• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERTUMBUHAN KLON JATI ASAL CEPU DAN MADIUN UMUR 10 TAHUN PADA LAHAN BERBATU DI GUNUNG KIDUL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERTUMBUHAN KLON JATI ASAL CEPU DAN MADIUN UMUR 10 TAHUN PADA LAHAN BERBATU DI GUNUNG KIDUL"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PERTUMBUHAN KLON JATI ASAL CEPU DAN MADIUN

UMUR 10 TAHUN PADA LAHAN BERBATU DI GUNUNG KIDUL

Growth of teak clones taken from Cepu and Madiun at 10 years old

at rocky soils in Gunung Kidul

Hamdan Adma Adinugraha & Mohammad Anis Fauzi

Balai Besar Penelitian dan Pemuliaan Tanaman Hutan Yogyakarta

ABSTRACT. Teak is one of the most popular species for timber production that has a high economic value. The development of it’s plantation has been carried out both on industrial forest plantation and small holder forest. This study was conducted to determine the growth performance of several teak clones planted on rocky soils in Gunung Kidul with different plant spacing. The study was conducted using a nested design with two planting spacing (2 x 6 m and 3 x 3 m) as a major treatment. The second treatment was 12 teak clones taken from Cepu and Madiun. The treatment was repeated 5 times and each consists of 5 ramets. The result showed that at the age of 10 years survival rates were 77.76 % , the average tree height 12,33 m , dbh 13,67 cm , height of bole 4.40 m, stem form 3.05 and the estimated individual tree volume of 0.15 m3. Plant spacing and clones showed significantly affects on all growth characters of plants.

Key words: growth, plantation trial, teak clones

ABSTRAK. Jati merupakan salah satu jenis andalan penghasil kayu pertukangan yang bernilai ekonomi tinggi. Pengembangan jenis ini telah dilakukan baik pada hutan tanaman maupun hutan rakyat. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kinerja pertumbuhan tanaman jati pada lahan berbatu di Gunung Kidul dengan jarak tanam berbeda. Penelitian dilakukan dengan menggunakan rancangan tersarangt dengan perlakuan 2 jarak tanam (3 x 3 m dan 2 x 6 m) sebagai perlakuan utama. Perlakuan kedua adalah 12 klon jati asal Cepu dan Madiun.setiap perlakuan diulang sebanyak 5 kali dan masing-masing terdiri atas 5 ramet. Hasil pengamatan pada umur 10 tahun diperoleh persen hidup tanaman 77,67%, rerata tinggi pohon 12,32 m, dbh 13,67cm, tinggi bebas cabang 4,40 m, bentuk batang 3,05 dan taksiran volume pohon 0,15 m3. Jarak tanam dan klon berpengaruh nyata terhadap semua karakter pertumbuhan yang diamati.

Kata kunci; jati, pertumbuhan, uji pertanaman

Penulis untuk korespondensi, surel: e-mail: [email protected]

PENDAHULUAN

Jati (Tectona grandis) merupakan salah satu spesies andalan peghasil kayu pertukangan. Jenis ini telah dikembangkan dalam hutan tanaman maupun hutan rakyat karena kualitas kayunya yang bagus dan mempunyai nilai ekonomi tinggi serta telah dikuasai

teknik silvikulturnya dengan baik. Oleh karena itu

tidak mengherankan apabila pada dasawarsa terakhir ini masyarakat sangat tertarik untuk menanam jati terutama dengan beredarnya maraknya bibit–bibit jati hasil kultur jaringan yang dipropagandakan sebagai bibit unggul. Saat ini, penyebaran tanaman

(2)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Pertanaman klon jati dilakukan di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Watusipat yang terletak di Petak 22A, RPH Banaran, BKPH Bunder, Gunung Kidul, D.I. Yogyakarta. Plot ini ditanam pada awal tahun 2004 dan secara periodik dilakukan pengamatan pertumbuhan, pengukuran dan pemeliharaan tanaman. Disamping itu dilakukan pengumpulan data kondisi iklim lokasi penelitian sebagaimana disajikan pada Tabel 1 di bawah ini. Tabel 1. Kondisi iklim lokasi penelitian

