BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DASAR TEORI BALOK MONOLIT
Kayu yang dipergunakan untuk macam-macam konstruksi bangunan dan peralatan atau perabotan rumah tangga berasal dari pohon-pohonan yang tumbuhnya tersebar diseluruh dunia dan terdiri dari bermacam-macam jenis.
Manusia menggunakan kayu sebagai bahan bangunan, karena kayu mempunyai sifat: cukup keras, ringan, liat/kenyal dan mempunyai daya lentur. Keuntungan penggunaan kayu adalah banyak terdapat dalam jumlah ukuran yang besar, dan mudah dikerjakan.
Kurang baiknya bahan kayu adalah: mudah terbakar, kebanyakan jenis kayu tidak awet, bila digunakan pada bangunan atau bagian konstruksi yang kena panas dan hujan, dan kayu dapat terpengaruh oleh iklim.
2.1.1. Berat-Jenis Dan Kekuatan Kayu.
Berat jenis kayu ditentukan pada kayu yang telah kering. Arti kering disini adalah kering-udara. Kadar kayu kering di Indonesia berkisar antara 12-20% dari kayu kering mutlak.
Tabel 2.1 Kelas-Kuat Kayu
KELAS KUAT BERAT JENIS (B.J) KERING-UDARA (KADAR-LENGAS +- 15%) KUAT LENTUR MUTLAK ( KG/CM2) KUAT-DESAK MUTLAK ( KG/CM2) I II III IV V Lebih dari 0,90 0,90 – 0,60 0,60 – 0,40 0,40 – 0,30 Kurang dari 0,30 Lebih dari 1100 1100 – 725 725 – 500 500 – 360 Kurang dari 360 Lebih dari 650 650 – 425 425 – 300 300 – 215 Kurang dari 215
2.1.2. Keawetan Kayu
Keawetan kayu serta klasifikasinya berdasarkan percobaan-percobaan, tanpa diadakan pengawetan lebih dulu. Kayu dibiarkan rusak oleh pengaruh air tanah , panas, hujan dan oleh serangga maupun cendawan. Hal-hal yang menentukan klas-keawetan terantum dibawah ini:
• Lamanya kayu bertahan sebagai tonggak yang ditanam ditanah dan dibiarkan kena hujan dan panas.
• Lamanya kayu bertahan bila dibiarkan kena hujan dan panas, tetapi tidak berhubungan dengan tanah basah.
• Lamanya kayu bertahan sebagai konstruksi yang terlindung atau tertutup atap. • Diserang rayap.
• Diserang bubuk.
Klasifikasi keawetan kayu berdasarkan a,b,c,d, dan e seperti dalam daftar dibawah ini:
Tabel 2.2 Kelas Kewetan Kayu
klasifikasi I II III IV V
Lama bertahan
sebagai tonggak Lebih dari 8 tahun 5 – 8 tahun 3 – 5 tahun
Kurang dari 3 tahun Cepat sekali rusak Lama bertahan bila dibiarkan terkena hujan dan panas Lebih dari 20 tahun 15 – 20 tahun 10 – 15 tahun Kurang dari 10 tahun Cepat rusak Lama bertahan sebagai konstruksi yang terlindung
Lama sekali Lama sekali Perlu pengawetan Perlu pengawetan Perlu pengawetan Diserang rayap Tidak Tidak Diserang Diserang Diserang Diserang bubuk Tidak Tidak Tidak Diserang
tak hebat Diserang
2.1.3. Mutu Kayu
Mutu A :
a. Kayu harus kering udara.
b. Besarnya mata kayu tidak melebihi 1/6 dari lebar balok dan tak lebih dari 3,5cm.
c. Balok tidak boleh mengandung bidang batas global yang lebih besar dari 1/10tinggibalok d. Miring arah serat, tg α, tidak boleh lebih dari 1/10.
e. Retak-retak dalam arah radial tidak boleh lebih dari ¼ tebal kayu, dan retak-retak menurut linkaran tahunan tidak boleh melebihi 1/5 tebal kayu.
