• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bunga lili (Lilium spp.) merupakan salah satu komoditas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bunga lili (Lilium spp.) merupakan salah satu komoditas"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

B

unga lili (Lilium spp.) merupakan salah satu komoditas tanaman hias penghasil bunga potong yang penting di dunia. Lili termasuk bunga potong yang mempunyai pasar tertinggi di Eropa bersama-sama dengan mawar, tulip, krisan, dan gerbera (Nainggolan 1995). Bunga lili sering digunakan sebagai simbol kesucian dan kemurnian sehingga banyak dimanfaatkan dalam acara perkawinan, ritual keagamaan, maupun upacara kenegaraan (Hoesen dan Widjaja 1985; Sugeng 2003).

Salah satu kendala dalam budi daya lili secara tradisional adalah produktivitas tanaman yang rendah akibat pertum-buhan dan pembungaan yang tidak seragam. Pada budi daya lili skala produksi, penanaman umbi hanya dilakukan sekali dan bila batang utama telah dipanen, umbi mini/anakan diharapkan dapat dipanen berikutnya tanpa menyeleksi umbi/ anakan. Ketidakseragaman umbi mini ini mengakibatkan pertumbuhan batang sejati tidak seragam, karena umbi mini memerlukan waktu untuk mencapai ukuran tertentu untuk tumbuh dan membentuk batang sejati dan berbunga (van Tuyl 1983). Kondisi ini mengakibatkan selain dibutuhkan bahan tanaman produktif yang tinggi untuk menghasilkan bunga potong dengan kuantitas yang memadai, ketidak-seragaman pembungaan juga menyebabkan pengelolaan tanaman menjadi lebih rumit.

Induksi pembungaan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan keseragaman pembungaan pada tanaman. Induksi dapat dilakukan secara eksogen dengan beberapa cara, antara lain dengan modifikasi panjang hari (foto-periodesitas). Induksi pembungaan melalui modifikasi fotoperiodesitas telah berhasil dilakukan untuk mengatur masa pembungaan (panen bunga) pada beberapa tanaman, seperti krisan (Langton 1987), kalanchoe (Harder 1958), dan poisenttia (Chockshull et al. 1995). Pada lili, belum diketahui secara pasti respons pembungaan lili yang telah beradaptasi baik di daerah tropis seperti lili lokal Sukabumi, walaupun beberapa spesies asli lili dilaporkan menunjukkan respons pembungaan terhadap fotoperiodesitas terutama hari panjang/long day (Wilkins dan Dole 1997).

Selain modifikasi fotoperiodesitas, beberapa jenis zat pengatur tumbuh (ZPT) seperti GA3 juga diketahui dapat meningkatkan keseragaman pembungaan pada beberapa tanaman. Aplikasi GA3 dilaporkan dapat menstimulasi pem-bungaan pada tanaman dieffenbachia (Henny 1980), spathyphyllum (Henny 1981), aglaonema (Henny 1983), calalily (Tjia 1987), homalomena (Henny 1988), anthurium (Henny dan Hamilton 1992), dan philodendron (Chen et al. 2003) dengan konsentrasi yang bervariasi antara 150-300 ppm. Sehubungan dengan hal tersebut, percobaan ini dilaksanakan untuk mengetahui teknik mempercepat pembungaan lili dengan berbagai ukuran umbi dengan pemberian hari panjang dan GA3.