Table 1. Climate conditions of the research location No Lokasi Tipe iklim Suhu (oC) Curah hujan (mm/tahun) Kelembaban udara (%) 1 Gunung Kidul, DIY C 27,7 1954,43 80 – 85 2 Madiun, Jawa Timur C 27,1 2000 56 – 95 3 Cepu, Jawa Tengah C / D 31,0 1636 79 – 83 Bahan Penelitian

Bahan penelitian ini adalah berupa data hasil kegiatan pengamatan pertumbuhan tanaman uji jarak tanam jati pada umur 10 tahun di Gunung Kidul. Adapun pembangunan plot tersebut dilakukanpada tahun 2004 dengan menggunakan bahan tanaman jati hasil perbanyakan vegetatif dengan teknik okulasi (budding). Terdapat 12 klon jati yang ditanam dan merupakan hasil perbanyakan 12 pohon induk yang diseleksi di 2 populasi yaitu Cepu, Jawa Tengah sebanyak 5 pohon induk dan dari Madiun, Jawa Timur sebanyak 7 pohon induk. Pertanaman ini dibangun sebagai plot uji klon untuk membandingkan kinerja pertumbuhan masing-masing klon dan

pengaruh jarak tanam yang digunakan. Evaluasi dan

pengukuran tanaman dilakukan secara periodik setiap tahun. Pengukuran tinggi pohon dilakukan dengan menggunakan galah ukur (15 m), sedangkan diameter batang diukur dengan menggunakan pita diameter pada ketinggian setinggi dada (1,3 m). Data hasil pengamatan yang meliputi data tinggi dan diameter di catat pada tally sheet yang telah dibuat berdasarkan rancangan penanaman yang ditetapkan.

jati di Indonesia sudah sangat luas yang meliputi Jawa, Bali,Nusa Tenggara, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua.

Selama ini jati lebih dikenal dengan jenis yang berdaur panjang yaitu pemanenan jati baru akan dilakukan setelah tanaman berumur 60 tahun. Bagi masyarakat daur ini dirasakan terlalu lama sejalan dengan adanya tuntutan kebutuhan yang mendesak

dari petani jati. Oleh karena itu kebanyakan

masyarakat lebih menginginkan menaman jati dengan daur yang lebih pendek yaitu 20-25 tahun dengan produktivitas yang tinggi. Menurut Kaosa-ard

(1999) umumnya riap tanaman jati rata-rata mencapai 8 m3/ha/tahun dengan daur tanaman 30-40 tahun.

Untuk mendapatkan kualitas tegakan jati yang produktif terus dilakukan riset melalui penggunaan materi genetik berkualitas (bibit unggul), pengelolaan lingkungan tumbuh yang tepat dan upaya-upaya

pengendalian hama/ penyakit. Pengelolaan

lingkungan tumbuh diawali dengan pemilihan lokasi, penentuan sistem penanaman, persiapan, jarak tanam, pemupukan awal dan lanjutan, harus dilakukan dengan sebaik-baiknya. Penggunaan bibit unggul menjadi tidak optimal ekpresinya apabila ditanam pada kondisi lingkungan yang tidak sesuai. Target produktivitas hutan tanaman untuk kayu

pertukangan daur panjang adalah 15 m3/ha/tahun (Badan Litbang Kehutanan, 2009).

Penggunaan bibit unggul terus meningkat sejalan dengan berkembangnya kegiatan riset-riset dalam bidang pemuliaan tanaman dan iptek perbanyakan tanaman. Pengembangan klon pada tanaman jati akhir-akhir ini terus meningkat, ditandai dengan banyaknya bibit jati hasil perbanyakan vegetatif terutama stek pucuk dan kultur jaringan, yang beredar di pasaran, bahkan ada yang menggunakan materi genetik dari luar negeri seperti Myanmark, Thailand dan Kepulauan Solomon. Namun demikian dengan melakukan seleksi klon-klon lokal maka dapat diperoleh materi genetik yang dapat dikembangkan secara massal kedepan. Penelitian ini dilakukan untuk menguji kinerja pertumbuhan beberapa klon jati asal Cepu dan Madiun yang ditanam pada dua jarak tanam berbeda.

