• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI. peramalan keuangan, analisa investasi, pengadaan dana dan kebijakan dividen.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI. peramalan keuangan, analisa investasi, pengadaan dana dan kebijakan dividen."

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Manajemen Keuangan

2.1.1 Definisi Manajemen Keuangan

Manajemen keuangan meliputi berbagai aktivitas seperti penganggaran dana, peramalan keuangan, analisa investasi, pengadaan dana dan kebijakan dividen. Pengertian manajemen keuangan menurut Brigham & Houston (2006), manajemen keuangan memiliki arti penting di semua jenis bisnis, termasuk perbankan dan institusi-institusi keuangan lainnya, sekaligus juga perusahaan-perusahaan industri dan ritel. Manajemen keuangan juga penting pula artinya didalam operasi-operasi pemerintah, mulai dari sekolah sampai rumah sakit hingga departemen jalan raya. Peluang pekerjaan dibidang manajemen keuangan juga dapat dimulai dari mengambil keputusan sehubungan dengan ekspansi pabrik hingga memilih jenis sekuritas apa yang diterbitkan ketika melakukan ekspansi pendanaan.

Menurut Suad Husnan (2005) manajemen keuangan adalah manajemen terhadap fungsi-fungsi keuangan, dimana fungsi-fungsi manajemen keuangan meliputi penghimpunan dan pendayagunaan dana. Karena itu, manajemen keuangan sering dipadankan dengan manajemen aliran dana.

Menurut Arief Sugiono (2009) manajemen keuangan yang dahulunya dikenal dengan ilmu Belanja atau Pembelanjaan Perusahaan baru berkembang dan diperkenalkan pada awal abad XX. Sekarang ini ilmu manajemen keuangan telah berkembang secara

(2)

pesat.

Pertumbuhan ilmu manajemen keuangan terus berlanjut dengan munculnya inovasi dalam pembiayaan, seperti leasing dan pertumbuhan perusahaan secara eksternal melalui konglomerasi, merger dan akuisisi.

Penekanan atas perlunya pengambilan keputusan yang harus dilakukan oleh para manajer keuangan sangat mewarnai literatur-literatur yang membahas masalah manajemen keuangan. Hal tersebut didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :

1. Pada umumnya orang sekarang ini berpendapat bahwa putusan didalam masalah investasi jangka panjang memerlukan suatu perhitungan atas biaya modal.

2. Sumber-sumber dana yang tersedia sangat terbatas sehingga diperlukan pengetahuan untuk menarik dana dari sumber-sumber yang terbatas tersebut agar diperoleh tingkat bunga yang dapat dipertanggungjawabkan (ekonomis).

3. Di tahun-tahun belakangan ini banyak dilakukan penggabungan usaha (merger) oleh perusahaan-perusahaan sehingga timbul suatu kecendrungan bagi perusahaan lainnya untuk juga mempertimbangkan hal yang sama didalam usahanya untuk memperbesar perusahaan yang ada. Dalam hal ini peranan keputusan manajer keuangan sangat menentukan.

4. Dengan berkembang pesatnya kemajuan didalam bidang perhubungan dan komunikasi antar negara, banyak perusahaan tertarik untuk melibatkan diri didalam transaksi keuangan yang bersifat internasional. Dengan demikian diperlukan keahlian dan teknik serta metode yang akurat didalam menghindari risiko, baik yang berkaitan dengan perdagangan antarnegara maupun didalam menghindari risiko atas

(3)

mata uang asing dan tingkat suku bunga.

5. Situasi perekonomian yang berubah secara cepat serta tingkah laju inflasi yang tinggi pada masa sekarang ini perlu mendapat perhatian yang khusus dan serius dari para manajer keuangan.

2.1.2 Tujuan Manajemen Keuangan

Menurut Dermawan Sjahrial (2007) tujuan utama manajemen keuangan adalah “memaksimalkan kemakmuran para pemilik perusahaan / para pemegang saham”. Tujuan ini dapat diwujudkan dengan cara memaksimumkan harga saham (biasa) perusahaan. Peran manajer keuangan dalam memaksimumkan harga saham adalah dengan mempengaruhi faktor-faktor sebagai berikut :

1. Laba per lembar saham (Earning Per Share = EPS) masa yang akan datang. 2. Ketepatan waktu (Timing) dari arus penghasilan.

3. Risiko dari penghasilan yang akan diproyeksikan.

4. Cara memperoleh sumber dana untuk perusahaan : utang atau modal sendiri. 5. Kebijakan dividen.

Ada beberapa faktor lainnya yang mempengaruhi harga saham yang berada diluar kontrol manajer keuangan yaitu :

1. Kendala dari luar perusahaan seperti adanya Undang-Undang. 2. Tingkat aktivitas / pertumbuhan ekonomi.

3. Pajak.

4. Kondisi pasar modal.

Menurut Arief Sugiono (2009) tujuan perusahaan yang dilihat dari sudut pandang manajemen pembelanjaan, yaitu "memaksimalisasikan" nilai perusahaan bagi para

(4)

pemiliknya. Untuk mencapai tujuan perusahaan seorang manajer keuangan harus tetap berpedoman pada keseimbangan antara likuiditas dan rentabilitas dari perusahaan tersebut. Kedua faktor tersebut bergerak secara berlawanan. Jika perusahaan terlalu menekankan likuiditas, rentabilitas dapat berkurang dan begitu pula sebaliknya.

