• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN KONSELOR DAN FASILITAS BK SEBAGAI MEDIA UNTUK MENGUBAH PERILAKU MENYIMPANG SISWA KELAS XI DI SMA MUHAMMADIYAH 1 KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERAN KONSELOR DAN FASILITAS BK SEBAGAI MEDIA UNTUK MENGUBAH PERILAKU MENYIMPANG SISWA KELAS XI DI SMA MUHAMMADIYAH 1 KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN KONSELOR DAN FASILITAS BK SEBAGAI MEDIA UNTUK MENGUBAH PERILAKU MENYIMPANG SISWA KELAS XI DI

SMA MUHAMMADIYAH 1 KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Oleh :

Averrhoa Carambola 11500006

Abstraks: Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui “Bagaimana efektifitas pendekatan konselor dan fasilitas BK dengan metode rasional emotive behavior therapy untuk mengatasi perilaku menyimpang pada siswa kelas XI di SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar tahun pelajaran 2014/2015”.

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar tahun pelajaran 2014/2015, dengan paradigma penelitian kualitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik observasi bertujuan untuk mengetahui secara langsung efektifitas pendekatan konselor dengan metode rasional emotive behavior therapy untuk mengatasi perilaku menyimpang. Teknik wawancara digunakan untuk mengetahui latar belakang penyebab dan sebarapa jauh hasil pemberian layanan pendekatan konselor dengan metode rasional emotive behavior therapy yang telah diterapkan. Dalam penelitian ini yang menjadi subyek adalah peserta didik kelas XI SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar yang berjumlah 2 siswa. Keabsahan data yang digunakan adalah teknik triangulasi sumber, triangulasi teknik dan triangulasi waktu. Sedangkan untuk menganalisis datanya digunakan deskripsi kualitatif dengan langkah-langkah reduksi data, pengumpulan data, penjaian data dan penarikan kesimpulan.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dapat diketahui bahwa anak didik setelah diberi layanan pendekatan konselor dengan metode rasional emotive behavior therapy selama satu bulan, ada perubahan ke arah yang lebih baik lagi, terbukti dengan berkurangnya perilaku menyimpang berangsur ke arah perilaku yang lebih positif dan sudah bisa menghindari perilaku menyimpang atau negatif.

(2)
(3)

PENDAHULUAN

Setiap anak mengalami tahap-tahap perkembangan. Tahap-tahap perkembangan anak secara umum sama. Pada setiap tahap perkembangan, setiap anak dituntut dapat bertindak atau melaksanakan hal-hal (perilaku) yang menjadi tugas perkembangannya dengan baik. Perilaku anak menyimpang memiliki hubungan dengan peyesuaian anak tersebut dengan lingkungannya. Hurlock (2004: 39) mengatakan bahwa perilaku anak bermasalah atau menyimpang ini muncul karena penyesuaian yang harus dilakukan anak terhadap tuntutan dan kondisi lingkungan yang baru. Berarti semakin besar tuntutan dan perubahan semakin besar pula masalah penyesuaian yang dihadapi anak tersebut.

Perilaku menyimpang adalah suatu persoalan yang harus menjadi kepedulian guru, bukan semata-mata perilaku itu destruktif atau mengganggu proses pembelajaran, melainkan suatu bentuk perilaku agresif atau pasif yang dapat menimbulkan kesulitan dalam bekerja sama dengan teman, yang merupakan perilaku yang dapat menimbulkan masalah belajar anak dan hal itu termasuk perilaku bermasalah (Darwis, 2006: 43). Guru perlu memahami perilaku bermasalah ini sebab anak yang bermasalah biasanya tampak di dalam kelas dan bahkan dia menampakkan perilaku bermasalah itu di dalam keseluruhan interaksi dengan lingkungannya.