(3)

Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Tersarang (Nested Design) yang terdiri atas 2 faktor. Faktor utama adalh jarak tanam yang terdiri atas 2 taraf yaitu 2 x 6 m dan 3 x 3 m. Faktor kedua yaitu klon jati yang terdiri atas 12 klon yaitu

klon 1 s/d 5 berasal dari Cepu dan klon 6 s/d 12

berasal dari Madiun. Setiap perlakuan diulang 5 kali dan dalam setiap ualngan terdiri atas 5 tanaman. Dengan demikian jumlah unit pengamatan seluruhnya sebanyak 600 tanaman. Kegiatan pengukuran dilakukan secara periodik setiap tahun terhadap parameter pertumbuhan yaitu tinggi dan diameter batang (dbh), tinggi bebas cabang dan bentuk batang. Dari data tinggi dan diameter (dbh) selanjutnya dijadikan bahan untuk melakukan estimasi volume pohon dengan menggunakan rumus

umum yaitu V = ¼π x ( D/100 )² x H x f; di mana, Keterangan: V = volume pohon (m³);

D = diameter batang setinggi dada/ dbh (cm);

H = tinggi pohon (m); dan

f = angka bentuk untuk tanaman jati sebesar 0,64 (Arsa, 2008).

Analisis Data

Data hasil pengamatan disusun dalam tabel kemudian dianalisis secara deskripsi dan analisis sidik ragam (anova) untuk mengetahui variasi antar perlakuan. Apabila terdapat pengaruh perlakuan yang berbeda nyata maka pengujian dilanjutkan dengan uji jarak Duncan atau Duncan Multiple Range Tes /DMRT (Gasversz, 1991).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan Jati

Hasil pengamatan dilapangan diperoleh tingkat pertumbuhan tanaman yang relatif baik meskipun kondisi lahan yang digunakan merupakan lahan berbatu dengan solum tanah yang relatif dangkal. Persaentase hidup tanaman sampai umur 10 tahun

mencapai 77,67% sehingga termasuk kategori pertumbuhan yang baik sebagaimana disampaikan oleh Nirawati et al.,(2013) bahwa tingkat keberhasilan tumbuh tanaman dikatakan baik apabila persentase hidupnya lebih dari 65%. Hasil pengamatan secara keseluruhan diperoleh nilai rerata 12,32 m untuk tinggi pohon, 13,76 cm untuk dbh, 4,40 m untuk tinggi bebas cabang, nilai 3,05 untuk bentuk batang dan 0,147 m3 untuk volume pohon. Hasil pengukuran karakter pertumbuhan selengkapnya disajikan pada Tabel 2 dibawah ini. Penampilan tegakan secara umum disajikan pada Gambar 1 di bawah ini.

Tabel 2. Hasil pengukuran tanaman jati umur 10 tahun di Gunung Kidul

Table 2. The measurement result of teak growth at 10 years in Gunung Kidul

Karakter Jarak tanam 2 x 6 m Jarak tanam 3 x 3 m Rerata Terjelek Terbaik Rerata Terjelek Terbaik Tinggi pohon (m) 12,66 10,16 (2) 15,19 (1) 11,98 11,06 (2) 12,75 (3) Diameter/ dbh (cm) 14,32 10,91 (2) 18,59 (1) 13,19 11,82 (2) 14,81 (6) Tinggi bebas cabang (m) 4,64 3,84 (2) 5,44 (1) 4,16 3,23 (5) 4,84 (8) Bentuk batang 3,16 2,39 (7) 3,61 (9) 2,95 2,72 (5) 3,09 (3) Volume pohon (m3) 0,164 0,096 (2) 0,299 (1) 0,130 0,098 (2) 0,152 (3)

Keterangan : angka dalam kurung menunjukkan

nomor klon

`

Gambar 1. Plot uji jarak tanam jati di Gunung Kidul umur 10 tahun

Figure 1. The plant space trials of teak at 10 years old in Gunung Kidul

(4)

