Bab ini berisikan penjelasan mengenai Profil APBD
Kabupaten/Kota, profil investasi dan proyeksi investasi
dalam pembangunan Bidang Cipta Karya, serta strategi
Sesuai PP no. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, diamanatkan bahwa
kewenangan pembangunan bidang Cipta Karya merupakan tanggung jawab Pemerintah
Kabupaten/Kota. Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten/Kota terus didorong untuk meningkatkan
belanja pembangunan prasarana Cipta Karya agar kualitas lingkungan permukiman di daerah
meningkat. Di samping membangun prasarana baru, pemerintah daerah perlu juga perlu
mengalokasikan anggaran belanja untuk pengoperasian, pemeliharaan dan rehabilitasi prasarana
yang telah terbangun. Namun, seringkali pemerintah daerah memiliki keterbatasan fiscal dalam
mendanai pembangunan infrastruktur permukiman. Pemerintah daerah cenderung meminta
dukungan pendanaan pemerintah pusat, namun perlu dipahami bahwa pembangunan yang
dilaksanakan Ditjen Cipta Karya dilakukan sebagai stimulan dan pemenuhan standar pelayanan
minimal. Oleh karena itu, alternatif pembiayaan dari masyarakat dan sektor swasta perlu
dikembangkan untuk mendukung pembangunan bidang Cipta Karya yang dilakukan pemerintah
daerah. Dengan adanya pemahaman mengenai keuangan daerah, diharapkan dapat disusun
langkah-langkah peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta Karya di daerah. Pembahasan
aspek pembiayaan dalam RPI2-JM bidang Cipta Karya pada dasarnya bertujuan untuk:
a. Mengidentifikasi kapasitas belanja pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan
bidang Cipta Karya,
b. Mengidentifikasi alternatif sumber pembiayaan antara lain dari masyarakat dan sektor swasta
untuk mendukung pembangunan bidang Cipta Karya,
c. Merumuskan rencana tindak peningkatan investasi bidang Cipta Karya.
9.1 Arahan Kebijakan Pembiayaan Bidang Cipta Karya
Pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya perlu memperhatikan arahan dalam
peraturan dan perundangan terkait, antara lain:
1. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah: Pemerintah daerah diberikan hak otonomi daerah, yaitu hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom
untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundangundangan. Dalam hal ini,
Pemerintah Daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah Pusat
yaitu politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional,
serta agama.
2. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah: untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah,
pemerintah daerah didukung sumber-sumber pendanaan meliputi Pendapatan Asli
Daerah, Dana Perimbangan, Pendapatan Lain yang Sah, serta Penerimaan
daerah yang dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang
ditetapkan melalui Peraturan Daerah.
3. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan: Dana Perimbangan terdiri dari Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi
Khusus. Pembagian DAU dan DBH ditentukan melalui rumus yang ditentukan
Kementerian Keuangan. Sedangkan DAK digunakan untuk mendanai kegiatan khusus
yang ditentukan Pemerintah atas dasar prioritas nasional. Penentuan lokasi dan
besaran DAK dilakukan berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis.
4. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota: Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan
daerah, terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib yang menjadi
kewenangan pemerintahan daerah untuk kabupaten/kota merupakan urusan yang
berskala kabupaten/kota meliputi 26 urusan, termasuk bidang pekerjaan umum.
Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib yang berpedoman pada
standar pelayanan minimal dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh
Pemerintah. Urusan wajib pemerintahan yang merupakan urusan bersama diserahkan
kepada daerah disertai dengan sumber pendanaan, pengalihan sarana dan prasarana,
serta kepegawaian sesuai dengan urusan yang didesentralisasikan.
5. Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah: Sumber pinjaman daerah meliputi Pemerintah, Pemerintah Daerah Lainnya, Lembaga Keuangan
Bank dan Non-Bank, serta Masyarakat. Pemerintah Daerah tidak dapat melakukan
pinjaman langsung kepada pihak luar negeri, tetapi diteruskan melalui pemerintah pusat.
