• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB. IV GAMBARAN UMUM LOKASI KAJIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB. IV GAMBARAN UMUM LOKASI KAJIAN"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB. IV

GAMBARAN UMUM LOKASI KAJIAN

4.1. Keadaan Umum Lokasi Kajian 4.1.1. Letak dan Luas Wilayah 4.1.1.1 Letak

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1987 tanggal 7 September 1987 daerah Kota Pekanbaru diperluas dari ± 62,96 Km2 menjadi ± 446,50 Km2 yang terdiri dari 8 Kecamatan dan 45 kelurahan atau desa. Kota Pekanbaru merupakan ibukota Propinsi Riau yang terletak antara 110° 14´-101° 34´ Bujur Timur dan 0° 25´-0° 45´ Lintang Utara. Hasil pengukuran atau pematokan dilapangan oleh BTN Tk I Riau ditetapkan luas wilayah Kota Pekanbaru sebesar 632,26 Km2 (BPS, 2005).

Untuk lebih terciptanya tertib pemerintahan dan pembinaan wilayah yang cukup luas, maka dibentuklah kecamatan baru dengan Perda Kota Pekanbaru No. 3 Tahun 2003 menjadi 12 Kecamatan dan Kelurahan atau desa. Rincian luas masing-masing Kelurahan atau desa terutama yang baru dibentuk masih dalam pengukuran sedangkan rincian luas masing-masing Kecamatan dapat dilihat dalam perbandingan luas antara masing-masing Kecamatan di Kota Pekanbaru secara disajikan pada Tabel 1.

Dilihat dari Tabel 1 tersebut diketahui, bahwa untuk masing-masing kecamatan menurut luas wilayah kecamatan yang terluas adalah Kecamatan Tenayan Raya yaitu sebesar 171,27 Km2 atau mencapai 27% dari keseluruhan luas wilayah Kota Pekanbaru. Kecamatan ini merupakan pemekaran dari Kecamatan Bukit Raya. Sedangkan Kecamatan yang paling sempit luas wilayahnya adalah Kecamatan Pekanbaru Kota yaitu seluas 2,56 Km2 atau hanya 0,36% dari total luas wilayah Kota Pekanbaru.

4.1.1.2. Batas Wilayah

Kota Pekanbaru merupakan Ibukota Propinsi Riau yang mempunyai jarak lurus dengan Ibukota di kota-kota lainya. Jarak Kota Pekanbaru dengan Taluk Kuantan sekitar 188 Km, dengan Rengat 159 Km, dengan Tembilahan 213,5 Km, dengan Kerinci 33,5 Km, jarak dengan Siak sekitar 74,5 Km, dengan Bangkinang 51 Km, dengan Pasir pengairan 132,5 Km, dengan Bengkalis 128 Km, Bagan sekitar 192,5 Km, Tanjung

(2)

Pinang sekitar 337,5 Km, jarak dengan Karimun 229 Km, dengan Ranai 260 Km, dengan Batam 286 Km dan dengan Dumai 125 Km. (BPS Kota Pekanbaru, 2005).

Tabel 1. Perbandingan Luas Wilayah di Kota Pekanbaru. Luas No Kecamatan Km2 Persentase (%) 1 Tampan 59,81 9,46 2 Payung Sekaki 43,24 6,84 3 Bukit Raya 22,05 3,49 4 Marpoyan Damai 29,74 4,70 5 Tenayan Raya 171,27 27,09 6 Lima Puluh 4,04 0,64 7 Sail 3,26 0,52 8 Pekanbaru Kota 2,26 0,36 9 Sukajadi 3,76 0,59 10 Senapelan 6,65 01,05 11 Rumbai 128,85 20,38 12 Rumbai Pesisir 157,33 24,88 Jumlah 632,26 100

Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2005

Untuk lebih jelas posisi dari Kota pekanbaru maka dapat dilihat dari batas Kota pekanbaru tersebut, yaitu sebagai berikut : Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Siak dan Kabupaten Kampar, Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Kampar dan Palalawan, Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Siak dan Kabupaten Palalawan, Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Kampar.

4.1.1.3. Penggunaan Tanah dan Lahan

Penggunaan tanah dan lahan di Kota Pekanbaru umumnya diperuntukkan untuk untuk lahan sawah, perkarangan atau lahan bangunan dan halaman sekitar, tegal atau kebun, ladang atau huma, pengembangan padang rumput, rawa-rawa yang tidak ditanami, tambak kolam empang, lahan kering yang sementara tidak ditanami, lahan yang ditanami kayu-kayuan, hutan negara, perkebunan dan lain-lain. Tanah dan lahan di Kota pekanbaru merupakan daerah dataran dengan struktur tanah umumnya terdiri dari jenis alluvial dengan pasir dan dipinggirannya terdiri dari jenis tanah orgosol dan humus yang merupakan rawa-rawa yang bersifat asam, sangat kerosif untuk besi.

(3)

Distribusi penggunaan tanah atau lahan tersebut dimana dapat dilihat bahwa penggunaan lahan yang dipergunakan untuk perkarangan atau lahan bangunan dan halaman sekitar sebesar 14.437 Ha atau sebesar 22,88%, sedangkan untuk lahan sawah dan tambak tidak dimanfaatkan dalam jumlah yang cukup kecil, lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan luasan tanah menurut penggunaannya ini ditunjukkan, bahwa Kota Pekanbaru sudah berkembang menjadi kota yang cenderung padat penduduknya. Kota yang semakin dipenuhi oleh bangunan dan halaman rumah untuk penduduk tinggal dan menetap.

Tabel 2. Distribusi luas tanah di Kota Pekanbaru menurut penggunaannya, Tahun 2005.

No Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha)

Persentase (%)

1 Lahan Sawah - 0

2 Perkarangan, Lahan Bangunan dan Halaman Sekitar

14.437 22,88

3 Tegal atau Kebun 4.076 6,45

4 Ladang atau Huma 8.510 13,46

5 Pengembalaan Padang Rumput 28 0,04

6 Rawa-rawa yang tidak ditanami 1.338 2,12

7 Tambak - 0

8 Kolam atau Empang 199 0,31

9 Lahan kering yang sementara tidak ditanami 4.133 6,54 10 Lahan yang ditanami kayu-kayuan 1.402 2,22

11 Hutan Negara 4.321 6,83

12 Perkebunan 7.510 11,88

13 Lain-lain 17.272 27,32

Jumlah 63.226 100

Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2005.

4.1.1.4. Sungai

Sungai yang berada di Kota Pekanbaru adalah Sungai Siak. Sungai siak ini mengalir dari Barat ke Timur, memiliki beberapa anak sungai antara lain: Sungai Umban Sari, Air Hitam, Sibam, Setukul, Pengambang, Ukai, Sago, Senapelan, Mintar, dan Tampan. Sungai Siak mempunyai peranan penting dalam menunjang perekonomian di Kota Pekanbaru khususnya dan Propinsi Riau umumnya, karena sungai ini merupakan jalur perhubungan lalu lintas perekonomian rakyat dari pedalaman ke kota serta dari daerah lainnya.

(4)

4.1.1.5. Iklim

Kota Pekanbaru pada umumnya beriklim tropis dengan suhu udara maksimum berkisar antara 31,9° C-35,1° C dan suhu minimum berkisar antara 23,1° C dan 24,2° C. Curah hujan 67,8-695,5 mm per tahun, musim hujan jatuh pada bulan Januari sampai bulan April dan September sampai dengan Desember. Musim kemarau jatuh pada bulan Mei sampai Agustus. Kelembaban maksimum antara 96%-99%. Kelembaban minimum 44%-64%.

Iklim menjadi penting didalam perkembangan Kota Pekanbaru. Oleh karena, saat ini apabila musim hujan datang banjir di beberapa wilayah sudah menjadi ancaman. Demikian juga, dengan datangnya musim kemarau, asap yang menyelimuti kota menjadi ancaman untuk penduduk dan roda kehidupan ekonomi kota. Ancaman asap ini setiap tahun sering berulang, meskipun larangan untuk melakukan pembukaan lahan di sekitar kawasan perkotaan sudah dilarang. Tidak jarang kabut asap pada musim kemarau tersebut mengganggu prasarana perhubungan,. Bahkan, untuk perhubungan udara harus sampai menghentikan penerbangan ke dan keluar Bandara Syarif Kassim 2 di Kota Pekanbaru.

4.1.2. Administrasi Daerah

4.1.2.1 Letak dan Luas

Kota Pekanbaru terletak antara : 1010 140 - 1010 340 Bujur Timur 00 25 0 - 00 25 0 Lintang Utara, berbatasan dengan : sebelah Utara : Kabupaten Siak dan Kampar, sebelah selatan : Kabupaten Kampar dan Pelalawan, sebelah Timur : Kabupaten Kampar.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah no. 19 tahun 1987 daerah Kota Pekanbaru diperluas dari ± 62,96 Km 2 menjadi ± 446,50 Km 2 terdiri dari 12 (dua belas) Kecamatan, Kecamatan Tampan ada 4 Kelurahan, 45 RW dan 221 RT, Kecamatan Payung Sekaki ada 4 Kelurahan, 33 RW dan 155 RT, Kecamatan Bukit Raya ada 4 Kelurahan, 55 RW dan 222 RT, Kecamatan Marpoyan Damai ada 5 Kelurahan, 63 RW dan 303 RT, Kecamatan Tenayan Raya ada 4 Kelurahan, 33 RW dan 155 RT dan 59 (lima puluh sembilan) Kelurahan Lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 3.

(5)

Tabel 3. Kelurahan dirinci menurut status Kecamatan. NO KECAMATAN KELURAHAN 1 Tampan 001 002 003 004 Simpang Baru Sidomulyo Barat Tuah Karya Delima 2 Payung Sekaki 001 002 003 004

Labuh Baru Timur Tampan

Air Hitam

Labuh Baru Barat

3 Bukit Raya 001 002 003 004 Simpang Tiga Tangkerang Selatan Tangkerang Utara Tangkeran Labuai 4 Marpoyan Damai 001 002 003 004 005 Tangkerang Tengah Tangkerang Barat Maharatu Sidomulyo Timur Wonorejo 5 Tenayan Raya 001 002 003 004 Kulim Tangkerang Timur Rejosari Sail 6 Lima Puluh 001 002 003 004 Rintis Sekip Tanjung Rhu Pesisir 7 Sail 001 002 003 Cinta Raja Suka Maju Suka Mulia 8 Pekanbaru Kota 001 002 003 004 005 006 Simpang Empat Sumahilang Tanah Datar Kota Baru Suka Ramai Kota Tinggi 9 Sukajadi 001 002 003 004 005 006 007 Jadirejo Kampung Tenggah Kampung Melayu Kadung Sari Harjosari Sukajadi Pulau Karam 10 Senapelan 001 002 Padang Bulan Padang Terubuk

(6)

003 004 005 006 Sago Kampung Dalam Kampung Bandar Kampung Baru 11 Rumbai 001 002 003 004 005 Umban Sari Rumbai Bukit Muara Fajar Palas Sri Meranti 12 Rumbai Pesisir 001 002 003 004 005 006 Mernati Pandak Limbungan Lembah Sari Lembah Damai Limbungan Baru Tebing Tinggi Okura Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2006.

4.1.2.2 Jarak Ibukota

Kota Pekanbaru merupakan ibukota Provinsi Riau yang mempunyai jarak lurus dengan kota-kota lain sebagai Ibukota Tk. II lainnya sebagai berikut : Pekanbaru dengan Taluk Kuantan = 118 Km, Rengat = 159 Km, Tembilahan = 213,5 Km, Kerinci = 33,5 Km, Siak = 74,5 Km, Bangkinang = 51 Km, Pasir Pengaraian = 132,5 Km, Bengkalis = 128 Km, Bagan = 192,5 Km, Dumai = 125 Km.