Selanjutnya dari hasil análisis pada Tabel 3 diketahui bahwa perlakuan jarak memberikan efek nyata terhadap semua parameter yang diukur. Sedangkan penggunaan klon hanya berpengaruh terhadap tinggi dan diameter pohon. Jarak tanam menjadi faktor penting bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman selanjutnya. Pemilihan jarak tanam yang salah dapat menyebabkan kegagalan dalam sebuah penanaman tanaman. Jarak tanam yang tepat (ideal) akan memberikan ruang tumbuh yang optimal bagi perkembangan

tinggi dan diameter tanaman. Respon jarak tanam terhadap tinggi dan diameter masing-masing jenis tanaman berbeda-beda namun secara umum menunjukkan bahwa semakin lebar jarak tanam maka semakin besar pertumbuhan diameternya. Hasil penelitian Marjenah (2003) dan Zahabu (2015) diperoleh hasil yang menunjukkan trend yang sama. Jarak tanam semakin lebar akan menghasilkan pertumbuhan diameter batang lebih

tinggi namun tidak berbeda nyata terhadap volume/

ha yang dihasilkan Tabel 3. Hasil análisis sidik ragam pertumbuhan tanaman jati umur 10 tahun Table 3. The variance analysis of teak growth at 10 years

Sumber variasi Derajat bebas

Nilai kuadrat tengah Tinggi pohon dbh Tinggi bebas cabang Bentuk batang Volume pohon Replikasi Jarak Klon (Jarak)

Replikasi x Klon (Jarak) Galat perlakuan 4 1 22 91 347 35,545 ** 18,973 * 15,070** 14,040** 6,105 74,312** 57,941* 34,211** 30,292** 14,132 20,607** 13,909** 3,720** 3,353** 1,863 4,466** 1,892* 0,523ns 0,621** 0,364 0,046** 0,061* 0,025** 0,018** 0,011 Total 465

Keterangan : ns = tidak berbeda nyata,* = berbeda nyata pada taraf uji 0,05 dan **= berbeda nyata pada

taraf uji 0,01

Jarak tanam yang optimal juga mengurangi terjadinya dominasi kanopi tajuk terhadap tanaman satu dengan yang lainnya. Jarak tanam yang lebar memberikan ruang yang lebih luas kepada akar untuk berkembang dan menyerap unsur hara dari dalam tanah. Akan tetapi jarak tanam optimal tidak sama untuk semua jenis tanaman. Pada pohon Manglid (Manglietia glauca) menunjukkan bahwa jarak 2 x 2 m memberikan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan jarak tanam 2 x 3 m dan 3 x 3 m (Sudomo dan Mindawati, 2011). Adapun untuk tanaman jati menurut Marjenah (2003) penanaman dengan jarak tanam rapat menyebabkan pertumbuhan tinggi lebih cepat sedangkan jarak tanam lebar menghasilkan pertumbuhan diameter yang lebih besar. Pada penelitian ini diperoleh bahwa jarak tanam 2 x 6 menghasilkan tingkat pertumbuhan tanaman lebih baik pada semua

karakter dari pada jarak tanam 3 x 3 m (Tabel 4). Akan tetapi penanaman jati dengan jarak tanam 3 x 3 m banyak dipilih sebagai jarak tanam ideal yang dilakukan secara tumpang sari

(Kaosa-ard, 1999; Jumani, 2009; Anonim, 2011) karena

hasil akhir tebangan yang akan diperoleh lebih baik. Dari hasil penelitian ini potensi volume tegakan jati dengan dengan jarak tanam 2 x 6 m dapat mencapai

136,61 m3/ha sedangkan dengan menggunakan

jarak tanam 3 x 3 m potensinya lebih besar yaitu

dapat mencapai 144,43 m3/ha. Penanaman jati

menggunakan klon-klon terplih dengan jarak tanam 3 x 3 m antara lain telah dilakukan pada penanaman klon Jati Plus Perhutani (Wiyono, 2012) dan pertanaman jati JUN (Lukito dan Rohmatiah, 2013). Jarak tanam yang teratur mengurangi dominasi tajuk pohon satu dengan yang lainnya sehingga tajuk setiap pohon dapat berkembang optimal. Tajuk yang

