• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Abstrak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Abstrak"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Abstrak

Kenaikan harga minyak dan gas pada tahun 1973 telah mendorong pertumbuhan industri offshore termasuk usaha mencari ladang-ladang minyak dan gas baru di perairan yang lebih dalam dengan kondisi laut yang semakin ganas. Dengan demikian, meningkatnya harga minyak dunia dari satu segi telah mendorong bertambahnya aktivitas di lepas pantai, dan tentunya juga bertambahnya kebutuhan bangunan-bangunan laut yang baru. Untuk menghadapi permasalahan ini, bangunan laut yang akan dioperasikan adalah jenis-jenis yang dianggap efektif dari segi biaya, seperti jenis-jenis anjungan apung, anjungan lentur ataupun instalasi bawah laut.

Jenis struktur lepas pantai yang digunakan sekarang ini sangat banyak, namun sebagian besar struktur lepas pantai yang ada saat ini digunakan untuk eksplorasi dan ekploitasi minyak bumi dan gas alam. Salah satu jenis struktur bangunan lepas pantai yang sering digunakan adalah jacket. Jacket dikembangkan untuk operasi di laut dangkal dan laut sedang yang dasarnya tebal, lunak dan berlumpur. Setelah jacket ditempatkan di posisi yang diinginkan, pile dimasukkan melalui kaki bangunan dan dipancang dengan hammer sampai menembus lapisan tanah keras kemudian deck dipasang dan dilas.

Pada Tugas Akhir ini akan dirancang struktur jacket tipe triangle dengan mempertimbangkan beban badai yang dianalisa secara inplace. Analisa inplace merupakan salah satu aspek penting untuk diperhatikan dalam perencanaan struktur jacket. Analisa struktur jacket didasarkan pada peraturan-peraturan yang berlaku, yaitu API RP 2A-WSD 2000 dan AISC. Analisa struktur dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak (software) SACS 5.2 (Stucture Analysis Computer System 5.2).

BAB I PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG

Aktivitas industri lepas pantai (offshore) pertama muncul di tahun 1947 hingga sekarang ini

banyak bergerak dibidang eksplorasi dan

eksploitasi ladang minyak/gas di lepas pantai. Di tahun 1947 untuk pertama kalinya anjungan lepas pantai struktur baja terpancang dengan berat 1200 ton yang diinstalasikan di Teluk Mexico pada kedalaman laut 20 feet (6 m).

Perkembangan industri offshore selama ini sangat tergantung dengan perkembangan industri minyak dan gas. Kenaikan harga minyak/gas pada tahun 1973 telah mendorong pertumbuhan industri offshore termasuk usaha mencari ladang-ladang minyak/gas baru di perairan yang lebih dalam dengan kondisi laut yang semakin ganas. Dengan demikian, meningkatnya harga minyak dunia dari satu segi telah mendorong bertambahnya aktivitas di lepas pantai, dan tentunya juga bertambahnya kebutuhan bangunan-bangunan laut yang baru.

Fungsi utama struktur anjungan lepas pantai

(offshore platform) adalah mampu mendukung

bangunan atas beserta fasilitas operasionalnya diatas air laut selama waktu operasi dengan aman. Terlepas dan jenis operasionalnya, gerakan horizontal dan vertikal suatu struktur offshore

platform merupakan kriteria penting yang sangat

menentukan perilaku anjungan tersebut diatas air. Berdasar jenis konstruksi, maka struktur anjungan lepas pantai (offshore platform) dapat dibedakan atas:

1. Struktur Terpancang

2. Struktur Terapung

3. Struktur Lentur

Dalam tugas akhir yang akan saya ambil,

saya akan membahas tentang struktur

terpancang dalam cakupan ilmu konstruksi

anjungan lepas pantai (offshore structure).

Jenis struktur lepas pantai yang digunakan sekarang ini sangat banyak, namun sebagian besar struktur lepas pantai yang ada pada saat ini

digunakan untuk eksplorasi dan eksploitasi

minyak bumi dan gas alam. Di Indonesia, jenis struktur lepas pantai didominasi oleh tipe jacket

platform. Sebagai contoh struktur anjungan lepas

pantai terpancang ialah jacket steel platform,

gravity platform, monopod, triangle. dll. Struktur

anjungan terpancang sebagian besar digunakan sebagai fasilitas produksi/pengolahan minyak/gas maupun sebagai fasilitas anjungan pendukung produksi (supporting structure).

Jacket merupakan suatu struktur yang

digunakan pada bangunan lepas pantai. Di dalam

perhitungannya, analisa inplace merupakan salah

satu aspek penting yang harus diperhatikan didalam merencanakan stuktur jacket.

Jacket berfungsi untuk melindungi pile agar

tetap pada posisinya, menyokong deck dan melindungi konduktor serta menyokong sub-struktur lainnya seperti boat landing, barge

bumper dan lain-lain.

Jacket dikembangkan untuk operasi di laut

dangkal dan laut sedang yang dasarnya tebal, lunak dan berlumpur. Setelah jacket ditempatkan di posisi yang diinginkan, pile dimasukkan melalui kaki bangunan dan dipancang dengan hammer sampai menembus lapisan tanah keras kemudian dek dipasang dan dilas.

Bahan baku atau material utama struktur

jacket yang digunakan adalah baja. Baja memiliki

(2)

sebagai bahan struktur yang mampu memikul beban statik maupun beban dinamik.

I.2 PERMASALAHAN

Dalam Tugas Akhir merencanakan struktur

jacket tipe triangle, permasalahan yang dibahas

adalah :

Bagaimana perilaku dan kemampuan struktur

jacket tipe triangle pada offshore structure

dalam menerima beban statik (inplace)? Berapa besar respon struktur terhadap beban badai (storm) dengan SACS 5.2?

Bagaimana memodelkan dan mengetahui besaran dari simpangan yang terjadi akibat beban badai terhadap struktur jacket tipe

triangle pada offshore structure?

Bagaimana merencanakan dan menganalisa kekuatan struktur jacket tipe triangle pada

offshore structure akibat beban badai dengan

menggunakan program Bantu SACS 5.2?

I.3 BATASAN MASALAH

Dalam Tugas Akhir ini, ruang lingkupnya adalah sebagai berikut :

Perencanaan ini tidak memperhitungkan segi arsitektur.

Perencanaan ini tidak membandingkan dari segi ekonomi terhadap sistem struktur awal

jacket.

Perencanaan hanya memperhitungkan struktur jacket.

Perencanaan memperhitungkan analisa statik. Perhitungan struktur menggunakan program SACS 5.2.

I.4 TUJUAN

Adapun tujuan yang ingin diperoleh dalam mengerjakan Tugas Akhir ini adalah :

Mengenal struktur jacket pada bangunan lepas pantai khususnya struktur jacket tipe triangle. Suatu struktur jacket harus didesain kuat, artinya mampu menahan semua gaya yang dikenakan pada struktur. Baik gaya akibat beban mati, beban hidup, beban akibat gelombang air laut, beban gempa, maupun pada kondisi paling ekstrim saat terjadi badai. Sehingga, besarnya simpangan yang terjadi akibat pembebanan tersebut sesuai dengan simpangan yang telah direncanakan.

Menghasilkan perencanaan struktur jacket

yang memenuhi syarat-syarat keamanan

struktur berdasarkan peraturan API RP2A-WSD dan AISC.

