• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Gambaran Umum Pneumonia

1. Definisi Pneumonia

Pneumonia   adalah   penyakit   infeksi   akut   yang   mengenai   jaringan   paru  (alveoli)   yang   disebabkan   terutama   oleh   bakteri   dan   merupakan   penyakit  saluran pernafasan akut yang sering menyebabkan kematian [8]

Penyebab   Pneumonia   adalah   infeksi   bakteri,   virus   maupun   jamur.  Pneumonia mengakibatkan jaringan paru mengalami peradangan. Akibatnya  kemampuan paru untuk menyerap oksigen menjadi berkurang. Kekurangan  oksigen membuat sel­ sel tidak bisa bekerja [8]. 2. Klasifikasi Pneumonia Klasifikasi berdasarkan frekuensi nafas, tarikan dinding dada bagian bawah,  bunyi nafas (stridor) .[9] 1. Pneumonia Batuk, demam lebih dari 38 0 C disertai sesak nafas. Frekuensi nafas lebih  dari 40 x / menit, ada tarikan dinding dada bagian bawah. Pada auskultasi  didapati bunyi stridor pada paru. 2. Non Pneumonia Bila bayi dan Balita batuk, demam 380C tidak disertai nafas cepat lebih dari  40 x / menit, tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak ada  bunyi stridor pada paru. Tabel 2.1

No Umur Nafas Normal Nafas Cepat (takepnea) 1 0 – 2 bulan 30 – 50 x / menit 60 x / menit 2 2 – 12 bulan 25 – 40 x / menit 50 x / menit 3 1 – 5 tahun 20 – 30 x / menit 40 / menit

(2)

3. Tanda dan Gejala Pneumonia

Gejala   penyakit   Pneumonia   biasanya   didahului   dengan   infeksi   saluran  nafas atas akut selama beberapa hari. Selain didapatkan demam, menggigil,  suhu   tubuh   meningkat   sampai   400  C,   sesak   nafas,   nyeri   dada,   dan   batuk 

dengan dahak kental, terkadang berwarna kuning kehijauan.[10]

Gejala dan tanda lainnya :

Batuk   berdahak,   nyeri   dada   (saat   menarik   nafas   dalam   atau   terbatuk),  demam, retraksi intercosta, sesak nafas, sakit kepala, nafsu makan berkurang,  mual   muntah,   kekakuan   sendi   dan   otot,   cyanosis,  ronchi,   thorak   foto  menunjukkan infiltrasi melebar.

4. Sumber dan Penyebab terjadinya Pneumonia

Sebagian   besar   penyebab   Pneumonia   adalah   mikroorganisme   (virus,  bakteri dan sebagian kecil  oleh penyebab lain  hidrokarbon (minyak tanah,  bensin, atau sejenisnya) dan masuknya makanan, minuman, susu, isi lambung  ke   dalam   saluran   pernafasan.   Berbagai   penyebab   Pneumonia   tersebut  dikelompokkan   berdasarkan   golongan   umur,   berat   ringannya   penyakit   dan  penyakit yang menyertainya.[11]

Penyebab Pneumonia adalah sebagai berikut : 1. Mikroorganisme

Mikroorganisme paling sering sebagai penyebab Pneumonia adalah virus,  terutama  Respiratory   Synsial   Virus  (RSV)   yang   mencapai   40   %.  Golongan bakteri yang ikut berperan terutama  Streptococcs pneumonia 

dan Hemofillus influenza type B (HIB). Awalnya mikroorganisme masuk 

ke   dalam   percikan   ludah   (droplet)   kemudian   terjadi   penyebaran  mikroorganisme dari saluran nafas bagian atas jaringan (parenkim paru)  dan sebagian lagi karena penyebaran melalui aliran darah.[11] 

2. Faktor intrinsik.[12]

Faktor   intrisik   yang   dapat   meningkatkan   risiko   kejadian   dan   risiko  kematian akibat  pneumonia pada  Balita adalah:

(3)

a. Umur

Umur   mempengaruhi   mekanisme   pertahanan   tubuh   seseorang.   Bayi  dan Balita mempunyai mekanisme pertahanan tubuh yang masih lemah  dibanding   dengan   orang   dewasa   sehingga   Balita   masuk   ke   dalam  kelompok   yang   rawan   terkena   infeksi,  misalnya   diare,   ISPA,  pneumonia.

b. Status gizi

Status gizi sangat berpengaruh terhadap daya tahan tubuh. Balita yang  mempunyai status gizi baik maka akan mempunyai daya tahan tubuh  yang lebih baik dibandingkan dengan anak yang mempunyai status gizi  kurang   maupun   buruk.   Keadaan   gizi   yang   buruk   muncul   sebagai  bagian dari faktor risiko kejadian pneumonia.

c. Status imunisasi

Cakupan imunisasi akan berperan besar dalam upaya pemberantasan  pneumonia.Cara yang paling efektif saat ini adalah dengan pemberian  imunisasi   DPT   dan   Campak.   Pemberian   imunisasi   Campak   dapat  mencegah   kematian   pneumonia   sekitar   11%,   imunisasi   DPT   dapat  mencegah kematian pneumonia sekitar 6%.

d. Jenis kelamin

Selama   masa   anak­   anak,   laki­   laki   dan   perempuan   mempunyai  kebutuhan energi yang hampir sama. Kebutuhan gizi untuk anak usia  10   tahun   pertama   adalah   sama,   sehingga   diasumsikan   kerentanan  terhadap   masalah   gizi   dan   konsumsinya   akan   sama   pula.   Menurut  penelitian yang dilakukan oleh Koblinski.1997 bahwa sesungguhnya  anak perempuan mempunyai kebutuhan biologis dan pada lingkungan  yang optimal mempunyai keuntungan yang diperkirakan sebesar 0,15 ­ 1 kali lebih di atas anak laki­ laki dalam hal tingkat kematian. e. ASI eksklusif Kolustrum mengandung zat kekebalan 10­ 17 kali lebih banyak dari  susu buatan. Zat kekebalan pada ASI melindungi bayi dari diare, alergi  dan infeksi saluran nafas terutama pneumonia. Bayi yang diberi  ASI 

(4)

eksklusif akan lebih sehat dan jarang sakit di bandingkan dengan bayi  yang tidak mendapat ASI ekslusif. f. Defisiensi vitamin A Pada kasus kekurangan vitamin A, fungsi kekebalan tubuh menurun  sehingga mudah terserang infeksi. Lapisan sel yang menutupi trakhea  dan paru mengalami keratinisasi sehingga mudah dimasuki oleh kuman  dan   virus   yang   menyebabkan   infeksi   saluran   nafas   terutama  pneumonia. g. Berat badan lahir rendah ( BBLR ) Berat badan lahir rendah menentukan pertumbuhan dan perkembangan  fisik dan mental pada masa Balita. Bayi dengan BBLR mempunyai  risiko kematian  yang lebih besar dibandingkan dengan bayi dengan  berat lahir normal terutama pada bulan­ bulan pertama kelahiran karena  pembentukan   zat kekebalan kurang sempurna sehingga lebih mudah  terkena   penyakit   infeksi     terutama   pneumonia   dan   infeksi     saluran  pernafasan lainnya.

3. Faktor ektrinsik[13]

Faktor   ektrinsik   yang   dapat   meningkatkan   risiko   kejadian   dan   risiko  kematian akibat pneumonia pada  Balita adalah:

a. Kondisi Fisik Rumah

Kondisi   fisik   rumah   sangat   mempengaruhi   terhadap   kejadian  pneumonia.