Mutu B:
a. Kadar lengas kayu kurang atau sama dengan 30%.
b. Besarnya mata kayu tidak melebihi ¼ dari lebar balok dan tak lebih dari 5cm.
c. Balok tidak boleh mengandung bidang batas global yang lebih dari 1/10 tinggi balok. d. Miring arah serat, tg α, tidak boleh lebih dari 1/7.
e. Retak-retak dalam arah radial tidak boleh lebih dari 1/3 tebal kayu, dan retak- retak menurut linkaran tahunan tidak boleh melebihi ¼ tebal kayu.
2.1.4. Jenis-Jenis Kayu
Di Indonesia banyak sekali jenis pohon, kurang lebih 3000 jenis, tetapi baru ±150 pohon yang diselidiki oleh LPPK. Dibawah ini beberapa contoh jenis pohon yang kayunya diperdagangkan sebagi bahan bangunan.
A. Jati.
Pohon Jati yang terdapat di Indonesia umumnya pulau Jawa dan Madura, berasal dari India dan Burma. Warna kayu tergantung jenisnya.
a. Jati kembang, warna kayu oklat atau coklat muda, seratnya tidak lurus, dan bila kayu diketam bentuk urat seperti bunga.
b. Jati minyak, warna kayu coklat tua, seratnya agak lurus, hasil ketaman mengkilap seperti beminyak.
c. Jati doreng, warna kayu coklat muda, seratnya tidak lurus dan muka hasil ketaman memperlihatkan garis-garis memanjang yang warnanya coklat tua kehitaman.
d. Jati kapur, warna kayu oklat muda, seratnya agak lurus dan pori-porinya mengandung kapur.
Kekuatan kayu termasuk kelas-kuat II dan keawetan kayu temasuk kelas-awet I.
B. Koromandel (“Coromandel”)
Nama lain adalah “Ebony”, kayu-hitam atau kayu arang. Warnanya ungu dengan garis-garis hitam memanjang. Pohon ini banyak terdapat di Sulawesi dan kepulauan Maluku. Kekuatan maupun Keawetan Kayu termasuk kelas I. Seratnya dapat dikatakan lurus.
C.Bedaru
Kayu jenis ini di Kalimantan dan Riau disebut juga Bedaru, di Palembang garu-buaya dan Sumatra Barat dan Bengkulu disebut Tusam. Warnanya merah muda kekuning-kuningan.Kekuatan dan keawetan kelasI.
D.Ulin
Di Kalimantan dan Palembang juga disebut kayu besi.Warnanya coklat-kuning dan lama-kelamaan menjadi coklat tua dan hitam. Kekuatan dan Keawetan termasuk kelas I. Karena kayunya keras dan liat, dapat dipergunakan untuk tiang fondasi, gelagar-gelagar, tiang-rumah, lantai kayu dan sirap.
E.Bengkirai
Warna kayu coklat-muda. Nama lain di Kalimantan: Benua,benuas dan enggalam. Kekuatan dan Kewetan kelas I-II.
F. Cempaka
Di Jabar disebut manglid atau baros, di Jateng cempaka dan di Sumatera disebut medang. Warna kayu coklat kekuning-kuningan. Kekuatan kayu termasuk kelas III dan kewetan kelas
G. Keruing
Di Sumatera disebut lagan, di Kalimantan kruen atau tampudau dan di Jateng/Jatim palahlar. Warna kayu coklat agak muda. Kekuatan kayu temasuk kelas I – II dan keawetan kelas III. Beberapa produk kayu yang dapat digunakan dalam konstruksi, yaitu:
1. Kayu gergajian
Kayu gergajian yang telah dicoba dibuat untuk partisi dinding antara lain kayu karet, mindi, kelapa dan mangium. Partisi dinding yang dibuat dari kayu karet yang
diawetkan dengan boron menunjukkan penampilan yang mirip dengan ramin. Sedangkan yang dibuat dari kayu mangium menunjukkan menampilan seperti jati. 2. Kayu lapis
Kayu lapis indah yang dibuat dari venir mangium, tusam, mindi dan mimba dapat digunakan untuk dinding dengan penampilan yang cukup bagus.
