1
ANALISIS PENGUKURAN RISIKO
KELELAHAN PENGGUNA MEJA NOTEBOOK
DENGAN METODE JOB STRAIN INDEX DAN
RAPID OFFICE STRAIN INDEX
Caesar Danu WIjaya
1, Karimah
2, Yunita
3, Rida Zuraida
41, 2, 3, 4
Teknik Industri, Fakultas Teknik,Universitas Bina Nusantara Jl. Kh. Syahdan no. 9 Kebon Jeruk, Jakarta, Indonesia
1 cdanu.wijaya@yahoo.com; 2karimah.karimah@hotmail.com; 3yunita.sudarsono@gmail.com; 4rida.zuraida@gmail.com;
ABSTRACT
The study was conducted to examine differences in the level of fatigue and injury risk
between the tables that have been designed with a standard table, as well as comparing the
significance, advantages and disadvantages of the two methods used. The method used is
ROSA (Rapid Office Strain Assessment) and JSI (Job Strain Index). The study was
conducted on 13 respondents to see posture when using a notebook with the respondent for
2 hours at each table. Based on statistical tests, there is a significant difference between the
two tables of the methods of ROSA. While the JSI method, there is no significant difference.
Both methods were not correlated to the use of these two methods are complementary.
Keywords: notebook, ROSA (Rapid Office Strain Assessment), JSI (Job Strain Index).
ABSTRAK
Penelitian dilakukan untuk menguji perbedaan tingkat risiko kelelahan dan cedera antara
meja yang telah dirancang dengan meja standar, serta membandingkan signifikansi,
kelebihan dan kelemahan dari dua metode yang digunakan. Metode yang digunakan
adalah ROSA (Rapid Office Strain Assessment) dan JSI (Job Strain Index). Penelitian
dilakukan terhadap 13 responden untuk melihat postur responden saat menggunakan
notebook dengan selama 2 jam pada masing-masing meja. Berdasarkan uji statistik,
terdapat perbedaan signifikan antara kedua meja terhadap metode ROSA. Sedangkan pada
metode JSI, tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Kedua metode pun tidak memiliki
korelasi sehingga penggunaan kedua metode saling melengkapi.
Kata kunci: notebook, ROSA (Rapid Office Strain Assessment), JSI (Job Strain Index).
1.
PENDAHULUAN
Semakin meningkatnya jumlah pekerja yang menggunakan komputer atau notebook, mendorong banyaknya penelitian mengenai risiko yang disebabkan oleh sikap statis dalam waktu lama, postur yang kurang tepat, gerakan berulang secara terus-menerus, serta workstation yang digunakan (Amell & Kumar, 1999) (Blatter & Bongers, 2002) (Ming & Zaproudina, 2003) (Sonne, Villalta, & Andrews, 2012). Berbagai literatur
2
menunjukkan bahwa interferensi untuk mengurangi faktor penyebab Musculoskeletal Disorder (MSD) adalah melalui pencegahan dan harus dimulai dari workstation itu sendiri (Silverstain & Clark, 2004) (Lavidge & Steiner, 2000).
Zuraida, Amalia, Nugraha, & Kaharudin (2012) melakukan perancangan meja kerja khusus bagi pengguna notebook yang diharapkan mengurangi kelelahan otot akibat posisi yang kurang mendukung, terutama posisi tubuh bagian atas (upper limb). Meja dirancang berdasarkan konsep pengembangan produk, antropometri (Nurmianto, 2008). (Zuraida, Amalia, Nugraha, & Kaharudin, 2012) menggunakan Nordic Musculoskeletal Questionnaire (NMQ) sebagai dasar pengukuran MSD pengguna notebook yang menggunakan meja standar, serta Rapid Upper Limb Assesment (RULA) untuk mengukur tingkat risiko saat eksperimen penentuan sudut kemiringan alas notebook meja rancangan.
Penelitian ini dilakukan untuk menguji perbedaan tingkat risiko kelelahan atau cedera serta mengurangi stress yang dialami otot terhadap meja rancangan dengan meja yang telah memiliki standarisasi dengan tinggi 75cm. Untuk itu dirasa perlu melakukan lanjutan penelitian mengenai efektivitas rancangan meja kerja bagi pengguna notebook ini terhadap meja standar. Metode yang digunakan untuk pengukuran faktor-faktor penyebab MSD sendiri terbagi menjadi tiga kategori, yaitu subjektif (melalui kuesioner ataupun pengukuran skala), observasi sistematik dan pengukuran langsung (Chiasson, Imbeau, Aubry, & Delisle, 2012). Metode yang umum digunakan, dengan hasil cukup akurat dan biaya tidak mahal adalah metode observasi sistematik, seperti ROSA (Rapid Office Strain Assessment) dan JSI (Job Strain Index).
2.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan pada pengamatan adalah Job Strain Index (JSI) dan Rapid Office Strain Index (ROSA). JSI menggunakan data dari pengamatan tersebut dengan 6 variabel. Sedangkan ROSA memiliki 3 section dengan beberapa sub- section yang terdapat didalamnya. Responden yang turut serta terdiri dari 10 pria dan 3 wanita dengan pengambilan sample secara purposive atau bersyarat, yaitu responden yang terbiasa menggunakan notebook dengan postur tubuh (antropometri) yang tidak cenderung ekstrim.