BAHAN DAN METODE

Percobaan dilaksanakan di rumah plastik kebun percobaan Balai Penelitian Tanaman Hias (Balithi), Segunung, Cianjur, Jawa Barat, pada ketinggian ± 1.100 m di atas permukaan laut dari bulan September 2006 hingga Mei 2007. Tanaman lili yang digunakan adalah lili lokal Sukabumi yang termasuk anggota L. longiflorum (Gambar 1a). Faktor pertama adalah jenis induktan eksogen, yaitu hari panjang (16 jam/hari) dan

TEKNIK MEMPERCEPAT PEMBUNGAAN LILI (

Lilium

spp.) DENGAN PEMBERIAN GA

3

DAN APLIKASI HARI PANJANG

Agus Sutisna

Teknisi Litkayasa Nonkelas pada Balai Penelitian Tanaman Hias

Jalan Raya Ciherang, Segunung, Pacet, Cianjur 43253, Kotak Pos 8 Sindanglaya, Telp. (0263) 512607, Faks. (0263) 514138

E-mail: balithi@litbang.deptan.go.id

Gambar 1. Bunga lili lokal Sukabumi (a) dan umbi dengan berbagai ukuran (b) yang digunakan dalam penelitian, kebun percobaan Balithi, Segunung, Cianjur, 2006-2007

(2)

penyemprotan GA3 (Mad Gib 20% - New Bridge Chemical Co.) dengan konsentrasi 200 ppm ditambah kontrol (tanpa aplikasi GA3 dan dipelihara dalam kondisi hari netral). Faktor kedua adalah ukuran umbi yang sesuai dengan klasifikasi Doss (1986), yaitu ukuran umbi dengan keliling > 14 cm (D1), 10 -14 cm (D2), dan < 10 cm (D3) seperti yang disajikan pada Gambar 1 b. Semua perlakuan diulang tiga kali dengan tata letak petak percobaan seperti disajikan pada Gambar 2.

Tanah pada lokasi percobaan diolah sempurna sedalam kira-kira 30 cm dan diberakan selama satu minggu. Selanjut-nya bahan tanah organik berupa campuran sekam padi dan pupuk kandang diberikan sebanyak 3 m3/100 m2 lalu diolah

kembali untuk membentuk bedengan. Tanah kemudian di-sterilisasi dengan menggunakan Basamid (40 g/m2) dan

ditutup dengan plastik selama tiga minggu. Setelah itu, tutup plastik dibuka dan tanah diberi air yang disertai dengan pengolahan tanah ringan untuk membuang efek racun yang masih tertinggal pada tanah.

Bahan tanaman berupa umbi mini lili dengan berbagai ukuran sesuai perlakuan direndam dalam larutan fungisida dan bakterisida selama 15 menit. Setelah dikeringanginkan selama 5 menit, umbi ditanam sesuai dengan desain per-cobaan pada lubang-lubang tanam yang sebelumnya telah

diberi pupuk NPK dengan takaran 5 g/lubang. Tanaman selanjutnya dipelihara dalam kondisi hari normal (netral) hingga berumur 30 hari. Perlakuan induksi dilakukan pada saat tanaman minimal telah mempunyai 5-7 daun.

Perlakuan hari panjang dilakukan dengan memberi cahaya tambahan pada malam hari dengan menggunakan lampu pijar berdaya 100 watt dengan jarak antartitik lampu 2 m dan tinggi 1,50 m dari atas permukaan bedengan. Aplikasi cahaya lampu dilaksanakan dengan durasi 5 jam sehari (± 16 jam hari terang per hari) yang diatur dengan menggunakan pewaktu (timer) dari pukul 10.00 hingga 03.00 dini hari selama 30 hari.

Perlakuan GA3 diberikan dengan menyemprotkan larutan ke bagian tajuk tanaman satu kali dengan volume ± 50 ml/ tanaman. Formulasi larutan GA3 dicampur dengan 0,05% Tween 20.