Dalam melakukan pinjaman daerah Pemda wajib memenuhi persyaratan:
a. total jumlah pinjaman pemerintah daerah tidak lebih dari 75% penerimaan APBD
tahun sebelumnya;
b. memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan
pinjaman yang ditetapkan pemerintah paling sedikit 2,5;
c. persyaratan lain yang ditetapkan calon pemberi pinjaman;
d. tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari
pemerintah;
e. pinjaman jangka menengah dan jangka panjang wajib mendapatkan persetujuan
DPRD.
6. Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur (dengan perubahan Perpres 13/2010 &
Perpres 56/2010): Menteri atau Kepala Daerah dapat bekerjasama dengan badan usaha
dalam penyediaan infrastruktur. Jenis infrastruktur permukiman yang dapat
dikerjasamakan dengan badan usaha adalah infrastruktur air minum, infrastruktur air
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (dengan perubahan Permendagri 59/2007 dan Permendagri
21/2011): Struktur APBD terdiri dari:
a. Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan,
dan Pendapatan Lain yang Sah.
b. Belanja Daerah meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung.
c. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan
Pengeluaran.
8. Peraturan Menteri PU No. 15 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur: Kementerian PU menyalurkan DAK untuk
pencapaian sasaran nasional bidang Cipta Karya, Adapun ruang lingkup dan kriteria
teknis DAK bidang Cipta Karya adalah sebagai berikut:
a. Bidang Infrastruktur Air Minum DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses
pelayanan sistem penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah
di kawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan
permukiman nelayan. Adapun kriteria teknis alokasi DAK diutamakan untuk program
percepatan pengentasan kemiskinan dan memenuhi sasaran/ target Millenium
Development Goals (MDGs) yang mempertimbangkan:
- Jumlah masyarakat berpenghasilan rendah;
- Tingkat kerawanan air minum.
b. Bidang Infrastruktur Sanitasi DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses
pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala
kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang
diselenggara-kan melalui proses pemberdayaan masyarakat. DAK Sanitasi
diutamakan untuk program peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan
memenuhi sasaran/target MDGs yang dengan kriteria teknis:
- kerawanan sanitasi;
- cakupan pelayanan sanitasi.
9. Peraturan Menteri PU No. 14 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Kementerian Pekerjaan Umum yang Merupakan Kewenanangan Pemerintah dan
Dilaksanakan Sendiri: Dalam menyelenggarakan kegiatan yang dibiayai dana APBN,
Kementerian PU membentuk satuan kerja berupa Satker Tetap Pusat, Satker Unit
Pelaksana Teknis Pusat, dan Satuan Non Vertikal Tertentu. Rencana program dan
usulan kegiatan yang diselenggarakan Satuan Kerja harus mengacu pada RPI2-JM
bidang infrastruktur ke-PU-an yang telah disepakati. Gubernur sebagai wakil Pemerintah
mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan kementerian yang dilaksanakan di daerah
dalam rangka keterpaduan pembangunan wilayah dan pengembangan lintas sektor.
Berdasarkan peraturan perundangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa lingkup sumber
dana kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya yang dibahas dalam RPI2-JM bidan
a. Dana APBN, meliputi dana yang dilimpahkan Ditjen Cipta Karya kepada Satuan Kerja di tingkat provinsi (dana sektoral di daerah) serta Dana Alokasi Khusus bidang
Air Minum dan Sanitasi.
b. Dana APBD Provinsi, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah provinsi untuk pembangunan
infrastruktur permukiman dengan skala provinsi/regional.
c. Dana APBD Kabupaten/Kota, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah kabupaten untuk pembangunan
infrastruktur permukiman dengan skala kabupaten/kota.
d. Dana Swasta meliputi dana yang berasal dari skema kerjasama pemerintah dan swasta (KPS), maupun skema Corporate SocialResponsibility (CSR).
e. Dana Masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat.
f. Dana Pinjaman, meliputi pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri.
