• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORI. 2.1 Konsep, Konstruk dan Variabel Penelitian. hal-hal yang belum terjadi dan masih berupa potensi tidak tercatat dalam laporan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN TEORI. 2.1 Konsep, Konstruk dan Variabel Penelitian. hal-hal yang belum terjadi dan masih berupa potensi tidak tercatat dalam laporan"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

11

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep, Konstruk dan Variabel Penelitian 2.1.1 Laporan Keuangan

2.1.1.1Definisi Laporan Keuangan

Laporan keuangan adalah hasil akhir dari proses akuntansi. Setiap transaksi yang dapat diukur dengan nilai uang, dicatat dan diolah sedemikian rupa. Laporan akhir pun disajikan dalam nilai uang. Transaksi yang tidak dapat dicatat dengan nilai uang tidak akan terlihat dalam laporan keuangan, karena itu hal-hal yang belum terjadi dan masih berupa potensi tidak tercatat dalam laporan keuangan. Dengan demikian, laporan keuangan merupakan informasi historis guna melengkapi analisis untuk proyeksi masa depan perusahaan, informasi kualitatif dan informasi-informasi lain yang sejenis perlu ditambahkan.

Laporan keuangan juga merupakan media komunikasi antara perusahaan dengan investor dimana informasi dari laporan keuangan tersebut berguna sebagai salah satu dasar pengambilan keputusan di pasar modal baik itu untuk membeli saham, menahan saham, ataupun menjual sahamnya (Ferdi, 2012:16). Adapun pengertian laporan keuangan yang lebih rinci masih dijelaskan dalam PSAK 1 revisi 2009 paragraf 7 yaitu :”Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas”. Tujuan

(2)

laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukan hasil pertanggung jawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.

Laporan keuangan (financial statment) berbeda dengan Pelaporan keuangan (financial reporting). Kieso et al (2007:2) menjelaskan bahwa laporan keuangan merupakan sarana yang digunakan untuk mengkomunikasikan informasi keuangan perusahaan yang menampilkan sejarah perusahaan yang dikuantifikasi dalam nilai moneter sedangkan pelaporan keuangan merupakan laporan yang juga mengungkapkan informasi keuangan tertentu yang tidak diungkapkan melalui laporan keuangan formal seperti surat presiden direktur atau skedul tambahan dan laporan tahunan korporasi, prakiraan manajemen dan pernyataan mengenai dampak atau lingkungan perusahaan.

2.1.1.2Komponen Laporan Keuangan

Laporan keuangan memiliki tujuan-tujuan yang berguna bagi para pemakainya PSAK 1 revisi 2009 paragraf 7 menjelaskan bahwa “laporan keuangan harus menyajikan informasi mengenai entitas yang meliputi aset, liabilitas, ekuitas pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian, kontribusi dan distribusi kepada pemilik dan kapasitasnya”.

Paragraf 8 dalam PSAK 1 tersebut menambahkan bahwa komponen-komponen dalam laporan keuangan terdiri atas:

(3)

Laporan Posisi Keuangan adalah laporan keuangan yang mempresentasikan posisi keuangan perusahaan pada waktu tertentu. Atau merupakan ringkasan dari jumlah aset yang dimiliki perusahaan serta ekuitas pemegang saham.

b) Laporan Laba Rugi Komprehensif

Laporan laba rugi komprehensif menyajikan seluruh pos pendapatan dan beban yang di akui dalam satu periode berdasarkan konsep penandingan atau pengaitan (mantching concept). Konsep ini diterapkan dengan menandingkan atau mengaitkan beban dengan pendapatan yang dihasilkan selama periode terjadinya beban tersebut.

c) Laporan Perubahan Ekuitas

Laporan perubahan ekuitas merupakan laporan keuangan yang menjelaskan perubahan laba ditahan dan perubahan ekuitas lainnya.

d) Laporan Arus Kas

Laporan arus kas merupakan laporan yang menunjukan sumber kas dan penggunaan kas yang masuk atau keluar dalam suatu bisnis. Informasi arus kas memberikan dasar bagi pengguna laporan keuangan untuk menilai kemampuan entitas dalam menghasilkan kas dan setara kas serta kebutuhan entitas dalam menggunakan arus kas tersebut. Dimana dalam laporannya arus kas dipisahkan berdasarkan aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan.

(4)

Catatan atas laporan keuangan bagian dari laporan keuangan dimana mempunyai fungsi (a) menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi tertentu yang digunakan; (b) mengungkapkan informasi yang di syaratkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang tidak disajikan dibagian manapun dalam laporan keuangan; dan (c) memberikan informasi yang tidak di sajikan dibagian manapun dalam laporan keuangan, tetapi informasi tersebut relevan untuk memahami laporan keuangan.

f) Laporan Posisi Keuangan pada Awal Periode Komparatif

Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atu ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya.

2.1.1.3Tujuan Laporan Keuangan

Penyajian laporan keuangan memiliki beberapa tujuan. Menurut PSAK No. 1 (Ikatan Akuntan Indonesia, 2009) “Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukan hasil pertanggung jawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka”. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, laporan keuangan menyajikan informasi mengenai entitas yang meliputi:

(5)

a. Aset; b. Liabilitas; c. Ekuitas;

d. Pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian;

e. Kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik; dan

f. Arus kas.

Informasi tersebut, beserta informasi lainnya yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan, membantu pengguna laporan dalam memprediksi arus kas masa depan, dan khususnya dalam waktu dan kepastian diperolehnya kas dan setara kas. Sehubungan dengan hal tersebut, bahwa laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan memiliki beberapa tujuan, dimana tujuan penyajiannya dapat dipisahkan menjadi dua yaitu:

a. Tujuan umum

Secara umum tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan.

b. Tujuan khusus

Tujuan laporan keuangan yaitu mengungkapkan informasi lain dalam hubungannya dengan laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan para pemakainya antara lain:

(6)

(1) Laporan keuangan menunjukan pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dikuasai perusahaan.

(2) Laporan keuangan menyajikan informasi mengenai perusahaan yang meliputi aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan, beban dan arus kas.

(3) Membantu pengguna laporan dalam memprediksi arus kas pada masa depan khususnya dalam waktu dan kepastian diperolehnya kas dan setara kas.

2.1.1.4 Pemakai Laporan Keuangan

Selain sebagai alat pertanggung jawaban, informasi keuangan diperlukan sebagai dasar pengambilan keputusan ekonomi. Pengambilan keputusan ekonomi adalah keputusan yang dilakukan secara sadar untuk menetapkan sesuatu atas dasar data dalam bidang bisnis. Pengguna laporan keuangan dan kebutuhan informasi keuangannya dapat dikelompokan ke dalam beberapa kelompok. Penggua laporan keuangan menurut Darsono dan Ashari (2005:11) dikelompokan sebagai berikut:

1. Investor atau Pemilik

Pemilik perusahaan menanggung risiko atas harta yang ditempatkan pada perusahaan. Pemilik membutuhkan informasi untuk menilai apakah perusahaan memiliki kemampuan untuk membayar dividen. Disamping itu untuk menilai apakah investasinya akan tetap dipertahannkan atau dijual.