(5)

sehat dan berkembang memberikan efek positif terhadap pertumbuhan diameter pohon (Sadono, (2015). Tajuk jati yang besar akan menyebabkan semakin luas pula area tajuk yang terkena sinar matahari, dimana hal ini akan meningkatkan fotosintesis dan proses metabolisme tanaman. Tabel 4. Rerata hasil pengamatan pada dua jarak tanam

Table 4. The average of measurement result in 2 planting space

Jarak tanam

Rata-rata hasil pengamatan Tinggi

pohon

(m) Dbh (cm) Tinggi bebas cabang (m) Bentuk batang Volume pohon (m3) 2 x 6 m 12,66 a 14,32 a 4,64 a 3,16 a 0,164 a 3 x 3 m 11,98 b 13,19 b 4,16 b 2,95 b 0,130 b

Keterangan : angka yang diikuti huruf berbeda

menunjukkan berbeda nyata

Pengaruh Klon dan Asal Bahan Tanaman

Dari hasil pengamatan diketahui bahwa klon berpengaruh terhadap variasi pertumbuhan tanaman, bahkan pengaruhnya lebih kuat dibandingkan dengan jarak tanam (Tabel 3). Dari Tabel 5 di bawah ini nampak bahwa tingkat pertumbuhan klon-klon asal Madiun menunjukkan kemampuan tumbuh lebih baik pada lokasi uji. Hal serupa dilaporkan oleh (Chaix et al.,2011) bahwa asal provenan dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman jati disuatu lokasi. Hal tersebut diduga karena adanya kesamaan kondisi iklim di Madiun dengan lokasi uji di Gunung Kidul (Tabel 1).

Tabel 5. Rerata pertumbuhan berdasarkan lokasi asal bahan tanaman

Table 5. The average of growth based on location and the origin of plant materials

Lokasi asal Jarak tanam Persen hidup (%) Tinggi pohon (m) Diameter/ Dbh (cm) Tinggi bebas cabang (m) Bentuk batang Volume pohon (m3) Cepu 2 x 6 m3 x 3 m 75,2072,80 12,5611,69 14,3412,79 4,753,84 3,222,93 0,1720,119 Madiun 2 x 6 m3 x 3 m 78,2979,43 12,6812,23 14,2513,55 4,594,27 3,132,96 0,1570,138 Tabel 6. Peringkat klon pada jarak tanam 2 x 6 m

Table 6. Ranking of the best clones at planting space 2 x 6 m Nomor

Klon pohonTinggi Diameter/ Dbh Tinggi bebas cabang Bentuk batang Volume pohon Persen hidup peringkatTotal

1 1 1 1 2 1 2 8 2 12 12 12 8 12 10 66 3 11 11 8 3 11 5 49 4 7 7 4 9 7 6 40 5 2 2 5 4 3 7 23 6 4 3 7 10 2 11 37 7 10 10 6 12 9 3 50 8 3 5 10 5 5 1 29 9 6 6 2 1 6 8 29 10 8 9 11 7 10 9 54 11 5 4 3 11 4 4 31 12 9 8 9 6 8 12 52

(6)

Selanjutnya dari Tabel 6 dan 7 diketahui peringkat masing-masing klon pada setiapkarakter yang diamati, yang menunjukkan semakin kecil nilai total peringkatnya berarti kualitas pertumbuhan klon tersebut semakin baik. Pada Tabel 6 nampak bahwa 5 klon terbaik yaitu klon 1 dan 5 dari Cepu dan klon

8, 9 dan 11 dari Madiun. Adapun pada Tabel 7, 5 klon

yang menunjukkan pertumbuhan yang terbaik yaitu klon 3 yang berasal dari Cepu, kemudian diikuti 4

klon lainnya yang berasal dari Madiun yaitu klon 8, 9,

11 dan klon 12. Terdapat interaksi yang kuat antara klon dengan replikasi yang menyebabkan rangking klon pada setiap karakter berbeda-beda. Dari kedua

Tabel di atas Nampak bahwa klon-klon 8, 9 dan 11

menunjukkan tingkat pertumbuhan yang relatif stabil di plot uji baik pada jarak tanam 2 x 6 m maupun 3 x 3 m. Penggunaan bahan tanam yang berasal dari klon biasanya lebih peka terhadap perubahan kondisi lingkungan tempat tumbuhnya (Matheson and

Raymond, 1984) sehingga tanaman dapat tumbuh

tidak optimal di lingkungan baru yang berbeda.

