• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sifat Fisis Kayu 2.2 Sifat Akustik Kayu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sifat Fisis Kayu 2.2 Sifat Akustik Kayu"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

2.1 Sifat Fisis Kayu

Haygreen et al. (2003) mengatakan bahwa sifat fisik kayu yang penting adalah kadar air, kerapatan dan berat jenis.

Air adalah unsur alami semua bagian pohon yang hidup. Apabila pohon mati, sejumlah air masih tetap tinggal di dalam struktur dinding kayu. Air menjadi unsur penting pada kayu karena menurut Haygreen et al. (2003) sifat-sifat fisis dan mekanisnya ketahanan terhadap penghancuran biologis dan kestabilan dimensi produk (kayu) akan dipengaruhi oleh jumlah air yang ada dan fluktuasinya dengan waktu.

Air dalam sel kayu terletak di dua tempat yaitu di rongga sel dan dinding sel. Air di dalam rongga sel disebut dengan air bebas, sedangkan air di dalam dinding sel dinamakan air terikat. Titik dengan keadaan semua air cair di dalam rongga sel telah dikeluarkan tetapi dinding sel masih jenuh disebut titik jenuh serat (TJS). Ini adalah titik kritis karena kayu terganggu oleh perubahan-perubahan dalam kandungan air (Haygreenet al. 2003). Kayu disebut higroskopis karena sifatnya yang menyerap air dari udara dan menyimpannya sampai mencapai kadar air keseimbangan kandungan air dengan udara, (Tsoumis 1991).

Haygreen et al. (2003) menyatakan berat jenis kayu adalah salah satu sifat fisis kayu yang paling penting. Kebanyakan sifat mekanis kayu dipengaruhi oleh berat jenis dan kerapatan. Kekuatan maupun kekakuan kayu bertambah seiring dengan peningkatan berat jenis.

Senada dengan pernyataan sebelumnya, Tsoumis (1991) menyatakan bahwa kerapatan (density) merupakan sebuah indeks kekuatan kayu bebas cacat yang paling baik dan sederhana.

2.2 Sifat Akustik Kayu

Menurut kamus fisika, akustik adalah karakteristik dari suatu bangunan atau ruangan dalam tanggapannya terhadap suara atau bunyi. Kata akustik berasal dari bahasa Yunani akoustikos, artinya segala sesuatu yang bersangkutan dengan pendengaran pada suatu kondisi ruang yang dapat mempengaruhi mutu bunyi (Suptandar 2004).

(2)

Akustik menurut ilmu dapat didefinisikan sebagai penyalur, transmisi, dan penerima dari energi gelombang akibat getaran, gesekan, atau pukulan. Ketika molekul-molekul yang bersifat cair atau padat diubah, maka didapatkan sebuah kekuatan elastis internal (Kinsleret al. 2000).

Titi nada atau nada suara, baik rendah atau tinggi, tergantung pada frekwensi getaran. Frekwensi getaran dipengaruhi oleh dimensi, kerapatan, dan elastisitas (modulus elastisitas). Kayu dengan spesifikasi; dimensi kecil, kadar air rendah, modulus elastisitas tinggi menghasilkan nada yang tinggi (Tsoumis 1991). Tsoumis (1991) juga menjelaskan bahwa gelombang suara yang dihasilkan oleh sumber lain mengalami penguatan ketika kayu digunakan sebagai resonator. Hal tersebut dipengaruhi oleh frekwensi getaran, bentuk resonator dan kondisi permukaan kayu (permukaan yang dipernis akan memberikan pengaruh yang lebih baik). Ditekankan bahwa resonator tidak merubah nada suara asli tetapi dapat memperkuatnya dengan meningkatkan durasi. Kayu digunakan sebagai resonator alat musik seperti biola. Penelitian menunjukkan bahwa jika digunakan kayu yang sesuai, kualitas suara dipengaruhi oleh ketebalan dan bentuk dari resonator, dan perlakuan kayu (pengisian bahan kimia, pemberian lubang kecil dan lain-lain).

