• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keywords: Promotive and Preventive Services, GPs (General Practitioners), JKN (National Health Insurance), BPJS (National Health Care Security)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Keywords: Promotive and Preventive Services, GPs (General Practitioners), JKN (National Health Insurance), BPJS (National Health Care Security)"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

ix ABSTRAK

Pelayanan promotif dan preventif merupakan salah satu indikator pelayanan yang wajib dilaksanakan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) yang berperan sebagai gatekeeper dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan pada era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Pelayanan promotif dan preventif ini bertujuan untuk mencegah dan menurunkan angka kesakitan. Dokter Praktik Perorangan (DPP) sebagai bagian dari FKTP, juga memiliki peran penting dalam memberikan pelayanan promotif dan preventif selain pelayanan kuratif dan rehabilitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku, pendorong serta penghambat pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif oleh DPP pada era JKN di Kota Denpasar.

Penelitian ini merupakan penelitian mix method dengan kombinasi antara kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif dikumpulkan melalui survei dengan penentuan sampel menggunakan total population sampling dan data kualitatif diperoleh melalui wawancara mendalam dengan partisipan yang dipilih dengan metode purposive sampling. Penelitian ini dilaksanakan di DPP yang sudah bekerjasama dengan BPJS di wilayah Kota Denpasar dengan 61 responden dan 8 partisipan. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariate untuk data kuantitatif dan analisis tematik untuk data kualitatif.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi, keyakinan dan motivasi DPP terhadap pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif di era JKN sebagian besar tergolong kategori baik dan kuat yaitu sebesar 86,89%, 65,57% dan 72,13%. Sedangkan sikap DPP dan DPP yang menyatakan peraturan yang ada mendukung pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif di era JKN hanya 32,79% dan 16,39%. Sementara DPP yang melakukan pelayanan promotif dan preventif di era JKN hanya sebesar 8,20%. Beberapa faktor yang mendorong pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif di DPP antara lain motivasi dokter, sarana dan prasarana, penghargaan, peraturan dan sistem kapitasi. Sedangkan faktor yang menghambat antara lain kemauan pasien, keterbatasan waktu, keterbatasan dana dan rendahnya besaran kapitasi.

Simpulan dari penelitian ini adalah pelayanan promotif dan preventif oleh DPP di Kota Denpasar belum dilaksanakan secara optimal. Hal ini disebabkan karena rendahnya kemauan pasien, keterbatasan waktu, keterbatasan dana dan rendahnya besaran kapitasi.

Kata Kunci : Pelayanan Promotif dan Preventif, DPP (Dokter Praktek Perorangan), JKN (Jaminan Kesehatan Nasional), BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial)

(2)

x ABSTRACT

Promotive and preventive services is one of service indicators that must be implemented in First Level Health Facility (FKTP) which acts as a gatekeeper in the utilization of health services in the era of National Health Insurance (JKN). These promotive and preventive services aims to prevent and reduce morbidity. General Practitioners (GPs) as part of FKTP, also has an important role in providing promotive and preventive services in addition to curative and rehabilitative services. This study aims to determine the behavior, facilitators and barriers of the promotive and preventive services impllementation by the GPs in the era of JKN in Denpasar.

This study is a mix method research with a combination of quantitative and qualitative. Quantitative data was collected through a survey with sample determination using total population sampling and qualitative data obtained through in-depth interviews with selected participants by purposive sampling method. This study was conducted in GPs which have cooperated with BPJS in Denpasar City with 61 respondents and 8 participants. Data analysis techniques used were univariate and bivariate analysis for quantitative data and thematic analysis for qualitative data.

The result of this study shows that GPs perception, belief and motivation toward promotive and preventive service in JKN era are mostly good and strong category which is 86,89%, 65,57% and 72,13%. While the attitude of GPs and GPs stating that existing regulations support the implementation of promotive and preventive services in the era of JKN are only 32.79% and 16.39%. While GPs who do promotive and preventive services in the era of JKN only amounted to 8.20%. Several factors that encourage the implementation of promotive and preventive services in the GPs include the doctors' motivation, facilities and infrastructure, rewards, regulations and capitation system. While the inhibiting factors include the willingness of patients, time constraints, limited funds and the low amount of capitation.

