PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI PROGRAM KEAHLIAN
TEKNOLOGI KENDARAAN RINGAN SMK NEGERI 3 PACITAN TAHUN
2013/2014
IMPLEMENTATION OF THE PROGRAM OF INDUSTRIAL WORK PRACTICES
LIGHTWEIGHT VEHICLE TECHNOLOGY EXPERTISE SMK N 3 PACITAN ACADEMIC YEAR 2013/2014
Oleh: Herdi Bangkit Pandu Puri Pramana (NIM.08504241026), Pendidikan Teknik Otomotif, FT UNY. Email [email protected]
1.Dosen Pembimbing : Kir Haryana, M.Pd. 2.Dosen Penguji Utama : Bambang Sulistyo, M.Eng.
Abstrak
Praktek Kerja Industri (Prakerin) merupakan bagian dari Pendidikan Sistem Ganda (PSG) yang memadukan secara sistematik dan sinkron program pendidikan di sekolah dan program belajar melalui kegiatan bekerja langsung pada bidang pekerjaan yang relevan dan terarah untuk mencapai penguasaan kemampuan keahlian tertentu. Dalam pelaksanaan Prakerin masih banyak permasalahan yang diidentifikasi diantaranya adalah terkait kesiapan sekolah yang meliputi pengelolaan administrasi dan organisi, kesiapan guru pembimbing, kesiapan pengelolaan program, kesiapan biaya, sarana dan prasarana di industri, pelaksanaan prakerin di industri, monitoring, dan evaluasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan Prakerin di Kompetensi Keahlian Teknologi Kendaraan Ringan SMK Negeri 3 Pacitan Tahun 2013/2014 yang meliputi kesiapan administrasi dan organisi, kesiapan guru pembimbing, kesiapan pengelolaan program, kesiapan biaya, sarana dan prasarana di industri, pelaksanaan prakerin di industri, monitoring, dan evaluasi. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode pendekatan deskriptif, data yang diperoleh dari subyek penelitian dianalisis sesuai dengan metode statistik yang digunakan kemudian diinterprestasikan. Teknik pengambilan sampel penelitian ini adalah menggunakan non probability sampling, sehingga data-data yang diambil dari sumber-sumber data dari sekolah yang bersangkutan, dalam hal ini satu (1) SMK Negeri 3 Pacitan yaitu ketua kelompok kerja, guru pembimbing, dan instruktur di industri. Kesiapan pelaksanaan administrasi dan organisasi mencapai tingkat kesiapan sangat tinggi yaitu 87,50%. Kesiapan biaya mencapai tingkat kesiapan sangat tinggi yaitu 83,30%. Kesiapan pengelolaan program mencapai tingkat kesiapan sedang tinggi yaitu 66,66%. Kesiapan guru pembimbing mencapai tingkat kesiapan sangat tinggi yaitu 88,57%. Fasilitas sarana dan prasarana di DU/DI mencapai tingkat kesiapan tinggi yaitu 76,28%. Pelaksanaan kegiatan prakerin di DU/DI mencapai tingkat kesiapan sangat tinggi yaitu 86,29%. Pelaksanaan monitoring mencapai tingkat kesiapan sangat tinggi yaitu 100%. Pelaksanaan uji kompetensi dan sertifikasi mencapai tingkat kesiapan rendah yaitu 32,92%. Pelaksanaan evaluasi mencapai tingkat kesiapan sangat tinggi yaitu 91,67%
Kata kunci: Prakerin, TKR
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah proses yang tidak akan ada hentinya, sejak seseorang dilahirkan hingga akhir hayatnya. Pendidikan merupakan elemen yang penting bagi berlangsungnya hidup suatu bangsa. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan manusia yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) dan peranannya dalam masyarakat. Pendidikan menjadi tolok ukur keberhasilan suatu bangsa.
Pembangunan akan maju apabila didukung dengan pendidikan yang bermutu. Pendidikan dikatakan bermutu apabila proses pembelajaran berlangsung efektif dan peserta memperoleh pengalaman yang bermakna bagi dirinya. Di dalam Undang–Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 dikemukakan pengertian dari pendidikan yaitu:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Bangsa kita dituntut untuk dapat mempersiapkan diri khususnya dalam mempersiapkan SDM yang unggul, padahal faktor utama yang menentukan mampu tidaknya bersaing adalah SDM yang memiliki kompetensi, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, serta mampu menghasilkan produk unggul. Karena itu, mempersiapkan SDM harus dilaksanakan secara sungguh dan terencana dengan baik. Jenis pendidikan yang dibutuhkan untuk situasi seperti sekarang adalah pendidikan yang dapat membekali peserta didik, melalui ketramplian aplikatif yang dikemudian hari bisa dirasakan dalam lingkungan masyarakat. Eksistensi pendidikan akan menentukan kualitas sumber daya manusia. Indikasi sumber daya manusia yang berkualitas salah satunya adalah terbentuknya tenaga kerja profesional yakni terampil dan ahli dalam bidangnya. Salah satu lembaga pendidikan yang menghasilkan tenaga profesional adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan disebutkan juga bahwa Standar kompetensi lulusan pada satuan pendidikan menengah kejuruan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, ahklak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.