4.1.3. Kependudukan

4.1.3.1 Jumlah dan Kepadatan Penduduk

Jumlah penduduk sudah mencapai 754 467 jiwa dan bervariasi menurut kecamatan (Tabel 4). Kecamatan terbanyak penduduknya adalah Kecamatan Marpoyan Damai dan Tenayan Raya. Kepadatan penduduk Kota Pekanbaru ini sudah masuk kategori menengah, sekitar 1 148 jiwa per Km persegi.

Tabel 4. Jumlah Rumahtangga, Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Me- Nurut Kecamatan, Tahun 2007

(7)

No Kecamatan

Banyak Rumah Tangga

Laki-

Laki Perempuan Jumlah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Tampan Payung Sekaki Bukit Raya Marpoyan Damai Tenayan Raya Lima Puluh Sail Pekanbaru Kota Sukajadi Senapelan Rumbai Rumbai Pesisir 20.061 13.858 16.019 30.027 23.003 8.779 6.107 6.003 13.444 7.398 11.488 13.770 48.698 34.622 40.705 62.007 45.230 21.795 11.505 15.667 26.108 19.187 24.921 30.671 44.711 35.517 39.696 54.556 48.001 22.378 11.566 15.349 27.669 19.059 23.385 31.464 93.409 70.139 80.401 116.563 93.231 44.173 23.071 31.016 53.777 38.246 48.306 62.135 Total 169.957 380.993 373.474 754.467

Sumber : BPS Kota Pekanbaru

4.2 Perkembangan Pelayanan Sosial. 4.2.1 Perkembangan Pendidikan

Pendidikan merupakan sarana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, oleh sebab itu berhasil tidak pembangunan banyak dipepengaruhi oleh tingkat tingkat pendidikan penduduk.

Untuk melihat gambaran secara umum perkembangan pendidikan di Kota Pekanbaru mengenai data pendidikan meliputi STK, SD, SLTP dan SLTA baik yang dikelola Pemerintah maupun yang dikelola Swasta.

Banyaknya sekolah, murid, guru dan kelas disemua tingkat sekolah dalam lingkungan Depdikbud tidak banyak mengalami perubahan kecuali data perguruan tinggi Swasta ada perubahan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya

Perkembangan penduduk berumur 10 tahun keatas yang menurut kepemilikan ijazah antara Tahun 2002 sampai 2006 dapat dilihat pada Tabel 5. Dari tabel ini ditunjukkan, bahwa penduduk

(8)

Tabel 5 Penduduk Berumur 10 Tahun Keatas Menurut Pendidikan Dan Ijazah Yang Dimiliki, pada Tahun 2002 – 2006

Sumber : BPS Kota Pekanbaru

Kota Pekanbaru cenderung mempunyai perkembangan pendidikan yang membaik, proporsi mereka yang tamat SLTP dan SLTA serta tamat universitas meningkat. Sedangkan Jumlah Penduduk Kota Pekanbaru dirinci menurut kelompok umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 6 .

Tabel 6 Penduduk Kota Pekanbaru dirinci menurut Kelompok Umur dan jenis kelamin

Kelompok

Umur Laki-laki Perempuan Jumlah

0 – 4 5 – 9 10 – 14 15 – 19 20 – 24 25 – 29 30 – 34 35 – 39 40 – 44 45 – 49 50 – 54 55 – 59 60 – 64 65 – 69 70 – 74 70 + 46.672 37.452 36.156 35.089 39.280 33.908 31.661 31.318 25.222 20.307 14.973 10.058 7.429 5.410 3.277 2.781 36.414 37.011 35.816 33.687 44.219 41.232 35.816 24.238 24.463 24.724 13.781 6.125 6.872 3.399 2.876 2.801 83.086 74.463 71.972 68.776 83.499 75.140 67.477 55.556 49.685 45.031 28.754 16.183 14.301 8.809 6.153 5.582 TOTAL 380.933 373.474 754.467

Sumber : BPS Kota Pekanbaru

4.2.2 Perkembangan Pelayanan Kesehatan No Pendidikan yang ditamatkan 2002 2003 2004 2005 2006 1. 2. 3. 4. 5. 6. Tidak Punya SD SLTP SLTA Akademi Universitas 9,59 18,48 21,82 38,74 4,52 6,85 10,40 16,49 22,09 40,80 4,32 5,90 11,54 15,33 20,89 42,08 3,88 6,28 11,58 19,25 20,00 37,63 4,20 7,34 12,54 16,82 18,16 40,54 4,12 7,81 Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

(9)

Dari Tabel 6 dapat dilihat penduduk penduduk usia bawah lima tahun (balita) di Kota Pekanbaru masih cukup banyak. Demikian juga penduduk berusia produktif (antara 15-55 Tahun). Oleh karenanya, prasarana pelayanan kesehatan menjadi penting untuk memberi layanan kepada penduduk. Belum lagi, pembangunan kesehatan untuk penduduk Kota Pekanbaru menjadi penting dengan tujuan semua lapisan masyarakat dapat memperoleh pelayanan kesehatan secara mudah murah dan merata. Dengan tujuan tersebut diharapkan akan tercapai derajat kesehatan masyarakat dengan baik. Saat ini berbagai pembangunan sarana kesehatan, tenaga medis, rumah sakit semakin baik. Demikian juga, peningkatan kesadaraan masyarakat akan keluarga berencana menujukan perkembangan yang mengembirakan.

4.3 Perkembangan Ekonomi

4.3.1 Prasarana dan Sarana Ekonomi.

4.3.1.1 Panjang Jalan

Panjang Jalan Kota Pekanbaru dirinci menurut jenis permukaan jalan (Km) pada Tahun 2006 cenderung diaspal. Panjang jalan yang dicatat dengan jenis permukaan diaspal ada 1 015 209 km. Sisanya, jalan dengan jenis permukaan kerikil sekitar 44 601 km, dan yang dengan jenis permukaan tanah ada sepanjang 1 369 173 km.