3. Papan mineral
Papan mineral seperti papan gypsum dan papan mineral. Papan semen yang dibuat dari kayu karet, jeungjing ternyata dapat digunakan untuk pembuatan dinding bangunan yang tahan lama. Contoh bangunan yang menggunakan dinding papan semen jeungjing adalah rumah dinas di Kompleks Kehutanan Albizia, Sindang Barang yang dibangun pada tahun 1971, sampai saat ini masih layak huni, demikian pula rumah dinas Kehutanan Rasamala yang dibangun pada tahun 1980-an.
2.1.5. Dimensi Beberapa Jenis Kayu Rakyat Di Pasaran
Ukuran kayu rakyat dalam bentuk kayu gergajian bervariasi untuk setiap jenis kayu tertentu seperti kayu mahoni yang biasanya dipakai sebagai bahan mebel, kayu buah sebagai bahan kayu pertukangan dan konstruksi.
Tabel 2.3 Ukuran penampang balok untuk rangka dinding yang biasa digunakan
Balok Ukuran penampang (cm) Untuk bantalan 6/8, 8/8, 8/10, 10/10, 10/12, 12/12 Untuk dinding 8/12, 10/12, 10/14, 12/14, 12/16 Kuda-kuda penopang 8/8, 8/10, 10/10, 10/12, 12/12, 12/14 Tiang 8/8, 10/10, 12/12
Palang 6/8, 8/8, 8/10, 10/10, 10/12, 12/12 Sumber : SK SNIS – 1990. Departemen PU
Dalam beberapa hal ukuran tersebut sangat sulit diperoleh di pasaran, hal ini karena untuk memperoleh ukuran yang sesuai standard dan persyaratan perhitungan gaya, maka diperlukan ketelitian yang tinggi sejak saat penggergajian yang memperhitungkan adanya kadar air dan penyusutan arah. Selain itu kayu yang digergaji yang umumnya berasal dari hutan rakyat, berdiameter kecil dengan mutu batang yang kurang bagus (bengkok dan porsi gubalnya tinggi).
2.1.6. Teori pembebanan
• Beban Mati (D)
Beban mati adalah berat dari semua bagian dari suatu struktur atap yang bersifat tetap, termasuk segala unsur tambahan, penyelesaian-penyelesaian, mesin-mesin serta peralatan tetap yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari struktur itu. Yang diakibatkan oleh berat konstruksi permanen seperti berat sendiri, berat gording, penutup atap (metal roof), dan plafond. Dalam analisis, semua beban diatas dijadikan beban terpusat.
Dalam Peraturan Muatan Indonesia (PMI), beban mati atap ditetapkan 50 kg/m2, sudah berikut genteng, gording, kaso. Karena jarak antar kuda-kuda adalah 10 m, maka diambil nilai beban yang ditransfer ke portal kanan dan kirinya dengan pembagian 1 : 1 dari tengah bentang.
Dengan demikian, beban maksimum dipikul oleh kuda-kuda yang berada di tengah bentang, yang secara total menahan beban sepanjang 10 m per satuan lebar. Maka beban
atap yang telah diketahui dikonversikan menjadi beban garis kemudian beban mati tsb dikonversikan menjadi beban titik yang letaknya pada join atas batang batang vertikal.
PD = qm x L2 x (a/cos α)
Plafond
Diambil berat Plafond adalah 18 kg/m2, beban ini merata pada bidang datar rangka
kuda-kuda.
• Beban Hidup (L)
Beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat penghunian atau penggunaan suatu struktur, khusus pada atap ke dalam beban hidup termasuk beban yang berasal dari air hujan, baik akibat genangan maupun akibat tekanan jatuh (energi kinetik) butiran air dan beban yang ditimbulkan selama perawatan oleh pekerja, peralatan dan material atau selama penggunaan biasa oleh orang dan benda bergerak.
Beban orang yang merupakan beban hidup(La) menurut PMI adalah sebesar 100 kg yang diletakkan di joint rangka atap searah dengan arah sumbu global (arah gravitasi).
