• Tidak ada hasil yang ditemukan

PT BII FINANCE CENTER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PT BII FINANCE CENTER"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

PT BII FINANCE CENTER

LAPORAN KEUANGAN

UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2011, 2010 DAN 2009 DAN LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN

(2)

SURAT PERNYATAAN DIREKSI

LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN 1 LAPORAN KEUANGAN – Pada tanggal 31 Desember 2011, 2010 dan 2009 serta untuk

tahun-tahun yang berakhir pada tanggal tersebut

Laporan Posisi Keuangan 2

Laporan Laba Rugi Komprehensif 4

Laporan Perubahan Ekuitas 5

Laporan Arus Kas 6

Catatan atas Laporan Keuangan 7

(3)
(4)
(5)

Rp Rp Rp

ASET

Kas dan bank - bersih 5

Pihak berelasi 30 2.335.663.759 11.239.876.372 5.778.498.959 Pihak ketiga 7.310.821.629 3.738.443.869 8.561.244.824

Jumlah 9.646.485.388 14.978.320.241 14.339.743.783

Piutang sewa pembiayaan - bersih 6

Pihak berelasi - setelah dikurangi pendapatan belum diakui sebesar Rp 205.537.876 pada

31 Desember 2011 30 641.617.124 -

-Pihak ketiga - setelah dikurangi pendapatan belum diakui dan cadangan kerugian penurunan nilai sebesar Rp 67.423.849 pada 31 Desember 2011, Rp 75.830.963 pada 31 Desember 2010 dan

Rp 4.683.329 pada 31 Desember 2009 927.393.542 436.038.539 59.708.669

Jumlah - bersih 1.569.010.666 436.038.539 59.708.669

Piutang pembiayaan konsumen - bersih 7

Pihak berelasi - setelah dikurangi pendapatan 30 belum diakui dan cadangan kerugian

penurunan nilai sebesar Rp 1.469.095.134 pada 31 Desember 2011, Rp 427.963.677 pada 31 Desember 2010 dan

Rp 1.283.331.065 pada 31 Desember 2009 5.068.615.125 1.399.638.002 4.633.765.066 Pihak ketiga - setelah dikurangi pendapatan

belum diakui dan cadangan kerugian penurunan nilai sebesar Rp 150.984.507.339 pada 31 Desember 2011, Rp 57.606.273.136 pada 31 Desember 2010 dan

Rp 20.580.256.818 pada 31 Desember 2009 1.043.100.213.743 327.005.171.299 131.442.079.514 Jumlah - bersih 1.048.168.828.868 328.404.809.301 136.075.844.580

Piutang lain-lain - setelah dikurangi

cadangan kerugian penurunan nilai sebesar nihil pada 31 Desember 2011 dan 2010 dan

Rp 12.782.006 pada 31 Desember 2009 8,30 6.591.636.648 92.344.825.161 14.872.967.721

Biaya dibayar dimuka 9 5.933.160.762 9.125.253.272 50.083.252.974

Aset pajak tangguhan 29 2.852.651.238 771.694.028

-Investasi saham - bersih 10 - - 1.089.000.000

Aset tetap - setelah dikurangi akumulasi penyusutan sebesar Rp 12.363.636.113 pada 31 Desember 2011, Rp 8.726.083.932 pada 31 Desember 2010 dan

Rp 7.918.594.848 pada 31 Desember 2009 11 33.703.112.361 10.296.020.101 4.314.591.548

Aset lain-lain 12 1.899.843.750 362.854.501 375.697.846

JUMLAH ASET 1.110.364.729.681 456.719.815.144 221.210.807.121

Lihat catatan atas laporan keuangan yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan.

(6)

Catatan 2011 2010 2009

Rp Rp Rp

LIABILITAS DAN EKUITAS LIABILITAS Utang bank 13 Pihak berelasi 30 38.000.000.000 4.000.000.000 25.000.000.000 Pihak ketiga 175.000.000.000 - 5.535.319.636 Jumlah 213.000.000.000 4.000.000.000 30.535.319.636 Utang usaha 14 91.394.965.909 42.584.898.346 9.497.102.206 Utang pajak 15 13.809.897.607 6.769.990.713 2.716.062.979 Utang lain-lain 16 Pihak berelasi 30 7.685.321.382 18.355.010.524 8.875.668.031 Pihak ketiga 86.015.121.116 55.897.651.701 108.144.982.787 Jumlah 93.700.442.498 74.252.662.225 117.020.650.818

Biaya masih harus dibayar 17,30 15.838.762.195 10.581.648.864 2.619.415.140

Liabilitas pajak tangguhan 29 - - 48.534.221

Surat utang jangka menengah 18 498.547.388.206 223.604.110.610

-Liabilitas imbalan pasca kerja 19 497.726.707 641.951.461 531.289.947

Jumlah Liabilitas 926.789.183.122 362.435.262.219 162.968.374.947

EKUITAS

Modal saham - 20

Nilai nominal Rp 1.000 per saham Modal dasar - 60.000.000 lembar saham Modal ditempatkan dan disetor -

32.370.000 lembar saham pada 31 Desember 2011 dan 15.000.000 lembar saham pada 31 Desember 2010

dan 2009 32.370.000.000 15.000.000.000 15.000.000.000

Saldo laba

Ditentukan penggunaannya 39 3.449.912.067 -

-Tidak ditentukan penggunaannya 147.755.634.492 79.284.552.925 43.242.432.174

Jumlah Ekuitas 183.575.546.559 94.284.552.925 58.242.432.174

JUMLAH LIABILITAS DAN EKUITAS 1.110.364.729.681 456.719.815.144 221.210.807.121

Lihat catatan atas laporan keuangan yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan.

(7)

Catatan 2011 2010 2009 Rp Rp Rp PENDAPATAN Pembiayaan konsumen 21,30 359.541.514.628 182.271.370.519 88.545.352.194 Penghasilan bunga 22,30 1.580.537.439 1.027.921.906 817.719.016 Sewa pembiayaan 23,30 289.684.832 57.539.745 63.209.889

Keuntungan kurs mata uang asing - 6.716.830 -

Penghasilan lain-lain 24 1.025.804.098 360.512.426 3.485.341.002 Jumlah Pendapatan Usaha 362.437.540.997 183.724.061.426 92.911.622.101

BEBAN

Beban tenaga kerja 25 44.838.533.810 32.482.246.812 19.626.308.906 Beban bunga 26,30 47.101.760.100 6.607.886.612 3.710.586.267 Beban kerugian penurunan nilai 541.641.564 566.466.026 1.162.468.438 Penyusutan 11 4.189.222.477 1.978.039.618 1.377.831.504 Beban provisi dan komisi 30 2.302.236.160 682.045.342 200.577.976 Beban pemasaran 27 145.238.221.102 77.569.385.676 32.451.506.711 Kerugian kurs mata uang asing 1.052.909 - 27.669.838 Beban lain-lain 28,30 22.412.536.201 17.778.326.858 13.190.040.905 Jumlah Beban Usaha 266.625.204.323 137.664.396.944 71.746.990.545

LABA SEBELUM PAJAK 95.812.336.674 46.059.664.482 21.164.631.556

BEBAN PAJAK - BERSIH 29 (23.891.343.040) (11.560.543.816) (6.225.800.260)

LABA BERSIH DAN JUMLAH LABA

KOMPREHENSIF TAHUN BERJALAN 71.920.993.634 34.499.120.666 14.938.831.296

Lihat catatan atas laporan keuangan yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan.

(8)

Ditentukan Belum ditentukan

Catatan Modal Disetor penggunaannya penggunaannya Jumlah ekuitas

Rp Rp Rp Rp

Saldo per 1 Januari 2009 15.000.000.000 - 28.303.600.878 43.303.600.878 Laba komprehensif tahun berjalan - - 14.938.831.296 14.938.831.296 Saldo per 31 Desember 2009 15.000.000.000 - 43.242.432.174 58.242.432.174 Penyesuaian sehubungan dengan

penerapan awal PSAK 55

(revisi 2006) 38 - - 1.543.000.085 1.543.000.085

Saldo per 1 Januari 2010 15.000.000.000 - 44.785.432.259 59.785.432.259 Laba komprehensif tahun berjalan - - 34.499.120.666 34.499.120.666 Saldo per 31 Desember 2010 15.000.000.000 - 79.284.552.925 94.284.552.925 Penambahan modal disetor 20 17.370.000.000 - - 17.370.000.000

Cadangan umum 39 - 3.449.912.067 (3.449.912.067)

-Laba komprehensif tahun berjalan - - 71.920.993.634 71.920.993.634 Saldo per 31 Desember 2011 32.370.000.000 3.449.912.067 147.755.634.492 183.575.546.559

Lihat catatan atas laporan keuangan yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan.

(9)

2011 2010 2009

Rp Rp Rp

ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI

Penerimaan kas dari:

Sewa pembiayaan 3.009.592.654 219.335.998 1.479.367.328 Pembiayaan konsumen 3.630.851.850.176 2.368.868.979.576 1.457.314.159.029 Penerimaan dari pendapatan administrasi,denda

keterlambatan dan pelunasan dipercepat 19.001.762.974 11.301.175.021 62.568.315.048 Penerimaan bunga 1.580.537.439 1.027.921.906 817.719.015 Penerimaan kas sehubungan dengan kerjasama

pembiayaan bersama 969.519.434.491 1.580.375.530.172 417.840.254.996 Pembayaran kas untuk transaksi pembiayaan (4.700.792.165.438) (3.967.765.461.661) (1.876.565.992.657) Pembiayaan aktivitas operasi lainnya

Pembayaran bunga (45.289.247.555) (5.780.265.644) (3.600.586.267) Pembayaran biaya penerbitan surat utang

jangka menengah (2.341.094.964) (1.524.672.726)

-Pembayaran beban umum dan administrasi (342.598.871.310) (170.824.967.111) (82.312.095.975) Pembayaran pajak penghasilan (18.912.990.720) (7.012.252.884) (4.516.094.713) Kas Bersih Digunakan untuk Aktivitas Operasi (485.971.192.253) (191.114.677.353) (26.974.954.196)

ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI

Perolehan aset tetap (3.589.306.272) (8.179.795.981) (884.173.534) Hasil penjualan aset tetap 228.663.672 381.000.000 116.643.750 Pelepasan penyertaan saham - 1.100.000.000

-Kas Bersih Digunakan untuk Aktivitas Investasi (3.360.642.600) (6.698.795.981) (767.529.784)

ARUS KAS DARI AKTIVITAS PENDANAAN

Penerimaan utang bank 490.000.000.000 164.145.177.745 86.257.005.740 Pembayaran utang bank (281.000.000.000) (190.680.497.381) (88.054.057.578) Penerbitan surat utang jangka menengah 500.000.000.000 225.000.000.000

-Penyelesaian surat utang jangka menengah (225.000.000.000) - -Kas Bersih Diperoleh dari (Digunakan untuk)

Aktivitas Pendanaan 484.000.000.000 198.464.680.364 (1.797.051.838)

KENAIKAN (PENURUNAN) BERSIH KAS DAN BANK (5.331.834.853) 651.207.030 (29.539.535.818)

KAS DAN BANK AWAL TAHUN 14.978.320.241 14.339.743.783 44.012.214.093

Penyisihan cadangan penurunan nilai - (12.630.572) (132.934.492)

KAS DAN BANK AKHIR TAHUN 9.646.485.388 14.978.320.241 14.339.743.783

PENGUNGKAPAN TAMBAHAN

Aktivitas investasi yang tidak mempengaruhi kas:

Penambahan aset tetap melalui penambahan modal 17.370.000.000 -

-Lihat catatan atas laporan keuangan yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan.