(7)

Bagi calon pemilik, laporan keuangan dapat memberikan informasi mengenai kemungkinan penempatan investasi dalam perusahaan.

2. Pemberi Pinjaman (kreditor)

Pemberi pinjaman membutuhkan informasi keuangan guna memutuskan memberikan pinjaman dan kemampuan membayar angsuran pokok dan bunga pada saat jatuh tempo. Jadi kepentingan kreditor terhadap perusahaan adalah apakah perusahaan mampu membayar hutangnya kembali atau tidak.

3. Pemasok atau Kreditor Usaha Lainnya

Pemasok memerlukan informasi keuangan untuk menentukan besarnya penjualan kredit yang diberikan kepada perusahaan pembeli dan kemampuan membayar pada saat jatuh tempo.

4. Pelanggan

Dalam beberapa situasi, pelanggan sering membuat kontrak jangka panjang dengan perusahaan, sehingga perlu informasi mengenai kesehatan keuangan perusahaan yang akan melakukan kerja sama.

5. Karyawan

Karyawan memerlukan informasi keuangan guna menilai kemampuan perusahaan untuk mendatangkan laba dan stabilitas usahanya. Dalam hal ini, karyawan membutuhkan informasi untuk menilai kelangsungan hidup perusahaan sebagai tempat menggantungkan hidupnya.

(8)

Informasi keuangan bagi pemerintah digunakan untuk menentukan kebijakan dalam bidang ekonomi, misalnya alokasi sumber daya, UMR, pajak, pungutan serta bantuan.

7. Masyarakat

Laporan keuangan digunakan untuk bahan ajar, analisis, serta infomasi trend dan kemakmuran.

2.1.1.5Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan

Hendriksen (2002:140) menjelaskan karakteristik kualitatif didefinisikan sebagai sifat informasi yang penting agar informasi tersebut berguna. Karakteristik kualitatif terbagi atas kualitas khusus pemakai dan kualitas khusus keputusan.

Kualitas khusus pemakai menjelaskan kualitas yang berhubungan dengan kualitas pemakai laporan keuangan. Mereka dijadikan sebagai penentu dalam memutuskan informasi yang akan diberikan. Informasi yang di ajukan dapat dimengerti atau tidaknya tergantung pada sifat pemakai laporan keuangan yang sejauh mana intelektual mereka dapat memahami informasi laporan keuangan.

Kualitas khusus keputusan menjelaskan kualitas yang berhubungan dengan suatu pernyataan umum yang relevan dan keandalan dalam pengambilan keputusan. misalnya kualitas khusus keputusan adalah biaya variabel yang dianggap selalu relevan dengan volume produksi untuk pengambilan keputusan daripada biaya tetap.

(9)

2.1.1.6Sifat dan Keterbatasan Laporan Keuangan

Sifat dan keterbatasan laporan keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan adalah:

1. Laporan keuangan bersifat historis, yaitu laporan kejadian yang telah lalu. Karenanya laporan keuangan tidak dapat di anggap sebagai satu-satunya sumber informasi dalam proses pengambilan keputusan.

2. Laporan keuangan bersifat umum dan bukan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pihak tertentu.

3. Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan taksiran dan berbagai pertimbangan.

4. Akuntansi hanya melaporkan informasi yang material dan penerapan prinsip akuntansi terdapat pos tertentu mungkin tidak dilaksanakan jika tidak menimbulkan pengaruh material terhadap kelayakan laporan keuangan. 5. Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi ketidakpastian, bila

terjadi beberapa kemungkinan kesimpulan yang tidak pasti mengenai penilaian suatu pos, maka lazimnya dipilih alternatif yang menghasilkan laba bersih atau nilai aktiva yang paling kecil.

6. Laporan keuangan lebih menekannkan makna ekonomi suatu peristiwa atau transaksi daripada bentuk hukumnya.

7. Laporan keuangan diasumsikan dengan menggunakan istilah-istilah teknis dan pemakaian laporan keuangan diasumsikan memahami bahasa teknis akuntansi dan sifat dari informasi yang dilaporkan.

(10)

8. Adanya berbagai alternatif metode akuntansi yang dapat menimbulkan variasi dalam pengukuran sumber ekonomis dan tingkat kesuksesan antar perusahaan.

9. Informasi yang bersifat kumulatif dan fakta yang tidak dikuantifikasikan umumnya di abaikan.

2.1.2 Laba Bersih 2.1.2.1Definisi Laba

Laba merupakan angka yang termasuk diminati oleh pengguna laporan keuangan terutama dalam pasar uang. Laba merupakan ringkasan hasil bersih aktivitas operasi usaha dalam periode tertentu yang dinyatakan dalam istilah keuangan (Subramanyam, 2012:109). Semua aktivitas operasi perusahaan dalam mengelola sumber daya perusahaan akan selalu memberikan hasil yang bernilai positif yang berarti laba bagi perusahaan dan bernilai negatif yang berarti rugi bagi perusahaan.

Menurut Harahap (2008:113) laba adalah kelebihan penghasilan diatas biaya selama satu periode akuntansi. Sementara pengertian laba yang dianut oleh struktur akuntansi sekarang ini adalah selisih pengukuran pendapatan dan biaya. Besar kecilnya laba sebagai pengukur kenaikan sangat bergantung pada ketepatan pengukuran pendapatan dan biaya.

Menurut Simamora (2002:45) laba merupakan perbandingan antara pendapatan dengan beban jikalau pendapatan melebihi beban maka hasilnya laba bersih. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa laba berasal dari semua transaksi atau kejadian yang terjadi pada badan usaha dan akan

(11)

mempengaruhi kegiatan perusahan pada periode tertentu dan laba di dapat dari selisih antara pendapatan dengan beban, apabila pendapatan lebih besar daripada beban maka perusahaan akan mendapatkan laba apabila terjadi sebaliknya maka perusahaan mengalami kerugian. Laba atau keuntungan dapat didefinisikan dengan dua cara yaitu laba ekonomi dan laba akuntansi. Harahap (2004:267) menjelaskan dalam teori ekonomi juga dikenal dengan istilah laba namun pengertian laba dalam teori ekonomi berbeda dengan laba menurut akuntansi.

Menurut Mitchel (dikutip Bedford. 1945) dalam Ferdi (2012) pada dasarnya perbedaan antara laba ekonomi dan laba akuntansi disebabkan oleh perbedaan konsep yang melandasinya. Ekonomi mendefinisikan laba dari sudut pandang orang, sekelompok orang atau masyarakat keseluruhan laba ekonomi dipandang sebagai tambahan kemakmuran yang ditimbulkan kegiatan ekonomi dengan perusahaan sebagai wadah yang akan dinikmati oleh seluruh pihak yang ada dalam kegiatan ekonomi tersebut. Disisi lain, akuntan mendefinisikan laba dari sudut pandang perusahaan sebagai satu kesatuan. Oleh karena itu, laba akuntansi secara operasional didefinisikan sebagai perbedaan antara pendapatan yang direalisasi dari transaksi yang terjadi selama satu periode dengan biaya yang berkaitan dengan pendapatan tersebut.