2.2 Pasar Modal dan Saham JII 2.2.1 Definisi Pasar Modal

Menurut Samsul (2006) pasar modal adalah tempat atau sarana bertemunya antara permintaan dan penawaran atas instrumen keuangan jangka panjang, umumnya lebih dari 1 (satu) tahun. Sedangkan definisi pasar modal menurut Undang-Undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995 pasal 1, pasar modal sebagai kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.

Menurut Kamaruddin Ahmad (2004 : 18) secara umum pengertian pasar modal adalah pasar abstrak, sekaligus pasar konkret dengan barang yang diperjualbelikan adalah dana yang bersifat abstrak, dan bentuk konkretnya adalah lembar surat-surat berharga di bursa efek.

Sedangkan pengertian Bursa Efek menurut J. Bogen, bursa efek adalah suatu system yang terorganisasi dengan mekanisme resmi untuk mempertemukan penjual dan pembeli secara langsung atau melalui wakil-wakilnya.

Fungsi bursa, adalah :

1. Menciptakan pasar secara terus menerus bagi efek yang telah ditawarkan kepada masyarakat

(5)

2. Menciptakan harga yang wajar bagi efek yang bersangkutan melalui mekanisme penawaran dan permintaan

3. Untuk membantu dalam pembelanjaan dunia usaha.

Menurut Eduardus Tandelilin (2010:26) dalam bukunya mengatakan, pasar modal adalah pasar untuk memperjualbelikan sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti saham dan obligasi. Sedangkan tempat dimana terjadinya jual beli sekuritas disebut dengan bursa efek. oleh karena itu, pasar modal merupakan arti dari pasar modal secara fisik. Pasar modal juga dapat berfungsi sebagai lembaga perantara (intermediaries). Fungsi ini menunjukkan peran penting pasar modal dalam menunjang perekonomian karena pasar modal dapat menghubungkan pihak yang membutuhkan dana dengan pihak yang mempunyai kelebihan dana. Disamping itu, pasar modal dapat mendorong terciptanya alokasi dana yang efisien, karena dengan adanya pasar modal maka pihak yang kelebihan dana (investor) dapat memilih alternatif yang memberikan return yang paling optimal.

Sedangkan menurut Jogiyanto (2003 : 11) pasar modal merupakan sarana perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan dana jangka panjang dengan menjual saham atau mengeluarkan obligasi. Saham merupakan bukti pemilikan sebagian dari perusahaan. Obligasi (bond) merupakan suatu kontrak yang mengharuskan peminjam untuk membayar kembali pokok pinjaman ditambah dengan bunga dalam kurun waktu tertentu yang sudah disepakati.

Untuk menarik pembeli dan penjual untuk berpartisipasi, pasar modal harus bersifat likuid dan efisien. Suatu pasar modal dikatakan likuid jika penjual dapat menjual dan pembeli dapat membeli surat-surat berharga dengan cepat. Pasar modal dikatakan

(6)

efisien jika harga dari surat-surat berharga mencerminkan nilai dari perusahaan secara akurat.

Pasar modal juga mempunyai fungsi sarana alokasi dana yang produktif untuk memindahkan dana dari pemberi pinjaman ke peminjam. Alokasi dana yang produktif terjadi jika individu yang mempunyai kelebihan dana dapat meminjamkannya ke individu lain yang lebih produktif yang membutuhkan dana. Sebagai akibatnya, peminjam dan pemberi pinjaman akan lebih diuntungkan dibandingkan jika pasar modal tidak ada. 2.2.2 Instrumen di Pasar Modal

Menurut Samsul (2006:45) bentuk instrumen dipasar modal disebut efek, yaitu surat berharga yang berupa saham, obligasi, bukti right, bukti waran dan produk turunan atau biasa disebut derivatif. Contoh produk derivatif di pasar modal adalah indeks harga saham dan indeks kurs obligasi.

1. Saham

Saham adalah tanda bukti memiliki perusahaan dimana pemiliknya disebut juga sebagai pemegang saham (shareholder atau stockholder).

a) Saham Preferen (preferrend stock)

Saham preferen adalah jenis saham yang memiliki hak terlebih dahulu untuk menerima laba dan memiliki hak laba kumulatif. Hak kumulatif adalah hak untuk mendapatkan laba yang tidak dibagikan pada suatu tahun yang mengalami kerugian, tetapi akan dibayar pada tahun yang mengalami keuntungan, sehingga saham preferen akan menerima laba dua kali. Hak istimewa ini diberikan kepada pemegang saham preferen karena merekalah yang memasok dana ke perusahaan sewaktu mengalami kesulitan keuangan.