Mampu untuk merencanakan dan menganalisa kekuatan struktur jacket tipe triangle dengan menggunakan program bantu SACS 5.2.

I.5 MANFAAT

Penyusunan Tugas Akhir ini diharapkan

dapat memberikan manfaat dalam bidang

ketekniksipilan, terutama dalam menambah

wawasan tentang ilmu bangunan lepas pantai.

Output yang dihasilkan dalam Tugas Akhir ini

diharapkan dapat memberi kemudahan bagi para

mahasiswa Teknik Sipil ITS yang ingin

merancang jacket stucture pada bangunan lepas pantai dengan memperhitungkan analisa inplace (inplace analysis) pada kondisi badai (storm

condition) dari suatu struktur lepas pantai dengan

menggunakan program bantu SACS 5.2.

Dengan penyusunan Tugas Akhir ini

diharapkan dapat menjadi referensi untuk

mengembangkan wawasan keilmuan tentang bangunan lepas pantai yang lebih kompleks di Jurusan Teknik Sipil ITS di masa yang akan datang, sehingga dapat menambah wacana baru dalam bidang structural engineering.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

(Sengaja tidak dicantumkan)

Gambar 1.1Foto contoh bangunan lepas pantai

(3)

BAB III METODOLOGI

III.1 DIAGRAM ALIR METODOLOGI

Gambar 3.1 Flow chart metodologi

III.1.1 Studi Literatur

Studi literatur dilakukan dengan tujuan untuk lebih memahami tentang konsep perancangan, pembebanan lingkungan, desain kekuatan struktur baja, dan lain-lain.

III.1.2 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan tujuan untuk masukan (input) perhitungan yang akan dilakukan dalam perencanaan struktur jacket.

Data yang digunakan pada perencanaan

struktur jacket dalam tugas akhir ini

merupakan data asli sesuai dengan kondisi dilapangan yang sumbernya diperoleh dari Jurusan Teknik Kelautan, Fakultas Teknologi

Kelautan - Institut Teknologi Sepuluh

Nopember Surabaya. Berikut adalah beberapa

gambaran data yang akan digunakan dalam perencanaan struktur jacket:

Nama Perusahaan : BP Jawa Barat

Lokasi : Barat Laut dari Laut

Jawa Indonesia, dengan letak koordinat : -Lintang Selatan 006°06 37.20 -Bujur Timur 108°08 59.40

Kedalaman laut : 105 feet (32 meter)

Berat Platform : 1051,97 kips

(525,985 ton)

III.1.3 Kriteria Desain Jacket

Kriteria desain jacket harus diketahui agar kita dapat mengetahui pada bagian mana kita akan mengerjakan bangunan tersebut.

III.1.4 Pemilihan Tipe struktur Jacket

Pemilihan tipe struktur jacket meliputi jarak antar kaki jacket maupun kaki pada

batter, dan pola perangkaan yang akan

digunakan dalam merencanakan struktur jacket juga merupkan hal penting dalam pendesainan struktur jacket.

III.1.5 Pembebanan

Platform atau anjungan adalah struktur

yang khusus didesain untuk kegiatan eksplorasi dan eksploitasi minyak dan gas bumi di lepas pantai. Anjungan harus dapat menahan beban-beban yang bekerja padanya. Beban-beban-beban tersebut diperhitungkan dalam analisis yang dilakukan. Dalam mendesain suatu anjungan, semua beban mulai dari saat fabrikasi, instalasi, sampai saat pengoperasian harus turut diperhitungkan. Namun pada tugas akhir ini, analisa yang dilakukan hanya pada kondisi anjungan tidak beroperasi. Perhitungan beban-beban lingkungan yang bekerja pada struktur mengacu pada rekomendasi yang diberikan API RP2A dan dilakukan berdasarkan data oseanografi dan meteorologi seperti tinggi gelombang, perioda gelombang, kecepatan angin, arus, pasang surut, gempa bumi, kondisi tanah dan lain sebagainya.

Struktur ini menjadi subjek terhadap berbagai macam pembebanan, dimana menurut API RP2A beban yang dapat diterima oleh struktur anjungan lepas pantai adalah sebagai berikut :

Studi literatur Mulai

Pengumpulan data

Kriteria desain Jacket

Pemilihan tipe struktur Jacket

Perhitungan pembebanan

Perencanaan batang tubular dan sambungan

Pemodelan pada program Bantu

Analisa inplace NOT OK OK Kontrol Desain Kesimpulan Selesai Analisa fatigue

(4)

1. Beban Mati 2. Beban Hidup 3. Beban Lingkungan 4. Beban Konstruksi 5. Beban Tambahan 6. Beban Dinamik

III.1.6 Perencanaan Batang Tubular dan Sambungan

1. Batang Tarik

Batang tarik lazim dijumpai pada struktur baja sebagai member (batang) struktural pada struktur rangka berjenis menara. Keadaan batas kekuatan yang berpengaruh bagi suatu batang tarik dapat berupa :

a. Pelelehan penampang lintang bruto batang

pada tempat yang jauh dari titik

sambungan

b. Retakan dari suatu luas bersih efektif

(yakni melalui lubang-lubang) pada

sambungan.

2. Batang Tekan

Pada umumnya batang tekan akan mengalami buckling (tekuk) atau lenturan tiba-tiba akibat ketidakstabilan sebelum mencapai kekuatan penuh material baja tersebut. Hanya batang yang sangat pendek saja yang dapat dibebani sampai ke tegangan lelehnya. Karena itu diperlukan pengetahuan yang mendalam tentang stabilitas tekan untuk desain batang tekan dalam struktur baja.

III.1.7 Pemodelan Pada Program Bantu (SACS 5.2)

Setelah semua tahapan penentuan

konfigurasi struktur dan penentuan member serta beban lingkungan maka akan dilakukan permodelan struktur dengan software SACS 5.2 yang meliputi pembuatan model geometri, pendefinisian member section dan material

property, tumpuan model beban independen

dan kombinasi sesuai standar API-RP2A.

III.1.8 Analisa Inplace

Setelah semua unsur permodelan selesai dilakukan maka dilakukan analisa statis terhadap struktur global dengan tujuan untuk memperoleh data member stress, deflection, reaksi tumpuan, unity check serta joint

punching shear check. Analisa inplace

dilakukan secara terpisah dengan

menggabungkan beban lingkungan yang

maksimum antara 1 tahun dan 100 tahun

dengan beban operasional platform untuk

memperoleh beban lingkungan yang

kondisinya paling merugikan untuk dianalisa. Analisa inplace dapat dibagi menjadi dua kondisi, yaitu :

1. Kondisi operasi

Pada kondisi ini, anjungan beroperasi secara normal sehingga struktur menerima seluruh beban yang kerja yang ada. Beban lingkungan yang terjadi pada struktur seperti beban gelombang, angin, dan arus diambil harga ekstrim untuk periode ulang 1 tahun.

