• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

10

BAB II

LANDASAN TEORI

II.1. Konsep Audit

II.1.1. Pengertian Audit

Boynton, Johnson, dan Kell yang diterjemahkan oleh Rajoe, Gania, dan Budi

(2003:h.5) mendefinisikan, “Auditing sebagai suatu proses sistematis untuk memperoleh

serta mengevaluasi asersi-asersi kegiatan dan peristiwa ekonomi, dengan tujuan

menetapkan derajat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah

ditetapkan sebelumnya serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pihak-pihak yang

berkepentingan.”

Menurut Arens dan Loebbecke yang diterjemahkan oleh Jusuf, A. A. (2003: h.1),

Auditing adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi

yang dapat diukur mengenai suatu satuan usaha yang dilaksanakan oleh seorang

kompeten dan independen untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian

informasi dimaksud dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Auditing seharusnya

dilakukan oleh seorang yang kompeten dan independen.”

Menurut Mulyadi dan Puradiredja (2002: h.9) , definisi auditing adalah : “suatu

proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai

pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kegiatan ekonomi, dengan tujuan untuk

(2)

11

yang ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang

berkepentingan.”

Sesuai dengan definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa auditing atau

pemeriksaan merupakan suatu proses pengumpulan data atau bukti yang kompeten yang

dilakukan oleh seseorang atau lebih yang independen dan kompeten untuk digunakan

sebagai alat dalam menentukan obyektivitas keandalan informasi yang akan

disampaikan kepada manajemen.

II.1.2. Jenis-jenis Audit

Menurut Tunggal, A. W. (2001:h.4), jenis-jenis audit terbagi menjadi tiga, antara

lain:

1. Audit Laporan Keuangan (Financial Audit)

Audit laporan keuangan adalah audit yang dilakukan oleh seorang auditor

independen dan kompeten terhadap laporan keuangan yang disajikan oleh

kliennya untuk menyatakan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan

tersebut. Dalam audit laporan keuangan, auditor menilai kewajaran laporan

keuangan atas dasar kesesuaiannya dengan prinsip akuntansi yang berlaku

umum. Hasil audit atas laporan keuangan disajikan dalam bentuk tertulis berupa

laporan audit yang akan digunakan oleh pihak yang berkepentingan atas laporan

(3)

12

2. Audit Operasional (Operational Audit)

Audit operasional adalah audit yang dilakukan terhadap kegiatan operasi

perusahaan untuk menilai efisiensi, efektifitas, dan ekonomis operasi perusahaan.

Hasil audit operasional akan digunakan oleh pihak manjemen perusahaan.

3. Audit Ketaatan (Compliance Audit)

Audit ketaatan adalah audit yang dimaksudkan untuk mengetahui apakah

pelaksanaan suatu operasi atau kegiatan telah sesuai dengan aturan atau

kebijakan tertulisnya. Hasil audit ketaatan umumnya dilaporkan kepada pihak

yang berwenang atau yang membuat kriteria.

II.2. Audit Operasional

II.2.1. Pengertian Audit Operasional

Arens dan Loebbecke yang diterjemahkan oleh Jusuf, A. A. (2003:h.4)

menyatakan, “Audit operasional merupakan penelaahan atas bagian manapun dari

prosedur dan metode operasi suatu organisasi untuk menilai efesiensi dan

efektivitasnya.”

Agoes, S. (2004:h.10) mendefinisikan, “Audit operasional adalah suatu

pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan, termasuk kebijakan akuntansi

dan kebijakan operasional yang telah ditentukan oleh manajemen, untuk mengetahui

apakah kegiatan operasi tersebut sudah dilakukan secara efektif, efisien dan ekonomis.”

Tunggal, A. W. (2001:h.1), mendefinisikan, “Audit operasional merupakan audit

(4)

13

efisiensi, dan efektifitas dari setiap dan seluruh operasi, terbatas hanya pada keinginan

manajemen.”

Boynton, Johnson, dan Kell yang diterjemahkan oleh Rajoe, Gania, dan Budi

(2003: h.498-499) mendefinisikan, “Audit operasional adalah suatu proses sistematis

yang mengevaluasi efektifitas, efisiensi dan kehematan operasi organisasi yang berada

dalam pengendalian menajemen serta melaporkan kepada orang-orang yang tepat

hasil-hasil evaluasi tersebut beserta rekomendasi perbaikan. Bagian-bagian penting dari

definisi ini adalah sebagai berikut:

1. Proses yang sistematis

Seperti dalam audit laporan keuangan, audit operasional menyangkut

serangkaian langkah atau prosedur yang logis, terstruktur, dan terorganisasi.