(10)

1. UMUM

a. Pendirian dan Informasi Umum Perusahaan

PT BII Finance Center (Perusahaan) didirikan berdasarkan akta notaris No. 163 tanggal 13 Pebruari 1991 dari Richardus Nangkih Sinulingga, SH, notaris di Jakarta. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusannya No. C2-2005.HT.01.01 TH91 tanggal 5 Juni 1991 serta dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 78 tambahan No. 4827 tanggal 2 September 1992. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa perubahan, terakhir dengan Akta Notaris No. 77 tanggal 24 Agustus 2011 dari Fransiscus Xaverius Budi Santoso Isbandi, SH, notaris di Jakarta sehubungan dengan peningkatan modal ditempatkan dan modal disetor Perusahaan dalam bentuk inbreng. Akta perubahan ini telah mendapat persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan surat keputusannya No. AHU-AH.01.10-30085 tanggal 22 September 2011. Perusahaan telah memperoleh izin operasinya sebagai lembaga pembiayaan dari Menteri Keuangan Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. 888/KMK.013/1991 tanggal 22 Agustus 1991, yang telah diubah dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. KEP-237/KM.5/2005 tanggal 4 Agustus 2005.

Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan meliputi bidang usaha pembiayaan dalam bentuk sewa pembiayaan, anjak piutang, kartu kredit dan pembiayaan konsumen. Perusahaan dapat pula melaksanakan kegiatan berdasarkan prinsip syariah.

Perusahaan berdomisili di Jakarta dengan kantor cabang di Jakarta Utara, Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, Medan, Palembang, Makassar, Tangerang, Denpasar, Bekasi, Bogor, Pekanbaru, Samarinda, Banjarmasin, Manado dan Bandar Lampung. Kantor pusat Perusahaan beralamat di Wisma Eka Jiwa lantai 10, Jl. Mangga Dua Raya Jakarta 10730.

Perusahaan tergabung dalam kelompok usaha (grup) BII. Jumlah rata-rata karyawan Perusahaan sebanyak 859, 752 dan 451 karyawan pada tahun 2011, 2010 dan 2009.

b. Penawaran Terbatas Surat Utang Jangka Menengah (Medium Term Notes)

Pada bulan Oktober dan Desember 2010, Perusahaan menerbitkan Medium Term Notes I dan II BII Finance tahun 2010 (MTN I dan II) dengan nilai nominal masing-masing sebesar Rp 75.000.000.000 dan Rp 150.000.000.000 dengan tingkat bunga masing-masing sebesar 9,25% dan 8,75% per tahun dan jatuh tempo masing-masing pada tanggal 20 Oktober 2011 dan 21 Desember 2011.

Pada bulan Maret 2011 Perusahaan menerbitkan Medium Term Notes III BII Finance tahun 2011 (MTN III) dengan nilai nominal sebesar Rp 200.000.000.000 dengan tingkat bunga sebesar 9,50% per tahun dan jatuh tempo pada tanggal 4 September 2012.

Pada bulan Nopember 2011 Perusahaan menerbitkan Medium Term Notes IV BII Finance tahun 2011 (MTN IV) dengan nilai nominal sebesar Rp 300.000.000.000 dengan tingkat bunga sebesar 9,00% per tahun dan jatuh tempo pada tanggal 17 Mei 2013.

(11)

c. Dewan Komisaris dan Direksi

Susunan Dewan Komisaris dan Direksi Perusahaan pada tanggal 31 Desember 2011, 2010 dan 2009 adalah sebagai berikut:

2011 2010 2009

Dewan Komisaris

Komisaris Utama Djaja Suryanto Sutandar Djaja Suryanto Sutandar Djaja Suryanto Sutandar Komisaris Djojo Boentoro Suwandi Wiratno Suwandi Wiratno

Irma Savitry

Dewan Direksi

Direktur Utama Alexander Alexander Alexander

Direktur Pemasaran Miki Effendi Andreas Sudarto Samiadji Andreas Sudarto Samiadji Direktur Operasional Tjahjo Watjono Tjahjo Watjono Irwan Sadewa

Ruang lingkup Direktur Utama mencakup bidang pemasaran, sumber daya manusia, ekspansi usaha dan pengembangan produk. Sedangkan ruang lingkup Direktur Pemasaran mencakup bidang pemasaran dan Direktur Operasional mencakup bidang pemantauan risiko, remedial, operasional, legal, akuntansi dan administrasi.

2. PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN BARU DAN REVISI (PSAK) DAN INTERPRETASI STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN (ISAK)

a. Standar yang berlaku efektif pada tahun berjalan

Dalam tahun berjalan, Perusahaan telah menerapkan semua standar baru dan revisi serta interpretasi yang dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan dari Ikatan Akuntan Indonesia yang relevan dengan operasinya dan efektif untuk periode akuntansi yang dimulai pada tanggal 1 Januari 2011. Penerapan standar baru dan revisi serta interpretasi telah berdampak terhadap perubahan kebijakan akuntansi Perusahaan yang mempengaruhi penyajian dan pengungkapan laporan keuangan untuk tahun berjalan atau tahun sebelumnya:

 PSAK 1 (revisi 2009), Penyajian Laporan Keuangan

Standar revisi ini mengatur perubahan dalam format dan isi laporan keuangan, termasuk revisi judul laporan keuangan.

Sebagai hasil dari penerapan standar revisi ini, Perusahaan menyajikan semua perubahan pemilik dalam ekuitas pada laporan perubahan ekuitas. Semua perubahan non-pemilik dalam ekuitas disajikan dalam laporan laba rugi komprehensif. Informasi komparatif disajikan kembali untuk menyesuaikan dengan standar.

Sebagai tambahan, standar revisi mengharuskan penyajian laporan posisi keuangan paling awal penyajian karena perubahan klasifikasi dan pengungkapan tambahan juga dilakukan sehubungan dengan manajemen modal, penilaian kritis dalam menerapkan kebijakan akuntansi, dan sumber-sumber utama ketidakpastian estimasi.

(12)

 PSAK 7 (revisi 2010), Pengungkapan Pihak-pihak Berelasi.

Standar ini memperluas definisi pihak berelasi dan pengungkapan hubungan pihak-pihak berelasi, transaksi dan saldo termasuk komitmen antara mereka. Standar ini juga mengharuskan pengungkapan atas kompensasi secara keseluruhan dan masing-masing kategori kompensasi yang diberikan kepada semua personil manajemen kunci juga diharuskan.

Perusahaan telah mengevaluasi hubungan antara pihak-pihak berelasi dan mengungkapkannya sesuai dengan standar revisi ini.

Berikut ini standar baru dan standar revisi serta interpretasi yang diterapkan dalam laporan keuangan. Penerapan ini tidak memiliki pengaruh yang signifikan atas jumlah yang dilaporkan dalam laporan keuangan tetapi mempengaruhi akuntansi untuk transaksi masa depan:

 PSAK 2 (revisi 2009), Laporan Arus Kas

 PSAK 3 (revisi 2010), Laporan Keuangan Interim

 PSAK 4 (revisi 2009), Laporan Keuangan Konsolidasian dan Laporan Keuangan Tersendiri

 PSAK 5 (revisi 2009), Segmen Operasi

 PSAK 8 (revisi 2010), Peristiwa Setelah Periode Pelaporan

 PSAK 12 (revisi 2009), Bagian Partisipasi dalam Ventura Bersama  PSAK 15 (revisi 2009), Investasi pada Entitas Asosiasi

 PSAK 19 (revisi 2010), Aset Tak Berwujud  PSAK 23 (revisi 2010), Pendapatan

 PSAK 25 (revisi 2009), Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan

 PSAK 48 (revisi 2009), Penurunan Nilai Aset

 PSAK 57 (revisi 2009), Provisi, Liabilitas Kontinjensi dan Aset Kontinjensi

 PSAK 58 (revisi 2009), Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan

 ISAK 7 (revisi 2009), Konsolidasi Entitas Bertujuan Khusus

 ISAK 9, Perubahan atas Liabilitas Aktivitas Purnaoperasi, Restorasi, dan Liabilitas Serupa

 ISAK 10, Program Loyalitas Pelanggan

 ISAK 11, Distribusi Aset Nonkas Kepada Pemilik

 ISAK 12, Pengendalian Bersama Entitas: Kontribusi Nonmoneter oleh Venturer  ISAK 14, Aset Tak Berwujud – Biaya Situs Web

 ISAK 17, Laporan Keuangan Interim dan Penurunan Nilai b. Standar dan interpretasi telah diterbitkan tapi belum diterapkan

i. Efektif untuk periode yang dimulai pada atau setelah 1 Januari 2012:  PSAK 10 (revisi 2010), Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing  PSAK 16 (revisi 2011), Aset Tetap

