• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL KEMISKINAN MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROFIL KEMISKINAN MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

 Jumlah penduduk miskin di Maluku Utara pada September 2016 mencapai 76,40 ribu orang (6,41 persen), bertambah sekitar 1,72 ribu orang dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2016 yang sebesar 74,67 ribu orang (6,33 persen).

 Selama periode Maret – September 2016, penduduk miskin di daerah perkotaan bertambah hampir seribu sembilan ratus orang (dari 10,58 ribu orang pada Maret 2016 menjadi 12,45 ribu orang pada September 2016), sedangkan di daerah perdesaan berkurang sekitar seratus orang (dari 64,10 ribu orang pada Maret 2016 menjadi 63,95 ribu orang pada September 2016).

 Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada September 2016 sebesar 3,76 persen, meningkat dari 3,32 persen pada Maret 2016. Sedangkan persentase penduduk miskin di daerah perdesaan berkurang menjadi 7,43 persen pada September 2016 dari 7,44 persen pada Maret 2016.

 Garis Kemiskinan naik sebesar 2,64 persen atau sekitar sembilan ribu sembilan ratus rupiah, yaitu dari Rp.376.554,- per kapita per bulan pada Maret 2016 menjadi Rp.386.489,-. Kenaikan garis kemiskinan pada daerah perkotaan sebesar 3,73 persen atau sekitar empat belas ribu enam ratus rupiah, sedangkan pada daerah perdesaan naik sebesar 2,20 persen atau sekitar delapan ribu dua ratus rupiah.

 Pada periode Maret – September 2016, Indeks kedalaman kemiskinan (P1) maupun Indeks keparahan

kemiskinan (P2) mengalami sedikit peningkatan pada daerah perdesaan. Ini mengindikasikan bahwa

meskipun jumlah penduduk miskin berkurang pada daerah perdesaan namun rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin menjauhi garis kemiskinan, dan ketimpangan pengeluaran antar penduduk miskin semakin besar dalam periode tersebut. Sebaliknya, Indeks kedalaman kemiskinan (P1)

maupun Indeks keparahan kemiskinan (P2) pada daerah perkotaan mengalami penurunan, yang menjadi

tolak ukur bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin mendekati garis kemiskinan, dan ketimpangan pengeluaran antar penduduk miskin semakin kecil dalam periode tersebut.

No. 05/01/82/Th. XVI, 3 Januari 2017

P

ROFIL

K

EMISKINAN

M

ALUKU

U

TARA

S

EPTEMBER

2016

JUMLAH PENDUDUK MISKIN DI MALUKU UTARA KEADAAN SEPTEMBER 2016

(2)

1.

Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Maluku Utara Maret 2009 – September 2016

Persentase penduduk miskin di Maluku Utara selama periode tujuh tahun terakhir (2009-2016) secara umum mengalami penurunan, yaitu dari 10,36 persen pada Maret 2009 menjadi 6,41 persen pada September 2016. Begitu pula dari sisi jumlah, secara umum mengalami penurunan, yaitu dari 98,00 ribu orang pada Maret 2009 menjadi 76,40 ribu orang pada September 2016.

Pada setahun terakhir (September 2015 – September 2016), jumlah penduduk miskin di Maluku Utara mengalami sedikit peningkatan dari 72,65 ribu orang pada September 2015 menjadi 76,40 ribu orang pada September 2016. Peningkatan jumlah penduduk miskin pada setahun terakhir disumbang oleh peningkatan jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan. Jumlah penduduk miskin di perkotaan bertambah menjadi 12,45 ribu orang pada September 2016 dibandingkan kondisi September 2015 yang berjumlah 8,29 ribu orang. Sedangkan jumlah penduduk miskin di perdesaan mengalami penurunan dari 64,35 ribu orang pada September 2015 menjadi 63,95 ribu orang.

Tabel 1.

Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah di Maluku Utara, Maret 2009 – September 2016

Periode Jumlah Penduduk Miskin (000) Persentase Penduduk Miskin (%) K D K+D K D K+D (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Maret 2009 8,72 89,27 98,00 3,10 13,42 10,36 Maret 2010 7,64 83,44 91,07 2,66 12,28 9,42 Maret 2011 8,10 89,33 97,43 2,80 11,58 9,18 September 2011 8,57 98,74 107,31 2,95 12,61 10,00 Maret 2012 7,57 84,35 91,91 2,55 10,69 8,47 September 2012 8,75 79,62 88,36 2,92 9,98 8,05 Maret 2013 9,16 74,04 83,20 2,99 9,22 7,50 September 2013 11,02 74,56 85,58 3,56 9,19 7,64 Maret 2014 12,19 70,45 82,64 3,95 8,56 7,30 September 2014 11,17 73,62 84,79 3,58 8,85 7,41 Maret 2015 12,25 67,65 79,90 3,85 7,95 6,84 September 2015 8,29 64,35 72,65 2,61 7,57 6,22 Maret 2016 10,58 64,10 74,68 3,32 7,44 6,33 September 2016 12,45 63,95 76,40 3,76 7,43 6,41

Sumber: Diolah dari data Susenas

Keterangan : - K = Perkotaan; D = Perdesaan; K+D = Perkotaan + Perdesaan.

-Jumlah dan persentase penduduk miskin disesuaikan dengan Backcasting berdasarkan

(3)

Gambar 1.

Perkembangan Persentase dan Jumlah Penduduk Miskin Maluku Utara, Maret 2009 – September 2016

Sumber: Diolah dari data Susenas

2.

Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Maluku Utara Maret – September 2016

Jumlah penduduk miskin di Maluku Utara pada September 2016 sebanyak 76,40 ribu orang. Dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2016 sebanyak 74,68 ribu orang (6,33 persen), jumlah penduduk miskin di Maluku Utara selama setengah tahun terakhir bertambah sekitar 1,72 ribu orang. Meningkatnya jumlah penduduk miskin di Maluku Utara disumbang oleh peningkatan kemiskinan pada daerah perkotaan di Maluku Utara dari 10,58 ribu orang (3,32 persen) pada Maret 2016 menjadi 12,45 ribu orang (3,76) pada September 2016. Sedangkan penduduk miskin di daerah perdesaan dari 64,10 ribu orang (7,44 persen) pada Maret 2016 menjadi 63,95 ribu orang (7,43 persen) pada September 2016.

Beberapa faktor yang mempengaruhi meningkatnya jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan, antara lain:

1. Meningkatnya tingkat pengangguran terbuka (TPT) di daerah perkotaan, dari 3,99 pada Februari 2016 menjadi 4,54 pada Agustus 2016.

2. Naiknya harga beberapa komoditi makanan di daerah perkotaan pada bulan September 2016, seperti ikan segar (6,37% y-on-y), sayur-sayuran (14,24% y-on-y), bumbu-bumbuan (27,22% y-on-y), makanan jadi (3,60% y-on-y), minuman yang tidak beralkohol (11,21% y-on-y), dan bahan makanan lainnya (6,76% y-on-y).

98.00 91.07 97.43 107.31 91.91 88.36 83.20 85.58 82.64 84.79 79.90 72.65 74.68 76.40 10.36 9.42 9.18 10.00 8.47 8.05 7.50 7.64 7.30 7.41 6.84 6.22 6.33 6.41 5 6 7 8 9 10 11 12 0 20 40 60 80 100 120 Mar

2009 2010Mar 2011Mar 2011Sept 2012Mar 2012Sept 2013Mar 2013Sept 2014Mar 2014Sep 2015Mar 2015Sep 2016Mar 2016Sep Jumlah Persentase

(4)

Sedangkan faktor yang mempengaruhi berkurangnya jumlah penduduk miskin di daerah perdesaan, antara lain:

1. Penurunan indeks tiga kelompok pengeluaran pada daerah perdesaan sehingga pada September 2016 terjadi inflasi perdesaan sebesar -0,18 persen atau mengalami deflasi.

2. Adanya panen cengkeh dan peningkatan produksi hortikultura di daerah perdesaan.

3. Nilai Tukar Petani (NTP) pada September 2016 tumbuh 0,76% (q-to-q) dan 2,96% (y-on-y).

3.

Perubahan Garis Kemiskinan Maret – September 2016

Jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh Garis Kemiskinan (GK), karena penduduk miskin merupakan penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. Selama periode Maret – September 2016, Garis Kemiskinan Maluku Utara naik sebesar 2,64 persen atau sekitar sembilan ribu sembilan ratus rupiah, yaitu dari Rp.376.554,- per kapita per bulan pada Maret 2016 menjadi Rp.386.489,- per kapita per bulan pada September 2016.