Laba terdiri dari empat elemen utama yaitu pendapatan (revenue), beban (expense), keuntungan (gain), dan kerugian (loss). Definisi dari elemen-elemen laba tersebut telah dikemukakan oleh Financial Accounting Standard Board dalam Stice dan Skousen (2004:230):

(12)

1. Pendapatan (revenue) adalah arus masuk atau peningkatan lain dari aktiva suatu entitas atau pelunasan kewajibannya (atau kombinasi dari keduanya) dari penyerahan atau produksi suatu barang, pemberian jasa atau aktivitas lain yang merupakan usaha terbesar atau usaha utama yang sedang dilakukan entitas tersebut.

2. Beban (expense) adalah arus kas keluar atau penggunaan lain dari aktiva atau timbulnya kewajiban (atau kombinasi keduanya) dari penyerahan atau produksi suatu barang, pemberi jasa, atau pelaksanaan aktivitas lain yang merupakan usaha terbesar atau usaha utama yang sedang dilakukan entitas tersebut.

3. Keuntungan (gain) adalah peningkatan dalam ekuitas (aktiva bersih) dari transaksi sampingan atau transaksi yang terjadi sesekali dari suatu entitas dari semua transaksi, kejadian dan kondisi lainnya yang memengaruhi entitas tersebut kecuali yang berasal dari pendapatan atau investasi pemilik.

4. Kerugian (loss) adalah penurunan dalam ekuitas (aktiva bersih) dari transaksi sampingan atau transaksi yang terjadi sesekali dari suatu entitas dan dari semua transaksi, kejadian, dan kondisi lainnya yang mempengaruhi entitas tersebut, kecuali yang berasal dari pendapatan atau investasi pemilik.

2.1.2.2 Definisi Laba Bersih

Salah satu tujuan utama dari kegiatan operasi perusahaan adalah mendapatkan laba yang maksimal. Maka penting bagi manajemen memperkirakan besarnya laba yang diharapkan oleh perusahaan. Laba atau rugi sering dimanfaatkan sebagai ukuran untuk menilai prestasi perusahaan atau sebagai dasar

(13)

ukuran yang lain, seperti laba per lembar saham. Pengukuran laba bukan saja penting untuk menentukan prestasi perusahaan tetapi penting juga sebagai informasi bagi pembagian laba dan penentuan kebijakan investasi. Oleh karena itu, jumlah laba yang dihasilkan dapat dipakai sebagai alat ukur, efektivitas, karena laba sendiri merupakan selisih antara pendapatan dan pengeluaran.

Laba bersih sendiri merupakan salah satu komponen yang ada di laporan laba rugi komprehensif. Unsur-unsur yang menjadi bagian pembentuk labanya adalah pendapatan dan biaya. Soemarso (2004:227) mengatakan bahwa angka terakhir dalam laporan laba rugi adalah laba bersih (net income). Jumlah ini merupakan kenaikan bersih dari terhadap modal. Sebaliknya, apabila perusahaan menderita rugi, angka terakhir dalam laporan laba ruginya adalah rugi bersih (net loss). Dengan mengelompokan unsur-unsur pendapatan dan biaya, akan diperoleh hasil pengukuran laba yang berbeda antara lain: laba kotor, laba operasional, laba sebelum pajak, dan laba bersih.

Soemarso (2004:235) menyatakan bahwa laba bersih merupakan selisih lebih semua pendapatan dan keuntungan terhadap semua biaya-biaya kerugian. Selain itu menurut Belkaoui (2004:279) laba bersih merupakan kelebihan dan kekurangan pendapatan dibandingkan dengan biaya yang telah habis masa berlaku serta keuntungan dan kerugian bagi perusahaan dari penjualan, pertukaran, atau konversi lainnya dari aktiva.

2.1.2.3Jenis-Jenis Laba 1. Laba kotor

(14)

Menurut Wild, Subramanyam, dan Hasley (2005:120) laba kotor merupakan pendapatan dikurangi harga pokok penjualan. Apabila hasil penjualan barang dan jasa tidak dapat menutupi beban yang langsung terkait dengan barang dan jasa tersebut atau harga pokok penjualan, maka akan sulit bagi perusahaan tersebut untuk bertahan. Format dasar dalam mencari laba kotor :

Penjualan xxxx

Retur Penjualan (xxxx)

Potongan Penjualan (xxxx)

Penjualan Bersih xxxx

Harga Pokok Penjualan (xxxx)

Laba Kotor xxxx

2. Laba Operasi

Menurut Stice dan Skousen (2004:243) laba operasi mengukur kinerja operasi bisnis fundamental yang dilakukan oleh sebuah perusahaan dan didapat dari laba kotor dikurangi beban operasi. Laba operasi menunjukan seberapa efisien dan efektif perusahaan melakukan aktivitas operasinya. Adapun format dasar dari pembentukan laba operasi :

Laba Kotor xxxx

Beban Operasi (xxxx)

Laba Operasi xxxx

(15)

Laba bersih menurut Wild, Subramanyam, dan Hasley (2005:25) merupakan laba dari bisnis perusahaan yang sedang berjalan setelah bunga dan pajak. Terbentuk dari selisih laba operasi dengan beban bunga yang hasilnya akan dikurangi pajak penghasilan sehingga pada akhirnya akan timbul laba bersih. Format dasar dari pembentukan laba bersih :

Laba Operasi xxxx

Beban Bunga (xxxx)

Pajak Penghasilan (xxxx)

Laba Bersih xxxx

2.1.3 Arus Kas Bebas 2.1.3.1 Definisi Arus Kas

Arus kas menurut PSAK 2 revisi 2009 paragraf 6 adalah arus kas masuk dan arus keluar kas atau setara kas. Pengertian setara kas yang masih dijelaskan dalam paragraf yang sama yaitu setara kas (cash equivalent) investasi yang sifatnya sangat likuid, berjangka pendek, dan yang dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah yang dapat ditentukan dan memiliki risiko perubahan nilai yang tidak signifikan.

Subramanyam (2012:92) menjelaskan bahwa kas merupakan aset yang paling likuid diantara aset yang lainnya yang mampu menawarkan likuiditas dan fleksibilitas perusahaan. Kas di anggap sebagai awal dan akhir dari aktivitas operasi perusahaan. Aktivitas operasi perusahaan dimulai dari penggunaan kas untuk membeli persediaan yang kemudian dijual kepada pelanggan. Penjualan tersebut akan memunculkan piutang yang disebut dengan penjualan kredit. Kas

(16)

perusahaan akan kembali muncul ketika penagihan piutang kepada pelanggan. Penagihan tersebut akan memungkinkan siklus baru perputaran kas dalam aktivitas operasi perusahaan.

2.1.3.2Laporan Arus Kas

Laporan arus kas merupakan salah satu komponen laporan keuangan yang wajib di sampaikan oleh perusahaan yang mencatatkan sahamnya pada laporan keuangannya. Laporan arus kas sendiri berguna untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai penerimaan dan pengeluaran kas pada suatu entitas untuk satu periode (Kieso et al, 2009:212). Laporan arus kas harus menyajikan arus kas perusahaan selama periode tertentu yang dibagi dalam tiga klasifikasi kegiatan aktivitas, yaitu:

1. Aktivitas operasi

Arus kas operasi adalah arus kas yang berasal dari aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan. arus kas tersebut pada umumnya berasal dari peristiwa-peristiwa yang dapat mempengaruhi penetapan laba atau rugi. PSAK 1 revisi 2009 paragraf 1 menyatakan bahwa: “aktivitas operasi adalah aktivitas penghasil utama pendapatan entitas (principal revenue-producing activities) dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan”.