Aspek ini meliputi perencanaan yang baik, serta perolehan dan evaluasi secara

objektif bukti yang berkaitan dengan aktivitas yang sedang diaudit.

2. Mengevaluasi operasi organisasi

Evaluasi atas operasi ini harus didasarkan pada beberapa kriteria yang

ditetapkan dan disepakati. Dalam audit operasional, kriteria seringkali

dinyatakan dalam bentuk standar kinerja yang ditetapkan oleh manajemen.

Namun, dalam beberapa kasus, standar itu mungkin ditetapkan oleh suatu badan

pemerintah atau oleh industri. Kriteria ini kerap kali didefinisikan secara kurang

jelas bila dibandingkan dengan kriteria yang digunakan dalam audit atas laporan

keuangan. Auditing operasional mengukur derajat kesesuaian antara kinerja

(5)

14

3. Efektivitas, efisiensi, dan kehematan operasi

Tujuan utama dari auditing operasional adalah membantu manajemen

organisasi yang diaudit untuk meningkatkan efektivitas, efisiensi, dan kehematan

operasi. Jadi, auditing operasional terfokus pada masa depan. Hal ini sangat

berlawanan dengan audit atas laporan keuangan, yang mempunyai fokus historis.

4. Melaporkan kepada orang-orang yang tepat

Penerima laporan audit yang tepat adalah manajemen atau individu atau

badan yang meminta audit. Kecuali jika audit diminta oleh pihak ketiga,

pembagian laporan itu tetap berada dalam lingkungan entitas. Dalam sebagian

besar kasus, dewan komisaris dan komite audit adalah pihak yang menerima

salinan laporan audit operasional.

5. Rekomedasi perbaikan

Tidak seperti audit laporan keuangan, audit operasional tidak berakhir

dengan menyajikan laporan mengenai temuan. Audit operasional juga mencakup

pembuatan rekomendasi perbaikan. Pengembangan rekomendasi, sebenarnya

merupakan salah satu aspek yang paling menantang dalam jenis audit ini.”

Dari berbagai uraian sebelumnya kita menemukan tiga istilah yang sering

dihubungkan dengan inti persoalan dari kegiatan audit operasional, yaitu efektif,

efisiensi dan ekonomis.

(6)

15

Pengertian dari ketiga istilah tersebut menurut Bayangkara, I.B.K. (2008: h.12)

adalah:

1. Efektif (effective)

Yaitu tingkat keberhasilan suatu perusahaan untuk mencapai tujuannya.

Apakah pelaksanaan suatu program atau aktivitas telah mencapai tujuannya.

Efektifitas merupakan ukuran dari output.

2. Efisien (effecient)

Berhubungan dengan bagaimana perusahaan melakukan operasinya,

sehingga dicapai optimalisasi penggunaan sumber daya yang dimiliki. Efisiensi

berhubungan dengan metode kerja (operasi).

3. Ekonomis (economist)

Berhubungan dengan bagaimana perusahaan dalam mendapatkan sumber

daya yang akan digunakan dalam setiap aktivitas.

II.2.2. Tujuan dan Manfaat Audit Operasional

Berdasarkan pendapat Agoes (2004: h.175). Tujuan umum dari audit operasional

adalah sebagai berikut :

1. Untuk menilai kinerja (performance) dari manajemen dan berbagai

fungsi dalam perusahaan;

2. Untuk menilai apakah berbagai sumber daya ( manusia, mesin, dana,

harta , dan lain-lainnya) yang dimiliki perusahaan telah digunakan

(7)

16

3. Untuk menilai efektivitas perusahaan dalam mencapai tujuan yang telah

ditetapkan oleh top management;

4. Untuk dapat memberikan rekomendasi kepada top management untuk

memperbaiki kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam penerapan

pengendalian intern, sistem pengendalian manajemen, dan prosedur

operasional perusahaandalam rangka meningkatkan efisiensi,

keekonomisan, dan efektivitas dalam kegiatan operasi perusahaan.

Manfaat audit menurut Tunggal,A.W (2008:h.42) , sebagai berikut:

1. Memberikan informasi operasi yang relevan dan tepat waktu untuk

pengambilan keputusan.

2. Membantu manajemen dalam mengevaluasi catatan – catatan, laporan –

laporan dan pengendalian.

3. Memastikan ketaatan terhadap managerial yang ditetapkan, rencana –

rencana dan prosedur dan persyaratan peraturan pemerintah.

4. Mengidentifikasi area permasalahan potensial pada tahap dini untuk

menentukan tindakan preventif.