 PSAK 18 (revisi 2010), Akuntansi dan Pelaporan Program Manfaat Purnakarya  PSAK 24 (revisi 2010), Imbalan Kerja

 PSAK 26 (revisi 2011), Biaya Pinjaman  PSAK 30 (revisi 2011), Sewa

 PSAK 46 (revisi 2010), Pajak Penghasilan

(13)

 PSAK 53 (revisi 2010), Pembayaran Berbasis Saham

 PSAK 55 (revisi 2011), Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran  PSAK 56 (revisi 2011), Laba Per Saham

 PSAK 60, Instrumen Keuangan: Pengungkapan

 PSAK 63, Pelaporan Keuangan dalam Ekonomi Hiperinflasi

 ISAK 13, Lindung Nilai Investasi Neto dalam Kegiatan Usaha Luar Negeri

 ISAK 15, PSAK 24 - Batas Aset Imbalan Pasti, Persyaratan Pendanaan Minimum dan Interaksinya

 ISAK 16, Perjanjian Jasa Konsesi

 ISAK 18, Bantuan Pemerintah – Tidak Berelasi Spesifik dengan Aktivitas Operasi  ISAK 19, Penerapan Pendekatan Penyajian Kembali dalam PSAK 63: Pelaporan

Keuangan dalam Ekonomi Hiperinflasi

 ISAK 20, Pajak Penghasilan – Perubahan dalam Status Pajak Entitas atau Para Pemegang Sahamnya

 ISAK 22, Perjanjian Konsensi Jasa: Pengungkapan  ISAK 23, Sewa Operasi - Insentif

 ISAK 24, Evaluasi Substansi Beberapa Transaksi yang Melibatkan Suatu Bentuk Legal Sewa

 ISAK 25, Hak Atas Tanah

 ISAK 26, Penilaian Ulang Derivatif Melekat

ii. Efektif untuk periode yang dimulai pada atau setelah 1 Januari 2013:  ISAK 21, Perjanjian Kontrak Real Estat

 PSAK 38 (revisi 2012), Kombinasi Bisnis Entitas

Sampai dengan tanggal penerbitan laporan keuangan, manajemen sedang mengevaluasi dampak dari standar dan interpretasi terhadap laporan keuangan.

3. KEBIJAKAN AKUNTANSI a. Pernyataan Kepatuhan

Laporan keuangan disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia. b. Penyajian Laporan Keuangan

Dasar penyusunan laporan keuangan Perusahaan, kecuali untuk laporan arus kas, adalah dasar akrual. Mata uang pelaporan yang digunakan untuk penyusunan laporan keuangan adalah mata uang Rupiah (Rp). Laporan keuangan disusun berdasarkan nilai historis, kecuali beberapa akun tertentu disusun berdasarkan pengukuran lain sebagaimana diuraikan dalam kebijakan akuntansi masing-masing akun tersebut.

Laporan arus kas disusun dengan menggunakan metode langsung dengan mengelompokkan arus kas dalam aktivitas operasi, investasi dan pendanaan.

c. Transaksi dan Saldo dalam Mata Uang Asing

Pembukuan Perusahaan diselenggarakan dalam mata uang Rupiah. Transaksi-transaksi selama tahun berjalan dalam mata uang asing dicatat dengan kurs yang berlaku pada saat terjadinya transaksi. Pada tanggal pelaporan, aset dan liabilitas moneter dalam mata uang asing disesuaikan untuk mencerminkan kurs yang berlaku pada tanggal tersebut. Keuntungan atau kerugian kurs yang timbul dikreditkan atau dibebankan pada laporan laba rugi komprehensif tahun yang bersangkutan.

(14)

d. Transaksi dengan pihak-pihak berelasi

Pihak-pihak berelasi adalah orang atau entitas yang terkait dengan Perusahaan (entitas pelapor): a) Orang atau anggota keluarga terdekat yang mempunyai relasi dengan entitas pelapor jika

orang tersebut:

i. memiliki pengendalian atau pengendalian bersama atas entitas pelapor; ii. memiliki pengaruh signifikan atas entitas pelapor; atau

iii. personil manajemen kunci entitas pelapor atau entitas induk entitas pelapor. b) Suatu entitas berelasi dengan entitas pelapor jika memenuhi salah satu hal berikut:

i. Entitas dan entitas pelapor adalah anggota dari kelompok usaha yang sama (artinya entitas induk, entitas anak, dan entitas anak berikutnya terkait dengan entitas lain). ii. Satu entitas adalah entitas asosiasi atau ventura bersama dari entitas lain (atau entitas

asosiasi atau ventura bersama yang merupakan anggota suatu kelompok usaha, yang mana entitas lain tersebut adalah anggotanya).

iii. Kedua entitas tersebut adalah ventura bersama dari pihak ketiga yang sama.

iv. Satu entitas adalah ventura bersama dari entitas ketiga dan entitas yang lain adalah entitas asosiasi dari entitas ketiga.

v. Entitas tersebut adalah suatu program imbalan pascakerja untuk imbalan kerja dari salah satu entitas pelapor atau entitas yang terkait dengan entitas pelapor. Jika entitas pelapor adalah entitas yang menyelenggarakan program tersebut, maka entitas sponsor juga berelasi dengan entitas pelapor.

vi. Entitas yang dikendalikan atau dikendalikan bersama oleh orang yang diidentifikasi dalam huruf (a).

vii. Orang yang diidentifikasi dalam huruf (a) (1) memiliki pengaruh signifikan atas entitas atau personil manajemen kunci entitas (atau entitas induk dari entitas).

Seluruh transaksi yang dilakukan dengan pihak-pihak berelasi, baik dilakukan dengan kondisi dan persyaratan dengan pihak ketiga maupun tidak, diungkapkan pada laporan keuangan.

e. Aset Keuangan

Seluruh aset keuangan diakui dan dihentikan pengakuannya pada tanggal diperdagangkan dimana pembelian dan penjualan aset keuangan berdasarkan kontrak yang mensyaratkan penyerahan aset keuangan dalam kurun waktu yang ditetapkan oleh kebiasaan pasar yang berlaku, dan awalnya diukur sebesar nilai wajar ditambah biaya transaksi, kecuali untuk aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, yang awalnya diukur sebesar nilai wajar.

(15)

Pinjaman yang diberikan dan piutang

Kas dan bank, piutang sewa pembiayaan, piutang pembiayaan konsumen dan piutang lain-lain dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dan tidak mempunyai kuotasi di pasar aktif diklasifikasi sebagai “pinjaman yang diberikan dan piutang”. Pada saat pengakuan awal, pinjaman yang diberikan dan piutang diukur pada nilai wajar ditambah dengan biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung dengan perolehan aset keuangan dan selanjutnya diukur pada biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif dikurangi penurunan nilai. Bunga diakui dengan suku bunga efektif, kecuali piutang jangka pendek dimana pengakuan bunga tidak material.

Metode suku bunga efektif

Metode suku bunga efektif adalah metode yang digunakan untuk menghitung biaya perolehan diamortisasi dari instrumen keuangan dan metode untuk mengalokasikan pendapatan bunga selama periode yang relevan. Suku bunga efektif adalah suku bunga yang secara tepat mendiskontokan estimasi penerimaan kas di masa datang (termasuk seluruh komisi dan bentuk lain yang dibayarkan dan diterima oleh para pihak dalam kontrak yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari suku bunga efektif, biaya transaksi dan premium dan diskonto lainnya) selama perkiraan umur instrumen keuangan, atau, jika lebih tepat, digunakan periode yang lebih singkat untuk memperoleh nilai tercatat bersih dari aset keuangan pada saat pengakuan awal.

Pendapatan diakui berdasarkan suku bunga efektif untuk instrumen keuangan Perusahaan. Penurunan nilai aset keuangan

Aset keuangan Perusahaan dievaluasi terhadap indikator penurunan nilai pada setiap tanggal pelaporan. Aset keuangan diturunkan nilainya bila terdapat bukti yang obyektif, sebagai akibat dari satu atau lebih peristiwa yang terjadi setelah pengakuan awal aset keuangan dan peristiwa yang merugikan tersebut berdampak pada estimasi arus kas masa depan atas aset keuangan yang dapat diestimasi secara andal.

Bukti obyektif penurunan nilai termasuk sebagai berikut:

 kesulitan keuangan signifikan yang dialami penerbit atau pihak peminjam; atau

 pelanggaran kontrak, seperti terjadinya wanprestasi atau tunggakan pembayaran pokok atau bunga; atau

 terdapat kemungkinan bahwa pihak peminjam akan dinyatakan pailit atau melakukan reorganisasi keuangan lainnya.

Untuk aset keuangan yang diukur pada biaya perolehan yang diamortisasi, Perusahaan pertama kali menentukan apakah terdapat bukti obyektif penurunan nilai secara individual atas aset keuangan yang signifikan secara individual, atau secara kolektif untuk aset keuangan yang tidak signifikan secara individual.

Jika Perusahaan menentukan tidak terdapat bukti obyektif penurunan nilai atas aset keuangan yang dinilai secara individual, maka Perusahaan memasukkan aset tersebut ke dalam kelompok aset keuangan yang memiliki karakteristik risiko kredit yang sejenis dan menilai penurunan nilai kelompok tersebut secara kolektif.

Cadangan kerugian penurunan nilai yang dinilai secara kolektif dilakukan dengan mengkalikan nilai baki debet piutang pembiayaan pada posisi laporan dengan Probability of Default (PD), Loss Identification Period (LIP) dan Loss Given Default (LGD).

(16)

Perusahaan menggunakan model analisis statistik, yaitu flow rate method untuk penilaian penurunan nilai aset keuangan secara kolektif.

Dalam melakukan penilaian secara kolektif, Perusahaan harus menghitung:

Probability of default (PD) – model ini menilai probabilitas konsumen gagal melakukan pembayaran kembali secara penuh dan tepat waktu.

Recoverable amount – didasarkan pada identifikasi arus kas masa datang dan estimasi nilai kini dari arus kas tersebut (discounted cash flow).

Loss given default (LGD) – Perusahaan mengestimasi kerugian ekonomis yang mungkin akan diderita Perusahaan apabila terjadi tunggakan fasilitas piutang pembiayaan. LGD menggambarkan jumlah utang yang tidak dapat diperoleh kembali dan umumnya ditunjukkan dalam persentase dari kerugian atas unit-unit yang default. Model perhitungan LGD mempertimbangkan uang muka pembiayaan.