P = 100kg
• Beban Angin (W)
Beban ini merupakan beban tidak permanen yang bekerja pada rangka atap yang disebabkan adanya selisih tekanan udara. Pada beban angin ini terbagi atas tekanan tiup dan tekanan isap. Beban angin yang diperhitungkan dalam struktur rangka atap berdasarkan PMI adalah sebesar 25 kg/m2. Berdasarkan koefisien angin dengan atap segi-tiga dengan sudut kemiringan α sebagai maka:
Koefisien angin tiup pada atap (di pihak angin α < 65° ) = (0.02α – 0.4)
= – 0.4
beban yang menentukan adalah P = 25 kg/m2
Maka gaya tiup dan isap oleh angin dapat dihitung sebagai berikut : Gaya tiup pada atap = (0.02α – 0.4)P. L2 kg/m
Gaya isap pada atap = - 0.4. P. L2 kg/m
Beban diatas masih merupakan beban merata pada bidang miring, jadi perlu dijadikan beban titik. Dimana beban angin ini bekerja tegak lurus terhadap bidang kontak.
Karena beban angin ada yang bertanda positif dan negatif maka yang terjadi adalah bidang miring atap menerima tekanan angin tiup dan tekanan angin isap.
2.1.7. Rumus Desain
Untuk menghitung tegangan yang terjadi pada batang tekan dapat ditentukan dengan rumus di bawah ini : // . tk P A ω σ =
dimana ω adalah angka tekuk yang nilainya berdasarkan λ. Dimana i L k. = λ
Untuk struktur truss (sendi-sendi), k =1
I i
A
2.2. DASAR TEORI KAYU LAPIS
2.2.1 Teknologi perekatan
Dari kayu yang berasal dari tanaman rakyat telah dihasilkan beberapa produk perekatan yang mempunyai prospek untuk dikembangkan, antara lain kayu lapis indah, glulam, papan partikel, papan mineral dan papan blok.
1. Kayu lapis indah
Kayu lapis indah adalah kayu lapis yang permukaannya diberi lapisan venir dan kertas bercorak indah. Kayu lapis indah yang dibuat dari venir kayu manii, gmelina, mimba dan mangium mutunya memenuhi standar Indonesia.
2. Glulam
Glulam yang lebih dikenal sebagai balok lamina merupakan suatu balok yang diperoleh dari perekatan papan gergajian yang berdimensi lebih kecil yang direkat sejajar serat sehingga diperoleh balok dengan ukuran yang lebih besar. Balok lamina telah lama digunakan oleh masyarakat. Di Indonesia sendiri glulam digunakan pada konstruksi bangunan (contohnya aula di ITB) dan Kapal Patroli Cepat (Fast Patrol Boat, FPB-28). Penelitian mengenai glulam dari kayu gmelina, mangium, karet, sengon telah dilakukan dengan menggunakan perekat tannin resorsinol formaldehida (TRF) dan lignin resorsinol formaldehida (LRF), menunjukkan bahwa perekat TRF cukup baik (memenuhi standar JAS dan SNI) untuk kayu lamina kecuali untuk mangium. Untuk jenis ini perekat LRF meunjukkan hasil yang lebih baik. Balok lamina yang dihasilkan setara dengan kayu kelas kuat II.
3. Papan partikel
Papan partikel dapat dibuat dari jenis-jenis kayu hutan rakyat antara lain, mangium dan sengon bahkan bambu dalam bentuk chip atau berupa serbuk. Papan partikel juga dapat dibuat secara komposit dari serbuk gergaji kayu sengon untuk penggunaan di luar ruangan dan dalam ruangan yang berkelembaban tinggi dengan menggunakan perekat berbasis tanin maupun isocianat. Ditinjau dari emisi formaldehida maupun kestabilan dimensi terhadap
pengaruh kelembaban tinggi dan keteguhan rekat internalnya, papan partikel komposit sengon aman digunakan sebagai komponen rumah baik di dalam ruangan khususnya plafon, penyekat ataupun sebagai dinding yang tidak terlalu menahan beban.
Gambar 2.1. Contoh produk papan partikel komposit sengon
4. Papan mineral
Beberapa jenis papan mineral telah dikenal digunakan sebagai penyekat ruangan seperti papan gypsum, papan wol kayu. Papan wol kayu dari kayu sengon yang dibuat telah dicoba untuk dinding di perumahan dan kantor.
5. Papan blok
Papan blok, yang merupakan kayu lapis berintikan kayu gergajian telah digunakan baik sebagai penyekat dinding atau cetakan beton.
