• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan paradigma studi ilmu administrasi negara sangat cepat dan mengikuti

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan paradigma studi ilmu administrasi negara sangat cepat dan mengikuti"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Perkembangan paradigma studi ilmu administrasi negara sangat cepat dan mengikuti perubahan lingkungan yang mempengaruhinya. Seperti studi yang sistematis yang dilakukan oleh Nicholas Henry (1995) yang mengelompokkan paradigma administrasi negara atas; (a) dikhotami politik administrasi, (b) paradigma prinsip-prinsip administrasi negara, (c) paradigma administrasi negara sebagai ilmu politik, (d) paradigma administrasi negara sebagai ilmu administrasi, dan (e) paradigma administrasi negara sebagai ilmu administrasi negara sampai pada tahun 1970. Setelah tahun 1970, paradigma administrasi negara berkembang menjadi paradigma administrasi pembangunan (J.B Kritiadi:1997). Dalam paradigma ini peran pemerintah dalam pembangunan negara-negara berkembang sangatlah besar. Oleh karena itu menurut Abdullah (1984) peran administrasi pembangunan dalam proses pembangunan adalah sebagai ”Agent of Change”. Hal ini berarti proses perencanaan, perumusan kebijaksanaan, implementasi dan pengendalian pelaksanaan pembangunan semuanya dilakukan oleh pemerintah.

Salah satu fungsi pemerintah yang utama adalah menyelenggarakan pelayanan umum sebagai wujud dari tugas umum pemerintahan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Birokrasi merupakan instrumen pemerintah untuk mewujudkan pelayanan publik yang efisien, efektif, berkeadilan, transparan dan akuntabel. Hal ini berarti bahwa untuk mampu melaksanakan fungsi pemerintah dengan baik maka organisasi birokrasi harus profesional, tanggap, aspiratif terhadap berbagai tuntutan masyarakat yang dilayani. Seiring dengan hal tersebut pembinaan aparatur negara dilakukan secara terus menerus, agar dapat menjadi alat

(2)

yang efisien dan efektif, bersih dan berwibawa, sehingga mampu menjalankan tugas-tugas umum pemerintah maupun untuk menggerakkan pembangunan secara lancar dengan dilandasi semangat dan sikap pengabdian terhadap masyarakat.

Seiring dengan lahirnya Undang - undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah maka setiap daerah terutama daerah - daerah dalam Provinsi Sumatera Utara pada umumnya dan Kota Medan pada khususnya dituntut untuk meningkatkan kegiatan - kegiatan pemerintahan dan pembangunan, otonomi daerah tersebut adalah pelimpahan sebagian kewenangan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dalam rangka percepatan pembangunan daerah. Beranjak dari Undang - undang No. 32 Tahun 2004 ini Kecamatan melalui Camat dapat meningkatkan dan memaksimalkan pendelegasian kewenangan dari Walikota / Bupati untuk meningkatkan kualitas pelayanan umum.

Hakikat dari pelaksanaan otonomi daerah adalah untuk mengukur sampai sejauh mana kemampuan daerah dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan atas dasar kekuatan dan kemampuannya sendiri dengan memanfaatkan segenap potensi yang dimilikinya, baik potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, maupun sumber – sumber lainnya yang dapat mendukung kelancaran pelaksanaan otonomi daerah tersebut sehingga implementasi otonomi daerah akan lebih cepat terwujud.

Banyak faktor yang sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah, dan salah satu faktor yang sangat menentukan adalah faktor sumber daya manusia yang ada di daerah, baik dari segi kuantitas atau jumlahnya maupun dari segi segi kualitas atau mutunya. Sumber Daya Manusia sangat diperlukan untuk melakukan kegiatan - kegiatan pembangunan daerah. Dalam rangka melaksanakan kegiatan - kegiatan yang diamanatkan oleh otonomi daerah tersebut, karena tanpa tersedianya sumber daya manusia mustahil pembangunan akan terlaksana sebagaimana yang diharapkan, yaitu untuk mewujudkan daerah yang mandiri

(3)

Keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah sangat tertumpu pada kekuatan daerah kabupaten dan kota, termasuk didalamnya Kota Medan, sebagai ibukota provinsi Sumatera Utara dan juga bagian dari propinsi ini. Sebagai sebuah Kota yang dituntut untuk melaksanakan sepenuhnya otonomi daerah, maka Kota Medan harus berupaya untuk merealisasikan tuntutan otonomi daerah tersebut sesuai dengan kewenangan yang dimilikinya dalam rangka melaksanakan pemerintahan dan pembangunan daerah Kota Medan, sesuai dengan visi dan misinya.