Dana-dana tersebut digunakan untuk belanja pembangunan, pengoperasian dan
pemeliharaan prasarana yang telah terbangun, serta rehabilitasi dan peningkatan prasarana
yang telah ada. Oleh karena itu, dana-dana tersebut perlu dikelola dan direncanakan secara
terpadu sehingga optimal dan memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi peningkatan
pelayanan bidang Cipta Karya. Pembahasan mengenai aspek keuangan dalam penyusunan
RPI2JM pada dasarnya adalah dalam rangka membuat taksiran dana yang tersedia untuk
memenuhi kebutuhan pembelanjaan prasarana Kota yang meliputi :
1. Pembelanjaan untuk pengoperasian dan pemeliharaan prasarana yang telah terbangun;
2. Pembelanjaan untuk rehabilitasi dan peningkatan prasarana yang telah ada
3. Pembelanjaan untuk pembangunan prasarana baru
Pembahasan aspek ekonomi dalam penyusunan RPI2JM perlu memperhatikan hasil total
atau produktifitas dan keuntungan yang diperoleh dari penggunaan sumberdaya bagi
masyarakat dan keuntungan ekonomis secara menyeluruh tanpa melihat siapa yang
menyediakan sumber dana tersebut dan siapa dalam masyarakat yang menerima hasil
9.2 Komponen Keuangan
9.2.1 Komponen Penerimaan Pendapatan
Komponen Penerimaan Pendapatan merupakan penerimaan yang merupakan hak
pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah kekayaan bersih. Penerimaan
Pendapatan Daerah terdiri atas : (1) Pendapatan Asli Daerah (PAD); (2) Dana Perimbangan;
dan (3) Pendapatan lainnya yang sah. Berikut akan dijelaskan satu persatu subkomponen
Pendapatan dan gambaran umum tentang subkomponen Pendapatan di daerah pada
umumnya.
A. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan daerah yang dipungut berdasarkan
peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundangan. PAD bersumber dari :
1. Pajak daerah , antaran lain : Pajak Kendaraan Bermotor , Pajak Kendaraan diatas air ,
Pajak Balik Nama , Pajak Bahan Bakar , Pajak Pengambilan Air Tanah , Pajak Hotel,
Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak
Golongan C, Pajak Parkir, dan Pajak lain-lain. Pajak Pajak daerah ini diatur oleh UU No.
34/2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi daerah, Peraturan Pemerintah No. 65/2001
tentang Pajak Daerah.
2. Retribusi Daerah, antara lain : Retribusi Pelayanan Kesehatan, Retribusi Pelayanan
Persampahan, Retribusi Biaya Cetak Kartu, Retribusi pemakaman, Retribusi Parkir di
Pinggir Jalan, Retribusi Pasar, Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor, Retribusi
Pemadam Kebakaran, dan lain-lain. Retribusi ini diatur oleh UU No.34/2000 tentang
pajak daerah dan retribusi daerah, dan Peraturan Pemerintah No.66/2001 tentang
Retribusi Daerah.
3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang di pisahkan , antara lain hasil deviden BUMD;
dan
4. Lain – lain pendapatan yang sah , antara lain : hasil penjualan kekayaan daerah yang
tidak dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga, keuntungan selisih nilai tukar komisi,
potongan dan lain-lain yang sah.
B. Dana Perimbangan
Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada
daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana
perimbangan terdiri atas ;
1. Dana Bagi Hasil terdiri atas Bagi Hasil Pajak (BHP) dan Bagi Hasil Bukan Pajak (BHBP)
atau yang berasal dari hasil pengelolaan sumber daya alam. BHP antara lain : Pajak
Bumi Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), dan
Pajak Penghasilan Badan Maupun Pribadi; sedangkan BHBP antara lain : Kehutanan,
pertambangan umum, perikanan, pertambanagan minyak bumi, pertambangan gas
2. Dana Alokasi Umum (DAU) dibagikan berdasarkan ”Celah Fiskal” yaitu selisih antara
kebutuhan Fiskal dan Kapasitas Fiskal ditambah Alokasi Dasar.
3. Dana Alokasi Khusus (DAK) yang diberikan untuk kegiatan khusus, misalnya: reboisasi,
penambahan sarana pendidikan dan kesehatan, dan bencana alam.