2. Aktivitas investasi

Aktivitas investasi merupakan arus kas yang berasal dari semua aktivitas perusahaan dalam perolehan dan pemeliharaan investasi. Tujuan aktivitas investasi tersebut adalah untuk dapat menjual produk dan menyediakan jasa

(17)

serta menginvestasikan kelebihan kas perusahaan. PSAK 2 revisi 2009 paragraf 6 menyatakan bahwa: “Aktivitas investasi adalah perolehan dan pelepasan aset jangka panjang serta investasi lain yang tidak termasuk setara kas”.

3. Aktivitas pendanaan

Arus kas aktivitas pendanaan merupakan arus kas yang berasal dai semua aktivitas yang berhubungan dengan perolehan pendanaan dan pinjaman dari pihak eksternal kepada perusahaan. Tujuan dari aktivitas pendanaan ini adalah untuk membantu perusahaan menjalankan aktivitas operasi dan aktivitas investasi. Subramanyam (2012:19) mengatakan bahwa “aktivitas pendanaan merupakan metode yang digunakan perusahaan untuk mendapatkan uang dan membayar kebutuhan tersebut”. Perusahaan akan berhati-hati dalam perolehan dan pengelolaan sumber daya yang diperoleh karena hal tersebut termasuk ukuran yang menentukan kesuksesan atau kegagalan perusahaan.

2.1.3.3Definisi Arus Kas Bebas

Menurut Brigham dan Houston (2006:65) Arus kas bebas merupakan arus kas yang benar-benar tersedia untuk di distribusikan kepada seluruh investor (pemegang saham dan pemilik utang) setelah perusahaan menempatkan seluruh investasinya pada aktiva tetap, produk-produk baru dan modal kerja yang dibutuhkan untuk mempertahankan operasi yang sedang berjalan. Oleh karena itu, salah satu cara manajer dalam meningkatkan nilai dari suatu perusahaan adalah dengan meningkatkan aliran kas bebas perusahaan.

(18)

Dalam prakteknya, kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba ternyata tidak merefleksikan besarnya dividen tunai yang dapat diterima oleh investor atau pemegang saham. Adakalanya perusahaan beroperasi pada margin positif namun aliran arus kas bebasnya ternyata nol atau negatif. Dan sebaliknya terkadang perusahaan beroperasi pada kerugian tertentu namun ia masih memiliki arus kas yang siap dipakai untuk kegiatan operasionalnya.

White et al (2003) dalam Dini (2007:16) mendefinisikan arus kas bebas (free cash flow) sebagai aliran kas diskresioner yang tersedia bagi perusahaan. Arus kas bebas adalah kas dari aktivitas operasi dikurangi capital expenditure yang dibelanjakan perusahaan untuk memenuhi kapasitas produksi saat ini. Arus kas bebas dapat digunakan untuk penggunaan diskresioner seperti akuisisi dan pembelanjaan modal dengan orientasi pertumbuhan (growth oriented), pembayaran hutang, dan pembayaran kepada pemegang saham dalam bentuk dividen. Semakin besar arus kas bebas yang tersedia dalam suatu perusahaan, maka semakin sehat perusahaan tersebut karena memliki kas yang tersedia untuk pertumbuhan, pembayaran hutang dan dividen.

Arus kas bebas positif mencerminkan jumlah yang tersedia bagi aktivitas bisnis setelah penyisihan untuk pendanaan dan investasi yang diperlukan untuk mempertahankan kapasitas produktif pada tingkat sekarang. Pertumbuhan dan fleksibilitas keuangan bergantung pada keterbatasan arus kas bebas. Suatu perusahaan yang mempunyai arus kas bebas mampu mendanai pertumbuhan internal, melunasi hutang dan menikmati fleksibilitas keuangan. Sementara perusahaan yang tidak mempunyai arus kas bebas, tidak akan mampu untuk

(19)

mempertahankan kapasitas produktif saat ini atau membiayai dividen kepada pemegang saham.

Terkadang nilai aliran kas bebas dapat bernilai negatif walaupun laba bersih setelah pajak positif sepanjang tahun. Hal ini disebabkan kas perusahaan tersebut digunakan untuk di investasikan pada aset-aset operasional. Hal ini juga mengimplikasikan bahwa perusahaan perlu mengusahakan adanya dana segar baru dari investor maupun dari kreditor dalam bentuk pengeluaran surat obligasi dan saham istimewa. Disatu sisi para pemegang saham akan membantu membiayai pertumbuhan perusahaan walaupun mereka belum menerima dividen pada awal investasinya namun seiring dengan pertumbuhan yang lambat tersebut, aliran kas bebasnya kembali menjadi positif dan perusahaan dapat menggunakan kas bebas yang positif tersebut untuk membayar dividennya.

Free cash flow menunjukkan gambaran bagi investor bahwa dividen yang dibagikan oleh perusahaan tidak sekedar menyiasati pasar dengan maksud meningkatkan nilai perusahaan. Bagi perusahaan yang melakukan pengeluaran modal, free cash flow akan mencerminkan dengan jelas mengenai perusahaan manakah yang masih mempunyai kemampuan untuk bertahan di masa depan dan mampu mempengaruhi hubungan antara rasio pembayaran dividen dan pengeluaran modal.

Free cash flow dinyatakan dalam satuan rupiah dengan skala rasio. Variabel free cash flow dapat dihitung dengan menggunakan rumus menurut Ross et al yang dikutip Uyara dan Tausikal (2003:1991), yaitu:

(20)

Keterangan :

 Pengeluaran modal = (aktiva tetap akhir periode+pelepasan aktiva tetap-aktiva tetap awal periode).

 Modal kerja bersih = (asset lancar tanggal dan tahun yang sama-utang lancar tanggal dan tahun yang sama).

2.1.3.4Tujuan Penggunaan Arus Kas Bebas

Arus kas bebas dapat dijadikan sebai indikator yang baik untuk kinerja operasi perusahaan. Brigham dan Daves (2004:206) menyatakan ada lima kegunaan arus kas bebas, yaitu:

1) Membayar bunga kepada kreditor

2) Membayar pokok hutang kepada kreditor 3) Membayar dividen kepada pemegang saham 4) Membeli kembali saham dari pemegang saham

5) Membeli surat-surat berharga, dan aset non operasi lainnya. 2.1.4 Dividen Tunai

2.1.4.1 Definisi Dividen

Dividen adalah pembagian penghasilan yang dapat berbentuk kas, aktiva lain, surat atau bukti yang menyatakan utang persuahaan kepada pemegang saham suatu perusahaan sesuai dengan proporsi saham yang dimiliki oleh pemilik perusahaan. Karena retained earnings (laba ditahan) adalah salah satu bentuk pendanaan internal, maka keputusan mengenai dividen dapat mempengaruhi

(21)

kebutuhan pendanaan eksternal perusahaan. Dengan demikian, semakin besar dividen kas yang dibayarkan oleh perusahaan, maka semakin besar pula jumlah pendanaan eksternal yang dibutuhkan melalui pinjaman utang atau penjualan saham.