2. Kondisi badai

Kondisi ini merupakan kondisi terjadinya badai pada lokasi struktur. Pada kondisi ini tidak akan ada beban work over rig live, dan beban hidup yang bekerja pada tiap level

deck tereduksi 25%. Selain itu, crane

dianggap tidak bekerja akibatnya, hanya ada nilai beban crane vertikal saja. Allowable

stress dari tiap batang dinaikan harganya

sebesar 133% menurut peraturan dari AISC. Dalam tugas akhir ini, analisa inplace dalam perencanaan struktur jacket yang lebih ditekankan adalah pada saat kondisi badai (storm condition) yang dilakukan dengan bantuan software SACS 5.2 (Structure Analysis Computer System). Analisa dilakukan dengan anggapan bahwa struktur dan pile mempunyai kekakuan linier, dan tanah mempunyai kekakuan non linier. Kekakuan model ditentukan oleh batang batang struktur utama dari deck,

caisson, brace, dan pile. Konduktor dan boatlanding dianggap bukan merupakan

bagian dari struktur, sehingga tidak

memberikan konstribusi terhadap kekakuan struktur, tetapi hanya menyalurkan gaya lingkungan yang diterima kepada struktur utama. Beban lingkungan yang bekerja seperti beban gelombang, angin dan arus

dianggap sebagai beban statik dan

dikombinasikan dari 8 arah penjuru mata angin.

(5)

BAB IV

PERANCANGAN STRUKTUR JACKET

IV.1 DATA PERANCANGAN DAN

PEMBEBANAN STRUKTUR

Pemodelan struktur jacket dilakukan dengan bantuan software SACS 5.2. Semua data yang digunakan pada pemodelan struktur jacket dalam tugas akhir ini, baik berupa data beban, data lingkungan, maupun data struktur merupakan data asli sesuai dengan kondisi yang ada dilapangan.

IV.1.1 Data Beban Geladak

Beban yang digunakan dalam input data untuk perancangan struktur jacket adalah beban geladak/deck (topside loads) yang nantinya akan didistribusi ke kaki geladak (deck leg). Data beban yang akan digunakan adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1 Data beban geladak/topside loads

LOAD LOAD QUANTITY

Dead Load 176.08 kips.

Live Load Cellar Deck 295.18 kips. Live Load Main Deck 580.17 kips. Total Topside Loads 1051.97 kips. IV.1.2 Data Lingkungan

Kondisi lingkungan merupakan faktor

dengan pengaruh terbesar pada kebutuhan

kekuatan dan ruangan minimal bagi sebuah anjungan lepas pantai. Angin, badai, arus, dan gelombang tidak hanya membawa beban lateral pada anjungan, namun juga mempersulit dukungan logistik bahan-bahan yang dibutuhkan bagi kegiatan di anjungan, yang kemudian akan memperbesar jumlah storage yang dibutuhkan, dan secara mencolok akan memperbesar

payload, yaitu beban pada modul geladak

anjungan. Selanjutnya, akibat payload

membesar, akan dibutuhkan struktur yang lebih besar.

Data lingkungan yang digunakan dalam perancangan struktur jacket pada tugas akhir ini adalah pada saat kondisi badai dengan periode ulang 100 tahun.

a. Kedalaman Laut

Kedalaman laut merupakan ukuran untuk memerlukan besarnya tantangan yang harus dihadapi oleh sebuah struktur anjungan lepas pantai. Untuk kondisi Iingkungan yang bagaimanapun (gempa, angin, gelombang,

dsb), pengaruh kondisi Iingkungan ini

bertambah dengan pertambahan kedalaman.

Kedalaman ini juga akan menentukan tinggi struktur penyangga yang terendam air, dan ukuran, bentuk, dan berat struktur rangka penyangga ini akan menetukan pemilihan jenis anjungan dan akan mempengaruhi persyaratan yang harus dipenuhi oleh galangan fabrikasi dan tongkang pengangkat yang dibutuhkan.

Dari segi teknik, kedalaman laut

merupakan salah satu kriteria yang penting untuk mendesain struktur jacket. Dalam Tabel 4.2 akan dijabarkan mengenai data kedalaman laut yang akan digunakan untuk perancangan.

Tabel 4.2 Data kedalaman laut

Description Return Periods 1 year 100 year Mean Sea Level (MSL) 105.00 ft 105.00 ft

Storm Tide 0.30 ft 0.50 ft

Highest Astronomical

Tide (HAT) 3.80 ft 3.80 ft

Maximum Water Depth 107.20 ft 107.40 ft

Dalam analisa inplace, kedalaman laut yang digunakan adalah 105 feet dengan periode ulang 100 tahun untuk kondisi badai.

b. Angin

Gaya angin yang mengenai struktur jacket adalah fungsi dari kecepatan angin, orientasi struktur, dan karakteristik aerodinamik dari

struktur dan setiap elemennya. Pada

perancangan struktur jacket ini digunakan kecepatan angin dalam kondisi badai dengan periode ulang 100 tahun.

Tabel 4.3 Data kecepatan angin

Return Periods Mph Knots

1 year 38.00 33.02

100 year 63.00 54.74

c. Arus

Arus di laut biasanya terjadi akibat adanya pasang surut dan gesekan angin pada permukaan air (wind-drift current). Kecepatan arus dianggap pada arah horizontal dan bervariasi menurut kedalaman. Besar dan arah arus pasang surut di permukaan biasanya ditentukan berdasarkan pengukuran di lokasi.

Tabel 4.4 Data profil arus

Return Periods

Percent of Depth Below Water Surface (%)

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 1 year 2.6 2.4 2.3 2.1 2.0 1.8 1.7 1.5 1.4 1.2 0.8

100

year 3.6 3.3 3.1 2.8 2.6 2.4 2.2 2.0 1.8 1.5 0.9

(6)

Pada API RP 2A WSD, terdapat

penggunaan Blockage Factor atau faktor

hambatan yang mengurangi kecepatan arus

disekitar anjungan. Dengan kata lain,

kehadiran struktur mengakibatkan arus

menyebar, sebagian arus mengelilingi struktur dan tidak melaluinya, dan kecepatan arus disekitar struktur berkurang sebesar 0.90 untuk platform tipe triangle dengan faktor konversi 0.59 (ft/sec dari knots).

Dalam kondisi badai, arus terjadi bersamaan dengan gerakan air akibat gelombang. Arah arus pasang surut bisa tidak sama dengan arah rambat gelombang, tetapi wind-drift current

biasanya diasumsikan searah dengan

gelombang.

d. Gelombang

Gelombang terjadi akibat gangguan pada fluida. Gangguan tersebut dapat berupa

gangguan pada permukaan air seperti

hembusan angin , atau dapat juga berupa gangguan pada dasar laut seperti pergerakan tanah atau gempa bumi.

Tabel 4.5 Data gelombang

Return Periods Wave Height (ft.) Wave Period (sec.) 1 year 16.40 7.00 100 year 27.30 9.30 e. Marine Growth

Struktur yang terbenam di dalam air akan mengalami pertambahan luas area melintang akibat adanya marine growth. Marine growth

ditimbulkan oleh organisme laut yang

menempel pada struktur. Pertambahan luas melintang ini mengakibatkan gaya gelombang yang diterima oleh struktur menjadi lebih besar.

Ukuran ketebalan marine growth bervariasi pada tiap bagian struktur, dengan ketebalan maksimum adalah 5.0 inch.

f. Kinematika Gelombang

Kinematika gelombang yang telah

disesuaikan dengan penyebaran arah dan ketidakseragaman, harus digabungkan dengan profil arus yang telah disesuaikan dengan faktor hambatan. Karena profil arus hanya ditentukan untuk kedalaman air rata-rata pada kriteria desain, harus digunakan beberapa cara untuk memperpanjang atau memperpendek profil arus tersebut terhadap ketinggian gelombang lokal.