Ujung tombak dari pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan pada suatu daerah, termasuk Kota Medan adalah kecamatan dan kelurahan, karena kecamatan dan kelurahan merupakan pemerintahan yang langsung berhubungan dengan masyarakat. Oleh karena itu diperlukan pemerintahan kecamatan yang kuat dari semua aspek, baik aspek sumber daya manusia, teknologi maupun aspek sarana dan prasarana yang dapat mendukung proses percepatan pembangunan daerah.

Berkaitan dengan pelaksanaan tugas aparatur pemerintahan kecamatan dalam rangka mendukung pelaksanaan otonomi daerah Kota Medan maka pemerintahan kecamatan dituntut untuk lebih meningkatkan peran serta dalam kegiatan pemerintahan dan pembangunan, oleh karena itu dibutuhkan kinerja yang baik disetiap unsur - unsur aparatur pemerintahan di kecamatan. Kinerja merupakan suatu momen yang harus dipahami sebagai satu ukuran keberhasilan dalam pencapaian tujuan. Kinerja dalam setiap organisasi kecamatan sangat diperlukan karena kinerja merupakan suatu prestasi kerja, produktivitas kerja, apakah itu kinerja individu aparatur pemerintahan atau kinerja organisasi pemerintahan kecamatan.

Mengingat pentingnya kinerja sebagai persyaratan untuk meningkatkan produktivitas kerja, maka setiap aparatur dituntut untuk senantiasa meningkatkan kinerjanya, namun demikian kenyataannya berdasarkan kondisi pengamatan dilapangan terlihat bahwa kinerja

(4)

aparatur pemerintahan belumlah sesuai dengan kondisi yang diharapkan yaitu kinerja yang baik yang dapat mendukung terlaksananya tugas, fungsi dan tanggung jawab masing - masing aparatur tersebut.

Latar belakang pendidikan tentunya amat menunjang demi kelancaran kerja yang ada, seperti dalam penggunaan alat – alat kantor tentunya membutuhkan skil atau keahlian yang didasari oleh pendidikan tersebut apalagi seperti sekarang ini alat – alat yang digunakan jarang sekali menggunakan alat - alat manual, akan tetapi alat – alat yang digunakan tentunya berbau teknologi canggih demi mempercepat pelayanan terhadap masyarakat.

Kondisi – kondisi sebagaimana dirasakan juga terlihat di kecamatan Medan timur salah satu kecamatan yang ada di Kota Medan. Hal ini terlihat dari pelayanan yang diberikan kepada masyarakat, terutama pelayanan yang bersifat urgensi masyarakat, fenomena – fenomena tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

(5)

Tabel 1.1. Volume Pelayanan Kepada Masyarakat Dalam Bentuk Surat – Menyurat.

Sumber data : Kantor Kecamatan Medan Timur 2007

Jenis Pelayanan Masyarakat

KTP Surat Pindah Surat Tanah No Bulan

Masuk Selesai Masuk Selesai Masuk Selesai

1 Januari 31 27 10 5 8 5 2 Februari 34 30 7 4 7 7 3 Maret 32 32 8 4 7 7 4 April 37 32 8 4 7 7 5 Mei 35 31 7 3 6 5 6 Juni 45 38 7 4 6 5 7 Juli 38 32 7 4 5 5 8 Agustus 38 34 5 5 7 6 9 September 42 42 4 4 6 5 10 Oktober 44 40 6 5 7 5 11 November 42 39 7 5 7 5 12 Desember 50 42 10 5 8 5 Jumlah 473 419 86 52 81 67

Berdasarkan data tersebut jelaslah bahwa pelaksanaan pelayanan publik yang bersifat penting bagi masyarakat terutama pengurusan KTP, Surat Pindah dan Surat Tanah belum terlaksana dengan sebaik – baiknya. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja Aparatur pemerintahan Kecamatan Medan Timur belum sesuai dengan apa yang diharapkan.

Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Aparatur Pemerintah Kecamatan Medan Timur Kota Medan.”

(6)

1.2. PERUMUSAN MASALAH.

Berdasarkan gejala – gejala yang diungkapkan dalam latar belakang masalah tentang kinerja pelayanan aparatur pemerintahan Kecamatan Medan Timur maka dapat dirumuskan permasalahan pokok dalam penelitian ini yaitu :

1. Bagaimana kinerja pelayanan aparatur pemerintahan Kecamatan Medan Timur Kota Medan.

2. Faktor – faktor apa yang mempengaruhi kinerja pelayanan aparatur pemerintahan Kecamatan Medan Timur Kota Medan.

1.3. TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN 1.3.1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah maka penelitian ini bertujuan untuk :

a. Untuk mengetahui kinerja birokrasi pemerintahan khususnya berkaitan dengan efesiensi organisasi, kerjasama tim, dan hubungan pimpinan dengan bawahan di Kantor Kecamatan Medan Timur.

b. Untuk mengetahui faktor yang mendukung dan menghambat kinerja birokrasi pemerintah khususnya berkaitan dengan efesiensi pelayanan, kerjasama tim, dan hubungan pimpinan dengan bawahan kasus pada Kantor Kecamatan Medan Timur.

1.3.2. Kegunaan Penelitian

a. Secara akademik : sebagai bahan informasi bagi peneliti lain yang mengkaji kinerja birokrasi pemerintah pada masa yang akan datang .

(7)

b. Secara metodologi : penelitian ini memperkaya indikator pengukuran tentang kinerja birokrasi pemerintah khususnya dilihat dalam sudut pandang pendekatan proses.

c. Secara praktis : penelitian ini dapat menjadi bahan untuk evaluasi kinerja instansi Pemerintah khususnya Dinas Kecamatan Medan Timur dalam menyempurnakan dan meningkatkan kualitas pelayanan publik pada masa datang.

1.4. KERANGKA TEORI 1.4.1. Pengertian Kinerja

Kinerja merupakan suatu hal yang penting untuk mengatur keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuannya. Setiap organisasi penting untuk selalu melakukan penilaian terhadap kinerjanya karena hal tersebut dapat dijadikan sebagai input bagi perbaikan dan peningkatan kinerjanya di kemudian hari. Kinerja atau Performance dipahami sebagai tingkat keberhasilan atau merupakan The Degree Of Accompliment atau dengan kata lain kinerja merupakan suatu tingkat pencapaian tujuan Organisasi. Rue dan Byars dalam

keban ( 1995 : 1 ) mengatakan bahwa kinerja juga dapat diartikan sebagai prestasi kerja, prestasi penyelenggaraan suatu kegiatan. Kinerja dapat menunjukkan seberapa jauh tingkat kemampuan pelaksanaan tugas – tugas organisasi. Selain itu, kinerja juga menyangkut efektifitas, yaitu sejauh mana tujuan yang dinyatakan dalam petunjuk hasil dapat dicapai oleh suatu organisasi. Dengan demikian, pengertian kinerja suatu organisasi memenuhi fungsi serta aturan yang ditetapkan bagi pencapaian tujuan.

Oleh karena itu, kinerja organisasi paling tidak mengandung 3 (tiga) aspek penting, yaitu pemenuhan fungsi kesesuaian dengan peraturan dan pencapaian tujuan. Berkaiatan dengan objek penelitian ini, kinerja yang akan dilihat adalah kinerja dari suatu instansi pemerintah, yang sejauh ini kriteria baku mengenai pengukuran kinerjanya tidak tersedia. Beberapa karakteristik khas dari instansi pemerintah, yaitu public goods (hal – hal yang

(8)

menyangkut kepentingan masyarakat luas), kurang atau tidak mengejar profit, memiliki lebih banyak jalur birokrasi ketimbang organisasi swasta yang menyebabkan kesulitan dalam menetapkan kriteria pengukuran kinerjanya. Namun demikian dengan mendasarkan pada tujuan dan misi organisasi atau dengan menggunakan pendekatan yang sesuai kita dapat menelaah dan memiliki suatu instansi pemerintah.