Garis kemiskinan makanan (GKM) naik sebesar 3,18 persen, yaitu dari Rp.295.078,- per kapita per bulan pada Maret 2016 menjadi Rp.304.466,- per kapita per bulan pada September 2016. Sementara garis kemiskinan non makanan (GKNM) naik sebesar 0,67 persen, yaitu dari Rp.81.476,- per kapita per bulan pada Maret 2016 menjadi Rp.82.024,- per kapita per bulan pada September 2016.

Menurut daerah, garis kemiskinan daerah perkotaan naik dari Rp.390.788,- per kapita per bulan pada Maret 2016 menjadi Rp.405.368,- per kapita per bulan pada September 2016, atau mengalami kenaikan sebesar 3,73 persen. Sementara garis kemiskinan daerah perdesaan mengalami kenaikan dari Rp.371.289,- per kapita per bulan pada Maret 2016 menjadi Rp.379.454,- per kapita per bulan pada September 2016, atau naik sebesar 2,20 persen.

Tabel 2.

Garis Kemiskinan Per Kapita Per Bulan Menurut Daerah, Maret – September 2016

Daerah/ Periode

Garis Kemiskinan per Kapita per Bulan (Rp) GKM GKNM GK (1) (2) (3) (4) Perkotaan Maret 2016 301.209 89.579 390.788 September 2016 311.558 93.810 405.368 Perubahan (%) 3,44 4,72 3,73 Perdesaan Maret 2016 298.037 73.252 371.289 September 2016 301.999 77.455 379.454 Perubahan (%) 1,33 5,74 2,20 Perkotaan+ Perdesaan Maret 2016 295.078 81.476 376.554 September 2016 304.466 82.024 386.489 Perubahan (%) 3,18 0,67 2,64 Sumber: Diolah dari data Susenas

(5)

Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM), terlihat pada Tabel 3 bahwa peranan komoditi makanan masih jauh lebih besar dibandingkan dengan peranan komoditi bukan makanan. Besarnya sumbangan GKM terhadap GK pada September 2016 sebesar 76,86 persen di daerah perkotaan dan 79,59 persen di daerah perdesaan.

Tabel 3.

Daftar Komoditi Penyumbang Garis Kemiskinan Beserta Kontribusinya (%) di Maluku Utara, September 2016

Jenis Komoditi Perkotaan Jenis Komoditi Perdesaan

(1) (2) (3) (4)

Makanan 76,86 Makanan 79,59

Beras 22,35 Beras 31,15

Rokok 18,18 Rokok 12,89

Tongkol/tuna/cakalang 5,25 Tongkol/tuna/cakalang 6,21 Gula Pasir 3,18 Gula Pasir 4,50 Roti 3,06 Ketela pohon/singkong 2,73 Kue Basah 2,47 Minyak kelapa 2,19 Daging sapi 2,29 Kembung 2,09 Bawang Merah 2,06 Roti 1,95 Telur Ayam Ras 1,54 Bawang Merah 1,73 Kembung 1,31 Mie Instan 1,52 Lainnya 15,16 Lainnya 12,63

Bukan Makanan 23,14 Bukan Makanan 20,41

Perumahan 8,48 Perumahan 10,25 Angkutan 2,32 Pendidikan 1,05 Listrik 2,05 Perlengkapan Mandi 0,96 Pendidikan 1,25 Listrik 0,88

Bensin 1,15 Angkutan 0,76

Lainnya 7,87 Lainnya 6,51

Sumber: Diolah dari data Susenas

Pada September 2016, komoditi makanan yang memberikan sumbangan terbesar pada GK baik di perkotaan maupun perdesaan pada umumnya hampir sama, yaitu beras yang memberi sumbangan sebesar 22,35 persen di perkotaan dan 29,54 persen di perdesaan. Rokok memberikan sumbangan terbesar kedua terhadap GK dengan kontribusi sebesar 18,18 persen di perkotaan dan 12,89 persen di perdesaan. Sementara pada komoditi non makanan, pengeluaran untuk perumahan memberikan kontribusi terbesar terhadap GK baik di perkotaan maupun perdesaan, yaitu sebesar 8,48 persen di daerah perkotaan dan 10,25 persen di daerah perdesaan.