The conclusion of this study is promotive and preventive service by GPs in Denpasar has not been implemented optimally. This is due to low patient willingness, limited time, limited funds and low capitation.

Keywords: Promotive and Preventive Services, GPs (General Practitioners), JKN (National Health Insurance), BPJS (National Health Care Security)

(3)

xi DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN TESIS ... Error! Bookmark not defined. SAMPUL DALAM TESIS ... Error! Bookmark not defined. LEMBAR PRASYARAT GELAR ... Error! Bookmark not defined.

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI .... Error! Bookmark not defined. SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT... Error! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH . Error! Bookmark not defined. ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR TABEL ... xv DAFTAR SINGKATAN ... 1 DAFTAR LAMPIRAN ... 2 BAB I PENDAHULUAN ... 3 Latar Belakang ... 3 1.1 Rumusan Masalah ... 8 1.2 Tujuan Penelitian ... 8 1.3 1.3.1. Tujuan Umum ... 8 1.3.2. Tujuan Khusus ... 8 Manfaat Penelitian ... 9 1.4 1.4.1. Manfaat Teoritis ... 9 1.4.2. Manfaat Praktis ... 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined. Bentuk Pelayanan Promotif dan Preventif oleh Dokter Praktek 2.1

Perorangan... Error! Bookmark not defined. Teori Kurt Lewin... Error! Bookmark not defined. 2.2

Teori Lawrence Green... Error! Bookmark not defined. 2.3

Perilaku ... Error! Bookmark not defined. 2.4

(4)

xii

Hasil Penelitian Terkait Praktik Pelayanan Promotif dan Preventif pada 2.5

DPP di Berbagai Negara ... Error! Bookmark not defined. BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined.

Kerangka Berpikir ... Error! Bookmark not defined. 3.1

Konsep Penelitian... Error! Bookmark not defined. 3.2

BAB IV METODE PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined. Rancangan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 4.1

Lokasi dan Waktu Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 4.2

Penentuan Sumber Data ... Error! Bookmark not defined. 4.3

4.3.1. Populasi Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 4.3.2. Besaran Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ... Error!

Bookmark not defined.

Variabel dan Definisi Operasional VariabelError! Bookmark not 4.4

defined.

4.4.1. Identifikasi Variabel Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 4.4.2. Definisi Operasional Variabel ... Error! Bookmark not defined. Instrumen Penelitian... Error! Bookmark not defined. 4.5

Prosedur Penelitian... Error! Bookmark not defined. 4.6

4.6.1. Jenis Data yang Dikumpulkan ... Error! Bookmark not defined. 4.6.2. Cara Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined. 4.6.3. Etika Penelitian ... Error! Bookmark not defined. Analisis Data ... Error! Bookmark not defined. 4.7

4.7.1. Data Kuantitatif ... Error! Bookmark not defined. 4.7.2. Data Kualitatif ... Error! Bookmark not defined. BAB V HASIL PENELITIAN... Error! Bookmark not defined. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 5.1

Hasil Penelitian Kuantitatif ... Error! Bookmark not defined. 5.2

5.2.1. Karakteristik Responden ... Error! Bookmark not defined. 5.2.2. Persepsi, Keyakinan, Motivasi, Sikap, Peraturan dan Perilaku DPP

terhadap Pelaksanaan Pelayanan Promotif dan Preventif di Era JKN ... Error! Bookmark not defined. 5.2.3. Dukungan Sarana dan Prasarana terhadap Pelaksanaan Pelayanan

(5)

xiii

5.2.4. Perilaku DPP dalam Pelaksanaan Pelayanan Promotif dan Preventif di Era JKN Berdasarkan Karakteristik DemografiError! Bookmark not defined.