Walaupun gejala perilaku bermasalah di sekolah itu mungkin hanya tampak pada sebagian anak, pada dasarnya setiap anak memiliki masalah-masalah emosional dan penyesuaian sosial. Masalah itu tidak

selamanya menimbulkan perilaku bermasalah atau menyimpang yang kronis (darwis, 2006: 44).Guru sering kali menanggapi perilaku anak yang bermasalah atau menyimpang dengan memberikan perlakuan secara langsung dan drastis yang tidak jarang dinyatakan dalam bentuk hukuman fisik. Cara atau pendekatan seperti ini sering kali tidak membawa hasil yang diharapkan karena perlakuan tersebut tidak didasarkan kepada pemahaman apa yang ada dibalik perilaku bermasalah (Darwis, 2006: 44). Sekalipun demikian pemahaman terhadap perilaku bermasalah bukanlah sesuatu yang mustahil untuk dilakukan guru.

Setara dengan penelitian “Peran Konselor Dalam Mencegah Kekerasan Seksual Siswa” yang telah dilakkukan oleh Shudra Elhesmi pada jurnal bimbingan dan konseling, yang menunjukkan hasil penelitian sebagai berikut :

Hasil penelitian adalah memberikan pemahaman diri peserta didik 77,5%, memberikan pemahaman lingkungan peserta didik 79,58%, memberikan pemahaman yang lebih luas 64,72%, bekerja sama dengan pihak sekolah 65%, bekerja sama dengan semua pihak keluarga 88,75%. Sedangkan memahami karakteristik siswa 75%, menampilkan pribadi yang matang 72,07%, bekerja sama dengan guru bk 73,93%.

Masalah perilaku menyimpang tidak hanya terjadi pada kalangan dewasa saja, tetapi sehubungan dengan berbagai pengaruh dari pergaulan. Oleh karena itu, banyak remaja saat ini yang telah banyak melakukan perilaku menyimpang. Berdasarkan hasil observasi, ada sebagian dari siswa kelas XI yang

(4)

terindikasi melakukan penyimpangan perilaku baik di sekolah maupun di luar sekolah. Melihat kenyataan tersebut, maka perlu segera ada upaya berupa pelaksanaan konseling untuk mengatasi perilaku menyimpang siswa kelas XI di SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar agar perilaku siswa tersebut tidak merugikan dirinya sendiri dan orang lain.

Adapun perumusan masalah tersebut sebagai berikut : “Bagaimana Efektifitas Peran Konselor dan Fasilitas BK Sebagai Media untuk Mengubah Perilaku Menyimpang Pada 2 (dua) Siswa Kelas XI di SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar Tahun Pelajaran 2014/2015?”

Penelitian bertujuan untuk mengetahui efektifitas peran konselor dan fasilitas bk sebagai media untuk mengubah perilaku menyimpang pada 2 (dua) siswa di SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar tahun pelajaran 2014/2015.

METODE PENELITIAN

Penelitan ini dilaksanakan di SMA Muhammdiyah 1 Karanganyar. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2015 - Juli 2015. Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah, disebut juga sebagai metode etnographi, karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya, disebut sebagai metode kualitatif karena data yang dikumpulkan dan dianalisisnya lebih bersifat kualitatif. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh penulis tetang penelitian ini adalah peran konselor dan fasilitas BK sebagai media untuk mengubah perilaku

menyimpang siswa kelas XI mengikuti paradigma penelitian deskriptif kualitatif. Dalam hal ini peneliti meakukan wawancara, observasi partisipatif dan studi dokumentasi untuk mengetahui efektifitas peran konselor dan fasilitas BK.

Sumber data dalam penelitian ini dipilih secara purposive dan bersifat snowball. Sumber data dipergunakan dalam penelitian ini adalah tentang mencegah perilaku menyimpang pada siswa, maka sumber data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Subjek penelitian ini adalah 2 (dua) siswa kelas XI yang terindikasi mempunyai perilaku menyimpang, yng menjadi objek penelitian ini adalah : Penanganan Perilaku Menyimpang Pada 2 (dua) Siswa Melalui Peran Konselor dan Fasilitas BK.

Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif yang terdiri dari beberapa model ( H. B Sutopo, 2004 : 16 ) yaitu data yang dikumpulkan dan dianalisis melalui tiga tahap yaitu : Reduksi data, Penyajian data kemudian Kesimpulan.