9.2.2 Komponen Pengeluaran Belanja
Komponen Pengeluaran Belanja terdiri atas :
1. Belanja Operasi
2. Belanja Modal
3. Transfer ke Desa/ Kelurahan
4. Belanja Tak Terduga
9.2.3 Komponen Pembiayaan
Komponen Pembiayaan (Financial) merupakan komponen yang baru dalam sistem
Keuangan Daerah. Istilah Pembiayaan berbeda dengan Pendanaan (Funding). Pendanaan
diartikan sebagai dana atau uang dan digunakan sebagai kata umum, sedangkan
Pembiayaan diartikan sebagai penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran
yang akan diterima kembali. Contoh Konkritnya, didalam SAP-D yang lama, apabila daerah
memperoleh pinjaman, Pinjaman tersebut diakui sebagai Pendapatan, selanjutnya
Penerimaan Pendapatan dari Pinjaman ini tidak mempunyai konsekuensi atau dicatat
pembayaran kembali; sedangkan di dalam SAP-D yang baru, apabila daerah memperoleh
pinjaman, maka diterima sebagai penerimaan pembayaran yang perlu dibayar kembali.
Demikian pula bila daerah memberi pinjaman, maka di keluarkan sebagai Pengeluaran
Pinjaman karena akan diterima kembali.
9.3 Profil Keuangan Daerah
9.3.1 Profil APBD Kota Mataram
Bagian ini menggambarkan struktur APBD Kota Mataram selama 3-5 tahun terakhir dengan
sumber data berasal dari dokumen Realiasasi APBD dalam 5 tahun terakhir. Komponen yang
dianalisis berdasarkan format Permendagri No. 13 Tahun 2006 adalah sebagai berikut:
a. Belanja Daerah yang meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tak Langsung.
b. Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Pendapatan Lain yang Sah.
c. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan Pengeluaran.
Untuk melihat perkembangan terakhir mengenai profil keuangan daerah Kota Mataram,
untuk melihat kecenderungan keuangan daerah 5 tahun mendatang. Secara umum
profilkeuangan daerah ini memuat Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan pengeluaran daerah.
Berikut ini adalah profil APBD Kota Mataram dari tahun 2010 hingga tahun 2014:
Tabel 9.1 Ringkasan APBD 5 Tahun Terakhir Kota Mataram
NO URAIAN 2010 2011 2012 2013 2014
1 PENDAPATAN 462.073.547.949,00 554.563.988.545,00 679.115.190.119,00 812.709.032.411,00 961.096.264.012,00
1.1. PENDAPATAN ASLI
DAERAH 41.580.119.900,00 52.510.557.160,00 65.561.779.000,00 90.150.000.000,00 119.861.547.000,00
Pendapatan Pajak Daerah 19.717.619.900,00 30.247.788.000,00 34.228.060.000,00 50.523.038.000,00 64.330.000.000,00
Hasil Retribusi Daerah 14.517.500.000,00 14.837.225.000,00 15.593.719.000,00 16.096.962.000,00 17.696.547.000,00 Hasil Pengelolaan
Kekayaan Daerah yang dipisahkan
2.600.000.000,00 2.600.000.000,00 3.600.000.000,00 4.640.000.000,00 4.640.000.000,00
Lain-lain Pendapatan Asli
Daerah yang Sah 4.745.000.000,00 4.825.544.160,00 12.140.000.000,00 18.890.000.000,00 33.195.000.000,00
1.2. DANA PERIMBANGAN 391.776.788.520,00 425.874.300.425,00 530.565.733.759,00 580.880.066.371,00 675.026.256.452,00
Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil
Bukan Pajak 39.440.230.520,00 33.291.928.425,00 55.234.879.759,00 45.490.453.371,00 58.141.955.452,00 Dana Alokasi Umum 328.201.558.000,00 367.095.372.000,00 445.894.174.000,00 500.043.553.000,00 564.661.391.000,00