Penelitian dilakukan dengan cara mengamati aktifitas penggunaan notebook pada meja standar dan rancangan selama masing-masing 2 jam terhadap 13 responden. Aktifitas yang dilakukan adalah dengan melakukan tugas mengetik selama 2 jam dan bersikap sewajarnya tanpa tuntutan untuk mengetik tanpa istirahat. Meja rancangan menggunakan alas notebook dengan kemiringan yang digunakan 12°. Sedangkan meja standar tidak memiliki kemiringan alas notebook. Fasilitas yang digunakan untuk memudahkan penelitian adalah handycam untuk mereka aktifitas dan durasi serta kamera untuk mengambil foto responden dengan 3 posisi berbeda, depan responden, sisi responden dan belakang responden. Rekaman digunakan untuk memudahkan penilaian metode JSI, sedangkan foto digunakan untuk memudahkan metode ROSA. Lalu hasil dari kedua metode dibandingkan untuk melihat kesimpulan.
3.
STUDI PUSTAKA
3.1 JOB STRAIN INDEX
Job Strain index (JSI) merupakan metode untuk mengevaluasi tingkatan risiko dari sebuah pekerjaan yang dapat menyebabkan cedera pada bagian atas yaitu tangan, pergelangan tangan, lengan atas, atau siku (distal upper extremity) (Garg, 1995). Terdapat lima proses pengumpulan data untuk mengetahui tingkatan risiko dengan menggunakan metode job strain index, yaitu (Garg, 1995):
1. Mengumpulkan data dari enam parameter
Terdapat enam parameter yang harus dilakukan pada proses pertama, yaitu (Garg, 1995): a. Intensity of exertion
Parameter ini digunakan untuk menentukan nilai parameter instensitas penggunaan tenaga dari pekerjaan yang dilakukan operator dan memberikan bobot nilai sesuai usaha yang dilakukan operator berdasarkan tabel dibawah ini:
3
Tabel 2.1 Intensity of exertion Kategori Presentase Kekuatan Maksimal Skala Borg Keterangan
Ringan (Light ) <10% ≤2 Kondisi tanpa usaha berarti
Cukup berat
(Somewhat Hard ) 10%-29% 3 Memerlukan usaha
Berat (Hard ) 30%-49% 5 Memerlukan usaha yang lebih
Sangat berat (Very
Hard ) 50%-79% 7 Memerlukan usaha berlebih
Mendekati maksimal
(Near Maximal ) ≥80% >7
Membutuhkan bahu dan punggung untuk mengeluarkan tenaga Sumber: (Garg, 1995)
b. Duration of exertion
Duration of exertion adalah persentase dari waktu suatu exertion berlangsung selama suatu siklus kerja. Nilai ini didapatkan dengan cara mengkalkulasikan data-data yang didapat dengan menggunakan rumus:
observasi
waktu
total
tenaga
penggunaan
waktu
total
100
%DE
=
×
Setelah mendapatkan nilai DE maka selanjutnya nilai tersebut dikonversikan ke dalam nilai rating dan faktor pengali.
c. Usaha permenit
Usaha permenit didapatkan dari perhitungan nilai exertion selama penelitian berlangsung. Lalu dibagi dengan total waktu penelitian (dalam menit).
observasi
waktu
total
tenaga
penggunaan
jumlah
EM
=
d. Postur tangan atau pergelangan tangan
Parameter ini dilakukan dengan pengamatan terhadap pergelangan tanganpada saat exertion dan menjelaskan dengan salah satu posisi yang dirasakan berdasarkan tabel di bawah ini:
Tabel 2.2 Posisi tangan
Kategori Ekstensi pada pergelangan tangan Fleksi pada pergelangan tangan Deviasi pada ulnar Keterangan Sangat baik (Very Good ) 0 0 -100 00-50 00-10 Posisi netral Baik (Good ) 110-250 60-150 110-150 Posisi mendekati netral Cukup baik (Fair ) 26 0 -400 160-300 160-200 Posisi tidak netral Buruk (Bad ) 410-550 310-500 210-250 Posisi sangat tidak netral Sangat buruk (VeryBad ) >60 0 >500 >250 Posisi mendekati ekstrim Sumber: (Garg, 1995)
4
e. Kecepatan kerjaKecepatan kerja dilakukan untuk mengetahui seberapa cepat pekerja melakukan pekerjaannya. Setelah itu sesuaikan dengan tabel di bawah ini:
Tabel 2.3 Kecepatan kerja
Kategori Perbandingan
dengan MTM-1^ Keterangan
Sangat lambat ≤80% Kecepatan sangat lambat
Lambat (Slow ) 81%-90% Kecepatan lambat
Cukup cepat 91%-100% Kecepatan normal
Cepat (Fast ) 101%-115% Kecepatan yang cepat namun dapat
dijaga kecepatannya Sangat cepat
(Very Fast ) >115%
Kecepatan yang sangat cepat namun tidak dapat dijaga kecepatannya
Keterangan: *nilai didapatkan dari perbandingan antara kecepatan observasi dengan kecepatan standar Sumber: (Garg, 1995)
f. Durasi pekerjaan perhari
Nilai pada parameter ini didapatkan dari kondisi yang diamati. 2. Pembobotan setiap variabel kerja