Pengertian Rumah

Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau  hunian dan sarana pembinaan keluarga.[5]

Secara   umum   rumah   dikatakan   sehat     apabila     memenuhi   kriteria  sebagai berikut :

a. memenuhi   kebutuhan   fisiologis   antara   lain   pencahayaan,   ruang  gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu b. memenuhi   kebutuhan   psikologis   antara   lain   privasi   yang   cukup, 

(5)

c. memenuhi   persyaratan   pencegahan   penularan   penyakit   antara  penghuni rumah dengan  penyediaaan air bersih, pengelolaan tinja  dan   air   limbah   rumah   tangga,   bebas   vektor   penyakit,   kepadatan  hunian   yang   tidak   berlebihan,   cukup   sinar   matahari   pagi,  terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran disamping  pencegahan dan penghawaan yang cukup

d. memenuhi   persyaratan   tidak   terjadinya   kecelakaan   baik   yang  ditimbulkan karena keadaan luar maupun dalam rumah antara lain  persyaratan garis sepadan jalan, konstruksi yang tidak mudah roboh,  tidak mudah terbakar dan tidak cenderung membuat penghuninya  jatuh tergelincir. Kontruksi rumah dan lingkungan yang tidak memenuhi syarat  kesehatan merupakan faktor resiko sumber penularan berbagai jenis  penyakit khususnya penyakit yang berbasis lingkungan.[16].

Rumah  sehat  adalah   proporsi rumah   yang memenuhi  kriteria  sehat.  Rumah yang sehat harus memenuhi 3 komponen yaitu: rumah, sarana  sanitasi dan perilaku.[5] Kriteria rumah sehat pada masing­masing parameternya adalah sebagai  berikut. 1. Komponen rumah meliputi : a. Langit­langit b. Dinding c. Jendela kamar tidur d. Jendela ruang keluarga e. Ventilasi f. Sarana pembuangan asap dapur g. Pencahayaan 2. Sarana sanitasi meliputi : a. Sarana air bersih b. Sarana pembuangan kotoran c. Sarana pembuangan limbah d. Sarana pembuangan sampah

(6)

3. Kolompok perilaku meliputi ; a. Membuka jendela kamar tidur b. Membuka jendela ruang keluarga c. Membersihkan rumah dan halaman d. Membuang tinja ke WC e. Membuang sampah pada tempat sampah B. Kondisi rumah yang berhubungan dengan kejadian pneumonia(14) 1. Kelembaban Kelembaban adalah banyaknya uap air yang terkandung dalam udara yang  biasanya dinyatakan dalam persen. Faktor­faktor kelembaban udara meliputi : a. Keadaan bangunan 1.  dinding Air hujan masuk dan meresap melalui pori­pori dinding sehingga akan  mengakibatkan kelembaban udara dalam ruangan. 2.  iklim dan cuaca Kelembaban udara secara menyeluruh dipengaruhi oleh iklim dan cuaca. Syarat­syarat kelembaban yang memenuhi standar kesehatan adalah sebagai  berikut : a. Lantai dan dinding harus kering b. Kelembaban udara berkisar antara 40% sampai 70% Alat yang digunakan untuk mengukur kelembaban adalah Higrometer,  digantung pada papan yang terbuat dari kayu kemudian dapat dilihat  berapa  angka  kelembaban  yang tertera  pada alat  tersebut kemudian  melakukan pencataan hasil.(14) 

 Keterkaitan antara kelembaban dan penyakit pneumonia adalah 

saling   berpengaruh   terhadap   kejadian   pneumonia.  Kelembaban   ini  sangat erat kaitannya dengan pertumbuhan etiologi pneumonia yang  berupa virus, bakteri dan jamur. Faktor etiologi tersebut dapat tumbuh  dengan baik jika kondisi optimal.[4] Penghuni ruangan biasanya akan 

(7)

2. Pencahayaan

Pencahayaan adalah proses masuknya cahaya ke dalam ruangan untuk  keperluan aktifitas.[15]

Pencahayaan dibagi menjadi dua kelompok : a. Pencahayaan alami

Cahaya   alami   diperoleh   dengan   masuknya   sinar   matahari   kedalam  ruangan   melalui   jendela,   celah­celah   dan   bagian­bagian   bangunan   yang  terbuka.  Cahaya   matahari   berguna   selain   untuk   penerangan   dapat   juga  untuk mengurangi kelembaban ruangan, mengusir nyamuk dan membunuh  kuman penyebab penyakit.[15].