2.3 Sifat Mekanis Kayu

Sifat mekanis kayu merupakan ukuran katahanan kayu terhadap gaya luar yang cendrung merubah bentuk benda. Ketahanan kayu tersebut tergantung pada besarnya gaya dan cara pembebanan (tarik, tekan, geser atau pukul). Kayu menujukkan perbedaan sifat mekanis dalam arah pertumbuhan yang berbeda (aksial, radial dan tangensial) (Tsoumis, 1991).

Kekuatan dan ketahanan terhadap perubahan bentuk merupakan sifat-sifat mekanis kayu. Kekuatan adalah kemampuan suatu bahan untuk memikul suatu beban atau gaya yang mengenainya. Sifat-sifat mekanis biasanya merupakan ciri-ciri terpenting produk-produk kayu yang akan digunakan untuk bahan bangunan gedung (Haygreenat al. 2003).

Tsoumis (1991) juga menjelaskan bahwa elastisitas adalah sifat benda yang mampu kembali ke kondisi semula (bentuk dan ukuran) ketika beban yang mengenainya dihilangkan. Modulus elastisitas kayu berbeda pada ketiga arah

(3)

pertumbuhannya. Pada arah transversal modulus elastisitas hanya berkisar 300-600 N/mm2, sedangkan perbedaaan pada arah radial dan tangensial tidak terlalu berbeda nyata. Modulus elastisitas ditentukan dari pengujian lentur statis atau dinamis (biasanya statis). Nilai yang didapatkan dari pengujian lentur dinamis biasanya sedikit lebih tinggi (rata-rata 10-15%) dari nilai yang didapatkan dari pengujian lentur statis. Disamping dengan pengujian kekuatan lentur, modulus elastisitas dapat ditentukan dari sifat getaran contoh kayu dalam bentuk suara. 2.4 Pengujian Nondestruktif Dengan Gelombang Ultrasonik

Menurut Gem (2004), gelombang ultrasonik (ultrasonic wave) adalah gelombang bunyi dengan frekuensi yang lebih tinggi daripada yang ditangkap oleh telinga manusia (20 kHz).

Dewasa ini, pemakaian gelombang ultrasonik sudah berkembang dalam bidang kehutanan untuk menentukan sifat fisis dan mekanis kayu. Manfaat gelombang ultrasonik selanjutnya dipaparkan oleh Alippi dan Mayer (1987), Green (1973) serta Papadakis (1976) di dalam Kabir et al. (1996) yaitu untuk mengukur ketebalan materi solid, kekuatan mekanis dan mekanisme hilangnya energi. Karena sifat pengujiannya yang tidak merusak, metode ini dikenal dengan sebutan uji nondestruktif. Uji nondestruktif ataunon destructive evaluation (NDE) adalah suatu seni dan ilmu untuk memperkirakan sifat fisik dan mekanik kayu atau bangunan tanpa merusak kayu ataupun mengganggu penggunaannya itu (Hadikusumo dan Marsoem, 1999).

Alat uji lentur dengan gelombang ultrasonik salah satunya adalah Sylvatest Duo. Alat ini bekerja sesuai dengan teknik gelombang getaran suara. Gelombang ultrasonik pada kayu pada suatu ujung yang dihasilkan oleh alat tersebut akan menimbulkan getaran suara yang berjalan di sepanjang kayu dan mengakibatkan naik-turunnya amplitudo sesuai dengan kondisi kayu. Kecepatan perambatan suara dan naik-turunnya amplitudo merupakan variabel yang diukur pada teknik ini (Hadikusumo dan Marsoem. 1999). Niemsz dan Kucera (1998) menambahkan bahwa Sylvatest Duo bekerja dengan frekuensi sebesar 16 kHz. Sistem pengukuran dengan kecepatan ultrasonik semacam ini dilengkapi oleh pemancar

(transducer ±E) yang berfungsi mentransformasi sinyal elektrik menjadi getaran mekanis dan penerima (transducer ±R) yang berfungsi menangkap gelombang

(4)

ultrasonik yang dihasilkan oleh getaran mekanis tadi. Penerima ini akan mengubah getaran mekanis yang merambati kayu menjadi sinyal elektrik kembali (Bucur, 1995).