6. Balok kotak
Balok kotak (box beam) yang dibuat dari kayu meranti berbentuk kaso (sebagai sayap=flange) dan kayu lapis dan papan partikel (sebagai badan =web pada kiri dan kanan balok) ukuran b x h x L = 9.1 x 20 x 244 cm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa balok kotak yang dihasilkan mempunyai MOE-flatewise berkisar antara 29.004 kg/cm2 – 54.031 kg/cm2; MOE-edgewise antara 60.234 kg/cm2 – 90.167 kg/cm2; Nilai MOR 61 kg/cm2 – 290 kg/cm2. Secara teknis gelagar kotak ini dapat dikembangkan sebagai kayu konstruksi dimana bahan komponen penyusun banyak tersedia.
2.2.2 Klasifikasi
Tipe kayu lapis dan papan blok
Kayu lapis dan papan blok penggunaan umum diklasifikasikan menjadi 4 tipe berdasarkan kekuatan ikatan perekatnya yaitu:
o Tipe Eksterior I, adalah kayu lapis dan papan blok yang dalam penggunaannya tahan terhadap cuaca dalam waktu relatif lama.
o Tipe Eksterior II, adalah kayu lapis dan papan blok yang dalam penggunaannya tahan terhadap cuaca dalam waktu relatif pendek.
o Tipe Interior I, adalah kayu lapis dan papan blok yang dalam penggunaannya hanya tahan terhadap kelembaban udara tinggi.
o Tipe Interior II, adalah kayu lapis dan papan blok yang dalam penggunaannya hanya tahan terhadap kelembaban udara rendah
2.2.3 Syarat Mutu
• Syarat umum:
o Tidak diperkenankan adanya delaminasi dan lepuh.
o Pada lapisan dalam diperkenankan adanya cacat berupa mata kayu sehat/busuk, lubang gerek, kulit tersisip, kantung damar, damar basah, perubahan warna, pecah, tambalan, permukaan kasar, sambungan, sisipan dan cacat lain asalkan tidak mempengaruhi permukaan kayu lapis.
• Syarat khusus:
o Syarat khusus mutu penampilan lapisan muka tercantum pada Tabel 2.6. Tabel 2.4 Persyaratan mutu lapisan muka
Mutu No. Cacat
A B C D
1 CACAT ALAMI
Sehat � < 25 mm, 4 bh, tersebar, diamplas rata � < 45 mm, 6 bh, tersebar, diamplas rata Tidak dibatasi, tersebar, diamplas rata Tidak dibatasi, diamplas rata Busuk Tidak diperkenankan � < 15 mm, 6 bh, tersebar, didempul diamplas rata � < 25 mm, tersebar, didempul, diamplas rata Tidak dibatasi, didempul, diamplas rata 1.2. Lubang Gerek bulat � < 1 mm, 5 bh, tersebar, didempul, diamplas rata, bebas dari pinggiran hitam � < 2 mm, tersebar, didempul, diamplas rata Tidak dibatasi, tersebar, didempul, diamplas rata Tidak dibatasi, didempul, diamplas rata
Gerek panjang Tidak diperkenankan
� < 1 mm x 10 mm jumlah 4 kali luas permukaan kayu lapis dalam m2, tersebar, didempul, diamplas rata Tidak dibatasi, tersebar, didempul, diamplas rata Tidak dibatasi, didempul, diamplas rata Lubang lainnya � < 1 mm, 5 bh, tersebar, didempul, diamplas rata, bebas dari pinggiran hitam � < 2 mm, tersebar, didempul, diamplas rata Tidak dibatasi, tersebar, didempul, diamplas rata Tidak dibatasi, didempul, diamplas rata 1.3. Kantung damar/kulit tersisip Diperkenankan, didempul Diperkenankan, didempul Diperkenankan, didempul Diperkenankan
1.4. Damar basah Tidak
diperkenankan
Tidak
diperkenankan
Sedikit Tidak dibatasi,