Pembayaran dividen berkaitan erat dengan kinerja perusahaan, adapun pengertian dividen menurut Hanafi (2004:361) yaitu kompensasi yang diterima oleh pemegang saham, disamping capital gain. Dividen juga dikatakan sebagai komponen pendapatan dari return investasi pada saham. Jadi dapat disimpulkan bahwa dividen merupakan kompensasi yang diterima oleh pemegang saham, disamping capital gain yang dibagikan kepada pemegang saham baik dalam bentuk kas maupun saham.

2.1.4.2Prosedur Pembayaran Dividen

Dalam hal pembayaran, dividen tidak dibagikan begitu saja, semua memiliki prosedur pembayaran aktual yang telah ditetapkan, Brigham dan Houston (2011: 227), mengemukan beberapa hal terkait prosedur pembayaran dividen diantaranya adalah sbb:

1) tanggal deklarasi (declaration date), ini terkait dengan tanggal dimana direksi suatu perusahaan mengeluarkan pernyataan yang mendeklarasikan dividen.

2) tanggal pemilik tercatat (holder of record date), jika perusahaan menyusun daftar pemegang saham sebagai pemilik pada tanggal ini, maka pemegang saham tersebut akan menerima dividen.

(22)

3) tanggal eks dividen (ex-dividend date), tanggal dimana hak atas dividen berjalan tidak lagi dimiliki oleh suatu saham, biasanya dua hari kerja sebelum tanggal pemilik tercatat.

4) pembayaran (payment date), tanggal dimana perusahaan benar-benar mengirimkan cek pembayaran dividen.

2.1.4.3Kebijakan Dividen

Madura (2007: 402) mengemukakan bahwa “ Kebijakan dividen ( dividen policy ) perusahaan adalah keputusan sehubungan dengan berapa banyak laba perusahaan sebaiknya ditahan (diinvestasikan kembali ke dalam perusahaan ) atau dibagikan sebagai dividen ke para pemilik ”. hal ini sejalan dengan pendapat Warsini (2003: 242) yang menyatakan bahwa “Kebijakan dividen berkaitan dengan penentuan pembagian pendapatan (earning ) untuk dibayarkan kepada pemegang saham sebagai dividen atau ditahan oleh perusahaan untuk diinvestasikan kembali. Keputusan perusahaan untuk membagikan dividen atau menahan laba pada dasarnya berada di tangan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) sesuai dengan Undang-undang No. 1 tahun 1995. Jika RUPS telah memutuskan membagi dividen maka tanggal keputusan tersebut disebut declaration date. RUPS juga menetapkan date of record yaitu menetapkan bahwa para pemegang saham yang tercantum dalam daftar pemegang saham berhak untuk menerima dividen pada tanggal tertentu (Warsini, 2003: 243).

Menurut Riyanto (2008: 269), ada macam-macam kebijakan dividen yang dilakukan oleh perusahaan, antara lain sebagai berikut:

(23)

Kebijakan dividen yang stabil artinya jumlah dividen per lembar yang dibayarkan setiap tahunnya relatif tetap selama jangka waktu tertentu meskipun pendapatan per lembar saham per tahunnya berfluktuasi.

2. Kebijakan Dividen dengan Penetapan Dividen Payout Ratio yang Konstan Pembayaran dividen merupakan presentase yang tetap dari pendapatan perusahaan. Jarang sekali perusahaan menjalankan kebijakan jenis ini, dimana perusahaan membayarkan dividen dalam bentuk presentase yang kontan terhadap pendpatan perusahaan yang berfluktuasi, maka jumlah dividen yang dibayarkan ikut berfluktuasi.

3. Kebijakan Dividen yang Fleksibel

Merupakan penetapan DPR yang besarnya setiap tahunnya disesuaikan dengan posisi finansial dan kebijakan finansial dari perusahaan yang bersangkutan.

2.1.4.4Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Ada beberapa faktor yang menentukan kebijakan dividen diantaranya : 1. Peraturan Hukum

Undang-undang menetukan bahwa dividen harus dibayarkan dari laba, baik laba tahun berjalan, maupun laba tahun lalu yang ada pada pos laba ditahan di neraca.

2. Posisi Likuiditas

Laba ditahan biasanya diinvestasikan dalam bentuk aktiva yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha, laba tersebut tidak disimpan dalam bentuk kas. Jadi

(24)

meskipun perusahaan mempunyai catatan mengenai laba, perusahaan mungkin tidak dapat membayar tunai dividen karena posisi likuiditasnya. 3. Kebutuhan Pelunasan Utang

Jika perusahaan mengambil utang untuk membiayai ekspansi atau untuk mengganti jenis pembiayaan yang lain, maka perusahaan dihadapkan pada pilihan untuk melunasi utang tersebut. Sehingga pembayaran hutang tersebut biasanya memerlukan penahanan laba.

4. Pembatasan dalam Perjanjian Utang

Perjanjian hutang, khususnya jika merupakan utang jangka panjang seringkali membatasi kemampuan perusahaan untuk membayar dividen tunai.

5. Tingkat Ekspansi Aktiva

Posisi perusahaan yang mengalami pertumbuhan akan semakin membutuhkan dana besar untuk membiayai ekspansi aktiva. Apabila kebutuhan dana masa datang.

6. Tingkat Laba

Tingkat hasil pengembalian yang diharapkan akan menentukan pilihan relative untuk membayar laba tersebut dalam bentuk dividen kepada pemegang saham atau menggunakannya diperusahaan tersebut.

7. Stabilitas Laba

Suatu perusahaan yang mempunyai laba stabil seringkali dapat memperkirakan berapa besar laba dimasa yang akan datang, perusahaan seperti ini biasanya cenderung membayarkan laba dengan presentase yang lebih tinggi daripada perusahaan yang labanya berfluktuasi.

(25)

8. Akses kepasar Modal

Suatu perusahaan yang besar dan telah berjalan baik, dan mempunyai catatan profitabilitas dan stabilitas akan mempunyai akses yang mudah ke pasar modal. Sedangkan perusahaan yang baru, kecil dan bersifat coba-coba akan lebih banyak mengandung risiko bagi penanaman modal potensial. Jadi perusahaan yang sudah mapan cendrung untuk memberi tingkat pembayaran dividen yang lebih tinggi daripada perusahaan kecil atau baru.

9. Kendali Perusahaan

Kendali perusahaan dapat dipengaruhi oleh sumber-sumber pembiayaan alternative lain. Sumber pembiayaan yang berasal dari utang memilki risiko naik turunnya laba yang diperoleh perusahaan. Pembiayaan dengan menerbitkan saham baru dapat mengurangi kelompok dominan dalam perusahaan tersebut. Dengan mengetahui konsekuensi penggunaan sumber-sumber tersebut, perusahaan sering memilih menggunakan dana internal sebagai sumber pembiayaan investasi. Akibatnya perusahaan akan membayarkan dividen yang rendah.