Tabel 2.4 Strain Index Rating Intensity of Exertion/IE Duration of Exertion/ DE Efforts per Minute/ EM Hand/Wrist Posture/HWP Speed of Work/SW Duration of Task per Day/DD 1 Ringan (Light) (1) <10% (0.5) <4 (0.5) Sangat baik (Very Good ) (1) Sangat lambat (very slow ) (1) <1 (0.25) 2 Cukup berat (Somewhat Hard ) (3) 10%-29% (1) 4-8 (1) Baik (good ) (1.5) Lambat (Slow ) (1) 1-2 (0.5) 3 Berat (hard ) (6) 30%-49% (1.5) 9-14 (1.5) Cukup baik (Fair ) (1.5) Cukup cepat (Fair ) (1) 2-4 (0.75) 4 Sangat berat (very hard ) (9) 50%-79% (2) 15-19 (2) Buruk (Bad ) (2) Cepat (Fast ) (1.5) 4-8 (1) 5 Mendekati maksimal (Near Maximal ) (13) 80%-100% (3) ≥20 (3) Sangat buruk (Very Bad ) (2) Sangat cepat (Very Fast ) (2) ≥8 (1.5) Sumber: (Garg, 1995)
5
3. Menentukan pengali untuk setiap variabelTabel 2.5 Pengali variabel
Rating Intensity of Exertion/ IE Duration of Exertion/ DE Efforts per Minute/ EM Hand/ Wrist Posture /HWP Speed of Work/ SW Duration of Task per Day/DD 1 1 0,5 0,5 1,0 1,0 0,25 2 3 1,0 1,0 1,0 1,0 0,5 3 6 1,5 1,5 1,0 1,0 0,75 4 9 2,0 2,0 1,5 1,5 1,0 5 13 3,0 3,0 2,0 2,0 1,5 Sumber: (Garg, 1995)
4. Mengalikan pengali untuk menghitung score Strain Index
SI = IE X DE X EM X HWP X SW X DD 5. Mengevaluasi score job strain index
Setelah melakukan pengalian dari keenam variabel, selanjutnya adalah mengevaluasi nilai dari JSI. Terdapat 3 kategori dalam menentukan tingkatan risiko pekerjaan.
Table 2.6 Tingkatan risiko
Skala Keterangan
Nilai ≤3 Pekerjaan yang diamati cukup aman Nilai > 5 Pekerjaan yang diamati dapat menimbulkan risiko
Nilai ≥7 Pekerjaan yang diamati berbahaya Sumber: (Garg, 1995)
3.2
RAPID OFFICE STRAIN ASSESSMENT
ROSA (Rapid Office Strain Assessment) adalah metode pengambilan kesimpulan yang dirancang untuk mengukur tingkat faktor risiko dalam lingkungan kerja pada penggunaan komputer yang berbasis checklist postur serta penetapan tindakan berdasarkan laporan ketidaknyamanan pekerja. Faktor-faktor risiko yang digambarkan dan diberi kode dengan nilai dari 1 sampai 3. Nilai akhir ROSA berkisar antara 1-10, dimana setiap nilai menunjukan peningkatan faktor risiko. (Sonne, Villalta, & Andrews, 2012) Metode ROSA memiliki beberapa tahapan dalam aplikasi nya, diantaranya (Sonne, Villalta, & Andrews, 2012):
1. Pengembangan alat
Secara garis besar, langkah pertama dalam menjalankan metode ROSA adalah dengan mengidentifikasi karakteristik kerja kantor, tingkat korelasi antara fasilitas kerja dengan pekerja, dan optimalisasi desain workstation dan pekerjaan. Semua posisi yang ideal atau netral diberi nilai 1 sebagai nilai minimal karena dalam kondisi normal menurut standar CSA (Canadian Standards Association) untuk setiap bidang pekerjaan (bagian 1 A, Gambar 2.4). Setiap penyimpangan pada postur netral akan ditambahkan 1 pada skor disetiap bidang yang mengalami perubahan postur normal. Nilai pada penambahan postur berkisar antara 1-3. Faktor yang dapat digunakan secara bersamaan seperti tinggi kursi, tinggi meja, dan lain lain akan diasumsikan penambahan skor +1. Faktor risiko dikelompokan kedalam bagian-bagian berikut: kursi, keyboard, mouse, telephone, dan monitor.
Grafik penilaian dikembangkan dengan cara mencocokkan dua sub-bagian fasilitas kantor terhadap satu sama lain dalam rangka untuk mendapatkan nilai lengkap untuk satu bagian. Semua nilai maksimum dari masing-masing bagian digunakan sebagai sumbu horisontal dan vertikal untuk nilai sub-bagian (yang kemudian digunakan untuk membuat skor akhir ROSA). Nilai dari keyboard, monitor, kursi, telepon, dan mouse kemudian dibandingkan di lain bagan untuk menerima nilai peripherals (Sonne, Villalta, & Andrews, 2012).
6
Sumber: (Sonne, Villalta, & Andrews, 2012)Gambar 2.4.Nilai dan diagram untuk faktor risiko yang terkait dengan ketinggian seat pan (A), kedalaman seat pan (B), sandaran tangan (C) dan back support (D)
2. Pembuatan grafik penilaian
Langkah kedua adalah dengan membuat grafik penilaian. Desain bagian A, B, C, peripherals dan grafik skor akhir di ROSA (Gambar 2.5) yang mencerminkan nilai-nilai peningkatan terkait dengan tingkat risiko yang ditemukan pada kepala / trunk / leher dan grafik skor besar di RULA. Skor didapatkan berdasarkan hasil akumulasi semua nilai yang berkaitan dengan faktor individu dalam klasifikasi bagian (komponen kursi, monitor, telepon, mouse dan keyboard) (Gambar 2.6) (Sonne, Villalta, & Andrews, 2012).
