BAB II
GAMABARAN LOKASI PENELITIAN
2.1. Kabupaten Simalungun
Kabupaten Simalungun merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di Provinsi Sumatera Utara yang terletak antara 02˚36’ - 03˚18’ Lintang Utara dan 98˚32’ - 99˚35’ Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten Simalungun sebesar 4.386,60 km2 atau sekitar 6,12 % dari luas wilayah Provinsi Sumatera Utara. Jarak kabupaten ini dari Kota Medan sekitar 150 Kilometer.Kota Pematangsiantar berada di tengah wilayah Kabupaten ini.Itu lah sebabnya, Pematangsiantar dan Simalungun sangat berkaitan erat, walaupun secara administrasi pemerintahan masing-masing merupakan daerah otonom39
o Sebelah utara : berbatasan dengan Kabupaten Serdang .
Kabupaten Simalungun dikelilingi oleh sejumlah Kabupaten hampir dari seluruh penjuru mata angin. Selengkapnya batas-batas wilayah Kabupaten Simalungun dengan daerah sekitarnya sebagai berikut:
berdagai
o Sebelah barat : berbatasan dengan Kabupaten Karo
o Sebelah selatan : berbatasan dengan Kabupaten Toba Samosir dan Samosir
o Sebelah timur : berbatasan dengan Kabupaten Asahan dan Batubara
Digambarkan dalam peta:
Gambar 2.1: Peta Kabupaten Simalungun Sumber: http://www.petasimalungun.go.id
Keterangan:
1.
---
= Batas wilayah rencana pemekaran Kabupaten Simalungun2. Lokasi Penelitian = Bosar Maligas
Adapun Kabupaten Simalungun memiliki 31 wilayah Kecamatan, antara lain:
1. Kecamatan Siantar
2. Kecamatan Dolok Pardamean 3. Kecamatan Panei
4. Kecamatan Tanah Jawa 5. Kecamatan Hutabayu Raja
6. Kecamatan Jorlang Hataran 7. Kecamatan Dolok Panribuan
8. Kecamatan Girsang Sipangan Bolon 9. Kecamatan Purba
10. Kecamatan Raya 11. Kecamatan Silimakuta 12. Kecamatan Dolok Silau 13. Kecamatan Raya Kahean 14. Kecamatan Silau Kahean 15. Kecamatan Bandar
16. Kecamatan Pematang Bandar 17.
18. Kecamatan Ujung Padang Kecamatan Bosar Maligas
19. Kecamatan Dolok Batu Nanggar 20. Kecamatan Tapian Dolok
21. Kecamatan Sidamanik 22. Kecamatan Gunung Malela 23. Kecamatan Gunung Maligas 24. Kecamatan Bandar Masilam 25. Kecamatan Bandar Huluan 26. Kecamatan Jawa Maraja 27. Kecamatan Hatonduhon
28. Kecamatan Pematang Sidamanik 29. Kecamatan Panombeian Pane
30. Kecamatan Haranggaol Horisan 31. Kecamatan Pematang Silimakuta
Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010 (SP2010), jumlah penduduk Kabupaten Simalugun sebanyak 818.104 orang, terdiri atas 407.771 laki-laki dan 410.333 perempuan. Kemudian dari hasil SP2010 tersebut tampak bahwa kecamatan yang penduduknya paling banyak di Kabupaten Simalungun adalah Kecamatan Bandar, yakni sebanyak 63.561 jiwa atau 7,77%, diikuti Kecamatan Siantar sebanyak 62.853 jiwa atau 7,68%, sedangkan Kecamatan yang jumlah penduduknya paling sedikit adalah Kecamatan Haranggaol Horisan, yaitu sebanyak 4.989 jiwa atau 0,61%.
2.1.1. Etnis Simalungun
Etnis Simalungun merupakan salah satu etnis yang ada di Indonesia yang memiliki basis kekuasaan di daerah Sumatera Utara dengan nama wilayah Kabupaten Simalungun. Etnis Simalungun dapat dibedakan dari etnis lainnya di seluruh Indonesia terkhusus Sumatera Utara dari budaya, bahasa, adat, kebiasaan, sejarah dan segala aspek kehidupannya.
Dari sumber kuno dan cerita-serita rakyat si Simalungun, etnis Simalungun berketurunan dari beragam nenek moyang.Dalam perjalanan sejarahnya Etnis Simalungun datang dalam dua gelombang.
Gelombang pertama (Proto Simalungun) diperkirakan datang dari India Selatan (Nagora) dan India Timur (Pegunungan Asam) sekitar abad ke-5 meyusuri Birma terus ke Siam dan Malaka selanjutnya menyebrang ke Sumatera Timur dan mendirikan Kerajaan Nagur dari Raja dinasti Damanik, kemudian gelombang
kedua (Deutro Simalungun) yang merupakan pembauran etnis-etnis tetangga dengan Etnis Simalungun asli.
