i
UNJUK KERJA KINCIR ANGIN JENIS“DUTCH WINDMILL”DENGAN
VARIASI SUDUT SIRIP
TUGAS AKHIR
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Memperoleh gelar Sarjana Teknik
Program Studi Teknik Mesin
Diajukan oleh :
TRIO PARDOMUAN DONGORAN
NIM : 095214032
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2013
ii
THE PERFORMANCE OF WORKING WINDMILL FOR “DUTCH
WINDMILL”TYPE WITH FIN ANGLE VARIATION
FINAL PROJECT
As partial fulfillment of the requirement
to obtain the SarjanaTeknik degree
Mechanical Engineering Study Program
by
TRIO PARDOMUAN DONGORAN
Student Number:095214032
DEPARTMENT OFMECHANICAL ENGINEERING
FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY
SANATA DHARMA UNIVERSITY
YOGYAKARTA
2013
iii
iv
v
vi
vii
INTISARI
Dewasa ini keberadaan energi fosil semakin berkurang. Dengan eksploitasi
secara besar-besaran, maka dikawatirkan 25 tahun lagi tidak ada energi fosil yang
bisa dimanfaatkan oleh manusia. Oleh karena itu perlu dikembangkan energi
alternatif yang ramah lingkungan sekaligus mudah dalam pemanfaatannya
sehingga dapat menggantikan energi fosil yang semakin berkurang. Salah satu
energi yang dapat dikembangkan adalah energi angin yang sangat melimpah.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kerja kincir angin poros horisontal
berbahan akrilik.
Model kincir angin dibuat dalam empat variasi sudut sirip, yakni
10,20,30dan 40 derajat. Semua model kincir angin yang diuji memiliki diameter
rotor 80 cm. Data yang diambil dalam pengujian kincir angin adalah kecepatan
angin, kecepatan putar kincir dan gaya pengimbang. Sehingga diperoleh daya
kincir (Pout), koefisien daya (CP), dan tip speed ratio (tsr), kemudian dilakukan
perbandingan daya kincir (Pout), koefisien daya (CP), dan tip speed ratio (tsr)
untuk masing-masing variasi sudut sirip kincir.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk kincir angin dengan sudut sirip
Kincir angin dengan sudut sirip 10° menghasilkan koefisien daya (CP)maksimal
20,98% pada tsr 2,25. Kincir dengan sudut sirip 20° menghasilkan koefisien daya
(CP)maksimal19,61% pada tsr 2,79. Kincir dengan sudut sirip 30° menghasilkan
koefisien daya (CP)maksimal 18,19% pada tsr 2,02. Kincir dengan sudut sirip 40°
menghasilkan koefisien daya (CP)maksimal 16,72% pada tsr 1,89
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa kepada Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat yang diberikan dalam penyusunan Tugas Akhir ini sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik.
Tugas Akhir ini merupakan sebagai salah satu syarat yang wajib untuk setiap mahasiswa Jurusan Teknik Mesin. Tugas Akhir ini dilaksanakan dalam rangka memenuhi syarat untuk mendapatkan gelar sarjana S-1 pada Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Berkat bimbingan, dukungan dan nasihat dari berbagai pihak, akhirnya Tugas Akhir ini dapat terselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini dengan segenap kerendahan hati penulis menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Paulina Heruningsih Prima Rosa, S.Si., M.Sc., selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Ir. Petrus Kanisius Purwadi, M.T., selaku Ketua Program Studi Teknik Mesin Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Doddy Purwadianto, S.T., M.T., sebagai Dosen Pembimbing Tugas Akhir dan Kepala laboratoriumkonversi energi.
4. Wibowokusbandono, S.T., M.T., selaku Dosen pembimbing akademik.
5. Seluruh karyawan Laboratorium konversi energi.
6. Luhut Dongoran dan Dahinta Perangin-Angin selaku orang tua penulis, karena kebaikan dan kerendahan hati memberikan semangat pada penulis. Keluarga penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah mendukung penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir.
7. Teman-teman penulis yang tinggal satu kos.
8. Teman-teman Teknik Mesin Universitas Sanata Dharma dan teman-teman lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas segala bantuanya.
ix
Penulis menyadari dalam penulisan Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna. Segala kritik dan saran yang membangun akan sangat penulis harapkan demi penyempurnaan dikemudian hari. Akhir kata seperti yang penulis harapkan semoga tugas akhir ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Yogyakarta,04 Desember 2013
Penulis
x
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR ...v
xii
3.7 Langkah Percobaan ... 19
3.8 Langkah pengolahan data ……….. 20 BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN …………..………..………. 21 4.1 Data Hasil Percobaan ………...………...……...……….. 21 4.2 Pengolahan Data Dan Perhitungan………...…...……… 25 4.2.1 Perhitungan Daya Angin (P in) ...…... 25 4.2.2 Perhitungan Daya Kincir (P out) ....…...……….. 26 4.2.3 Perhitungan Tip speed ratio ...……… 26
4.2.4 Perhitungan Koefisien Daya Kincir (CP) ...………...………. 27
4.3 Hasil Perhitungan ………...…...……….….. 27
4.3.1 Data perhitungan untuk kincir angin dengan variasi sudut sirip 10° ...27
4.3.2 Data perhitungan untuk kincir angin dengan variasi sudut sirip 20° ...29
4.3.4 Data perhitungan untuk kincir angin dengan variasi sudut sirip 30° ………...31
4.3.4 Data perhitungan untuk kincir angin dengan variasi sudut sirip 40° ……… 32
4.4 Grafik hasil perhitungan ……… 34 4.4.1 Grafik untuk variasi variasi sudut sirip 10° ………... 34