asal tidak mengganggu penggunaan 1.5. Perubahan warna Tidak diperkenankan < 5% luas permukaan < 10% luas permukaan Tidak dibatasi 1.6. Lapuk Tidka diperkenankan Tidak diperkenankan Sedikit Sedikit 1.7. Retak melintang Tidak diperkenankan Panjang < 50 mm, seperti rambut Panjang < 100 mm, seperti rambut Tidak dibatasi 2. CACAT TEKNIS 2.1. Pecah < 2 mm x 250 mm, atau < 3 mm x 200 mm tiap ujung < 2 bh, didempul, diamplas rata < 2 mm x 600 mm, atau < 3 mm x 350 mm tiap ujung < 3 bh, didempul, diamplas rata < 5 mm x 1/3 p, didempul, diamplas rata < 5 mm x 1/2 p, didempul, diamplas rata 2.2. Tambalan Tidak diperkenankan Tidak diperkenankan < 5 mm x 60 mm, 1 bh, rapat, warna sesuai < 10 mm x 220 mm, 1 bh, rapat, warna sesuai 2.3. Permukaan kasar Tidak diperkenankan Tidak diperkenankan Sedikit, didempul, diamplas rata Tidak dibatasi, diamplas rata 2.4. Sambungan < 2 bh, rapat, warna sesuai, arah serat sejajar sisi kayu
Diperkenankan, rapat, warna sesuai, arah serat sejajar sisi kayu lapis
Diperkenankan, rapat, arah serat sejajar sisi kayu lapis
lapis 2.5. Sisipan < 10 mm x 150 mm, 1 bh, rapat, warna sesuai, dipinggir kayu lapis < 20 mm x 200 mm, 1 bh, rapat, warna sesuai, dipinggir kayu lapis Tidak dibatasi, rapat, warna sesuai Tidak dibatasi, rapat
2.6. Cacat pisau Tidak
diperkenankan Tidak diperkenankan < 1 mm, halus Tidak mencolok, tidak mengganggu penggunaan 2.7. Cacat kempa Tidak
diperkenankan Sedikit, didempul, diamplas rata Tidak mencolok, didempul, diamplas rata Diperkenankan, didempul, diamplas rata 2.8. Cacat amplas Tidak
diperkenankan Tidak diperkenankan Tidak diperkenankan Sedikit 2.9. Goresan Tidak diperkenankan Tidak diperkenankan Diperbaiki, halus & rata
Tidak mencolok 2.10. Noda perekat
kertas, oli atau minyak Tidak diperkenankan Tidak diperkenankan Sedikit Tidak mencolok 2.11. Ketebalan tidak rata Tidak diperkenankan Tidak diperkenankan Tidak diperkenankan Sedikit 2.12. Potongan kasar Tidak diperkenankan Tidak diperkenankan Diperbaiki, halus Sedikit
• Syarat khusus mutu penampilan lapisan dalam tercantum pada Tabel 2.5. Tabel 2.5 Persyaratan mutu lapisan dalam
M u t u No. C a c a t
A B C D 1. Tumpang tindih Tidak
diperkenankan Tidak diperkenankan < 5 mm x 100 mm, 1 bh < 5 mm x 150 mm, 2 bh 2. Celah Tidak diperkenankan < 2 mm, tidak tampak pada muka < 3 mm, tidak tampak pada muka < 5 mm
3. Ukuran panjang Tidak
diperkenankan Tidak diperkenankan < 3 mm x 12 mm, 1 bh < 5 mm x 20 mm, 2 bh
• Syarat minimal mutu penampilan lapisan belakang tercantum pada Tabel 2.6. Tabel 2.6 Persyaratan minimal mutu lapisan belakang
No. C a c a t Syarat Mutu
1. CACAT ALAMI 1.1 Mata kayu : - sehat
- busuk
Tidak dibatasi Tidak dibatasi 1.2 Lubang : - gerek bulat
- gerek panjang - lainnya
Tidak dibatasi Tidak dibatasi Tidak dibatasi 1.3 Kulit tersisip/kantung damar Diperkenankan
1.4 Damar basah Diperkenankan, asal tidak mengganggu penggunaan
1.5 Perubahan warna Tidak dibatasi
1.6 Lapuk Sedikit
2. CACAT TEKNIS
2.1 Pecah < 5 mm x 1/2 p
2.2 Tambalan < 110 mm x 220 mm, 1 bh, rapat, warna sesuai
2.3 Permukaan kasar Tidak dibatasi
2.4 Sambungan Diperkenankan
2.5 Sisipan Tidak dibatasi, rapat
2.6 Cacat pisau Tidak mencolok, tidak mengganggu penggunaan
2.7 Cacat kempa Diperkenankan
2.8 Cacat amplas Sedikit
2.9 Goresan Tidak mencolok
2.10 Noda perekat, kertas, oli atau minyak Tidak mencolok 2.11 Ketebalan tidak rata Sedikit
2.12 Potongan kasar Sedikit
• Kadar air
Kadar air kayu lapis dan papan blok penggunaan umum tidak diperkenankan lebih dari 14%.