Pendidikan profesionalisme tidak dapat sepenuhnya dapat dilakukan oleh sekolah.
Kegiatan profesional bisa dicapai salah satunya melalui kegiatan langsung melakukan kegiatan sesungguhnya. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan menggariskan bahwa arah pengembangan pendidikan kejuruan pada SMK akan dibangun dan didorong sehingga mampu menuntaskan misinya dengan tujuan yang terukur, yaitu : (1) menghasilkan lulusan yang memiliki bekal ketrampilan kompetensi tertentu, (2) menghasilkan lulusan yang profesional untuk dapat mengisi keperluan industrialisasi dan pembangunan nasional, dan (3) menghasilkan lulusan yang mampu mengikuti perkembangan iptek dan mampu meningkatkan kualitas dirinya secara berkelanjutan.
Pada sisi lain, keadaan pendidikan kejuruan yang ada saat ini cukup memprihatinkan. Keadaan ini ditandai dengan adanya isu bahwa terdapat kesenjangan antara pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki lulusan pendidikan kejuruan dengan pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkan oleh dunia kerja. Hal ini sesuai dengan pendapat Slamet (dalam Warseno, 1997) yang mengatakan bahwa penyiapan tenaga kerja lewat jalur pendidikan kejuruan masih mengandung banyak kelemahan, baik tingkat konsep maupun pada praktiknya.
Salah satu pembaharuan yang telah dilakukan oleh pemerintah adalah dengan mencanangkan Pendidikan Sistem Ganda (PSG) yaitu sebuah sistem program pembelajaran siswa diluar sekolah yang disusun bersama-sama antara sekolah dengan dunia kerja yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan siswa dan sebagai kontribusi nyata dunia kerja terhadap pengembangan program pendidikan di SMK. Pendidikan Sistem Ganda merupakan salah satu
model pendidikan yang dipandang mampu menjembatani dan paling efektif untuk mendekati kesesuaian antara penyediaan dan permintaan
(supply and demand) ketenagakerjaan (Dit.
Dikmenjur, 1993 : 3). Sistem ini juga sesuai dengan kebijaksanaan Kementrian Pendidikan tentang keterkaiatan dan kesepadanan (link and
match) antara dunia pendidikan dan dunia
industri. Pendidikan Sistem Ganda memiliki tujuan-tujuan penting sehingga bisa membentuk lulusan yang berkualitas diantaranya adalah memberikan gambaran awal tentang dunia kerja dan memberikan wawasan baru yang tidak di dapat di bangku sekolah. Pendidikan Sistem Ganda merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk menyelaraskan atau membandingkan ilmu yang sudah didapat di sekolah dengan yang ada di lapangan. Dalam kegiatan Pendidikan Sistem Ganda ini para siswa dituntut untuk mampu hidup ditengah – tengah masyarakat dan secara langsung mengidentifikasi serta menangani masalah – masalah yang dihadapi. Oleh karena itu Pendidikan Sistem Ganda ini sangat penting bagi para siswa, karena dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat serta lapangan pekerjaan yang semakin sulit. Maka diharapkan dengan adanya Pendidikan Sistem Ganda ini para siswa mendapat pengalaman serta pengetahuan yang lebih luas dalam dunia kerja yang nantinya setelah keluar sekolah dapat temotivasi untuk memciptakan lapangan kerja sendiri. Saat ini salah satu program yang merupakan bagian dari pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda adalah Praktek Kerja Industri atau lebih dikenal denga Prakerin.