(7)

b) Saham Biasa (common stock)

Saham biasa adalah jenis saham yang akan menerima laba setelah laba bagian saham preferen dibayarkan. Apabila perusahaan bangkrut, maka pemegang saham biasa yang akan menderita terlebih dahulu. Penghitungan indeks harga saham didasarkan pada harga saham biasa. Hanya pemegang saham biasa yang mempunyai suara dalam RUPS.

2. Obligasi (bonds)

Obligasi adalah tanda bukti perusahaan memiliki utang jangka panjang kepada masyarakat yaitu diatas 3 tahun. Pihak yang membeli obligasi disebut pemegang obligasi (bondholder) dan pemegang obligasi akan menerima kupon sebagai pendapatan obligasi yang dibayarkan setiap 3 bulan atau 6 bulan sekali. Pada saat pelunasan obligasi oleh perusahaan, pemegang obligasi akan menerima kupon dan pokok obligasi.

3. Bukti Right

Bukti right adalah hak untuk membeli saham pada harga tertentu dalam jangka waktu tertentu. Hak membeli itu diberikan oleh pemegang saham lama. Harga tertentu disini berarti harganya sudah ditetapkan dimuka dan biasa disebut harga pelaksanaan atau harga tebusan (strike price atau exercise price). Pada umumnya, strike price dari bukti right berada di bawah harga pasar saat diterbitkan. Sementara jangka waktu tertentu berarti waktunya kurang dari 6 bulan sejak diterbitkan harus dilaksanakan. Apabila pemegang saham lama yang menerima bukti right tidak

(8)

mampu atau tidak berniat menukarkan bukti right dengan saham, maka bukti right tersebut dapat dijual di Bursa Efek melalui broker efek. Apabila pemegang bukti right lalai menukarkannya dengan saham dan waktu penukaran sudah kedaluarsa, maka bukti right tersebut tidak berharga lagi, atau pemegang bukti right akan menderita rugi.

4. Warran

Warran adalah hak untuk membeli saham pada harga tertentu dalam jangka waktu tertentu. Mirip dengan Right, bedanya waran tidak saja dapat diberikan kepada pemegang saham lama, tetapi juga sering diberikan kepada pemegang obligasi sebagai pemanis (sweetener) pada saat perusahaan menerbitkan obligasi. Pemegang waran tidak akan menderita kerugian apapun seandainya waran itu tidak dilaksanakan. Pada saat harga pasar melebihi strike price waran, maka waran sudah saatnya untuk ditukarkan dengan saham. Namun pemegang waran masih dapat menunggu sampai harga saham mencapai tingkat tertinggi sepanjang waktu berlakunya belum kedaluarsa.

5. Indeks Saham dan Indeks Obligasi

Indeks saham dan indeks obligasi adalah angka indeks yang diperdagangkan untuk tujuan spekulasi dan lindung nilai (hedging). Perdagangan yang dilakukan tidak memerlukan penyerahan barang secara fisik, melainkan hanya perhitungan untung rugi dari selisih antara harga beli dan harga jual. Berbeda dengan saham, obligasi, bukti right dan waran, indeks saham dan indeks obligasi diperdagangkan secara berjangka. Mekanisme perdagangan produk derivatif ini dilakukan secara future dan option.

(9)

2.2.3 Definisi Saham JII

Jakarta Islamic Index atau biasa disebut JII adalah salah satu indeks saham yang ada di Indonesia yang menghitung index harga rata-rata saham untuk jenis saham-saham yang memenuhi kriteria syariah. Pembentukan JII tidak lepas dari kerja sama antara Pasar Modal Indonesia (dalam hal ini PT Bursa Efek Jakarta) dengan PT Danareksa Invesment Management (PT DIM). JII telah dikembangkan sejak tanggal 3 Juli 2000. Pembentukan instrumen syariah ini untuk mendukung pembentukan Pasar Modal Syariah yang kemudian diluncurkan di Jakarta pada tanggal 14 Maret 2003. Mekanisme Pasar Modal Syariah meniru pola serupa di Malaysia yang digabungkan dengan bursa konvensional seperti Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya. Setiap periodenya, saham yang masuk JII berjumlah 30 (tiga puluh) saham yang memenuhi kriteria syariah. JII menggunakan hari dasar tanggal 1 Januari 1995 dengan nilai dasar 100.

Tujuan pembentukan JII adalah untuk meningkatkan kepercayaan investor untuk melakukan investasi pada saham berbasis syariah dan memberikan manfaat bagi pemodal dalam menjalankan syariah Islam untuk melakukan investasi di bursa efek. JII juga diharapkan dapat mendukung proses transparansi dan akuntabilitas saham berbasis syariah di Indonesia. JII menjadi jawaban atas keinginan investor yang ingin berinvestasi sesuai syariah. Dengan kata lain, JII menjadi pemandu bagi investor yang ingin menanamkan dananya secara syariah tanpa takut tercampur dengan dana ribawi. Selain itu, JII menjadi tolak ukur kinerja (benchmark) dalam memilih portofolio saham yang halal.