2.1.2. Marga Marga Simalungun Asli
Dewasa ini di daerah Simalungun terdapat sejumlah marga, khususnya yang berasal dari perkawinan dengan etnis tentangga yang berasal dari Toba (Samosir), Karo, dan Pakpak.Karena mereka sudah ada disana dalam beberapa genereasi, maka mereka menganggap bahwa mereka adalah termasuk Etnis Simalunagun asli.Namun, sesungguhnya yang termasuk marga Simalungun asli hanya empat marga, yakni marga Sinaga, Saragih, Damanik dan Purba yang lazim disingkat dengan Sisadapaur.
Menurut Tuan Talamsyah Saragih (Surat pribadi, 1963), Etnis Simalungun asli merupakan keturunan dari empat raja-raja besar yang berasal dari Siam dan India dengan rakyatnya masuk ke Sumatera Timur terus ke Aceh, Langkat, daerah Bangun Purba dan Bandar Khalifah sampai Batubara. Akibat desakan orang “Djau”, berangsur-angsur mereka mencapai daerah pinggiran Danau Toba sampai ke Samosir.
Adapun keempat marga Simalungun yang poluler dengan nama Sisadapur itu berasal dari “Haruan Bolon” (permusyawaratan besar) raja-raja yang empat tersebut agar jangan saling menyerang, bermusuhan dan ”marsiurupan bani
hansusahan na legan, rup mangimbang munsuh” (saling membantu satu sama
lain dalam keadaan sulit dan bersama melawan musuh40
40 Sumber: Saodoran, Tim Lima. 2013. Mengenal Nusantara Kabupaten Simalungun. Medan: Cv. Mitra. Hal 40-41
Keempat raja (Marga) itu adalah41
a. Raja Nagur (Marga Damanik)= Simada Manik, Simalungun: ”Manik” artinya Tonduy, Sumangat, Tunggung (dalam bahasa Indonesia berarti yang bersemangat, berkarisma, agung). Mereka ini berasal dari kaum bangsawan India Selatandari Kerajaan Naggore. Marga Damanik mengenal beberapa cabang, yaitu:
:
1. Cabang asli Simalungun, yaitu Rappogos, Malayu (asal marga Malau), Barotbot, Usang, Bayu, Sola, Sarasan, Rih, Hajangan, Simaringga, dll.
2. Cabang dari Toba, yaitu: Manik (Raja), Malau, Gurning, Tomog, Ambarita (Bariba), Limbong, Sagala, dll.
b. Raja Banua Sobou (Bermarga Saragih) = Simada Ragih, Simalungun: “Ragih” artinya Ragih, atur, susun (dalam bahasa Indonesia berarti pemilik aturan, pengatur, pemegang undang-undang, penyusun). Marga Saragih memiliki cabang-cabang marga yang paling banyak, dengan kategori berikut:
1. Cabang asli Simalungun, yaitu Sumbayak, Garingging, Sidasalak, Sidajawak.
2. Cabang dari Toba, yaitu Turnip, Siadari, Sijabat, Sidauruk, Simanihuruk, Sinapitu, Siallagan, Sitio, Sidabutar, Sidabalog, Simarmata, Sitanggang, Ruma Horbo (di Simalungun membentuk
cabang baru yaitu Simaronggang) , Tamba, dan Sidabaho (Naibaho), dll.
3. Cabang dari Karo, yaitu Munte.
4. Lalu beberapa cabang yang belum diketahui secara pasti keberadaannya apakah sebagai cabang asli atau pendatang seperti Sidamuntei, Parmata, Sidapulou, dan Simatondang.
c. Raja Banua Purba (Bermarga Purba) = Purba, dalam bahasa Sansekerta “Purwa” yang artinya timur, gelagat masa datang, pengatur, tenungan pengetahuan, dan cendekiawan. Marga Purba mengenal beberapa cabang, yaitu:
1. Cabang asli Simalungun meliputi Tambak, Sidasuha, Sidadolog, Sidagambir, Siborou, Sigumonrong, Silangit, Sihala, Tua, Tanjung, Tondang, Tambun Saribu, dll
2. Cabang dari Pakpak, yaitu Pakpak (dari Tungtung Batu) dan Girsang (Lehu).
3. Cabang dari Toba yaitu Manorsa, cabang marga ini hanya dijumpai di daerah Haranggaol. Sementara itu, untuk marga Purba Toba yang banyak bermukim di daerah Dolok Sanggul juga mengenal beberapa cabang, seperti Sigulang Batu, Parhorbo, dan Pantom Hobon.