TINJAUAN PUSTAKA Perilaku Menyimpang

Menurut Syamsu Yusuf dan A. Juntika Nurihsari (2012 : 212) penyesuaian diri yang menyimpang atau tidak normal merupakan proses pemenuhan kebutuhan atau upaya pemecahan masalah dengan cara-cara yang tidak wajar atau bertentangan dengan norma yang dijunjung tinggi oleh masyarakat. Dapat juga dikatakan bahwa penyesuaian yang menyimpang ini adalah sebagai tingkah laku abnormal (abnormal behavior),

(5)

terutama terkait dengan kriteria sosiopsikologis dan agama.

Menurut Narwoko (2001:110), bentuk-bentuk perilaku menyimpnag di kalangan remaja secara umum dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu: 1) Tinadakan Nonconform. Perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai atau norma-norma yang ada. 2) Tindakan Anti Sosial atau Asosial. Tindakan yang melawan kebiasaan masyarakat atau kepentingan umum. 3) Tindakan Kriminal. Tindakan yang nyata-nyata telah melanggar aturan-aturan hukum tertulis dan mengancam jiwa atau keselamatan orang lain.

Rasional Emotive Behavior Therapy (REBT)

Rasional Emotive Behavior Therapy (REBT) sebelumnya disebut rational therapy dan rational emotive therapy, merupakan terapi yang komprehensif, aktif-direktif, filosofis dan empiris berdasarkan psikoterapi yang berfokus pada penyelesaian masalah-masalah gangguan emosional dan perilaku, serta menghantarkan individu untuk lebih bahagia dan hidup yang lebih bermakna (fulfilling lives).

REBT diciptakan dan dikembangkan oleh Albert Ellis (1950an), seorang psikoterapis yang terinspirasi oleh ajaran-ajaran filsuf Asia, Yunani, Romawi dan modern yang lebih mengarah pada teori belajar kognitif. Asal-usul terapi rasional-emotif dapat ditelusuri dengan filosofi dari Stoicisme di Yunani kuno yang membedakan tindakan dari interpretasinya. Epictetus dan Marcus Aurelius dalam bukunya “The Enchiridion”, menyatakan bahwa manusia tidak begitu banyak dipengaruhi oleh apa yang terjadi pada

dirinya, melainkan bagaimana manusia memandang/menafsirkan apa yang terjadi pada dirinya (People are not disturbed by things, but by the view they take of them). Pada mulanya Ellis menggunakan psikoanalisis dan person-centered therapy dalam proses terapi, namun ia merasa kurang puas dengan pendekatan dan hipotesis tingkah laku klien yang dipengaruhi oleh sikap dan persepsi mereka.

Hal inilah yang memotiviasi Ellis mengembangkan pendekatan rational emotive dalam psikoterapi yang ia percaya dapat lebih efektif dan efisien dalam memberikan efek terapeutik. Ellis mengembangkan teori A-B-C, dan kemudian dimodifikasi menjadi pendekatan A-B-C-D-E-F yang digunakan untuk memahami kepribadian dan untuk mengubah kepribadian secara efektif. Pada tahun 1990-an, Ellis mengganti nama pendekatan tersebut dengan Rasional Emotive Behavior Therapy atau yang biasa kita singkat menjadi REBT. Sampai saat ini, REBT merupakan salah satu bagian dari cognitive behavior therapy (CBT).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Pelaksanaan Pendekatan Layanan REBT Tahap I

Peneliti sebelumnya sudah melakukan observasi sebelum melakukan layanan konseling rasional emotif behavior terapi (REBT) untuk mengetahui indikator penelitian yaitu penyimpangan perilaku yang dilakukan sebelum diberi pendekatan rasional emotif behavior terapi (REBT). Penyimpangan perilaku yang akan dijadikan indikator untuk

(6)

diobservasi dalam penalitian ini adalah hormat pada tata tertib sekolah, hormat pada orang tua dan guru, berperilaku baik kepada semua orang.