5.2.5. Perilaku DPP dalam Pelayanan Promotif dan Preventif di era JKN Berdasarkan Faktor Internal ... Error! Bookmark not defined. 5.2.6. Perilaku DPP dalam Pelayanan Promotif dan Preventif di Era JKN

Berdasarkan Faktor Eksternal ... Error! Bookmark not defined. Hasil Penelitian Kualitatif ... Error! Bookmark not defined. 5.3

5.3.1. Karakteristik Informan ... Error! Bookmark not defined. 5.3.2. Persepsi Dokter terhadap Pelayanan Promotif dan Preventif di era

JKN ... Error! Bookmark not defined. 5.3.3. Sikap dokter terhadap Pelaksanaan Pelayanan Promotif dan

Preventif di DPP pada era JKN ... Error! Bookmark not defined. 5.3.4. Pelayanan Promotif dan Preventif di DPP pada era JKN ... Error!

Bookmark not defined.

5.3.5. Peraturan tentang Pelaksanaan Pelayanan Promotif dan Preventif di DPP pada era JKN ... Error! Bookmark not defined. 5.3.6. Faktor Pendorong Pelaksanaan Pelayanan Promotif dan Preventif di

DPP pada era JKN ... Error! Bookmark not defined. 5.3.7. Faktor Penghambat Pelaksanaan Pelayanan Promotif dan Preventif

di DPP pada era JKN ... Error! Bookmark not defined. BAB VI PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not defined. Persepsi, Keyakinan, Motivasi, Sikap, Peraturan dan Perilaku DPP 6.1

terhadap Pelaksanaan Pelayanan Promotif dan Preventif di Era JKN ... Error! Bookmark not defined. Faktor Pendorong Pelaksanaan Pelayanan Promotif dan Preventif di DPP 6.2

pada era JKN ... Error! Bookmark not defined. Faktor Penghambat Pelaksanaan Pelayanan Promotif dan Preventif di 6.3

DPP pada era JKN ... Error! Bookmark not defined. Keterbatasan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 6.4

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not defined. Simpulan ... Error! Bookmark not defined. 7.1

Saran ... Error! Bookmark not defined. 7.2

DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined. LAMPIRAN ... Error! Bookmark not defined.

(6)

xiv

DAFTAR GAMBAR

(7)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Menurut Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, Lama Praktek pada Dokter Praktek Perorangan di Kota Denpasar ... 35 Tabel 2. Distribusi Frekuensi Keyakinan, Motivasi, Sikap, Peraturan dan

Perilaku DPP terhadap Pelaksanaan Pelayanan Promotif dan Preventif di Kota Denpasar pada Era JKN ... 37 Tabel 3. Dukungan Sarana dan Prasarana terhadap Pelaksanaan Pelayanan

Promotif dan Preventif di Kota Denpasar pada Era JKN ... 39 Tabel 4 Perilaku DPP terhadap Pelaksanaan Pelayanan Promotif dan

Preventif di Kota Denpasar berdasarkan Karakteristik Demografi ... 41 Tabel 5. Perilaku DPP dalam Pelayanan Promotif dan Preventif di Era JKN

Berdasarkan Faktor Internal ... 42 Tabel 6. Perilaku DPP dalam Pelayanan Promotif dan Preventif di Era JKN

Berdasarkan Faktor Eksternal ... 43 Tabel 7. Karakteristik Informan Penelitian Kualitatif Pelaksanaan Pelayanan

(8)

1

DAFTAR SINGKATAN

BCG : Baccile Calmett Guerin

BP : Bukan Pekerja

BPJS : Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

BUMN : Badan Usaha Milik Negara

DPP : Dokter Praktik Perorangan

DPT-HB : Difteri Pertusis Tetanus dan Hepatitis-B FKTP : Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama INA CBGs : Indonesia Case Base Groups

JKN : Jaminan Kesehatan Nasional PBI : Penerimaan Bantuan Iuran PBPU : Pekerja Bukan Penerima Upah POLRI : Kepolisian Republik Indonesia PPK : Pemberi Pelayanan Kesehatan

PPU : Pekerja Penerima Upah

(9)

2

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Penelitian ... 76

Lampiran 2. Formulir Partisipasi dalam Penelitian ... 77

Lampiran 3. Lembar Persetujuan Menjadi Responden ... 78

Lampiran 4. Kuesioner ... 79

Lampiran 5. Lembar Observasi ... 86

Lampiran 6. Formulir Partisipasi dalam Penelitian ... 87

Lampiran 7. Pernyataan Kesediaan Menjadi Partisipan ... 88

(10)