4.4.2 Grafik untuk variasi variasi sudut sirip 20° ………...…….. 36 4.4.3 Grafik untuk variasi variasi sudut sirip 30° ………...…. 38
4.4.4 Grafik untuk variasi variasi sudut sirip 40° ………...……. 40
xiii
BAB V PENUTUP ..………... 44
5.1 Kesimpulan ……...………...……….. 44
5.2 Saran ……...……...………...……….………..45
DAFTAR PUSTAKA ……….………...………....………...46
xiv
ISTILAH PENTING
Simbol Keterangan
v Kecepatan angin (m/s)
n Kecepatan putar kincir (rpm)
F Gaya pengimbang (N)
A Luas penampang (m2)
T Torsi (N.m)
ω Kecepatan sudut (rad/sec)
P in Daya yang tersedia (watt)
P out Daya yang dihasilkan (watt)
Tsr Tip speed ratio
CP Koefisien daya
r Jarak lengan torsi (m)
d Diameter kincir (m)
R Jari-jari kincir (m)
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kincir Angin Poros Horisontal ………...….……....6
Gambar 2.2 Kincir Angin Poros Vertikal ...….….. …….. 8
Gambar 2.3 Grafik HubunganAntara Koefisien Daya (CP) Dengan Tip speed ratio (tsr) dari beberapa jenis kincir angin ……...….….. 11
Gambar 3.1 Diagram Alir Langkah-langkah Penelitian ...….…... 12
Gambar 3.4.1skema kincir angin ...……...13
Gambar 3.4.2 Konstruksi Kincir Angin ...….….. 13
Gambar 3.4. Sudu Kincir Angin dengan variasi sudut sirip...……….14
Gambar 3.4.3 Kincir Angin ...…..….. 14
Gambar 3..4.4 Poros penopang Kincir ...…..….. 15
Gambar 3.4.5 Poros penyambung dihubungkan ke sistem pengereman ...….. 16
Gambar 3.4.6 Terowongan angina atau Wind Tunel...……….. 17
Gambar 3.4.7 Blower...……….….... 17
Gambar 3.4.8Tachometer ...……….…… 19
Gambar 3.4.9 Anemometer...………..….. 19
Gambar 3.4.10 Neraca Pegas...………..…… 20
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Data percobaan kincir dengan variasi sudut sirip 10° ...….21
Tabel 4.2.Data percobaan kincir dengan variasi sudut sirip 20° …………..…22
Tabel 4.3. Data percobaan kincir dengan variasi sudut sirip 30° .….…………23
Tabel 4.3. Data percobaan kincir dengan variasi sudut sirip 40° .….…………24
Tabel 4.5 - Tabel 4.7. Data hasil perhitungan untuk sudut potong 10°
………...….………....27
Tabel 4.8 – Tabel 4.10. Data hasil perhitungan untuk sudut potong 20°
.….……….………...……29
Tabel 4.11 – Tabel 4.13.Data hasil perhitungan untuk sudut potong 30°
……….………....31
Tabel 4.14 – Tabel 4.18.Data hasil perhitungan untuk sudut potong 40°
……….…………... 32
xvii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Grafik hubungan antara putaran poros kincir dengan beban
torsikincir untuk sudut
sirip10°...………. 34
Grafik 4.2 Grafik hubungan antara daya kincir dengan torsi untuk sudut sirip
10° ...………..………35
Grafik 4.3 Grafik hubungan antara koefisien daya dengan tip speed ratio untuk
variasi sudut sirip10°
...…...……….35
Grafik 4.4 Grafik hubungan antara putaran poros kincir dengan beban torsi
untuk variasi sudut sirip20°
...………...…………36
Grafik 4.5 Grafik hubungan antara daya kincir dengan torsi untuk variasi sudut
sirip... ...37
Grafik 4.6 Grafik hubungan antara koefisien daya dengan tip speed ratio untuk
variasi sudut sirip20° ...…………...37
Grafik 4.7 Grafik hubungan antara putaran poros kincir dengan beban torsi
untuk variasi sudut sirip30°
...……...…...……....38
Grafik 4.8Grafik hubungan antara daya kincir dengan torsi untuk variasi sudut
sirip30°
...………..…….……39
Grafik 4.9 Grafik hubungan antara koefisien daya dengan tip speed ratio untuk
xviii
Grafik 4.10 Grafik hubungan antara putaran poros kincir dengan beban torsi
untuk variasi sudut sirip40°
...…………...…...40
Grafik 4.11Grafik hubungan antara daya kincir dengan torsi untuk variasi sudut
sirip40°
...……….…41
Grafik 4.12 Grafik hubungan antara koefisien daya dengan tip speed ratio untuk
variasi sudut sirip40° ...………..41
Grafik 4.13Grafik gabungan antara koefisien daya (cp) dan tips speed ratio (tsr)
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Penggunaan energi listrik sangat diperlukan sekali oleh masyarakat.
Masyarakat yang maju atau berkembang umumnya memerlukan listrik dalam
jumlah besar dengan biaya serendah mungkin, maka dari itu banyak orang
melakukan eksperimen dengan mencoba energi alternatif untuk menghasilkan
listrik dengan biaya yang murah dan aman bagi lingkungan. Di indonesia banyak
sekali energi alternatif yang dapat dimanfaatkan seperti energi surya, energi air,
panas bumi, dan energi angin. Dari sekian banyak sumber energi yang paling
mudah dimanfaatkan adalah energi angin karena angin ada dimana-mana sehingga
mudah didapatkan dan biaya yang dibutuhkan tidak begitu mahal, untuk
menghasilkan listrik dengan tenaga angin dibutuhkan kincir angin yang berguna
untuk menangkap angin dan menggerakkan generator yang kemudian
menghasilkan energi listrik.
Ada banyak jenis kincir angin yang dikembangkan. Jenis-jenis kincir
angin diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu kincir angin dengan poros vertikal
dan kincir angin dengan poros horisontal, yang masing-masing jenis mempunyai
berbagai macam bentuk kincir angin.
Disini yang penulis buat adalah kincir angin poros horisontal dengan dua
sudu. Dengan jenis “DUTCH WINDMILL” karena bentuknya sederhana dan
bahannya dapat dingunakan dengan bahan- bahan yang sederhana kincir angin ini
banyak di pergunakan oleh petani garam di pesisir utara jawa. Penelitian tentang
kincir jenis “DUTCH WINDMILL”belum banyak di telititentang jenis kincir anginini.