Loss identification period (LIP) - periode waktu antara terjadinya peristiwa yang merugikan dalam kelompok aset keuangan sampai bukti obyektif dapat diidentifikasi atas piutang pembiayaan secara individual. LIP diasumsikan satu tahun karena merupakan rata-rata jangka waktu recovery.

Exposure at default (EAD) – Perusahaan mengestimasi tingkat utilisasi yang diharapkan dari fasilitas piutang pembiayaan pada saat terjadi tunggakan.

PD, LGD dan LIP diperoleh dari observasi data piutang pembiayaan selama minimal tiga tahun. Jumlah kerugian diukur sebagai selisih antara nilai tercatat aset keuangan dan nilai kini dari estimasi arus kas masa depan (tidak termasuk kerugian piutang pembiayaan di masa datang yang diharapkan tapi belum terjadi) yang didiskontokan menggunakan tingkat suku bunga efektif awal dari aset keuangan tersebut.

Kerugian penurunan nilai diakui pada laporan laba rugi komprehensif dan nilai tercatat aset keuangan atau kelompok aset keuangan tersebut dikurangi dengan kerugian penurunan nilai yang terbentuk. Jika pada periode berikutnya jumlah penurunan nilai berkurang dan penurunan dapat dikaitkan secara obyektif pada peristiwa yang terjadi setelah penurunan nilai tersebut diakui (seperti meningkatnya peringkat kredit debitur atau penerbit), kerugian penurunan nilai yang sebelumnya diakui dipulihkan melalui laporan laba rugi komprehensif hingga nilai tercatat aset keuangan pada tanggal pemulihan penurunan nilai tidak melebihi biaya perolehan diamortisasi sebelum pengakuan kerugian penurunan nilai dilakukan. Pada saat kerugian penurunan nilai diakui, pendapatan bunga diakui berdasarkan nilai tercatat setelah kerugian penurunan nilai dengan menggunakan suku bunga yang digunakan untuk mendiskonto estimasi arus kas masa datang pada saat menghitung penurunan nilai.

Penghentian pengakuan aset keuangan

Perusahaan menghentikan pengakuan aset keuangan jika dan hanya jika hak kontraktual atas arus kas yang berasal dari aset berakhir, atau Perusahaan mentransfer aset keuangan dan secara substansial mentransfer seluruh risiko dan manfaat atas kepemilikan aset kepada entitas lain. Jika Perusahaan tidak mentransfer serta tidak memiliki secara substansial atas seluruh risiko dan manfaat kepemilikan serta masih mengendalikan aset yang ditransfer, maka Perusahaan mengakui keterlibatan berkelanjutan atas aset yang ditransfer dan liabilitas terkait sebesar jumlah yang mungkin harus dibayar. Jika Perusahaan memiliki secara substansial seluruh risiko dan manfaat kepemilikan aset keuangan yang ditransfer, Perusahaan masih mengakui aset keuangan dan juga mengakui pinjaman yang dijamin sebesar pinjaman yang diterima.

(17)

f. Liabilitas Keuangan dan Instrumen Ekuitas Klasifikasi sebagai liabilitas atau ekuitas

Instrumen liabilitas dan ekuitas yang diterbitkan oleh Perusahaan diklasifikasi sesuai dengan substansi perjanjian kontraktual dan definisi liabilitas keuangan dan instrumen ekuitas.

Instrumen ekuitas

Instrumen ekuitas adalah setiap kontrak yang memberikan hak residual atas aset suatu entitas setelah dikurangi dengan liabilitasnya. Instrumen ekuitas diterbitkan oleh Perusahaan dan diakui pada saat hasilnya diterima, dikurangi dengan biaya penerbitan langsung.

Liabilitas keuangan

Perusahaan mengklasifikasikan liabilitas keuangan dalam kategori liabilitas keuangan yang diukur dengan biaya perolehan diamortisasi.

Liabilitas keuangan yang diukur dengan biaya perolehan diamortisasi

Pada saat pengakuan awal, utang bank, utang usaha, utang lain-lain dan surat utang jangka menengah diakui pada nilai wajarnya. Nilai wajar tersebut dikurangi biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung dengan penerbitan liabilitas keuangan tersebut. Pengukuran selanjutnya diukur pada biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif, dimana beban bunga diakui berdasarkan tingkat pengembalian yang efektif, kecuali untuk liabilitas jangka pendek dimana pengakuan bunganya tidak material.

Penghentian pengakuan liabilitas keuangan

Perusahaan menghentikan pengakuan liabilitas keuangan, jika dan hanya jika, liabilitas Perusahaan telah dilepaskan, dibatalkan atau kadaluarsa.

g. Saling Hapus Instrumen Keuangan

Aset keuangan dan liabilitas keuangan saling hapus dan nilai bersihnya disajikan dalam laporan keuangan jika, dan hanya jika, Perusahaan:

 saat ini memiliki hak yang berkekuatan hukum untuk melakukan saling hapus atas jumlah yang telah diakui tersebut; dan

 berniat untuk menyelesaikan secara neto atau untuk merealisasikan aset dan menyelesaikan liabilitasnya secara simultan.

h. Nilai Wajar Instrumen Keuangan

Nilai wajar adalah nilai yang digunakan untuk mempertukarkan suatu aset atau untuk menyelesaikan suatu liabilitas antara pihak-pihak yang memahami dan berkeinginan untuk melakukan transaksi secara wajar (arm’s length transaction).

Nilai wajar suatu aset atau liabilitas keuangan dapat diukur dengan menggunakan kuotasi di pasar aktif, yaitu jika harga yang dikuotasikan tersedia setiap waktu dan dapat diperoleh secara rutin dan harga tersebut mencerminkan transaksi pasar yang aktual dan rutin dalam suatu transaksi yang wajar.

(18)

Dalam hal tidak terdapat pasar aktif untuk suatu aset atau liabilitas keuangan, maka Perusahaan menentukan nilai wajar dengan menggunakan teknik penilaian yang sesuai. Teknik penilaian meliputi penggunaan transaksi pasar terkini yang dilakukan secara wajar oleh pihak yang berkeinginan dan memahami, dan bilamana tersedia, penggunaan analisis arus kas yang didiskonto dan penggunaan nilai wajar terkini dari instrumen lain yang secara substansial sama. i. Penggunaan Estimasi

Penyusunan laporan keuangan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia mengharuskan manajemen membuat estimasi dan asumsi yang mempengaruhi jumlah aset dan liabilitas yang dilaporkan dan pengungkapan aset dan liabilitas kontinjensi pada tanggal laporan keuangan serta jumlah pendapatan dan beban selama periode pelaporan. Realisasi dapat berbeda dengan jumlah yang diestimasi.

j. Kas dan Bank

Kas dan bank terdiri dari kas, bank dan semua investasi yang jatuh tempo dalam waktu tiga bulan atau kurang dari tanggal perolehannya dan yang tidak dijaminkan serta tidak dibatasi penggunaannya.

k. Piutang Sewa Pembiayaan

Sewa diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan jika sewa tersebut mengalihkan secara substansial semua risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset. Sewa lainnya, yang tidak memenuhi kriteria tersebut, diklasifikasikan sebagai sewa operasi.

Sebagai Lessor

Dalam sewa pembiayaan, lessor mengakui aset berupa piutang sewa pembiayaan sebesar jumlah investasi sewa pembiayaan neto Perusahaan. Pengakuan pendapatan sewa pembiayaan dialokasikan pada periode akuntansi yang mencerminkan suatu tingkat pengembalian periodik yang konstan atas piutang bersih lessor.

Sebagai Lessee

Pembayaran sewa operasi diakui sebagai beban dengan dasar garis lurus (straight-line basis) selama masa sewa, kecuali terdapat dasar sistematis lain yang dapat lebih mencerminkan pola waktu dari manfaat aset yang dinikmati pengguna. Rental kontijen yang timbul dari sewa operasi diakui sebagai beban di dalam periode terjadinya.

l. Piutang Pembiayaan Konsumen Sejak 1 Januari 2010

Piutang pembiayaan konsumen dinyatakan sebesar nilai tercatat dikurangi dengan kerugian penurunan nilai. Nilai tercatat piutang pembiayaan konsumen sebesar jumlah bersih piutang setelah dikurangi dengan bagian yang dibiayai oleh bank-bank sehubungan dengan transaksi kerja sama pembiayaan bersama yang diamortisasi dengan menggunakan suku bunga efektif (Catatan 3e).

Pada saat pengakuan awal, nilai wajar piutang pembiayaan konsumen adalah sebesar piutang pembiayaan konsumen ditambah dengan biaya transaksi dan dikurangi dengan pendapatan transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung pada piutang pembiayaan konsumen.

(19)

Sebelum 1 Januari 2010

Piutang pembiayaan konsumen dinyatakan sebesar jumlah saldo angsuran dari pembiayaan konsumen dikurangi pendapatan pembiayaan konsumen yang belum diakui dan penyisihan piutang ragu-ragu.

Untuk perjanjian kerjasama pembiayaan bersama konsumen tanpa jaminan (without recourse), disajikan sebesar porsi jumlah angsuran piutang yang dibiayai (pendekatan neto). Pendapatan pembiayaan konsumen disajikan setelah dikurangi dengan bagian yang merupakan hak bank-bank, dalam rangka transaksi tersebut. Untuk pembiayaan bersama konsumen dengan jaminan (with recourse), piutang pembiayaan konsumen merupakan seluruh jumlah angsuran dari pelanggan sedangkan kredit yang disalurkan oleh penyedia dana dicatat sebagai utang (pendekatan bruto). Bunga yang dikenakan kepada pelanggan dicatat sebagai bagian dari pendapatan pembiayaan konsumen, sedangkan bunga yang dikenakan penyedia dana dicatat sebagai beban bunga.

Pendapatan pembiayaan konsumen yang belum diakui merupakan perbedaan antara jumlah angsuran yang akan diterima dan jumlah pokok pembiayaan. Pendapatan yang belum diakui diamortisasi dan diakui sebagai pendapatan sesuai dengan jangka waktu perjanjian pembiayaan konsumen dengan menggunakan tingkat pengembalian bunga efektif.

