• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN INFEKSI CACING USUS (SOIL TRANSMITTED HELMINTHS) DAN STATUS GIZI PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI 96 DAN 97 KECAMATAN SEBERANG ULU II KOTA PALEMBANG TAHUN 2018 -

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN INFEKSI CACING USUS (SOIL TRANSMITTED HELMINTHS) DAN STATUS GIZI PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI 96 DAN 97 KECAMATAN SEBERANG ULU II KOTA PALEMBANG TAHUN 2018 -"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN INFEKSI CACING USUS (SOIL

TRANSMITTED HELMINTHS) DAN STATUS

GIZI PADA SISWA SEKOLAH DASAR

NEGERI 96 DAN 97 KECAMATAN

SEBERANG ULU II KOTA

PALEMBANG TAHUN

2018

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked)

Oleh:

BAGASKARA

NIM 702015029

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

(2)
(3)
(4)
(5)

v Universitas Muhammadiyah Palembang ABSTRAK

Nama : Bagaskara

Program Studi : Kedokteran

Judul :Hubungan Infeksi Cacing Usus (Soil Transmitted Helminths) Dan Status Gizi Pada Siswa Sekolah Dasar Negeri 96 Dan 97 Kecamatan Seberang Ulu II Kota Palembang Tahun 2018

Soil Transmitted Helminths (STH) adalah sekelompok infeksi nematoda

yang disebabkan oleh Ascaris Lumbricoides (roundworms), Trichuris trichiura

(whipworms), Necator americanus dan Ancylostoma duodenale (Hookworms).

infeksi STH terjadi terutama pada usia sekolah (kurang dari 15 tahun), dampak dari infeksi kecacingan antara lain mempengaruhi pemasukan, pencernaan, penyerapan, dan metabolisme makanan dan bisa menyebabkan kekurangan zat gizi seperti kalori dan protein, serta dapat memperburuk kesehatan masyarakat terutama siswa sekolah dasar yang merupakan sumber daya manusia di kemudian hari. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan infeksi Soil Transmitted Helminths dan status gizi. Jenis penelitian ini yang digunakan observasional analitik dengan desain potong lintang (cross-sectional). Sampel pada penelitian ini siswa Sekolah Dasar Negeri 96 dan 97 kota Palembang yang memenuhi kriteria inklusi yang diambil secara stratified random sampling yaitu sebanyak 129 sampel. Pemeriksaan infeksi kecacingan berdasarkan pemeriksaan feses dengan metode kato-katz dan pengukuran status gizi menggunakan antroprometri berdasarkan Indeks Massa Tubuh/ umur. Analisis data menggunakan analisa univariat secara deskriftif dan bivariat dengan uji chi-square. Hasil pemeriksaan didapatkan 62 (48,1%) anak yang positif kecacingan dan dari hasil bivariat didapatkan p-value (0,003). Kesimpulan penelitian terdapat hubungan bermakna antara infeksi kecacingan dengan status gizi pada siswa Sekolah Dasar Negeri 96 dan 97 kota Palembang.

(6)

VI Universitas Muhammadiyah Palembang

ABSTRACT

Name :Bagaskara

Study program : Medicine

Title : The Relationship Between Intestinal Helminths Infections (Soil Transmitted Helminths) And Nutritional Status Of The Student at Public Elementary School Number 96 and 97 Seberang Ulu II Palembang 2018

Soil Transmitted Helminths (STH) is a group of nematodes infections caused by Ascaris Lumbricoides (roundworms), Trichuris trichiura (whipworms), Necator americanus and Ancylostoma duodenale (hookworms). STH infection occurs mainly at school age (less than 15 years), the impacts of helminthiasis were mal food intake, digestion, absorption, and metabolism and can cause deficiencies in nutrients such as calories and protein, and can worsen public health, especially elementary school students which is human resources in the future. The purpose of this study to determine the relationship between Soil Transmitted Helminths infection and nutritional status. This type of research used analytic observational with cross-sectional design. Samples in this study was the student at Public Elementary School number 96 and 97 who fulfilled the inclusion criteria taken by stratified random sampling which was 129 samples. Examination of helminthiasis infection based on faecal examination with kato-katz method and measurement of nutritional status using anthroprometry based on body mass index/age. Data analysis using descriptive univariate analysis and bivariate with chi-square test. The results of examination obtained that 62 students (48.1%) positive for helminthiasis and the results of bivariate obtained p-value (0.003). The conclusion was a significant relationship between helminthiasis infection with nutritional status of the student at public elementary school number 96 and 97 Palembang.