5. Menilai ekonomisasi dan efisiensi pengguna sumber daya termasuk

memperkecil pemborosan

6. Mengetahui efektivitas untuk mencapai tujuan dan sasaran perusahaan yang

telah ditetapkan.

7. Menyediakan tempat pelatihan untuk personil dalam seluruh fase operasi

(8)

17

II.2.3. Jenis-jenis Audit Operasional

Menurut Agoes, S. (2004), “Audit operasional dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:

1. Audit Fungsional (Functional Audit)

Fungsi adalah sarana untuk mengkategorikan aktivitas perusahaan seperti

fungsi penjualan dan fungsi penagihan. Audit fungsional ini meliputi satu fungsi

atau lebih dalam organisasi. Keunggulan dari audit fungsional adalah

memungkinkan auditor melalukan spesialisasi. Kekurangan audit fungsional

adalah tidak dievaluasinya fungsi yang saling berkaitan.

2. Audit Organisasional (Organizational Audit)

Audit operasional atas suatu organisasi menyangkut keseluruhan unit

organisasi seperti departemen, cabang atau anak perusahaan. Penekanan audit

organisasional adalah seberapa efisien dan efektif fungsi-fungsi dalam organisasi

berinteraksi, rencana organisasi dalam metode-metode untuk mengkoordinasi

aktivitas-aktivitas merupakan hal yang penting dalam jenis pemeriksaan ini.

3. Penugasan Khusus (Special Assignment)

Penugasan audit operasional khusus timbul dalam permintaan

manajemen. Terdapat banyak variasi dalam pemeriksaan tersebut, misalnya

penyelidikan kemungkinan kecurangan dalam satu divisi.”

II.2.4. Tahapan Audit Operasional

Menurut Agoes, S. (2004:h.11-12), “Tahap-tahap pemeriksaan operasional di bagi

(9)

18

1. Survei Pendahuluan (Preliminary Survey)

Survei pendahuluan dimaksudkan untuk mendapat gambaran mengenai

bisnis perusahaan yang dilakukan melalui tanya jawab dengan manajemen dan

staf perusahaan serta penggunaan questionnaires.

2. Penelaahan dan Pengujian atas Sistem Pengendalian Manajemen (Review and

Testing of Management Control System)

Untuk mengevaluasi dan menguji efektivitas dari pengendalian

manajemen yang terdapat di perusahaan. Biasanya menggunakan management

control quertionnaires (ICQ), flowchart dan penjelasan narrative serta dilakukan

pengetesan atas beberapa transaksi (walk through the documents)

3. Pengujian Terinci (Detailed Examination)

Melakukan pemeriksaan terhadap transaksi perusahaan untuk mengetahui

apakah prosesnya sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan manajemen.

Dalam hal ini auditor harus melakukan observasi terhadap kegiatan-kegiatan dari

fungsifungsi yang terdapat di perusahaan.

4. Pengembangan Laporan (Report Development)

Dalam menyusun laporan pemeriksaan, auditor tidak memberikan opini

mengenai kewajaran laporan keuangan perusahaan, laporan yang dibuat mirip

dengan management letter, karena berisi audit findings (temuan pemeriksaan)

mengenai penyimpangan yang terjadi terhadap kriteria (standard) yang berlaku

yang menimbulkan inefisiensi, inefektivitas, dan ketidakhematan (pemborosan)

(10)

19 System) yang terdapat diperusahaan. Selain itu auditor juga memberikan

saran-saran perbaikan.”

II.2.5. Jenis Bukti Audit

Menurut Arens, A.A. dan Loebbecke, J.K. yang diterjemahkan oleh Jusuf A.A.

(2001: h.153-158), “Jenis bahan bukti audit ada tujuh kategori, yaitu:

1. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik adalah inspeksi atau perhitungan aktiva berwujud oleh

auditor. Pemeriksaan fisik, sebagai alat yang langsung digunakan untuk

memverifikasi apakah suatu aktiva secara aktual ada dianggap sebagai salah satu

bahan bukti yang paling andal dan berguna.

2. Konfirmasi

Konfirmasi digambarkan sebagai penerimaan jawaban tertulis maupun

lisan dari pihak ketiga yang independen dalam memverifikasi akurasi informasi

yang telah diminta oleh auditor. Karena konfirmasi berasal dari sumber yang

independen dari klien, konfirmasi menjadi bahan bukti yang dianggap bernilai

tinggi dan sering dipakai.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan pemeriksaan auditor atas dokumentasi dan

catatan klien untuk menyokong informasi yang ada atau seharusnya ada dalam

laporan keuangan. Dokumen yang diperiksa oleh auditor adalah catatan yang

digunakan klien untuk menyediakan informasi dalam melaksanakan usahanya.