Setelah perlakuan hari panjang dan GA3, tanaman dikondisikan pada hari netral dan dipelihara hingga berbunga. Pemupukan susulan dilakukan berkala setiap 2 minggu sejak saat tanam pada semua petak perlakuan dengan menggunakan NPK 15-15-15 sebanyak 2 g/m2, KCl 30 g/m2,

urea 4,40 g/m2, MgSO

4 2,80 g/m2, dan Ca(NO3)2 3 g/m2. Aplikasi

pestisida ditujukan untuk mencegah serangan organisme

75 cm

50 cm

75 cm

Plastik hitam tidak tembus cahaya setinggi 3 m (black out)

D1 D3 D2 D2 D3 D1 D1 D3 D2 I

D2 D1 D3 D3 D1 D2 D2 D1 D3 II

D3 D2 D1 D1 D2 D3 D3 D2 D1 III

Aplikasi GA3 Aplikasi hari panjang Kontrol

(200 ppm) (16 jam/hari)

t

Gambar 2. Tata letak percobaan teknik percepatan pembungaan tanaman lili dengan aplikasi GA3 dan hari panjang, kebun percobaan Balithi, Segunung, Cianjur, 2006-2007

D1 = umbi dengan keliling > 14 cm D2 = umbi dengan keliling 10-14 cm D3 = umbi lili dengan keliling < 10 cm

(3)

pengganggu tanaman dan dilakukan dua kali seminggu. Pemberian air irigasi dilakukan tiga kali seminggu atau bergantung pada kondisi tanaman.

Pengamatan dilakukan terhadap waktu inisiasi bunga, tinggi tanaman, diameter batang, dan jumlah bunga per tanaman. Waktu inisiasi bunga ditentukan saat pertumbuhan vegetatif tanaman tidak lagi membentuk daun baru yang ditandai menggelembungnya bagian apikal karena pemben-tukan dasar bunga. Pengamatan tinggi tanaman, diameter batang, dan jumlah bunga per tanaman dilakukan pada saat semua bunga pada tanaman telah mekar sempurna. Peng-ukuran tinggi tanaman dilakukan dengan menggunakan mistar, dari atas permukaan tanah hingga bagian tertinggi tanaman. Pengukuran diameter batang dilakukan dengan menggunakan jangka sorong pada sepertiga bagian tengah batang sejati.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Jenis Induktan Eksogen dan Ukuran Umbi terhadap Waktu Inisiasi Bunga, Tinggi Tanaman, dan

Diameter Batang

Pengaruh perlakuan jenis induktan pembungaan eksogen dan ukuran umbi terhadap waktu inisiasi bunga, tinggi tanaman, dan diameter batang tanaman lili disajikan pada Tabel 1. Data pada tabel tersebut menunjukkan bahwa secara umum tanaman lili yang diinduksi untuk berbunga, baik melalui aplikasi GA3 maupun hari panjang, memperlihatkan waktu berbunga yang lebih cepat. Kecepatan waktu inisiasi bunga pada tanaman lili yang diberi perlakuan GA3 dan hari panjang berkisar antara 94-135 hari dibandingkan kontrol. Namun, tanaman lili yang diberi perlakuan induksi juga mem-perlihatkan tinggi tanaman dan diameter batang yang lebih rendah dibandingkan kontrol pada setiap ukuran umbi yang dicoba.

Tanaman lili yang berasal dari daerah subtropis dan umumnya berbunga pada periode mendekati musim panas (Wilkins dan Dole 1997), ternyata masih dapat diinduksi pembungaannya dengan perlakuan hari panjang. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman lili masih memiliki sifat genetis yang memberi respons pembungaan terhadap hari panjang walaupun telah beradaptasi dengan baik di daerah tropis Indonesia.

Percepatan pembungaan tanaman lili yang diberi per-lakuan GA3 (Tabel 1) juga menunjukkan bahwa perlakuan hari panjang bukanlah satu-satunya faktor eksternal yang dapat mempengaruhi pembungaan tanaman lili. Walaupun belum

diketahui secara pasti jenis giberelin endogen yang ter-kandung pada lili, percepatan waktu inisiasi bunga pada tanaman lili yang diberi perlakuan GA3 diduga berasal dari perlakuan GA3 secara eksogen yang selanjutnya berinteraksi dengan giberelin endogen dalam tanaman dan menginduksi aktivitas giberelin endogen tersebut untuk memacu pem-bungaan. Menurut Balode (1996), kesesuaian antara giberelin endogen dan eksogen merupakan faktor yang menentukan keberhasilan induksi. Suatu jenis tanaman sering kali tidak memberikan respons berbunga terhadap aplikasi suatu jenis giberelin walaupun kandungan dan aktivitas giberelin endogen terdeteksi meningkat pada saat pembungaan (Lieth dan Carpenter 1990).