Uji nondestruktif mempunyai beberapa keuntungan yakni mudah dan penggunaannya, fleksibel dalam pengukuran kekuatan kayu meskipun dilakukan berulang-ulang serta sensitivitasnya tinggi terhadap cacat sehingga akurat menduga kekuatan kayu (Bucur. 1995)

2.5 Persyaratan Kayu Sebagai Bahan Baku Pembuatan Alat Musik

Menurut Pearson dan Webster (1956), penggunaan kayu sebagai alat musik telah dikenal sejak 2500 SM. Hal ini disebabkan karena kayu memiliki karakter unik dan cocok untuk dijadikan bahan baku pembuatan alat musik berdawai. Selain biola, gitar dan alat musik berdawai lainnya, kayu juga digunakan sebagai papan pengatur suara pada piano, pipa organ dan lain-lain. Hal ini disebabkan karena kayu memiliki kemampuan untuk memancarkan suara melalui getaran (Kollmann dan Cote, 1968).

Kualitas suatu alat musik akan sangat dipengaruhi oleh kayu yang digunakan (Kollmann dan Cote, 1968). Selain konstruksi dan proses finishing,

fungsi utama dan kualitas pemancaran suara suatu alat musik dipengaruhi oleh keseragaman struktur kayu, kerapatan serta kadar air kayu.

Bucur (1995) menjelaskan bahwa ´Resonance wood´, Spruce (Picea abies), merupakan yang pertama kali dipercaya sebagaitop plate, kemudiancurly maple, digunakan sebagai back plate, ribs dan neck pada gitar maupun violin. Pada akhirnya, semua jenis kayu dengan struktur anatomi yang seragam dan memiliki sifat akustik yang tinggi termasuk ke dalam kategori ´Resonance wood´, seperti yang disajikan pada tabel 1 dan 2.

Sano (1996) dalam Ardhianto (2002) mengemukakan bahwa kayu Spruce banyak digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan gitar karena kayu Spruce memiliki kekakuan yang tinggi sehingga dapat menghasilkan suara yang baik. Hal ini diperkuat oleh Bucur (1995) yang menyatakan bahwa kekakuan merupakan persyaratan yang penting dari suatu kayu sebagai bahan baku gitar.

(5)

Berikut tabel dari sifat mekanis kayu spruce ³resonance wood´ yang digunakan sebagai bahan pembuat gitar.

Tabel 1 Sifat mekanis dariEuropean Spruce yang dipilih untuksoundboard gitar.

Density

(Kg/m3)

Young¶s moduli (108 N/m2) Logarithmic decrement

EL ER 2ȆįL 2ȆįR 406 420 403 130 111 121 (3.8) 11.0 9.1 0.020 0.022 0.021 0.067 0.058 0.057 518 136 (2.4) 0.026 0.008 460 150 7.6 0.021 0.064 Sumber: Bucur (1995)

Tabel 2 Nilai elastisitas dari kayu spruce ³resonance wood³ denganultrasonic method danfrequency resonance method.

Density Ultrasonic Method Resonance Method

Sample ȡ (Kg/m3) VLL (m/s) VRR (m/s) CLL (108 N/m2) CRR (108 N/m2) VLL (m/s) VRR (m/s) CLL (108 N/m2) CRR (108 N/m2) 261 420 5810 1489 141.8 9.3 5597 1318 131.6 7.3 262 420 5527 1554 128.3 10.1 5550 1354 129.4 7.7 264 400 5852 1489 137.0 8.9 5878 1414 138.2 8.0 265 400 5830 1384 150.3 8.4 - 1373 - 8.3 266 400 5085 1560 103.4 9.7 4888 1423 95.6 8.1 267 490 5626 1572 155.1 12.1 5229 1324 134.0 8.6 268 420 5697 1625 136.3 11.1 5354 1423 120.4 8.5 269 440 5776 1379 146.8 8.4 6560 1261 189.4 7.0 270 380 5600 1589 119.2 9.6 5767 1550 126.4 9.1 271 450 5359 1575 128.3 11.2 5706 1592 1465 11.4 Sumber: Bucur (1995)

Walaupun bunyi yang dihasilkan dari suatu gitar elektrik seluruhnya datang daripickup, jenis kayu mempunyai suatu pengaruh penting pada nada dansustain. " Tone-Woods" - kayu yang mempunyai stabilitas dan kekuatan tinggi - adalah yang terbaik untuk gitar listrik seperti halnya gitar akustik. Untuk badan gitar, kayu mahoni dan kayu maple adalah yang paling umum digunakan, walaupun pohon dengan kayu keras, alder, korina dan berbagai kayu eksotis juga banyak digunakan. Perbedaan tipe dari gitar listrik, memerlukan metoda konstruksi dan kayu yang berbeda pula (Anonim, 2007).