Sebagai gambaran penelitian ini mengambil SMK Negeri 3 Pacitan. Sekolah yang awalnya merupakan SMP N 5 Pacitan / SLTP 5 Pacitan ini beralih fungsi menjadi SMK N 3 Pacitan pada tanggal 08 Januari 2002 yang beralamat di Jl. Letjend Soeprapto No. 47 Pacitan Jawa Timur tersebut kini semakin maju dan semakin menjadi salah satu sekolah kejuruan bidang teknologi yang diminati oleh lulusan siswa menengah pertama. Mempunyai lima jurusan yaitu Teknik Mekanik Otomotif (Teknik Speda Motor dan Teknik Kendaraan Ringan), Teknik Audio Video, Teknik Jasa Boga, Teknik Busana Batik, dan Teknik Pengolahan Hasil Perikanan. Guna menunjang sarana belajar mengajar di SMK, pihak sekolah telah menyediakan berbagai fasilitas pendukung. Adapun fasilitas yang disediakan adalah Bengkel Otomotif + Unit Produksi, Bengkel Audio ,Video Lab Tata Busana + Unit Produksi, Lab Restoran + Unit Produksi, Lab Pengolahan Hasil Perikanan, lab Komputer, Hotspot Area, Radio Pendidikan MP3 FM, TV Edukasi, Bursa Kerja Khusus (BKK), peralatan musik lengkap, lapangan olah raga, ruangan ekstra kurikuler dan sarana umum lainnya.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan terhadap salah satu anggota kelompok kerja prakerin di SMK Negeri 3 Pacitan pada tanggal 9 Januari 2013 diketahui bahwa dalam proses pengelolaan Prakerin dilaksanakan kurang lebih sama dengan pelaksanaan tahun-tahun sebelumnya. Proses yang dilakukan meliputi pembentukan panitia, penyebaran angket wali murid, pemetaan awal, pembentukan pendamping Prakerin, pembekalan siswa, pelaksanaan, monitoring, pelaporan, dan
evaluasi. Dalam pelaksanaannya permasalahan yang sering dihadapi adalah ketidakcocokan peserta dengan dunia usaha/industri, pembimbingan yang kurang optimal, dan tidak dilaksanakannya uji kompetensi. Tentunya permasalahan seperti di atas perlu ditindaklanjuti agar pelaksanaan program selanjutnya dapat berjalan sesuai dengan pedoman yang telah ditetapkan.
Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini menjadi sangat penting untuk dilakukan terhadap pelaksanaan Prakerin pada jurusan Teknologi Kendaraan Ringan SMKN 3 Pacitan Jawa Timur. Adapun rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana kesiapan administrasi dan organisasi, kesiapan biaya, kesiapan pengelolaan program, kesiapan guru pembimbing, fasilitas sarana dan prasarana di DU/DI, pelaksanaan prakerin di DU/DI, pelaksanaan monitoring, uji kompetensi dan sertifikasi, dan pelaksanaan evaluasi. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kesiapan administrasi dan organisasi, kesiapan biaya, kesiapan pengelolaan program, kesiapan guru pembimbing, fasilitas sarana dan prasarana di DU/DI, pelaksanaan prakerin di DU/DI, pelaksanaan monitoring, uji kompetensi dan sertifikasi, dan pelaksanaan evaluasi.
Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memperjelas konsepsi mengenai pelaksanaan prakerin, dapat menjadi acuan dalam meningkatkan kualitas pelaksanaan prakerin, dan dapat dijadikan gambaran pelaksanaan prakerin.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode pendekatan deskriptif, data yang diperoleh dari subyek penelitian dianalisis sesuai dengan metode statistik yang digunakan kemudian diinterprestasikan
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 3 Pacitan yang beralamat di Jl. Letjend Soeprapto No. 47 Pacitan Jawa Timur, dan di dua puluh empat (24) dunia usaha/industri yang bergerak dalam bidang otomotif sebagai institusi pasangan Jurusan Teknologi Kendaraan Ringan SMK Negeri 3 Pacitan. Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2013 s.d. Agustus 2014
Target/Subjek Penelitian
Karena pendekatan penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan strategi penelitian deskriptif, maka teknik pengambilan sampel penelitian ini adalah menggunakan non probability sampling (teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/ kesempatan sama bagi setiap unsur / anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel), sedangkan teknik pengambilan sampel yang dipilih dari berbagai jenis non probability
sampling dengan menggunakan purposive
sampling (teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan atau tujuan tertentu) (Sugiyono, 2011 : 84-85). Sehingga data-data yang diambil dari sumber-sumber data dari SMK yang bersangkutan, dalam hal ini satu (1) SMK Negeri 3 Pacitan. Adapun rinciannya adalah ketua pokja 1 orang, guru pembimbing 7 orang, dan pembimbing dari DU/DI sebanyak 24 orang.
Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa metode, yaitu angket/kuesioner terbuka dan tertutup, wawancara, dan dokumentasi.
Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan menjawab rumusan masalah dan pertanyaan penelitian. Analisis dilakukan dengan cara melakukan perhitungan sehingga setiap rumusan masalah dan pertanyaan penelitian dapat ditemukan jawabannya secara kuantitatif. Kesimpulan yang didapat dideskripsikan menggunakan kalimat dalam bentuk kualitatif. Proses perhitungan persentase dilakukan dengan cara sebagai berikut : angka-angka jawaban angket dijumlah, kemudian skor yang diperoleh dibandingkan dengan skor ideal yang seharusnya dicapai. Setelah itu, hasil dari perbandingan tersebut dikalikan 100 %. Selanjutnya skor presentase yang diperoleh ditafsirkan dengan kalimat yang bersifat kualitatif. Rekomendasi yang diberikan pada hasil skor presentase merupakan kalimat berupa sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Tingkat kesiapan administrasi dan organisasi prakerin mencapai rata-rata 87,5% termasuk dalam kategori sangat tinggi. Dari beberapa aspek kesiapan administrasi dan organisasi, dua aspek diantaranya telah memenuhi kesiapan 100% yaitu aspek pembentukan organisasi dan administrasi dan aspek pemetaan DU/DI. Sedangkan untuk aspek pelaksanaan surat menyurat baru mencapai
tingkat kesiapan 62,5% masuk dalam kategori tinggi. Susunan tim pokja meliputi Kepala sekolah, Waka bidang Humas, dan dewan guru. Susunan ini sudah cukup homogen karena menurut Ahmad Sonhaji (1998) dalam penelitiannya yang berjudul Pelaksanaan Pendidikan Sistem ganda di Suatu Sekolah Menegah Kejuruan menyimpulkan bahwa tentang pembentukan pokja prakerin belum ada petunjuk pelaksanaan sehingga kemungkinan bentuk organisasinya bervariasi antar SMK satu dengan yang lain. Kegiatan administrasi dan organisasi dalam sebuah kegiatan atau program merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan oleh pihak-pihak terkait. Aspek administrasi dan manajemen perencanaan juga sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sonhaji A, yaitu mulai dari menyusun program pemantauan, membuat jurnal kegiatan siswa, menyusun daftar pemetaan siswa dan surat menyurat. Akan tetapi pelaksanaan surat menyurat belum sepenuhnya optimal dikarenakan kondisi dari masing-masing DU/DI yang berbeda.
Tingkat kesiapan pembiayaan prakerin mencapai rata-rata 83,33% termasuk dalam kategori sangat tinggi. Aspek pengelolaan biaya dan pelaporan mencapai tingkat kesian sangat tinggi yaitu 100%, sedangkan aspek sumber pembiayaan baru mencapai tingkat sedang (50%). Kesiapan biaya dalam melaksanakan kegiatan terutama prakerin sangat perlu diperhatikan. Biaya disini untuk menunjang kegaiatan operasional dan kebutuhan yang berkaitan dengan prakerin mulai dari surat menyurat, pembuatan buku agenda, monitoring, survei, pembuatan kenang-kenangan, dan pengadaan lainnya. Perlu diperhatikan juga hendaknya dalam
pelaksanaannya segala biaya yang berkaitan dengan operasional tidak menarik iuran dari siswa. Sumber biaya diupayakan dari dana sekolah atau bisa juga berasal dari sponsor. Sumber biaya yang ada di SMK 3 masih berasal dari dana sekolah dan komite sedangkan tim pokja sendiri belum bisa bekerjasama dengan pihak sponsor. Pengelolaan biaya oleh tim pokja juga sudah dilakukan secara transparan dan dikelola untuk beberapa pos dalam prakerin seperti untuk keperluan yang disebutkan di atas. Pelaporan juga dilaksanakan dan dilaporkan pada kepala sekolah dan bendahara sekolah untuk selanjutnya disampaikan pada Dinas terkait oleh sekolah.
Tingkat kesiapan pengelolaan program prakerin mencapai rata-rata 66,66% termasuk dalam kategori tinggi. Aspek sosialisasi pada peserta mencapai tingkat kesiapan sangat tinggi yaitu 100%, sedangkan aspek pembekalan peserta dan koordinasi pelaksanaan baru mencapai tingkat sedang (50%). Dalam penelitian evaluasi implementasi kebijakan pendidikan sistem ganda di sekolah kejuruan yang dilakukan oleh Wahyu Nurhadjadmo (2008) menyatakan bahwa salah satu tahap persiapan prakerin adalah pembekalan siswa yang materinya meliputi orientasi DU/DI, tugas dan kewajiban siswa selama di DU/DI, petunjuk pengisian buku jurnal, pembenahan sikap, dan latihan kesemaptaan. Sedangkan petugas yang memberikan pembekalan terdiri dari guru sekolah, instruktur dari DU/DI, TNI/Polri, dan Majelis Sekolah. Melihat salah satu realita di SMK ini semakin dirasa perlu bahwa untuk pembekalan siswa memang harus menghadirkan perwakilan dari DU/DI atau pihak lain untuk meningkatkan pengetahuan, kedisiplinan, dan
etos kerja siswa. Sehingga ketika sudah berada di dunia kerja siswa sudah memilki bekal yang sangat cukup. Program yang telah disusun dan dibuat bersama dengan pihak industri selanjutnya dapat menjadi sebuah program yang nantinya dapat menunjang tujuan prakerin itu sendiri. Sehingga setelah selesai melaksanakan prakerin siswa benar-benar memahami iklim kerja ketika sudah di dunia industri. Sosialisasi kepada siswa juga sangat penting seperti jadwal pelaksanaan, penugasan, kegiatan di industri, bimbingan, dll mengingat salah satu tujuan prakerin adalah untuk meningkatkan ketrampilan siswa yang tidak dapat diperoleh di sekolah.