10. Posisi pemegang saham sebagai pembayar

Pajak Suatu perusahaan yang dipegang hanya oleh beberapa pembayar pajak dalam golongan berpendapatan tinggi, cenderung untuk membayar dividen yang rendah. Pemilik memilih untuk menempatkan pendapatan mereka dalam bentuk peningkatan modal daripada dividen, karena akan terkena pajak. 2.1.4.5Jenis-jenis Dividen

(26)

1. Dividen tunai (cash dividend)

Jenis pembayaran dividen paling umum yang dilakukan oleh perusahaan dalam bentuk uang yang dibayarkan kepada pemegang sahamnya. Oleh karena itu perusahaan harus mengawasi kasnya apakah memungkinkan untuk melakukan cash dividend.

2. Dividen Barang (property dividend)

Jenis pembayaran dibayarkan dalam bentuk aset, namun cara pembagian dividen ini jarang digunakan. Pemegang saham akan mencatat dividen yang diterimanya ini sebesar harga pasar aktiva tersebut.

3. Dividen skrip (scrip dividend)

Dividen utang timbul apabila laba tidak dibagi itu saldonya mencukupi untuk pembagian dividen, tetapi saldo kas yang ada tidak cukup. Sehingga pimpinan PT akan mengeluarkan scrip dividends yaitu janji tertulis untuk membayar jumlah tertentu di waktu yang akan datang.

4. Dividen likuidasi (liquidating dividend)

Dividen yang dibagikan berdasarkan perngurangan, bukan berdasarkan keuntungan yang diperoleh perusahaan.

5. Dividen saham (stock dividend)

Stock dividend adalah dividen yang dibayarkan dalam bentuk saham sebagai pengganti atau pelengkap dari dividen tunai. Pembayaran dividen saham juga harus di sarankan adanya laba atau surplus yang tersedia, dengan adanya pembayaran dividen saham ini maka jumlah saham yang beredar meningkat, namun pembayaran dividen saham ini tidak akan merubah posisi likuiditas

(27)

perusahaan karena yang dibayarkan oleh perusahaan bukan merupakan bagian dari arus kas perusahaan.

2.1.5 Definisi Dividen Tunai

Dari berbagai jenis dividen yang ada, dividen tunai adalah jenis yang paling umum dibagikan oleh perusahaan kepada pemegang saham. Hal ini dikarenakan pembagian dividen dalam bentuk tunai lebih banyak di inginkan pemegang saham daripada bentuk lain, karena dividen tunai membantu mengurangi ketidakpastian dalam aktivitas investasi pemegang saham.

Warren et al (2005:18) mengatakan bahwa ada tiga kondisi yang biasanya harus dipenuhi perusahaan dalam pembagian dividen tunai:

a. Laba ditahan yang mencukupi b. Kas yang memadai

c. Tindakan formal dewan direksi

Jumlah laba yang besar tidak selalu berarti bahwa perusahaan mampu membagikan dividen tunai karena ketersediaan kas juga harus memadai. Dividen tunai berperan penting bagi perusahaan sebagai isyarat mengenai kondisi perusahaan serta prospeknya dalam menghasilkan keuntungan dimasa depan. Seperti yang diungkapkan oleh Sundjaja dan Barlian (2002:380) :“Dividen tunai adalah sumber dari aliran kas untuk pemegang saham dan memberikan informasi tentang kinerja perusahaan saat ini dan yang akan datang”.

(28)

2.1.5.1Pencatatan Dividen Tunai

Pada umumnya pencatatan dividen tunai menurut akuntansi terdiri dari 3 tahap yaitu pada saat pengumuman, pencatatan dan pembayaran. Pada saat pengumuman perusahaan akan mencatat jurnal sebagai berikut :

Dr. Saldo Laba xxxx

Cr. Utang dividen xxxx

Pada saat pencatatatn perusahaan tidak melakukan pencatatan jurnal melainkan hanya memberikan memo kepada pemegang saham agar mengetahui berapa besar dividen yang akan diterimanya.

Pada saat pembayaran merupakan saat dimana dividen dibayarkan perusahaan akan mencatat jurnal sebagai berikut

Dr. Utang xxxx

Cr. Kas xxxxx

2.2 Kerangka Pemikiran

2.2.1 Pengaruh Laba Bersih terhadap Dividen Tunai

menurut Weston dan Copeland (1997:125) dalam Ferdi (2012:43) suatu perusahaan yang mempunyai laba yang stabil seringkali dapat memperkirakan berapa besar laba di masa yang akan datang. Perusahaan seperti ini biasanya cenderung membayarkan laba dengan presentase lebih tinggi dalam bentuk dividen kepada investornya dibanding perusahaan yang labanya berfluktuasi. Perusahaan yang tidak stabil dengan hasil dari kinerja keuangannya biasanya tidak yakin apakah laba yang diharapkan pada tahun-tahun yang akan datang dapat dicapai, sehingga perusahaan cenderung untuk menahan sebagian besar laba

(29)

bersih saat ini. Akibat dari penahanan laba tersebut dividen yang lebih rendah akan lebih mudah dibayar apabila laba menurun di masa yang akan datang.

2.2.2 Pengaruh Arus Kas Bebas Terhadap Dividen Tunai

Dalam arus kas operasi terdapat terdapat arus kas operasi yang tidak di manfaatkan untuk kegiatan operasi perusahaan tersebut atau dikenal juga dengan arus kas bebas.

White et al (2003) dalam Dini (2007) mendefinisikan arus kas bebas sebagai aliran kas diskresioner yang tersedia bagi perusahaan. Arus kas bebas adalah kas dari aktivitas operasi dikurangi dikurangi capital expenditure yang dibelanjakan perusahaan untuk memenuhi kapasitas produksi saat ini. Arus kas bebas dapat digunakan untuk penggunaan diskresioner seperti akuisisi dan pembelanjaan modal dengan orientasi pertumbuhan, pembayaran hutang, dan pembayaran kepada pemegang saham dalam bentuk dividen. Semakin besar arus kas bebas yang tersedia, maka semakin sehat perusahaan tersebut karena memiliki kas yang tersedia untuk pertumbuhan, pembayaran hutang dan dividen. Sedangkan Ross et al (2000) dalam Dini (2007:16) mendefinisikan arus kas bebas sebagai kas perusahaan yang dapat didistribusi kepada kreditur atau pemegang saham yang tidak digunakan untuk modal kerja atau investasi pada aset tetap. Arus kas bebas menunjukan gambaran bagi investor bahwa dividen yang dibagikan oleh perusahaan tidak sekedar strategi menyiasati pasar dengan maksud meningkatkan nilai perusahaan. Bagi perusahaan yang melakukan pengeluaran modal, arus kas bebas akan mencerminkan dengan jelas mengenai perusahaan

(30)

manakah yang masih mempunyai kemampuan di masa depan dan yang tidak (Uyara dan Tausikal, 2003:92).