Kondisi tersebut tidak berbeda jauh dengan kondisi pada Tahun 2005. Apabila memperhatikan Tabel 7, maka dapat diketahui perkembangan panjang jalan menurut jenis permukaan dan kondisi jalan di Kota Pekanbaru. Hal ini menunjukkan, bahwa perkembangan penyediaan jalan di Kota Pekanbaru tidak terlalu berbeda. Namun demikian, apabila memperhatikan kondisi lalu-lintas saat ini, maka penambahan panjang jalan di Kota Pekanbaru mendesak dilakukan pada masa mendatang.

(10)

Tabel 7. Panjang Jalan Kota Pekanbaru PANJANG JALAN NO KEADAAAN 2005 2006 1. Jenis Permukaan A. B. C. D. . Diaspal Kerikil Tanah Cor Beton 957.401 41.556 1.428.954 -1.015.209 44.601 1.369.173 -Jumlah Total 2.427.954 2.428.983 2. Kondisi Jalan A. B. C. D. Diaspal Kerikil Tanah Cor Beton 983.266 524.279 920.366 -939.940 571.249 917.794 -Jumlah Total 2.427.954 2.428.983 4.3.1.2Perkembangan Perbankan

Perkembangan perbankan di Kota Pekanbaru tidak terlepas dari perkembangan lembaga tersebut di Provinsi Riau. Sebagaimana ditunjukkan, perkembangan perbankan di Kota Pekanbaru adalah cerminan perkembangan perbankan di Provinsi Riau yang sangat tinggi.

Jumlah bank berkembang pesat, baik dengan dibukanya kantor-kantor cabang yang baru maupun cabang-cabang pembantu. Sampai dengan triwulan III tahun 2007 jumlah bank sudah mencapai 34 buah. Jumlah ini meningkat 25,9 % jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Jumlah seluruh kantor pelayanan bank juga mengalami peningkatan yang cukup pesat. Triwulan III 2006 banru sebanyak 265 buah dan tahun 2007 meningkat menjadi 312 buah atau 17,7 %. Jumlah bank pemerintah 6 buah, bank swasta 21 buah, bank asing 2 buah, bank syariah 2 dan unit usaha syariah 3 buah (Tabel 8).

Peningkatan jumlah bank di Provinsi Riau cenderung berada di Kota Pekanbaru. Hal ini mengindikasikan perkembangan ekonomi kota Pekanbaru cukup berkembang pesat.

(11)

Tabel 8 Perkembangan Jumlah Bank di Provinsi Riau Periode NO Keterangan TW III 2006 TW III 2007 Pertumbuhan (%) I Jumlah Bank 27 34 25.9 1 Pemerintah 6 6 0.0 2 Swasta 19 21 10.5 3 Asing 0 2 4 Syariah 2 2 0.0

5 Unit Usaha Syariah 0 3

II Kantor Pusat 1 1 0.0

III Kantor Cabang 63 66 4.8

1 Pemerintah 39 41 5.1 2 Swasta 24 23 -4.2 3 Asing 0 2 IV Kantor Cabang Pembantu 80 85 6.3 1 Pemerintah 43 46 7.0 2 Swasta 37 39 5.4 3 Asing 0 0 V Kantor Kas 33 35 6.1 1 Pemerintah 21 22 4.8 2 Swasta 12 13 8.3 VI BRI Unit 62 70 12.9 VII DSP 12 12 0.0 VIII Lainnya 14 43 207.1 JUMLAH 265 312 17.7

Sumber: Bank Indonesia Pekanbaru, 2007.

Sejalan dengan perkembangan jumlah bank dan seluruh kantor pelayanannya maka jumlah dana yang berhasil dihimpun juga mengalami perkembangan yang pesat. Keadaan ini juga didorong oleh implementasi otonomi daerah dan desentralisasi fiscal. Dana-dana yang mengucur dari sistem perimbangan keuangan pusat dan daerah menyebabkan jumlah uang yang beredar di Riau makin besar. Pada gilirannya mampu menaikkan jumlah aktiva yang dimiliki. Sampai akhir peride 2006 jumlah aktiva bank di Riau telah mencapai Rp 32,106 triliun yang terdiri dari Bank Pemerintah Rp 24,479

(12)

triliun (76,24 %) dan Bank Swasta Rp 7,349 triliun (22,89%) serta Bank Perkreditan Rakyat (BPR) sebesar Rp 0,227 triliun atau hanya 0,71 % (Tabel 9).

Tabel 9 Perkembangan Aktiva Menurut Kelompok Bank di Provinsi Riau (juta rupiah)

No Tahun

Bank

Pemerintah Bank Swasta BPR Total 1 1997 5,098,072 2,751,819 12,522 7,862,413 2 1998 8,437,685 5,847,238 26,277 14,311,200 3 1999 8,000,467 5,617,263 29,256 13,646,986 4 2000 8,849,230 5,225,251 51,799 14,298,083 5 2001 14,551,300 6,517,143 70,444 23,508,435 6 2002 15,682,704 5,686,859 116,111 21,485,674 7 2003 16,248,789 7,382,066 122,314 23,753,169 8 2004 18,405,735 10,082,704 191,948 28,680,387 9 2005 18,084,632 6,364,528 233,036 24,682,196 10 2006 24,479,864 7,349,358 277,692 32,106,914 Sumber: Bank Indonesia, SEKD, 2007

Sejak kebijakan otonomi daerah digulirkan jumlah aktiva perbankan di Provinsi Riau meningkat pesat. Pada tahun1999 total aktiva perbankan di Riau baru sebesar Rp 13,65 triliun sedangkan pada tahun 2006 telah mencapai Rp 32,11 triliun. Ini berarti terjadi peningkatan sebesar 135,24 % atau rerata 19,32 % setiap tahunnya. Perkembangan pada bank pemerintah lebih pesat dibandingkan kelompok bank lainnya. Pada tahun 1999 aktiva bank pemerintah baru sebesar Rp 8 triliun sedangkan tahun 2006 sudah mencapai Rp 24,48 triliun atau naik sebesar 206 %. Keadaan ini terjadi akibat naiknya aktiva bank daerah dan bank pemerintah lainnya. Bank swasta termasuk bank asing tinggat pertumbuhan aktivanya sebesar 30,85 % dan Bank Perkreditan Rakyat sebesar 849,18 %. Pesatnya perkembangan aktiva BPR sejalan dengan

(13)

pertumbuhan jumlah BPR yang semakin banyak. Pada tahun 1999 jumlah kantor BPR baru sebayak 9 buah dan pada tahun 2006 sudah mencapai 14 buah.

Dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun perbankan juga mengalami perkembangan yang pesat. Pada tahun 1999 dana pihak ketiga yang berhasil dikumpul baru sebanyak Rp 8,19 triliun yang terdiri dari Giro sebesar Rp 2,054 triliun atau 25,08 %, Deposito sebesar Rp 2,793 triliun atau 34,1% dan Tabungan sebesar Rp 3,346 triliun atau 40,85 %. Keadaan ini mencerminkan struktur dana pihak ketiga lebih terkonsentrasi pada dana jangka pendek yang membuat bank kurang leluasa melemparkan dana tersebut dalam bentuk kredit berdurasi panjang.

Pada tahun 2006 dana pihak ketiga telah mencapai Rp 27,841 triliun. Jika dibanding dengan Tahun 1999 berarti mengalami peningkatan sebesar 239,44 % atau naik rerata 34,21 % setiap tahunnya. Strukturnya terdiri dari Giro sebesar Rp 14,57 triliun atau 52,32 %. Depositu berjumlah Rp 6,379 atau 22,91 % sedangkan tabungan mencapai Rp 9,30 triliun atau 33,38 %. Keadaanini menunjukkan bahwa dana-dana jangka pendek dalam struktur DPK perbankan Riau yang mencapai 85,7 % jauh lebih besar dari dana-dana jangka panjang sehingga menimbulkan kesulitan untuk memainkan dana tersebut dalam bentuk kredit berdurasi panjang. Jalan yang paling aman untuk menjaga likuiditas adalah dengan menempatkan dana tersebut disektor moneter dalam bentuk SBI dan lain-lain. Hanya saja startegi ini kurang memberikan keuntungan (profitabilitas).

Perbandingan Rupiah dan Valas dalam struktur DPK perbankan di Provinsi Riau masih didominasi oleh DPK dalam bentuk rupiah. Pada tahun 1999 porsi DPK dalam rupiah mencapai 84,84 % sedangkan tahun 2006 komposisinya 96,47 %. Dilihat dari julah rekening maka pada tahun 1999 yang terbesar adalah dalam bentuk tabungan yang mencapai 1.695.567 rekening, deposito 101.816 rekening dan giro sebanyak 52.636 rekening. Pada tahun 2006 julah rekening tabungan mencapai 1.344.496 reking, deposito sebanyak 37.448 rekening dan giro sebanyak 42.722 rekening, struktur DPK seperti Tabel 10.

Berdasarkan tabel tersebut diketahui juga pada tahun 1999 rerata giro per rekening dalam mata uang rupiah sebesar Rp 34,16 juta, deposito Rp 24,16 juta dan tabungan sebesar Rp 1,97 juta. Sedangkan tahun 2006 rerata giro per rekening sebesar

(14)

Rp 300 juta, deposito sebesar Rp 168,616 dan tabungan sebesar Rp 6,94 juta. Berarti selama otonomi daerah jumlah dana per rekening untuk semua jenis rekening mengalami peningkatan. Giro meningkat sebesar 778,22 %, deposito 597,91 % sedangkan tabungan meningkat 252,28 %. Percepatan jumlah giro dari segi kuantitas dana disebabkan oleh naiknya dana-dana pemerintah daerah meskin jumlah rekeningnya menyusut. Tahun 2006 dibandingkan dengan tahun sebelumnya jumlah rekening giro turun sebesar 10,99 % padahal jumlah dananya naik sebesar 47,79 %. Untuk deposito jumlah rekening di tahun 2006 dibandingkan dengan tahun sebelumnya meningkat sebesar 6,42 % sedangkan dananya naik sebesar 35,27 %. Tabungan mengalami kenaikan jumlah dana sebesar 24 % sedangkan jumlah rekeningnya turun sebesar 13,39 %. Fenomena ini seperti menggambarkan adanya pemusatan kepemilikan asset ekonomi kepada orang yang berpenghasilan lebih tinggi. Menciutnya jumlah penabung untuk jenis tabungan menandakan semakin mengecilnya kemampuan menabung masyarakat kelas bawah. Naiknya dana dari jenis tabungan menggambarkan penabung-penabung besar mengalami kenaikan dana. Penabung kecil kian terkikis dari dunia perbankan.

(15)

Tabel 10 Struktur DPK Perbankan Riau Pasca Otonomi Daerah (juta rupiah) Tahun No Jenis 1999 2000 2001 2002 2003 2004 I Jumlah DPK 8,193,228 10,459,025 15,520,358 16,917,547 19,421,053 23,987,933 1 Rupiah 6,951,737 8,665,071 13,755,878 15,026,877 17,297,773 21,470,320 a Giro 1,215,126 1,653,222 4,296,190 4,370,475 4,605,655 6,183,087 Rekening 35,578 35,901 44,110 59,983 66,478 67,762 b Deposito 2,391,135 2,366,481 3,324,011 3,580,697 3,750,645 4,315,708 Rekening 98,988 71,684 76,224 62,446 55,966 50,646 c Tabungan 3,345,476 4,645,368 6,135,677 7,075,705 8,941,472 10,971,526 Rekening 1,694,567 1,724,019 1,896,876 2,133,072 2,268,924 2,271,161 2 Valuta Asing 1,241,491 1,793,954 1,764,480 1,890,670 2,123,280 2,517,613 a Giro 839,221 1,281,295 1,360,444 1,545,266 1,710,432 2,079,264 Rekening 16,014 17,080 20,865 20,206 19,577 19,500 b Deposito 402,270 488,031 403,958 345,288 412,425 437,917 Rekening 2,828 5,842 2,426 2,472 2,421 2,079 c Tabungan - 24,628 78 116 423 432 Rekening - 746 21 22 38 45

(16)

4.3.2 Perkoperasian

Penyaluran kredit melalui koperasi sebenarnya berkaitan dengan upaya untuk memperkuat koperasi didalam memberdayakan ekonomi rakyat. Oleh karenanya program tersebut berkait dengan Program pembinaan Koperasi dan UKM.