Anonim. (2007), kayu daun lebar adalah kelompok kayu yang biasa digunakan untuk membuat gitar elektrik. Berikut daftar jenis dari kayu daun lebar yang biasa digunakan untuk membuat gitar:

(6)

Tabel 3 Jenis-jenis kayuhardwood yang biasa digunakan sebagai bahan baku pembuat gitar.

Kayu yang umum digunakan

Keterangan

Alder BJ ringan, serat tertutup, warna alaminya cokelat terang, tekstur

seratnya sedikit terlihat sampai tidak sama sekali dan mudah untuk di-finishing.

Ash BJ ringan, teksturnya bagus sehingga cocok di-finishing

transparan. Kayu ini biasanya digunakan untuk gitar dengan harga yang tinggi.

Basswood Memiliki serat lurus dan tekstur yang bagus, Kayu ini

menghasilkan ³nice warm tone´.

Cherry Memiliki serat lurus yang keras dan tekstur serat yang rapat,

warna cokelat kemerahan sampai merah gelap dengan flek cokelat yang bertambah gelap seiring pertambahan umur, mudah dikerjakan dengan mesin maupun secara manual serta di-finishing.

Ebony BJ sangat tinggi, bagus dikerjakan dengan mesin, tahan terhadap

cacat bengkok dan pecah, sangat populer digunakan untuk

fingerboard karena memiliki kekuatan dan stabilitas yang tinggi, ebony merupakan pilihan mahal.

Mahogany Tekstur berpori, kayu kuat, mudah dikerjakan dan di-finishing,

kadang memiliki spiraling daninterlocking grain yang membuat stabilitasnya tinggi,

Maple Dari 2 sub famili : red maple dan sugar maple, biasanya memiliki

tanda alami yaitu berupa "curly" dan "birds-eye". Maple temasuk kayu yang kuat dengan BJ tinggi dengan warna blond. Maple digunakan sebagai body dan juga neck, dapat dibengkokkan dengan disteam terlebih dahulu, memiliki serat yang rapat sehingga sangat mudah di-finishing.

Oak Oak memiliki BJ yang lebih tinggi dan pori yang lebih besar dari

pada maple, memiliki pola serat yang bagus.

Poplar BJ rendah, Poplar identik dengan maple dalam struktur seratnya,

kebanyakan berwarna blond, tetapi kadang ada juga yang berwarna hijau.

Rosewood* Rosewood, seperti ebony, pilihan yang sangat populer untuk

fingerboards. Rosewood lebih berminyak dari pada eboni, lebih sulit dalam prosesfinishing.

Walnut Walnut hampir sama dengan mahoni, tetapi memiliki pori yang

lebih besar dan stabilitas yang lebih rendah. Memiliki tekstur serat yang unik dan indah, kayu berwarna cokelat dan cukup mahal. Cocobolo** (from

Mexico)

Memiliki stabilitas yang tinggi, harus hati-hati dalam mengerjakanya, biasanya digunakan untuk membuatfingerboard.

Bubinga (from Africa)

-Koa (from Hawaii)

-Pau Ferro* (from Bolivia)

-Satinwood (from Sri Lanka)

-Zebrawood (from Africa)

-* Dapat menyebabkan alergi, jadi harus hati-hati. ** Cocobolo dapat bersifat racun.

(7)

Sumber: Anonim 2007

Menurut Brown et al. (1952), persyaratan kayu sebagai bahan baku adalah jenis kayu yang memiliki perbandingan elastisitas (kelenturan) yang tinggi terhadap masa jenis atau kerapatannya, namun demikian, kekuatannya pun sangat penting karena dapat mempengaruhi suara yang dihasilkan.