Keban ( 1995 : 5 – 6 ) berpendapat bahwa ada berbagai konteks pendekatan yang dapat menelaah kinerja instansi pemerintah, di antaranya yaitu :

a. Konteks Manajemen.

b. Konteks Pelaksanaan Pembangunan. c. Konteks Peranan Pemerintah. d. Konteks Pelaksanaan Fungsi.

Tugas dan tanggung jawab, berkaitan dengan penelitian ini konteks pendekatan yang tampak relevan adalah konteks pelaksanaan fungsi, tugas dan tanggung jawab, untuk itu penilaian kinerja aparatur Kecamatan Medan Timur lebih dimaksud pada seberapa jauh instansi pemerintah di bidang pemerintahan tersebut telah melaksanakan fungsi, tugas dan tanggung jawabnya berkenaan dengan penilaian kinerja instansi pemerintah. Steers, dkk ( 1985 : 88 ) mengusulkan tiga indikator, yaitu Responsiveness, Responsibility dan Accountability.

Responsivitas adalah kemampuan organisasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan dan mengambangkan program – program pelayanan sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Dengan demikian responsivitas

menunjukkan kepada keselarasan antara program dan kegiatan pelayanan dan kebutuhan – kebutuhan aspirasi masyarakat. Responsivitas menggambarkan kemampuan instansi pemerintah dengan menjalankan misi dan tujuannya, terutama untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Responsivitas rendah, seperti ditunjukkan dengan ketidakselarasan antar

(9)

pelayanan dengan kebutuhan masyarakat, menunjukkan kegagalan organisasi dalam mewujudkan misi dan tujuannya. Organisasi yang memiliki responsivitas rendah dengan sendirinya memiliki kinerja yang rendah pula. Data untuk menilai responsivitas bisa bersumber pada organisasi dan masyarakat. Data organisasi digunakan untuk mengidentifikasi jenis – jenis kegiatan dan program organisasi, sedangkan data dari masyarakat pengguna jasa diperlukan untuk mengidentifikasi demand dan kebutuhan masyarakat.

Responsibilitas menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan instansi pemerintahan itu dilakukan sesuai dengan prinsip – prinsip administrasi yang benar atau sesuai dengan kebijakan organisasi yang baik. Oleh karena itu responsibilitas bisa saja berbenturan dengan

responsivitas. Keinginan seorang pejabat organisasi publik untuk meningkatkan

responsivitas bisa saja mengorbankan responsibilitas, manakala kebijakan dan proses administrasi yang ada dalam organisasinya ternyata tidak lagi memadai untuk menjadi dinamika masrakatnya yang selalu lebih cepat daripada perubahan organisasi.

Responsibilitas dapat dinilai dari analisis terhadap dokumen dan laporan kegiatan organisasi. Penilaian dilakukan dengan mengecek apakah pelaksanaan kegiatan dan program organisasi cocok atau sesuai dengan prosedur adminstrasi dan ketentuan – ketentuan yang ada dalam organisasi.

Akuntabilitas publik menunjukkan kepada seberapa besar kebijakan dan kegiatan instansi pemerintah tunduk pada pejabat politik yang dipilih oleh rakyat (Selected Official).

Asumsinya adalah bahwa para pejabat politik tersebut karena dipilih oleh rakyatnya sendiri akan selalu mempresentasikan kepentingan rakyat. Konsep akuntabilitas publik dapat digunakan untuk melihat seberapa besar kebijakan dan kegiatan instansi pemerintahan itu konsisten dengan kehendak masyarakat banyak. Karena itu dilihat dari ukuran internal yang dikembangkan oleh instansi pemerintahan seperti pencapaian target. Kinerja sebaliknya

(10)

harus dinilai dari ukuran – ukuran eksternal, seperti nilai – nilai dan norma – norma yang berlaku dalam masyarakat. Data akuntabilitas bisa dari berbagai sumber, seperti penilaian wakil rakyat pejabat politis atau tokoh – tokoh masyarakat.