Selain itu, saham yang masuk ke dalam JII harus melalui beberapa proses penyaringan (filter) terhadap saham yang listing, yaitu:

(10)

1. Memilih kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan sudah tercatat lebih dari 3 bulan, kecuali termasuk dalam 10 kapitalisasi besar.

2. Memilih saham berdasarkan laporan keuangan tahunan atau tengah tahun berakhir yang memiliki rasio kewajiban terhadap aktiva maksimal sebesar 90%.

3. Memilih 60 saham dari susunan saham diatas berdasarkan urutan rata-rata kapitalisasi pasar (market capitalization) terbesar selama satu tahun terakhir.

4. Memilih 30 saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuiditas rata-rata nilai perdagangan reguler selama 1 (satu) tahun terakhir.

Pengkajian ulang akan dilakukan 6 (enam) bulan sekali dengan penentuan komponen indeks pada awal bulan Januari dan Juli setiap tahunnya. Sedangkan perubahan pada jenis usaha utama emiten akan dimonitor secara terus menerus berdasarkan data publik yang tersedia. Perusahaan yang mengubah lini bisnisnya menjadi tidak konsisten dengan prinsip syariah akan dikeluarkan dari indeks. Sedangkan saham emiten yang dikeluarkan akan diganti oleh saham emiten lain. Semua prosedur tersebut bertujuan untuk mengeliminasi saham spekulatif yang cukup likuid. Sebagian saham-saham spekulatif memiliki tingkat likuiditas rata-rata nilai perdagangan reguler yang tinggi dan tingkat kapitalisasi pasar yang rendah.

2.3 Investasi

2.3.1 Definisi Investasi

Menurut Eduardus Tandelilin (2010) investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh

(11)

sejumlah keuntungan di masa datang. Seorang investor membeli sejumlah saham saat ini dengan harapan memperoleh keuntungan dari kenaikan harga saham ataupun sejumlah dividen di masa yang akan datang, sebagai imbalan atas waktu dan risiko yang terkait dengan investasi tersebut.

Pihak-pihak yang melakukan kegiatan investasi disebut investor. Investor pada umumnya bisa digolongkan menjadi dua, yaitu investor individual (individual / retail investor) dan investor institusional (institutional investors). Investor individual terdiri dari individu-individu yang melakukan aktivitas investasi. Sedangkan investor institusional biasanya terdiri dari perusahaan-perusahaan asuransi, lembaga penyimpanan dana (bank dan lembaga simpan pinjam), lembaga dana pensiun, maupun perusahaan investasi.

Sedangkan investasi menurut Sunariyah (2006 : 4) adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan dimasa-masa yang akan datang. Keputusan penanaman modal tersebut dapat dilakukan oleh individu atau suatu entitas yang mempunyai kelebihan dana. Investasi dalam arti luas terdiri dari 2 (dua) bagian utama, yaitu : investasi dalam bentuk aktiva riil (real assets) dan investasi dalam bentuk surat-surat berharga atau sekuritas (marketable securities atau financial assets). Aktiva riil adalah aktiva berwujud seperti emas, perak, intan, barang-barang seni dan real estate. Sedangkan aktiva finansial adalah surat-surat berharga yang pada dasarnya merupakan klaim atas aktiva riil yang dikuasai oleh suatu entitas.

2.3.2 Tujuan Investasi

(12)

investasi adalah untuk menghasilkan sejumlah uang. Semua orang mungkin setuju dengan pernyataan tujuan investasi tersebut. Tetapi pernyataan tersebut nampaknya terlalu sederhana, sehingga kita perlu mencari jawaban yang paling tepat tentang tujuan orang berinvestasi. Tujuan investasi yang lebih luas adalah untuk meningkatkan kesejahteraan investor. Kesejahteraan dalam hal ini adalah kesejahteraan moneter, yang bisa diukur dengan penjumlahan pendapatan saat ini ditambah nilai saat ini pendapatan masa datang.

Sumber dana untuk investasi bisa berasal dari aset-aset yang bisa dimiliki saat ini, pinjaman dari pihak lain, ataupun dari tabungan. Investor yang mengurangi konsumsinya saat ini akan mempunyai kelebihan dana untuk ditabung. Dana yang berasal dari tabungan tersebut jika diinvestasikan akan memberikan harapan peningkatan kemampuan konsumsi investor di masa datang, yang diperoleh dari peningkatan kesejahteraan investor tersebut.

Secara lebih khusus lagi, ada beberapa alasan mengapa seseorang melakukan investasi, antara lain adalah sebagai berikut :

1. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa datang. Seseorang yang bijaksana akan berpikir bagaimana meningkatkan taraf hidupnya dari waktu ke waktu atau setidaknya berusaha bagaimana mempertahankan tingkat pendapatannya yang ada sekarang agar tidak berkurang di masa yang akan datang.