3 BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang 1.1

Pembangunan kesehatan di Indonesia bertujuan untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dan mewujudkan manusia Indonesia yang bermutu, sehat dan produktif. UU No 36 Tahun 2009 tentang kesehatan menegaskan bahwa setiap individu memiliki hak yang sama untuk memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan serta mendapatkan pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah dalam mewujudkan hal tersebut adalah dengan sistem pembiayaan kesehatan yang baik, seperti sistem asuransi guna meningkatkan akses masyarakat pada pelayanan kesehatan yang komprehensif dan bermutu (Kemensetneg, 2015).

Pemerintah melalui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) sejak 1 Januari 2014 atas dasar hal tersebut memberlakukan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dengan menganut prinsip managed care. Prinsip ini mengisyaratkan keterpaduan antara pelayanan kesehatan yang bermutu dan pembiayaan yang terkendali dengan empat pilar yang terdapat di dalamnya yaitu promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Hal inilah yang menjadikan fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) sebagai ujung tombak dalam pelayanan kesehatan (BPJS Kesehatan, 2014).

(11)

4

Permenkes No.59 Tahun 2014 menyebutkan bahwa FKTP adalah fasilitas kesehatan yang melakukan pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat non-spesialistik untuk keperluan observasi, promotif, preventif, diagnosis, perawatan, pengobatan dan pelayanan kesehatan lainnya. FKTP terdiri dari puskesmas atau fasilitas kesehatan yang setara, praktik dokter, praktik dokter gigi, klinik pratama dan rumah sakit kelas D pratama (Kemenkes, 2014).

FKTP memiliki peran yang sangat penting sebagai gatekeeper dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan pada era JKN. Peran tersebut antara lain sebagai kontak pertama masyarakat untuk deteksi dini dan pengobatan yang tepat saat mengalami masalah kesehatan serta memberikan pelayanan kesehatan yang komprehensif terutama yang bersifat promotif dan preventif (Kemenkes, 2014).

Pelayanan kesehatan primer pada FKTP ini memegang peranan yang penting dalam pelaksanaan JKN. Keberhasilan pelayanan kesehatan primer akan mengurangi jumlah pasien yang dirujuk sehingga biaya pelayanan kesehatan yang bersifat kuratif menjadi berkurang. BPJS Kesehatan menggunakan sistem pembiayaan kapitasi di FKTP dan INA CBG’s untuk fasilitas kesehatan tingkat lanjutan dalam penyelenggaraan JKN (Kesehatan, 2015b). Perpres No. 32 Tahun 2014 menyebutkan bahwa kapitasi adalah besaran pembayaran per bulan yang dibayar dimuka kepada FKTP berdasarkan jumlah peserta yang terdaftar tanpa memperhitungkan jenis dan jumlah pelayanan kesehatan yang diberikan. Besaran angka kapitasi ini sangat dipengaruhi oleh angka utilisasi pelayanan kesehatan dan jenis paket (benefit) asuransi kesehatan yang ditawarkan serta biaya satuan pelayanan (Budiarto & Kristiana, 2015).

(12)

5

Sistem pembayaran dengan metode kapitasi yang diterapkan BPJS kepada FKTP, mendorong FKTP untuk memberikan pelayanan yang optimal. FKTP juga akan berusaha mengedepankan pelayanan yang bersifat promotif dan preventif untuk mencegah dan menurunkan angka kesakitan. Penurunan angka kesakitan diharapkan akan berdampak pada menurunnya kunjungan masyarakat ke FKTP untuk berobat.