SIMPULAN

Pengaturan jarak tanam pada jati menjadi salah satu faktor yang dapat menentukan keberhasilan tanaman. Sampai dengan umur tanaman 10 tahun, jarak tanam 2 x 6 m menghasilkan pertumbuhan tinggi, diameter, tinggi bebas cabang, bentuk batang

dan volume pohon yang lebih baik dibandingkan jarak tanam 3 x 3 m meskipun pengaruhnya tidak terlalu kuat. Pertumbuhan klon-klon jati asal Madiun menunjukkan kemampuan adaptasi yang lebih baik pada kondisi lahan berbatu di Gunung Kidul.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan kegiatan penelitian ini. Khususnya kepada Sdr. Bagyo dan Sdr. Henri Supriyanto yang banyak berperan ketika pembangunan plot uji ini serta Sdr Suwandi, Sdr. Susanto dan Sdr. Windu Asmara Jati yang telah membantu dalam kegiatan pengukuran dan pengambilan data di lapangan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Pengembangan Jati Plus Perhutani (JPP) di KPH Kendal. Monitoring dan

Evaluasi. Perum Perhutani KPH Kendal.

Tidak dipublikasikan.

Arsa, R.D. 2008. Pendugaan Volume Batang

Bebas Cabang Pohon Jati Menggunakan Persamaan Taper di KPH Kendal Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah. Skripsi S-1. Fakultas Kehutanan UGM Yogyakarta. Tidak dipublikasikan.

Tabel 7. Peringkat klon pada jarak tanam 3 x 3 meter Table 7.Ranking of the best clones at planting space 3 x 3 m

Nomor

Klon Tinggi pohon Diameter/ Dbh Tinggi bebas cabang Bentuk batang Volume pohon Persen hidup peringkatTotal

1 8 9 5 5 9 9 45 2 12 12 6 11 12 12 65 3 1 5 9 1 1 1 18 4 10 10 10 3 10 10 53 5 11 11 12 12 11 11 68 6 2 1 8 10 6 6 33 7 9 8 2 6 7 7 39 8 5 3 1 4 3 3 19 9 3 4 4 7 5 5 28 10 7 7 11 8 8 8 49 11 4 2 3 9 4 4 26 12 6 6 7 2 2 2 25

(7)

Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan

RI. 2009. Road Map Penelitian dan

Pengembangan Kehutanan 2010 – 2025. Jakarta.

Chaix, G., Monteuuis, O., Garcia, C., Alloysius,D.,

Gidiman, J., Bacilieri, R., and Goh,DKS. 2011. Genetic Variation in Major Phenotypic traits among diverse genetic origins of teak (Tectona grandis L.f.) planted in Taliwas,

Sabah, East Malaysia. Annals of Forest Science (2011) 68: 1015-1026.

Finkeldey, R. 2005. Pengantar Genetika Hutan Tropis. Terjemahan. Kerjasama antara Institute of Forest Genetic and Forest Tree Breeding Gottingen, Jerman dengan Institut Pertanian Bogor, Indonesia.

Gasversz, V. 1991. Metode Perancangan Percobaan

untuk Ilmu-ilmu Biologi, Pertanian. Armico. Bandung

Jumani. 2009. Kelas Bonita Tanaman Jati di

Lokasi Hutan Rakyat Kelompok Tani Ngudi Santoso, Desa Bangun Rejo, Kecamatan Tenggarong. Jurnal Agrifor Vol. VIII No. 1, halaman 21 – 25.

Kaosa-ard, A. 1999. Teak (Tectona grandis Linn.f) Domestication and Breeding. Teaknet

Asia-Pacific Region. Myanmark.

Lukito, M. dan Rohmatiah, A. 2013. Estimasi

Biomassa dan Karbon Tanaman Jati Umur 5 Tahun (Kasus Kawasan Hutan Tanaman Jati Unggul Nusantara Desa Krowe,Kec. Lembeyan Kab. Magetan). Agritek Volume 14 No. 1, Maret 2013.