• Keteguhan rekat
Keteguhan rekat pada kayu lapis penggunaan umum untuk setiap tipenya harus sesuai dengan persyaratan pada Tabel 2.7.
Tabel 2.7 Persyaratan keteguhan rekat kayu lapis
No. Nilai keteguhan rekat
rata-rata (kg/cm2) Kerusakan kayu rata-rata (%)
1. > 7 Tidak dipersyaratkan
2. 3,5 - < 7 > 50
Keteguhan rekat pada papan blok penggunaan umum harus lulus uji sesuai dengan tipenya.
2.2.4 Syarat Ukuran
• Sistem satuan ukuran
Sistem satuan ukuran yang diterapkan adalah sistem satuan internasional (SI). • Alat ukur
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur kayu lapis dikalibrasi oleh instansi yang berwenang.
• Dimensi
o Panjang, lebar dan tebal adalah dimensi nominal yang dinyatakan dalam satuan mm.
o Kesikuan dinyatakan dengan selisih panjang kedua diagonal dalam satuan mm.
o Toleransi dimensi untuk semua ukuran kayu lapis penggunaan umum disyaratkan seperti tercantum pada Tabel 2.8.
Tabel 2.8 Toleransi dimensi kayu lapis dan papan blok
No. Ukuran Toleransi
1. Panjang - 0,00 mm, + 1,6 mm 2. Lebar - 0,00 mm, + 1,6 mm 3. Tebal : < 6 mm > 6 mm + 5% + 3% 4. Kesikuan < 3 mm 2.2.5 Rumus Desain
Dalam perencanaan kuda-kuda dengan kayu lapis, secara umum rumus yang digunakan hampir sama dengan balok monolit, hanya terdapat beberapa perbedaan saja. Berikut ini rumus yang digunakan dalam perencanaan kayu lapis:
Akibat terjadi gaya tekan pada suatu batang akan menyebabkan terjadi tekuk. Sehingga dalam merencanakan batang tekan selain memperhitungkan kuat tekan, bahaya tekuk juga harus diperhitungkan agar nantinya struktur tidak mengalami kegagalan. Karena bila tekuk yang terjadi melebihi toleransi akan dapat menimbulkan masalah.
Asumsi :
Kayu yang dipakai adalah kayu dimana serat searah dengan gaya tekan yang terjadi pada batang
P P
Gambar 2.2 Profil kayu tekan Kayu Lapis
// . tk P A ω σ =
dimana ω adalah angka tekuk yang nilainya berdasarkan λ. Dimana i L k. = λ
Untuk struktur truss (sendi-sendi), k =1
I i
A
=
Cek Kuat Geser
P Ww D * 60 = 2 max max 12 / * * cm kg I b S D y y ≤ = = τ τ
• Gaya geser yang dipikul klos (L)
1 * L I S D L y y =
• Desain paku yang diperlukan Diameter paku: tk dn 7 1 ≤ ! ) ( ) ( ) ( 8 ) ( OK syarat L tersedia L tk Ln tersedia L dn syarat L ⇒ > − = = Paku 1 irisan dn dn N + = 1 500 2 1
Paku 2 irisan
1
2 2N
N =
Kontrol tegangan yang terjadi:
• Batang penyambung dibebani sentris ` 2 // _ // 85 / * % 80 cm kg An S Ab An tk tk = < = = σ σ
• Batang induk dibebani secara eksentris Per batang S2 2 // _ // 85 / 2 / 5 . 1 * % 80 cm kg An S Ab An tk tk = < = = σ σ
Jumlah paku yang dibutuhkan =
N L