Pencahayaan   alam   maupun   buatan   baik   langsung   maupun   tidak  langsung dapat menerangi seluruh ruangan minimal intensitasnya 60 lux  dan sebaiknya tidak menyilaukan.[15]  Menurut WHO standar minimal cahaya alam yang memenuhi syarat  kesehatan untuk berbagai keperluan salah satunya adalah kamar keluarga  dan kamar tidur adalah 60 lux. Untk memperoleh jumlah cahaya matahari  pada pagi hari secara optimal sebaiknya jendela kamar tidur menghadap ke  timur, luas jendela minimal 10­20% dari luas lantai.  Jarak masuk cahaya  juga diusahakan dengan memakai genteng kaca.[15] b. Pencahayaan buatan.[15]

Pencahayaan   buatan   yang   baik   dan   memenuhi   standar   dapat  dipengaruhi oleh : 1. Cara memasang sumber cahaya pada dinding atau langit­langit 2. Kontruksi sumber cahaya dengan ornamen yang dipergunakan 3. Luas dan bentuk ruangan 4. Penyebaran sinar dari sumber cahaya Alat yang dipakai untuk mengukur pencahayaan adalah luxmeter. Cara  penggunaannya   adalah   alat   langsung   diletakkan   pada   ruangan   yang   akan  diperiksa,   lihat   dan   dicatat   hasilnya.   Sehubungan   dengan   hal   tersebut  pemerintah   Indonesia   melalui   Departemen   Pekerjaan   Umum   (DPU)   telah  menetapkan bahwa untuk kesehatan ruangan, sinar matahari pagi harus masuk 

(8)

ke dalam ruangan minimal 1 jam sehari atau bila penerangan matahari tidak  langsung minimal 8 jam.

3. Ventilasi

Ventilasi adalah proses penyediaan udara segar dan pengeluaran udara  kotor   secara   alamiah   atau   mekanis   harus   cukup.[14] Berdasarkan   keputusan 

menteri   Kesehatan   No.   829/Menkes/SK/VII/1999   tentang   persyaratan  kesehatan perumahan, luas penghawaan atau ventilasi alamiah yang permanen  minimal 10% dari luas lantai.

Berdasarkan peraturan bangunan nasional, lubang hawa suatu bangunan harus  memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Luas   jendela   /   lubang   hawa   sekurang   –kurangnya   10%  dari   luas   lantai  ruangan.

b. Jendela   atau   lubang   hawa   harus   meluas   kearah   atas   sampai   setinggi  minimal 1,95 m dari permukaan lantai. c. Adanya lubang hawa yang berlokasi di bawah langit – langit sekurang –  kurangnya 0,35% luas lantai yang bersangkutan. Ventilasi rumah berfungsi :[5] a.  Untuk menjaga aliran udara di dalam rumah tetap segar. Hal ini berarti  keseimbangan oksigen yang diperlukan oleh penghuni rumah tetap terjaga.  Kurangnya ventilasi akan menyebabkan kurangnya oksigen di dalam rumah  yang   berarti   kadar   karbondioksida   yang   bersifat   racun   akan   meningkat.  Tidak  cukupnya ventilasi  juga akan  menyebabkan  kelembaban  udara di  dalam rumah akan naik karena terjadinya penguapan cairan.  Kelembaban  ini merupakan media paling baik untuk tumbuhnya bakteri patogen. b.  Membersihkan udara ruangan dari bakteri­ bakteri patogen,  karena terjadi  aliran udara yang terus menerus.  Ventilasi diukur dengan menggunakan rollmeter, kategori :  tidak standar   1. Bila ukuran ventilasi tidak sesuai dengan standar bangunan nasional standar      2. Bila ukuran ventilasi sesuai dengan dua atau lebih standar bangunan nasional

(9)

4. Kepadatan hunian

Kepadatan hunian adalah banyaknya penghuni yang tinggal didalam  rumah dibandingkan dengan luas ruangan.[16] Berdasarkan keputusan menteri 

Kesehatan   RI   No.   829/Menkes/SK/VII/1999   tentang   persyaratan   kesehatan  perumahan, luas ruang tidur minimal 8 meter, dan tidak dianjurkan digunakan  lebih dari 2 orang tidur dalam satu ruangan tidur kecuali anak umur dibawah 5  tahun.