2
1.2 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah :
a. Membuat model kincir angin jenis “DUTCH WINDMILL” yang
bersirip
b. Mengetahui sifat-sifat kincir angin “DUTCH WINDMILL”dengan
variasi sudut sirip (10°,20°,30°,40°)
c. Mengetahui koefisien daya (Cp) dan tip speed ratio (tsr) yang
dihasilkan kincir angin.
d. Membandingkan daya yang dihasilkan kincir angin untuk
empatVariasisudutsirip kincir dengan bentuk dan ukuran yang
sama.
1.3. Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah :
a. Menjadi sumber informasi mengenai unjuk kerja kincir angin dua
sudu berbahan akrilik/dengan variasi sudut sirip sama.
b. Memberi manfaat bagi pengembangan teknologi energi terbarukan
di indonesia, khususnya energi angin.
c. Menjadi sumber refrensi bagi masyarakat di daerah dengan potensi
energi angin yang besar untuk memberdayakan energi tepat guna.
1.4. Perumusan masalah
Masalah yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah :
a. Indonesia adalah negara yang memiliki potensi energi angin yang
cukup besar.
b. Diperlukan kincir angin yang mampu mengkonversi energi angin
3
1.5. Batasan masalah
Batasan masalah yang ada dalam penelitian ini adalah :
a. Kincir angin tipe Dutch WindmilL dengan dua sudu
b. Sebagai bahan uji dibuat kincir angin dari bahan akrilik/kaca mika
dan sudunya dari bahan yang sama dalam bentuk yang sama
dengan Variasisudutsirip 10,20,30,dan 40 derajat
c. Kincir anin ini di uji pada terowongan angin dengan 3 variasi
kecepatan angin
4
bertemperatur tinggi, udara akan memuai dan massa jenis udara akan turun,
sehingga tekanan udara di daerah tersebut akan rendah. Tekanan rendah ini
akan diisi oleh udara yang datang dari tekanan yang lebih tinggi.
Kecepatan angin sangat dipengaruhi oleh beberapa hal : pertama, oleh
letak tempat atau topografi, dimana jika angin menerpa pada topografi
berupa gunung, angin akan cenderung naik dan jika angin menerpa pada
topografi berupa dataran, maka angin akan cenderung lurus-lurus saja.
Kedua, saat angin bergerak di atas daratan dan lautan juga sangat berbeda.
Walau bagaimanapun angin yang bergerak di daratan akan cenderung
mengikuti keadaan permukaan daratan, berbeda jika angin yang berhembus
di atas lautan maka ia akan ikut mempengaruhi bentuk muka air laut,
bahkan pergerakan arus di atas laut. Sehingga ia lebih bebas bergerak di atas
lautan daripada di daratan. Ketiga, adanya pepohonan sangat berpengaruh
jika pohon tersebut cukup tinggi, maka akan menggangu laju angin.
Indonesia memiliki potensi angin yang cukup baik, karena sebagian
pulau memiliki potensi angin yang bisa dimanfaatkan sebagai pembangkit
listrik tenaga angin, tentunya dengan bantuan alat yang kita sebut dengan
kincir angin. Kepulauan yang memiliki potensi tersebut diantaranya
kepulauan Sumbawa, Sumba, Lombok, dan Bali yaitu sebesar 4,5 sampai
5,8 m/s. ( Mulyani, 2008 ).
5
2.2. Kincir Angin
Kincir angin adalah sebuah alat yang digerakkan oleh tenaga angin sehingga
menghasilkan energi mekanik atau gerak. Kincir angin dulunya banyak ditemukan
di Belanda, Denmark, dan negara-negara eropa lainya yang pada waktu itu banyak
digunakan untuk irigasi, menumbuk hasil pertanian, dan penggilingan gandum.
Istilah yang dipakai untuk menamai kincir pada waktu itu adalah Windmill.
(Sumber : [2]) Berdasarkan posisi poros kincir angin dibedakan menjadi dua kelompok utama, yaitu kincir angin poros horizontal dan kincir angin poros
vertikal. Dalam penelitian ini akan dikembangkan mengenai kincir angin poros
horizontal.
2.2.1. Kincir Angin Poros Horizontal
Kincir Angi Poros Horizontal atau Horizontal Axis Wind Turbin (HAWT)
adalah kincir angin yang memiliki poros utama sejajar dengan tanah dan arah
poros utama sesuai dengan arah angin. Kincir ini terdiri dari sebuah menara dan
kincir yang berada pada puncak menara tersebut. Poros kincir dapat berputar 360:
terhadap sumbu vertikal untuk menyesuaikan arah angin.
( Sumber :[3])
Beberapa jenis kincir angin poros horizontal yang telah banyak dikenal
diantaranya ditunjukkan pada Gambar 2.2.1 berikut :
a. Kincir angin American WindMill.
b. Kincir angin Cretan Sail Windmill.
c. Kincir angin Dutch four arm.
d. Kincir angin Rival calzoni.
6
a. Kincir angin American WindMill b. Kincir angin Cretan SailWindmill
c. Kincir angin Dutch four arm d. Kincir angin Rival calzoni
Gambar 2.1 Kincir Angin Poros Horizontal (Sumber : www.fineartamerica.com)
Kelebihan kincir angin poros horizontal adalah :
1. Mampu mengkonversi energi angin pada kecepatan tinggi.
2. Banyak digunakan untuk menghasilkan energi listrik dengan skala besar.
3. Material yang digunakan lebih sedikit.
4. Memiliki faktor keamanan yang lebih baik karena posisi sudu yang
berada diatas menara.
5. Kecepatan putar lebih besar dari pada kecepatan angin yang diakibatkan
gaya angkat atau lift force oleh angin.
7
Adapun kelemahan yang dimiliki oleh kincir angin poros horizontal adalah :
1. Kontruksi yang tinggi dapat menyulitkan dalam pemasangan kincir.
2. Perlu adanya mekanisme tambahan untuk menyesuaikkan denga arah
angin.