(7)
(8)

viii Universitas Muhammadiyah Palembang

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...i

HALAMAN PERSETUJUAN...ii

HALAMAN PERNYATAAN...iii

PERSETUJUAN PENGALIHAN HAK PUBLIKASI...iv

ABSTRAK...v

ABSTRACT...vi

KATA PENGATAR...vii

DAFTAR ISI...viii

DAFTAR TABEL...ix

DAFTAR GAMBAR...x

DAFTAR LAMPIRAN...xi

BAB 1. Pendahuluan 1.1.Latar Belakang ...1

1.2.Rumusan Masalah...3

1.3.Tujuan Penelitian...4

1.3.1. Tujuan Umum...4

1.3.2. Tujuan Khusus...4

1.4. Manfaat Penelitian...4

1.4.1. Manfaat Teoritis...4

1.4.2. Manfaat praktis...4

1.5. Keaslian Penelitian...5

BAB II. Tinjauan Pustaka 2.1. Landasan Teori...7

(9)

Universitas Muhammadiyah Palembang

2.1.2. Jenis Soil Transmitted Helminths (STH)...7

2.1.2.1. Trichuris trichura...7

2.1.2.2. Ascaris lumbrocoides...12

2.1.2.3. Hookworm....17

2.1.3. Status Gizi...25

2.1.3.1. Definisi...25

2.1.3.2. Epidemiologi Gizi...25

2.1.3.3. Penilaian Status Gizi...26

2.1.3.4. Indeks Antropometri...28

2.1.3.5. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Status Gizi...31

2.1.3.6. Dampak Infeksi Kecacingan terhadap Status Gizi...32

2.2. Kerangka Teori...33

2.3. Hipotesis...33

BAB III. Metode Penelitian 3.1. Jenis Penelitian...34

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian...34

3.3. Populasi dan Sampel...34

3.3.1. Populasi Target...34

3.3.2. Populasi Terjangkau...34

3.3.3. Sampel dan Besar Sampel...35

3.3.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi...36

3.3.5. Cara Pengambilan Sampel...36

3.4. Variabel Penelitian...37

3.5. Definisi Operasional...38

3.6. Cara Pengumpulan Data...38

3.6.1. Data Primer...38

3.7. Cara Pengolahan dan Analisis Data...44

(10)

Universitas Muhammadiyah Palembang

3.7.2. Analisa Data...45

3.8. Alur Penelitian...47

BAB IV. Hasil Dan Pembahasan 4.1. Hasil...48

4.1.1. Data Geografi Sekolah...48

4.1.2. Data Sosiodemografi Responden...49

4.1.3. Analisis Univariat...51

4.1.4. Analisis Bivariat...57

4.2. Pembahasan...59

4.2.1. Hubungan infeksi cacing usus (STH) dan status gizi...62

4.3. Keterbatasan Penelitian...64

BAB V. Kesimpulan dan Saran 5.1. Kesimpulan...65

5.2. Saran...65

DAFTAR PUSTAKA...67

LAMPIRAN...71

(11)

ix Universitas Muhammadiyah Palembang

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian...6

Tabel 2.1 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks...29

Tabel 3.1 Definisi Operasional...38

Tabel 3.2 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks...44

Tabel 4.1 Gambaran Karakteristik Umum Sosiodemografi...50

Tabel 4.2 Distribusi Infeksi (STH) Anak Sdn 96 Dan 97 Kecamatan Seberang Ulu II Kota Palembang...51

Tabel 4.3 Distribusi Kejadian Infeksi (STH) Berdasarkan Jenis Kelamin...52

Tabel 4.4 Distribusi Kejadian Infeksi (STH) Berdasarkan Umur...53

Tabel 4.5 Distribusi Kejadian Infeksi (STH) Berdasarkan Jenis Telur Cacing...54

Tabel 4.6 Distribusi Status Gizi Pada Siswa Sdn 96 Dan 97 Kota Palembang...55

Tabel 4.7 Distribusi Status Gizi Pada Siswa Sdn 96 Dan 97 Kota Palembang yang Terinfeksi (STH)...56