Arus kas bebas dikatakan mempunyai kandungan informasi bila arus kas bebas memberi signal bagi pemegang saham. Dapat dikatakan pula bahwa arus kas bebas yang mempunyai kandungan informasi menunjukan bahwa arus kas bebas mampu mempengaruhin rasio pembayaran dividen.

2.2.3 Pengaruh Laba Bersih dan Arus Kas Bebas Terhadap Dividen Tunai Menurut Soemarso (2004:235) laba bersih merupakan selisih lebih semua pendapatan dan keuntungan terhadap semua biaya-biaya kerugian. Selain itu menurut Belkaoui (2004:279) laba bersih merupakan kelebihan dan kekurangan pendapatan dibandingkan dengan biaya yang telah habis masa berlaku serta keuntungan dan kerugian bagi perusahaan dari penjualan, pertukaran, atau konversi lainnya dari aktiva.

Menurut Brigham dan Houston(2006:65) Arus kas bebas merupakan arus kas yang benar – benar tersedia untuk di distribusikan kepada seluruh investor (pemegang saham dan pemilik utang) setelah perusahaan menempatkan seluruh investasinya pada aktiva tetap, produk-produk baru dan modal kerja yang dibutuhkan untuk mempertahankan operasi yang sedang berjalan. Oleh karena itu, salah satu cara manajer dalam meningkatkan nilai dari suatu perusahaan adalah dengan meningkatkan aliran kas bebas perusahaan.

Arus kas bebas dapat digunakan untuk penggunaan diskresioner seperti akuisisi dan pembelanjaan modal dengan orientasi pertumbuhan (growth oriented), pembayaran hutang, dan pembayaran kepada pemegang saham dalam

(31)

bentuk dividen. Semakin besar arus kas bebas yang tersedia dalam suatu perusahaan, maka semakin sehat perusahaan tersebut karena memliki kas yang tersedia untuk pertumbuhan, pembayaran hutang dan dividen.

Jumlah laba yang besar tidak selalu berarti bahwa perusahaan mampu membagikan dividen tunai karena ketersediaan kas juga harus memadai. Dividen tunai berperan penting bagi perusahaan sebagai isyarat mengenai kondisi perusahaan serta prospeknya dalam menghasilkan keuntungan dimasa depan. Seperti yang diungkapkan oleh Sundjaja dan Barlian (2002:380) : Dari berbagai jenis dividen yang ada, dividen tunai adalah jenis yang paling umum dibagikan oleh perusahaan kepada pemegang saham. Hal ini dikarenakan pembagian dividen dalam bentuk tunai lebih banyak di inginkan pemegang saham daripada bentuk lain, karena dividen tunai membantu mengurangi ketidakpastian dalam aktivitas investasi pemegang saham.Dividen tunai merupakan sumber dari aliran kas untuk pemegang saham dan memberikan informasi tentang kinerja perusahaan saat ini dan yang akan datang.

(32)

Gambar 2.1

Bagan Kerangka Pemikiran

Laporan Laba Rugi Komprehensif

Laporan laba rugi komprehensif menyajikan seluruh pos pendapatan dan beban yang di akui dalam satu periode berdasarkan konsep penandingan atau pengaitan (mantching concept). Konsep ini diterapkan dengan menandingkan atau mengaitkan beban dengan pendapatan yang dihasilkan selama periode terjadinya beban tersebut.

Laporan Arus Kas

Laporan arus kas merupakan laporan yang menunjukan sumber kas dan penggunaan kas yang masuk atau keluar dalam suatu bisnis. Informasi arus kas memberikan dasar bagi pengguna laporan keuangan untuk menilai kemampuan entitas dalam menghasilkan kas dan setara kas serta kebutuhan entitas dalam menggunakan arus kas tersebut.

Laba Bersih (X1)

So Soemarso (2004:235) menyatakan bahwa

laba bersih merupakan selisih lebih semua pendapatan dan keuntungan terhadap semua biaya-biaya kerugian.

Arus Kas Bebas(X2)

Me Menurut Brigham dan Houston (2006:65)

Arus kas bebas merupakan arus kas yang benar – benar tersedia untuk di distribusikan kepada seluruh investor (pemegang saham dan pemilik utang) setelah perusahaan menempatkan seluruh investasinya pada aktiva tetap, produk-produk baru dan modal kerja yang dibutuhkan untuk mempertahankan operasi yang sedang berjalan.

Dividen Tunai (Y)

Menurut Sundjaja dan Barlian (2002:380) Dividen tunai adalah sumber dari aliran kas untuk pemegang saham dan memberikan informasi tentang kinerja perusahaan saat ini dan yang akan datang.

Laporan Keuangan

Dalam PSAK 1 revisi 2009 paragraf 7 disebutkan bahwa laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas.

(33)

2.2.4 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Ada beberapa penelitian yang dilakukan berhubungan dengan topik pengaruh laba bersih dan arus kas bebas terhadap dividen tunai, antara lain:

1. Dini (2007), meneliti tentang pengaruh free cash flow terhadap dividen payout ratio. Objek penelitian difokuskan pada seluruh perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia pada periode 2000-2002. Hasil penelitian menunjukan bahwa free cash flow berpengaruh secara signifikan terhadap dividen payout ratio, dan dapat di tarik kesimpulan bahwa free cash flow dapat dijadikan salah satu indikator dalam penetapan kebijakan dividen dalam suatu perusahaan. Adapun perbedaannya yaitu penelitian sekarang menambah variabel independen menjadi dua yaitu laba bersih dan arus kas bebas, serta variabel dependennya dividen tunai, perbedaan lainnya yaitu penelitian sekarang menggunakan laporan keuangan perusahaan dari Bursa Efek Indonesia dengan jenis perusahaan manufaktur consumer goods pada periode 2009-2011.

2. Surya (2010), meneliti tentang pengaruh laba, arus kas operasi dan arus kas bebas terhadap dividen kas. Sampel penelitiannya adalah 109 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk periode 2001-2005. Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat hubungan yang positif signifikan antara laba bersih dan dividen kas begitu pula dengan arus kas operasi sedangkan untuk arus kas bebas tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap dividen kas dan secara simultan terdapat hubungan yang positif antara laba bersih dan arus kas bebas terhadap dividen kas pada perusahaan

(34)

manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2001-2005. Perbedaannya terletak pada periode yang digunakan yaitu penelitian ini mengambil periode 2009-2011 dengan kriteria sampel yang berbeda.

3. Metha (2011), meneliti tentang pengaruh aliran kas bebas dan keputusan pendanaan terhadap nilai pemegang saham dengan set kesempatan Investasi dan dividen sebagai variabel moderasi. Sampel penelitian ini adalah 23 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2005-2009. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa aliran kas bebas berpengaruh negatif terhadap nilai pemegang saham, keputusan pendanaan tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai pemegang saham, set kesempatan investasi dapat memoderasi pengaruh positif aliran kas bebas terhadap nilai pemegang saham, dividen dapat memoderasi pengaruh positif aliran kas bebas terhadap nilai pemegang saham, set kesempatan investasi dapat memoderasi pengaruh positif keputusan pendanaan terhadap nilai pemegang saham, dividen bukan merupakan variabel pemoderasi yang dapat menginteraksi hubungan antara keputusan pendanaan dengan nilai pemegang saham. Perbedaannya terdapat pada variabel independen dimana peneliti sekarang hanya menggunakan laba bersih dan arus kas bebas serta periode yang digunakan yaitu pada tahun 2009-2011.