Marjenah. 2003. Hubungan antara jarak tanam dengan tinggi dan diameter tanaman jati (Tectona grandis L.f.) di Kalimantan Timur. Rimba Kalimantan. Fakultas Kehutanan Unmul, halaman 21-26.

Matheson, A.C. and Raymond, C.A.1984. The Impact of enotype x Environment Interactions on

Australian Pinus radiate Breeding Program. Australian Forest Research, vol. 14, pp. 11-25.

Nirawati, Baharudin, N. dan B. Putarnto. 2013.

Evaluasi Keberhasilan Pertumbuhan

Tanaman Pada Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GNRHL) di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung (Studi Kegiatan GNRHL Tahun 2003-2007). J. Sains &

Teknologi Vol.13 No.2 : 175 – 183

Sadono, Ronggo, 2015. Crown model for Perhutani’s Teak Plus from Clonal Seed Garden aged

6-11 years In Madiun Forest District, East

Java, Australia Journal of Basic and Applied

Sciences, Vol 9 (5) March 2015, Pages

151-160.

Sudomo, A. dan N. Mindawati. Pertumbuhan Manglid (Manglietia glauca BI.) Pada Tiga Jarak Tanam dan Tiga Jenis Pupuk. Tekno Hutan Tanaman Vol.4 No.3, halaman 111 -

118

Van Wick, G. 1985. Tree Breeding in Support of Vegetative Propagation of Eucalyptus

grandis (Hill). Maiden Suid-Afrikaanse

Bosbouttydskrift : 33-39.

Zahabu, Eliakimu et al, 2015. Effect of spacing regimes on growth, yield and wood properties of Tectona grandis at Longzua Forest Plantation, Tanzania, International of Journal Forestry, Volume 2015, Article

ID 469760, 6 pages, Hindawi Publishing

Company, Tanzania.

Zobel, B.1993. Clonal Forestry in the Eucalypts.

In : Clonal Forestry II. Conservation and Application. Springer-Verlag. Berlin : Hal 139-148.

Wiyono. 2012. Optimalisasi Pengelolaan

Management Regime III untuk Meningkatkan Hasil Kayu, Pangan, Herbal

dan Energi Terbarukan. Seminar Nasional Agroforestri III, 29 Mei 2012 halaman

Gambar

Table 1. Climate conditions of the research location
Tabel 2. Hasil pengukuran tanaman jati umur 10  tahun di Gunung Kidul
Tabel 3. Hasil análisis sidik ragam pertumbuhan tanaman jati umur 10 tahun  Table 3. The variance analysis of teak growth at 10 years
Table 5. The average of growth based on location and the origin of plant materials
+2

Referensi

Dokumen terkait

Abstrak Paper dan Prosiding Seminar Nasional dan Workshop Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik 5.. Alen Y, Putri D, Damris M, Putri SFR, Dwithania M,

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan kerja auditor dengan memberikan informasi kepada auditor mengenai pengaruh profesionalisme, etika profesi,

Abstrak: Supervisi klinis sangat dibutuhkan oleh guru untuk meningkatkan kinerja guru yang profesional. Melalui supervisi klinis, kepala sekolah dapat melakukan pembinaan kinerja

Permasalahan yang dihadapi Pabrik serat Mojogedang pada awal-awal berdirinya adalah kurangnya bahan baku yang masuk dalam pabrik karena bagi masyarakat Mojogedang

Kelembaban udara berkisar antara 40% sampai 70%

Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing siswa dapat turut berpartisipasi dalam pembelajaran, berinteraksi dengan siswa lain, dan saling

Diisi dengan nama paket pekerjaan, lokasi tempat pelaksanaan pekerjaan, nama dan alamat/telepon dari Pemberi Tugas/Pejabat Pembuat Komitmen, nomor/tanggal dan

Selain insektisida kimia, terdapat juga insektisida nabati yang dikenal juga dengan insektisida botani yang berasal dari tumbuh-tumbuhan yang mempunyai kelompok metabolit