Sementara itu Dwiyanto ( 1995 ; 5 ) memasukkan dimensi produktivitas dan kualitas

pelayanan dalam pengukuran kinerja instansi pemerintah, sehingga kinerja instansi pemerintah dapat dinilai melalui produktivitas, kualitas pelayanan, responsivitas, responsibilitas, dan akuntabilitas.

Produktivitas juga merupakan salah satu ukuran kinerja instansi pemerintah yang penting. S. P. Hasibuan ( 1994 : 41 ) mengemukakan bahwa : “ Produktivitas adalah perbandingan antara output ( hasil ) dengan input ( masukan ). Jika produktivitas naik ini hanya dimungkinkan oleh adanya peningkatan efesiansi ( Waktu, Bahan, Tenaga ) dan sistem kerja, tehnik produksi dan adanya peningkatan ketrampilan dari tenaga kerja”. Pada umumnya produktivitas memang diartikan sebagai rasio antara input dan output. Penilaian produktivitas organisasi biasanya dilakukan pada tingakat organisasi dengan menggunakan dokumen – dokumen yang tersedia dalam organisasi, seperti catatan dan laporan – laporan organisasi, penilaian atas produktivitas juga bisa dilakukan dengan membandingkan catatan mengenai sumber daya yang diperlukan dan hasil yang dicapai organisasi.

Erat kaitannya dengan pengukuran produktivitas adalah kualitas pelayanan ( Quality of Service ). Dalam hal ini yang dimaksud adalah sampai sejauh mana kualitas memperoleh hasil seperti yang dilakuakan. Isu mengenai kualitas pelayanan cenderung semakin penting dalam menjelaskan kinerja membentuk image negatif yang terbentuk mengenai instansi pemerintah muncul karena ketidak puasan masyarakat terhadap kualitas pelayanan yang diberikan oleh instansi pemerintah. Secara umum pelayanan yang berkualitas dapat diartikan sebagai pelayanan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan, sesuai dengan

(11)

tingkat kepuasan rata – rata masyarakat, serta penyelenggaraannya sesuai dengan standar dan prosedur yang telah ditetapkan ( Faisal dan Sujidi, 1995 : 4).

Kembali pada fokus penelitian kita, yakni Aparatur Kecamatan Medan Timur Kota Medan berada di bawah koordinasi kantor Walikota Medan. Sebagai organisasi pemerintah pada tingkat kecamatan, tugas – tugas pemerintah dijalankan, dilaksanakan sesuai dengan ketetapan yang telah disahkan oleh Walikota. Oleh karenanya dapat dilakukan penilaian apakah kegiatan pelayanan masyarakat dibidang pemerintahan yang diselenggarakan aparatur Pemerintah Kecamatan Medan Timur Kota Medan telah sesuai dengan prosedur yang ada berdasarkan kepada SK Menpan No. 63 Thn 2003, yang berisi 10 prinsip Pelayanan umum yaitu :

1. Kesederhanaan 2. Kejelasan 3. Kepastian waktu 4. Akurasi 5. Keamanan 6. Tanggung Jawab

7. Kelengkapan Sarana & Prasarana 8. Kemudahan Akses

9. Kedisplinan, Kesopanan, Keramahan 10.Kenyamanan

Dengan demikian berdasarkan uraian di atas, kinerja Aparatur Pemerintah Kecamatan Medan Timur dalam menyelenggarakan pelayanan masyarakat di bidang pemerintahan dapat dinilai dari aspek – aspek Responsibilitas, Produktivitas serta kualitas pelayanan.