Tabel 4.8 Status Gizi Anak yang Dikelompokan Menjadi Dua Kategori dengan Infeksi (STH)...57

(12)

x Universitas Muhammadiyah Palembang

DAFTAR GAMBAR

Gambar

2.1 Telur Trichuris trichura...8

2.2 Daur Hidup Trichuris trichura...10

2.3 Cacing Dan Telur Ascaris lumbrocoides...13

2.4 Daur Hidup Ascaris lumbrocoides...15

2.5 Telur Cacing Tambang...20

2.6 Necator americanus Dan Ancylostoma duodenale...20

2.7 Daur Hidup Hookworm...22

3.1 Bathroom Scale...41

(13)

xi Universitas Muhammadiyah Palembang DAFTAR LAMPIRAN

1. Lembar Penjelasan Kepada Orang Tua/Wali Calon Subjek Penelitian...71

2. Lembar Persetujuan (Informend Consent)...73

3. Lembar Biodata...74

4. Rekap Data...75

5. Lembar Analisis Statistik...79

6. Dokumentasi Penelitian...84

7. Surat Keterangan Layak Etik...87

8. Surat Izin Penelitian SDN 96 Kota Palembang...88

9. Surat Izin Penelitian SDN 97 Kota Palembang...89

10.Surat Izin Penelitian Di Laboratorium FK UMP...90

11.Surat Selesai Penelitian SDN 96 Kota Palembang...91

12.Surat Selesai Penelitian SDN 97 Kota Palembang...92

13.Surat Selesai Penelitian Di Laboratorium FK UMP...93

14.Lembar Bimbingan Skripsi...94

(14)

1 Universitas Muhammadiyah Palembang

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. latar belakang

Soil Transmitted Helminths (STH) adalah sekelompok infeksi

nematoda yang disebabkan oleh Ascaris lumbricoides (roundworms)/ cacing

gelang, Trichuris trichiura (whipworms)/ cacing cambuk, Necator americanus

dan Ancylostoma duodenale (hookworms)/ cacing tambang. Infeksi parasit ini

bermanifestasi negatif terhadap status nutrisi dan mengganggu proses

pertumbuhan kognitif (WHO, 2018). Soil Transmitted Helminths (STH)

menginfeksi usus manusia yang ditularkan melalui tanah yang sudah

terkontaminasi oleh telur atau larva dari cacing ini dimana infeksi sering

ditemukan pada area beriklim panas dan lembab dimana sanitasi dan

kebersihan rendah (CDC, 2013).

Infeksi STH banyak ditemukan di daerah beriklim tropis dan subtropis,

terutama di daerah dengan sanitasi dan higienitas yang buruk (WHO, 2015).

Infeksi STH terjadi terutama pada anak usia prasekolah dan usia sekolah

(kurang dari 15 tahun) (WHO, 2015). Infeksi Hookworm banyak mengenai usia

10−14 tahun dan prevalensinya meningkat seiring dengan meningkatnya usia

(Hotez, 2011). Pada tahun 2013, jumlah anak-anak di dunia yang

membutuhkan pengobatan untuk infeksi STH mencapai lebih dari 800 juta

anak (WHO, 2015).

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan mengemukakan

kecacingan tersebar dan menjangkiti hampir seluruh penduduk di seluruh

dunia, di Indonesia sebagai daerah tropis, dengan prevalensi kecacingan

mencapai 79-83 persen. Berdasarkan hasil survei Balai Besar Teknik

Kesehatan Lingkungan dan PPM Kementerian Kesehatan, anak Indonesia yang

penyakit kecacingan angkanya berada di kisaran 30 % (Depkes, 2010).