FKTP juga harus mampu menjadi penapis rujukan serta kendali mutu dan kendali biaya dalam pelaksanaan JKN selain menjadi kontak pertama pasien dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan dalam perannya sebagai gatekeeper. Data BPJS Kesehatan Cabang Denpasar menunjukkan bahwa saat ini jumlah FKTP yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan Cabang Denpasar adalah sebanyak 118 FKTP. Data tersebut terdiri dari 11 puskesmas, 16 klinik swasta, 4 FKTP TNI, 3 FKTP POLRI, 2 FKTP BUMN, 61 dokter praktik perorangan (DPP) dan 21 praktik dokter gigi. FKTP ini secara ideal diharapkan mampu menjadi fasilitas yang dapat mengatasi permasalahan-permasalahan kesehatan dasar secara paripurna serta memberikan tatalaksana rujukan pada kasus-kasus yang memerlukan pelayanan lebih lanjut secara tepat sesuai dengan standar pelayanan medik (Kemenkes, 2014).

Laporan BPJS Kesehatan tahun 2014 menunjukkan bahwa rasio rujukan di DPP untuk pasien JKN di Kota Denpasar sebesar 8,26 %. Angka ini mengalami peningkatan di tahun 2015 dengan rasio rujukan sebesar 8,48% (Kesehatan, 2015a). Hal ini mengindikasikan bahwa DPP sebagai salah satu bagian dari FKTP belum bisa menjalankan perannya sebagai gatekeeper secara optimal. Peningkatan rasio rujukan ini dapat menggambarkan bahwa penguatan FKTP melalui fungsi

(13)

6

promotif belum dilaksanakan secara maksimal. Padahal pelayanan promotif sangat penting untuk dilakukan terutama untuk mendukung keberlangsungan program JKN, karena sebesar apapun biaya kesehatan yang dikumpulkan melalui iuran, tentu akan habis jika tidak disertai peningkatan upaya promotif (Dewi, 2015).

Permasalahan yang terkait dengan pelaksanaan program JKN terutama pada DPP sebagai salah satu bagian dari FKTP masih banyak ditemukan sejak pelaksanaannya dari tahun 2014. Permasalahan tersebut antara lain adanya asumsi bahwa kualitas pelayanan yang diberikan dokter kepada pasien menjadi menurun, cenderung tidak ramah, tergesa-gesa dan terkesan hanya melakukan pelayanan seadanya. Hal ini dapat disebabkan karena keterbatasan waktu yang ada untuk pemeriksaan dan konsultasi pada pasien seiring faktor kunjungan pasien yang tinggi. Keadaan ini menjadi lebih parah lagi untuk dokter yang mempunyai tanggungan peserta JKN yang terlalu banyak. Metode kapitasi seharusnya dapat memacu dokter agar memberikan layanan konseling maupun penyuluhan perorangan kepada pasien selain melakukan penegakkan diagnostik dan pengobatan tepat. Hal ini merupakan bagian dari upaya promotif dan preventif yang bertujuan untuk menekan angka kesakitan sehingga diharapkan masyarakat tidak datang lagi untuk berkunjung ke FKTP (Soetono & Kurtanty, 2013).

FKTP juga belum sepenuhnya mengupayakan ketersediaan tenaga kesehatan yang memadai, terutama untuk pelayanan promotif. Kunjungan rawat jalan yang tinggi mengakibatkan beban kerja untuk pelayanan kuratif menjadi bertambah. Hal ini pula yang menyebabkan petugas medis tidak memberikan konseling yang seharusnya dilakukan sebagai upaya kesehatan perorangan

(14)

7

mengingat keterbatasan waktu yang ada. Studi pendahuluan yang dilakukan di beberapa DPP dengan tingkat kunjungan pasien yang tinggi di wilayah Kota Denpasar menunjukan bahwa sebagian besar dokter tidak memberikan konseling kepada pasien yang berkunjung. Hal ini dipertegas dengan hasil komunikasi interpersonal yang dilakukan kepada beberapa pasien yang berkunjung. Hampir semua informan mengatakan bahwa dokter hanya memeriksa dan memberikan resep untuk keluhan yang dialami pasien tanpa memberikan konseling maupun penyuluhan tentang penyakit yang dialami pasien maupun faktor-faktor risiko dari penyakit tersebut.