2. Mengurangi tekanan inflasi. Dengan melakukan investasi dalam pemilikan perusahaan atau obyek lain, seseorang dapat menghindarkan diri dari risiko penurunan nilai kekayaan atau hak miliknya akibat adanya pengaruh inflasi.

(13)

kebijakan yang bersifat mendorong tumbuhnya investasi di masyarakat melalui pemberian fasilitas perpajakan kepada masyarakat yang melakukan investasi pada bidang-bidang usaha tertentu.

2.3.3 Proses Investasi

Menurut Suad Husnan (2005 : 47-49) proses investasi menunjukkan bagaimana pemodal seharusnya melakukan investasi dalam sekuritas, yaitu sekuritas apa yang akan dipilih, seberapa banyak investasi tersebut dan kapan investasi tersebut akan dilakukan. Untuk mengambil keputusan tersebut diperlukan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Menentukan kebijakan investasi

Pada tahap ini investor perlu menentukan tujuan investasi yang ingin dicapai dan berapa banyak investasi yang dilakukan.

2. Analisis Sekuritas

Pada tahap ini akan dilakukan analisis terhadap satu atau sekelompok sekuritas. Ada dua filosofi dalam melakukan analisis sekuritas, yaitu :

a. Analisis tekhnikal, yang menggunakan data (perubahan) harga di masa yang akan datang.

b. Analisis fundamental, berupaya mengidentifikasi prospek perusahaan (lewat analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhinya) untuk bisa memperkirakan harga saham di masa yang akan datang.

Dalam menentukan analisa sekuritas ada dua pendapat yang mendasari seseorang atau kelompok melakukan hal tersebut, antara lain :

a) Mereka yang berpendapat ada sekuritas yang misspriced (harganya salah, mungkin terlalu tinggi atau terlalu rendah). Secara garis besar ada dua cara

(14)

melakukan analisis terhadap sekuritas yang misspriced ini.

b) Mereka yang berpendapat bahwa harga sekuritas adalah wajar. Seandainya ada sekuritas yang misspriced, analis tidak mampu memprediksinya.

3. Membentuk portofolio

Tahap ini mengenai identifikasi sekuritas-sekuritas mana yang akan dipilih dan proporsi dana yang akan diinvestasikan pada sekuritas-sekuritas tersebut.

4. Melakukan revisi portofolio

Tahap ini merupakan pengulangan terhadap tiga tahap sebelumnya. Bila dirasa portofolio yang dimiliki sekarang tidak lagi optimal atau tidak lagi sesuai dengan preferensi, maka investor dapat merevisi portofolionya, yaitu menentukan sekuritas mana dalam portofolio yang akan diganti dan sekuritas mana yang akan dibeli sebagai penggantinya.

5. Evaluasi kinerja portofolio

Pada tahap ini, investor melakukan penilaian terhadap kinerja portofolio, baik dari aspek tingkat keuntungan yang diperoleh maupun risiko yang ditanggung.

2.4 Konsep Return dan Risiko Investasi 2.4.1 Return

Menurut Eduardus Tandelilin (2010) return merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas keberanian investor

(15)

menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya.

Sedangkan menurut Jogiyanto (2003: 110) return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi di masa yang akan datang. Return realisasi (realized return) merupakan return yang telah terjadi. Return realisasi dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan. Return historis ini juga berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi (expected return) dan risiko di masa yang akan datang. Return ekspektasi (expected return) adalah return yang diharapkan akan diperoleh investor di masa yang akan datang. Berbeda dengan return realisasi yang sifatnya sudah terjadi, return ekspektasi sifatnya belum terjadi.

Return total merupakan return keseluruhan dari suatu investasi dalam suatu periode tertentu. Return total sering disebut dengan retun saja. Return total terdiri dari capital gain (loss) dan yield sebagai berikut :

Capital gain (loss) merupakan selih untung (rugi) dari harga investasi sekarang relatif dengan harga periode yang lalu. Sedangkan yield merupakan presentase penerimaan kas periodik terhadap harga investasi periode tertentu dari suatu investasi.

Jika harga investasi sekarang (Pt) lebih tinggi dari harga investasi periode lalu (Pt-1) ini berarti terjadi keuntungan modal (capital gain), sebaliknya terjadi kerugian modal (capital loss).

(16)

2.4.2 Risiko Investasi

Menurut Arief Sugiono (2009 : 118) risiko adalah kemungkinan adanya kerugian atau variabilitas pendapatan yang dihubungkan dengan aktiva tertentu. Aktiva yang mempunyai kemungkinan rugi lebih besar dipandang mempunyai risiko lebih besar jika dibandingkan dengan aktiva yang mempunyai kemungkinan rugi lebih kecil. Dengan demikian, pengertian risiko cenderung mengacu pada suatu faktor ketidakpastian yang dihubungkan dengan variabilitas dari tingkat pengembalian suatu aktiva tertentu. Semakin pasti tingkat hasil dari aktiva, semakin kecil variabilitasnya dan semakin kecil tingkat risikonya.