2.6 Kayu Nangka

Kayu nangka (Artocarpus heterophyllus Lamk.) merupakan famili Moraceae (Burges, 1996). Kayu nangka di Pulau Jawa banyak digunakan untuk membuat tiang bangunan, kentongan, lesung dan bahan untuk mebel. Di Bali dan Makassar kayu tersebut sering digunakan untuk tiang-tiang rumah raja. Kayu nangka juga tidak disenangi serangga dan tidak mudah pecah karena pengaruh cuaca laut. Kayu nangka mempunyai sifat agak berat, agak padat dan padat. (Heyne, 1987). Kayu nangka mempunyai berat jenis maksimum 0,71 dan berat jenis minimum 0,55 dengan berat jenis rata-rata 0,61 dan kelas kuat II- III (Anonim,1981).

Nangka dikenal sebagai jackfruit. Pohon nangka umumnya berukuran sedang, sampai sekitar 20 m tingginya, walaupun ada yang mencapai 30 m. Batang bulat silindris, sampai sekitar 1 m garis tengahnya. Tajuknya padat dan lebat, melebar dan membulat apabila di tempat terbuka. Seluruh bagian tumbuhan mengeluarkan getah putih pekat apabila dilukai (Anonim, 2007).

2.7 Kayu Duren

Durio spp termasuk ke dalam famili Bombacaceae (terutama D. carinatus

Mast., D. oxleanus Griff., D. zibetinus Murr.). tinggi pohonnya mencapai 40 m atau lebih, panjang batang bebas cabang sampai 25 m, diameter 100-200 cm, berbanir rendah. Kayu teras berwarna cokelat-merah jika masih segar, lambat laun menjadi cokelat kelabu atau cokelat semu-semu lembayung. Arah serat lurus atau berpadu. Termasuk ke dalam kelas kuat II-III, dengan berat jenis minimum 0,40 dan berat jenis maksimum 0,69 (Martawijayaet al. 1981).

2.8 Kayu Agathis

Menurut Martawijaya et al. (1981) serta Soerianegara dan Lemmes (1994), agathis digolongkan kedalam famili Araucariaceae dengan nama botanis Agathis borneensis Warb, A. dammara (Lambert) rich (atau A. alba Foxw) dan A.

(8)

labillardieri Warb, sedangkan Agathis lorantifolia Salibs pada penelitian ini adalah sinonim dariA. dammara (Lambert) Rich.

Menurut Soerianegara dan Lemmens (1994) agathis merupakan suku terbesar di ordo Coniferales. Disebutkan terdapat 21 jenis dimana 11 jenis diantaranya terdapat di Melayu.

2.9 Kayu Sungkai

Kayu sungkai termasuk ke dalam famili verbenaceae, tinggi pohon 20-25 cm,panjang batang bebas cabang sampai 15cm, diameter batang 60 cm atau lebih. Warna kayu teras berwarna krem atau kuning muda dan warna kayu gubalnya sulit dibedakan dengan kayu terasnya. Tekstur kasar dan tidak merata, arah serat lurus dan agak bergelombang, permukaan kayu agak kesat dan agak mengkilap. Pada bidang radial nampak jelas garis-garis lurus yang disebabkan oleh lingkar tumbuh. Kayu sungkai memiliki berat jenis 0,63, dengan berat jenis minimum 0,52 dan maksimum 0,73 (Martawijayaet al. 1981).

Selain itu dalam Martawijaya et al (1981) dijelaskan juga, bahwa keterawetan kayu ini termasuk kelas mudah serta dapat mengering cepat tanpa cacat yang berarti. Kayu sungkai dapat diserut, dibentuk dan dibubut dengan hasil sedang, tetapi dapat dibor dan diampelas dengan hasil yang baik. Kayu ini cocok untuk atap, karena ringan dan cukup kuat. Selain dari pada itu dipakai juga untuk tiang rumah dan bangunan jembatan karena mempunyai gambar yang menarik berupa garis-garis indah, mungkin baik untuk vinir mewah, mebel, kabinet dan sebagainya.