Beberapa penelitian di berbagai daerah terkait pelaksanaan upaya promotif dan preventif di FKTP diantaranya pada penelitian yang dilakukan di Eropa. Penelitian ini menggambarkan pengetahuan, sikap serta kendala yang dialami oleh dokter di Eropa dalam melaksanakan promosi kesehatan berbasis bukti dan rekomendasi pencegahan penyakit dalam perawatan primer. Hasilnya diketahui bahwa kegiatan promosi dan pencegahan penyakit sangat sulit dilakukan. Hambatan yang paling penting dilaporkan adalah beban kerja yang berat dan kurangnya waktu serta tidak adanya sistem penggantian biaya (Brotons et al., 2012).

Penelitian lainnya di Amerika menyatakan bahwa kemampuan dan kebiasaan dokter yang sering berolahraga lebih mungkin untuk memberi nasehat kepada pasien mereka untuk berolahraga. Hambatan yang paling umum yang dijumpai untuk pelaksanaan konseling adalah waktu yang tidak memadai dan pengetahuan dan pengalaman tentang olahraga yang harus dilakukan (Abramson, Stein, Schaufele, Frates, & Rogan, 2000).

(15)

8

Penelitian yang dilakukan di Indonesia menyatakan bahwa pelayanan preventif dan promotif di puskesmas tetap dilaksanakan secara rutin baik sebelum maupun sesudah diberlakukannya JKN (Dewi, 2015). Penelitian tentang pelaksanaan upaya promotif oleh dokter di klinik dan DPP pada era JKN belum banyak dilakukan. Atas dasar inilah peneliti terdorong untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif oleh DPP pada era JKN di Kota Denpasar.

Rumusan Masalah 1.2

Permasalahan yang dapat dirumuskan berdasarkan uraian latar belakang tersebut adalah bagaimana perilaku, faktor pendorong serta faktor penghambat pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif oleh DPP pada era JKN di Kota Denpasar?

Tujuan Penelitian 1.3

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui perilaku, faktor pendorong serta faktor penghambat pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif oleh DPP pada era JKN di Kota Denpasar.

1.3.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui.

1. Perilaku dokter dalam pelayanan promotif dan preventif pada DPP di Kota Denpasar.

(16)

9

2. Faktor pendorong dalam pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif pada DPP di Kota Denpasar.

3. Faktor penghambat dalam pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif di Kota Denpasar.

Manfaat Penelitian 1.4

1.4.1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan kajian, referensi untuk memperkuat hasil-hasil studi yang berkaitan dengan pelaksanaan upaya promotif dan preventif oleh dokter praktik perorangan (DPP).

1.4.2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan dan pertimbangan dalam upaya peningkatan pelayanan promotif dan preventif bagi dokter di DPP maupun bagi BPJS kesehatan selaku badan pengelola jaminan kesehatan nasional (JKN).

Referensi

Dokumen terkait

Dalam konsep perdagangan internasional, pasar adalah sebuah tempat fisik, seperti toko eceran, yang anda kunjungi untuk melakukan transaksi bisnis. E-commerce ada dimana- mana,

Menetapkan : PERATURAN BUPATI BANTUL TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 57 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN

Pembiayaan murabahah yang bermasalah (kredit macet) yang terjadi di BMT haruslah ditangani secara administrasi dan evaluasi. Yang dimaksudkan dengan evaluasi yaitu

Air adalah komponen lingkungan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup makhluk hidup khusunya manusia karena tanpa air manusia tidak dapat hidup. Air juga bias menjadi

Premis 1 : Jika masyarakat membuang sampah pada tempatnya maka lingkungan bersih.. Premis 2 : Jika lingkungan bersih maka hidup

Dalam mengaktifkan komputer yang baik agar tidak terjadi kerusakan pada komputer haruslah mengikuti prosedur yang ada, langkah-langkah yang dilakukan dapat mengikuti petunjuk

Pemerintah kabupaten/kota mengajukan usulan perubahan kegiatan kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan tembusan Direktur Jenderal Pendidikan Menengah;.

Rekristalisai dilakukan dengan cara melarutkan kristal yang diperoleh kedalam larutan tiurea (0,1g) dalam 30 mL yang mengandung beberapa tetes asam sulfat 1 M... Pelarutan