  Salah   satu   cara   mencegah   penularan   penyakit   infeksi   saluran  pernafasan terutama pneumonia maka jarak tempat tidur satu dengan tempat  tidur lain minimal 90 cm. Dalam hubungan dengan penyakit pneumonia Balita  maka kepadatan hunian akan menyebabkan infeksi silang dengan penderita  pneumonia di suatu ruangan dan penularan penyakit melalui udara atau droplet  akan cepat terjadi.[12] Pada saat batuk, agent penyebab penyakit keluar dalam  bentuk droplet. Dan akan dibawa udara yang selanjutnya masuk ke host baru  melalui saluran pernafasan.[12] Tabel 2.2 Jumlah orang dibanding dengan jumlah kamar tidur.[19] Jumlah kamar Jumlah penghuni 1 2 orang 2 3 orang 3 5 orang 4 7 orang 5 10 orang  Tabel 2.3 Jumlah orang dibanding dengan luas lantai kamar.[19] Luas lantai kamar Jumlah penghuni 4,64 m2 0 4,64 – 65 m2 0,5 6,5 – 8 m2 1 8 – 10 m2 1,5 Kepadatan hunian rumah perlu diperhatikan karena:[17]

(10)

a. Semua orang memerlukan tempat untuk melakukan aktiiftasnya didalam  rumah

b. Keadaan   rumah   yang   penuh   sesak   oleh   penghuni   akan   mengurangi  kenyamanan dalam melakukan aktifitas

c. Rumah yang padat penghuni akan lebih memungkinkan cepat terjadinya  penularan oleh virus dan kontak perorangan

d. Rumah   padat   penghuni   akan   mempengaruhi   psikologis   penghuninya  sehingga produktifitas kerja akan menurun.

Tingkat   kepadatan   memiliki   hubungan   dengan   kejadian   pneumonia  khususnya Balita. Hal ini terjadi karena  tingkat kepadatan hunian rumah dapat  mempengaruhi   kualitas   udara   dalam   ruangan   dan   dapat   mempermudah  penularan penyakit untuk tingkat hunian rumah yang padat, berarti banyak  penghuninya   sehingga   menghasilkan   banyak   karbondioksida   sebagai   hasil  proses   pernafasan.   Karbondioksida   tersebut   mempengaruhi   kualitas   udara  dalam ruangan karena semakin banyak jumlah orang yang menghuni ruangan,  maka semakin banyak jumlah udara segar yang dibutuhkan untuk pernafasan,  sedangkan jumlah karbondioksida yang dihasilkan jauh lebih besar. Selain itu  dimungkinkan banyak orang tersebut membawa pencemar didalam ruangan.[16] Selain mempengaruhi kualitas udara, tingkat kepadatan hunian rumah  juga mempengaruhi kemudahan dalam proses penularan pneumonia. Semakin  banyak   jumlah   orang   yang   menghuni   rumah   maka   apabila   dalam   rumah  tersebut  terdapat  penderita pneumonia  akan terjadi  pencemaran  udara oleh  mikroorganisme penyebab pneumonia yang berasal dari doplet penderita. Apabila dalam ruangan dihuni banyak orang maka untuk proses persebaran  atau penularan semakin mudah dan cepat.[17]    Adapun alat yang digunakan 

mengukur ruangan adalah meteran. Bila kepadatan penghuni didalam rumah  tidak memenuhi persyaratan kesehatan rumah tinggal sebagaimana tercantum  diatas,   maka   bila   anggota   rumah   ada   yang   menderita   pneumonia   maka  kemungkinan akan menularkan penyakit pneumonia pada anggota keluarga  yang lain menjadi lebih cepat. 