Skor tertinggi pada sub-bagian didapatkan dari hasil maksimum dari semua nilai faktor individu dan durasi pekerjaan. Dalam bagan kursi skor dan grafik scoring peripherals, skor tertinggi yang mungkin dapat dicapai adalah skor 10. Ini juga terjadi pada chart skor akhir. Nilai 10 dipilih untuk menyediakan pengguna dengan mudah memahami sistem penilaian 1-10 yang akan mencerminkan jumlah risiko yang hadir dalam workstation (Sonne, Villalta, & Andrews, 2012).
Sumber: (Sonne, Villalta, & Andrews, 2012)
Gambar 2.5 Grafik penilaian untuk sub-bagian (A, B dan C), monitor dan peripherals score, dan skor akhir ROSA serta contoh skor
7
3. Postur individu dan nilai peralatanSkor untuk masing-masing faktor risiko dimodelkan setelah penyimpangan dari postur netral, sebagaimana dikutip oleh standar CSA dikantor ergonomi (Sonne, Villalta, & Andrews, 2012).
Adapun penilaian fasilitasnya sebagai berikut (Sonne, Villalta, & Andrews, 2012): a. Nilai kursi kantor
Postur duduk normal bagi seseorang adalah dengan lutut ditekuk sekitar 90° dengan kaki datar di lantai. Sandaran harus memungkinkan untuk sekitar 5-7 cm dari ruang antara bagian belakang lutut dan ujung kursi. Jika kedalaman duduk terlalu dalam, sandaran tidak mendukung punggung bawah, dan lengkungan ke belakang yang dihasilkan dari tulang belakang dapat menyebabkan ketidak nyamanan. Selain itu, jika seat pan terlalu pendek, tekanan akan ditempatkan pada bagian belakang paha. Sandaran lengan harus diposisikan sehingga siku berada di 90° dan bahu berada dalam posisi rileks. Keberadaan lengan kursi di kursi juga meningkatkan kenyamanan pada pekerja, dan mengurangi beban statis pada otot bahu dan lengan selama menggunakan mouse. Penting bahwa lengan kursi harus bebas dari tepi yang tajam atau keras, karena hal ini dapat menyebabkan titik-titik tekanan yang menyebabkan kerusakan pada jaringan dalam lengan pekerja (Sonne, Villalta, & Andrews, 2012).
Sandaran punggung harus disesuaikan agar nyaman dengan punggung untuk mempertahankan lekuk alami tulang belakang. Tanpa sandaran punggung yang tepat, tulang belakang akan kehilangan kurva lordotic alami, meningkatkan ketegangan pada tendon ligamen dan otot-otot di bagian belakang. Pekerja harus duduk bersandar dengan derajat kemiringan sekitar 95-110°. Tingkat kemiringan 110° memberikan asumsi yang masuk akal antara penurunan aktivitas otot punggung dan pengurangan dari penjangkau peralatan kantor. Bagian kursi dibagi menjadi 4 sub-bagian yang lebih kecil: sandaran tinggi, kedalaman seat pan, posisi sandaran tangan dan posisi sandaran punggung. Faktor-faktor risiko dan nilai terkait dan diagram untuk masing-masing sub-bagian diuraikan dalam Tabel 2.7 dan Gambar. 2.4 (Sonne, Villalta, & Andrews, 2012). b. Nilai monitor
Menurut Standar CSA, monitor harus diposisikan antara 40 cm dan 75 cm dari pengguna (CSA International, 2000). Ketinggian layar harus diposisikan di tingkat mata, atau hanya di bawah tinggi mata pekerja. Bagian bawah layar harus tidak lebih besar dari 30° dibawah mata. Pemantauan posisi lebih rendah atau lebih tinggi dari 30° berkaitan dengan peningkatan aktivitas otot di leher. Monitor harus diposisikan langsung didepan pekerja, sebagai posisi off-center monitor telah menunjukkan peningkatan ketegangan pada leher. Faktor-faktor risiko dan skor untuk monitor terdapat pada Tabel 2.8, dan diagram yang sesuai dengan monitor di checklist ROSA ditampilkan dalam Icons 3A pada Gambar 2.6 (Sonne, Villalta, & Andrews, 2012).
c. Nilai telephone
Faktor-faktor risiko dan skor untuk telepon dan yang sesuai dengan diagram di ROSA terdapat pada Tabel 2.8 dan Gambar 2.5 bagian B. Seperti yang ditunjukkan, telepon harus diposisikan dalam 300 mm dari pekerja dalam rangka untuk menghilangkan jangkauan yang jauh (CSA International, 2000). Selain itu, disarankan agar menggunakan kontraksi statis untuk memegang headset telepon antara leher dan bahu harus dihindari. Untuk mencapai hal ini, direkomendasikan bahwa pekerja menggunakan perangkat bebas tangan, seperti speakerphone atau headset (Sonne, Villalta, & Andrews, 2012).