3. Biaya pemasangannya mahal.
2.2.2. Kincir Angin Poros Vertikal
Kincir angin poros vertikal adalah salah satu jenis kincir angin yang posisi
porosnya tegak lurus dengan arah angin atau dengan kata lain kincir jenis ini dapat
mengkonversi tenaga angin dari segala arah kecuali arah angin dari atas atau
bawah.Kincir jenis ini menghasilkan torsi yang besar daripada kincir angin poros
horisontal.
Kelebihan kincir angin poros vertikal adalah :
1. Dapat menerima arah angin dari segala arah.
2. Memiliki torsi yang besar pada putaran rendah.
3. Dapat bekerja pada putaran rendah.
4. Tidak memerlukan mekanisme yaw.
5. Biaya pemasangan lebih murah.
Sedangkan kelemahan dari kincir angin poros vertikal adalah sebagai berikut :
1. Karena memiliki torsi awal yang rendah, diperlukan energi untuk mulai
berputar.
2. Bekerja pada putaran rendah, sehingga energi angin yang dihasilkan kecil.
3. Dari konstruksinya berat poros dan sudu yang bertumpu pada bantalan
merupakan beban tambahan.
8
Beberapa jenis kincir angin poros vertikal yang ada di sekitar kita diantaranya
seperti terlihat pada Gambar 2.2
a. Kincir angin Darrieus b. Kincir angin Savonius
Gambar 2.2 Kincir Angin Poros Vertikal (Sumber :
http://wikipedia.org/Kincir_angin)
2.2.3. Kincir Angin American Wind Mill
Kincir angin jenis american wind mill merupakan salah satu dari kincir
angin poros horisontal yang biasanya bersudu dua,tiga,empat,atau juga bersudu
banyak.Kincir jenis ini dapat bekerja pada putaran yang tinggi sehingga dapat
menghasilkan daya listrik yang besar.
2.2.4. Faktor yang mempengaruhi kincir angin
a. Energi potensial yang terdapat pada angin dapat memutarkan
sudu-sudu yang terdapat pada kincir angin tersebut.
b. Energi kinetik adalah energi yang dimiliki oleh suatu benda akibat
gerakan benda tersebut, yang dapat dirumuskan :
Energi kinetik = ½ m.V2...……….…(1)
m = massa (kg)
V = kecepatan dari benda yang bergerak
9
c. Daya angin (𝑃𝑖𝑛) adalah daya yang dibangkitkan oleh angin pada tiap luasan sudu, yang dapat dirumuskan :
𝑃𝑖𝑛 = ½
𝝆.A.V3.………...………...…...(2)
𝝆 = massa jenis udara (kg)
A = luas penampang sudu (m)
V = kecepatan aliran angin (m/s)
d. Tip speed ratio (tsr) adalah perbandingan kecepatan pada ujung-ujung
sudu yang berputar, tsr dapat dirumuskan :
𝑡𝑠𝑟 =2.𝜋.𝑟.𝑛 60.𝑣
………...……(3)
r = jari jari lingkaran / penampang sudu kincir.
n = putaran kincir.
e. Daya yang dihasilkan kincir (𝑃𝑜𝑢𝑡) adalah daya yang dihasilkan kincir akibat adanya angin yang melintasi sudu kincir. Sehingga daya kincir
yang dihasilkan oleh gerakkan melingkar kincir dapat dirumuskan :
𝑃𝑜𝑢𝑡= T . ω
sumbu poros kincir yang berputar, untuk perhitungan torsi dapat
dihitung dengan menggunakan rumus :
T = F . r
………..……(5)
F = gaya (N)
10
r = panjang lengan torsi (m)
g. Kecepatan sudut kincir adalah kecepatan putar kincir dalam satuan
radian per detik. Kecepatan sudut dapat dihitung dengan menggunakan
rumus :
𝜔= 2𝜋
60 .𝑛 .….……...…….…….(6)
h. Power coefficient ( 𝐶𝑝 ) adalah bilangan tak berdimensi yang menunjukkan perbandingan antara daya yang dihasilkan kincir dengan
daya yang dihasilkan oleh angin . Sehingga CP dapat dirumuskan :
𝐶𝑝 =𝑃𝑃𝑜𝑢𝑡𝑖𝑛
…………...……...(7)
Cp dari suatu kincir angin juga dapat ditentukan dengan grafik
Hubungan antara Cpdan tsr dari beberapa jenis kincir.
Gambar 2.3 Grafik Hubungan antara Cp dan tsr dari beberapa jenis kincir .
(Sumber : Wind Energy System by Dr. Gary L . Johns
BAB III
METODE PENELITIAN
11
3.1. Diagram alir penelitian.
Langkahkerja dalam penelitian ini disajikan dalam diagram alir sebagai
berikut :
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian
3.2. Objek penelitian
Perancangan kincir angin poros horizontal.
Pembuatan kincir angin poros horizontal berbahan akrilik. Variasi sudut sirip10,20,30 dan 40 derajat dengan bentuk yang
sama.
Pengambilan data mencari kecepatan angin, nilai putaran poros kincir dan gaya pengimbang pada kincir angin.
Pengolahan data mencari daya angin, daya kincir, CP, dan tsr,kemudian membandikan
antara daya kincir, CP, dan tsr pada
masing-masing variasi sudut sirip kincir angin.
Analisis serta pembahasan data dan pembuatan laporan.
Selesai MULAI
12
Objek penelitian ini adalah kincir angin poros horizontal dua sudu
berdiameter 80 cm dengan variasi sudut sirip (10,20,30dan 40 derajat),
dengan bentuk yang sama.
3.3. Waktu dan tempat penelitian
Proses pembuatan kincir, pengambilan data, dan penelitian dimulai pada
semester ganjil tahun ajaran 2012/2013 di Laboratorium Konversi Energi
Jurusan Teknik Mesin Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3.4. Alat dan bahan
Model kincir angin dengan bahan bahan akrilik ukuran 3 mili dapat
dilihat pada Gambar 3.4.1
Gambar 3.4.1 kincir angin.
13
Gambar 3.4.2. Konstruksi kincir angin.
Gambar 3.4.3.