Pelunasan sebelum masa berakhirnya kontrak pembiayaan konsumen dianggap sebagai pembatalan kontrak pembiayaan konsumen dan laba atau rugi yang timbul diakui dalam tahun berjalan.

Pendapatan lain yang diterima sehubungan dengan transaksi pembiayaan konsumen diakui dan dicatat sebagai pendapatan dalam tahun yang bersangkutan.

m. Cadangan Kerugian Penurunan Nilai Sejak 1 Januari 2010

Pada setiap tanggal laporan posisi keuangan, Perusahaan mengevaluasi apakah terdapat bukti obyektif bahwa aset keuangan atau kelompok aset keuangan yang diklasifikasikan sebagai pinjaman yang diberikan dan piutang mengalami penurunan nilai, seperti yang dijelaskan pada Catatan 3e.

Sebelum 1 Januari 2010

Perusahaan mengimplementasi manajemen risiko secara konsolidasi bagi bank yang melakukan pengendalian terhadap anak perusahaan untuk memenuhi peraturan Bank Indonesia No. 8/6/PBI/2006 tanggal 30 Januari 2006. Penyisihan piutang ragu – ragu dibentuk sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia No. 7/2/PBI/2005 tanggal 20 Januari 2005 yang diubah dengan Peraturan Bank Indonesia No. 8/2/PBI/2006 tanggal 30 Januari 2006 dan PBI No. 9/6/PBI/2007 tanggal 30 Maret 2007 mengenai ”Penilaian Kualitas Aset Bank Umum”, yang mengelompokkan aset produktif dalam 5 (lima) kategori dengan besarnya minimum persentase penyisihan penghapusan aset sebagai berikut:

Persentase Umur piutang Minimum Penyisihan

jatuh tempo Penghapusan Aset

Lancar belum jatuh tempo 1%

Dalam perhatian khusus 1 - 90 hari/days 5%

Kurang lancar 91 - 120 hari/days 15%

Diragukan 121 - 180 hari/days 50%

Macet >180 hari/days 100%

(20)

Persentase penyisihan piutang ragu - ragu di atas diterapkan terhadap saldo setelah dikurangi dengan nilai agunan sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia, kecuali untuk aset produktif yang diklasifikasikan lancar dan tidak dijamin dengan agunan tunai.

Aset produktif terdiri dari piutang sewa pembiayaan, piutang pembiayaan konsumen dan piutang karyawan dalam akun piutang lain-lain.

Ketika piutang dinyatakan tidak tertagih dan telah menunggak lebih dari 180 hari serta nasabah beserta unit yang dibiayai sudah tidak diketahui keberadaannya, piutang tersebut dihapus buku dengan menjurnal balik cadangan kerugian penurunan nilai. Piutang dapat dihapus buku setelah semua prosedur yang diperlukan telah dilakukan dan jumlah kerugian telah ditentukan. Penerimaan kembali dari piutang yang telah dihapusbukukan diakui sebagai pendapatan lain-lain dalam periode berjalan.

n. Biaya Dibayar di Muka

Biaya dibayar dimuka diamortisasi selama masa manfaat masing-masing biaya dengan metode garis lurus.

o. Aset Tetap – Pemilikan Langsung

Aset tetap yang dimiliki untuk digunakan dalam penyediaan jasa atau tujuan administratif dicatat berdasarkan biaya perolehan setelah dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi penurunan nilai. Penyusutan dihitung dengan menggunakan metode saldo menurun (double-declining method), kecuali untuk bangunan menggunakan metode garis lurus (straight-line method) berdasarkan taksiran masa manfaat ekonomis aset tetap sebagai berikut:

Tarif (%)

Bangunan 5%

Prasarana bangunan 25%

Peralatan kantor 50%

Komputer dan elektronik 25%

Inventaris kantor 25%

Kendaraan bermotor 25%

Masa manfaat ekonomis, nilai residu dan metode penyusutan direview setiap akhir tahun dan pengaruh dari setiap perubahan estimasi tersebut berlaku prospektif.

Beban pemeliharaan dan perbaikan dibebankan pada laporan laba rugi komprehensif pada saat terjadinya. Biaya-biaya lain yang terjadi selanjutnya yang timbul untuk menambah, mengganti atau memperbaiki aset tetap dicatat sebagai biaya perolehan aset jika dan hanya jika besar kemungkinan manfaat ekonomis di masa depan berkenaan dengan aset tersebut akan mengalir ke entitas dan biaya perolehan aset dapat diukur secara andal. Aset tetap yang sudah tidak digunakan lagi atau yang dijual dikeluarkan dari kelompok aset tetap berikut akumulasi penyusutannya. Keuntungan atau kerugian dari penjualan aset tetap tersebut dibukukan dalam laporan laba rugi komprehensif.

p. Penurunan Nilai Aset Non-Keuangan

Pada tanggal pelaporan, Perusahaan menelaah nilai tercatat aset non-keuangan untuk menentukan apakah terdapat indikasi bahwa aset tersebut telah mengalami penurunan nilai. Jika terdapat indikasi tersebut, nilai yang dapat diperoleh kembali dari aset diestimasi untuk menentukan tingkat kerugian penurunan nilai (jika ada). Bila tidak memungkinkan untuk mengestimasi nilai yang dapat diperoleh kembali atas suatu aset individu, Perusahaan mengestimasi nilai yang dapat diperoleh kembali dari unit penghasil kas atas aset.

(21)

Perkiraan jumlah yang dapat diperoleh kembali adalah nilai tertinggi antara harga jual neto atau nilai pakai. Jika jumlah yang dapat diperoleh kembali dari aset non-keuangan (unit penghasil kas) kurang dari nilai tercatatnya, nilai tercatat aset (unit penghasil kas) dikurangi menjadi sebesar nilai yang dapat diperoleh kembali dan rugi penurunan nilai diakui langsung ke laporan laba rugi komprehensif.

q. Pengakuan Pendapatan dan Beban Sejak 1 Januari 2010

Pendapatan sewa pembiayaan, pendapatan pembiayaan konsumen, pendapatan bunga dan beban bunga diakui secara akrual menggunakan metode suku bunga efektif (Catatan 3e dan 3f). Penerimaan yang berhubungan dengan piutang yang mengalami penurunan nilai langsung mengurangi nilai tercatat piutang. Pendapatan sewa pembiayaan dan pendapatan pembiayaan konsumen yang mengalami penurunan nilai dihitung menggunakan suku bunga efektif atas dasar nilai piutang setelah memperhitungkan kerugian penurunan nilai.

Pendapatan dan beban yang timbul untuk piutang pembiayaan konsumen atas dasar without recourse diamortisasi dengan metode suku bunga efektif dan dibukukan sebagai pendapatan pembiayaan konsumen dan beban pemasaran pada laporan laba rugi komprehensif tahun berjalan.

Beban provisi diamortisasi dengan metode suku bunga efektif dan dibukukan sebagai bagian dari beban bunga dan pembiayaan lainnya.

Sebelum 1 Januari 2010

Perusahaan mengakui pendapatan atas sewa pembiayaan dan pembiayaan konsumen seperti yang dijelaskan pada Catatan 3k dan 3l. Pada saat piutang sewa pembiayaan dan piutang pembiayaan konsumen dinyatakan macet, Perusahaan menghentikan pengakuan pendapatannya. Pada saat realisasi penerimaan hasil tagihan piutang macet tersebut, diutamakan untuk melunasi pokok piutang dan sisanya diakui sebagai pendapatan (bila ada).

Pendapatan bunga diakui atas dasar proporsi waktu dan tingkat bunga berlaku.

Pendapatan sehubungan dengan transaksi sewa pembiayaan dan pembiayaan konsumen dibukukan sebagai pendapatan sewa pembiayaan dan pembiayaan konsumen pada laporan laba rugi komprehensif tahun berjalan.

Beban provisi diamortisasi selama jangka waktu pembiayaan dan dibukukan sebagai bagian dari beban bunga dan pembiayaan lainnya.

Pendapatan dan beban lainnya

Pendapatan jasa administrasi atas transaksi sewa pembiayaan, pembiayaan konsumen dan pendapatan provisi atas transaksi sewa pembiayaan, dibukukan sebagai pendapatan pada laba rugi komprehensif tahun berjalan.

Pendapatan denda keterlambatan dan keuntungan penghentian kontrak diakui pada saat diterima. Beban lainnya diakui pada saat terjadinya atau sesuai dengan masa manfaatnya (metode akrual).

(22)

r. Beban Tangguhan – Hak Atas Tanah

Biaya yang terjadi sehubungan dengan pengurusan legal hak atas tanah ditangguhkan dan diamortisasi dengan metode garis lurus sepanjang umur hukum hak atas tanah karena umur hukum hak atas tanah lebih pendek dari umur ekonomiknya.

s. Provisi

Provisi diakui ketika Perusahaan memiliki liabilitas kini (baik bersifat hukum maupun konstruktif) sebagai akibat peristiwa masa lalu, kemungkinan besar Perusahaan diharuskan menyelesaikan liabilitas dan estimasi andal mengenai jumlah liabilitas tersebut dapat dibuat.

Jumlah yang diakui sebagai provisi merupakan estimasi terbaik dari pertimbangan yang diperlukan untuk menyelesaikan liabilitas kini pada akhir periode pelaporan, dengan mempertimbangkan risiko dan ketidakpastian yang meliputi liabilitasnya. Apabila suatu provisi diukur menggunakan arus kas yang diperkirakan untuk menyelesaikan liabilitas kini, maka nilai tercatatnya adalah nilai kini dari arus kas.

Ketika beberapa atau seluruh manfaat ekonomi untuk penyelesaian provisi yang diharapkan dapat dipulihkan dari pihak ketiga, piutang diakui sebagai aset apabila terdapat kepastian bahwa penggantian akan diterima dan jumlah piutang dapat diukur secara andal.

t. Imbalan Pasca Kerja

Perusahaan memberikan imbalan pasca kerja imbalan pasti untuk karyawan sesuai dengan Undang-undang Ketenagakerjaan No. 13/2003. Tidak terdapat pendanaan yang disisihkan oleh Perusahaan sehubungan dengan imbalan pasca kerja ini.