Data pada Tabel 1 juga menunjukkan bahwa tinggi dan diameter batang tanaman lili yang diberi perlakuan hari panjang dan GA3 lebih kecil dibandingkan dengan tanaman kontrol pada setiap ukuran umbi yang dicoba. Hal ini mem-perlihatkan bahwa percepatan waktu inisiasi bunga tanaman lili yang diberi perlakuan hari panjang dan GA3 ternyata tidak diikuti oleh meningkatnya kualitas pertumbuhan tanaman lainnya, seperti tinggi tanaman dan diameter batang. Pertumbuhan tinggi tanaman pada tanaman yang diberi perlakuan hari panjang dan GA3 merupakan salah satu gejala reaksi tanaman terinduksi ke fase generatif. Pertumbuhan tinggi ini berasal dari pemanjangan internode batang sebelum terbentuknya inisiasi bunga, yang juga berarti mempercepat berakhirnya pertumbuhan vegetatif batang

Tabel 1. Pengaruh jenis induktan eksogen dan ukuran umbi terhadap waktu inisiasi bunga, tinggi tanaman dan diameter batang serta jumlah bunga per tanaman lili, Balithi, Segunung, Cianjur, 2007

Jenis induktan eksogen Ukuran umbi/keliling (cm) < 10 10-14 > 14 Waktu inisiasi bunga (HST)

Kontrol 183,46 165,72 134,62 GA3 48,49 47,75 40,33 Hari panjang 50,91 47,41 46,08 Tinggi tanaman (cm) Kontrol 85,27 87,73 92,47 GA3 58,86 62,16 64,23 Hari panjang 63,84 65,28 70,03 Diameter batang (cm) Kontrol 0,72 1,24 1,76 GA3 0,63 0,81 1,15 Hari panjang 0,65 1,03 1,28

Jumlah bunga per tanaman

Kontrol 2,02 3,74 5,03

GA3 2,21 3,87 5,34

Hari panjang 2,28 3.97 5,47

(4)

pada bagian apikal pucuk (Roh 1996). Pemanjangan internode ini diduga menciptakan kompetisi penggunaan fotosintat yang terbatas karena tidak adanya pembentukan daun baru sebagai penghasil fotosintat akibat pertumbuhan vegetatif pucuk berhenti lebih cepat. Sel-sel internode yang ber-kembang memanjang mengakibatkan pembentukan sel-sel baru pada buku dan perbesaran sel untuk pertumbuhan sekunder batang cenderung menurun (Fisher et al. 1996). Sebaliknya pada tanaman kontrol (tanpa induksi), percepatan pertumbuhan ke fase generatif tidak terjadi, sehingga pertumbuhan tinggi dan diameter batang tanaman lebih diakibatkan oleh pertumbuhan vegetatif dengan durasi yang lebih lama.

Pengaruh Ukuran Umbi terhadap Jumlah Bunga per Tanaman

Jumlah bunga per tanaman pada berbagai ukuran umbi disajikan pada Tabel 1. Data pada tabel tersebut menunjuk-kan bahwa jumlah bunga yang lebih banyak dihasilmenunjuk-kan oleh tanaman lili dengan ukuran umbi yang lebih besar. Jumlah bunga per tanaman cenderung menurun seiring dengan makin kecilnya ukuran umbi yang ditanam.