Pelaksanaanya observasi awal dilakukan pada tanggal 22-25 Juni 2015, tujuannya untuk mengetahui kekurangan-kekurangan, yang dicapai selama proses pelaksanaan konseling rasional emotif behavior terapi (REBT) dan rencana apa yang perlu diambil untuk mengatasinya.Rencana layanan konseling rasional emotif behavior terapi (REBT) yaitu untuk mengubah perilaku subyek penelitian ke arah sikap perilaku yang lebih baik adalah dengan melaksanakan wawancara konseling. Pendekatan konseling yang digunakan adalah dengan layanan konseling rasional behavior terapi (REBT). Klien diyakinkan bahwa perilakunya itu benar-benar tidak menguntungkan bagi dirinya. Oleh sebab itu mereka harus dengan sungguh-sungguh berupaya mengubahnya dengan perilaku yang bisa menunjang kesuksesan hidupnya yaitu meningkatkan perilaku yang baik dan

mengurangi perilaku

menyimpang.Berdasarkan hasil observasi tersebut jelaslah bahwa subyek penelitian memang memiliki perilaku positif yang rendah. Oleh sebab itu siswa perlu diberi bantuan layanan konseling yang bersifat khusus dengan pendekatan layanan konseling rasional emotif behavior terapi (REBT).

Peneliti melaksanakan konseling tahap I dengan pendekatan konselor dan rasional emotif behavior terapi (REBT)yaitu pada tanggal 08 Juli 2015. Pelaksanaan layanan pendekatan konselor dan REBT dilaksanakan di ruang BK SMA

Muhammadiyah 1 Karanganyar dengan waktu pelaksanaan yaitu 45 menit.

Observasi dan refleksi pada tindakan I dilaksanakan pada tanggal 10 Juli 2015. Tujuannya untuk mengetahui kekurangan-kekurangan dan kemajuan yang dicapai selama proses pelaksanaan tahap I dan rencana apa yang perlu diambil untuk tindakan selanjutnya. Berdasarkan hasil ovservasi diketahui bahwa peningkatan perubahan perilaku pada klien sebesar 25%. Walaupun sudah ada perubahan namun masih ada perilaku subyek yang perlu diberi bimbingan. Oleh sebab itu perlu dilanjutkan tindakan layanan konseling rasional behavior terapi (REBT)berikutnya.

Pelaksanaan Layanan Konseling REBT Tahap II

Rencana tindakan tahap II yaitu untuk meningkatkanperubahan perilaku pada subyek penelitian ke arah yang lebih baik yaitu dengan melaksanakan wawancara konseling. Pendekatan konseling yang digunakan adalah dengan pendekatan konselor dan rasional emotif behavior terapi (REBT). Klien diyakinkan bahwa perilakunya itu akan merugikan bagi dirinya sendiri dan merugikan orang lain. Oleh sebab itu mereka harus dengan sungguh-sungguh berupaya mengubahnya dengan perilaku yang bisa menunjang kesuksesan hidupnya yaitu perilaku yang mematuhi peraturan atau normadan nilai-nilai yang ada di masyarakat dengan meningkatkan perilaku yang lebih baik dan tidak merugikan bagi diri sendiri maupun masyarakat, baik di lingkungan rumah maupun di lingkungan sekolah.

(7)

Pelaksanaan tindakan II dilakukan pada tanggal 27 Juli 2015, pertemuan berlangsung 45 menit di Ruang BK SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar. Observasi dan refleksi pada tindakan II dilaksanakan pada tanggal 30 Juli 2015. Tujuannya untuk mengetahui kekurangan-kekurangan dan kemajuan yang dicapai selama proses pelaksanaan tahap II dan rencana apa yang perlu diambil untuk tindakan selanjutnya. Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa peningkatan perubahan perilaku pada klien yang bernama Adi Setyawansetelah diberi konseling yaitu sebesar 75%, sedangkan perubahan perilaku pada klien yang bernama Aji Rahmat D menunjukkan perubahan perilaku sebesar 100%. Dari perubahan yang sudah terjadi, maka dari itu pelaksanaan konseling dihentikan pada tahap II karena klien telah menyadari hal-hal buruk yang telah mereka perbuat dan klien berjanji akan merubah perilaku yang lebih baik lagi dan tidak menyimpang dari norma dan aturan yang berlaku di sekolah maupun di masyarakat sehingga hal-hal yang dapat merugikan diri klien tidak berdampak bagi klien sendiri dan bagi orang lain. Klien juga berjanji akan merubah kebiasaan buruknya dan akan patuh pada orang tua maupun guru dan akan menghormati serta menghargai setiap orang.