d. Nilai mouse
Mouse harus diposisikan dalam garis garis yang sama dengan bahu. Mouse harus diposisikan pada tingkat yang sama seperti keyboard untuk menjaga bahu santai. Meningkatkan jumlah jangkauan yang diperlukan untuk menggunakan mouse dikaitkan dengan meningkatkan aktivitas otot. Mouse itu sendiri harus mengakomodasi ukuran tangan pekerja, tidak menciptakan pegangan mencubit atau titik-titik tekanan (CSA International, 2000). Mouse terkait faktor risiko dan diagram ditunjukkan pada Tabel 2.8 dan Gambar 2.6 bagian C (Sonne, Villalta, & Andrews, 2012).
e. Nilai keyboard
Penempatan keyboard harus memungkinkan pekerja untuk menggunakan keyboard dengan siku ditekuk sekitar 90° dan bahu dalam posisi santai (CSA International, 2000). Pergelangan tangan juga harus lurus. Peningkatan ketinggian keyboard dapat menyebabkan punggung bagian atas meningkat dan aktivitas otot bahu, mengarah pada ketidak nyamanan. Tabel 2.8 dan Gambar 2.6 bagian D menggambarkan faktor-faktor risiko dan diagram checklist ROSA untuk keyboard.
f. Nilai stasiun kerja lainnya
Faktor risiko lain yang termasuk dalam sub-bagian tertentu dari ROSA berdasarkan hubungan mekanika ini adalah: (1) Mencapai item yang overhead yang terletak di bagian keyboard (Gambar 2.6), karena sebagian
8
besar merupakan ekstremitas gerakan, (2) permukaan kerja terlalu tinggi (+1) terletak di bagian penyangga punggung kursi (Gambar 2.4) sebagai permukaan kerja yang terlalu pengaruhnya terhadap bahu dan punggung atas (Sonne, Villalta, & Andrews, 2012).
g. Nilai durasi penggunaan
Untuk setiap bagian dari ROSA, skor wilayah dipengaruhi oleh skor durasi. Sebuah peningkatan yang signifikan dalam prevalensi. Gangguan kerangka-otot pada pekerja yang menggunakan komputer lebih besar dari 4 jam per hari. Setelah skor dihitung untuk kursi, monitor, telepon, keyboard dan bagian mouse, bagian-bagian tersebut diubah oleh skor durasi. Jika seorang pekerja menggunakan peralatan selama lebih dari 1 jam terus menerus atau 4 jam per hari, skor durasi diberi nilai +1. Jika pekerja menggunakan peralatan antara 30 menit dan 1 jam terus menerus atau antara 1-4 jam per hari, maka skor durasi akan diberikan nilai nol. Apabila terus menerus bekerja dalam waktu kurang dari 30 menit atau total 1 jam kerja per hari, maka skor durasi yang diberikan nilai -1 (Sonne, Villalta, & Andrews, 2012).
Sumber: (Sonne, Villalta, & Andrews, 2012)
Gambar 2.6 Skor dan diagram untuk faktor risiko yang terkait dengan monitor (A), telephone (B), mouse (C) dan keyboard (D)
3.3
UJI STATISTIK
3.3.1 Uji Wilcoxon Signed Rank Test
Uji Wilcoxon digunakan untuk menguji hipotesis komparatif pada dua sampel yang berbeda. Pengujian ini memiliki kesamaan dengan uji tanda, karena data dinyatakan dalam bentuk tanda-tanda yaitu positif dan negatif. Namun uji Wilcoxon juga memiliki perbedaan dengan uji tanda, yaitu kalau uji tanda tidak memperhitungkan selisih angka positif dan negatifnya, sebaliknya uji Wilcoxon memperhitungkan selisih tersebut (Ronald E. Walpole, 1993). Rumus yang digunakan untuk pengujian ini adalah:
σ
µ
=
T T-T
Z
Dimana: T = jumlah jenjang
4
)
1
n
(
n
T
+
=
µ
24
1)
1)(2n
n(n
T
+
+
=
σ
9
Untuk menghitung pengujian ini maka ada beberapa langkah yang perlu dilakukan, yaitu:
1. Berikan jenjang atau rank kepada tiap selisih dari pasangan (Y-X) tanpa memperhatikan tanda negatif atau postif. Apabila terdapat dua atau lebih beda yang sama, maka dapat dikatakan bahwa jenjang untuk tiap-tiap selisih merupakan jenjang rata-rata.
2. Berikan tanda postif dan negatif kepada jenjang sesuai dengan tanda dari selisih tersebut. 3. Jumlahkan semua jenjang positif dan negatif.
4. Dari hasil penjumlahan nilai T di atas, yang digunakan adalah nilai T terkecil untuk dilakukan uji dengan perhitungan di atas, dan bandingkan dengan tabel Z. (Drs. Djarwanto, Ps., 2004)
3.3.2 Uji Kendall-Tau
Pengujian korelasi kendall-tau memiliki kesamaan dengan spearman rank yaitu digunakan untuk mencari hubungan antara dua variabel dalam bentuk ordinal dan menguji hipotesisnya. Perbedaannya adalah uji Kendall-tau memiliki kelebihan yaitu dapat menganalisis sampel yang datanya lebih dari 10, juga dapat dicari koefisien parsialnya. Pengujian ini menggunakan simbol τ untuk populasi dan T untuk sampelnya (Prof. Dr. Sugiyono, 2010). Koefisien korelasi Kendall tau dihitung dengan mengunakan rumus:
1)
-n(n
S
2 / 1=
τ
Nilai τ akan muncul antara -1 sampai +1. Untuk n yang lebih besar dari 10 maka τ akan mendekati distribusi normal, dengan mean:
E (τ) = 0 dan deviasi standar:
)
1
n
(
n
9
)
5
n
2
(
2
τ
σ
−
+
=
Setelah itu, pengujian hipotesis adanya korelasi atau tidak antara dua pengamatan, dapat dilakukan dengan menghitung nilai Z:
)
1
n
(
n
9
)
5
n
2
(
2
τ
)
(
E
-τ
Z
−
+
=
στ
τ
=
Dimana :τ = Koefisien korelasi kendall-tau yang besarnya ( -1< 0 < 1 ) S = Penjumlahan nilai ranking
N = Jumlah anggota sampel
τ
σ
= Deviasi standarDengan kriteria keputusan, Ho diterima apabila Z ≤ Zα/2 dan Ho ditolak apabila Z >Zα/2 ( Drs. Djarwanto, Ps., 2004).