Program Pemberdayaan Koperasi dan UKM secara Nasional adalah mewujudkan 70.000 Koperasi berkualitas dan menumbuhkan 6 juta wirausaha baru. Program tersebut mempunyai tujuan dan sasaran sebagai berikut :

• Mengembangkan Koperasi dan UKM sebagai Wadah kolektif yang efisien dan efektif sehingga dapat meningkatkan kegiatan-kegiatan produktif yang mempunyai nilai tambah (value added)

• Meningkatkan dan mengembangkan ekonomi produktif dalam rangka

meningkatkan produktivitas untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat melalui Koperasi dan UKM.

• Memperkuat kerangka dasar Koperasi dan UKM sebagai wadah ekonomi rakyat sekaligus mitra kerja usaha lainnya sehingga merupakan satu kesatuan yang utuh dalam mewujudkan perekonomian nasional.

Dari target nasional tersebut Propinsi Riau diharapkan mampu mewujudkan 1.542 Koperasi berkualitas dan menumbuhkan 123.000 wirausaha baru sampai dengan tahun 2009. Rincian target pencapaian Koperasi berkualitas (Klasifikasi A, B dan C ) dan penumbuhan wirausaha baru dapat dilihat pada Tabel 11 dan 12.

Dalam rangka percepatan Pemberdayaan Koperasi dan UKM telah dilakukan Pembinaan kepada Koperasi dan UKM melalui program dan kegiatan yang bersinergi dengan Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten/Kota beserta stakeholder lainnya yang didukung melalui APBD Propinsi Riau dan APBN. Untuk mewujudkan 1.542 Koperasi berkualitas dan menumbuhkan 123.000 unit wirausaha baru telah dibuat program dan kegiatan yang pendanaannya berasal dari APBD Propinsi Riau dan APBN (Tabel 11 dan 12).

(17)

Tabel 11 Rencana Target Pencapaian Koperasi Berkualitas (Klasifikasi A, B, C ) Tahun 2006 S/D 2009 Propinsi Riau.

NO KABUPATEN KOTA JLH KOPE RASI AKTI F 2006 2007 2008 2009 JUM LAH 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 KAMPAR ROKAN HULU PELALAWAN BENGKALIS ROKAN HILIR SIAK DUMAI INDRAGIRI HULU KUANSING INDRAGIRI HILIR PEKANBARU 227 182 163 734 339 208 359 283 190 502 771 229 95 123 725 150 140 187 218 154 200 558 44 12 22 148 42 33 35 44 29 40 113 30 6 13 107 29 21 23 30 19 27 81 27 11 16 77 25 21 21 25 19 23 62 23 15 17 48 22 20 20 22 19 21 40 124 44 68 380 118 95 99 121 86 111 296 JUMLAH 4.103 2.779 562 386 327 267 1.542

Sumber : Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Riau

Tabel 12a. Target Penumbuhan Wirausaha Baru Tahun 2006 - 2009 Propinsi Riau.

T A H U N NO KABUPATEN KOTA UMKM/WIRA TARGET

USAHA BARU 2006 2007 2008 2009 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Pelalawan Indragiri Hilir Kampar Rokan Hilir Siak Bengkalis Pekanbaru Kuansing Dumai Indragiri Hulu Rokan Hulu 7.690 9.870 7.690 5.789 7.897 7.890 26.978 7.343 23.068 9.876 8.909 1.538 1.974 1.538 1.158 1.579 1.578 5.396 1.468 4.614 1.975 1.782 2.307 2.961 2.307 1.737 2.369 2.367 8.093 2.203 6.920 2.963 2.673 2.307 2.961 2.307 1.737 2.369 2.367 8.093 2.203 6.920 2.963 2.673 1.538 1.974 1.538 1.157 1.580 1.578 5.396 1.469 4.614 1.975 1.781 JUMLAH 123.000 24.600 36.900 36.900 24.600

(18)

4.3.3 Penyaluran Kredit

Alokasi kredit perbankan, maka Selama sepuluh tahun terakhir rerata peningkatan alokasi kredit mencapai 30,59 %. Peningkatan terbesar adalah untuk jenis penggunaan konsumsi sebesar 80,30 % diikuti oleh modal kerja 44,45 % dan investasi 13,89 %. Proporsi kredit untuk konsumsi masih lebih kecil jika dibandingkan dengan jenis penggunaannya. Proporsi terbesar tahun 2006 adalah untuk jenis penggunaan modal kerja sebesar 44,37 %, investasi 34,02 % dan konsumsi sebesar 21,62 %. Pada awal otonomi daerah tahun 1999 porsi kredit untuk modal kerja adalah sebesar 36,35 %. Berarti selama otonomi daerah proporsi kredit untuk modal kerja kian membesar. Untuk jenis penggunaan investasi justru mengalami penurunan dimana proporsi tahun 1999 mencapai 55,30 %. Untuk jenis penggunaan konsumsi proporsinya tahun 1999 baru sebesar 8,32 % sedangkan tahun 2006 porsinya meningkat pesat. Data ini menggambarkan bahwa perbankan di Provinsi Riau lebih banyak mendorong perilaku konsumtif masyarakat dengan memberi porsi yang besar bagi keperluan kredit konsumsi dan pertumbuhannya sangat tinggi. Kenaikan pemberian kredit untuk modal kerja terjadi sebagai antisipasi terhadap melonjaknya harga barang sehingga para pedanganharus didorong melakukan distribusi dan penyediaan dengan memberi kredit pada mereka dapat dilihat pada Tabel 12.