14
Gambar 3.4.4
Kincir angin tersebut memiliki beberapa bagian penting yaitu :
1. Sudu Kincir
Sudu kincir berfungsi untuk menangkap angin yang datang, terbuat dari
akrilik ukuran 80cm dengan tebal 3 mm. Banyak sudu yang dipakai dua
buah. Ada empat macam variasi sudut sirip yaitu sudut potong 10, 20, dan
40 derajat
2. Poros penopang kincir untuk menopang piringan kincir agar dapat berputar
Gambar 3.4.4 Poros penopang kincir
15
3. Poros penyangga berfungsi sebagai penyangga mekanisme kincir
keseluruhan.
4. Poros pada ujung kincir dan poros pada sistem pengereman dihubungkan
dengan menggunakan poros penyambung, kemudian sistem pengereman
diberi beban berupa karet untuk mengetahui besarnya torsi dan putaran
Gambar 3.4.5 Poros penyambung dihubungkan ke sistem pengereman
Dalam pengambilan data digunakan beberapa peralatan penunjang,
diantaranya :
1. Terowongan Angin
Terowongan angin atau wind tunneladalah sebuah lorong
berukuran 1,2 m × 1,2 m × 2,4 m yang berfungsi sebagai tempat dimana
angin bergerak dengan kecepatan tertentu sekaligus merupakan tempat
pengujian kincir angin, seperti ditunjukkan pada Gambar 3.4.6 Di dalam
lorong udara tekanannya dibuat lebih rendah dari tekanan lingkungan
sekitar, tujuannya agar udara bergerak dengan kecepatan tertentu.
Kecepatan angin dapat diatur dengan cara mengatur jarak antara wind
tunnel dan blower sesuai keinginan.
16
Gambar 3.4.6 Terowongan Angin atau Wind Tunel
2. Blower
Blower adalah alat yang digunakan untuk menurunkan tekanan di dalam
terowongan angin sehingga angin dapat berhembus dengan kecepatan
tertentu. Blower digerakkan oleh motor listrik berdaya 5,5 kW, dapat dilihat
pada gambar 3.4.7
Gambar 3.4.7. Blower
17
3. Takometer
Takometer (tachometer) adalah alat yang digunakan untuk mengukur
putaran poros kincir angin sebagai data yang dibutuhkan. Jenis tachometer
yang digunakan adalah digital light takometer, prinsip kerjanya
berdasarkan pantulan yang diterima sensor dari reflektor, reflektor ini
berupa benda warna yang dapat memantulkan cahaya dan dipasang pada
poros.Takometer ditunjukkan pada Gambar 3.4.8
Gambar 3.4.8
4. Anemometer
Anemometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur kecepatan
angin sesuai dengan data yang dibutuhkan. Anemometer diletakkan didepan
terowongan angin, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.4.9
Gambar 3.4.9
18
5. Neraca Pegas
Neraca pegas digunakan untuk mengukur gaya pengimbang torsi kincir
angin saat kincir berputar. Neraca pegas dihubungkan pada kopling dengan
jarak yang telah ditentukan. Neraca pegas ditunjukkan pada Gambar 3.4.10
Gambar 3.4.10
3.5. Variabel penelitian :
Variabel dalam penelitian ini adalah :
1. Variasi sudu dengan empat macam variasi sudut sirip
(10, 20, 30,dan 40 derajat sudut potong) dengan bentuk yang sama.
2. Variasi pembebanan yaitu dari posisi kincir berputar maksimal
sampai posisi kincir diam.
3. Variasi kecepatan angin dilakukan dengan 3 posisi variasi kecepatan
angin yang dilakukan di dalam terowongan angin.
3.6. Parameter yang diukur :
Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah :
1. Kecepatan angin, (m/s)
2. Gaya pengimbang, (N)
3. Putaran kincir, (rpm)
19
3.7Langkah percobaan
Pengambilan data kecepatan angin, beban, dan kecepatan putar kincir
dilakukan secara bersama-sama. Hal pertama yang dilakukan adalah
memasang kincir angin pada terowongan angin. Selanjutnya untuk
pengambilan data memerlukan proses sebagai berikut :
1. Memasang neraca pegas yang dihubungkan ke sistem pengereman.
Seperti pada Gambar 3.7.1
.
Gambar 3.7.1
2. Menempatkkan anemometer dan takometer pada tempatnya.
3. Setelah semua siap blower siap untuk dihidupkan
4. Pengaturan kecepatan angin dilakukan dengan cara menggeser blower
dengan troli pada angka kecepatan angin yang diinginkan.
5. Setelah mendapatkan kecepatan angin yang konstan kemudian dimulai
mengukur kecepatan putaran, kecepatan angin, dan besarnya torsi.
6. Langkah tersebut diulangi sampai kondisi kincir berhenti, dengan lima
variasi kecepatan angin.
20
3.7. Langkah pengolahan data.
Dari data yang telah didapat, maka data tersebut dapat diolah dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Setelah diketahui kecepatan angin (V) dan luasan kincir (A), maka
dapat dicari daya angin (Pin).
2. Dari pembebanan di dapat gaya pengimbang (F) yang dapat digunakan
untuk mencari torsi (T).
3. Data putaran poros kincir (n) dan torsi (T) dapat digunakan untuk
mencari daya kincir (Pout).
4. Dengan membandingkan kecepatan keliling diujung sudu dan
kecepatan angin, maka tip speed ratiodapat dicari.
5. Dari data daya kincir (Pout) dan daya angin (Pin) maka koefisien daya
(Cp)dapat diketahui.
21
BAB IV
PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Data hasil percobaan.
Data hasil percobaan kincir angin untuk masin-masing variasi derajad sudut sirip dapat dilihat pada tabel 4.1 , 4.2 , dan 4.3, dibawah ini.