4.
HASIL DAN BAHASAN
4.1 Job Strain Index
Metode Job Strain Index digunakan untuk menganalisa beberapa variabel terkait penelitian menggunakan meja standar dan meja rancangan selama masing-masing 2 jam penuh dengan sikap normal atau sewajarnya. Beberapa variabel diasumsikan konstan atau sama karena penggunaan ruangan, cahaya, jenis pekerjaan serta kecepatan pekerjaan yang dianggap sama.
10
Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Job Strain Index Terhadap Meja Standar dan Meja Rancangan
IE DE EM HP SW DTD Results IE DE EM HP SW DTD Results
L
1
3
0.5
1
1
0.8
1.1
1
2
0.5
1
1
0.8
0.8
R
1
3
0.5
1
1
0.8
1.1
1
3
0.5
1
1
0.8
1.1
L
1
2
0.5
1
1
0.8
0.8
1
2
0.5
1
1
0.8
0.8
R
1
3
0.5
1
1
0.8
1.1
1
3
0.5
1
1
0.8
1.1
L
1
2
0.5
1
1
0.8
0.8
1
3
0.5
1
1
0.8
1.1
R
1
3
0.5
1
1
0.8
1.1
1
3
0.5
1
1
0.8
1.1
L
1
2
0.5
1
1
0.8
0.8
1
2
0.5
1
1
0.8
0.8
R
1
3
0.5
1
1
0.8
1.1
1
3
0.5
1
1
0.8
1.1
L
1
3
0.5
1
1
0.8
1.1
1
2
0.5
1
1
0.8
0.8
R
1
3
0.5
1
1
0.8
1.1
1
3
0.5
1
1
0.8
1.1
L
1 1.5 0.5
1
1
0.8
0.6
1
3
0.5
1
1
0.8
1.1
R
1
2
0.5
1
1
0.8
0.8
1
3
0.5
1
1
0.8
1.1
L
1 1.5 0.5
1
1
0.8
0.6
1
1
0.5
1
1
0.8
0.4
R
1
3
0.5
1
1
0.8
1.1
1
3
0.5
1
1
0.8
1.1
L
1
3
0.5
1
1
0.8
1.1
1
2
0.5
1
1
0.8
0.8
R
1
3
0.5
1
1
0.8
1.1
1
3
0.5
1
1
0.8
1.1
L
1
1
0.5
1
1
0.8
0.4
1
2
0.5
1
1
0.8
0.8
R
1
3
0.5
1
1
0.8
1.1
1
3
0.5
1
1
0.8
1.1
L
1
2
0.5
1
1
0.8
0.8
1
3
0.5
1
1
0.8
1.1
R
1
3
0.5
1
1
0.8
1.1
1
3
0.5
1
1
0.8
1.1
L
1 1.5 0.5
1
1
0.8
0.6
1
1.5 0.5
1
1
0.8
0.6
R
1
3
0.5
1
1
0.8
1.1
1
3
0.5
1
1
0.8
1.1
L
1
2
0.5
1
1
0.8
0.8
1
2
0.5
1
1
0.8
0.8
R
1
3
0.5
1
1
0.8
1.1
1
3
0.5
1
1
0.8
1.1
L
1
3
0.5
1
1
0.8
1.1
1
2
0.5
1
1
0.8
0.8
R
1
3
0.5
1
1
0.8
1.1
1
3
0.5
1
1
0.8
1.1
Risk
Factor
Rancangan
Standar
X-9
X-10
X-11
X-1
X-2
X-3
X-4
X-5
X-12
X-13
X-6
X-7
X-8
Sumber: Pengolahan Data
Berdasarkan score dari metode job strain index pada bagian tangan kanan, penggunaan meja standar memiliki nilai yang konstan atau sebanyak 13 responden bernilai sama yaitu 1.1. Sedangkan, pada bagian meja rancangan, terdapat 1 responden bernilai 0.8, dan 12 responden lainnya bernilai 1.1 dengan nilai rata-rata dari score pada metode job strain index sebesar 1.077. Untuk hasil score dari metode job strain index pada bagian tangan kiri, penggunaan meja standar memiliki variasi nilai dengan rata-rata score sebesar 0.823. sedangkan pada bagian meja rancangan, hasil yang didapat pada nilai rata-rata dari score dengan metode job strain index sebesar 0.815.
11
4.2
RAPID OFFICE STRAIN ASSESSMENT (ROSA)
Nilai ROSA didapatkan dari 3 buah section yaitu:
1. Section A, terdiri dari tinggi kursi, kedalaman seat pan, posisis sandaran tangan dan posisi sandaran 2. Punggung
3. Section B, terdiri dari monitor dan telepon 4. Section C, terdiri dari mouse dan keyboard
Berikut hasil dari pengamatan terhadap 13 responden pada metode ROSA.