Dana Alokasi Khusus 24.135.000.000,00 25.487.000.000,00 29.436.680.000,00 35.346.060.000,00 52.222.910.000,00
1.3. LAIN-LAIN PENDAPATAN
DAERAH YANG SAH 28.716.639.529,00 76.179.130.960,00 82.987.677.360,00 141.678.966.040,00 166.208.460.560,00
Pendapatan Hibah - - - - 9.000.000.000,00
Dana Darurat - - - - -
Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya
26.179.729.560,00 26.179.729.560,00 26.179.729.560,00 26.179.729.560,00 26.179.729.560,00
Dana Penyesuaian dan
Otonomi Khusus 1.531.800.000,00 38.467.601.400,00 40.276.147.800,00 98.967.436.480,00 123.496.931.000,00 Bantuan Keuangan dari
Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya
1.005.109.969,00 11.531.800.000,00 16.531.800.000,00 16.531.800.000,00 7.531.800.000,00
2 BELANJA 496.411.951.314,47 612.313.453.374,00 761.792.484.598,72 957.516.985.210,00 1.084.056.264.012,00
2.1. BELANJA TIDAK
LANGSUNG 353.806.662.085,84 401.420.302.399,51 448.111.296.302,99 526.779.480.749,33 598.979.313.318,00
Belanja Pegawai 304.736.703.854,37 358.513.956.018,00 401.841.618.702,99 480.931.282.364,33 534.989.552.218,00
Belanja Hibah 28.939.267.849,00 9.463.251.000,00 23.780.907.600,00 22.813.788.385,00 36.726.851.100,00
Belanja Bantuan Sosial 15.578.160.000,00 19.260.565.000,00 19.488.770.000,00 20.134.410.000,00 25.762.910.000,00 Belanja Bagi Hasil kepada
Belanja Tidak Terduga 1.993.730.382,47 11.993.730.381,51 3.000.000.000,00 2.900.000.000,00 1.500.000.000,00
2.2. BELANJA LANGSUNG 142.605.289.228,63 210.893.150.974,49 313.681.188.295,73 430.737.504.460,67 485.076.950.694,00
Belanja Pegawai 32.915.468.492,00 34.881.506.785,00 55.645.981.806,20 67.759.348.789,60 67.901.332.200,00
Belanja Barang dan Jasa 64.166.748.727,00 76.564.161.213,46 104.044.000.627,00 126.719.435.992,70 172.786.449.971,10
Belanja Modal 45.523.072.009,63 99.447.482.976,03 153.991.205.862,53 236.258.719.678,37 244.389.168.522,90
NO URAIAN 2010 2011 2012 2013 2014 3 PEMBIAYAAN DAERAH 34.338.403.365,47 57.749.464.829,00 82.677.294.479,72 144.807.952.799,00 122.960.000.000,00
3.1. PENERIMAAN
PEMBIAYAAN DAERAH 34.338.403.365,47 57.749.464.829,00 83.677.294.479,72 147.807.952.799,00 136.600.000.000,00
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran
Sebelumnya
15.144.249.185,00 52.749.464.829,00 83.677.294.479,72 87.807.952.799,00 76.600.000.000,00
Penerimaan Pinjaman
Daerah - - - 60.000.000.000,00 60.000.000.000,00
Pencairan Dana Cadangan 250.000.000,00 - - - -
Penerimaan Piutang 18.944.154.180,47 5.000.000.000,00 - - -
3.1. PENGELUARAN
PEMBIAYAAN DAERAH - - 1.000.000.000,00 3.000.000.000,00 13.640.000.000,00
Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah
Daerah
- 1.000.000.000,00 3.000.000.000,00 13.640.000.000,00
4 PEMBIAYAAN NETTO 34.338.403.365,47 57.749.464.829,00 82.677.294.479,72 144.807.952.799,00 122.960.000.000,00
5
Dilihat dari table diatas, maka dapat dilihat bahwa setiap tahunnya Kota Mataram ini memiliki
jumlah pendapatan yang cenderung meningkat, namun demikian pengeluaran atau anggaran
belanja pada table diatas juga mengelami peningkatan bahkan melebihi pendapatan yang
diperoleh oleh Kota Mataram. Berikut ini adalah grafik profil keuangan daerah 5 tahun
terakhir:
Gambar 9.1 Grafik Profil Pendapatan & Pengeluaran Kota Mataram (dalam Juta Rupiah)
Dilihat dari grafik diatas, terjadi ketimpangan antara jumlah pengeluaran Kota Mataram pada
tahun 2010-2014, oleh karena itu tren perkembangan 5 tahun kedepan kota kabupaten harus
mempertimbangkan aspek ini agar dapat merumuskan strategi untuk mendapatkan
pendapatan daerah yang lebih tinggi, atau bahkan dapat mengeliminir jumlah pengeluaran
Kota Mataram setiap tahunnya. Berikut ini adalah hasil proyeksi keuangan daerah pada tahun
2015-2019 berdasarkan analisis keuangan 5 tahun terakhir:
Tabel 9.2 Proyeksi Keuangan Daerah 2015-2019
2015 2016 2017 2018 2019
Pendapatan 1.085.851.943.027,75 1.210.607.622.043,50 1.335.363.301.059,25 1.460.118.980.075,00 1.584.874.659.090,75
Pengeluaran 1.230.967.342.186,38 1.377.878.420.360,77 1.377.878.420.360,77 1.377.878.420.360,77 1.377.878.420.360,77
Surplus (145.115.399.158,63) (167.270.798.317,27) (42.515.119.301,52) 82.240.559.714,23 206.996.238.729,99
Sumber: Analisis, 2014
Dilihat dari proyeksi diatas, perkembangan keuangan Kota Mataram masih mengalami
surplus, dimana pengeluaran belanja Kota Mataram lebih besar dari pendapatan yang
diterima oleh daerah. Namun demikian berdasarkan proyeksi keuangan daerah pada tahun
2018 hingga tahun 2019 terjadi peningkatan, dimana pendapatan pada tahun 2018 hingga
tahun 2019, peningkatan jumlah pendapatan tahun 2018 dan 2019 lebih besar dari pada
pengeluaran yaitu Rp. 1.460.118.980.075,00 dan Rp. 1.584.874.659.090,75.
Dilihat dari kecenderungan pengeluaran daerah untuk sektor keciptakaryaan, pengeluaran
setiap daerah untuk pembangunan keciptakaryaan adalah sebesar 4-5%, maka dari itu dalam
hal ini Pemerintah daerah Kota Mataram
Tabel 9.3 Belanja Tidak Langsung Kota Mataram
URUSAN/ SKPD/PROGRAM/KEGIATAN BELANJA TIDAK LANGSUNG
2010 2011 2012
DINAS PEKERJAAN UMUM 5.159.356.485,00 5.705.160.259,00 6.033.682.156,00
Urusan Wajib Pekerjaan Umum 5.159.356.485,00 5.705.160.259,00 6.033.682.156,00 Sumber: Bappeda Mataram 2014
Tabel 9.4 Belanja Langsung Kota Mataram
URUSAN/ SKPD/PROGRAM/KEGIATAN
BELANJA LANGSUNG
2010 2011 2012
DINAS PEKERJAAN UMUM 17.823.027.459,63 23.702.229.950,53 41.083.679.250,53
Urusan Wajib Pekerjaan Umum 17.823.027.459,63 23.702.229.950,53 41.083.679.250,53 Sumber: Bappeda Mataram 2014
Tabel 9.5 Total APBD Kota Mataram
URUSAN/ SKPD/PROGRAM/KEGIATAN
TOTAL APBD
2010 2011 2012
DINAS PEKERJAAN UMUM 22.982.383.944,63 29.407.390.209,53 47.117.361.406,53
Dilihat dari table diatas, dapat diketahui bahwa kontribusi pengeluaran Daerah Kota Mataram
terhadap total pengeluaran APBD Kota Mataram adalah sebagai berikut:
Tabel 9.6 Peningkatan Anggaran Belanja Kota Mataram (%) BELANJA TIDAK LANGSUNG BELANJA LANGSUNG
2010 2011 2012 2010 2011 2012
0,22449179 0,1940043 0,12805645 0,77550821 0,8059957 0,87194355
Sumber: Analisis 2014
Dilihat dari profil pengeluaran daerah tersebut, peningkatan pengeluaran belanja untuk dinas
pekerjaan umum pada tahun 2010 hingga tahun 2012 paling besar adalah pengeluaran untuk
belanja langsung, dan menurut perkembangannya paling besar adalah belanja angsung pad
tahun 2012 yaitu sebesar 0,87% dari Total APBD Kota Mataram TAhun 2012.