Pada API RP 2A WSD penggunaan faktor

kinematika diijinkan dengan besaran 0.85 0.95 untuk kondisi badai pada daerah tropis yang diterapkan pada kecepatan horizontal partikel air dan akselerasi vertikal dari dua dimensi gelombang. Untuk gelombang saat badai dengan periode ulang 100 tahun digunakan faktor rata-rata sebesar 0.90 dan akan secara otomatis ditambahkan pada program SACS 5.2 pada menu SEASTATE. Faktor kinematika gelombang tidak digunakan pada analisis dengan periode ulang 1 tahun karena kecepatan horizontal partikel dan percepatan vertikal partikel air pada periode ulang 1 tahun sangat kecil sehingga tidak berpengaruh pada perhitungan gelombang.

g. Scouring

Scouring (gerusan) adalah penghilangan

lapisan tanah yang terdapat di dasar laut yang disebabkan oleh adanya arus dan gelombang. Seperti itu pengikisan yang dapat terjadi karena proses geologi secara alami atau dapat juga disebabkan oleh elemen struktural terganggu aliran alami pada area dekat dasar laut.

Gerusan maksimum yang terjadi pada dasar laut wilayah letak platform adalah sebesar 90 cm.

h. Koefisien Hidrodinamika

Dalam koefisien hidrodinamik terdapat dua

koefisien yaitu Drag Coefficients (Cd) atau

koefisien geser dan Inertia Coefficients (Cm)

atau koefisien inersia. Kedua nilai tersebut terdapat pada member yang menyusun struktur

jacket dan penggunaannya harus sesuai dengan

API RP 2A WSD. Untuk perhitungan inplace

dan fatigue, Cd dan Cm yang digunakan adalah

sebagai berikut :

Tabel 4.6 Koefisien Hidrodinamik

Inplace Analysis Cd Cm Smooth members Rough members 0.65 1.05 1.6 1.2 Fatigue Analysis Cd Cm All members 0.70 2.0

IV.1.3 Data Struktur

Pemodelan struktur jacket dengan

menggunakan program SACS 5.2 yang didalamnya akan dimasukkan data profil yang digunakan dalam desain jacket. Dengan data profil member sebagai berikut:

(7)

1 2 3 P 10 W 2E 2D 2C 2B 23 25 7 2W 2V 30 F 3X 3W 3C A 3H

Tabel 4.7 Dimensi dan jenis profil member struktur jacket

Data dimensi struktur :

Tinggi chord di atas permukaan laut : 12 feet Tinggi chord di bawah permukaan laut : 105 feet

Tinggi jacket leg dari dasar laut : 3.5 feet Tinggi riser dari lantai atas-bawah : 120,5 feet Panjang jacket leg penumpu beban deck : 5 feet

IV.2 PEMODELAN STRUKTUR

Pemodelan struktur dilakukan dengan menggunakan bantuan software SACS 5.2 dengan memberikan simbol/nama pada masing-masing

joint dan member struktur yang membentuk

struktur jacket tersebut, sesuai dengan ukuran dan karakteristiknya.

Gambar 4.1 Bentuk dan dimensi ketinggian struktur jacket

(feet)

IV.2.1 Pemodelan Joint Struktur Jacket

Untuk perletakan pada joint, hanya jacket leg yang yang berada diatas dasar laut setinggi 3.5 feet dan riser yang bertemu dengan conductor guide pada masing-masing lantai yang diasumsikan mempunyai perletakan FIXED, dan joint yang lainnya bukan FIXED.

Gambar 4.2 Contoh penamaan joint struktur jacket Detail dari penamaan joint struktur jacket ini adalah sebagai berikut:

1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 23, 24, 25, 26, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 41, 42, 43, 48, 49, 50, 59, 60, 61, 62, 63, 64, 65, 67, 68, 69 A, B, C, D, E, F, G, H, I, J, L, P, W 2B, 2C, 2D, 2E, 2F, 2G, 2H, 2I, 2J, 2K, 2L, 2M, 2N, 2O, 2P, 2Q, 2R, 2S, 2T, 2U, 2V, 2W, 2X, 2Y, 2Z

3A, 3C, 3H, 3I, 3J, 3K, 3L, 3M, 3N, 3O, 3P, 3Q, 3R, 3S, 3T, 3U, 3V, 3W, 3X, 3Y, 3Z 4A, 4B, 4F, 4H, 4I, 4J, 4K, 4L, 4M, 4N, 4O, 4P, 4Q, 4R, 4S, 4T, 4U, 4V, 4W, 4X, 4Y, 4Z 5A, 5B, 5C, 5D, 5E, 5F, 5G, 5H, 5I, 5J, 5K, 5L, 5M, 5N, 5O, 5P, 5Q, 5R, 5W, 5X, 5Y, 5Z 6A, 6B, 6C, 6D, 6E, 6F, 6G, 6H, 6I, 6J, 6K, 6O, 6P, 6Q, 6R

Keterangan Profil Member

Horizontal brace (HB) Diagonal brace (DB) Center Brace (CB) Center Brace Connector (CB1) Conductor Guide (CG) Riser (RI) Chord (JLA) Jacket leg (JLB) Batter / kemiringan OD 16 in; WT 0,5 in OD 20 in; WT 0,5 in OD 16 in; WT 0,5 in OD 12 in; WT 0,5 in W 14 x 34 OD 12 in; WT 0,25 in OD 34 in; WT 0,5 in OD 34 in; WT 1 in 1 : 12 + 17.00 top up jacket + 12.00 (lantai atas)

+ 00.00 Mean Sea Level

- 17.25 (lantai 2)

- 46.50 (lantai 3)

- 75.75 (lantai 4)

- 105.00 (lantai dasar) - 108.50 (dasar laut)

(8)

IV.2.2 Pemodelan Member Struktur Jacket

Gambar 4.3 Detail member struktur jacket Detail dari member tersebut adalah :

1. HB

Adalah Horizontal Brace yang memiliki ukuran dan karakteristik sebagai berikut : - Outer Diameter (OD) : 16 inch - Web Thickness (WT) : 0.5 inch - E Modulus : 29.000 ksi - G Modulus : 11.600 ksi - Yield Strength : 36 ksi - Density : 490 lb/cu ft

2. DB

Adalah Diagonal Barce yang memiliki ukuran dan karakteristik sebagai berikut :

- Outer Diameter (OD) : 20 inch - Web Thickness (WT) : 0.5 inch

- E Modulus : 29.000 ksi

- G Modulus : 11.600 ksi

- Yield Strength : 36 ksi

- Density : 490 lb/cu ft

3. CB

Adalah Center Barce yang memiliki ukuran dan karakteristik sebagai berikut :

- Outer Diameter (OD) : 16 inch - Web Thickness (WT) : 0.5 inch - E Modulus : 29.000 ksi

- G Modulus : 11.600 ksi

- Yield Strength : 36 ksi

- Density : 490 lb/cu ft

4. CB1

Adalah Center Barce Connector yang memiliki ukuran dan karakteristik sebagai berikut : - Outer Diameter (OD) : 12 inch - Web Thickness (WT) : 0.5 inch - E Modulus : 29.000 ksi

- G Modulus : 11.600 ksi

- Yield Strength : 35 ksi - Density : 490 lb/cu ft

5. CG

Adalah Conductor Guide atau bisa juga disebut sebagai Riser Guide yang memiliki ukuran dan karakteristik sebagai berikut :