Menurut Eduardus Tandelilin (2010) risiko merupakan kemungkinan perbedaan antara return aktual yang diterima dengan return harapan. Semakin besar kemungkinan perbedaanya, berarti semakin besar risiko investasi tersebut.

Dalam kontek portofolio risiko dibedakan menjadi dua yaitu :

1) Risiko sistematis atau dikenal dengan risiko pasar. Merupakan risiko yang berkaitan dengan perubahan yang terjadi di pasar secara keseluruhan. Perubahan pasar tersebut akan mempengaruhi variabilitas return suatu investasi. Dengan kata lain risiko sistematis merupakan risiko yang tidak dapat diversifikasi.

2) Risiko tidak sistematis atau dikenal dengan risiko spesifik (risiko perusahaan), adalah risiko yang tidak terkait dengan perubahan pasar secara keseluruhan. Risiko perusahaan lebih terkait pada perubahan kondisi mikro perusahaan penerbit sekuritas. Dalam manajemen portofolio disebutkan bahwa risiko perusahaan bisa diminimalkan dengan melakukan diversifikasi aset dalam suatu portofolio.

(17)

Dalam (Artikel 2009, www.google.com) ada 3 (tiga) macam sifat investor terhadap risiko investasi :

1. Tipe Konservatif (Risk Averse)

Tipe ini sangat takut / tidak berani menghadapi risiko investasi. Risk averse akan memilih jenis investasi berpendapatan tetap misalnya deposito, pasar uang, reksadana pendapatan tetap dan obligasi.

2. Tipe Moderat (Risk Normal)

Tipe ini bersikap hati-hati ketika melakukan investasi dan cenderung tidak berani mengambil risiko investasi. Risk normal akan menempatkan dananya pada jenis investasi pasar modal (income stock, defensive stock), reksadana campuran dan jenis investasi berpendapatan tetap.

3. Tipe Agresif (Risk Taker)

Tipe ini sangat berani menghadapi risiko investasi. Risk taker mempercayai bahwa berinvestasi pada instrumen yang berisiko tinggi berarti ia berpotensi mendapatkan hasil yang tinggi (high risk – high return). Risk taker akan menempatkan dananya pada jenis investasi pasar modal (growth stock, speculative stock, junk stock).

2.5 Portofolio

2.5.1 Definisi Portofolio

Menurut Abdul Halim (2005 : 54) portofolio merupakan kombinasi atau gabungan atau sekumpulan aset, baik berupa aset riil maupun aset finansial yang dimiliki oleh investor. Hakikat pembentukan portofolio adalah untuk mengurangi risiko dengan cara diversifikasi, yaitu mengalokasikan sejumlah dana pada berbagai alternatif investasi

(18)

yang berkolerasi negatif.

Menurut Sunariyah (2006 : 194) portofolio diartikan sebagai serangkaian kombinasi beberapa aktiva yang diinvestasi dan dipegang oleh pemodal, baik perorangan maupun lembaga. Kombinasi aktiva tersebut bisa berupa aktiva riil, aktiva finansial maupun keduanya. Seorang pemodal yang menginvestasikan dananya di pasar modal biasanya tidak hanya memilih satu saham saja. Alasannya, dengan menggunakan kombinasi saham, pemodal bisa meraih return yang optimal sekaligus akan memperkecil risiko melalui diversifikasi.

Menurut Jogiyanto (2003 : 180) portofolio yang efisien adalah portofolio yang memberikan return ekspektasi terbesar dengan tingkat risiko yang sudah pasti atau portofolio yang mengandung risiko terkecil dengan tingkat return ekspektasi yang sudah pasti.

2.6 Diversifikasi

Menurut Eduardus Tandelilin (2010:115) untuk menurunkan risiko investasi, investor perlu melakukan "diversifikasi". Diversifikasi (portofolio) dalam pernyataan tersebut bisa bermakna bahwa investor perlu membentuk portofolio melalui pemilihan kombinasi sejumlah aset sedemikian rupa hingga risiko dapat diminimalkan tanpa mengurangi return harapan. Mengurangi risiko tanpa mengurangi return adalah tujuan investor dalam berinvestasi.

Ada dua prinsip diversifikasi yang dapat digunakan untuk meminimalkan risiko yaitu ; diversifikasi Random dan diversifikasi Markowitz :

(19)

menginvestasikan dananya secara acak pada berbagai jenis saham yang berbeda atau berbagai jenis aset yang berbeda dan berharap bahwa varians return sebagai ukuran risiko portofolio tersebut akan bisa diturunkan.

2. Sedangkan diversifikasi Markowitz merupakan pembentukan portofolio dengan mempertimbangkan kovarian dan koefesiensi korelasi negatif antar-aset agar dapat menurunkan risiko portofolio.

2.7 Tingkat Bunga Bebas Risiko (Risk Free Rate)

Tingkat pengembalian bebas risiko adalah suatu ukuran keuntungan dari suatu investasi yang dipandang mempunyai risiko paling minimal, dalam analisis ini digunakan data BI Rate sebagai risk free. Dikatakan bebas risiko karena tingkat pengembaliannya dijamin oleh pemerintah. Adapun tujuan pemerintah menerbitkan BI Rate adalah agar dapat mengendalikan jumlah uang yang beredar dimasyarakat. BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. BI Rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap Rapat Dewan Gubernur bulanan.