Lebih banyaknya jumlah bunga pada tanaman lili yang berasal dari umbi yang berukuran lebih besar menunjukkan bahwa pembentukan bunga tanaman lili sangat dipengaruhi oleh ukuran umbi. Umbi yang lebih besar diduga mempunyai sisik yang lebih banyak. Sisik umbi merupakan akumulasi kandungan karbohidrat sebagai cadangan energi pada saat pembentukan batang utama dan bunga (Lee dan Yang 2006). Dengan demikian, umbi yang lebih besar mempunyai cadang-an energi ycadang-ang lebih besar untuk pembentukcadang-an bunga. Sebaliknya pada tanaman dengan umbi yang lebih kecil, akumulasi karbohidrat lebih terbatas untuk memasok kebutuhan energi yang tinggi, terutama pada saat pem-bentukan bunga, sehingga jumlah bunga per tanaman yang dihasilkan pun lebih rendah (Wang dan Robert 1983).

KESIMPULAN DAN SARAN

Tanaman lili yang diberi induktan eksogen baik hari panjang maupun GA3 memperlihatkan percepatan waktu inisiasi bunga, namun tinggi dan diameter tanaman lebih rendah dibandingkan kontrol pada hampir semua ukuran umbi yang dicoba. Jumlah bunga per tanaman lili dipengaruhi oleh ukuran umbi. Secara umum, tanaman yang berasal dari umbi yang berukuran lebih besar menghasilkan bunga per tanaman yang lebih banyak.

Berdasarkan percobaan ini, disarankan untuk melakukan percobaan lanjutan aplikasi induktan eksogen terhadap jenis lili yang lain seperti varietas lili Asiatik dan Oriental yang mempunyai nilai komersial tinggi.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr.Ir. Yusdar Hilman, MS dan Ir. Kurniawan Budiarto MSc, peneliti Balai Penelitian Tanaman Hias, yang telah memberikan bimbingan dan kesempatan kepada penulis untuk terlibat dalam penelitian dan memanfaatkan data hasil penelitian untuk dipergunakan dalam tulisan ini.

DAFTAR PUSTAKA

Balode, A. 1996. Lili breeding and introduction in moderate climates. Acta Horticulturae 414: 55-58.

Chen, J., R.J. Henny, D.B. McConnell, and R.D. Caldwell. 2003. Gibberellic acid affects growth and flowering of Philodendron ‘Black Cardinal’. Plant Growth Regulator 41(1): 1-6. Chockshull, K.E., F.A. Langton, and C.R.J. Cave. 1995. Differential

effects of different DIF treatments on chrysanthemum and poisenttia. Acta Horticulturae 378: 15-25.

Doss, W.G. 1986. Lilies for American Garden. Penguin, New York and London. p. 30-35.

Fisher, P.R., J.H. Lieth, and R.D. Heins. 1996. Modelling flower bud elongation in Eastern Lili (Lilium longiflorum Thunb.) in response to temperature. Hort. Sci. 31(3): 349-352.

Harder, R. 1958. Vegetative and reproductive development of

Kalanchoe blossfeldiana as influenced by photoperiodism. Symposium on Society of Experimental Biology 2: 117-138. Henny, R.J. 1980. Gibberellic acids (GA3) induces flowering in

Dieffenbachia maculata ‘Perfection’. Hort. Sci. 15: 613. Henny, R.J. 1981. Promotion of flowering in spathypillum ‘Mauna

Loa’ with gibberellic acids. Hort. Sci. 16: 554-555.

Henny, R.J. 1983. Flowering of Aglaonema commutatum ‘Treubii’ following treatment with gibberellic acids. Hort. Sci. 18: 374.

Henny, R.J. 1988. Inducing flowering of Homalomena lindenii

(Rodigas) Ridley with gibberellic acids. Hort. Sci. 23(4): 711-712.

Henny, R.J. and R.L. Hamilton. 1992. Flowering of anthurium following treatment with gibberellic acids. Hort. Sci. 27(12): 1328.