Tabel 4.2 Hasil perhitungan ROSA terhadap meja standar
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13
Chair
Duration
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0.00
Chair Height
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
3
2.00
Pan Depth
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
1
1
1
1.69
Armrest
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0.00
Back Support
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3.00
Score
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
2
2
3
2.77
Monitor &
Telephone
Duration
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0.00
Monitor
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2.00
Telephone
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0.00
Score
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1.00
Mouse &
Keyboard
Duration
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0.00
Mouse
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2.00
Keyboard
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2.08
Score
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2.08
Peripherals
& Monitor
Duration
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0.00
Score
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2.08
ROSA
SCORE
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
2
2
3
2.77
Variable
Responden
Rata-rata
12
Tabel 4.3 Hasil perhitungan ROSA terhadap meja rancangan
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13
Chair
Duration
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0.00
Chair Height
1
1
2
1
1
1
1
1
2
1
1
2
1
1.23
Pan Depth
2
2
1
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
1.85
Armrest
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0.00
Back Support
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2.00
Score
2
2
2
2
2
2
2
2
3
2
2
3
2
2.15
Monitor &
Telephone
Duration
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0.00
Monitor
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2.00
Telephone
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0.00
Score
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1.00
Mouse &
Keyboard
Duration
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0.00
Mouse
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2.00
Keyboard
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1.08
Score
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2.00
Peripherals &
Monitor
Duration
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0.00
Score
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2.00
ROSA
SCORE
2
2
2
2
2
2
2
2
3
2
2
3
2
2.15
Variable
Responden
Rata-rata
Sumber: Pengolahan Data
Penilaian score pada metode ROSA untuk meja standar memiliki nilai rata-rata sebesar 2.679 atau nilai modus sebesar 3 pada 10 responden dan 3 Responden lainnya bernilai 2. Sedangkan pada meja rancangan memiliki nilai rata-rata sebesar 2.154 atau nilai modus sebesar 2 pada 11 responden dan 2 Responden lainnya bernilai 2.
4.3
UJI STATISTIK
Pada pengujian statistik digunakan 2 macam uji statistik, yaitu Wilcoxon signed rank test dan kendall tau. Masing-masing dari kedua uji ini menggunakan alpha sebesar 0,05 yang ditetapkan peneliti karena nilai tersebut dianggap tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil untuk digunakan sebagai alpha atau standar error. Uji wilcoxon signed rank test digunakan untuk membandingkan hasil risiko kelelahan antara penggunaan meja rancangan terhadap penggunaan meja standar. Pada metode JSI, pengujian dibedakan menjadi 2 kelompok berdasarkan tangan yang digunakan yaitu tangan kiri dan tangan kanan. Sedangkan pada metode ROSA tidak dibedakan berdasarkan penggunaan tangan. Berikut hasil pengujiaannya:
13
Tabel 4.4 Kesimpulan hasil uji kedua meja
Pengujian Hipotesis Hasil Kesimpulan Hasil mejarancangan dan meja standar (JSI
tangan kanan)
H0 = µ1 = µ2
H1 = µ1 ≠ µ2 Terima H0
Tidak ada perbedaan tingkat kelelahan antara penggunaan meja standar dengan meja rancangan Hasil meja
rancangan dan meja standar (JSI
tangan kiri)
H0 = µ1 = µ2
H1 = µ1 ≠ µ2 Terima H0
Tidak ada perbedaan tingkat kelelahan antara penggunaan meja standar dengan meja rancangan Hasil meja rancangan dan meja standar (ROSA) H0 = µ1 = µ2 H1 = µ1 ≠ µ2 Tolak H0 Terdapat perbedaan tingkat kelelahan antara penggunaan meja standar dengan meja rancangan Sumber: Pengolahan Data
Uji kendall tau untuk menguji apakah kedua metode memiliki korelasi. Dua pengujian pada meja standar dilakukan terhadap ROSA dengan JSI (tangan kanan) dan ROSA dengan JSI (tangan kiri).
Tabel 4.5 Kesimpulan hasil uji kedua meja
Pengujian Hipotesis Hasil Kesimpulan
Hasil ROSA dan JSI terhadap tangan kanan meja standar H0 = Tidak berhubungan H1 = Berhubungan Terima H0
Tidak ada hubungan antara metode ROSA dan JSI terhadap tangan kanan pada meja standar Hasil ROSA dan
JSI terhadap tangan kanan meja rancangan H0 = Tidak berhubungan H1 = Berhubungan Terima H0
Tidak ada hubungan antara metode ROSA dan JSI terhadap tangan kanan pada meja rancangan Hasil ROSA dan
JSI terhadap tangan kiri meja
standar
H0 = Tidak berhubungan H1 = Berhubungan
Terima H0
Tidak ada hubungan antara metode ROSA dan JSI terhadap tangan kiri pada meja standar
Hasil ROSA dan JSI terhadap tangan kiri meja
rancangan
H0 = Tidak berhubungan H1 = Berhubungan
Terima H0
Tidak ada hubungan antara metode ROSA dan JSI terhadap tangan kiri pada meja rancangan
14
5.