4. Ferdi (2012), meneliti pengaruh laba bersih dan arus kas operasi dengan dividen kas. Sampel yang digunakan yaitu 15 perusahaan manufaktur consumer goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Metode pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Hasil penelitian menunjukan

(35)

bahwa secara parsial terdapat pengaruh positif signifikan antara laba bersih terhadap dividen kas. Begitu pula untuk arus kas operasi dimana hasilnya terdapat pengaruh yang positif signifikan terhadap dividen kas. Selanjutnya secara simultan, laba bersih dan arus kas operasi berpengaruh secara signifikan terhadap dividen kas sebesar 88,6% ini artinya bahwa pembagian dividen kas dipengaruhi sebesar 88,6% oleh laba bersih dan arus kas operasi, sedangkan sisanya 11,4% dipengaruhi oleh faktor lain. Perbedaannya terdapat pada variabel independen yaitu penelitian sekarang menggunakan arus kas bebas sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan arus kas operasi, serta periode yang di digunakan yaitu pada tahun 2009-2011.

5. Widya (2013), meneliti pengaruh arus kas operasi, investasi dan pendanaan serta laba bersih terhadap return saham. Sampel yang digunakan yaitu 119 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek indonesia. Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu purposive sampling. Hasil penelitian menunjukan terdapat pengaruh yang signifikan antara arus kas dari aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan perubahan laba terhadap return. Hasil uji t masing-masing variabel bebas arus kas dari aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan perubahan laba berpengaruh terhadap return saham (return) dengan nilai sig < 0,05. Perbedaannya yaitu penelitian sekarang menggunakan variabel independen mengenai laba bersih dan arus kas bebas dan variabel dependen mengenai dividen tunai, selain itu objek penelitian sekarang merupakan perusahaan manufaktur consumer goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

(36)

Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu

Peneliti

Judul Variabel Objek Indikator Hasil

Dini (2007)

Pengaruh free cash flow

terhadap dividen payout ratio. X 1:free cash flow, Y: dividen payout ratio. Objek penelitian difokuskan pada seluruh perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia pada periode 2000-2002. Free cash flow, dividen, dividen payot ratio.

Hasil penelitian menunjukan bahwa free cash flow

berpengaruh secara signifikan terhadap dividen payout ratio, dan dapat ditarik kesimpulan bahwa

free cash flow dapat dijadikan salah satu indikator dalam penetapan kebijakan dividen dalam suatu perusahaan.

Surya (2010)

Pengaruh laba, arus kas operasi dan arus kas bebas terhadap dividen kas X1: laba bersih, X2: arus kas operasi X3: arus kas bebas, Y: dividen kas 109 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode (2001-2005). Laba, arus kas operasi dan arus kas bebas dan dividen kas

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa secara parsial terdapat pengaruh yang signifikan antara laba dan dividen kas begitupula dengan arus kas operasi dan dividen kas, sedangkan arus kas bebas terhadap dividen kas tidak memiliki pengaruh yang signifikan. Sedangkan secara simultan laba bersih dan arus kas bebas memiliki pengaruh yan signifikan.

Metha (2011)

Pengaruh aliran kas bebas dan keputusan pendanaan terhadap nilai pemegang saham dengan set kesempatan investasi dan dividen sebagai variabel moderasi. X1: aliran kas bebas, X2:keputusan pendanaan,Y: nilai pemegang saham 23 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek indonesia (BEI) Aliran kas bebas, keputusan pendanaan, set kesempata n investasi, dividen

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa aliran kas bebas berpengaruh negatif terhadap nilai pemegang saham, keputusan pendanaan tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai pemegang

(37)

periode 2005-2009.

nilai pemegang saham.

saham, set kesempatan investasi dapat memoderasi pengaruh positif aliran kas bebas terhadap nilai pemegang saham, dividen dapat memoderasi pengaruh positif aliran kas bebas. Ferdi

(2013)

Pengaruh laba bersih dan arus kas operasi terhadap dividen kas X1: laba bersih, X2 arus kas operasi, Y: dividen kas 15 perusahaan manufaktur consumer goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2008-2010. Laba bersih, arus kas operasi, dan dividen kas.

Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat pengaruh positif signifikan antara laba bersih terhadap dividen kas. Begitu pula untuk arus kas operasi dimana hasilnya terdapat pengaruh yang positif signifikan terhadap dividen kas.

Widya (2013)

Pengaruh arus kas operasi, arus kas investasi dan pendanaan serta laba bersih terhadap

return saham. X1: arus kas operasi, X2: arus kas investasi, X3: arus kas pendanaan, X4: laba bersih, Y: return saham. 119 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2008-2010. Arus kas, aktivitas operasi, aktivitas investasi, aktivitas pendanaan, laba bersih, return saham.

Hasil dari penelitian menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara arus kas dari aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan perubahan laba terhadap return saham.

(38)

2.3 Hipotesis Penelitian

A. Ho1 : tidak terdapat pengaruh signifikan antara laba bersih dengan dividen

tunai.

Ha1 : terdapat pengaruh signifikan antara laba bersih dengan dividen tunai.

B. Ho2 : tidak terdapat pengaruh signifikan antara arus kas bebas dengan

dividen tunai.

Ha2 : terdapat pengaruh signifikan antara arus kas bebas dengan dividen

tunai.

C. Ho3 : tidak terdapat pengaruh signifikan antara laba bersih dan arus kas

bebas terhadap dividen tunai.

Ha3 : terdapat pengaruh signifikan antara laba bersih dan arus kas bebas

Referensi

Dokumen terkait

Jadi dengan mengimplementasikan algoritma rekonstruksi citra Projection Onto Convex Sets (POCS) pada domain Discrete Cosine Transform (DCT) untuk meningkatkan citra,

Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah keputusan pendanaan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan, sedangkan kebijakan dividen

Penelitian ini tentang pengaruh aliran kas bebas dab keputusan pendanaan terhadap nilai pemegang saham dengan set kesempatan investasi dan dividen sebagai variabel

Laboratorium Teknik Sipil UNG (2007) melakukan penelitian mengenai penggunaan material lokal quarry Molintogupo Kabupaten Bone Bolango, hasilnya menunjukkan bahwa material

Selanjutnya dilihat dari tingkat kesukaan panelis terhadap tingkat sweetness mendapatkan nilai sebesar 4,13 atau jika dibulatkan menjadi 4 (Suka), lalu untuk kesukaan terhadap

pada batas waktu penyampaian Laporan, form header atau koreksi Laporan, Bank Pelapor harus menyampaikan Laporan, form header , dan/atau koreksi Laporan paling

Di Irian Jaya (sekarang papua, banyak dijumpai di pantai selatan, DAS Mamberamo dan kepala burung bagian selatan. Pemetaan yang lebih akurat diperlukan dalam menentukan sebaran

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah penerapan model pembelajaran Snowball Drilling dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar ips materi keragaman suku