Kesiapan pembimbing dalam pelaksanaan Prakerin di SMK 3 Pacitan. Rata-rata mencapai tingkat kesiapan sangat tinggi yaitu 88,57%. Sedangkan dari rata-rata masing-masing pembimbing diperoleh tingkat kesiapan mencapai tingkat sangat tinggi yaitu di atas 80%. Guru pembimbing merupakan salah satu unsur dalam prakerin yang ikut mempengaruhi keberhasilan prakerin. Guru pembimbing gharus dapat membimbing siswanya di industri berkaitan dengan pencapaian tujuan prakerin, penyelesaian hambatan yang dialami, penyelesaian penugasan, dll. Berkaitan dengan tugas guru pembimbing tersebut tentunya guru pembimbing harus menguasai konsep prakerin, mempunyai pengetahuan yang luas tentang iklim di DU/DI, dan mempunyai jadwal bimbingan pada siswanya. Selain itu faktor pengalaman dan kualifikasi pendidikan juga turut mempengaruhinya.
Rata-rata dari 24 DU/DI ditinjau dari aspek kesiapan ketersediaan ruang praktik dan ruang pendukung lainnya baru mencapai tingkat
kesiapan 66,7 % yaitu tingkat kesiapan tinggi. Apabila dilihat dari kesiapan masing-masing DU/DI ada 5 lokasi yang mencapai tingkat kesiapan 100 % yaitu kategori sangat tinggi. DU/DI tersebut merupakan industri yang berskala besar sehingga mempunyai beberapa ruangan dengan fungsi masing-masing seperti ruang praktik, ruang ganti/istirahat, ruang bahan, ruang alat, kantor, dll. Sepuluh DU/DI memiliki tingkat kesiapan 75% (tinggi). Dari data yang ada juga dapat dilihat bahwa masih ada 2 DU/Di yang memiliki tingkat kesiapan yang baru mencapai 25% (rendah). Fasilitas praktik di DU/DI yang memadai sesuai yang dibutuhkan di DU/DI akan memudahkan siswa dalam kegiatan pembelajaran sehingga pembentukan karakter calon tenaga kerja yang profesional di bidangnya akan semakin mudah, begitu juga sebaliknya apabila fasilitas yang terdapat dalam DU/DI kurang memadai maka siswa akan terhambat dalam menguasai kompetensi yang disyaratkan. Fasilitas sarana dan prasarana di sebuah DU/DI akan mengikuti seberapa kecil atau besarnya sebuah industri. Apabila DU/DI tersebut merupakan milik perseorangan dan hanya mengerjakan servis umum saja maka peralatan yang ada juga kurang memadai. Sedangkan apabila DU/DI tersebut merupakan milik suatu Perseroan Terbatas (PT), CV, milik pemerintah, atau milik dari beberapa orang biasanya sarana dan prasarana cukup memadai bahkan sangat lengkap. Selain itu kedua bengkel tersebut juga mempunyai perbedaan manajemen di dalamnya.
Ditinjau dari aspek pelaksanaan komponen keahlian praktik industri rata-rata mencapai tingkat pelaksanaan dalam kategori sangat tinggi yaitu 88,69%. Apabila ditinjau dari
aspek perilaku siswa, rata-rata perilaku siswa di DU/DI menunjukkan tingkat perilaku mencapai 83,89% (kategori sangat tinggi). Kegiatan di DU/DI yang dilaksanakan oleh siswa pada dasarnya merupakan keahlian kompetensi industri yang belum didapatkan di sekolah. Pokok dari pelaksanaan prakerin adalah membentuk iklim kerja pada peserta didik melalui berbagai ketrampilan tambahan di industri sehingga ketika lulus nanti sudah memiliki gambaran tentang iklim kerja di DU/DI. Berbagai kegiatan yang dilakukan diantaranya meliputi aspek teknis dan aspek non teknis. Aspek teknis meliputi pelaksanaan kompetensi keahlian kejuruan seperti perbaikan sistem rem, sistem pendinginan, sistem kelistrikan, servis ringan, dll. Sedangkan aspek non teknis meliputi kedisiplinan, kualitas kerja, kerja sama, kuantitas, dll.
Tingkat pelaksanaan monitoring mencapai rata-rata 100% termasuk dalam kategori sangat tinggi. Ketiga aspek menunjukkan tingkat kesiapan sangat tinggi yaitu 100%. Intensitas monitoring yang dilakukan oleh pokja prakerin SMK N 3 Pacitan juga sama seperti di SMK N 2 Klaten dalam penelitian yang dilakukan oleh Wahyu Nurharjadmo (2008) yang mana dilakukan sebanyak 3 (tiga) kali dalam 6 bulan. Hendaknya meskipun monitoring oleh pokja dilakukan dalam intensitas yang cukup sedikit seharusnya monitoring dapat dilakukan secara berkala dan efektif oleh guru pembimbing siswa.