Tabel 4.1. Data percobaan kincir dengan sudut sirip 10°
22
Tabel 4.2. Data percobaan kincir dengan sudut sirip 20°
23
Tabel 4.3. Data percobaan kincir dengan sudut sirip 30°
24
Tabel 4.4. Data percobaan kincir dengan sudut sirip 40°
25
Data dari hasil percobaan kincir dua sudu dengan jarak pembebanan dari
sistem pengereman ke sumbu poros kincir adalah 0,2 m dan luas penampang
kincir 0,5 m. Percobaan dilakukan tiap tiga kali variasi kecepatan angin
dengan variasi sudut potong kincir yang berbeda. Percobaan dilakukan
sampai kincir berhenti berputar pada setiap variasi kecepatan angin
4.2. Pengolahan data dan perhitungan.
4.21. Besarnya daya angin (Pin) yang diterima kincir dengan luas
penampang 0,5 m dengan kecepatan angin 8,63 m/s. Maka daya angin
dapat dicari dengan Persamaan 2
= ½ 𝝆.A.V3
= 1,16 . 0,5 m . (8.63m/s)3
= 186.07 watt
Jadi daya yang tersedia pada angin adalah 186.07 watt
4.2.2. Besarnya daya kincir (Pout) dapat dicari dengan persamaan 4 dengan
terlebih dahulu mencari kecepatan sudut dan torsi, yang dicari dengan
Persamaan 5 dan 6 :
𝜔 = 2𝜋 60 .𝑛
=2𝜋
60 .401.5rpm
26 = 42.03𝑟𝑎𝑑/𝑠
Maka kecepatan sudut yang didapatkan adalah 42.03𝑟𝑎𝑑/𝑠
T = F . r
= 2.6 N . 0,2 m
= 0,52 N.m
Sehingga torsi yang didapatkan adalah 0,52 N.m
Maka daya yang dihasilkan kincir adalah
Pout= T . ω
= 0,52 N.m . 42.03𝑟𝑎𝑑/𝑠
=21.85 watt
Sehingga daya yang dihasilkan oleh kincir adalah 21.85 watt
4.2.3. Besarnya tsr (tip speed ratio) dapat dicari dengan Persamaan 3, jadi
besarnya tsr adalah :
tsr = 2.𝜋.𝑟.𝑛
60.𝑣
= 2.𝜋. 0,4 𝑚 . 401.5𝑟𝑝𝑚 60 . 8.63m/s
=1.95
Sehingga tsr yang didapatkan 1.95
27
4.2.4. Besarnya Koefisien daya (Cp) dapat dicari dengan Persamaan 7, jadi
besarnya Cp adalah :
Cp=𝑃𝑜𝑢𝑡
𝑃𝑖𝑛
=21.85𝑤𝑎𝑡𝑡 186.𝑤𝑎𝑡𝑡
= 0,11
4.3. Hasil perhitungan.
Dari percobaan yang telah dilakukan dengan memvariasikan sudut
sirip kincir dan kecepatan angin.Maka data perhitungan diperoleh
sebagai berikut
4.3.1. Data perhitungan kincir angin dengan Variasi sudut sirip 10°.
Data perhitungan kincir angin dengan Variasi sudut sirip 10° dapat
dilihat pada tabel 4.5sampai dengan tabel 4.7.
28
Tabel 4.5. Data perhitungan pada posisi pertama dengan kecepatan angin maksimum 8,72 m/s.
Tabel 4.6.Data percobaan kincir dengan sudut 10°. Kecepatan angin
29
Tabel 4.7. Data percobaan kincir dengan sudut 10°. Kecepatan angin
minimum 5.44 m/s
4.3.2. Data perhitungan kincir angin denganVariasi sudut sirip20°.
Data perhitungan kincir angin dengan Variasi sudut sirip 20° dapat
dilihat pada tabel 4.8sampai dengan tabel 4.10.
Tabel 4.8.Data percobaan kincir dengan sudut 20°. Kecepatan angin
maksimum 8.48 m/s
Tabel 4.9.Data percobaan kincir dengan sudut 20°. Kecepatan angin
medium 7.34 m/s
30
Tabel 4.10.Data percobaan kincir dengan sudut 20°. Kecepatan angin
31
4.3.3. Data perhitungan untuk Variasi sudut sirip30°.
Data perhitungan kincir angin dengan Variasi sudut sirip 30°, dapat
dilihat pada tabel 4.11 sampai dengan tabel 4.13.
Tabel 4.11.Data percobaan kincir dengan sudut 30°. Kecepatan angin
maksimum 8.35 m/s
Tabel 4.13. Data percobaan kincir dengan sudut 30°. Kecepatan angin
medium 7.12 m/s
Tabel 4.13. Data percobaan kincir dengan sudut 30°. Kecepatan angin
minimum 5.14 m/s
32
4.3.4. Data perhitungan untuk Variasi sudut sirip 40°.
Data perhitungan kincir angin dengan Variasi sudut sirip 40°, dapat
dilihat pada tabel 4.14 sampai dengan tabel 4.16.
Tabel 4.14. Data percobaan kincir dengan sudut 40°. Kecepatan
33
Tabel 4.15. Data percobaan kincir dengan sudut 40°. Kecepatan angin
medium 7.36 m/s
Tabel 4.16. Data percobaan kincir dengan sudut 40°. Kecepatan angin
34
4.4. Grafik hasil perhitungan
Dari data perhitungan yang diperoleh, kemudian diolah kembali dalam bentuk grafik untuk mengetahui hubungan antara putaran dan torsi, daya kincir dan torsi, serta grafik hubungan antara koefisien daya (CP)
dan tip speed ratio (tsr)
4.4.1. Grafik untuk variasi Variasi sudut sirip kincir 10°
Grafik 4.1 Grafik hubungan antara putaran poros kincir dan beban torsi untuk kincir bersudut sirip10°
Grafik 4.1. menunjukkan kecepatan maksimal 819,0 rpm dengan torsi 0
N.m pada posisi kecepatan angin 1 tanpa pembebanan. Pada posisi
kecepatan angin 2 kecepatan putaran dan torsi mulai berubah tetapi nilai
perubahannya tidak begitu jauh dengan posisi kecepatan angin 1. Pada
posisi kecepatan angin 3 , terjadi perubahan yang agak besar.Ini terjadi
karena pada posisi kecepatan angin 3 kecepatan angin menurun dan beban
pengereman semakin besar hal ini yang menyebabkan putaran menjadi
rendah tetapi torsi yang dihasilkan cukup tinggi.