Dengan adanya aktiva yang bebas risiko, investor mempunyai pilihan untuk memasukkan aktiva ini ke portofolionya. Investor dapat memasukkan aktiva bebas risiko kedalam portofolio aktiva berisiko dalam bentuk simpanan (lending) atau pinjaman (borrowing). Dalam bentuk simpanan berarti membeli aktiva bebas risiko dan memasukkannya kedalam portofolio aktiva berisiko. Dalam bentuk pinjaman berarti meminjam sejumlah dana dengan tingkat bunga bebas risiko (menjual aktiva bebas risiko) dengan menggunakan dana ini untuk menambah proporsi di portofolio aktiva

(20)

berisiko.

2.8 Penilaian Kinerja Portofolio Saham

Menurut Abdul Halim (2005 : 68) tahap akhir yang sangat penting bagi manajer investasi maupun investor dari proses investasi dalam saham adalah melakukan penilaian terhadap kinerja investasinya. Karena investasi dalam saham tersebut umumnya dilakukan dalam bentuk portofolio, maka perlu dilakukan evaluasi terhadap kinerja portofolio yang telah dibentuk sebelumnya.

Tujuan penilaian kinerja portofolio adalah untuk mengetahui dan menganalisis apakah portofolio yang dibentuk telah dapat meningkatkan kemungkinan tercapainya tujuan investasi sehingga dapat diketahui portofolio mana yang memiliki kinerja yang lebih baik jika ditinjau dari tingkat pengembalian dan risikonya masing-masing. Selanjutnya dapat dilakukan revisi (perubahan) terhadap saham-saham yang membentuk portofolio tersebut jika dirasa bahwa portofolio tersebut tidak lagi sesuai dengan preferensi risiko investor.

Penilaian ini dilakukan dengan cara membandingkan kinerja berbagai portofolio yang dibentuk sendiri. Sedangkan portofolio yang dibandingkan dapat merupakan antarportofolio yang dibentuk sendiri, atau antara portofolio yang dibentuk sendiri dengan portofolio pembanding (benchmark) yang dibentuk oleh perusahaan pengelola dana.

Metode-metode yang digunakan untuk menilai kinerja portofolio umumnya adalah:

(21)

1. Metode Sharpe

Dalam metode ini kinerja portofolio diukur dengan cara membandingkan antara premi risiko portofolio (yaitu selisih rata-rata tingkat pengembalian portofolio dengan rata-rata tingkat bunga bebas risiko) dengan risiko portofolio yang dinyatakan dengan standar deviasi (total risiko). Secara matematis indeks Sharpe dirumuskan sebagai berikut :

Dimana :

Spi : Indeks Sharpe portofolio i

Rpi : Rata-rata tingkat pengembalian portfolio i RF : Rata-rata atas bunga investasi bebas risiko

SDpi : Standar deviasi dari tingkat pengembalian portofolio i Rpi – Rf : Premi risiko portofolio i

Rumus tersebut pada hakikatnya menghitung kemiringan (slope) garis yang menghubungkan portofolio yang berisiko dengan bunga bebas risiko. Kemiringan garis tersebut dinyatakan dengan (Rp – Rf)/σp. Dengan demikian, semakin besar garis kemiringan tersebut berarti semakin baik portofolio yang membentuk garis tersebut. Karena, semakin besar rasio premi risiko portofolio terhadap standar deviasi dapat dikatakan bahwa kinerja portofolio tersebut semakin baik. Indeks Sharpe ini relevan digunakan untuk investor yang menanamkan dananya hanya atau sebagian besar pada portofolio tersebut, sehingga risiko portofolio dinyatakan dalam standar deviasi.

(22)

mendasarkan perhitungannya pada konsep garis pasar modal (capital market line) sebagai patok duga, yaitu dengan cara membagi premi risiko portofolio dengan standar deviasinya. Dengan demikian, indeks Sharpe akan bisa dipakai untuk mengukur premi risiko untuk setiap unit risiko pada portofolio tersebut. Indeks Sharpe dapat digunakan untuk membuat peringkat dari beberapa portofolio berdasarkan kinerjanya. Semakin tinggi indeks Sharpe suatu portofolio dibanding portofolio lainnya, maka semakin baik kinerja portofolio tersebut.