Di Indonesia, penyakit infeksi cacing masih menjadi masalah kesehatan

yang penting. Letak geografis Indonesia yang beriklim tropis sesuai untuk

perkembangan STH. Geographical Information System memberitahukan

(15)

2

Universitas Muhammadiyah Palembang

dimana prevalensi tertinggi terdapat di Papua dan Sumatera Utara yaitu

berkisar antara 50-80%, di Indonesia prevalensi kecacingan diperkirakan lebih

dari 60% pada anak sekolah dasar, survei yang dilakukan pada tahun 2011 di

berbagai provinsi didapatkan di daerah Sumatera mencapai 78%, Kalimantan

79%, Sulawesi 88%, Nusa Tenggara Barat 92% dan Jawa Barat 90% (Sutanto

dkk, 2008). Berdasarkan penelitian yang dilakukan di 10 provinsi di Indonesia,

ditemukan prevalensi A. lumbricoides 30,4%, T. trichiura 21,2% serta A.

duodenale dan N. americanus 6,5% (Lalandos dan Kareri, 2008). Penelitian

yang dilakukan di Kecamatan Gandus, Kota Palembang Sumatera Selatan,

didapatkan prevalensi infeksi STH tahun 2010 sebesar 41,6% (Handayani dkk,

2015). Dari hasil penelitian yang didapat (Lesmana dkk, 2014) yang berlokasi

di sekolah dasar pesisir sungai kecamatan Tapung kabupaten Kampar Riau

Didapatkan 13,2% anak terinfestasi STH, sebanyak 41% anak memiliki status

gizi kurang.

Dampak dari infeksi kecacingan antara lain mempengaruhi intake,

digestasi, absorbsi, dan metabolisme makanan. Secara keseluruhan infeksi

kecacingan bisa menyebabkan kekurangan zat gizi seperti kalori dan protein

yang dapat terlihat dari status gizi serta kehilangan darah dan menimbulkan

gangguan tumbuh kembang anak yang dapat menurunkan ketahanan tubuh

sehingga mudah terkena penyakit lainnya serta berpengaruh terhadap

penurunan kemampuan kognitif dan prestasi belajar anak di sekolah. Dampak

dari kecacingan ini memperburuk kesehatan masyarakat terutama murid

sekolah dasar yang memberikan sumber daya manusia di kemudian hari

(Depkes R.I, 2006).

Kebutuhan gizi merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam

membantu proses pertumbuhan dan perkembangan pada bayi dan anak,

mengingat manfaat gizi dalam tubuh dapat membantu proses pertumbuhan dan

perkembangan anak, serta mencegah terjadinya berbagai penyakit akibat

kurang gizi dalam tubuh. Status gizi buruk mengakibatkan anemia, gangguan

pertumbuhan dan menurunnya tingkat kecerdasan anak (Almatsier, 2009).

Penelitian yang dilakukan di SD Negeri 29 Purus Padang menunjukan bahwa

(16)

3

Universitas Muhammadiyah Palembang

yang kurang dibandingkan dengan anak yang tidak terinfeksi cacing (Rheska

Dkk, 2014).

Tingginya angka kejadian cacingan pada anak usia sekolah

disebabkan oleh aktifitas mereka yang sering bermain atau kontak dengan

tanah. Penelitian ini dilakukan di SD 96 dan 97 kota palembang yang berlokasi

di Kecamatan Seberang Ulu II Kota Palembang yang merupakan daerah

dengan kondisi wilayah dataran rendah dan sebagian besar perkebunan serta

masih ditemukannya persawahan dan hal ini besar kemungkinan merupakan

media yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan Soil Transmitted

Helminths. Berdasarkan data statistik, kecamatan Seberang Ulu II masuk dalam

lima besar daerah dengan prilaku kebersihan diri yang paling rendah di kota

Palembang, dimana faktor yang berpengaruh dalam penyebaran infeksi STH

(Dinkes, 2017).

Berdasarkan uraian diatas mengenai dampak infeksi Soil

Transmitted Helmints yang dapat mempengaruhi gizi anak <15 tahun dan

masih tingginya angka kejadian kecacingan maka peneliti melakukan

penelitian hubungan infeksi Soil Transmitted Helmints (STH) dengan status

gizi pada anak Sekolah Dasar Negeri 96 dan 97 Kota Palembang.

1.2. Rumusan Masalah

Adakah hubungan infeksi Soil Transmitted Helminths (STH) dengan status

gizi pada anak sekolah dasar di Sekolah Dasar Negeri 96 dan 97 Kota

(17)

4

Universitas Muhammadiyah Palembang 1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan umum

Adapun tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan

infeksi Soil Transmitted Helminths (STH) dengan status gizi pada anak

usia Sekolah Dasar Di Sekolah Dasar Negeri 96 dan 97 Kota Palembang.