(11)

20

Pengamatan adalah penggunaan perasaan untuk menetapkan aktifitas

tertentu. Dalam pengamatan akan banyak kesempatan untuk melihat, mendengar,

dan mengevaluasi aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan.

5. Tanya jawab dengan klien

Tanya jawab adalah mendapatkan informasi tertulis atau lisan dari klien

untuk mendapatkan bahan bukti lain yang menguatkan melalui prosedur yang

lain.

6. Pelaksanaan ulang

Pelaksanaan ulang mencakup pengecekan ulang suatu sample

perhitungan dan perpindahan informasi yang dilakukan klien selama periode

yang diaudit.

7. Prosedur analitis

Prosedur analitis adalah mengunakan perbandingan dan hubungan untuk

menentukan apakah saldo akun tersaji secara layak.”

II.2.6. Temuan Hasil Pemeriksaan

Menurut Bayangkara, IBK. (2008:h.175), “Penyusunan temuan yang baik harus

mencakup:

1. Kondisi (Condition)

Adalah keadaan yang menggambarkan kenyataan yang terjadi di

perusahaan. Audit operasional memerlukan temuan fakta awal dalam tahap

(12)

21

menyatakan suatu kondisi, auditor perlu memeriksa dan menguji operasi dan data

terkait untuk membuat fakta lebih jelas. Pernyataan kondisi ini memberikan titik

referensi kepada temuan yang berkaitan dengan kriteria yang ada.

2. Kriteria (Criteria)

Adalah ukuran atau standar yang harus diikuti atau kondisi yang

seharusnya ada dan merupakan standar yang harus dipatuhi oleh setiap bagian

dalam perusahaan, yang bisa berupa kebijakan yang telah ditetapkan manajemen,

kebijakan perusahaan sejenis atau kebijakan industri, peraturan pemerintah.

3. Sebab (Cause)

Adalah tindakan-tindakan yang menyimpang dari standar yang berlaku

dan apa penyebabnya terjadi kondisi tersebut di perusahaan serta bagaimana

terjadinya. Temuan audit tidaklah lengkap sampai auditor secara penuh

mengindentifikasi penyebab atau alasan terjadi penyimpangan dari kriteria.

Faktor utama dari temuan audit yaitu menentukan penyebab kelemahan.

Penyebab ini adalah alasan kenapa operasi menjadi efisien, efektif dan ekonomis.

4. Akibat (Effect)

Adalah dampak dari tindakan-tindakan yang menyimpang dari standar

yang beraku. Salah satu tujuan utama dalam melaksanakan audit operasional

adalah mendorong manajemen operasional melakukan tindakan positif untuk

mengoreksi temuan atas kekurangan operasional yang diidentifikasikan oleh tim

(13)

22

5. Rekomendasi (Recommendation)

Menjelaskan apa yang harus dilakukan untuk mengatasi kelemahan

masalah yang dikemukakan dalam temuan. Rekomendasi haruslah masuk akal

diikuti dengan sebuah penjelasan mengapa kondisi ini terjadi, penyebabnya, dan

apa yang harus dilakukan untuk mencegah berulang hal itu.”

II.3. Fungsi Pembelian

II.3.1. Definisi Pembelian

Arens, A.A. dan Loebbecke, J.K. yang diterjemahkan oleh Jusuf, A.A. (2003:

h.558) mendefinisikan, “Permintaan pembelian (purchase requisition) adalah

permintaan akan barang dan jasa oleh pegawai yang berwenang. Bentuknya dapat

berupa permintaan perolehan untuk bahan-bahan oleh mandor atau pengawas gudang,

reparasi di luar pegawai kantor atau pabrik, atau asuransi oleh direktur perusahaan yang

bertanggung jawab atas properti peralatan.”

II.3.2. Tujuan Audit Operasional atas Fungsi Pembelian

Tunggal, A. W. (2001: h.117) menyatakan, “Tujuan audit atas pembelian adalah

sebagai berikut:

1. Mengetahui ketaatan kegiatan pembelian terhadap prosedur dan kebijakan

perusahaan yang berlaku.

2. Menilai efektifitas kegiatan pembelian dalam penyediaan bahan baku dan bahan

(14)

23

3. Menilai efesiensi kegiatan pembelian yang dapat dilihat dari biaya yang

dikeluarkan untuk mendapatkan dan memelihara bahan baku dan bahan

pembantu yang dibeli.