9.3.2 Keuangan Perusahaan Daerah
Pemerintah Kota Mataram belum memiliki perusahaan daerah yang mampu menunjang
peningkatan pendapatan daerah . PDAM Menang Mataram adalah perusahaan daerah yang
dimiliki bersama dengan pemerintah Kabupaten Lombok Barat.
9.4 Permasalahan dan Analisa Keuangan
9.4.1 Kondisi Keuangan Pemerintah Kota Mataram
Pendapatan Daerah Kota Mataram pada TA 2014 mengalami peningkatan sebesar Rp.
148.387.231.601,00 cukup relevan dengan tren pertumbuhan pendapatan daerah yang
terjadi pada tahun –tahun sebelumnya, yaitu pada tahun 2013, 2012, 2011 dan 2010.
Sementara jumlah pengeluarannya masih cukup besar daripada jumlah pendapatannya. Hal
demikian disebabkan oleh beberapa hal antara lain:
a. Lemahnya manajemen/pengelolaan pendapatan daerah di unit-unit pengelola PAD,
khususnya dari segi dukungan teknologi sistem informasi dan SDM baik dari sisi
kuantitas maupun kualitas.
b. Lemahnya penegakan peraturan-peraturan yang ada.
c. Banyaknya peraturan daerah yang sudah tidak sesuai dengan situasi sekarang.
d. Belum akuratnya data dan sistem yang ada sehingga kurang mendukung perhitungan
penerimaan pendapatan daerah
e. Lemahnya koordinasi dalam rangka optimalisasi Pendapatan Daerah khususnya PAD.
f. Proses transisi di pemerintah pusat juga turut menjadi penyebab turun drastisnya
9.4.2 Proyeksi Kemampuan Keuangan Kota Mataram
Proyeksi kemampuan keuangan Kota Mataram disesuaikan dengan kondisi keuangan
Pemerintah Kota Mataram :
1. Dihitung untuk kurun waktu 5 tahun
2. Menggunakan asumsi dasar sebagai berikut :
Melihat kecendrungan trend ( past trend ) Estimasi pertumbuhan akibet action plan
Kebijaksanaan khusus pemerintah Kota Mataram
3. Proyeksi ketersediaan dana untuk pelaksanaan RPI2JM
4. Perhitungan kemampuan memimjam Pemerintah Kota Mataram
A. Proyeksi Penerimaan dan Belanja
Ditinjau dari kontribusi terhadap total Belanja Daerah, pos Belanja Pegawai merupakan pos
yang paling tinggi menyerap Belanja Daerah yaitu sekitar 69,62 % dari total Belanja Daerah,
diikuti kemudian oleh pos Belanja Barang dan Jasa sebesar 12,57 %.
Penambahan Belanja Pegawai pada TA 2010 cukup tinggi yaitu sebesar 7,08 % diasumsikan
pos ini untuk lima tahun mendatang kenaikannya tidak sebesar seperti tahun sebelumnya,
sehingga pos belanja lainnya seperti Belanja Barang dan Jasa serta Belanja Modal
Tabel 9.7 Proyeksi APBD Kota Mataram 2015-2019
NO URAIAN 2010 2011 2012 2013 2014
Pertumbuhan
APBD 2015 2016 2017 2018 2019
1 PENDAPATAN 462073,5479 554563,9885 679115,1901 812709,0324 961096,264 20,10% 1.154.290,52 1.386.319,62 1.664.989,92 1.999.676,99 2.401.641,00
1.1.
PENDAPATAN ASLI
DAERAH 41580,1199 52510,55716 65561,779 90150 119861,547
1.2. DANA PERIMBANGAN 391776,7885 425874,3004 530565,7338 580880,0664 675026,2565
1.3.