Apabila analisis alokasi itu diteruskan dengan menelaah secara sektoral, maka diketahui pada awal otonomi daerah kredit untuk sektor pertanian baru sebesar Rp 2,94 triliun atau sebesar 37,99 % dari total kredit yang diberikan. Tahun 2006 jumlah kredit yang disalurkan meningkat menjadi Rp 5,32 triliun atau meningkat sebesar 81,12 % atau rerata 11,58 % setiap tahunnya. Porsinya dalam struktur alokasi kredit sektoral di Riau turun menjadi 24,12%.

(19)

Tabel 12b. Alokasi Kredit Perbankan di Riau Jenis Penggunaan Klasifikasi Kredit (Juta Rupiah) No Tahun

Modal

Kerja Investasi Konsumsi Total Kredit 1 1996 1,765,899.0 3,142,305.0 528,336.0 5,436,540.0 2 1997 2,632,653.0 4,434,248.0 760,789.0 7,827,690.0 3 1998 3,043,001.0 6,111,382.0 698,279.0 9,852,662.0 4 1999 2,813,907.0 4,280,960.0 644,900.0 7,739,767.0 5 2000 3,811,432.0 5,986,293.0 1,044,361.0 10,842,086.0 6 2001 4,670,362.0 5,109,526.0 1,587,164.0 11,367,052.0 7 2002 4,740,760.0 7,777,510.0 2,135,544.0 14,653,814.0 8 2003 6,158,818.0 8,272,913.0 2,785,293.0 17,217,024.0 9 2004 6,992,198.0 10,489,734.0 4,262,557.0 21,744,489.0 10 2005 6,593,278.0 8,572,203.0 3,885,969.0 19,051,450.0 11 2006 9,790,020.0 7,506,418.0 4,770,900.0 22,067,338.0 Rerata Pertumbuhan 45.44 13.89 80.30 30.59

Sumber, Bank Indonesia, SEKD, 2007.

Hanya saja alokasi kredit untuk pertanian lebih banyak dialokasikan untuk sub-sektor perkebunan dan kurang menyentuh petani-petani kecil yang banyak bermukim di pedesaan. Kredit perkebunan pada umumnya dikelola oleh para cukong atau petani berdasi. Masyarakat hanya terlibat dalam bentuk pola inti-plasma yang banyak dicengkram oleh pengusaha intinya. Kebun plasma kurang berkembang dengan baik.

Dari kredit untuk keperluan industri meningkat dari Rp 2,28 triliun menjadi sebesar Rp 6,5 triliun atau rerata setiap tahunnya meningkat sebesar 26,51 %. Porsi kredit untuk konsumsi naik dari 29,41 tahun 1999 menjadi 29,45 %. Sedangkan untuk sektor perdagangan rerata pertumbuhannya setiap tahun mencapai 26,15 %. Porsi kredit

(20)

untuk perdagangan tahun 1999 sebesar 13,79 % sedangkan pada tahun 2006 turun sedikit menjadi 13,69 %. Pertumbuhan kredit untuk sektor perdagangan,hotel dan restoran rerata setiap tahunnya mencapai 26,19 %. Kredit sektor industri dan sektor perdagangan banyak tertumpu di wilayah perkotaan. Termasuk kredit untuk sektor jasa dan lainnya. Sektor yang kian melemah pertumbuhan kreditnya sejak dua tahun terakhir adalah sektor listrik, gas dan air minum. Tahun 2004 total kredit untuk sektor ini mencapai Rp770,986 milyar sedangkan pada tahun 2006 merosot menjadi Rp 112,261 milyar atau turun sebesar 85,44 % . Padahal dinamika disektor ini sangat diperlukan untuk menunjang bergeraknya investasi disektor lain. Banyak daerah di Riau yang sangat membutuhkan tersedianya listrik dan air bersih, baikuntuk kepentinganrumahtangga maupununtuk mendukung sektorindustri dan perdagangan.

Apabila melihat alokasi kredit yang dialokasikan perbankan di Provinsi Riau berdasarkan wilayah terasa sangat timpang. Kredit banyak tercurah diwilayah perkotaan. Sedangkan wilayah pedesaan kurang mendapat dukungan. Berdasarkan lokasi bank pada tahun 2006 alokasikredit untuk wilayah Pekanbaru mencapai 75,2 %. Ditambah dengan wilayah Dumai sebesar 3,82 % maka total kredit perbankan untuk dua kota besar mencapai 79,02 % dapat dilahat pada Tabel 13.

Tabel 13. Distribusi Penyaluran Kredit Menurut Kab/Kota di Riau Lokasi Bank Lokasi Proyek No Kabupaten/Kota 2006 TW II 2007 2006 TW II 2007 1 Pekanbaru 10,418,990 10,737,120 10,976,924 11,403,294 2 Bengkalis 378,192 421,201 1,190,135 1,366,591 3 Dumai 528,615 609,053 1,621,055 822,670 4 Indragiri Hilir 788,122 742,532 1,223,378 1,237,341 5 Indragiri Hulu 572,889 653,873 1,807,521 1,791,158 6 Lainnya 1,168,033 1,404,432 5,079,588 5,413,438 Total 13,854,841 14,568,211 21,898,601 22,034,492

Sumber: Bank Indonesia Pekanbaru, 2007

Di kabupaten lain konsentrasi kredit juga masih terpusat diwilayah perkotaan atau di ibu kota kabupaten. Kondisi tersebut tidak berubah jika diamati pada tahun 2007. Sampai triwulan kedua tahun 2007 alokasi kredit untuk kota Pekanbaru masih mencapai 73,70 % dan Kota Dumai sebesar 4,18 %.