4. Memberikan saran-saran dan rekomendasi.

II.3.3. Fungsi-Fungsi dalam Pembelian

Menurut Boynton, Johnson, dan Kell yang diterjemahkan oleh Rajoe, Gania, dan

Budi (2003: h.92) “Proses transaksi pembelian mencakup fungsi-fungsi pembelian

berikut:

1. Pengajuan pembelian

Permintaan yang diajukan oleh perusahaan untuk melakukan transaksi

dengan pembelian lain yang meliputi:

• Pencantuman nama pemasok pada daftar pemasok yang telah disetujui.

• Pengajuan kembali permintaan barang dan jasa

• Pembuatan pesanan pembelian

2. Penerimaan barang dan jasa

Penerimaan atau pengiriman fisik barang atau jasa yang mencakup:

• Penerimaan barang

• Penyimpanan barang yang diterima untuk persediaan

• Pengembalian barang ke pemasok

3. Pencatatan kewajiban

Pengakuan formal oleh perusahaan atas kewajiban hukum meliputi:

• Pembuatan voucher pembayaran dan pencatatan kewajiban

(15)

24

II.3.4. Dokumen-Dokumen dalam Fungsi Pembelian

Menurut Narko (2007: h.127) “Dokumen-dokumen yang terkait dalam fungsi

pembelian antara lain:

1. Surat permintaan pembelian

Adalah permintaan akan barang dan jasa oleh pegawai yang berwenang.

Bentuknya dapat berupa permintaan perolehan untuk bahan-bahan oleh mandor

atau pengawas gudang, reparasi di luar oleh pegawai kantor atau pabrik, atau

asuransi oleh direktur perusahaan yang bertanggung jawab atas properti dan

peralatan.

2. Surat permintaan daftar harga

Bagian pembelian biasanya secara periodik meminta daftar harga

barang-barang kepada pemasok atau calon pemasok. Bila barang-barang yang akan dibeli dalam

jumlah (baik kuantitas atau jumlah rupiah) yang besar, maka sering kali prosedur

lelang terlebih dahulu.

3. Order pembelian

Adalah dokumen yang mencatat deskripsi, jumlah dan informasi yang

berkaitan dengan barang dan jasa yang dibeli oleh perusahaan.

4. Laporan penerimaan barang

Adalah dokumen yang dibuat pada saat barang berwujud diterima yang

menunjukkan deskripsi tentang barang, jumlah yang diterima, tanggal

(16)

25

5. Faktur dari pemasok

Adalah yang menunjukan hal-hal seperti deskripsi dan jumlah barang dan

jasa yang diterima, harga termasuk ongkos angkut, syarat potongan tunai dan

tanggal penerimaan kas.

6. Voucher hutang

Adalah surat perintah untuk membayar sejumlah tertentu, kepada pihak

tertentu. Dengan kata lain dokumen ini berfungsi sebagai otorisasi pembayaran

uang.”

II.3.5. Prosedur Pembelian

Menurut Boynton, Johnson, dan Kell yang diterjemahkan oleh Rajoe, Gania, dan

Budi (2003: h.93) “Prosedur-prosedur pembelian terdiri dari:

1. Pengajuan pembelian

Jika persediaan telah mencapai titik pemesanan kembali maka Bagian

Penyimpanan akan membuat surat pengajuan pembelian yang akan

didistribusikan kepada Bagian Pembelian.

2. Pembuatan pemesanan pembelian

Setelah surat pengajuan pembelian disetujui oleh pembelian maka surat

tersebut akan dikirim ke pemasok untuk jenis barang yang ditentukan harganya

dan dikirimkan pada waktu yang ditentukan. Departemen pembelian mempunyai

(17)

26

menerima pengajuan pembelian yang disetujui dengan benar. Pesanan pembelian

harus berisi uraian yang jelas mengenai barang dan jasa yang diinginkan,

kuantitas, nama, dan alamat pemasok serta harus diberi nomor dan ditanta

tangani oleh pejabat pembelian yang berwenang. Lembar asli pemesanan

pembelian dikirimkan kepada pemasok dan salinannya didistribusikan secara

internal ke departemen penerimaan, departemen hutang usaha dan departemen

yang mengajukan permintaan itu.

3. Penerimaan barang dan jasa

Penerimaan barang atau jasa ini biasanya membuktikan bahwa suatu

transaksi dan penetapan kewajiban telah terjadi. Personil departemen penerimaan

harus membandingkan barang yang diterima dengan uraian yang tercantum pada

pesanan pembelian, menghitung barang dan memeriksa kemungkinan adanya

barang yang rusak. Departemen penerimaan harus membuat laporan penerimaan

barang bernomor urut untuk setiap pesanan yang diterima, untuk

mendokumentasikan bahwa barang telah diterima dan bahwa kewajiban telah

ditetapkan. Laporan penerimaan eksistensi atau kejadian untuk transaksi

pembelian. Departemen penerimaan setelah menerima barang lalu menyerahkan

barang tersebut kepada gudang.