1.3.2. Tujuan khusus

1. Mengetahui angka kejadian infeksi Soil Transmitted Helminths

(STH) pada anak Sekolah Dasar Negeri 96 dan 97 Kota Palembang.

2. Mengetahui status gizi berdasarkan penilaian Z-Score pada anak

Sekolah Dasar Negeri 96 dan 97 Kota Palembang.

3. Mengetahui hubungan status gizi anak yang mengalami infeksi Soil

Transmitted Helminths (STH) pada anak Sekolah Dasar Negeri 96

dan 97 Kota Palembang.

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Teoritis

Sebagai sumber informasi berkaitan dengan dampak yang

ditimbulkan dari infeksi Soil Transmitted Helminths (STH). pada anak

sekolah dasar sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan kepustakaan

dalam pengembangan ilmu pengetahuan.

1.4.2. Manfaat Praktisi 1. Manfaat Ilmiah

Hasil penelitian ini dapat memperkaya khasanah ilmiah,

terkhusus pada pengetahuan tentang teori dan konsep penyakit

cacingan yang dapat dikembangkan bagi peneliti selanjutnya.

2. Manfaat Bagi Instansi Terkait

Hasil penelitian ini dapat menjadi suatu acuan bagi instansi

terkait untuk memberikan edukasi kepada anak tentang infeksi Soil

(18)

5

Universitas Muhammadiyah Palembang 3. Manfaat Bagi Siswa

Hasil penelitian ini bisa memberi pengetahuan tentang

pentingnya mengetahui cara pengobatan cacingan bagi kesehatan

pada siswa.

1.5. Keaslian Penelitian

Penelitian yang dilakukan berbeda dengan penelitian yang dilakukan

oleh Oktavia (2010), Anggia (2010), Dwi Handayani, Muhaimin Ramdja,

Indah Fitri Nurdhianti (2015). Dilihat dari tahun penelitian, tempat penelitian,

jumlah populasi dan sampel penelitian. Pada penelitian ini peneliti mengambil

judul hubungan infeksi Soil Transmitted Helminths (STH) dengan status gizi

pada siswa Sekolah Dasar Negeri 96 Dan 97 Kota Palembang. Rancangan

penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah desain penelitian analitik

(19)

6

Universitas Muhammadiyah Palembang Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

Nama,

tahun

Judul Metode Hasil Perbedaan

(20)

67 Universitas Muhammadiyah Palembang DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.

Arisman. 2009. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Aulia Nadhiasari dkk. 2015. Hubungan antara Infeksi Soil Transmitted Helminths (STH) dengan Kadar Eosinofil Darah Tepi Pada Siswa SD Barengan Kecamatan Teras Boyolali. Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

Barasi, M. 2007. Nutrition at a Glance. Jakarta: Erlangga. Hal 40-47.

Betson, M., Nejsum, dkk. 2014. Molecular Epidemiology of Ascariasis: A Global Perspective on the Transmission Dynamics of Ascaris in People and Pigs, 210(6) 932–941.http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/atricles/PMC44136802/ diakses 13 Agustus 2018.

Burke, A. 2010. Antibiotic Essentials. Edisi. 9. Phyicians’ Press. Hal. 277.

Burton, J. Bogitsh, Clint E. Carter, Thomas N. Oeltmann. 2012. Human Parasitology. Academic Press. Hal. 324.

CDC. 2013. Soil-transmitted Helminths (STHs). E-medicine : Centers for Disease Control and Prevention, (online): Http://www.cdc.gov/parasites /STH/ (diakses pada 8 mei 2018)

CDC. 2016. Soil-transmitted Helminths (STHs). E-medicine: centers for disease control and prevention, (online): Http://www.cdc.gov/parasites /STH/, (diakses 12 Juli 2018).

Depkes, R.I. 2006. Permenkes RI Nomor 424/MENKES/SK/VI/2006 Tentang Pedoman Pengendalian Cacing. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Http://www.hukor.depkes.go.id, (diakses 28 Mei 2018).

Departemen Kesehatan RI. 2010. Pencanangan Hari Waspada Cacing. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia vol3(2) hal:4-5. http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1151- (diakses 6 Mei 2018).

Depkes. 2013. Permenkes RI Nomor 1995/MENKES/SK/XII/2010 Tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Indonesia. jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Hal 1-34.