- W 14 x 34

- E Modulus : 29.000 ksi - G Modulus : 11.600 ksi - Yield Strength : 36 ksi - Density : 490 lb/cu ft

6. RI

Adalah Riser yang memiliki ukuran dan karakteristik sebagai berikut :

- Outer Diameter (OD) : 12 inch - Web Thickness (WT) : 0.25 inch - E Modulus : 29.000 ksi - G Modulus : 11.600 ksi - Yield Strength : 35 ksi - Density : 490 lb/cu ft

7. JLA

Adalah Jacket Leg yang merupakan kaki jacket atau bisa disebut juga sebagai chord yang memiliki ukuran dan karakteristik sebagai berikut :

- Outer Diameter (OD) : 34 inch - Web Thickness (WT) : 0.5 inch - E Modulus : 29.000 ksi

- G Modulus : 11.600 ksi

- Yield Strength : 36 ksi - Density : 490 lb/cu ft

8. JLB

Adalah Bottom/Top dan can Jacket Leg yang merupakan sambungan dari jacket leg pada bagian atas, dasar laut dan pada setiap sambungan member yang memiliki ukuran dan karakteristik sebagai berikut :

- Outer Diameter (OD) : 34 inch - Web Thickness (WT) : 1 inch - E Modulus : 29.000 ksi

- G Modulus : 11.600 ksi

- Yield Strength : 36 ksi

- Density : 490 lb/cu ft CG JLA DB RI HB CB CB1 JLB

(9)

IV.2.3 Offsetting

Offseting dilakukan setelah setiap

member pembentuk struktur jacket diberi nama

sesuai dengan ukuran dan karakteristiknya.

Offsetting dilakukan terhadap setiap joint/

pertemuan ujung member yang terdapat

penumpukan.

Offsetting, adalah upaya memindahkan ujung-ujung setiap member dengan mengubah-ubah (trial and error) koordinat sumbu X, Y, dan Z pada ujung-ujung setiap member yang bertemu pada setiap joint pembentuk struktur

jacket pada posisi sedemikian hingga. Sehingga

setiap member yang bertemu pada joint tidak mengalami over stress akibat penumpukan ujung

member pada joint. Karena hal ini akan

berpengaruh kepada UC (Unity Check) pada setiap joint. Semakin rapi offsetting, maka semakin baik pula pemodelannya. Dalam

offsetting, sumbu yang digunakan adalah sumbu

lokal struktur.

Berikut ini akan ditampilkan pemodelan

member yang sebelum dan sesudah dilakukan offsetting pada beberapa joint :

Joint P :

Gambar 4.4 Tampak kiri sebelum dan tampak kanan sesudah

dilakukan offsetting pada joint P

Joint W :

Gambar 4.5 Tampak kiri sebelum dan tampak kanan sesudah

dilakukan offsetting pada joint W

Joint 1 :

Gambar 4.6 Tampak kiri sebelum dan tampak kanan sesudah

dilakukan offsetting pada joint 1

Joint A :

Gambar 4.7 Tampak kiri sebelum dan tampak kanan sesudah

dilakukan offsetting pada joint A

IV.2.4 Pemodelan Akhir Struktur Jacket Dengan Program SACS 5.2

Gambar 4.8 Tampak isometri struktur jacket

Gambar 4.9 Tampak atas dan bawah struktur jacket

(10)

Gambar 4.11 Tampak depan dan belakang struktur jacket

IV.3 PEMODELAN BEBAN STATIS

Pemodelan statis pada struktur jacket dirancang dengan perhitungan bahwa struktur

jacket menerima beban deck/platform yang berupa

gaya aksial kebawah sebesar 1051.97 Kips 1052

Kips yang disalurkan secara merata pada masing-masing kaki jacket sebesar 350.67 Kips. Berikut ini akan ditampilkan gambar pembebanan akibat beban deck/platform pada struktur jacket.

Gambar 4.12 Penyaluran beban deck/platform pada struktur

jacket

IV.4 PEMODELAN BEBAN INPLACE (KONDISI BADAI)

Analisa inplace secara global dilakukan

untuk membedakan secara terpisah antara

maksimum 1 tahun dan 100 tahun beban lingkungan dengan beban operasional platform untuk memperoleh beban lingkungan dengan kondisi yang paling merugikan untuk analisis. Pada perancangan struktur jacket dalam tugas akhir ini analisa yang dilakukan hanya pada kondisi badai, karena keadaan paling ekstrim pada struktur jacket untuk dianalisa terjadi saat badai.

Pemodelan struktur untuk analisa

seluruhnya menggunakan program SACS 5.2. Beban lingkungan dilakukan langsung secara keseluruhan dan beban topside secara keseluruhan

atau dijumlahkan oleh modul SEASTATE .

Beban gelombang dan arus dilakukan secara keseluruhan sesuai dengan persamaan Morison

yang terdapat dalam API RP 2A WSD 21st

Edition. Persamaan Morison (O Brien and

Morison, 1952) menyatakan bahwa gaya

gelombang dapat diekspresikan sebagai

penjumlahan dari gaya seret (drag force, FD),

yang muncul akibat kecepatan partikel air saat melewati struktur, dan gaya inersia (inertia force,

FM) akibat percepatan partikel air.

Kondisi dasar untuk pembebanan analisis

inplace saat kondisi badai pada struktur jacket,

adalah sebagai berikut :

Tabel 4.8 Basic Loads for Inplace Analysis Loadcn 1 Bouyant Self Weight of Structure Loadcn 2 Main Deck Superimposed Load Loadcn 3 Cellar Deck Superimposed Load Loadcn 4 Miscellaneous Loads

Loadcn 5 100 year storm wind load in X-direction Loadcn 6 100 year storm wind load in Y-direction Loadcn 7 100 year storm current & wave loads at 0o

Loadcn 8 100 year storm current & wave loads at 30o

Loadcn 9 100 year storm current & wave loads at 60o

Loadcn 10 100 year storm current & wave loads at 90o

Loadcn 11 100 year storm current & wave loads at 120o

Loadcn 12 100 year storm current & wave loads at 150o Loadcn 13 100 year storm current & wave loads at 180o

Loadcn 14 100 year storm current & wave loads at 210o

Loadcn 15 100 year storm current & wave loads at 240o

Loadcn 16 100 year storm current & wave loads at 270o

Loadcn 17 100 year storm current & wave loads at 300o

Loadcn 18 100 year storm current & wave loads at 330o

IV.5 PEMODELAN FATIGUE IV.5.1 Gelombang

Pada Gambar 4.13 dapat dilihat diagram aplikasi dari teori gelombang Airy, Stokes 5th order, dan stream fuction yang dimodifikasi oleh API RP 2A-WSD 2000 untuk keperluan desain. Diagram tersebut merupakan diagram yang

membandingkan kecepatan partikel air,

350.67Kips

350.67Kips

(11)

percepatan, tinggi gelombang, dan panjang gelombang yang dihitung dari teori gelombang yang sering digunakan.