4. Pencatatan kewajiban

Penerimaan barang atau jasa biasanya menetapkan suatu kewajiban bagi

perusahaan untuk menyelesaikan transaksi. Pengendalian atas pencatatan

kewajiban dan asersi yang berkaitan meliputi memberikan kode atas distribusi

(18)

27

tersebut, membandingkan tanggal laporan penerimaan dengan tanggal pencatatan

voucher dimana kedua tanggal harus berada pada periode akuntansi yang sama,

melaksanakan pengecekan atas keakuratan matematis dari setiap voucher dan

faktur pemasok.

II.4. Fungsi Hutang

II.4.1. Definisi Hutang Lancar

Menurut Warren Reeve Fess (2002: h.446) mendefinisikan, “Current liabilities

are obligations that are to be paid out of current assets and are due within a short time, usually within one year. Current liabilities arise from either (1) receiving goods or sevices prior to making payment or (2) receiving payment prior to delivering goods or sevices”(h.453)

Weygandt, Kieso, dan Kimmel (2002) mendefinisikan, “Current liability is a debt with

two key features: (1) it can reasonably be expected to be paid from existing current assets or through the creation of orher current liabilities. And (2) it will be paid within one year or the operating cyle, whichecer is longer .

II.4.2. Prosedur Pencatatan Hutang

Menurut Mulyadi (2001), prosedur pencatatan hutang dibagi menjadi dua

metode: account payable procedure dan voucher payable procedure. Account Payable

(19)

28

berisi nomor faktur dari pemasok, jumlah yang terhutang, jumlah pembayaran dan saldo

hutang.

Dokumen yang digunakan adalah:

1. Faktur dari pemasok

2. Kwitansi tanda terima uang yang ditandatangani oleh pemasok atau tembusan

surat pemberitahuan (remittance advice) yang dikirim ke pemasok, yang berisi

keterangan untuk apa pembayaran tersebut dilakukan.

Catatan akuntansi yang digunakan adalah:

• Kartu hutang, untuk mencatat mutasi dan saldo hutang kepada tiap kreditur.

• Jurnal pembelian, untuk mencatat transaksi pembelian.

• Jurnal pengeluaran kas, untuk mencatat transaksi pembayaran hutang dan

pengeluaran kas lainnya.

Prosedur pencatatan hutang sebagai berikut:

1. Faktur dari pemasok dicatat dalam jurnal pembelian.

2. Informasi dalam jurnal pembelian kemudian di-posting ke dalam kartu hutang.

Pada saat jumlah dalam faktur dibayar:

1. Cek dicatat dalam jurnal pengeluaran kas.

2. Informasi dalam jurnal pengeluaran kas di posting ke dalam kartu hutang.

Voucher Payable Procedure

Dalam prosedur ini catatan hutang yang digunakan berupa arsip voucher (bukti

kas keluar). Pencatatan hutang hanya melalui dua tahap: pencatatan hutang dalam

(20)

29

digunakan adalah: Bukti kas keluar atau kombinasi bukti kas keluar dan cek yang

mempunyai fungsi:

1. Sebagai surat perintah kepada bagian kassa untuk melakukan

pengeluaran kas sejumlah yang tercantum didalamnya,

2. Sebagai pemberitahuan kepada kreditor mengenai tujuan

pembayarannya (remittance advice), dan

3. Sebagai media dasar pencatatan hutang.

Prosedur pencatatan hutang sebagai berikut:

1. One-time Voucher Procedures.

Dalam prosedur ini setiap faktur dari pemasok dibuat satu set voucher yang

terdiri dari 3 lembar. Procedur ini dibagi menjadi dua:

a. One-time voucher procedure dengan dasar tunai (cash basis).

Dalam prosedur ini faktur yang diterima oleh fungsi akuntansi dari

pemasok disimpan dalam arsip sementara menurut tanggal jatuh temponya. Saat

tanggal jatuh tempo, fungsi akuntansi membuat bukti kas keluar dan kemudian

mencatatannya dalam jurnal pengeluaran kas.

b. One-time voucher procedure dengan dasar waktu (accrual basis).

Dalam prosedur ini faktur diterima oleh bagian hutang dari

pemasok dan langsung dibuatkan bukti kas keluar oleh bagian hutang,

kemudian dilakukan pencatatan dalm voucher register. Saat bukti kas

(21)

30

untuk membuat cek. Pengeluaran cek dicatat dalam jurnal pengeluaran

cek.

