• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMETAAN MASALAH MAHASISWA DENGAN KEMAMPUAN BERBICARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMETAAN MASALAH MAHASISWA DENGAN KEMAMPUAN BERBICARA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PEMETAAN MASALAH MAHASISWA

DENGAN KEMAMPUAN BERBICARA

Luh Ketut Sri Widhiasih Nyoman Deni Wahyudi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Mahasaraswati Denpasar

sriwidhiasih@gmail.com deni_ajuz@yahoo.com

Abstrak

Penelitian yang menggunakan rancangan deskriptif kualitatif ini bertujuan untuk mengidentifikasi masalah yang dialami mahasiswa dengan kemampuan berbicara. Mahasiswa adalah mereka yang mengambil mata kuliah Speaking 1 di Program Studi Bahasa Inggris, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Mahasaraswati Denpasar Semester 1. Data yang diperoleh pada penelitian ini berjenis data kualitatif. Data kualitatif diperoleh dari observasi dan wawancara. Data diperoleh dengan menggunakan peneliti sebagai instrument kunci dan beberapa instrumen penelitian lain seperti catatan peneliti dan daftar pertanyaan wawancara. Hasil observasi dan wawancara akan dianalisis secara deskriptif menggunakan Model Interaktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir seluruh mahasiswa masih memiliki masalah dengan pelafalan, kosa kata, tata bahasa, kelancaran, pemahaman, kecemasan dan percaya diri.

(2)

MAPING STUDENTS PROBLEMS IN ABILITY OF SPEAKING

Abstract

This research that used descriptive qualitative design aim at identifying problems faced by university students toward speaking ability. University students are they who took Speaking 1 class at first semester of English Education Department, Faculty of Teaching Training, Mahasaraswati Denpasar University. Data collected in this research are collected by observation and interview. Data are collected by using researcher as the key instrument and some research instruments such as, researcher’s diary and list of interview questions. The result of observation and interview are analyzed descriptively using Interactive Model. The result of this research showed that almost all of the university students has problems in pronunciation, vocabulary, grammar, fluency, comprehension, anxiety, and self-confidence. Key words: university students’ problems, speaking ability

PENDAHULUAN

Menurut Silabus Speaking 1 Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, menyatakan bahwa mahasiswa yang mengikuti perkuliahan ini harus mencapai sebuah standar kompetensi yaitu memiliki kemampuan membawakan percakapan berbahasa Inggris dengan topik sehari-hari dan membangun hubungan dengan orang lain dengan mudah dan dengan tata cara yang berterima menggunakan Bahasa Inggris lisan. Pencapaian standar kompetensi ini dijabarkan lebih spesifik dalam sebuah kompetensi dasar bahwa mahasiswa harus menampilkan beragam tipe fungsi berbicara yang relevan pada pertukaran ide. Kemampuan berbicara mahasiswa diharapkan menunjukkan sebuah performance dalam bahasa Inggris yang bisa menggambarkan penggunaan Bahasa Inggris sehari-hari yang dapat mempermudah komunikasi dalam kehidupan sehari-hari.

Ketika berbicara tentang keterampilan berkomunikasi yang digunakan sehari-hari, selayaknya pembicara dalam hal ini mahasiswa mampu menampilkan komunikasi dengan ekspresi yang sesuai dengan kebutuhan topic itu. Hal lain yang perlu diperhatikan yaitu isi dari hal yang diperbincangkan, dimana isi harus sesuai dengan topic. Struktur dari materi yang dibawakan pastinya harus mengandung tiga komponen, pembuka, inti dan penutup. Setelah materi yang dibawakan memiliki isi dan struktur yang baik, mahasiswa juga diharapkan menyampaiakannya dengan lancer dan melafalkan setiap kata dengan sempurna.

Dengan standard kompetensi dan kompetensi dasar seperti tersebut, kompetensi mahasiswa diukur. Tetapi menampilkan sebuah monolog, dialog, atau percakapan dalam bahasa Inggris bukanlah suatu pekerjaan yang gampang bagi mahasiswa semester awal. Oleh sebab itu, tujuan dari tulisan ini adalah untuk menjelaskan masalah-masalah yang

(3)

yang dihadapi oleh mahasiswa dalam mengekspresikan ide dalam bahasa Inggris atau singkatnya kemampuan berbicara.