35
Grafik 4.2. Grafik hubungan antara daya kincir dan beban torsi untuk kincir bersudut sirip10°
Grafik 4.2. menunjukkan pada posisi kecepatan angin 1 yaitu 8,72 m/s,
daya kincir maksimal 25,02 watt dan torsi maksimal 0,48 N.m. Pada posisi
kecepatan angin 2 hasil tidak beda jauh dengan posisi kecepatan angin 1,
karena kecepatan angin sekitar 7,11 m/s. Pada posisi kecepatan angin 3
terjadi penurunan.Ini disebabkan karena kecepatan angin menurun menjadi
sekitar 5,44 m/s.
Grafik 4.3 .Grafik hubungan antara CP dan tsr untuk kincir
bersudut sirip10°
0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00
36
Grafik 4.3. menunjukkan perbandingan antara CP dan tsr menunjukkan
nilai maksimal CP 20,65% padatsr 2,25 . Jika CPyang diperoleh tinggi maka
tsr yang diperoleh rendah, begitupun sebaliknya jika CPyang diperoleh rendah
maka tsr yang diperoleh tinggi.
4.4.2Grafik untuk variasi Variasi sudut sirip kincir 20°.
Grafik 4.4 Grafik hubungan antara putaran poros kincir dan beban torsi untuk kincir bersudut sirip 20°
Grafik 4.4. menunjukkan kecepatan maksimal 766,9 rpm dengan torsi 0
N.m pada posisi kecepatan angin 1 tanpa pembebanan. Pada posisi
kecepatan angin 2 kecepatan putaran dan torsi mulai berubah tetapi nilai
perubahannya tidak begitu jauh dengan posisi kecepatan angin 1. Pada
posisi kecepatan angin 3 , terjadi perubahan yang agak besar.Ini terjadi
karena pada posisi kecepatan angin 3 kecepatan angin menurun dan beban
pengereman semakin besar hal ini yang menyebabkan putaran menjadi
rendah tetapi torsi yang dihasilkan cukup tinggi.
37
Grafik 4.5. Grafik hubungan antara daya kincir dan beban torsi untuk kincir bersudut sirip 20°
Grafik 4.5. menunjukkan pada posisi kecepatan angin 1 yaitu 8,48m/s,
daya kincir maksimal 21,85 watt dan torsi maksimal 0,52 N.m. Pada posisi
kecepatan angin 2 hasil tidak beda jauh dengan posisi kecepatan angin 1,
karena kecepatan angin sekitar 7,34 m/s. Pada posisi kecepatan angin 3
terjadi penurunan.Ini disebabkan karena kecepatan angin menurun menjadi
sekitar 5,09 m/s.
Grafik 4.6.Grafik hubungan antara CP dan tsr untuk kincir
bersudut sirip 20°
Grafik 4.6. menunjukkan perbandingan antara CP dan tsr menunjukkan
nilai maksimal CP 18,53% padatsr 2,80 . Jika CPyang diperoleh tinggi maka
38
tsr yang diperoleh rendah, begitupun sebaliknya jika CPyang diperoleh
rendah maka tsr yang diperoleh tinggi
4.4.3Grafik untuk variasi Variasi sudut sirip kincir 30°.
Grafik 4.7 Grafik hubungan antara putaran poros kincir dan beban torsi untuk kincir bersudut sirip 30°
Grafik 4.7. menunjukkan kecepatan maksimal 819,0 rpm dengan torsi 0
N.m pada posisi kecepatan angin 1 tanpa pembebanan. Pada posisi
kecepatan angin 2 kecepatan putaran dan torsi mulai berubah tetapi nilai
perubahannya tidak begitu jauh dengan posisi kecepatan angin 1. Pada
posisi kecepatan angin 3 , terjadi perubahan yang agak besar.Ini terjadi
karena pada posisi kecepatan angin 3 kecepatan angin menurun dan beban
pengereman semakin besar hal ini yang menyebabkan putaran menjadi
rendah tetapi torsi yang dihasilkan cukup tinggi.
39
Grafik 4.8. Grafik hubungan antara daya kincir dan beban torsi untuk kincir bersudut sirip30°
Grafik 4.8. menunjukkan pada posisi kecepatan angin 1 yaitu 8,35 m/s,
daya kincir maksimal 24,97 watt dan torsi maksimal 0,68 N.m. Pada posisi
kecepatan angin 2 hasil tidak beda jauh dengan posisi kecepatan angin 1,
karena kecepatan angin sekitar 7,12 m/s. Pada posisi kecepatan angin 3
terjadi penurunan.Ini disebabkan karena kecepatan angin menurun menjadi
sekitar 5,14m/s
Grafik 4.9 .Grafik hubungan antara CP dan tsruntuk kincir bersudut
sirip 30°
Grafik 4.9. menunjukkan perbandingan antara CP dan tsr menunjukkan
nilai maksimal CP 18,19% padatsr 2,02 . Jika CPyang diperoleh tinggi maka
0,00
0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 3,50
40
tsr yang diperoleh rendah, begitupun sebaliknya jika CPyang diperoleh
rendah maka tsr yang diperoleh tinggi
4.4.4Grafik untuk variasi Variasi sudut sirip kincir 40°
Grafik 4.10 Grafik hubungan antara putaran poros kincir dan beban torsi untuk kincir bersudut sirip 40°
Grafik 4.10. menunjukkan kecepatan maksimal 473,6 rpm dengan torsi 0
N.m pada posisi kecepatan angin 1 tanpa pembebanan. Pada posisi
kecepatan angin 2 kecepatan putaran dan torsi mulai berubah tetapi nilai
perubahannya tidak begitu jauh dengan posisi kecepatan angin 1. Pada
posisi kecepatan angin 3 , terjadi perubahan yang agak besar.Ini terjadi
karena pada posisi kecepatan angin 3 kecepatan angin menurun dan beban
pengereman semakin besar hal ini yang menyebabkan putaran menjadi
rendah tetapi torsi yang dihasilkan cukup tinggi.