(12)

1.4.2. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Aparatur Pemerintah Suatu organisasi modern termasuk instansi pemerintah seperti Aparatur Pemerintah Kecamatan Medan Timur, adalah organisasi dengan sistem terbuka yang dipengaruhi dan berinteraksi secara terus menerus dengan lingkungannya. Implikasi dari hal ini adalah bahwa kinerja dari organisasi tersebut tidak saja dipengaruhi oleh faktor – faktor internal, tetapi juga faktor – faktor eksternalnya. Dengan kata lain, tingkat pencapaian suatu tujuan organisasi sangat didukung oleh faktor – faktor baik dari dalam maupun dari luar organisasi tersebut.

Menurut Steers ( 1985 : 9 ) faktor – faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuannya ada tiga kelompok, yaitu :

a. Kelompok organisasi, yang meliputi struktur dan teknologi organisasi. Yang dimaksud dengan struktur yaitu hubungan yang relatif tetapi tetap sifatnya seperti dijumpai dalam organisasi, sehubungan dengan sumber daya manusia, sedangkan yang dimaksud dengan teknologi adalah mekanisme suatu organisasi untuk mengubah masukan mentah menjadi hasil yang nyata.

b. Organisasi mencakup dua aspek yang walaupun berbeda, namun berhubungan. Yang pertama : lingkungan eksternal yaitu semua kekuatan yang timbul diluar batas organisasi dan mempengaruhi keputusan serta tindakan dalam organisasi, misalnya kondisi ekonomi dan pasar serta peraturan pemerintah. Yang kedua adalah lingkungan internal yang umum dikenal dengan iklim organisasi, dimana hal itu meliputi macam – macam atribut lingkungan kerja, seperti pekerja sentries, orientasi pada prestasi karakteristik lingkungan dari organisasi yang bersangkutan dengan lingkungan.

c. Karakteristik pekerja, menyangkut bagaimana perbedaan diantara individu dalam suatu lingkungan kerja terpengaruhi terhadapa proses pencapaian tujuan organisasi.

(13)

Sementara Thoha ( 1988 : 63 ) menjelaskan bahwa ada dua faktor penting yang dapat menunjang kinerja suatu organisasi yaitu faktor lingkungan organisasi (Environment) dan dukungan sumber – sumber daya organisasi (Resources). Faktor penting dapat dipengaruhi kinerja organisasi dalam pengertian dinamis, yaitu : Faktor ketersediaan sumber daya organisasi (resources) yang mencakup sumber daya manusia, sumber daya keuangan

(Financial) dan sarana prasarana, dan faktor lingkungan (Environment) yang mencakup lingkungan internal dan lingkungan eksternal (Ecology).

Menurut Thoha ( 1988 : 63 ) kemampuan organisasi melaksanakan kegiatan dalam rangka mencapai tujuan akan banyak tergantung pada sumber daya organisasi yang bersangkutan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja organisasi sangat dipengaruhi oleh sumber daya organisasi yang dimiliki oleh organisasi tersebut. Sedangkan sumber daya organisasi umumnya dikelompokkan dalam 3 bahagian besar, yaitu : Sumber daya manusia, sumber dana atau anggaran, sarana dan prasarana atau peralatan yang digunakan dalam melaksanakan kegiatan organisasi.

Dari rangkaian pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa faktor – faktor yang mempengaruhi kinerja organisasi meliputi variabel internal dan eksternal organisasi.

Sebagai suatu organisasi modern yang bersifat terbuka dapat dikatakan bahwa Aparatur Kecamatan Medan Timur dalam menyelenggarakan tugas – tugas di bidang pemerintahan juga berinteraksi dengan lingkungan di luar organisasi. Artinya selain faktor internal, faktor eksternal juga ikut berperan menentukan tingkat kinerja, misalnya :

a. Peranan Lurah dalam memepersiapkan admistrasi pemerintahan Kelurahan. b. Peran Walikota dalam pembinaan dan lain sebgainya.

(14)

Jadi berdasarkan uraian di atas faktor – faktor yang mempengaruhi kinerja aparatur pemerintah kecamatan Medan Timur dalam menyelenggarakan pelayanan bidang pemerintahan adalah :

1.4.3.. Faktor Internal Organisasi

Variabel internal yang mempengaruhi kinerja aparatur pemerintahan kecamatan Medan Timur dalam hal ini meliputi :

1). Mekanisme Hubungan Kerja dalam Organisasi.