Berbicara memiliki makna ‘berkata’, ‘bercakap’, ‘berbahasa’, atau ‘melahirkan pendapat’ (dengan perkataan, tulisan, dan sebagainya) (KBBI, 2003:148). Berbicara juga dapat diasumsikan sebagai keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan (Tarigan dkk., 1997/1998:80). Tarigan (dalam Wendra, 2006:3) menyatakan pengertian berbicara sebagai kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.

Menurut Syakir (2009), berbicara membutuhkan dua aspek yaitu aspek linguistic dan aspek non-linguistik. Aspek linguistic adalah syarat utama yang harus dimiliki peserta didik dalam berbahasa khususnya berbicara. Aspek linguistic yaitu pengertian, pelafalan, tata bahasa dan susunan kata, kosa kata, kecepatan berbicara, panjang kalimat, dan sebagainya. Non-linguistik aspek adalah aspek yang mendukung peserta didik untuk memiliki kemampuan berbicara yang baik. Aspek ini meliputi dimensi personal, seperti penghargaan diri dan keterbukaan. Untuk memiliki kemampuan berbicara yang baik, seorang peserta didik harus menguasai dua aspek ini. Kedua aspek ini berkaitan satu sama lain. Peserta didik tidak bisa hanya focus pada satu aspek saja untuk memiliki kemampuan berbicara yang baik. Mereka harus mengkombinasikan kedua aspek tersebut untuk mencapai kompetensi yang baik dalam berbicara.

Kemampuan berbicara adalah sebuah kemampuan utama yang dibutuhkan dalam pergaulan internasional sekarang ini. Saat kemampuan ini menjadi sangat penting, banyak orang menggampangkan prosesnya, sehingga dihasilkan kualitas berbicara yang kurang. Anggapan bahwa setiap orang dengan sendirinya dapat berbicara telah menyebabkan pembinaan kemampuan dan keterampilan berbicara sering diabaikan (Arsjad dan Mukti, 1993:23). Dalam konteks perkuliahan Speaking 1, mahasiswa yang telah memiliki dasar berbahasa inggris pada roses sekolah sebelumnya juga masih mengalami masalah dengan kemampuan berbicara. Jadi permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana masalah mahasiswa dengan kemampuan berbicara dalam aspek linguistic dan non-linguistik.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksakan di salah satu universitas swasta di Denpasar yaitu Universitas Mahasaraswati Denpasar. Universitas ini berlokasi di kota Denpasar. Penelitian ini dilaksanakan di empat kelas semester 1 yang sedang mendapatkan mata kuliah Speaking 1, Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, Fakutas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

Fokus dari penelitian ini adalah seluruh mahasiswa di kelas 1A, 1B, 1G, dan 1H yang mengambil mata kuliah Speaking 1 yang berjumlah 120 orang. yang dipilih dengan teknik sampel acak.

(4)

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kulititatif digunakan untuk mengidentifikasi masalah mahasiswa dengan kemampuan berbicara.

Data tentang masalah mahasiswa dengan kemampuan berbicara tersebut didapatkan melalui observasi yang kemudian dikonfirmasi dengan wawancara terstruktur. Observasi dilakukan terhadap performance mahasiswa, setelah itu disusul dengan mengkonfirmasi permasalahan yang disimpulkan melalui proses observasi melalu wawancara untuk mengetahui masalah mahasiswa dengan kemampuan mahasiswa secara spesifik.

Observasi dan wawancara dianalisis secara kualitatif untuk melihat masalah mahasiswa dengan kemampuan berbicara. Data observasi didapat melalui catatan peneliti. Sedangkan, data wawancara didapat melalui daftar pertanyaan yang diajukan kepada mahasiswa.