(6)

4.

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)

Persoalan kemiskinan bukan hanya sekedar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang juga perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan. Selain upaya memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan penanggulangan kemiskinan juga terkait dengan bagaimana mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan.

Tabel 4.

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)

Menurut Daerah di Maluku Utara, Maret – September 2016

Periode Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

(1) (2) (3) (4)

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)

Maret 2016 0,367 0,861 0,728 September 2016 0,249 1,176 0,918 Perubahan (%) -32,15 36,59 26,10

Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)

Maret 2016 0,064 0,218 0,177 September 2016 0,023 0,275 0,205 Perubahan (%) -64,06 26,15 15,82 Sumber: Diolah dari data Susenas

Pada periode Maret – September 2016, Indeks kedalaman kemiskinan (P1) mengalami peningkatan.

Indeks kedalaman kemiskinan naik dari 0,728 pada Maret 2016 menjadi 0,918 pada September 2016. Hal ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung menjauhi garis kemiskinan. Sementara, indeks keparahan kemiskinan (P2) juga mengalami peningkatan dari 0,177 pada

Maret 2016 menjadi 0,205 pada September 2016. Hal ini mengindikasikan bahwa ketimpangan pengeluaran antar penduduk miskin mulai melebar.

Nilai indeks kedalaman kemiskinan (P1) dan indeks keparahan kemiskinan (P2) di daerah perdesaan

masih tetap lebih tinggi dibandingkan dengan perkotaan. Pada September 2016, nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) untuk perkotaan hanya 0,249 sementara di daerah perdesaan mencapai 1,176. Nilai

indeks keparahan kemiskinan (P2) untuk wilayah perkotaan hanya 0,023 sementara di wilayah perdesaan

mencapai 0,275. Dengan demikian, penduduk miskin di daerah perkotaan lebih mudah untuk diangkat dari garis kemiskinan daripada penduduk miskin di daerah perdesaan.

(7)

5.

Penjelasan Teknis dan Sumber Data

a. Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan non makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Dengan pendekatan ini, dapat dihitung

Headcount Index, yaitu persentase penduduk miskin terhadap total penduduk.

b. Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari dua komponen, yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan.

c. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kkalori per kapita per hari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll). d. Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan,

sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar non-makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi untuk daerah perkotaan dan 47 jenis komoditi untuk daerah perdesaan. e. Sumber data utama yang dipakai untuk menghitung tingkat kemiskinan di Provinsi Maluku Utara September 2016 adalah data Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) bulan September 2016.

f. Klasifikasi daerah perkotaan dan perdesaan sesuai dengan Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 37 Tahun 2010 tentang Klasifikasi Perkotaan dan Perdesaan di Indonesia.

Informasi lebih lanjut hubungi: BPS Provinsi Maluku Utara Telp (0921) 3127878; Fax (0921) 3126301

Referensi

Dokumen terkait

Presentase jumlah gabah isi pada perlakuan banjir selama 6 hari dan 9 hari memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata, namun terlihat bahwa semakin lama tanaman padi

Bandung (3) untuk mengetahui kompensasi STIKes Dharma Husada Bandung (4) untuk mengetahui kinerja dosen tetap di STIKes Dharma Husada Bandung (5) untuk mengetahui Pengaruh

Salah satu tanggung jawab yang paling penting dari seorang guru adalah untuk menciptakan dan memelihara lingkungan di mana anak-anak dapat dengan bebas

Penelitian yang berkaitan dengan penelitian tentang sikap ibu terhadap Pap smear ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Kamaliah tentang pengaruh pengetahuan, sikap,

Di Indonesia memang masih jumlah orang yang melakukan belanja secara online ini akan terus naik seiring dengan bertumbuhnya penggunaan smartphone , penetrasi

Menimbang bahwa setelah membaca dengan cermat berkas perkara dan turunan resmi Berita Acara/Putusan Pengadilan Negeri Simalungun Nomor 95/Pid.C/2016/PN Sim tanggal

Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin,

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan masukan pada Kecamatan Cangkuang Kabupaten Bandung, terutama yang berkaitan dengan pengaruh anggaran