Dalam hal ini menyangkut bagaimana struktur dan pola hubungan di dalam organisasi kantor pemerintah yang mempengaruhi kinerjanya. Berdasarkan hal tersebut, organisasi dilihat sebagai suatu sistem individu yang stabil yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama lewat suatu struktur dan pembagian kerja Thoha ( 1996 : 162 ) dalam suatu organisasi tradisional semacam itu, ada dua pola hubungan kerja yang menjadi karakteristiknya, yaitu :

1. Hubungan antara atasan dengan bawahan dan

2. Hubungan antar personil yang berkedudukan sederajad. 2). Sumber Daya Manusia

Salah satu sumber daya yang paling penting bagi organisasi adalah manusia yang berkedudukan sebagai karyawan, pegawai, buruh atau pekerja. Bagaimanapun majunya teknologi dewasa ini belum mampu menggantikan bagian terbesar dari tenaga kerja manusia. Masih banyak kegiatan yang tidak dapat dilakukan oleh mesin ataupun teknologi yang dimiliki oleh sebuah organisasi, Zainun ( 1995 : 6). Jelas bahwa dalam setiap organisasi peranan sumber daya manusia sengatlah penting. Namun demikian tentulah yang diharapkan adalah sumber daya manusia yang berkualitas, dalam artian memiliki kemampuan dan kecakapan serta ketrampilan dalam melaksanakan tugas sehingga pelayan publik dapat diselenggarakan dengan tertib dan lancar. Kegiatan mengenai hal ini, Zainun ( 1995 : 43 )

(15)

menjelaskan bahwa “ Sumber Daya Manusia yang berkualitas dalam artian yang sebenarnya adalah pekerjaan yang dikerjakan akan menghasilkan sesuatu yang memang dikehendaki dari pekerja tersebut”.

3). Sarana dan Prasarana

Menurut Thoha, ( 1996 ; 82 ), faktor sarana dan prasarana disamping sumber daya manusia dan dana yang merupakan faktor yang sangat penting dan sangat menentukan bagi keberhasilan manajemen dalam mencapai tujuan, sehingga ketersediaan sarana dan prasarana bagi penyelenggaraan tugas – tugas sangat berperan penting dalam rangka mewujudkan tujuan organisasi. Sarana dan prasarana dalam pelayanan di sini menyangkut segala peralatan, perlengkapan kerja dan fasilitas lainnya yang berfungsi sebagai alat utama / pembantu dalam melaksanakan pekerjaan, dan juga berfungsi sosial dalam rangka kepentingan orang – orang yang sedang berhubungan dengan organisasi kerja tersebut.

Sarana kerja ditinjau dari segi kegunaannya terdiri dari 3 (tiga) golongan. Moenir, ( 1995 : 120 ) yaitu :

a. Peralatan kerja, yaitu semua jenis benda yang berfungsi langsung sebagai alat produksi untuk menghasilkan barang atau berfungsi memproses suatu barang menjadi barang lain yang fungsi dan kegunaannya berbeda.

b. Perlengkapan kerja yaitu semua jenis benda yang berfungsi sebagai alat bantu tidak langsung dalam produksi, memepercepat proses, membangkitkan dan menambah kenyamanan dalam pekerjaan.

c. Perlengkapan bantu atau fasilitas, yaitu semua jenis benda yang berfungsi membantu melancarkan gerak dalam pekerjaan misalnya alat pendingin ruangan yang tidak kalah pentingnya adalah keberadaan ruang fasilitas pendukung pelayanan, antara lain adalah fasilitas, ruangan yang memadai seperti ruangan pelayanan yang cukup luas untuk memproses berkas – berkas, bagian informasi yang dilengkapi dengan bahan –

(16)

1.4.4. Faktor Eksternal Organisasi

Sebagai suatu konsekuensi bahwa organisasi merupakan bagian dari lingkungan eksternalnya adalah pengaruh lingkungan terhadap pencapaian tujuan organisasi meliputi semua kekuatan yang timbul diluar batas organisasi dan memepengaruhi keputusan serta tindakan dalam organisasi. Dalam kaitan dengan penelitian ini, faktor eksternal tersebut berupa masalah hubungan atau komunikasi dengan pihak – pihak diluar organisasi, yang dalam hal ini adalah :