Gambar 4.13 Diagram aplikasi teori gelombang untuk

keperluan desain

Parameter-parameter dari teori gelombang tersebut adalah sebagai berikut :

d : water depth (105 ft)

H : tinggi gelombang dalam kondisi badai (27.30 ft)

g : gravitasi (9.81 m/s2)

T : periode dalam kondisi badai (9.30 detik) Dari beberapa parameter tersebut, kemudian

dimasukkan ke dalam persamaan untuk

menentukan teori gelombang yang akan

digunakan

Hasil dari persamaan beberapa parameter tersebut kemudian diplot kedalam diagram aplikasi teori gelombang untuk keperluan desain, yang kemudian didapat bahwa teori gelombang yang digunakan adalah Stokes Orde 5. Teori gelombang Stokes Orde 5 merupakan teori gelombang yang digunakan untuk mendapatkan ketelitian yang lebih baik dalam kecuraman gelombang. Teori gelombang Stokes orde 5

banyak digunakan dalam perhitungan

gelombang dengan amplitudo kecil.

IV.5.2 Life Design dan Safety Factor

Struktur jacket didesain dengan kriteria umur desain dan angka keamanan sebagai berikut :

Life Design : 40 tahun

Safety Factor : 2

Dari data jacket dan lingkungan serta beban deck yang telah ditentukan, dimasukkan ke dalam software SACS 5.2. Data lingkungan beserta data beban perlu diperhitungkan, karena pemodelan SACS 5.2 dimaksudkan untuk mewakili gambaran kondisi sesungguhnya di lapangan. Dimana kondisi pada lapangan, beban yang bekerja adalah berat sendiri beserta dengan seluruh beban ruangan dan beban gelombang dimana struktur tersebut diletakkan.

Setelah semua data di atas dimasukkan, maka ditambahkan pula data berupa beban gelombang berulang yang didapat dari data yang telah ditentukan. Berikut ini adalah data gelombang berulang :

Tabel 4.9 10 years directional Wave Height distribution

Wave Height (ft) N NE E SE S SW W NW 2 6.714.600 8.996.200 119.296.200 8.083.600 1.825.300 1.564.600 9.713.300 8.996.200 6 229.880 308.050 660.750 276.740 63.640 54.490 332.600 308.050 10 7.752 10.390 22.270 9.336 1.060 910 11.212 10.390 14 260 348 754 314

375 348 18 8 11 25 10

13 11 22 1 1

1 TOTAL 6.952.500 9.315.000 19.980.000 8.370.0001.890.000 1.620.00010.057.500 9.315.000

Setelah data beban gelombang berulang tersebut dimasukkan ke dalam software, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis kondisi struktur jika dikenai beban kombinasi yang berasal dari beban sendiri yaitu berat jacket, deck beserta beban lingkungan dan beban gelombang berulang.

IV.5.3 Allowable Stresses

Allowable Stresses atau tegangan ijin

yang digunakan dalam perancangan struktur

jacket secara spesifik terdapat dalam API RP

2A-WSD 2000 dan juga bergantung pada Yield

Strength material yang menyusun struktur jacket.

Tegangan Ijin yang diijinkan untuk digunakan dalam kondisi-kondisi beban fatigue pada kombinasi beban inplace kondisi badai dengan periode ulang 100 tahun adalah sebesar 1.333. 0033 . 0 30 . 9 81 . 9 30 . 27 2 2 x gT H 013 . 0 30 . 9 81 . 9 105 2 2 x gT d

(12)

IV.6 KOMBINASI PEMBEBANAN

Dari beban-beban yang ada, akan

didefinisikan beban gabungan (combined load) dari tiap arah beban lingkungan. Pada program SACS 5.2 setelah seluruh desain struktur selesai didesain kemudian seluruh beban-beban yang akan digabungkan dimasukkan sebagai input data.

Kombinasi pembebanan yang dilakukan adalah kondisi saat statis karena data platform yang digunakan merupakan data fix, dengan kata lain seluruh beban platform yang ada digabungkan dengan seluruh beban angin, gelombang, dan arus

yang kemudian disalurkan sesuai arah

pembebanan.

BAB V

ANALISIS STRUKTUR

V.1 ANALISIS STATIS V.1.1 Massa Total (Total Mass)

Dalam hal ini analisis statis dilakukan untuk mendapatkan nilai massa total (total mass) pada struktur jacket. Dari hasil pemodelan SACS 5.2 dapat diketahui massa struktur secara keseluruhan (total mass) sebesar 224.682 Kips (112.341 ton).

Massa total struktur didapatkan dari hasil analisis SACS 5.2 setelah memasukkan seluruh data struktur jacket yang telah dibuat yang kemudian dilakukan proses running. Setelah proses running selesai dilakukan, kemudian untuk melihat massa total pada hasil running dapat dilihat pada toolbar Load dan selanjutnya dipilih menu Self Weight sehingga muncul nilai massa total struktur sebesar 224.682 Kips

V.1.2 Titik Berat (Center of Gravity)

Analisis statis juga digunakan untuk mencari letak dari titik berat/center of gravity. Berdasarkan perhitungan SACS 5.2, didapatkan letak titik berat (center of gravity) dari struktur

jacket dengan uraian sebagai berikut :

X : 13.249 feet

Y : 6.795 feet

Z : -60.985 feet

Letak titik berat (center of gravity) struktur didapatkan dari hasil analisis SACS 5.2 pada file saclst.storm pada bagian summary of

seastate generated dead and bouyancy loads.

Gambar 5.1 Letak Center of Gravity struktur jacket pada

tampak belakang dan isometri

Gambar 5.2 Letak Center of Gravity struktur jacket pada

tampak bawah

Gambar 5.1 dan Gambar 5.2 menunjukkan letak dari center of gravity (titik berat) dari struktur jacket. Letak titik tersebut ditunjukkan dengan titik hitam bulat yang terletak pada koordinat (X = 13.249; Y = 6.795; Z = -60.985) dalam satuan feet.

V.1.3 Pusat Daya Apung (Center of Bouyancy)

Berdasarkan perhitungan SACS 5.2, didapatkan letak pusat daya apung (center of

buoyancy) dari struktur jacket dengan uraian

sebagai berikut :

X : 13.137 feet Y : 6.860 feet Z : -69.392 feet

Letak titik pusat daya apung (center of

buoyancy) struktur didapatkan dari hasil analisis

SACS 5.2 pada file saclst.storm pada bagian

summary of seastate generated dead and bouyancy loads, sehingga muncul letak center of buoyancy seperti yang terlihat pada Gambar 5.3

(13)

Gambar 5.3 Letak Center of Bouyancy struktur jacket

pada tampak belakang dan isometri

Gambar 5.4 Letak Center of Bouyancy struktur jacket

pada tampak bawah dan samping kiri

Gambar 5.3 dan Gambar 5.4 menunjukkan letak dari center of bouyancy (pusat apung) dari struktu jacket. Letak titik tersebut ditunjukkan dengan titik hitam bulat yang terletak pada koordinat (X = 13.137; Y = 6.860; Z = -69.392) dalam satuan feet.