Tingkat pelaksanaan uji kompetensi dan sertifikasi mencapai tingkat rendah yaitu 32,92%. Dalam pelaksanaan PSG, pada dasarnya siswa telah bekerja langsung pada bidang pekerjaan sesungguhnya, sehingga sebenarnya siswa telah memiliki kemampuan yang diperoleh melalui
pengalaman kerja. Untuk mengakui kemampuan yang dimiliki, perlu dikembangkan sistem pengujian yang mengacu pada penguasaaan berdasarkan standar tertentu atau didasarkan atas standar keahlian. Penilaian terhadap siswa selama melaksanakan pekerjaan di dunia usaha/industri sepenuhnya menjadi tanggung jawab dan wewenang pihak industri. Aspek yang dinilai berupa aspek non teknis yang meliputi kedisiplinan, tanggung jawab, kreativitas, kemandirian, maupun etos kerja. Sedangkan aspek teknis yang meliputi tingkat penguasaaan ketrampilan dalam melaksanakan pekerjaan sebaiknya dilakukan dalam bentuk uji kompetensi. Penilaian Prakerin mencakup penilaian proses dan hasil pekerjaan siswa selama berada di industri. Penilaian ini terutama berisi tentang bagaimana menentukan tingkatan keberhasilan siswa dalam menguasai kemampuan dan perilaku selama prakerin. Adapun pedoman pelaksanaan kegiatan penilaian prakerin sebagaimana tercantum dalam Kurikulum SMK meliputi penilai, aspek yang dinilai, dan kriteria penilaian. Menurut Kurikulum SMK Pedoman Pelaksanaan penilaian menjadi wewenang penuh pihak industri, selama pelaksanaan Prakerin. Sekolah hanya menerima hasil penilaian dari industri untuk kemudian dikonversikan terhadap mata pelajaran terkait. Pada akhir praktek kerja industri, siswa akan memperoleh hasil yang berbentuk nilai prestasi. Prestasi tersebut untuk mengakui kemampuan yang dimiliki oleh siswa dari hasil pengembangan di lapangan. Hasil yang diperoleh siswa akan ditunjukkan dalam bentuk sertifikat. Dalam sertifikat adalah tanda/surat keterangan (pernyataan tertulis) atau tercetak dari orang yang berwenang (DU/DI) yang dapat
digunakan sebagai bukti suatu kejadian (prestasi yang diperoleh siswa dalam praktik kerja industri). Angka yang tertera pada sertifikat yang diperoleh siswa merupakan hasil penilaian yang dilakukan dunia industri (Instruktur di dunia usaha/dunia industri), dengan aspek yang dinilai adalah sebagai berikut : a) Aspek teknis adalah tingkat penguasaan ketrampilan siswa dalam menyelesaikan pekerjaannya (kemampuan produktif), b) Aspek non teknis adalah sikap dan perilaku siswa selama di dunia usaha dan dunia industri yang menyangkut antara lain : disiplin, tanggung jawab, kreativitas, kemandirian, kerjasama, ketaatan dan sebagainya.
Tingkat pelaksanaan evaluasi mencapai rata-rata 91,67% termasuk dalam kategori sangat tinggi. Enam aspek menunjukkan tingkat kesiapan sangat tinggi yaitu 100%. Sedangkan aspek tim evaluasi baru mencapai tingkat kesiapan sedang yaitu 50%. Dalam evaluasi yang dilaksanakan oleh tim pokja prakerin SMK 3 Pacitan belum menghadirkan perwakilan dari pihak DU/DI secara langsung namun masukan yang berasal dari DU/DI disampaikan melalui tim monitoring atau guru pembimbing. Pelaksanaan evaluasi ini juga sesuai dengan yang dituliskan oleh Depdiknas (2008) bahwa Program prakerin yang sudah dilakukan peserta didik perlu dievaluasi untuk melihat kesesuaian antara program dengan pelaksanaannya. Hal ini dimaksudkan sebagai dasar untuk penyusunan program tindak lanjut yang harus dilakukan baik terhadap pencapaian kompetensi peserta didik maupun terhadap program prakerin. Evaluasi dilakukan dengan cara melakukan analisis hasil laporan yang dibuat oleh peserta didik dan hasil penilaian yang yang dilakukan oleh pembimbing
dari Dunia Kerja dan paparan hasil prakerin setiap peserta didik.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan
Pelaksanaan administrasi dan organisasi Prakerin di SMK Negeri 3 Pacitan telah dilakukan mulai dari penunjukan personil pokja, pembuatan program kerja, pemetaan DU/DI, dan pelaksanaan administrasi surat menyurat. Kesiapan pelaksanaan administrasi dan organisasi rata-rata mencapai tingkat kesiapan sangat tinggi yaitu 87,5%. Kesiapan ini terdiri dari aspek pembentukan organisasi dan penunjukan personil pengelola prakerin mencapai kesiapan sangat tinggi (100%), aspek pelaksanaan surat menyurat mencapai kesiapan tinggi (62,5), dan aspek pemetaan DU/DI mencapai kesiapan sangat tinggi (100%)
Pembiayaan operasional prakerin di SMK 3 Pacitan dianggarkan melalui dana komite dan dana BOS, sedangkan biaya kebutuhan pribadi siswa ditanggung oleh masing-masing siswa. Biaya operasional prakerin dikelola oleh bendahara kelompok kerja prakerin. Tingkat kesiapan biaya mencapai tingkat kesiapan sangat tinggi (83,3%). Kesiapan ini terdiri dari aspek sumber biaya mencapai kesiapan sedang (50%), aspek pengelolaan biaya mencapai kesiapan sangat tinggi (100%), dan aspek pelaporan penggunaan biaya mencapai kesiapan sangat tinggi (100%).