(21)

68

Universitas Muhammadiyah Palembang

Dinas Kesehatan Palembang. 2017. Profil Dinas Kesehatan. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. http://www.dinkes.palembang.go.id/ (diakses pada 7 Agustus 2018).

Donkor. 2016. Trichuris Trichiura (Whipworm) Infection (Trichuriasis). E-medicine: Medscape Reference, (online): https://emedicine.medscape.com (diakses pada 24 Juli 2018)

Dora-lanskey Auron. 2016. Ascaris lumbrocoides. E-medicine: Medscape Reference, (Online): https://emedicine.medscape.com/article/788398 overview (diakses pada 27 Juli 2018).

Fred F. Ferry. 2015. Ferri’s Clinical Advisor 5 Books in 1. Mosby, Elsevier Inc. Hal. 342.

Ghaffar, A. 2015. Nematodes Parasitology. University of South Carolina School Medicine. Chap. 4.

Handayani, D., M. Ramdja, I., Nurdianthi. 2015. Hubungan Infeksi Soil Transmitted Helminths (STH) dengan prestasi Belajar pada Siswa SDN 169 di Kelurahan Gandus Kecamatan Gandus Kota Palembang. MKS, Th. 47, no. 2.

Haburchak David R. 2018. Hookworm Disease. E-medicine: Medscape Reference, (online). https://emedicine.medscape.com/article/218805 (diakses 11 Agustus 2018).

Hotez PJ, Broker S, Bethony JM. 2006. Hookworm and Poverty, Department of Mirobiology, Immunology and Tropical Medicine. The George Washington D.C, USA.

Hotez, P.J. 2011. Hookworms (Necator americanus & Ancylostoma spp.). Dalam: Kliegman R.M., B.F. Stanton, J.W.St. Geme III, N.F. Schor, R.E. Behrman (Editor). Nelson Textbook of Pediatrics Edisi 19. Elsevier Saunders, USA.

Hotez PJ. 2016. Hookworms (Necator americanus and Angylostoma spp). In: Kliegman RM, Stanton BF, St. Geme, Schor NF, eds. Nelson Textbook of Pediatrics. 20th ed. Philadelphia, PA: Elsevier, chap 292.

Keiser, J., and J. Utzinger. 2008. Efficacy of current drugs against soil-transmitted helminth infections: systematic review and meta-analysis. Journal of the American Medical Association, Vol. 299, no. 16.

Lalandos J. L. & D. G. R. Kareri. 2008. Prevalensi Infeksi Cacing Usus yang Ditularkan Melalui Tanah pada Siswa SD GMIM Lahay Roy Malalayang. Majalah Kesehatan masyarakat. MKM Vol. 03 No. 02.

(22)

69

Universitas Muhammadiyah Palembang

Lesmana Suri D, Maryanti Esy, Haslinda Lily, dkk. 2012. Hubungan Infestasi Soil Transmitted Helminthes dengan Status Gizi pada Anak SD di Daerah Pesisir Sungai Kecamatan Tapung Kapubaten Kampar Riau. Fakultas Kedokteran Universitas Riau. Hal 16-18. https://repository.unri.ac.id/. (diakses pada 27 Juli 2018)

Lobato, L. dkk. 2012. Development of Cognitive Abilities of Children Infected with Helminths through Health Education. Rev Soc Bras Med Trop. 45 (4): Hal 514-519. http://www.scielo.br/pdf/rsbmt/v45n4/a20v45n4.pdf (diakses pada 23 Juli 2018).

Merdjani, A., Syoeib, A., Chairulfatah, A., dkk. 2015. Infeksi Dan Pediatri Tropis. Jakarta: IDAI. HAL.370-380.

Natadisastra D,. Agoes R, e. 2009. Parasitologi Kedokteran : Ditinjau dari Organ Tubuh yang Diserang. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Hal 34-38.

Notoadmojo, S. 2010. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rhineka Cipta.

Pohan HT. 2009. Penyakit Cacing Yang Ditularkan Melalui Tanah. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B dkk, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi V. Jakarta: Internal Publishing.

Pokja Sanitasi Kota Palembang. 2010. Buku Putih Sanitasi Kota Palembang. Ppsp. Nawasis.info.

Prasetyo, H. 2013. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran Parasit Usus. Jakarta: 4 Sagung seto.