Selanjutnya, data dianalisis dengan menggunakan Model Interaktif. Model ini terdiri dari empat langkah yaitu pengumpulan data, penyaringan data, penyajian data, dan pembuatan kesimpulan/verivikasi (Miles dan Huberman, 1994). Langkah-langkah tersebut dilakukan untuk menemukan pola yang diharapkan sehingga dapat disimpulkan. Sebelumnya peneliti telah melakukan triangulasi data. Peneliti juga telah memverifikasi data dengan membandingkan data dari berbagai instrument penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berbicara dinyatakan adalah kemampuan yang alami yang akan dikuasai oleh setiap individu. Berdasarkan fakta itu sering terjadi penggampangan terhadap proses pembelajaran berbicara, sehingga sering terdapat masalah dalam pengaplikasiannya. Sejalan dengan itu, masalah juga terjadi pada mahasiswa yang mengikuti mata kuliah Speaking 1 di Program Studi Bahasa Inggris, Pakultas Keguruan dan Ilmu Pendidiikan, Universitas Mahasarasawati Denpasar. Masalah yang dihadapi mahasiswa dengan kemampuan berbicara dapat digolongkan menjadi dua menurut aspeknya, yaitu masalah yang berhubungan dengan aspek linguistic dan non linguistic.

Pada aspek linguistic, mahasiswa cenderung memiliki masalah yang berhubungan dengan pelafalan, kosa kata, tata bahasa, kelancaran dan pemahaman. Seperti dinyatakan bahwa pelafalan adalah bukan hanya kemampuan untuk melafalkan kata perkata tetapi juga bahasa itu sendiri sehingga memiliki arti yang diinginkan untuk dinyatakan. Mahasiswa sering mengesampingkan aspek ini karena dianggap adalah wajar seorang penutur bahasa kedua tidak memiliki pelafalan persis seperti pembicara pertama bahasanya. Tetapi yang diharapkan disini adalah bukan memiliki lafal yang persis sama seperti penutur aslinya tetapi yang seperti penutur aslinya, sehingga makna yang sampai ke pendengar adalah sesuai dengan yang diharapkan pembicaranya.

Kosa kata yang digunakan oleh mahasiswa juga cenderung miskin karena variasinya hanya terbatas pada beberapa kata saja. Hal ini adalah dampak pada kurangnya minat baca

(5)

mahasiswa. Mahasiswa merasa cukup hanya menguasai beberapa kata saja, sehingga motivasi untuk memperkaya kosa katanya berhenti sampai disitu saja. Masalah lain juga terjadi pada tata bahasa yang menyusun kalimat-kalimat yang diucapkan mahasiswa. Mahasiswa cenderung menggunakan bahasa Inggris Indonesia, dimana kalimat bahasa inggris yang diproduksi adalah hasil alih bahasa dari kalimat berbahasa Indonesia yang sama sekali tidak disesuaikan dengan tata bahasa Bahasa Inggris. Fakta itu menyebabkan mahasiswa banyak mengalami masalah pada tata bahasa.

Masalah juga muncul pada aspek kelancaran. Kurangnya persiapan dan buruknya strategi belajar mahasiswa menjadi factor utama penyebab masalah kelancaran. Mahasiswa yang kerap kali mempersiapkan segalanya hanya dengan waktu beberapa jam sebelum presentasi membuat mereka gagal memahami bahan mereka dengan utuh dan akhirnya memilih strategi menghafal sebagai strategi mereka mempelajari bahan yang akan dibawakan. Hal ini menyebabkan masalah besar bagi mahasiswa, dimana mahasiswa sering gagal membawakan bahannya secara utuh akibat melupakan beberapa bagian hafalannya dari teks yang ingin disampaikan. Setelah ditelusuri lebih dalam, mahasiswa juga gagal memahami bahannya karena stategi menghafalkan ini. Mereka hanya berusaha mengingat kata perkata tanpa mengerti inti atau bahkan arti kata yang mereka ucapkan.

Aspek non-linguistik juga menjadi factor pendukung masalah linguistic yang dihadapi mahasiswa dengan kemampuan berbicara. Kecemasan berlebih yang disebabkan oleh persiapan yang kurang matang adalah salah satu masalah mahasiswa. Kecemasan ini tak hayal memperburuk kondisi psikis mahasiswa saat membawakan bahan mereka. Semua hal yang dipersiapkan menjadi tidak sesuai rencana. Ketakutan disalahkan juga muncul saat presentasi tidak sesuai dengan rencana. Kepercayaan diri akhirnya menjadi kunci dari segala masalah yang sedang dihadapi. Tetapi faktanya mahasiswa juga memiliki masalah dengan kepercayaan diri yang ditunjukkan dengan bahasa tubuh yang tidak bersahabat dengan pendengar, seperti menunduk, gerakan tangan terselip ke saku celana, dan lain-lain. Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa aspek linguistic dan non-linguistik saling berhubungan satu dengan yang lain dan mempengaruhi kemampuan berbicara mahasiswa. Saat mahasiswa lemah atau bermasalah dengan salah satu dari aspek tersebut, maka aspek lain yang dimiliki mahasiswa akan melemah. Perlu adanya penguatan pada semua aspek tersebut, sehingga dapat meminimalisir masalah mahasiswa dengan kemampuan berbicara. SIMPULAN DAN SARAN