Di samaping itu, peniliti atau konselor juga berjanji akan bersedia memberikan bimbingan kepada klien jika sewaktu-waktu klien mengalami masalah yang sama maupun masalah baru yang muncul. Dengan adanya motivasi dari peneliti atau konselor, klien merasa sangat senang karena

dirinya sudah terbebas dari hal-hal yang sangat merugikan dirinya.

Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyimpangan perilaku yang dilakukan siswa dapat diminimalkan dan dirubah dengan pendekatan konselor dan dengan metode rasional emotif behavior terapi (REBT). Selain itu, untuk meningkatkan perilaku siswa ke arah yang baik dan benar, diperlukan dukungan atau motivasi dari berbagai pihak, baik dari lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Sehingga klien tersebut dapat mengarahkan perilakunya ke arah yang positif. Pihak-pihak yang dimaksud di atas adalah: 1) Lingkungan keluarga siswa harus memiliki perilaku yang baik dalam berinteraksi maupun berkomunikasi. 2) Lingkungan sekolah merupakan kelurga kedua bagi siswa untuk melangsungkan perkembangan siswa dan juga sebagai tempat siswa untuk menimba ilmu. 3) Lingkungan masyarakat merupakah lingkungan yang paling rawan bagi siswa ketika bergaul dan berinteraksi dengan orang lai, maka dari itu perlu pengarahan agar siswa terhindar dari hal yang negatif. 4) Orang tua harus mendidik anak dengan perilaku yang baik. 5) Guru harus memberikan pembelajaran tentang pendidikan karakter yang baik. 6) Guru berperan penting untuk mengarahkan siswa dalam kegiatan yang ada di sekolah, seperti OSIS, HW, Ekstrakurikuler dan lain-lain. 7) Kesadaran siswa dalam berinteraksi dan berperilaku sesuai norma dan aturan yang ada.

Faktor-faktor di atas yang merupakan beberapa pendukung penyimpangan perilaku pada siswa di

(8)

SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar yang semestinya mendapat perhatian dari seluruh lembaga pendidikan sehingga siswa yang melakukan perilaku menyimpang, baik yang ditinjau dari segi ketertiban, kejujuran, hormat kepada orang tua, hormat dpada gurudan mentaati tata tertib sekolah akan dapat terlaksana dengan baik. Sedangkan faktor penghabat untuk meminimalkan perilaku menyimpang pada siswa di SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar adalah sebagai berikut: 1) Kurangnya pengawasan orang tua atau keluarga siswa, sehingga siswa tidak mendapat pengawasan yang berarti. 2) Keluarga kurang memberikan perhatian kepada siswa dan bersikap acuh tak acuh. 3) Rendahnya pendidikan yang dimiliki orang tua, sehingga tidak terlalu memperhatikan kegiatan anak, baik di rumah maupun di luar rumah. 4) Keluarga terlalu sering menunjukkan sikap dan perilaku yang baik, seperti sering membentak dan sering memukul. 5) Orang tua kurang memberikan contoh yang baik dan kurang tegasnya sanksi kepada anak yang tidak berperilaku baik. 6) Orang tua terlalu membebaskan anak, seperti anak tidak pernah belajar, main seenaknya, tidak pernah pulang. 7) Guru cenderung terlalu memperhatikan siswa yang dianggap baik dan pintar, sehingga kurang memperhatikan kekurangan siswa lain. 8) Lemahnya sanksi-sanksi yang ada di sekolah, sehingga siswa tidak takut untuk melakukan penyimpangan perilaku. 9) Siswa kurang antusias mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sekolah. 10) Tidak adanya kesadaran dalam diri siswa dalam berperilaku sesuai dengan aturan dan norma yang ada.