Selain kondisi fisik rumah, faktor ektrinsik yang dapat meningkatkan  risiko kejadian pneumonia pada Balita adalah : 

(11)

1. Pendidikan ibu.[12]

Pendidikan ibu mempunyai pengaruh besar dalam tumbuh kembang  bayi dan Balita, karena pada umumnya pola asuh anak di tentukan oleh ibu.  Tingginya   mortalitas   dan   morbiditas   pneumonia   lebih   di   sebabkan   oleh  kurangnya informasi dan pemahaman yang di peroleh dari seorang ibu. 2. Tingkat jangkauan pelayanan kesehatan yang rendah.[12]

Rendahnya   tingkat   jangkauan   pelayanaan   kesehatan   sangat  mempengaruhi risiko morbiditas dan mortalitas pneumonia, karena akan  terlambat   memperoleh   diagnosa   sehingga   akan   mempengaruhi   upaya  pertolongan yang di butuhkan.

5. Masa Inkubasi

Masa inkubasi penyakit pneumonia 7 – 14 hari.[18] Faktor lain yang 

tertuang   dalam   penanggulangan   pneumonia   adalah   masih   buruknya  manajemen   program   penanggulangan   pneumonia   seperti   masih   lemahnya  deteksi   dini   kasus   pneumonia,   lemahnya   menejemen   kasus   oleh   petugas  kesehatan,   pengetahuan   yang   kurang   dari   masyarakat   tentang,   gejala   dan  upaya penggulangannya sehingga masih banyak kasus pneumonia yang datang  ke puskesmas dalam kategori pneumonia berat. 6.  Penatalaksanaan kasus pneumonia bayi dan Balita  1.  Penderita pneumonia berat dirujuk ke sarana kesehatan rujukan 2. Penderita pneumonia yang dirawat dirumah diberi terapi anti biotik dengn  tindakan penunjang. 3. Penderita dengan klasifikasi bukan pneumonia ( batuk pilek biasa) diberi  tindakan penunjang atau terapi yang sesuai dengan diagnosanya. 7. Bahaya Pneumonia pada bayi dan Balita  Pneumonia bisa meyebabkan kematian pada bayi dan balita. Pneumonia sering  kali dimulai dengan batuk pilek biasa, tetapi karena daya tahan tubuh anak  lemah,   hygiene   sanitasinya   rendah   dan   terlambat   mendapatan   pertolongan  maka resiko kematian akibat pneumonia menjadi meningkat.[14]

8.Pencegahan dan Penanggulangan Pneumonia.[15]

(12)

Upaya pencegahan penyakit pneumonia meliputi  kelengkapan imunisasi ,  perbaikan gizi anak termasuk promosi ASI, peningkatan kesehatan ibu  hamil untuk mencegah BBLR, mengurangi kepadatan hunian rumah dan  memperbaiki ventilasi rumah. b. Penanggulangan penyakit menular pneumonia. Yang dimaksud dengan penanggulangan penyakit menular adalah upaya  untuk   menekan   penyakit   menular   di   masyarakat   serendah   mungkin  sehingga tidak menjadi gangguan kesehatan bagi masyarakat. Ada tiga  kelompok sasaran yaitu: 1. Kelompok sasaran langsung pada sumber penularan pejamu Sumber penularan pneumonia adalah manusia maka cara yang paling  efektif adalah dengan memberikan pengobatan 2. Sasaran ditujukan pada cara penularan Penularan penyakit pneumonia dapat berlangsung melalui perantaran  udara   maupun   kontak   langsung.   Upaya   pencegahan   melalui   kontak  langsung   biasanya   dititik   beratkan   pada   penyuluhan   kesehatan.  Pencegahan penularan melalui udara dapat dilakukan dengan perbaikan  sistem ventilasi serta aliran udara dalam ruangan