Ramayanti, I. 2018. Prevalensi Infeksi Soil Transmitted Helminths pada Madrasah Ibtidaiyah Ittihadiyah Kecamatan Gandus Kota Palembang. Syifa’medika vol8(2). http://journal.fkump.ac.id. (Diakses 8 september 2018)

Rheska Renanti M, Selfi Reita Rusdji, Elmatris SY. 2014. Hubungan infeksi Soil Transmitted Helminths dengan Indeks Masa Tubuh pada murid SDN 29 Purus Padang. 4 (2). Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Http://jurnal.fk.unand.ac.id. (Diakses 30 Juli 2018).

Siagian, Albiner. 2010. Epidemiologi Gizi. Jakarta: Erlangga. Hal.70.

Supariasa, Bakri, dan Fajar. 2016. Penilaian Status Gizi. Buku Kedokteran EGC. Jakarta: Indonesia. Hal. 45.

Supariasa Dewa Nyoman. 2015. Konseling Status Gizi. Buku Kedokteran EGC. Jakarta: Indonesia. Hal. 40.

(23)

70

Universitas Muhammadiyah Palembang

Tania Silvia Alexandria. 2015. Hubungan Kejadian Infeksi Soil-Transmitted Helminthes Dengan Status Gizi Pada Siswa-Siswa SD Negeri 060925 Kelurahan Harjosari I, Kecamatan Medan Amplas. Medan: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Hal 7-8.

Tracey JL. 2012. Immunity to Parasitic Infection. Willey-Black Well, hal. 52-53.

Viswanath, A., Williams, M. 2018. Trichuris Trichiura (Whipworm, Rounddworm). National Centre for Biotechnology Information. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/Nbk507843/ (diakses 10 Agustus 2018).

Wiyono S. 2016. Konsep dan Aplikasi Epidemiologi Gizi. Jakarta, Indonesia: Sagung Seto.

Widoyono, 2008. Penyakit Tropis: Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, dan Pemberantasannya. Jakarta: EGC.

WHO. 2012. Deworming To Combat The Health And Nutritional Impact Of Soil-Transmitted Helminths. World Health Organization. http://www.who.int/elena/titles/bbc/deworming/en/ (diakses pada 8 Agustus 2018).

WHO. 2015. Factsheet No.366: Soil Transmitted Helminths Infections. World Health Organization. www.who.int/mediacentre/factsheets/fs366/en/. (diakses pada 4 Juli 2018)

WHO. 2015. Weekly epidemiological record No. 10. WHO Geneva, Switzerland. Hal: 705.

WHO. 2018. Soil-Transmitted Helminth Infections. WHO. http://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/soil transmitted

helminth-infections/, (diakses pada 8 agusutus 2018).

Xiabing Wang dkk. 2012. Soil-Transmitted Helminths And Correlated Risk Factor In Preschool And School-Aged Children In Rural Southwest China. NCBI. Vol:7(9). https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3459941/ (diakses pada 26 november 2018)

Gambar

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

ISBN: 978-602-60286-0-0 Berdasarkan data gradasi butiran yang ditunjukkan pada Gambar 3, akan didapatkan diameter butiran untuk analisis debit sedimen dasar di tiap pias pada

Mitos Wasir (Hemoroid) Penyakit Keturunan - Gejala pertama penyakit Ambeien atau wasir ini adalah muncul benjolan kecil disekitar anus yang bila tidak diobati

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari pemberian kompos ampas tahu dan mengetahui dosis yang lebih baik untuk pertumbuhan bibit kopi

Studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan Januari 2015 di RSUD Panembahan Senopati Bantul, dengan cara membagikan Kuisioner pada 9 Bidan, Dari 9 Bidan terdapat 4

penurunan yaitu ikur koto, bungus, belimbing, ulak karang, lubuk kilangan, lapai

Pola Tidur dan Gangguan Tidur pada Pasien Gagal Jantung Kongestif di Rumah Sakit Umum Pusat H1. Adam

Berdasarkan hasil kadar abu tepung dari tiga varietas labu kuning, dapat dilihat bahwa varietas kabocha memiliki perbedaan nyata dengan butternut dan labu parang,

Penelitian ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa berdasarkan informasi yang ada penelusuran kepustakaan di lingkungan Universitas Sumatera Utara, penelitian dengan