2. Metode Treynor

Metode Treynor merupakan ukuran kinerja portofolio yang dikembangkan oleh Jack Treynor, dan Metode ini sering disebut juga dengan reward to volatility ratio (RVOL). Perbedaannya dengan Metode Sharpe adalah penggunaan garis pasar sekuritas (security market line) sebagai patok duga, dan bukan garis pasar modal seperti Metode Sharpe. Dalam metode ini kinerja portofolio diukur dengan cara membandingkan antara premi risiko portofolio (yaitu selisih rata-rata tingkat pengembalian portofolio dengan rata-rata bunga bebas risiko) dengan risiko portofolio yang dinyatakan dengan beta (risiko pasar atau risiko sistematis). Secara matematis indeks Treynor dirumuskan sebagai berikut:

Dimana :

Tpi : Indeks Treynor portofolio i

Rpi : Rata-rata tingkat pengembalian portofolio i Rf : Rata-rata atas bunga investasi bebas risiko

(23)

Rpi – Rf : Premi risiko portofolio i

Rumus tersebut pada hakikatnya menghitung kemiringan garis yang menghubungkan portofolio yang berisiko dengan bunga bebas risiko. Kemiringan garis tersebut dinyatakan dengan (Rp – Rf)/ p. Dengan demikian, semakin besar kemiringan garis tersebut berarti semakin baik portofolio yang membentuk garis tersebut. Karena, semakin besar rasio premi risiko portofolio terhadap beta, dapat dikatakan bahwa kinerja portofolio tersebut semakin baik.

Penggunaan beta sebagai ukuran risiko portofolio secara implisit mencerminkan bahwa portofolio yang ada mencerminkan bahwa portofolio yang ada merupakan portofolio yang telah didiversifikasikan dengan baik.

Indeks Treynor ini relevan digunakan untuk investor yang memiliki berbagai portofolio atau menanamkan dananya pada berbagai reksa dana (mutual funds), atau melakukan diversifikasi pada berbagai portofolio, sehingga risiko portofolio dinyatakan dalam beta ( ), yaitu risiko pasar atau risiko sistematis.

3. Metode Jensen

Metode Jensen merupakan metode yang menunjukkan perbedaan antara tingkat return aktual yang diperoleh portofolio dengan tingkat return yang diharapkan jika portofolio tersebut berada pada garis pasar modal. Persamaan metode Jensen dengan metode Treynor adalah bahwa kedua metode ukuran kinerja portofolio tersebut menggunakan garis pasar sekuritas sebagai dasar untuk membuat persamaan. Dalam metode ini Jensen didasarkan pada konsep garis pasar sekuritas (security market line-SML) yang merupakan garis yang menghubungkan portofolio pasar dengan kesempatan investasi yang bebas risiko, sehingga secara matematis dirumuskan Rp =

(24)

Rf + (Rm – Rf) p. Kemiringan SML dinyatakan sebagai (Rm – Rf)/ p, dan konstanya adalah Rf. Dalam keadaan ekuilibrium semua portofolio diharapkan berada pada SML. Jika terjadi penyimpangan, artinya, jika dengan risiko yang sama tingkat pengembalian suatu portofolio berbeda dengan tingkat pengembalian pada SML, maka perbedaan tersebut disebut dengan indeks Jensen; dimana risikonya dinyatakan dalam beta (risiko pasar atau risiko sistematis). Apabila tingkat pengembalian aktual dari suatu portofolio lebih besar dari tingkat pengembalian yang sesuai dengan persamaan SML, berarti indeks Jensen akan bernilai positif. Sebaliknya, apabila tingkat pengembalian aktual dari suatu portofolio lebih kecil dari tingkat pengembalian yang sesuai dengan persamaan SML, berarti indeks Jensen akan bernilai negatif.

Berdasarkan uraian diatas, maka indeks Jensen dapat dirumuskan sebagai berikut :

Dimana :

Jpi : indeks Jensen portofolio i

Rp : rata-rata tingkat pengembalian portofolio i Rf : rata-rata bunga investasi bebas risiko

Rm : rata-rata tingkat pengembalian pasar (diwakili IHSG) pi : beta portofolio i (risiko pasar atau risiko sistematis) Rpi – Rf : premi risiko portofolio i

Referensi

Dokumen terkait

2.. Produksi adalah jumlah ikan yang dijual di TPI baik secara lelang maupun tidak lelang pada bulan yang bersangkutan selama triwulan laporan. Nilai Produksi adalah nilai

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra. © Rian

TRANSLITERASI JEUNG AJÉN KAAGAMAAN DINA NASKAH WAWACAN SULUK PANJI. Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Saat ini data yang dihasilkan dapat dibandingkan dengan survei tahun sebelumnya untuk kegiatan usaha yang sama METODE REVISI DATA. INFORMASI TENTANG

pamadegan, katitén yén sagala rupa pamikiran-pamikiran, laku lampah jeung hasil karya manusa dina kahirupan di lingkungan masarakat kaasup kana kabudayaan. Kabudayaan anu aya di

TRANSLITERASI JEUNG AJÉN KAAGAMAAN DINA NASKAH WAWACAN SULUK PANJI Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu..

Untuk memperoleh data dan informasi mengenai perkembangan perusahaan/usaha per triwulanan yang memiliki kegiatan di lapangan usaha Jasa Reparasi Mobil untuk

4.2 Students’ Perceptions toward the Use of Guiding Questions in Critical - Thinking-Based Reading Instruction