3. Sasaran ditujukan pada pejamu potensial

Peningkatan   kekebalan   khusus   dapat   dilakukan   dengan   pemberian  imunisasi dasar sebagai bagian dari program pembangunan kesehatan  yang   ternyata   cukup   berhasil   dalam   usaha   meningkatkan   derajat  kesehatan serta menurunkan angka kematian bayi dan balita. Saat ini  vaksinasi yang dapat mencegah pneumonia pada bayi dan balita  yng  diterapkan di Indonesia sebagai program imunisasi dasar baru DPT dan  Campak saja.[11].  Penanggulangan penyakit pneumonia menjadi fokus 

kegiatan  utama program P2 ISPA. Program ini mengupayakan  agar  istilah pneumonia lebih dikenal di masyarakat sehingga memudahkan  kegiatan   penyuluhan   dan   penyebaran   informasi   tentang  penanggulangan pneumonia.

(13)

C. Kerangka Teori Berdasarkan teori diatas disusun kerangka teori sebagai berikut. Faktor ektrinsik a. Kepadatan hunian b. Pencahayaan c. Ventilasi d. Kelembaban     Gambar. 1 Kerangka teori Sumber : 7,11,15,18 D. Kerangka Konsep Variabel bebas a. Kepadatan hunian b. Pencahayaan Varibel terikat c. Ventilasi d. Kelembaban Variabel pengganggu Gambar 2. Kerangka konsep Faktor intrinsik a. Umur b. Jenis Kelamin c. Status gizi d. Status imunisasi e. ASI eksklusif f. Defisiensi vitamin A g. BBLR Kejadian

Pneumonia Faktor orang tua1. Pendidikan ibu Sumber Penularan Jangkauan pelayanan kesehatan Kejadian Pneumonia a. Status Gizi b.  Status Imunisasi c.  Umur d.  Berat badan lahir e.  Jenis kelamin

(14)

E. Hipotesis

1. Ada   hubungan   antara   kepadatan   hunian   dalam  kamar  dengan   kejadian  pneumonia pada  Balita

2. Ada hubungan antara kelembaban dalam kamar dengan kejadian pneumonia  pada Balita

3. Ada hubungan antara ventilasi kamar dengan kejadian pneumonia Balita 4. Ada   hubungan   antara   pencahayaan   di   dalam  kamar  dengan   kejadian 

(15)

Referensi

Dokumen terkait

Papan partikel yang dibuat dari kayu dengan kerapatan rendah akan mengalami pengempaan yang lebih besar pada saat pembuatan, sehingga bila direndam dalam air akan

Papan partikel yang dibuat dari kayu dengan kerapatan rendah akan mengalami pengempaan yang lebih besar pada saat pembentukan sehingga bila direndam dalam air

Kelemahan lainnya adalah tidak semua jenis kayu atau bahan berlignoselulosa dapat digunakan sebagai bahan baku papan semen karena adanya zat ekstraktif seperti gula,

a) Mekanik robot merupakan anggota badan robot, yang dapat terbuat dari bermacam-macam bahan baik dari logam, maupun dari bahan non-logam, misalkan kayu, acrylic,

Wayang golek ini menampilkan golek yaitu semacam boneka yang terbuat dari kayu yang memerankan tokoh tertentu dalam cerita pewayangan serta dimainkan oleh seorang Dalang

Papan partikel yang dibuat dari kayu dengan kerapatan rendah akan mengalami pengempaan yang lebih besar pada saat pembentukan sehingga bila direndam dalam air akan

Papan partikel yang dibuat dari kayu dengan kerapatan rendah akan mengalami pengempaan yang lebih besar pada saat pembentukan sehingga bila direndam dalam air akan terjadi

Dalam penelitian lain yang dilakukan oleh Muntaha & Caesar, 2016 menyatakan bahwa dari hasil uji statistik diperoleh nilai p value 0,040 yang artinya ada hubungan antara kelembaban