Berdasarkan lokasi proyek penyaluran kredit juga lebih banyak tertumpu di perkotaan. Tahun 2006 dari total kredit berdasarkan lokasi proyek sebesar Rp 21,899

(21)

triliun porsi untuk Kota Pekanbaru mencapai 50,12 % sedangkan tahun 2007 mencapai 51, 75 %. Pertumbuhan kredit di Kota Pekanbaru berdasarkan lokasi bank mencapai 3,06 % sedangkan berdasarkan lokasi proyek sebesar 3,89 %.

Penelaahan tentang pola porsi kredit usaha kecil yang diberikan perbankan di Provinsi Riau menemukan, bahwa perkembangannya cukup baik. Hanya saja kualitas penggunaannya masih memerlukan perubahan yang lebih signifikan kearah peningkatan produktivitas. Sejak tahun 2000 sampai dengan tahun 2006 kredit usaha kecil tumbuh rerata setiap tahunnya sebesar 9,64 %. Porsi terbesar pada kurun waktu tersebut adalah pada sektor pertanian. Menurut jenis penggunaan porsi terbesar kredit usaha kecil pada tahun 1999 digunakan untuk investasi, yakni sebesar Rp 799,691 milyar atau sekitar 44,54 % diikuti oleh keperluan konsumsi sebesar Rp 549,372 milyar atau 30,60 % dan kebutuhan modal kerja sebesar Rp 445,105 milyar atau 24,81 %. Pada tahun 2006 porsi terbesar masih pada kepentingan investasi, yakni 46,43 % diikuti oleh modal kerja sebesar 39,77. Kredit untuk konsumsi justru mengalami penurunan, baik dalam porsi maupun dalamjumlah. Tahun 2006 kredit usaha kecil yang dialokasikan untuk kepentingan konsumsi hanya sebesar Rp 472,298 milyar atau 13,77 % dapat dilahat pada Tabel 14.

Tahun 2000 sektor pertanian menyerap kredit mencapai 25,93 % dan tahun 2006 menyerap sebesar 43,39 %. Sektor lain yang banyak menyerap kredit usaha kecil adalah sektor perdagangan. Pada tahun 2000 sektor ini menyerap kredit sebesar 14,23 % sedangkan tahun 2006 mencapai 33,5 %

Tabel 14. Perkembangan Kredit Usaha Kecil Menurut Penggunaan di Riau (juta Rupiah)

Sumber: Bank Indonesia Pekanbaru, SEKD, 2007. 4.4. Perkembangan Ekonomi Daerah

TAHUN No URAIAN 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 1 Modal Kerja 445,105 471,492 565,625 847,855 1,227,764 1,439,170 1,334,244 1,363,661 2 Investasi 799,691 864,026 770,048 828,361 877,688 1,052,970 1,019,569 1,591,981 3 Konsumsi 549,372 835,623 1,102,413 909,847 802,207 720,432 467,568 472,298 Jumlah 1,794,168 2,171,141 2,438,086 2,586,063 2,907,659 3,212,572 2,821,381 3,427,940

(22)

Pendapatan Regional dan angka per kapita Kota Pekanbaru atas dasar harga berlaku tahun 2004 – 2006 dapat dilahat pada Tabel 15. Dari tabel tersebut dapat diperlihatkan, bahwa perkembangan ekonomi Kota Pekanbaru semakin meningkat. Dengan pendapatan regional per kapita terus meningkat, dan pada Tahun 2006 dicatat mencapai Rp 20 301 656,93 per kapita.

Tabel 15. Pendapatan Regional dan angka per kapita Kota Pekanbaru

NO URAIAN 2004 2005 2006 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Produk Domestik Regional Bruto atas Dasar Harga Pasar (Juta Rp.)

Penyusunan Barang-barang Modal (Juta Rp.)

Produk Domestik Regional Netto atas Dasar Harga Pasar (Juta Rp.)

Pajak Tak Langsung Netto (Juta Rp.) Produk Domestik Regional Netto atas Harga Faktor (Juta Rp.)

Produk Pertengaahan Tahun (Juta Rp.) Per Kapita Produk Domestik Regional Bruto (Rp.)

Per Kapita Pendapatan Regional (Rp.)

11.317.386,14 314.623,33 11.002.762,80 488.911,08 10.513.851,72 699.514 16.178.927,28 15.030.223,44 13.830.013,30 384.474,37 13.445.538,93 597.456,57 12.848.082,35 740.753 18.670.208,96 17.344.624,12 16.487.454,96 458.353,78 16.029.192,18 712.261,99 15.316.930,20 754.467 21.853.236,74 20.301.656,93

Gambar

Tabel 2. Distribusi luas tanah di Kota Pekanbaru menurut penggunaannya,  Tahun  2005.
Tabel 4. Jumlah Rumahtangga, Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Me-  Nurut Kecamatan, Tahun 2007
Tabel 7.   Panjang Jalan Kota Pekanbaru   PANJANG JALAN  NO KEADAAAN 2005 2006  1. Jenis Permukaan  A
Tabel 9  Perkembangan Aktiva Menurut Kelompok Bank       di Provinsi Riau (juta rupiah)
+3

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Asam askorbat merupakan sumber antioksidan yang sangat baik dalam tubuh yang secara alami melindungi tubuh dari serangan oksidatif akibat radikal bebas.. Selain

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kurs jangka pendek, inflasi dan suku bunga dalam jangka panjang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap indeks harga saham

Terlihat dari tabel 5.5 dan gambar 5.2, persentase penduduk yang melakukan pembakaran sampah rumah tangga secara terbuka di Kecamatan Sarirejo pada perumahan permanen

Hong Kong International Art Fair with Nadi Gallery, Hong Kong, China Art Stage Singapore with Gajah Gallery and STPI Gallery, Singapore Art Amsterdam with Metis

hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan akhir ini yang berjudul “ Pengaruh Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER) dan Net Profit Margin (NPM)

Juragan Somad marah mengetahui si Kabayan tidak di rumah, tetapi sedikit terhibur mendengar keterangan Nyi Iteung, istri Kabayan yang mengatakan bahwa suaminya untuk sementara

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh antara metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) melalui media kartu bergambar dengan metode abjad dalam