Salah satu faktor penghambat lainnya dalam peningkatan perubahan perilaku yaitu siswa yang tidak pernah merasa sadar bahwa mereka adalah masyarakat yang sangat menjunjujng tinggi nilai-nilai etika dan moral. Berikut merupakan faktor penghambat dari siswa itu sendiri yang berupa perilaku yang buruk misalnya siswa yang bersifat acuh, angkuh, sombong dan suka meremehkan hal-hal kecil,ini merupakan salah satu faktor penghambat utama dalam meningkatkan perubahan perilaku.

Faktor penghambat lain dalam peningkatan perubahan perilaku siswa adalah guru yang mengajar hanya memperhatikan siswa lain yang cenderung lebih baik. Mereka tidak memperhatikan siswa yang mengalami penyimpangan perilaku dan sikap siswa dalam melakukan interaksi sosial, sehingga siswa tersebut tidak dapat mengembangkan dirnya dengan baik. Hal ini merupakan sebuah faktor kurangnya perhatian guru dalam menerapkan perhatian yang baik, karena guru adalah orang tua kedua bagi siswa sehingga ini merupakan salah satu faktor munculnya perilaku menyimpang yang dilakukan siswa di sekolah.

Perilaku menyimpang merupakan tampilan dari kepribadian seseorang, dan tampilan luar atau tampilan atas kedua-duanya. Perilaku menyimpang juga merupakan perilaku spesifik, phobia, atau pola-pola peilaku yang lebih mendalam, misalnya skizofren. Perilaku menyimpang juga merupakan sebutan untuk masalah-masalah yang berkepanjangan atau bersifat kronis dan gangguan-gangguan yang gejala-gejalanya bersifat akut dan temporer, seperti intoksinasi (peracunan

(9)

obat-obatan), terutama narkoba yang kesemuanya itu diakibatkan dari gaya hidup seseorang. Siswa yang mempunyai perilaku menyimpang juga mempunyai berbagai macam perubahan tingkah laku baik pada diri sendiri, keluarga maupun lingkungan sosialnya dan juga mengalami penurunan akhlak dan nilai akademis yang menojol, sehingga perlu segera diatasi.

Dengan demikian, untuk mengatasi perilaku menyimpang siswa kelas XI di SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar akan diterapkan proses konseling yang berkelanjutan dengan menggunakan pendekatan konseling seperti client centered therapy, transactional analysis, humanistik, trait and factor, terapi realitas, psikologi individual, behavior, logo therapy, ekletik, eksistensialisme danrasional emotive behavior therapy (REBT). Dari berbagai macam pendekatan tersebut yang paling cocok untuk merubah perilaku menyimpang siswa, maka peneliti akan menggunakan pendekatan REBT sebagai salah satu pendekatan dalam mengubah perilaku menyimpang siswa. Sebelumnya peneliti mengumpulkan data dari wawancara, observasi partisipan dan obeservasi non partisipan serta studi dokumentasi.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa pelaksanaan layanan pendekatan konselor dan rasional emotif behavior terapi (REBT) dapat mengurangi dan merubah perilaku menyimpang pada siswa kelas XI di SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar tahun

pelajaran 2014/2015, hal tersebut ditunjukkan dengan adanya perubahan perilaku siswa ke arah yang lebih baik, dimana sebelum pemberian layanan konseling dan metode rasional emotif behavior terapi (REBT) pada perilaku menyimpang siswa masih sangat tinggi yang ditunjukkan dengan siswa tidak masuk sekolah, selalu terlambat, kurang menghormati kepada orang tua dan guru serta kurang mentaati tata tertib sekolah. Setelah diberikan layanan konseling dan dengan metode rasional emotif behavior terapi (REBT),perubahan perilaku siswa sangat meningkat jauh lebih baik, yang ditunjukkan dengan siswa tidak membolos, tidak terlambat masuk sekolah,sudah menghormati kepada orang tua dan guru serta sudah mentaati tata tertib sekolah.