LAIN-LAIN PENDAPATAN
DAERAH YANG SAH 28716,63953 76179,13096 82987,67736 141678,966 166208,4606
2 BELANJA 496411,9513 612313,4534 761792,4846 957516,9852 1084056,264 21,67% 1.318.938,75 1.604.713,22 1.952.406,45 2.375.434,38 2.890.119,78
2.1.
BELANJA TIDAK
LANGSUNG 353806,6621 401420,3024 448111,2963 526779,4807 598979,3133
2.2. BELANJA LANGSUNG 142605,2892 210893,151 313681,1883 430737,5045 485076,9507
SURPLUS / (DEFISIT) -34338,40337 -57749,46483 -82677,29448 -144807,9528 -122960 (164.648,23) (218.393,60) (287.416,53) (375.757,40) (488.478,78)
B. Proyeksi PAD dan Dana Perimbangan
Perhitungan proyeksi PAD dan Dana Perimbangan didasarkan pada :
1. Dihitung untuk kurun waktu 5 tahun
2. Menggunakan asumsi atas dasar trend historis, yang disesuaikan dengan inflasi yang
berlaku serta kesepakatan antara Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kota Mataram
3. Analisis selama kurun waktu proyeksi tersebut unsur PAD dan penerimaan yang
memberikan kontribusi terbesar.
Dilihat dari pertumbuhan per tahun maka dapat dilihat bahwa pertumbuhan pendapatan
sangat bervariatif ada yang meningkat dengan tajam dan ada yang turun (minus).
Peningkatan pendapatan terbesar terjadi pada peningkatan Dana Alokasi Khusus ( DAK )
yaitu sebesar yaitu 19 , 39 % sedangkan pertumbuhan terendah pada Dana Bagi Hasil Pajak
/ Non Pajak yaitu – 1.13 %.
Prosentase untuk proyeksi pertumbuhan digunakan asumsi atas dasar trend historis serta
kesepakatan antara Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kota Mataram.
Prosentase proyeksi pertumbuhan terbesar di proyeksikan pada pendapatan dari Dana
Alokasi Khusus yaitu sebesar 15 % sedangkan untuk Pendapatan Asli Daerah proyeksi
pertumbuhan terbesar ada pada Pendapatan lain yang syah. Untuk lebih rinci Proyeksi PAD
9.5 Rencana Pembiayaan Program
9.5.1 Rencana Pembiayaan
Penerimaan pembiayaan APBD Murni Kota Mataram TA 2014 berasal dari dua sumber yaitu,
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA) TA 2010 dan Penerimaan Piutang Daerah. SILPA
TA 2013 pada saat penyusunan APBD Murni TA 2014. Melihat dari kondisi keuangan yang
ada di Pemerintah Kota Mataram yang masih mengandalkan Dana Alokasi Khusus maka
untuk pembangunan prasarana kota Pemerintah Kota Mataram masih sangat mengharapkan
bantuan Pemerintah Pusat khususnya untuk sektor air bersih ,drainage dan persampahan.
Dengan adanya program peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) diharapkan lambat
laun pembangunan prasarana kota akan dilaksanakan dengan kekuatan sendiri (APBD dan
Masyarakat) dan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Propinsi hanya bersifat stimulan dan
pelengkap.
9.5.2 Pelaksanaan Pembiayaan RPI2JM
Sumber – sumber pembiayaan untuk pembiayan RPI2JM Kota Mataram berasumber dari
Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, Swasta .
Nilai dan besarnya biaya untuk masing masing sektor serta sumber pembiayaan nya
Tabel 9.8 Rencana Alokasi Pendanaan Program Prasarana Kota Mataram
No. Pembiayaan
Kuat Potensial Lemah
APBN Kota Prop. Masy Swasta APBN Kota Prop. Masy Swasta APBN Kota Prop. Masy Swasta
1. Air Minum
2. Drainase
3. Sampah
4. Air Limbah
5. Pengembangan Permukiman
6. Tata Bangunan Lingkungan