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa masalah mahasiswa dengan kemampuan berbicara berdasarkan aspek linguistik adalah berhubungan dengan pelafalan, kosa kata, tata bahasa, kelancaran dan pemahaman. Sedangkan, masalah mahasiswa dengan kemampuan berbicara berdasarkan aspek non-linguistik adalah berhubungan dengan kecemasan dan percaya diri.

(6)

Adapun saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil dari penelitian ini adalah: 1. Kepada peneliti lain diharapkan bisa menggunakan hasil penelitian ini sebagai

referensi untuk penelitian-penelitian berikutnya yang meneliti kasus serupa dan dapat melanjutkan penelitian ini pada fase penemuan solusi atas masalah-masalah yang ditemui dalam penelitian ini.

2. Kepada mahasiswa diharapkan dapat merefleksikan masalahnya yang mungkin sebelumnya tidak disadari untuk kemudian dicari solusinya bersama-sama sehingga dapat meningkatkan kemampuan berbicara.

3. Kepada pengajar diharapkan dapat membantu mahasiswa menemukan solusi atas masalahnya. Pengajar juga diharapkan dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai pedoman untuk menentukan metode pengajaran yang sesuai dengan masalah mahasiwanya.

4. Kepada universitas terkait diharapkan dapat memfaislitasi mahasiswa dan pengajar untuk berdiskusi memecahkan masalah yang dialami sehingga kemudian dapat diaplikasikan pada kelas-kelas berbicara berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Arsjad, G. Maidar dan Mukti U. S. 1993. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga

Dokumen Silabus Program Studi Bahasa Inggris, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Mahasaraswati Denpasar

Miles, Matthew B. dan Huberman, A. Michael. 1994. Qualitative Data Analysis, Second Edition .London: Sage Publications

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi ke-3. Jakarta: Balai Pustaka

Syakir, Andi. 2009. The Correlation between Self-Concept and English Speaking Ability of the Learners of Primagama English Course Samarinda. Samarinda: Published research in internet. http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi/pendidikan-bahasa-inggris/correlation-between-self-concept-and-english-speaking-abili-0

Tarigan, Djago dkk. 1997/1998. Pengembangan Keterampilan Berbicara. Jakarta: Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III Depdikbud

Referensi

Dokumen terkait

Zaključno, srebrne zdjelice za piće tipa hanap upotrebljavale su se u Dalmaciji, dalmatinskom zaleđu i Bosni sigurno od 14. Arhivski podaci potvrđuju njihovu značajnu prisutnost

Fakta atau gejala kehidupan yang menjadi sasaran studi Filsafat Pendidikan Islam adalah menyangkut permasalahan yang berkaitan dengan perkembangan hidup manusia

Ketimpangan masih menjadi masalah yang harus di perhatikan dalam pembangunan di setiap wilayah terutama di Provinsi Sulawesi Barat sebagai Provinsi baru di Indonesia, hal

Bertitik tolak pada uraian di atas, maka penulis merasa tertarik untuk meneliti apa yang melandasi petani dalam proses pengambilan keputusan penentu usahatani Padi Pandan

Puolustusvoimien Koulutuksen Kehittämiskeskus: Perusyksikön päällikön opas, 1996 ja LentoSK:n lentueiden päälliköiden tehtävänkuvaukset, materiaali tutkijan hallussa..

Custom union ini adalah bentuk antara dari integrasi ekonomi, yakni bentuk antara dari perdagangan bebas di antara anggota, tetapi tidak ada sistem tarif

Dalam keadaan seperti itu jumlahnya tidak dapat di hitung, hanya dapat di gambarkan suatu jumlah objek secara kualitas dengan karakteristik yang bersifat umum yaitu

Permasalahan yang dapat dirumuskan berdasarkan uraian latar belakang tersebut adalah bagaimana perilaku, faktor pendorong serta faktor penghambat pelaksanaan