SIMPULAN DAN SARAN
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Nilai risiko kelelahan pada kedua meja sebagai berikut: a. Metode Job Strain Index
Pada nilai risiko kelelahan penggunaan meja standar bagian tangan kanan, nilai yang dihasilkan ke-13 responden memiliki nilai yang konstan sebesar 1.1 dan nilai rata-rata sebesar 1.077 pada penggunaan meja rancangan. Sedangkan pada bagian tangan kiri, nilai risiko kelelahan penggunaan meja standar memiliki rata-rata sebesar 0.823 dan 0.815 pada penggunaan meja rancangan.
b. Metode ROSA
Pada penggunaan meja standar, nilai akhir ROSA memiliki nilai modus 3. Sedangkan pada penggunaan meja rancangan memiliki nilai modus 2.
2. Berdasarkan pengujian statistik, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara penggunaan meja standar dengan meja rancangan terhadap tangan kanan dan kiri pada metode job strain index, sementara pada metode ROSA terdapat perbedaan antara penggunaan meja standar dengan meja rancangan.
3. Berdasarkan pengujian statistik, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antar kedua metode. Tetapi pada perbandingan metode ROSA dengan JSI (tangan kanan) pada penggunaan meja standar tidak dapat disimpulkan karena nilai pada JSI (tangan kanan) penggunaan meja standar bernilai konstan, hal ini dikarenakan bahwa pada kalkulasi software SPSS maupun manual tidak menghasilkan nilai p-value dan correlation coeffecient.
4. Metode job strain index memiliki kelebihan pada akurasi hasil, dengan beberapa kelemahan seperti banyak waktu yang dibutuhkan untuk menentukan nilai skor JSI, perlu fasilitas tambahan, dan membutuhkan peran ROSA sebagai metode pelengkap. Sedangkan metode ROSA sangat mudah dan tidak memakan waktu yang banyak dalam penelitiannya,tetapi memiliki kelemahan seperti hasil akurasi yang kadang kurang tepat.
SARAN
Berdasarkan penelitian dan hasil pembahasan serta kesimpulan yang diperoleh, maka saran yang dapat diberikan sebagai berikut:
1. Apabila ada yang ingin melakukan penelitian yang seperti ini, sebaiknya menggunakan kedua metode. 2. Menambah beberapa fitur tambahan yang membuat produk memiliki nilai lebih dalam aspek
pengembangan produk.
3.
Apabila dilakukan penelitian lanjutan, maka perlu adanya pertimbangan mengenai
variabel psikologis seperti faktor kebiasaan.
4.
Perlu adanya pertimbangan EE Line (Ear Eye Line) terhadap postur tubuh responden.
5.Untuk membuktikan ada tidaknya pengaruh jumlah responden terhadap tingkat risko
kelelahan pada penelitian ini, maka perlu dilakukan penelitian yang serupa dengan
jumlah responden lebih banyak.
6.
REFERENSI
Amell, T., & Kumar, S. (1999). Cumulative trauma disoders and keyboarding work. International Journal of Industrial Ergonomics , 69-78.
Blatter, B., & Bongers, P. (2002). Duration of computer use and mouse use in relation to musculoskeletal disorders of neck or upper limb. International Journal of Industrial Ergonomics , 295–306.
Chiasson, M.-È., Imbeau, D., Aubry, K., & Delisle, A. (2012). Comparing the results of eight methods used to evaluate risk factors associated. International Journal of Industrial Ergonomics .
15
Garg, J. S. (1995). The Strain Index: A Proposed Method To Analyze Jobs For Risk. American Industrial Hygiene Association Journal .
Lavidge, R., & Steiner, G. A. (2000). A Model For Predictive Measurements of Advertising Effectiveness. Advertising & Society Review , 1 (1).
Ming, Z., & Zaproudina, N. (2003). Computer use related upper limb musculoskeletal (ComRULM). Nurmianto, E. (2008). Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Guna Widya.
Pearce, E. C. (2000). Anatomi dan Fisiologi ntuk Paramedis. Gramedia Pustaka Utama.
Silverstain, B., & Clark, R. (2004). Interventions to reduce work-related musculoskeletal. J. Electromyogr. Kinesiol .
Sonne, M., Villalta, D. L., & Andrews, D. M. (2012). Development and evaluation of an of!ce ergonomic risk checklist:. Applied Ergonomics .
Zuraida, R., Amalia, F., Nugraha, N. A., & Kaharudin, R. (2012). Pengukuran Ketidaknyamanan Pengguna Notebook pada meja standar dan Resiko pada Meja Ekperimen. Seminar Ergonomi. Bandung: Widyatama University.
7.
RIWAYAT PENULIS
Caesar Danu Wijaya lahir di Jakarta, Indonesia pada tanggal 25 bulan oktober tahun 1991. Penulis menamatkan pendidikan SMA pada tahun 2009 di SMA Negeri 2 Kota Serang dan meraih gelar S.T. pada tahun 2013 di Binus University.
Karimah lahir di Surakarta, Indonesia pada tanggal 16 bulan juni tahun 1991. Penulis menamatkan pendidikan SMA pada tahun 2009 di SMA Bakti Mulya 400 dan meraih gelar S.T. pada tahun 2013 di Binus University. Yunita lahir di Jakarta, Indonesia pada tanggal 23 bulan maret tahun 1992. Penulis menamatkan pendidikan SMA pada tahun 2009 di SMA Yadika 5 Jakarta dan meraih gelar S.T. pada tahun 2013 di Binus University.