2.10 Kayu Sonokeling

Kayu Sonokeling memiliki ciri kayu teras berwarna coklat bergaris-garis lebih gelap sehingga mempunyai corak indah, parenkima terselubung, bersayap sampai konfluen, dan ada tanda kerinyut sedangkan gubalnya berwarna putih keabu-abuan. Memiliki tekstur hampir halus dan arah serat lurus sampai berombak serta permukaan yang licin dan agak mengkilap (Mandang dan Pandit 2002).

Kayu sonokeling secara umum termasuk ke dalam kelas kuat II dan kelas awet I. Berat jenis rata-rata 0,83 (0,77-0,86). Keterawetannya termasuk sulit diawetkan. Kayu sonokeling agak sukar dikerjakan dengan alat-alat tangan, tetapi

(9)

cukup mudah bila dikerjakan dengan mesin, dapat diserut dengan halus serta dapat dibubut, disekrup, dipelitur dan direkat dengan baik (Martawijaya et al.

1981). Kayu sonokeling dapat digunakan untuk bahan perabot rumah tangga kelas tinggi, vinir indah, rangka pintu dan jendela, alat musik, barang ukiran, kayu perpatungan, barang yang perlu dilengkungkan (Mandang dan Pandit, 2002).

2.11 Gitar dan Mutu Gitar

Gitar merupakan sejenis alat musik petik, alat yang praktis, mudah dipelajari, dan mudah dibawa kemana-mana. Gitar berfungsi sebagai pembawa melodi dan jarang sekali digunakan sebagai ritme karena alat ini adalah sebagai pengganti alat musik petik tradisional berupa kecapi dan gonggong yang saat ini sukar didapat (Depdikbud 1985).

Menurut Bacon & Day (1991) diacu dalam Ardhianto (2002), ada 2 jenis gitar akustik, yaitu gitar flat top dan gitararc top.Gitar flat topmemiliki lubang suara bulat pada bagian atasnya. Umumnya gitar ini menggunakan senar nilon untuk instrumen klasik dan menggunakan senar baja (steel) untuk gitar folk

(country). Sedangkan gitar arc top adalan pengembangan lebih lanjut dari gitar

flat topyang didesain untuk menambahkan volume suara pada instrumen dasar.

Berikut ini adalah bagian-bagian/komponen-komponen (material) yang terdapat pada gitar elektrik (Anonim, 2007).

1. Neck, yaitu leher atau tangkai gitar dimana di bagian permukaannya terdapat papan tekan (fingerboard) danfret.

2. Head, yaitu bagian kepala gitar yang berfungsi sebagai dudukan penggulung senar (tunning) dan pengatur nada senar.

3. Finger board, yaitu papan tekan yang berfungsi sebagai tumpuan untuk menekan senar gitar yang terdiri dari beberapa bagianfret.

4. Frets, yaitu garis melintang padafinger boardyang terbuat dari logam. 5. Position marks, yaitu titik yang terbuat dari seluloid yang terdapat di

finger board yang berfungsi sebagai tanda posisifret tertentu.

6. Heel, yaitu bagian paling bawah dari tangkai gitar yang menyambungkan badan (body) gitar dengan leher (neck) gitar.

(10)

7. Badan (body) gitar, yaitu bagian gitar yang paling berpengaruh terhadap suara dan tempat melekatnyabridge, saddle, pickups,dan end pin.

8. Bridge, yaitu dudukan/penopang senar padabodygitar untuk menjaga jarak antara senar dan papan tekan.

9. Saddle, yaitu tumpuan bridge pada body gitar yang sekaligus untuk mengaitkan ujung senar.

10. Nut, yaitu dudukan senar di bagian finger board untuk menciptakan jarak.

11. Tunning guitar/pegs, yaitu alat yang berfungsi untuk mengencangkan/mengendorkan senar gitar.

12. Tone Control, yaitu perangkat elektronik berupa potensio meter yang berfungsi untuk mengatur kuat-lemahnya suara yang akan dihasilkan. 13. Pickups, yaitu perangkat elektronik yang berfungsi sebagai alat untuk

meneruskan suara yang dihasilkan dari gitar. System kerja alat ini identik denganmic.

