Rp. 324.937,- dibandingkan dengan kondisi September 2015 yaitu sebesar Rp. 319.228,-

 Peranan komoditi makanan terhadap garis kemiskinan masih jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Sumbangan Garis Kemiskinan Makanan (GKM) terhadap Garis Kemiskinan (GK) sebesar 70,21 persen untuk daerah perkotaan. Sedangkan di daerah perdesaan sebesar 75,89 persen. Secara total peranan komoditi makanan terhadap GK adalah sebesar 72,04 persen.

 Pada periode September 2015 - Maret 2016 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) sama-sama menunjukkan kecenderungan mengalami penurunan. Ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin mendekati dari garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga cenderung menyempit. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) turun dari 1,674 pada keadaaan September 2015 menjadi 1,489 pada keadaan Maret 2016 turun sebesar 0,185 poin sedangkan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan penurunan dari 0,491 pada keadaan September 2015 menjadi 0,372 pada keadaan Maret 2016 atau turun sebesar 0,119 poin.

(2)

1.

PERKEMBANGAN TINGKAT KEMISKINAN DI JAWA BARAT

SEPTEMBER 2015 – MARET 2016

Jumlah penduduk miskin di Jawa Barat Maret 2016 sebesar 4.224.325 (8,95 persen). Mengalami penurunan sebesar 261.329 orang (0,62 persen poin) dibandingkan kondisi pada bulan September 2015 sebesar 4.485.654 orang (9,57 persen).

Dalam kurun waktu enam bulan terakhir persentase penduduk miskin yang tinggal di daerah perdesaan naik sebesar 0,19 persen poin (11,61 persen menjadi 11,80 persen) sedangkan di daerah perkotaan turun 0,91 persen poin (dari 8,58 persen menjadi 7,67 persen). Secara absolut selama periode September 2015 – Maret 2016, penduduk miskin di perdesaan berkurang 52,401 orang (dari 1.779.134 orang menjadi 1.726.733 orang) sementara di perkotaan berkurang sebanyak 208,928 orang (dari 2.706.520 orang menjadi 2.497.592 orang).

Persentase penduduk miskin yang tinggal di daerah perdesaan pada bulan Maret 2016 terhadap penduduk miskin Jawa Barat adalah sebesar 40,88 persen. Ini mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan September 2015 (39,66 %). Sebaliknya persentase penduduk miskin perkotaan terhadap penduduk miskin menurun dari 60,34 persen menjadi 59,12 persen.

Tabel 1.

Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Di Provinsi Jawa Barat Menurut Daerah September 2015 – Maret 2016

Daerah/Tahun

Garis Kemiskian (Rp/kapita/bulan) Jumlah Persentase

Makanan Bukan

Makanan Total

Penduduk Penduduk Miskin (%)

Miskin [1] [2] [3] [4] [5] [6] Perkotaan September 2015 223.843 94.454 318.297 2.706.520 8,58 Maret 2016 228.191 96.826 325.017 2.497.592 7,67 Perdesaan September 2015 241.132 78.096 319.228 1.779.134 11,61 Maret 2016 246.605 78.332 324.937 1.726.733 11,80 Perkotaan + Desa September 2015 229.494 89.107 318.602 4.485.654 9,57 Maret 2016 234.108 90.884 324.992 4.224.325 8,95

(3)

Grafik 1.

Perkembangan Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin September 2015 – Maret 2016 4,49 juta

4,22 juta

9,57 8,95 Sept 2015 Maret 2016 Sumber : Susenas 2016

2. PERUBAHAN GARIS KEMISKINAN SEPTEMBER 2015 - MARET 2016

Dalam proses penghitungan, besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh Garis Kemiskinan. Batasan penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan.

Selama September 2015 – Maret 2016, Garis Kemiskinan naik sebesar 2,01 persen yaitu dari Rp. 318.602,- pada September 2015 menjadi Rp. 324.992,- pada Maret 2016. Dengan memperhatikan Garis Kemiskinan (GK) yang terdiri dari GK Daerah Perkotaan dan Perdesaan, terlihat bahwa GK perkotaan kenaikannya lebih tinggi yaitu sebesar 2,11 persen dari Rp. 318.297,- pada September 2015 menjadi Rp. 325.017,- pada Maret 2016. Sedangkan kenaikan GK perdesaan lebih rendah dibanding kenaikan di perkotaan yaitu sebesar 1,79 persen dari Rp 319.228,- menjadi Rp. 324.937,-

Pada Maret 2016, Garis Kemiskinan Makanan sebesar Rp 234.108,- sedangkan jika dibedakan antara perkotaan dan perdesaan, Garis Kemiskinan Makanan di perdesaan (Rp 246.605,-) lebih tinggi dibandingkan Garis Kemiskinan Makanan di perkotaan (Rp 228.191,-). Tetapi sebaliknya, untuk Garis Kemiskinan Non Makanan di perkotaan lebih tinggi dibandingkan di perdesaan yaitu Rp 96.826,- berbanding Rp 78.332,-. Garis Kemiskinan Non Makanan secara total sebesar Rp 90.884,-.