V.3 ANALISIS INPLACE

Dari hasil running program SACS 5.2 untuk perhitungan analisis inplace (kondisi badai) pada struktur jacket dapat dilihat output yang dihasilkan seperti :

1. Reaksi Tumpuan (Support Reaction)

Reaksi tumpuan yang terjadi pada struktur

jacket akibat beban kombinasi sesuai dengan

jenis pembebanan adalah sebagai berikut : Tabel 5.1 Reaksi tumpuan

Load Case

Force (Kips) Moment (Ft-Kips) X Y Z X Y Z 1000 1001 1002 1003 1004 1005 1006 1007 1008 1009 1010 1011 1012 0.000 -129.561 -113.389 -69.847 -6.666 60.683 110.886 130.524 114.043 69.547 6.142 -60.269 -110.273 0.000 2.568 -57.473 -101.736 -118.237 -104.035 -61.925 -2.900 57.462 101.586 117.438 103.982 62.096 598.950 601.287 600.233 602.382 602.031 602.348 601.832 601.527 603.238 602.430 601.402 600.455 600.160 4327.094 4439.666 2103.689 393.430 -273.293 272.061 1923.381 4227.590 6589.271 8331.455 8939.729 8415.863 6754.680 -7477.631 -2795.949 -3508.808 -5262.077 -7609.691 -9999.486 -11672.285 -12245.435 -11496.478 -7414.668 -9770.224 -5044.051 -3336.928 0.000 896.362 -77.819 -1004.020 -1610.244 -1812.809 -1578.415 -911.314 71.622 996.732 1594.523 1800.029 1569.885

Dari data diatas dapat diketahui bahwa reaksi tumpuan terbesar terdapat pada load case 1008 pada arah Z sebesar 603.238 Kips. Untuk perhitungan momen maksimum, terdapat pada

load case 1007 pada arah Y sebesar

-12245.435 Ft-Kips.

2. Maximum Joint Deflection :

Maximum Joint Deflection untuk struktur Jacket pada masing-masing sumbu sesuai

dengan load case adalah sebagai berikut : Tabel 5.2 Maximum joint deflection Load Case X Y Z Joint Deflection (inch) Joint Deflection (inch) Joint Deflection (inch) 1000 1001 1002 1003 1004 1005 1006 1007 1008 1009 1010 1011 1012 2U 2T 2T 2U 2T 3A 3A 3A 3A 2T 3A 2T 2T 1.1602 480.4348 417.8424 249.7540 2.3476 -252.4779 -441.1583 -505.4822 -426.3347 -244.5756 2.2977 240.6453 411.0750 3A 3A 2T 2U 3A 3A 3A 2T 3A 2T 2T 2T 2T -0.6713 -1.4730 238.5791 428.0363 488.0214 438.8328 254.7119 -0.9684 -248.4883 -428.3674 -487.5182 -414.0982 -237.3361 2F 2T 2T W 3A 3A 3A 3A 3A G 2T 2T 2T -0.2091 9.0587 5.2734 -0.2312 -5.2555 -9.5140 -11.0650 -9.5005 -5.3211 -0.2266 5.3421 9.0323 10.3185

Dari hasil analisa di atas, didapatkan maximum

joint deflectiont pada masing-masing arah X,

Y, dan Z.

3. Member Group Summary

Dari hasil perhitungan SACS 5.2 untuk

(14)

member paling kritis, antara lain member

5W-6G, member 4-J, dan member 8-C dengan detail sebagai berikut :

Member 5W-6G

o Group ID : JLA

o Load Condition : 1008

o Axial stress : 7.93 Ksi

o Allowable Stresses : 26.62 Ksi

o Maximum Unity Check : 0.33 Member 4-J

o Group ID : JLB

o Load Condition : 1008

o Axial stress : 4.34 Ksi

o Allowable Stresses : 28.79 Ksi

o Maximum Unity Check : 0.22 Member 8-C

o Group ID : DB

o Load Condition : 1001

o Axial stress : 2.44 Ksi

o Allowable Stresses : 20.50 Ksi

o Maximum Unity Check : 0.16

Menurut API RP 2A WSD suatu struktur

dikatakan aman jika struktur tersebut

mempunyai unity check < 1.0. 4. Member Stress Control

Untuk contoh perhitungan kontrol tegangan

pada member, maka diambil contoh

perhitungan pada member 5W 6G, dimana

pada member tersebut mempunyai unity check terbesar, yaitu 0.33.

Member : 5W 6G

Grup ID : Chord (JLA)

L (Panjang) : 23.359 feet =

280.308 inch

OD (Outer Diameter) : 43 inch

t (Tebal Member) : 0.5 inch

Fy : 36 ksi

E (Modulus Elastisitas) : 29,000 ksi

K (Faktor panjang efektif) : 1

A (Luas permukaan) : ¼ * * (43² - 42²) : 64.088 inch²

member : 490 lb/ft³

: 0.28356 lb/in³ Mencari momen inersia

Jari-jari luar (R1) : 21.5 inch

Jari-jari dalam (R2) : 21 inch

= member : 0.28356 lb/in³ tebal : 0.5 inch dm : .dV

: .2 r.dr.t

: .2 t.r.dt

m : . . t (R1² - R2²) : 3.14*0.28356*0.5(21.5²-21²) : 9.465 lb I (Momen Inersia) : : 2. . . t

: ½ * . . t (R1 4 -R2 4 ) : ½ * . . t (R1 2 -R2 2 )( R1 2 +R2 2 ) : ½ * m * ( R1 2 +R2 2 ) : ½ * 9.465 * (21.52 + 212) : 4274.631 in4 r (jari-jari girasi) :

: 21.25 inch Dari API RP 2A WSD 2000 Axial tension stress :

Berdasarkan hasil perhitungan SACS 5.2, nilai

axial tension stress pada member 5W-6G

adalah,

ft = 7.93 ksi

Berdasarkan API RP 2A WSD 2000 pasal

3.2.1, besar tegangan aksial tarik ijin adalah, Ft = 0.6 Fy

Ft = 0.6 * 36 Ft = 21.6 ksi

Sehingga,

ft < Ft ... (memenuhi)

Selain beberapa hasil perhitungan SACS 5.2 yang telah dijabarkan, hasil perhitungan analisis inplace yang diperoleh antara lain sebagai berikut :

- Summary of Seastate Generated Dead and Buoyancy Loads

- Summation of Forces and Moments

- Shear and Moment at Mudline Versus Wave Position

- Seastate Basic Load Description

- Seastate Basic Load Summary

- Applied Load Summary

- Fixed Degree of Freedom Reaction Summary

- Joint Deflections and Rotations

- Reaction Forces and Moments

- Element Unity Check Report

- Member Group Summary 1 2 dm ² R R r 1 2 dr ³ R R r

(15)

V.4 ANALISIS FATIGUE

Fatigue merupakan kelelahan suatu sistem

struktur akibat pembebanan yang berulang-ulang (cyclic loading). Batas dari fatigue (fatigue limit) didefinisikan sebagai tegangan dimana material atau sambungannya dapat menahan beban yang berulang dalam jumlah tertentu, yang nilainya dapat diperoleh dari kurva S-N (Tegangan vs Jumlah siklus pembebanan yang diizinkan). Kekuatan fatigue (fatigue strength) pada struktur adalah tegangan maksimum yang dapat ditahan oleh struktur tanpa mengalami keruntuhan pada frekwensi pembebanan tertentu.

Metode yang digunakan untuk perhitungan analisis fatigue adalah metode deterministic, karena perilaku gelombang yang mengenai struktur dianggap harmonis dan gaya serta tegangan yang terjadi dihitung secara statik. Menurut API RP 2A, metode deterministic digunakan pada struktur dengan karakteristik sebagai berikut :

Lokasi struktur terletak pada perairan dengan kedalaman kurang dari 400 feet

Struktur tidak memilii kekakuan tinggi

Frame struktur tidak memiliki redundansi

tinggi

Selain itu, dalam Tugas Akhir ini lebih menekankan pada analisis inplace yang analisanya lebih menekankan pada kondisi lingkungan yang mempengaruhi struktur jacket khususnya saat kondisi badai.