Saran

Perilaku penyimpangan remaja tidak ada habis-habisnya untuk di bahas, tetapi setidaknya untuk meminimalisir terjadinya perilaku menyimpang tersebut ada beberapa hal yang pelu diperhatikan. Adapun saran yang peneliti sampaikan berkaitan dengan hasil penelitian adalah sebagai berikut:

Bagi Guru Bimbingan Konseling. Hendaknya Guru BK selalu memberikan layanan konseling secara berkala, baik layanan bimbingan kelompok maupun individual. Hal tersebut dimaksudkan agar apabila terjadi permasalahan yang dihadapi oleh siswa dapat segera teratasi. Papan bimbingan dan dan lefleat sebaiknya difungsikan sebagaimana mestinya supaya dapat menjadi media komunikasi antara guru BK dengan siswa. Guru BK harus

(10)

lebih aktif dalam memantau perilaku dan perkembangan siswa.

Bagi Bagi Wali Kelas. Hendaknya lebih memperhatikan peserta didik yang memiliki kekurangan baik dari segi perilaku maupun dari segi kemampuan berpikir supaya peserta didik bisa mengikuti dan mengembangkan dirinya agar terhindar dari perilaku menyimpang.

Bagi Siswa. Siswa diharapkan agar aktif dan selalu berkoordinasi dengan guru BK, sebisa mungkin memanfaatkan layanan BK dan menghilangkan image buruk tentang guru BK, sehingga siswa dapat mengarahkan diri ke arah yang lebih baik dan tidak menyimpang. Hendaknya menghindari teman-teman yang sering atau suka melakukan perilaku menyimpang, karena perilaku menyimpang hanya akan membuat diri

sendiri semakin mendapat berbagai masalah dan hanya akan merusak masa depan.

Bagi Orang Tua. Orang tua perlu menanamkan nilai moral , pendidikan dan nilai religious pada diri seorang anak, agar anak dapat berkembang dan mempunyai sikap dan perilaku yang positif dan berguna bagi nusa dan bangsa. Orang tua hendaknya harus mengetahui keberfungsiannya dengan memberikan perhatian, kasih sayang dan rasa aman bagi anak, karena anak sangat membutuhkan kasih sayang dan dorongan dari orang tua.

DAFTAR PUSTAKA

Abu, Darwis. 2006. Perilaku Menyimpang Murid. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan.

Helly Prajitno Soetjipto, Sri Mulyantini Soetjipto. 2011. Teori dan Praktik Konseling dan Terapi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Moleong, LJ. 2004. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Narwako, Dwi J.2007. Sosiologi. Jakarta: Kencana.

Prayitno, Erman Amti. 2009. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Sutopo, HB. 2006. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Surakarta press.

(11)

Syamsu Yusuf, A. Juntika Nurihsari. 2012. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Singgih D. Gunarsa. 1992. Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan memanjatkan puji syukur kehadiran Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan kasih sayangnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Risiko

Kegiatan yang dilakukan dalam tahapan ini adalah: 1) Menentukan lokasi penelitian. 2) Studi pendahuluan untuk mendapatkan permasalahan yang dapat diangkat dalam

a) Pasien merupakan sumber data primer dan perawat dapat menggali informasi yang sebenarnya dari pasien. b) Orang terdekat jika pasien mengalami gangguan dalam

Ketika ada tamu yang datang untuk check in dan resepsionis memberikan daftar harga kamar, tamu tersebut memilih harga promo dari kamar standar yaitu harga yang

kata benda neutrum, namun demikian mungkin pula itu dimaksudkan se- bagai permainan kata yang menunjuk kepada dewa Siwa. Rupanya memang menjadi kebiasaan dalam

Berdasarkan hasil penelitian dipahami bahwa pengaturan hukum mengenai kedudukan hukum penghuni rumah dan dasar hukum apa rumah dinas dapat disewa oleh pihak ketiga karena pada

Soebandi Kabupaten Jember” mengkaji implementasi pola pengelolaan keuangan badan layanan umum daerah (PPK BLUD) di rumah sakit daerah (RSD) dr. Soebandi Kabupaten Jember

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis ingin mengetahui lebih lanjut tentang hubungan Sumbangan Zat Gizi Makro dari Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Biskuit Lapis Sandwich