14. Pickguard, yaitu perangkat yang berfungsi sebagai penyangga tangan ketika gitar dimainakan.

15. Strap button, yaitu perangkat pelengkap yang digunakan untuk pengait tali gitar (guitar belt) agar memudahkan memainkannya.

16. Toggle switch, yaitu perangkat elektronik yang digunakan sebagai pengatur kombinasi daripickups yang akan diaktifkan.

(11)
(12)

Ardianto (2000) memaparkan bahwa kualitas (mutu) gitar ditentukan oleh 3 parameter, yaitu :

1. Sifat Akustik atau Sifat Natural

Sifat akustik kayu sangat erat hubungannya dengan alat-alat musik. Sifat akustik menunjukkan kemampuan suatu kayu untuk meneruskan suara. Hal ini erat hubungannya dengan elastisitas kayu. Suatu kayu dapat bergetar bebas dan jika dipukul akan mengeluarkan suara yang tingginya tergantung pada frekuensi alami dari kayu tersebut. Frekuensi ini ditentukan oleh kerapatan, elastisitas dan ukuran dari kayu tersebut. Kayu yang telah kehilangan elastisitasnya misalkan yang terserang jamur, jika dipukul akan memberikan suara yang keruh, sedangkan kayu yang sehat suaranya akan terdengar nyaring.

2. Sifat Resonansi

Sifat resonansi kayu yaitu turut bergetarnya kayu dengan adanya gelombang suara. Karena kayu memiliki sifat elastis, maka kualitas nada yang dikeluarkan kayu akan sangat baik. Oleh sebab itu, banyak kayu yang dipakai untuk alat-alat musik, seperti gitar, piano, biola, dan lain sebagainya. Kemampuan benda untuk mengabsorbsi suara tergantung pada massa dan pada sifat-sifat akustik permukaan benda, yaitu mampu tidaknya permukaan benda mengabsorbsi suara atau memantulkan suara.

3. Sifatsustained

Sustained berkaitan dengan ukuran kemampuan kayu untuk menghasilkan nada yang panjang dan bergema. Hal ini tergantung pada kemampuan kayu untuk dapat bergetar sepanjang mungkin.

Gambar

Tabel 2 Nilai elastisitas dari kayu spruce ³resonance wood³  dengan ultrasonic
Tabel 3 Jenis-jenis kayu hardwood yang biasa digunakan sebagai bahan baku    pembuat  gitar.

Referensi

Dokumen terkait

Kelemahan lainnya adalah tidak semua jenis kayu atau bahan berlignoselulosa dapat digunakan sebagai bahan baku papan semen karena adanya zat ekstraktif seperti gula,

Untuk setiap jenis produk harus ada formula dasar yang menyebutkan jenis bahan baku, bahan tambahan dan bahan penolong yang digunakan serta persyaratan mutunya,

Pada dasarnya sifat papan partikel dipengaruhi oleh bahan baku kayu pembentuknya, jenis perekat, dan formulasi yang digunakan serta proses pembuatan papan partikel

Kayu yang memiliki penyusutan tinggi pada umumnya adalah jenis yang mempunyai dinding serat yang tebal dan kayu kumea batu mempunyai diding serat yang sangat tebal yaitu rata-rata

Berdasarkan kualitas pemesinan kayu surian dan kepayang, maka kedua jenis kayu ini cocok digunakan sebagai bahan baku beragam produk yang mempersyaratkan kualitas

sifat struktur anatomi yang khas, mempunyai kualitas serat sebagai bahan baku pulp karena termasuk kualitas I. Berdasarkan berat jenis kedua kayu ini tergolong kayu dengan berat

Hal ini mengindikasikan bahwa diantara tiga jenis kayu rakyat yang diteliti, kayu Bangkinang merupakan yang terbaik untuk dijadikan sumber bahan baku industri pulp dan kertas

Data perbandingan hasil penelitian beberapa jenis kayu sebagai bahan papan wc kayu yang pernah diteliti dengan hasil penelitian sekarang tercantum pada Tabel 5 Pada Tabel tersebut dapat