Dari hasil perhitungan SACS 5.2, kita mendapatkan data output berupa tegangan aksial, Y-bending, dan Z-bending pada setiap member yang menyusun struktur jacket. Dari gaya-gaya nominal tersebut, kita masukkan ke dalam perhitungan HSS (Hot Spot Stress) yang didapatkan dari perkalian gaya nominal dengan SCF. Nilai HSS adalah nilai tegangan maksimum yang bekerja pada joint. Dari nilai HSS tersebut, kita masukkan ke dalam kurva S-N untuk mendapatkan nilai N (cyclic). Dari nilai N, dengan hukum Palmgren-Miner dapat ditentukan besarnya kerusakan (D) dari tiap-tiap joint sehingga dapat ditentukan umur kelelahan (tahun) dengan formulasi 1/D untuk masing-masing variasi tinggi dan periode gelombang serta arah pembebanan.

Gambar 5.14 Kurva S-N (API RP 2A WSD 2000) Secara umum kejadian fatigue dapat diuraikan menjadi 3 bagian yaitu crack awal (initial crack), penyebaran crack (spreading), dan keruntuhan (fracture).

Proses fatigue terjadi adalah pada saat

chord menyalurkan beban terhadap brace, maka

tegangan pada joint tersebut akan mencapai maksimum. Sambungan chord dan brace dilas pada saat proses fabrikasi, dan ketika las pada

joint mendingin, terbentuk retak mikro pada

ujung-ujung las. Retak mikro yang terjadi akan menyebar pada saat joint dikenai beban tegangan siklik dan akan merekah hingga penampang

member tidak mampu lagi untuk mentransfer

beban dan terjadilah keruntuhan (fracture). Sambungan tubular yang dikenai beban akan menimbulkan tegangan maksimum (berupa tegangan hot spot) pada sambungan (intersection). Bagian sambungan merupakan bagian yang paling rentan terhadap fatigue. Perbandingan antara tegangan maksimum pada sambungan dengan

tegangan nominal disebut dengan Stress

Concentration Factor (SCF). Nilai SCF merupakan komponen penting dalam perhitungan

fatigue damage karena tegangan yang terjadi pada

sambungan tubular tidak menyebar secara merata. Berikut ini adalah hasil akhir perhitungan umur kelelahan pada struktur jacket sesuai dengan arah pembebanan yang dikenakan pada struktur dengan menggunakan program bantu SACS 5.2 :

Design Life : 40 tahun

Safety Factor : 2 Total Life Ratio : 1,354

(16)

Dari hasil perhitungan di atas, maka dapat diketahui bahwa umur dari struktur jacket akibat fatigue adalah :

= Design Life x Total Life Ratio

= 40 x 1,354

= 54.16 tahun.

BAB VI PENUTUP

VI.1 KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat diperoleh dari berbagai analisis dalam Tugas Akhir dengan judul Design of Jacket Offshore Structure

Triangle Type, Under Inplace Analysis (Storm Condition) adalah sebagai berikut :

1. Dengan analisis statis struktur dapat diketahui massa total dari struktur jacket yang dirancang, yaitu sebesar 224.682 Kips (112.341 ton) 2. Selain massa total struktur jacket, dari analisis

statis juga dapat diketahui titik berat dari struktur jacket pada koordinat X:13.249 feet; Y:6.795 feet; Z:-60.985 feet, dan dapat diketahui pula pusat daya apung dari struktur

jacket pada koordinat X:13.137 feet; Y:6.860 feet; Z:-69.392 feet.

3. Dengan analisis inplace dapat diketahui bahwa

jacket yang didesain cukup kuat untuk bertahan

pada kondisi badai dengan periode ulang 100 tahun. Hal ini dapat dilihat dari besarnya UC (Unity check) pada setiap joint dan member yang menyusun struktur jacket yang tidak lebih besar daripada 1.

4. Dengan analisis fatigue (kelelahan) dapat

diketahui bahwa umur desain dari struktur

jacket yang didesain hanya untuk masa operasi

kurang lebih 40 tahun untuk safety factor 2.

5. Dengan analisis fatigue (kelelahan) dapat

diketahui bahwa umur dari struktur jacket akibat fatigue adalah 54.16 tahun.

VI.2 SARAN

Setelah melakukan analisa inplace dan

fatigue terhadap struktur jacket yang didesain

berdasarkan data yang ada dengan menggunakan program SACS 5.2, penulis memberikan beberapa saran antara lain:

1. Perlu memperkenalkan ilmu bangunan lepas

pantai lebih dalam di lingkungan Teknik Sipil khususnya mengenai struktur bangunan lepas pantai.

2. Perlu dilakukan studi lebih lanjut mengenai

ilmu bangunan lepas pantai didalam analisa yang lebih komplek dengan memperhatikan aspek yang lebih detail lagi.

3. Membandingkan dengan struktur jacket yang

asli, karena perencanaan struktur jacket yang dirancang dalam Tugas Akhir ini adalah sebagai sarana untuk memperkenalkan ilmu bangunan lepas pantai khususnya struktur jacket yang sengaja dibuat sebagai pijakan awal untuk mempelajari ilmu bangunan lepas pantai secara sederhana di jurusan Teknik Sipil ITS.

SEKIAN

DAN

Gambar

Gambar 1.1 Foto contoh bangunan lepas pantai
Gambar 3.1 Flow chart metodologi
Gambar 4.2 Contoh penamaan joint struktur jacket    Detail  dari  penamaan  joint  struktur  jacket  ini  adalah sebagai berikut:
Gambar 4.3 Detail member struktur jacket   Detail dari member tersebut adalah :
+6

Referensi

Dokumen terkait

BAB V : Kesimpulan Dan Saran, kesimpulan pada Tugas Akhir ini di ambil dari hasil analisa akhir yang menyangkut tentang perubahan karakteristik atau sifat 

Ditekankan pada aspek - aspek, antara lain : Perundang - undangan / kebijakan pemerintah, aspek fisik dan non fisik tentang perencanaan dan perancangan yang berkaitan

Berisikan tentang alur kerja dalam pengerjaan tugas akhir, baik dalam pelaksanaan tugas akhir, hingga pembahasan tugas ahir yang meliputi pemodelan struktur jembatan kereta api

Manfaat penulisan tugas akhir ini adalah agar dapat digunakan untuk memberikan gambaran umum tentang struktur serta tahapan-tahapan penyelesaian masalah menggunakan

Pada tugas akhir ini bangunan akan didesain untuk menahan beban lateral gempa dan gravitasi dengan metode Struktur Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) dan

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk mengadakan proyek tugas akhir dengan judul “Perencanaan dan Pembuatan Churros Two Princces Tinjauan Aspek Pemasaran” 1.2

Manfaat Manfaat yang dapat diambil dari penulisan Tugas Akhir ini adalah mendapatkan perencanaan sistem drainase kawasan perumahan Citra Grand Senyiur City Samarinda, sehingga

1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penyusunan tugas akhir ini adalah bagaimana merencanakan ulang struktur ini menggunakan metode gempa respon spektrum dan Berapa dimensi