2. Built-up Voucher Procedures.

Dalam prosedur ini satu set voucher dapat digunakan untuk menampung lebih dari

satu faktur dari pemasok. Faktur yang diterima oleh fungsi akuntansi dari pemasok

dicatat dalam bukti kas keluar, kemudian keduanya disimpan sementara dalam arsip

menurut abjad. Jika ada lagi faktur dari pemasok yang sama, maka dicatat juga dalam

bukti kas yang sama. Setelah dicatat bukti kas tersebut dikembalikan dalam arsip bukti

kas keluar yang belum dibayar (unpaid voucher file). Saat jatuh tempo pembayaran,

bukti kas keluar tersebut dikeluarkan, dicatat oleh fungsi akuntansi ke dalam register

bukti kas keluar, dan kemudian diserahkan kepada fungsi keuangan untuk dibuatkan cek.

Cek ini dicatat oleh fungsi keuangan dalam register bukti kas keluar beserta dokumen

pendukungnya dikembalikan lagi ke fungsi akuntansi untuk disimpan dalam arsip bukti

kas keluar yang telah dibayar (paid voucher file)

II.5. Fungsi Produksi

II.5.1. Definisi Produksi

Menurut Assauri (2008:h17). “Pada umumnya produksi dapat diartikan kegiatan

atau proses yang mentransformasikan masukan (input) menjadi hasil keluaran (output)

Menurut Prasetyawan (2008:h1). “Produksi itu merupakan aktivitas pengolahan

bahan baku menjadi produk jadi yang dapat dijual sebagai bagian dari fungsi organisasi

(22)

31

Jadi produksi merupakan kegiatan yang mengolah input menjadi output dalam

memenuhi kebutuhan manusia.

II.5.2. Fungsi Produksi

Menurut Prasetyawan (2008:h1). “Fungsi utama dari kegiatan produksi adalah

sebagai berikut:

1. Proses produksi, yaitu metode dan teknik yang digunakan dalam mengolah bahan

baku menjadi produk.

2. Perencanaan produksi, yaitu merupakan tindakan antisipasi dimasa mendatang

sesuai dengan periode waktu yang direncanakan.

3. Pengendalian produksi, yaitu tindakan yang menjamin bahwa semua kegiatan

yang dilaksanakan dalam perencanaan telah sesuai dengan target yang telah

ditetapkan.”

II.6. Pengendalian Intern

II.6.1. Definisi Pengendalian Intern

Ikatan Akuntan Indonesia (2004: h.319) mendefinisikan pengertian struktur

pengendalian intern sebagai berikut: “Struktur pengendalian intern satuan usaha terdiri

dari kebijakan dan prosedur yang ditetapkan untuk memperoleh keyakinan yang

memadai bahwa tujuan satuan usaha yang spesifik akan dapat dicapai.

Boynton, Johnson, dan Kell yang diterjemahkan oleh Rajoe, Gania, dan Budi

(2003: h.373) menyatakan, “Pengendalian intern (internal control) adalah suatu proses

(23)

32

yang dirancang untuk menyediakan keyakinan yang memadai berkenaan dengan

pencapaian tujuan dalam kategori berikut:

• Keandalan pelaporan keuangan.

• Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.

• Efektivitas dan efisiensi operasi.”

II.6.2. Komponen Pengendalian Intern

Boynton, Johnson, dan Kell yang diterjemahkan oleh Rajoe, Gania, dan Budi

(2003: h.374), “Mengidentifikasikan lima komponen pengendalian intern yang saling

berhubungan:

1. Lingkungan pengendalian (control environment) menetapkan suasana suatu

organisasi, yang mempengaruhi kesadaran akan pengendalian dari

orang-orangnya lingkungan pengendalian merupakan fondasi dari semua komponen

pengendalian intern lainnya, yang menyediakan disiplin dan struktur.

2. Penilaian risiko (risk assessment) merupakan pengidentifikasian dan analisis

entitas mengenai risiko yang relevan terhadap pencapaian tujuan entitas, yang

membentuk suatu dasar mengenai bagaimana risiko harus dikelola.

3. Aktivitas pengendalian (control activities) merupakan kebijakan dan prosedur

yang membantu meyakinkan bahwa perintah manajemen telah dilaksanakan.