0,0
0,00 0,10 0,20 0,30 0,40 0,50 0,60 0,70 0,80
41
Grafik 4.11. Grafik hubungan antara daya kincir dan beban torsi untuk kincir bersudut sirip 40°
Grafik 4.11. menunjukkan pada posisi kecepatan angin 1 yaitu 8,45 m/s,
daya kincir maksimal 20,48 watt dan torsi maksimal 0,58 N.m. Pada posisi
kecepatan angin 2 hasil tidak beda jauh dengan posisi kecepatan angin 1,
karena kecepatan angin sekitar 7,36 m/s. Pada posisi kecepatan angin 3
terjadi penurunan.Ini disebabkan karena kecepatan angin menurun menjadi
sekitar 5,67m/s
0,00 0,10 0,20 0,30 0,40 0,50 0,60 0,70 0,80
D
0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50
42
Grafik 4.12.nilai maksimal CP 16,89% padatsr 1,65 . Jika CPyang
diperoleh tinggi maka tsr yang diperoleh rendah, begitupun sebaliknya jika
CPyang diperoleh rendah maka tsr yang diperoleh tinggi.
4.13 Perbandingan sudut sirip Grafik antara koefisien daya (cp) dan tips
speed ratio (tsr) (10,20,30,40)derajat
Dari pengujian kincir angin dari bahan akrilik ukuran 3mili dengan 4 variasi
sudut sirip yaitu: (10,20,30,40)derajat dalam bentuk yang sama. maka dapat
diambil perbandingan sudut sirip sebagai berikut :
Sudut sirip 10°menunjukkan perbandingan antara CP dan tsr menunjukkan
nilai maksimal CP 20,65% padatsr 2,25 . Jika CPyang diperoleh tinggi maka tsr
yang diperoleh rendah, begitupun sebaliknya jika CPyang diperoleh rendah
maka tsr yang diperoleh tinggi..
Sudut sirip 20°menunjukkan perbandingan antara CP dan tsr menunjukkan
nilai maksimal CP 18,53% padatsr 2,80 . Jika CPyang diperoleh tinggi maka tsr
yang diperoleh rendah, begitupun sebaliknya jika CPyang diperoleh rendah
maka tsr yang diperoleh tinggi.Sudut sirip 30° menunjukkan perbandingan
antara CP dan tsr menunjukkan nilai maksimal CP 18,19% padatsr 2,02 . Jika
CPyang diperoleh tinggi maka tsr yang diperoleh rendah, begitupun sebaliknya
jika CPyang diperoleh rendah maka tsr yang diperoleh tinggi. Sudut sirip 40°.
menunjukkan perbandingan antara CP dan tsr menunjukkan nilai maksimal CP
16,89% padatsr 1,65 . Jika CPyang diperoleh tinggi maka tsr yang diperoleh
43
rendah, begitupun sebaliknya jika CPyang diperoleh rendah maka tsr yang
diperoleh tinggi.
Grafik.4.13.Grafik gabungan antara koefisien daya (cp) dan tips speed
ratio (tsr) (10,20,30,40)derajat
0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00
44
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari pengujian kincir angin dari bahan akrili ukuran 3 mili dengan dua
variasi sudut sirip (10°,20°,30°,40°,) telah dilakukan maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Telah berhasil dibuat kincir angin jenis “Dutch Windmill” dari bahan
agrilik dengan memvariasikan sudut sirip(10°,20°,30°,40°) dalam bentuk
yang sama.
2. Kincir angin dengan sudut sirip 10° menghasilkan koefisien daya (CP)
maksimal 20,98% pada tsr 2,25. Kincir dengan sudut sirip 20°
menghasilkan koefisien daya (CP) maksimal 19,61% pada tsr 2,79. Kincir
dengan sudut sirip 30° menghasilkan koefisien daya (CP) maksimal
18,19% pada tsr 2,02. Kincir dengan sudut sirip 40° menghasilkan
koefisien daya (CP) maksimal 16,72% pada tsr 1,89
3. Besar kecilnya sudut sirip mempengaruhi unjuk kerja kincir angin. Pada
kincir angin dengan sudut sirip 10° daya kincir (Pout), koefisien daya (CP)
dan tip speed ratio (tsr) yang diperoleh lebih besar dibandingkan kincir
angin dengan sudut sirip 20° , 30°dan 40°.
45
5.2.Saran
Untuk lebih meningkatkan unjuk kerja kincir anginjenis
“DutchWindmill” perlu dilakukan percobaan lebih lanjut tentang variasi
sudut sirip dengan mencoba merubah panjang sirip atau diameter kincirnya
antara 10°,20°,30° sampai dengan 40°, hingga menemukan sudut sirip
yang dapat menghasilkan daya kincir (Pout), koefisien daya (Cp) dan tsr
yang lebih baik.
46
DAFTAR PUSTAKA
Andika, N.M, Triharyanto, T.Y., Prasetya, O.R. 2008. Kincir Angin Sumbu
Horisontal Bersudu Banyak. Yogyakarta.
Daryanto. Y. 2007. Kajian Potensi Angin Untuk Pembangkit Listrik Tenaga Bayu.
BALAI PPTAGG-UPT-LAGG. Diakses : Tanggal 5 Agustus 2007.
Johnson, G.L. 2006. Wind Energy System. Manhattan. Diakses : Tanggal 12
Agustus 2012.
Johnson, G.L. 1997. The Search for A New Energy Source. Manhattan. Diakses :
Tanggal 12 Agustus 2012.
Mulyani, 2008. Kajian Potensi Angin Indonesia. Central Library Institute
Technology Bandung. Diakses : Tanggal 28 Agustus 2012.
Sastrowijoyo, F. 2008. Permasalahan Yang Sering Terjadi Pada Sistem Wind
Turbine di Indonesia. Alamat web: http://konversi.wordpress.com.
Diakses : Tanggal 28 Agustus 2012.
Sutrisna, F. K. 2011. Prinsip kerja Pembangkit Listrik Tenaga Angin. Alamat web
: http://indone5ia.wordpress.com. Diakses : Tanggal 28 Agustus 2012.
www. wikipedia.org/wiki/Kincir angin. : Diakses tanggal 22 Februari 2012
www. Fineartamerica.com : Diakses tanggal 22 Februari 2012