Perhitungan imbalan pasca kerja menggunakan metode Projected Unit Credit. Akumulasi keuntungan dan kerugian aktuarial bersih yang belum diakui yang melebihi 10% dari nilai kini imbalan pasti diakui dengan metode garis lurus selama rata-rata sisa masa kerja yang diprakirakan dari para pekerja dalam program tersebut. Biaya jasa lalu dibebankan langsung apabila imbalan tersebut menjadi hak atau vested, dan sebaliknya akan diakui sebagai beban dengan metode garis lurus selama periode rata-rata sampai imbalan tersebut menjadi vested. Jumlah yang diakui sebagai liabilitas imbalan pasti di laporan posisi keuangan merupakan nilai kini liabilitas imbalan pasti disesuaikan dengan keuntungan dan kerugian aktuarial yang belum diakui, dan biaya jasa lalu yang belum diakui.

u. Pajak Penghasilan

Beban pajak kini ditentukan berdasarkan laba kena pajak dalam periode yang bersangkutan yang dihitung berdasarkan tarif pajak yang berlaku.

Aset dan liabilitas pajak tangguhan diakui atas konsekuensi pajak pada periode berjalan dan periode mendatang yang timbul dari perbedaan jumlah tercatat aset dan liabilitas menurut laporan keuangan dengan dasar pengenaan pajak aset dan liabilitas. Liabilitas pajak tangguhan diakui untuk semua perbedaaan temporer kena pajak dan aset pajak tangguhan diakui untuk perbedaan temporer yang boleh dikurangkan, sepanjang besar kemungkinan dapat dimanfaatkan untuk mengurangi laba kena pajak pada masa datang.

Aset dan liabilitas pajak tangguhan diukur dengan menggunakan tarif pajak yang diekspektasikan berlaku dalam periode ketika liabilitas diselesaikan atau aset dipulihkan dengan tarif pajak (dan peraturan pajak) yang telah berlaku atau secara substantif telah berlaku pada akhir periode pelaporan.

(23)

Pengukuran aset dan liabilitas pajak tangguhan mencerminkan konsekuensi pajak yang sesuai dengan cara Perusahaan ekspektasikan, pada akhir periode pelaporan, untuk memulihkan atau menyelesaikan jumlah tecatat aset dan liabilitasnya.

Jumlah tercatat aset pajak tangguhan dikaji ulang pada akhir periode pelaporan dan dikurangi jumlah tercatatnya jika kemungkinan besar laba kena pajak tidak lagi tersedia dalam jumlah yang memadai untuk mengkompensasikan sebagian atau seluruh aset pajak tangguhan tersebut. Aset dan liabilitas pajak tangguhan saling hapus ketika entitas memiliki hak yang dapat dipaksakan secara hukum untuk melakukan saling hapus aset pajak kini terhadap liabilitas pajak kini dan ketika aset pajak tangguhan dan liabilitas pajak tangguhan terkait dengan pajak penghasilan yang dikenakan oleh otoritas perpajakan yang sama serta Perusahaan yang berbeda yang bermaksud untuk memulihkan aset dan liabilitas pajak kini dengan dasar neto.

Pajak kini dan pajak tangguhan diakui sebagai beban atau penghasilan dalam laba atau rugi, kecuali sepanjang pajak penghasilan yang berasal dari transaksi atau kejadian yang diakui, diluar laba atau rugi (baik dalam pendapatan komprehensif lain maupun secara langsung di ekuitas), dalam hal tersebut pajak juga diakui di luar laba atau rugi.

v. Informasi Segmen

Efektif 1 Januari 2011, PSAK 5 (revisi 2009) mengharuskan segmen operasi diidentifikasi berdasarkan laporan internal mengenai komponen dari Perusahaan yang secara regular direview oleh “pengambil keputusan operasional” dalam rangka mengalokasikan sumber daya dan menilai kinerja segmen operasi. Sebaliknya, standar sebelumnya mengharuskan Perusahaan mengidentifikasi dua segmen (bisnis dan geografis), menggunakan pendekatan risiko dan pengembalian.

Segmen operasi adalah suatu komponen dari entitas:

a) yang terlibat dalam aktivitas bisnis yang mana memperoleh pendapatan dan menimbulkan beban (termasuk pendapatan dan beban terkait dengan transaksi dengan komponen lain dari entitas yang sama);

b) yang hasil operasinya dikaji ulang secara regular oleh pengambil keputusan operasional untuk membuat keputusan tentang sumber daya yang dialokasikan pada segmen tersebut dan menilai kinerjanya; dan

c) dimana tersedia informasi keuangan yang dapat dipisahkan.

Informasi yang digunakan oleh pengambil keputusan operasional dalam rangka alokasi sumber daya dan penillaian kinerja mereka terfokus pada kategori dari setiap produk, yang menyerupai informasi segmen usaha yang dilaporkan di periode sebelumnya.

4. PERTIMBANGAN AKUNTANSI KRITIS DAN SUMBER ESTIMASI KETIDAKPASTIAN Pertimbangan kritis dalam penerapan kebijakan akuntansi Perusahaan

Dalam proses penerapan kebijakan akuntansi Perusahaan, yang diuraikan pada Catatan 3, manajemen belum melakukan pertimbangan kritis yang memiliki signifikan pada jumlah yang diakui dalam laporan keuangan, selain dari penyajian perkiraan yang diatur dibawah ini.

(24)

Sumber utama estimasi ketidakpastian

Asumsi utama berkaitan dengan masa depan dan sumber utama estimasi lain-lainnya pada akhir periode pelaporan, yang memiliki risiko signifikan yang mengakibatkan penyesuaian material terhadap jumlah tercatat aset dan liabilitas pada periode pelaporannya, dijelaskan dibawah ini.

Cadangan kerugian penurunan nilai piutang

Pada setiap tanggal pelaporan, Perusahaan mengevaluasi apakah terdapat bukti obyektif bahwa aset keuangan mengalami penurunan nilai. Suatu aset keuangan dinyatakan mengalami penurunan nilai bila ada bukti obyektif terjadinya peristiwa yang berdampak pada estimasi arus kas atas aset keuangan. Bukti tersebut meliputi data yang dapat diobservasi yang menunjukkan bahwa telah terjadi peristiwa yang merugikan dalam status pembayaran debitur atau kondisi ekonomi nasional atau lokal yang berkorelasi dengan kelalaian membayar piutang.

Kerugian penurunan nilai adalah selisih antara nilai tercatat dan nilai kini dari estimasi arus kas masa depan dan realisasi agunan pada tingkat suku bunga efektif awal dari aset keuangan tersebut. Penyisihan penurunan nilai akan dibentuk untuk mengakui kerugian penurunan nilai yang terjadi dalam portofolio aset keuangan. Manajemen menggunakan perkiraan berdasarkan pengalaman kerugian historis untuk aset dengan karakteristik risiko kredit dan bukti obyektif adanya penurunan nilai yang serupa dengan yang ada dalam portofolio pada saat penjadwalan arus kas masa depan.

Perusahaan melakukan penilaian terhadap penurunan nilai dengan cara kolektif, dilakukan untuk jumlah aset keuangan yang tidak melebihi ambang batas (threshold) tertentu, tidak memiliki bukti obyektif penurunan nilai dan aset keuangan yang memiliki bukti obyektif penurunan nilai, namun belum diidentifikasi secara terpisah pada tanggal pelaporan. Pembentukan cadangan kerugian penurunan nilai dilakukan secara kolektif dengan antara lain memperhitungkan jumlah dan lamanya tunggakan, agunan dan pengalaman kerugian masa lalu. Faktor paling penting dalam pembentukan cadangan adalah probability of default dan loss given default. Kualitas aset keuangan pada masa mendatang dipengaruhi oleh ketidakpastian yang dapat menyebabkan kerugian aktual aset keuangan dapat berbeda secara material dari cadangan kerugian penurunan nilai yang telah dibentuk. Ketidakpastian ini termasuk lingkungan ekonomi, suku bunga dan pengaruhnya terhadap pembelanjaan debitur, tingkat pengangguran dan perilaku pembayaran.

Metodologi dan asumsi yang digunakan dalam penurunan nilai kolektif ini akan ditelaah secara berkala untuk mengurangi perbedaan antara estimasi kerugian dan kerugian akrual.

Nilai tercatat piutang sewa pembiayaan dan piutang pembiayaan konsumen diungkapkan dalam Catatan 6 dan 7.

Taksiran masa manfaat ekonomis aset tetap

Masa manfaat setiap aset tetap Perusahaan ditentukan berdasarkan kegunaan yang diharapkan dari penggunaan aset tersebut. Estimasi ini ditentukan berdasarkan evaluasi teknis internal dan pengalaman atas aset sejenis. Masa manfaat setiap aset direview secara periodik dan disesuaikan apabila prakiraan berbeda dengan estimasi sebelumnya karena keausan, keusangan teknis dan komersial, hukum atau keterbatasan lainnya atas pemakaian aset. Namun terdapat kemungkinan bahwa hasil operasi dimasa mendatang dapat dipengaruhi secara signifikan oleh perubahan atas jumlah serta periode pencatatan biaya yang diakibatkan karena perubahan faktor yang disebutkan di atas.

Perubahan masa manfaat aset tetap dapat mempengaruhi jumlah biaya penyusutan yang diakui dan penurunan nilai tercatat aset tetap.

(25)

5. KAS DAN BANK 2011 2010 2009 Rp Rp Rp Kas 615.264.168 567.378.968 1.179.229.071 Bank Rupiah Pihak berelasi

PT Bank Internasional Indonesia Tbk 2.317.470.883 11.252.734.252 5.740.639.575

Pihak ketiga

PT Bank Central Asia Tbk 6.477.448.169 1.591.060.160 6.897.035.165

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk 43.946.827 1.326.878.250 247.852.032

Lainnya 174.162.465 285.157.450 311.694.371

Sub jumlah 9.013.028.344 14.455.830.112 13.197.221.143

Mata uang asing Pihak berelasi

PT Bank Internasional Indonesia Tbk 18.192.876 100.676.225 96.228.061

Jumlah bank 9.031.221.220 14.556.506.337 13.293.449.204

Cadangan kerugian penurunan nilai - (145.565.064) (132.934.492)

Jumlah kas dan bank 9.646.485.388 14.978.320.241 14.339.743.783

Mutasi cadangan kerugian penurunan nilai untuk tahun-tahun yang berakhir 31 Desember 2011, 2010 dan 2009 adalah sebagai berikut:

2011 2010 2009

Rp Rp Rp

Saldo awal tahun 145.565.064 132.934.492

-Penyisihan (pemulihan) tahun berjalan (145.565.064) 12.630.572 132.934.492

Saldo akhir tahun - 145.565.064 132.934.492

Manajemen berpendapat bahwa cadangan kerugian penurunan nilai tersebut adalah cukup untuk menutup kerugian yang mungkin timbul akibat tidak tertagihnya kas dan bank.