Hoesen, D.S.H. dan D.G. Widjaja. 1985. Lili bunga pegunungan. Buletin Kebun Raya 6(6): 141-147.

Langton, F.A. 1987. Apical dissection and light integral monitoring as methods to determine when long day interruption should be

(5)

given in chrysanthemum growing. Acta Horticulturae 197: 31-41.

Lee, Y.J. and C.M. Yang. 2006. Effect of bulb size on growth, flowering and daughter-generation bulb formation of Lilium formosanum Wall. J. Agric. Association of New Chinese Series 172: 112-126.

Lieth, J.H. and P. Carpenter. 1990. Modeling stem elongation and leaf unfolding of lili during greenhouse forcing. Scientiae Horticulturae 44: 149-162.

Nainggolan, K. 1995. Analisis peluang bisnis florikultura. Seminar Nasional PERHORTI, 20 September 1995. 14 hlm.

Roh, M.S. 1996. New production technology of Lilium - A review on propagation and forcing. Acta Horticulturae 414: 219-227.

Sugeng. 2003. Lili Bunga Multifungsi yang Kian Digandrungi. Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura, Jakarta. hlm. 22-25.

Tjia, B.O. 1987. Growth regulator effect on growth and flowering of Zantedeschia rehmanii hyb. Hort. Sci. 22(3): 507-508. Van Tuyl, J.M. 1983. Effect of temperature treatment on the scale

propagation of Lilium longiflorum ’White European’ and Lilium

x ’Entachment’. Hort. Sci 18(5): 754-756.

Wang, T.Y. and A.N. Robert. 1983. Influence of air and soil

temperature on the growth and development of Lilium

longiflorum Thumb during different growth phases. J. Amer. Soc. Hort. Sci. 108: 810-815.

Wilkins, H.F. and J.M. Dole. 1997. The physiology of flowering in lilium. Acta Horticulturae 430: 183-188.

Gambar

Gambar 1. Bunga lili lokal Sukabumi (a) dan  umbi dengan berbagai ukuran (b) yang digunakan dalam penelitian, kebun percobaan Balithi, Segunung, Cianjur, 2006-2007
Gambar 2. Tata letak percobaan teknik percepatan pembungaan tanaman lili dengan aplikasi GA 3  dan hari panjang, kebun percobaan Balithi, Segunung, Cianjur, 2006-2007
Tabel 1. Pengaruh jenis induktan eksogen dan ukuran umbi terhadap waktu inisiasi bunga, tinggi tanaman dan diameter batang serta jumlah bunga per tanaman lili, Balithi, Segunung, Cianjur, 2007

Referensi

Dokumen terkait

Di samping itu, sebagaimana dinyatakan pada Ayat (2) pasal yang sama, pimpinan perguruan tinggi berkewajiban mengunggah semua karya ilmiah yang dihasilkan di

Hal lain yang juga perlu dicermati adalah lebih dari separuh responden masih belum mengetahui faktor-faktor risiko terhadap terjadinya kanker ser- viks dan hampir separuh

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, 1 upaya pembentukan karakter disiplin siswa melalui pembelajaran fiqih di Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Malang ditempuh dengan

Dalam penelitian ini teknik produksi gas digunakan untuk mengetahui pengaruh penambahan sumber karbon mudah terdegradasi pada pakan sumber protein terhadap total

3. Masukkan udang, masak hingga berubah warna. Masukkan jamur merang, daun bawang, daun ketumbar, garam dan gula pasir. Aduk rata dan masak hingga matang. Bumbu Halus :

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan berkah dan kemudahan hingga saya berhasil menyelesaikan tesis berjudul Efektivitas Terapi Realitas untuk

Berdasarkan hasil pengujian yang mengacu pada perumusan serta tujuan dari penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel pengalaman,

Perekayasaan mixer settler atau tangki pengaduk pengenap salah satunya adalah tangki berpengaduk (mixer tank), digunakan untuk proses ekstraksi uranium dari larutan asam fosfat