4. Informasi dan komunikasi (information and communication) merupakan

pengidentifikasian, penangkapan dan pertukaran informasi dalam suatu bentuk

dan kerangka waktu yang membuat orang mampu melaksanakan tanggung

(24)

33

5. Pemantauan (monitoring) merupakan suatu proses yang menilai kualitas kinerja

pengendalian intern pada suatu waktu”

II.6.3. Pemahaman dan Evaluasi atas Pengendalian Intern

Menurut Agoes, S. (2004: h.86-87), “Ada tiga cara yang bisa digunakan akuntan

publik dalam melakukan pemahaman atas pengendalian intern, yaitu:

1. Internal Control Questionnaires

Cara ini banyak digunakan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP), karena

dianggap lebih sederhana dan praktis. Biasanya KAP sudah memiliki satu set

ICQ yang standar, yang bisa digunakan untuk memahami dan mengevaluasi

pengendalian intern diberbagai jenis perusahaan. Pertanyaan-pertanyaan dalam

ICQ diminta untuk di jawab Ya (Y), atau Tidak (T), atau Tidak Relevan (TR).

Jika pertanyaan29 pertanyaan tersebuat sudah disusun dengan baik, maka

jawaban “Ya” akan menunjukkan ciri internal control yang baik, “Tidak” akan

menunjukkan ciri internal control yang lemah, “Tidak Relevan” berarti

pertanyaan tersebut tidak relevan untuk perusahaan tersebut. Yang perlu

diperhatikan adalah:

a. Auditor harus menanyakan langsung pertanyaan-pertanyaan di ICQ

kepada staf klien dan kemudian mengisi sendiri jawabannya, jangan

sekedar menyerahkan ICQ kepada klien untuk diisi.

b. Untuk repeat engagement (penugasan yang berikutnya) ICQ tersebut

harus dimutakhirkan berdasarkan hasil tanya jawab dengan klien.

c. Adanya kecenderungan bahwa klien akan memberikan jawaban

(25)

34

melakukan compliance test untuk membuktikan efektivitas dari

pengendalian intern klien.

1. Bagan Arus (Flow Chart)

Flow chart menggambarkan arus dokumen dalam sistem dan prosedur di suatu

unit usaha, misalnya dalam flow chart untuk sistem dan prosedur pembelian, hutang

usaha dan pengeluaran kas, digambarkan arus dokumen mulai dari permintaan

pembelian (purchase requisition), order pembelian (purchase order) sampai dengan

pelunasan hutang yang berasal dari pembelian tersebut. Untuk auditor yang terlatih baik,

penggunaan flow chart lebih disukai karena auditor bisa lebih cepat melihat apa saja

kelemahan-kelemahan dan kebaikankebaikan dari suatu sistem dan prosedur. Untuk

penugasan tahun-tahun berikutnya, auditor harus selalu memuktahirkan (mengupdate)

flow chart tersebut untuk mengetahui apakah terdapat perubahanperubahan dalam sistem

dan prosedur perusahaan. Setelah flow chart dibuat, auditor harus melakukan walk

though, yaitu mengambil dua atau tiga dokumen untuk mentest apakah prosedur yang

dijalankan sesuai dengan apa yang digambarkan dalam flow chart. Misalnya ambil satu

set dokumen untuk pelunasan hutang yang berasal dari pembelian persediaan secara

kredit. Periksa apakah semua dokumen (purchase requistion, purchase order, receiving

report, supplier invoice dan cash payment voucher) sudah diproses sesuai dengan

prosedur yang digambarkan dalam flow chart pembelian, hutang, dan pengeluaran kas.

2. Narrative

Dalam hal ini auditor menceritakan dalam bentuk memo, sistem dan prosedur

akuntansi yang berlaku di perusahaan, misalnya prosedur pengeluaran kas. Cara ini biasa

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektivitas losion minyak atsiri bunga lavender (LMABL) sebagai repelen terhadap nyamuk Culex sp.. dan membandingkannya dengan

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dapat dipandang sebagai produk dan sebagai proses. Secara definisi, IPA sebagai produk adalah hasil temuan-temuan para ahli saintis,

Menempuh pendidikan Diploma IV Akuntansi di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) Jakarta, gelarnya diraih pada tahun 2008. Melanjutkan pendidikan Master of Science

BAB II KAJIAN PUSTAKA: Dalam bab ini dikemukakan landasan teori yang akan digunakan dalam membahas sifat-sifat keterbagian pada

Syarat lain untuk dapat diklasifikasikan sebagai aset tetap selain aset itu dimiliki perusahaan, juga harus digunakan dalam operasi yang bersifat permanen (aset

Alhamdulillah, puji dan syukur Penulis mengucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya yang selalu menyertai Penulis dalam menyelesaikan skripsi dengan judul

menunjukkan bahwa agresi pada anak dapat terbentuk karena setiap hari anak sering melihat dan menyaksikan kekerasan dalam rumah tangga baik secara langsung atau

Menurut Gartner Group data mining adalah suatu proses menemukan hubungan yang berarti, pola, dan kecenderungan dengan memeriksa dalam sekumpulan besar data yang