6. PIUTANG SEWA PEMBIAYAAN

Piutang sewa pembiayaan diklasifikasikan dalam kelompok pinjaman yang diberikan dan piutang, dan diukur pada biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif.

Piutang sewa pembiayaan memiliki suku bunga tetap, sehingga Perusahaan terpapar risiko suku bunga atas nilai wajar (fair value interest rate risk) dan risiko suku bunga atas arus kas (cash flow interest rate risk).

(26)

Estimasi nilai wajar dari piutang sewa pembiayaan dengan suku bunga tetap tanpa kuotasi harga di pasar didasarkan pada diskonto arus kas menggunakan suku bunga untuk piutang baru dengan jangka waktu yang serupa (Catatan 34).

2011 2010 2009

Rp Rp Rp

Pihak berelasi

Piutang sewa pembiayaan 847.155.000 -

-Nilai sisa terjamin 4.355.000 -

-Pendapatan sewa pembiayaan belum

diakui (205.537.876) -

-Simpanan jaminan (4.355.000) -

-Jumlah pihak berelasi 641.617.124 -

-Pihak ketiga

Piutang sewa pembiayaan 1.047.134.996 522.936.000 64.391.998

Nilai sisa terjamin 706.707.000 246.285.000 54.300.000

Pendapatan sewa pembiayaan belum

diakui (67.195.778) (75.716.823) (4.080.211)

Simpanan jaminan (706.707.000) (246.285.000) (54.300.000)

Jumlah 979.939.218 447.219.177 60.311.787

Pendapatan dan biaya sewa pembiayaan

yang ditangguhkan (52.317.605) (11.066.498)

-Cadangan kerugian penurunan nilai (228.071) (114.140) (603.118)

Jumlah pihak ketiga 927.393.542 436.038.539 59.708.669

Jumlah - Bersih 1.569.010.666 436.038.539 59.708.669

Tingkat bunga efektif rata-rata per tahun 12,33% 13,85% 16,82%

Pada awal kontrak, penyewa sewa pembiayaan diwajibkan untuk menempatkan simpanan jaminan yang akan digunakan sebagai pembayaran atas pembelian aset sewa operasi akhir masa sewa pembiayaan apabila penyewa pembiayaan melaksanakan hak opsi. Apabila hak opsi tidak dilaksanakan, simpanan jaminan tersebut akan dikembalikan kepada penyewa.

(27)

Jumlah angsuran sewa pembiayaan sesuai dengan jatuh temponya sebagai berikut:

2011 2010 2009

Rp Rp Rp

Pihak berelasi

Satu tahun berikutnya 202.292.799 -

-Dua tahun berikutnya 202.292.799 -

-Tiga tahun berikutnya 202.292.799 -

-Diatas empat tahun 240.276.603 -

-Jumlah pihak berelasi 847.155.000 -

-Pihak ketiga

Satu tahun berikutnya 5.110.927 1.367.558 189.881

Dua tahun berikutnya 664.037.609 357.981.288 42.023.798

Tiga tahun berikutnya 377.986.460 163.587.154 22.178.319

Jumlah pihak ketiga 1.047.134.996 522.936.000 64.391.998

Jumlah 1.894.289.996 522.936.000 64.391.998

Kisaran jangka waktu pembiayaan adalah 3 tahun (36 bulan).

Kualitas piutang sewa pembiayaan pada tanggal 31 Desember 2011 dan 2010 adalah sebagai berikut:

2011 2010

Rp Rp

Tidak mengalami penurunan nilai 1.569.238.737 436.152.679

Mengalami penurunan nilai -

-Jumlah 1.569.238.737 436.152.679

Mutasi cadangan kerugian penurunan nilai untuk tahun-tahun yang berakhir 31 Desember 2011, 2010 dan 2009 adalah sebagai berikut:

2011 2010 2009

Rp Rp Rp

Saldo awal tahun 114.140 603.118 7.367.856

Penyesuaian sehubungan dengan penerapan awal PSAK 55

(revisi 2006) - (573.390)

-Penyisihan tahun berjalan 113.931 84.412

-Penghapusan - - (6.764.738)

Saldo akhir tahun 228.071 114.140 603.118

Manajemen berpendapat bahwa cadangan kerugian penurunan nilai dan agunan yang diterima dari nasabah adalah cukup untuk menutup kerugian yang mungkin timbul akibat tidak tertagihnya piutang.

(28)

7. PIUTANG PEMBIAYAAN KONSUMEN

Piutang pembiayaan konsumen diklasifikasikan dalam kelompok pinjaman yang diberikan dan piutang, dan diukur pada biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif. Piutang pembiayaan konsumen memiliki suku bunga tetap, sehingga Perusahaan terpapar risiko suku bunga atas nilai wajar (fair value interest rate risk).

Estimasi nilai wajar dari piutang pembiayaan konsumen dengan suku bunga tetap tanpa kuotasi harga di pasar didasarkan pada diskonto arus kas menggunakan suku bunga untuk piutang baru dengan jangka waktu yang serupa (Catatan 34).

2011 2010 2009

Rp Rp Rp

Pihak berelasi

Piutang pembiayaan konsumen

PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk 6.537.710.259 1.827.601.679 5.917.096.131

Pendapatan pembiayaan konsumen

belum diakui (1.469.095.134) (427.963.677) (1.236.525.357)

Cadangan kerugian penurunan nilai - - (46.805.708)

Jumlah pihak berelasi 5.068.615.125 1.399.638.002 4.633.765.066

Pihak ketiga

Piutang pembiayaan konsumen 1.329.929.895.581 467.686.787.757 152.022.336.332

Pendapatan pembiayaan konsumen

belum diakui (149.815.659.911) (56.915.257.580) (18.911.733.830)

Jumlah 1.180.114.235.670 410.771.530.177 133.110.602.502

Pendapatan dan biaya pembiayaan

konsumen yang ditangguhkan (135.845.174.499) (83.075.343.322)

-Cadangan kerugian penurunan nilai (1.168.847.428) (691.015.556) (1.668.522.988)

Jumlah pihak ketiga 1.043.100.213.743 327.005.171.299 131.442.079.514

Jumlah - Bersih 1.048.168.828.868 328.404.809.301 136.075.844.580

(29)

Jumlah angsuran pembiayaan konsumen sesuai dengan jatuh temponya sebagai berikut:

2011 2010 2009

Rp Rp Rp

Pihak berelasi

Satu tahun berikutnya 1.919.324.920 466.047.262 1.483.965.469

Dua tahun berikutnya 1.555.580.399 466.047.262 1.483.965.469

Tiga tahun berikutnya 1.218.824.874 425.239.189 1.483.965.469

Empat tahun berikutnya 1.843.980.066 470.267.966 1.465.199.724

Jumlah pihak berelasi 6.537.710.259 1.827.601.679 5.917.096.131

Pihak ketiga

Telah jatuh tempo 5.390.826.780 1.150.473.832 364.515.196

Satu tahun berikutnya 704.954.511.557 238.434.187.269 80.673.227.111

Dua tahun berikutnya 401.397.049.911 138.186.096.360 42.575.793.923

Tiga tahun berikutnya 183.360.777.008 72.464.894.666 21.158.949.589

Empat tahun berikutnya 34.826.730.325 17.451.135.630 7.249.850.513

Jumlah pihak ketiga 1.329.929.895.581 467.686.787.757 152.022.336.332

Jumlah 1.336.467.605.840 469.514.389.436 157.939.432.463

Perusahaan menggunakan piutang pembiayaan konsumen yang dimiliki sebagai jaminan utang bank, utang pembiayaan bersama kepada bank dan surat utang jangka menengah. Jumlah piutang pembiayaan konsumen (setelah dikurangi dengan pendapatan pembiayaan konsumen yang belum diakui) yang dijaminkan pada tanggal 31 Desember adalah sebagai berikut:

2011 2010 2009

Rp Rp Rp

PT Bank OCBC NISP Tbk 341.259.226.763 -

-PT Bank Victoria International Tbk 50.301.689.527 -

-PT Bank Permata Tbk 50.019.517.111 -

-PT Bank Internasional Indonesia Tbk 30.011.725.719 4.001.753.429 25.009.423.772

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk 22.958.932.426 21.045.483.906 8.515.991.852

PT Bank Ekonomi Raharja Tbk - 3.507.822.679 4.894.329.660

Jumlah 494.551.091.546 28.555.060.014 38.419.745.284

Kualitas piutang pembiayaan konsumen pada tanggal 31 Desember 2011 dan 2010 adalah sebagai berikut:

2011 2010

Rp Rp

Tidak mengalami penurunan nilai 1.046.719.869.774 327.728.303.587

Mengalami penurunan nilai 2.617.806.522 1.367.521.270

(30)

Mutasi cadangan kerugian penurunan nilai untuk tahun-tahun yang berakhir 31 Desember 2011, 2010 dan 2009 adalah sebagai berikut:

2011 2010 2009

Rp Rp Rp

Saldo awal tahun 691.015.556 1.715.328.696 725.753.076

Penyesuaian sehubungan dengan penerapan awal PSAK 55

(revisi 2006) - (1.543.000.085)

-Penghapusan piutang (209.260.825) (48.419.493) (241.450.089)

Penerimaan kembali piutang yang

telah dihapuskan - - 218.509.032

Penyisihan tahun berjalan 687.092.697 567.106.438 1.012.516.677

Saldo akhir tahun 1.168.847.428 691.015.556 1.715.328.696

Manajemen berpendapatan bahwa cadangan kerugian penurunan nilai dan agunan yang diterima dari nasabah adalah cukup untuk menutup kerugian yang mungkin timbul akibat tidak tertagihnya piutang.