1). Hubungan dengan pemohon, 2). Hubungan dengan instansi lain. 1.5. DEFENISI KONSEP

Untuk menghindari kekeliruan dalam memahami istilah yang dipergunakan dalam judul skripsi ini maka perlu ditegaskan pengertian sebagai berikut :

a. Faktor – faktor kinerja

Pokok – pokok permasalahan yang mempengaruhi dalam pelaksanaan tugas pada sebuah institusi pemerintah.

b. Aparatur Pemerintah

Pegawai birokrasi yang melaksanakan pekerjaan pemerintah.

1.6. DEFENISI OPERASIONAL

Sebagaimana telah diuraikan bahwa kinerja aparatur pemerintahan di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :

(17)

2. Karakteristik Pegawai 3. Karakteristik Lingkungan 4. Hubungan dengan instansi lain

Keempat karakteristik ini diasumsikan akan mempengaruhi kinerja Aparatur Pemerintah Kecamatan Medan Timur.

Konsep – konsep tersebut akan dijelaskan sebagai berikut :

1. Karakteristik Organisasi yaitu : bentuk dan struktur organisasi serta teknologi yang digunakan di Kecamatan Medan Timur.

2. Karakteristik Pegawai yaitu : Keadaan jumlah pegawai yang ada di Kecamatan Medan Timur.

3. Karakteristik Lingkungan yaitu : lingkungan yang dapat mempengaruhi kegiatan organisasi baik lingkungan eksternal maupun internal.

4. Hubungan dengan instansi lain yaitu kegiatan atau kerja sama yang sifatnya menunjang.

(18)

1.7. SISTEMATIKA PENULISAN

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka teori, konsep operasional, pengukuran variabel, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang lokasi penelitian, populasi dan sampel, jenis data, teknik pengumpulan data, teknik analisis.

BAB III DESKIRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang letak dan keadaan wilayah kecamatan Medan Timur, keadaan adaministrasi pemerintahan kecamatan Medan timur.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisikan tentang kinerja pemerintahan kecamatan Medan timur dan faktor – faktor yang mempengaruhi kinerja aparatur pemerintah.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran dari hasil penelitian dan saran – saran yang membangun bagi objek penelitian.

Referensi

Dokumen terkait

Rendemenserbuk pewarna alami daun sirsak hasil interaksi penambahan maltodekstrin dan lama waktu perebusan sebesar 95,88 ± 2,67 gram dihasilkan pada lama waktu

Maka penulis berusaha memberi solusi untuk para pengendara mobil agar menggunakan aplikasi yang dapat menjawab sms secara automatis sehingga dapat

Transformasi adalah suatu kompleks jalinan kekuatan yg saling terkait dari 7 poros transformasi yaitu: globalisasi, struktur ekonomi, politik-ideologi, budaya nasional,

Dari hasil pengamatan di lapangan, pada ruas jalan vital yang dianggap strategis, kondisi tingkat isian (load factor) angkutan umum kebanyakan kurang dari 70 persen.. Kecuali

Untuk itu PT KAI (Persero) mengadakan program pengembangan sumber daya manusia yang memfokuskan pada pendidikan dan latihan (diklat), pengembangan karir dan penilaian kinerja Dalam

Hasil studi kualitas pelayanan KB yang dilaksanakan oleh BKKBN, FK-UI, POGI, Pusat Kajian Wanita UI, dan Population Council pada tahun 1995 di daerah perkotaan (Kecamatan

Berdasarkan hasil analisis Standar Nasional Pendidikan (SNP), proses pembelajaran, dan ketuntasan belajar di salah satu SMA Negeri di Surakarta menunjukkan perlu

Tulisan ini akan membahasperlunya tindakan proaktif dari perusahaan dalam kaitannya dengan manajemen lingkungan untuk mengantisipasi berbagai tuntutan konsumen akan produk yang