Program kerja yang dibuat oleh kelompok kerja prakerin SMK N 3 Pacitan diantaranya adalah koordinasi pelaksanaan prakerin, pembekalan siswa, dan sosialisasi prakerin. Program ini dilaksanakan pra kegiatan prakerin
sebagai bentuk persiapan pelaksanaan prakerin. Tingkat kesiapan pengelolaan program mencapai kesiapan sedang yaitu 66,66%. Aspek dalam kesiapan ini diantaranya adalah aspek koordinasi pelaksanaan prakerin yang dilakukan oleh pokja mencapai kesiapan sedang (50%), aspek pembekalan siswa mencapai kesiapan sedang (50%), dan aspek sosialisasi prakerin pada peserta mencapai kesiapan sangat tinggi (100%)
Guru yang bertindak sebagai pembimbing siswa prakerin telah berupaya melaksanakan tugasnya untuk mendampingi dan membimbing siswa selama prakerin. Diantaranya adalah memahami konsep prakerin, pengalaman industri, mempunyai prosedur atau program bimbingan, dan berpengalaman di indsutri. Tingkat kesiapan rata-rata pembimbing yaitu 88,57% dan mencapai kesiapan sangat tinggi.
Dunia usaha/industri sebagai tempat untuk belajar dan mendidik siswa dalam hal ketrampilan yang tidak didapatkan di sekolah dan sebagai tempat untuk membentuk iklim kerja bagi siswa diharapkan mempunyai sarana dan prasarana yang memadai dan lengkap untuk dapat menunjang proses pembelajaran tersebut. Kesiapan fasilitas sarana dan prasarana yang digunakan untuk prakerin mencapai tingkat kesiapan tinggi yaitu 76,28%. Namun apabila dilihat dari kesiapan masing-masing DU/DI, ada DU/DI yang memiliki kesiapan rendah yaitu 35,7%.
Kegiatan siswa yang dilakukan di DU/DI meliputi aspek teknis dan non teknis. Aspek teknis adalah melaksanakan aktivitas sesuai bidang produksi/jasa DU/DI tersebut diantaranya adalah perbaikan kerusakan kendaraan ringan,
berkala, dll. Aspek non teknis yaitu perilaku kerja meliputi kedisiplinan, kerja sama, tanggung jawab, kualitas kerja, dan kekompakan. Rata-rata pelaksanaan kegiatan prakerin di DU/DI mencapai tingkat pelaksanaan sangat tinggi yaitu 86,29%.
Monitoring dilaksanakan oleh tim pokja dan guru pembimbing di awal waktu , pertengahan, dan akhir prakerin. Materi monitoring diantaranya adalah presensi kehadiran, sikap, kinerja, ketercapaian ketrampilan di buku panduan, masukan dari instruktur di DU/DI dan kondisi dari DU/DI sendiri. Apabila lokasi DU/DI berada di dalam wilayah Pacitan maka sewaktu-waktu dapat dilakukan monitoring tambahan di luar jadwal tersebut oleh pembimbing. Tingkat pelaksanaan monitoring mencapai sangat tinggi yaitu 100%.
Uji kompetensi dilaksanakan hanya oleh 3 DU/DI saja, sedangkan yang lain uji kompetensi dilaksanakan terintegrasi dengan pelaksanaan aktivitas siswa sehari-hari dalam melakukan aktivitas keahlian jurusan. Selain itu sistem penilaian dilakukan selama pelaksanaan prakerin yang meliputi aspek teknis (keahlian kejuruan) dan non teknis (sikap dan perilaku kerja). Sedangkan untuk sertifikasi, DU/DI tidak mengeluarkan sertifikat khusus untuk hasil nilai uji kompetensi namun hanya mengisi pada buku agenda siswa yang berasal dari sekolah. Tingkat pelaksanaan uji kompetensi dan sertifikasi mencapai tingkat rendah yaitu 32,92%.
Evaluasi dilaksanakan oleh pokja dan guru pembimbing. Materi yang dievaluasi diantaranya adalah hasil monitoring, pembiayaan, kondisi siswa, ketercapaian tujuan program, hambatan-hambatan yang ada dan solusinya, dll.
Selanjutnya hasil evaluasi disampaikan pada Kepala Sekolah untuk dilapaorkan pada pihak terkait yaitu Dinas Pendidikan, Wali/Orang Tua, dan lembaga yang lain. Tingkat pelaksanaan evaluasi mencapai tingkat pelaksanaan sangat tinggi yaitu 91,67%.