8. PIUTANG LAIN-LAIN

2011 2010 2009

Rp Rp Rp

Pihak berelasi

Piutang karyawan 936.156.240 488.845.331 408.657.168

Cadangan kerugian penurunan nilai - - (4.086.571)

Jumlah piutang karyawan - bersih 936.156.240 488.845.331 404.570.597

Tagihan pembelian kendaraan 3.181.795.095 90.383.322.219 13.477.541.694

Jumlah pihak berelasi 4.117.951.335 90.872.167.550 13.882.112.291

Pihak ketiga

Piutang karyawan 177.022.528 504.469.875 869.543.478

Cadangan kerugian penurunan nilai - - (8.695.435)

Jumlah piutang karyawan - bersih 177.022.528 504.469.875 860.848.043

Piutang premi asuransi 2.191.802.106 968.187.736 130.007.387

Tagihan pembelian kendaraan 104.860.679 -

-Jumlah pihak ketiga 2.473.685.313 1.472.657.611 990.855.430

Jumlah 6.591.636.648 92.344.825.161 14.872.967.721

Tagihan pembelian kendaraan merupakan pembayaran kepada dealer atas pembiayaan konsumen tetapi belum ditagih ke bank kreditur sehubungan dengan kerjasama pembiayaan bersama (joint financing) (Catatan 35).

Manajemen berpendapat bahwa cadangan kerugian penurunan nilai tersebut adalah cukup untuk menutup kerugian yang mungkin timbul akibat tidak tertagihnya piutang.

(31)

9. BIAYA DIBAYAR DIMUKA 2011 2010 2009 Rp Rp Rp Pihak ketiga Sewa gedung 3.678.890.911 2.938.707.909 846.338.233 Renovasi gedung 757.964.071 5.432.669.782 66.004.755 Sewa rumah 67.453.677 89.814.787 56.689.777 Insentif dealer - - 48.817.825.656 Lain-lain 1.428.852.103 664.060.794 296.394.553 Jumlah 5.933.160.762 9.125.253.272 50.083.252.974

Insentif dealer merupakan biaya insentif yang dibayarkan kepada dealer dan sejak tahun 2004 diamortisasi sesuai dengan jangka waktu kredit. Tahun 2010 insentif dealer disajikan di akun masing-masing dicatat sebagai pendapatan dan biaya yang ditangguhkan (Catatan 6 dan 7).

10. INVESTASI SAHAM

Pada tahun 2009, Perusahaan memiliki investasi sebesar 16,67% pada PT Daya Network Lestari sebanyak 11 lembar saham biasa dengan jumlah modal sebesar Rp 1.100.000.000 dan dibentuk cadangan kerugian penurunan nilai sebesar Rp 11.000.000.

PT Daya Network Lestari adalah perusahaan pengelola sistem ATM (Anjungan Tunai Mandiri) Alto. Pada tahun 2010, saham PT Daya Network Lestari dijual kepada PT Inti Sentral Operasi dan Perusahaan memperolah laba penjualan sebesar Rp 110.000.000 dicatat pada penghasilan lain-lain.

11. ASET TETAP

1 Januari Penyesuaian/ 31 Desember 2011 Penambahan Pengurangan Reklasifikasi 2011

Rp Rp Rp Rp Rp

Biaya perolehan:

Bangunan 2.692.302.487 23.103.921.503 - (7.561.723.991) 18.234.499.999 Prasarana bangunan - - - 5.936.362.880 5.936.362.880 Peralatan kantor 1.774.811.439 434.935.291 38.894.815 - 2.170.851.915 Komputer dan elektronik 9.214.846.489 1.384.035.720 192.588.840 - 10.406.293.369 Inventaris kantor 1.639.916.991 631.531.693 500.000 - 2.270.948.684 Kendaraan bermotor 3.700.226.627 3.653.250.000 305.685.000 - 7.047.791.627 Jumlah 19.022.104.033 29.207.674.207 537.668.655 (1.625.361.111) 46.066.748.474 Akumulasi penyusutan: Bangunan 12.464.363 998.361.298 - (717.723.578) 293.102.083 Prasarana bangunan - - - 619.900.919 619.900.919 Peralatan kantor 1.130.705.458 387.284.263 38.894.815 - 1.479.094.906 Komputer dan elektronik 5.552.645.027 1.269.699.285 182.366.965 - 6.639.977.347 Inventaris kantor 766.865.664 370.252.882 421.875 - 1.136.696.671 Kendaraan bermotor 1.263.403.420 1.163.624.749 232.163.982 - 2.194.864.187 Jumlah 8.726.083.932 4.189.222.477 453.847.637 (97.822.659) 12.363.636.113

(32)

1 Januari 31 Desember 2010 Penambahan Pengurangan 2010 Rp Rp Rp Rp Biaya perolehan: Bangunan - 2.692.302.487 - 2.692.302.487 Peralatan kantor 1.285.859.319 646.198.989 157.246.869 1.774.811.439 Komputer dan elektronik 8.256.285.012 1.465.430.878 506.869.401 9.214.846.489 Inventaris kantor 1.263.075.438 746.913.627 370.072.074 1.639.916.991 Kendaraan bermotor 1.427.966.627 2.628.950.000 356.690.000 3.700.226.627 Jumlah 12.233.186.396 8.179.795.981 1.390.878.344 19.022.104.033 Akumulasi penyusutan: Bangunan - 12.464.363 - 12.464.363 Peralatan kantor 1.133.383.771 154.568.556 157.246.869 1.130.705.458 Komputer dan elektronik 5.043.050.725 993.922.333 484.328.031 5.552.645.027 Inventaris kantor 926.451.111 202.148.059 361.733.506 766.865.664 Kendaraan bermotor 815.709.241 614.936.307 167.242.128 1.263.403.420 Jumlah 7.918.594.848 1.978.039.618 1.170.550.534 8.726.083.932 Jumlah Tercatat 4.314.591.548 10.296.020.101 1 Januari 31 Desember 2009 Penambahan Pengurangan 2009 Rp Rp Rp Rp Biaya perolehan: Peralatan kantor 1.256.481.569 53.567.750 24.190.000 1.285.859.319 Komputer dan elektronik 7.954.818.712 330.341.300 28.875.000 8.256.285.012 Inventaris kantor 1.127.146.114 143.414.484 7.485.160 1.263.075.438 Kendaraan bermotor 1.184.052.317 364.200.000 120.285.690 1.427.966.627 Jumlah 11.522.498.712 891.523.534 180.835.850 12.233.186.396 Akumulasi penyusutan:

Peralatan kantor 1.056.502.033 89.357.154 12.475.416 1.133.383.771 Komputer dan elektronik 4.035.658.734 1.027.024.281 19.632.290 5.043.050.725 Inventaris kantor 812.630.240 118.730.958 4.910.087 926.451.111 Kendaraan bermotor 793.275.820 142.719.111 120.285.690 815.709.241 Jumlah 6.698.066.827 1.377.831.504 157.303.483 7.918.594.848

Jumlah Tercatat 4.824.431.885 4.314.591.548

Beban penyusutan pada tahun 2011, 2010 dan 2009 masing-masing sebesar Rp 4.189.222.477, Rp 1.978.039.618 dan Rp 1.377.831.504.

Penambahan bangunan tahun 2011 yang berlokasi di lantai 10 Wisma Eka Jiwa diperoleh dari penambahan modal (inbreng – memasukkan aset sebagai penambahan modal) dari entitas induk yaitu PT Bank Internasional Indonesia Tbk (Catatan 20).

Pada tahun 2011, aset tetap Perusahaan berupa bangunan direklasifikasi ke prasarana bangunan dan beban tangguhan hak atas tanahdengan nilai tercatat masing-masing sebesar Rp 5.316.461.961 dan Rp 1.527.538.452. Beban tangguhan hak atas tanahdisajikan pada akun “Aset Lain-lain” (Catatan 12).

Gambar

Tabel dibawah ini menunjukkan nilai tercatat dan nilai wajar dari aset dan liabilitas keuangan:
Tabel  berikut  menyajikan  sisa  umur  kontraktual  liabilitas  keuangan  Perusahaan  yang  menggambarkan eksposur Perusahaan terhadap risiko likuiditas pada tanggal 31 Desember 2011,  2010 dan 2009:
Tabel  berikut  menggambarkan  profil  perbedaan  jatuh  tempo  atas  aset  dan  liabilitas  keuangan  Perusahaan pada tanggal 31 Desember 2011, 2010 dan 2009:

Referensi

Dokumen terkait

Pada saat pengakuan awal,aset keuangan diukur pada nilai wajarnya, ditambah, dalam hal aset keuangan tidak diukur pada nilai wajar melalui laba rugi, biaya transaksi yang

Pada saat pengakuan awal, aset keuangan diukur pada nilai wajarnya, ditambah, dalam hal aset keuangan tidak diukur pada nilai wajar melalui laba rugi, biaya transaksi yang

Pada saat pengakuan awal, aset keuangan diukur pada nilai wajarnya, ditambah, dalam hal aset keuangan tidak diukur pada nilai wajar melalui laba rugi, biaya transaksi yang

Masalah utama dari pendekatan ini adalah bahwa dengan mengklasifikasikan teknologi informasi sebagai fasilitas penunjang, pelaku bisnis akan melihatnya lebih sebagai “non-value

Sebagaimana dijelaskan lebih lanjut oleh penulis buku ini, dengan menyebutkan ketiga tradisi puisi tersebut, ar-Rifai tidak berupaya membandingkan tiga jenis puisi

Sehingga dalam masalah ini untuk menganalisa adanya kestabilan pada saluran transmisi kota Palembang dibuat tugas akhir yang berjudul “Studi Analisa Kestabilan Tegangan

23 tahun 1992 tentang kesehatan, obat tradisional adalah bahan atau ramuan berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral atau campuran dari bahan tersebut yang

Skema merupakan alur penyajian berita atau wacana. Alur tersebut menunjukkan bagian-bagian teks itu disusun dan diurutkan sehingga membentuk suatu kesatuan. Ada bagian