Peranan komoditi makanan terhadap garis kemiskinan sangat dominan dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Hal ini menunjukkan bahwa pola konsumsi masyarakat pada tingkat ekonomi rendah lebih dominan untuk pengeluaran kebutuhan makanan dibandingkan non makanan. Sumbangan Garis Kemiskinan Makanan (GKM)

261.329

(4)

perdesaan sebesar 75,89 persen. Secara total peranan komoditi makanan terhadap GK adalah sebesar 72,04 persen.

Grafik 2. Garis Kemiskinan September 2015 - Maret 2016

Sumber : Susenas 2016

Grafik 3. Peranan Komoditi Makanan dan Non Makanan Terhadap Garis Kemiskinan Maret 2016

(5)

Tabel 2

Persentase Penduduk Miskin (P0), Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1), Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Dirinci Menurut Daerah Perkotaan dan Perdesaan Di

Provinsi Jawa Barat Bulan September 2015 dan Maret 2016

Bulan

Kota Desa Kota+Desa

P0 P1 P2 P0 P1 P2 P0 P1 P2 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) September 2015 8,58 1,402 0,400 11,61 2,233 0,678 9,57 1,674 0,491 Maret 2016 7,67 1,171 0,259 11,80 2,197 0,624 8,95 1,489 0,372 Perubahan -0,91 -0,231 -0,141 0,19 -0,036 -0,054 -0,62 -0,185 -0,119 Sumber : Susenas 2016

Persoalan kemiskinan bukan hanya sekadar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin.

Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan.

Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan kemiskinan juga sekaligus

harus bisa mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan.

Pada periode September 2015- Maret 2016, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks

Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan kecenderungan menurun. Indeks Kedalaman Kemiskinan

(P1) turun dari 1,674 pada keadaaan September 2015 menjadi 1,489 pada keadaaan Maret 2016

demikian pula dengan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) juga menunjukkan penurunan dari 0,491

pada keadaan September 2015 menjadi 0,372 pada keadaan Maret 2016. Penurunan nilai indeks ini

mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung makin mendekati dari

garis kemiskinan dan kesenjangan pengeluaran antar penduduk miskin juga cenderung menyempit.

Penurunan Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan terjadi baik di

perkotaan maupun perdesaan dengan penurunan lebih tinggi di perkotaan dibandingkan yang terjadi

Gambar

Grafik 3. Peranan Komoditi Makanan dan Non Makanan  Terhadap Garis Kemiskinan Maret 2016

Referensi

Dokumen terkait

Perkembangan Tingkat Kemiskinan Jawa Barat September 2016 5 Jika dilihat dari persentase, penduduk miskin yang tinggal di daerah perdesaan turun sebesar 0,08 persen (11,80

Untuk mendapatkan minimum attractive rate of return (MARR), yang digunakan sebagai acuan untuk menetapkan apakah suatu investasi jalan tol layak atau tidak layak

Radiasi adalah perpindahan kalor dalam bentuk gelombang elektromagnetik. Pada radiasi kalor atau energi yang merambat tanpa membutuhkan zat perantara, berbeda dengan

Java adalah turunan dari C, sehingga Java memiliki sifat C yaitu Case sensitive, yaitu membedakan antara huruf besar dan kecil Dalam sebuah file program di

1997 • pendapatan terlalu tinggi • kewajiban terlalu rendah • laba bersih terlalu tinggi • laba yang ditahan terlalu tinggi Tidak ada ayat jurnal yang diperlukan

Etnobotani adalah penelitian ilmiah murni yang mengunakan pengalaman pengetahuan tradisional dalam memajukan dan improvisasi kualitas hidup, tidak hanya bagi manusia tetapi

Tabel 4 dan 5 menunjukkan bahwa perlakuan jenis ekstrak antara konsentrasi biji dan daun nimba sama-sama memberi pengaruh yang sangat nyata terhadap persentase

Dalam sambutannya Wakil Bupati Yuli Hastuti mengatakan, pelajar merupakan bagian yang potensial di bidang pembangunan olahraga, sehingga penyelenggaraan POPDA merupakan