Saran
Kepada pihak terkait yaitu Dirjendikmen, Dinas Pendidikan, Kadin, dan instansi terkait supaya menambah lagi perangkat pendukung prakerin baik berupa buku pedoman, peraturan-peraturan, surat keputusan maupun perangkat yang lain sehingga semua pihak dapat mengetahui dan menggunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan prakerin.
Kelompok kerja agar dapat mencarikan lokasi DU/DI yang akan digunakan prakerin yang memiliki skala menengah ke atas yang memiliki manajemen yang bagus dan sarana memedai sehingga dapat menunjang pembelajaran siswa
Hendaknya pelaksanaan prakerin dilaksanakan di kelas XI semester genap supaya siswa mempunyai bekal ketrampilan yang cukup
Pihak sekolah hendaknya dapat dapat memberi kesempatan pada guru produktif untuk dapat mengikuti pelatihan-pelatihan di industri, magang, atau diklat yang berhubungan dengan keindustrian sehingga kemampuan dan kualitas guru dapat meningkat.
Pihak pokja hendaknya berkoordinasi dengan DU/DI terkait pelaksanaan uji kompetensi dan sertifikasi sehingga siswa benar-benar ada pengakuan secara tertulis di kompetensi tertentu.
A. Fauzan Alfi. (1992). Relevansi Pendidikan Sekolah Terhadap Kemampuan Kerja
Tukang Listrik di Kotamadya Yogyakarta.
Tesis. PPS IKIP Yogyakarta.
Arikunto, Suharsimi. (1988). Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi dan
Kejuruan. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi.
Arikunto, Suharsimi. (1988). Penilaian program Pendidikan. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Arikunto, Suharsimi. (1993). Evaluasi
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Chabib, M. Thoha. (1991).Teknik Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Rajawali Press. Daradjat, Zakiyah (1980). Kepribadian Guru.
Jakarta:Bulan Benang.
Hadi, Setyo. (1993). Validitas Instrumen. Makalah Penataran Pembibingan Skripsi. Yogyakarta : FPTK IKIP Yogyakarta. Hadi, Sutrisno. (1993). Metodologi
Research.Yogyakarta : UGM.
Hafidz, Firdaus. (2009). Pengertian Monitoring
dan Evaluasi. Diakses dari
http://hafidzf.wordpress.com/2009/06/16/ pengertian-monitoring-dan-evaluasi/ .pada tanggal 21 Maret 2013, jam 16.00 WIB. Irwanto, (2004). Pelaksanaan Praktik Industri
Siswa Kelas III Jurusan Teknik Elektro pada Program Keahlian Teknik Instalasi Listrik dan Listrik Pemakaian SMK Negeri 1 Sedayu Bantul Tahun Ajaran
2002/2003. Yogyakarta. Skripsi. UNY.
Jayuz, Hisyham. (2013) . Pengelolaan Pendidikan Sistem Ganda (PSG) di SMK
N 2 Jember. Diakses dari
http://hisyamjayuz.blogspot.com/2013/12/ pengelolaan-pendidikan-sistem-ganda-psg.html. pada tanggal 30 Januari 2013 pukul 12.00 WIB.
Margono (1997). Metodologi Penelitian
Pendidikan. Jakarta : Rineke Cipta.
Muchtar, Buchari (1967). Technik-technik
Evaluasi dalam Pendidikan. Bandung:
Keluarga Mahasiswa Bapemsi.
Mulyadi. (2005). Akuntansi Biaya, edisi ke-6. Yogyakarta: STIE YKPN.
Nurkancana, Wayan dan Sunartana (1986).
Evaluasi Pendidikan. Surabaya:Usaha
Nasional.
Prasetyo, Iis.(2009). Definisi Moitoring dan
Evaluasi. Diakses dari
http://iisprasetyo.blogspot.com/2009/06/d efinisi-monitoring-dan-evaluasi.html. pada tanggal 19 Maret 2013, jam 20.00 WIB.
Purwadarminta. (1986). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka
Rohadi. (1999). Pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda pada Jurusan Elektronika SMK
se-Kotamadya Yogyakarta. Yogyakarta.
Skripsi. IKIP Yogyakarta.
Soekartawi. (1995). Monitoring dan Evaluasi Proyek Pendidikan. Jakarta : PT. Dunia Pustaka Jaya
Soenarto (2003). Kilas Balik dan Masa Depan
Pendidikan dan Pelatihan Kejuruan.
Pidato Pengukuhan Guru Besar. UNY, Yogyakarta
Sonhadji, K. H. Ahmad. (1998). Pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda di Suatu
Sekolah Menengah Kejuruan: Studi Kasus
dengan Pendekatan Kualitatif. Jurnal Forum Penelitian Kependidikan ( nomor 17-34 tahun 10). Menyetujui, Dosen pembimbing, Kir Haryana, M.Pd. NIP. 19601228 198601 1 001