Kaitan antara marga Purba Simalungun dengan Purba Toba ini, penulis berpendapat keduanya berasal dari satu keturunan, namun penulis belum mampu menguraikan siapa yang lebih dulu ada di antara keduanya. Purba yang dikaitkan dengan Simamora, Manalu, Debataraja,
Rambe, dan Lumban batu, penulis berpendapat mereka tidak ada hubungan satu sama lain.
d. Raja Saniang (Bermarga Sinaga atau Tanduk Banua) = Simada Naga, Simalungu: “Naga” dikaitkan dengan mitologi kuno yaitu dewa penjaga bumi yang menyebabkan gempa dan tanah longsor. Marga Sinaga mengenal beberapa cabang marga dengan kategori berikut:
1. Cabang asli Simalungun, yaitu Dadihoyong, Porti, Simaibang, dan Simanjorang
2. Cabang dari Toba, yaitu Bonor (Pande, Suhut ni Huta atau Sidasuhut), Uruk, Oppu Ratus. Lalu ada beberapa marga lain yang dahulu pada masa eksisnya kerajaan-kerajaan Simalungun berafiliasi dengan marga Sinaga, di antaranyaseperti Sipayung, Silalahi, Sihaloho, Sitorus, Sirait, Butar-Butar, Manurung, Sinurat, dan lain-lain.
2.2. Kecamatan Bosar Maligas
Kecamatan Bosar Maligas merupakan salah satu Kecamatan yang terdapat di Kabupaten Simalungun. Kecamatan Bosar Maligas memiliki wilayah seluas 294,40 Kilometer persegi dengan topografi tanah cenderung datar yang sebagian besar ditanami tanaman keras seperti kelapa sawit.
Populitas masyarakat di Kecamatan Boasar Maligas didiami oleh beragam etnis diantaranya etnis tuan rumah yaitu Simalungun, Melayu yang adalah etnis tetangga, kemudian Batak Toba dan Etnis Jawa yang merupakan pendatang tetapi menjadi mayoritas di daerah tersebut.
Gambar 2.2. Struktur Pemerintahan Nagori Sei Mangkei Sumber: Kantor Kepala Desa Sei Mangkei, Tahun 2016
Berikut adalah daftar nama desa/kelurahan di Kecamatan Bosar Maligas, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara42
• Kelurahan/Desa Adil Makmur
:
• Kelurahan/Desa Boluk
• Kelurahan/Desa Bosar Maligas • Kelurahan/Desa Dusun Pengkolan • Kelurahan/Desa Gunung Bayu • Kelurahan/Desa Marihat Butar • Kelurahan/Desa Marihat Tanjung • Kelurahan/Desa Mayang
• Kelurahan/Desa Parbutaran
42
Sumber: Saodoran, Tim Lima. 2013. Mengenal Nusantara Kabupaten Simalungun. Medan: Cv. Mitra. Hal 40-41
• Kelurahan/Desa Sei Mangkei • Kelurahan/Desa Sei Torop • Kelurahan/Desa Sidomulyo • Kelurahan/Desa Teladan
• Kelurahan/Desa Telun/Talun Saragih • Kelurahan/Desa Tempel Jaya
2.3. Kelurahan Sei Mangkei
Pada masyarakat Etnis Simalungun perkampungan diartikan sebagai “nagori” (bahasa Simalungun) juga sering disebut “huta”, dimaksudkan untuk menyatakan suatu kesatuan territorial. “Nagori” terdiri dari masyarakat Simalungun sendiri yang dahulu menandakan wilayah dari beberapaklan berbeda-beda, seperti Nagori Bangun Purba, Nagori Marihat Nagur, Nagori Sei Mangkei dan sebagainya.
Setiap nagori atau huta biasanya dikelilingi oleh suatu parit, suatu dinding tanah yang tinggi dan pohon-pohon bambu, pinang, kelapa yang dapat digunakan sebagai pembatas. Kegunaan dari hal tersebut adalah sebagai batas wilayah dan pertahanan terhadap serangan-serangan musuh dari hutalain (Koentjaraningrat, 2017:98).
Gambar 2.3: Ucapan selamat datang di Kelurahan Sei Mangkei
Seiring perkembangan di Simalungun, terkhusus di Desa Sei Mangkei yang menjadi wujud nyata perkembangan masyarakat desa dengan sentuhan pembangunan.Pembangunan di desa Sei Mangkei sangat tampak dengan adanya program untuk menjadikan daerah Sei Mangkei menjadi Kawasan Ekonomi Khusus.
Gambar 2.4: Plank Selamat Datang di KEK Sei Mangkei Sumber: Foto di Sei Mangkei
Dari sudut pandang kebudayaan, masyarakat pedesaan memiliki karakteristik sendiri yang khas (Syahyuti: 2006: 189). Dari sisi keilmuan, menurut Syahyuti desa dalam segala makna dan implikasi dari segala pemaknaan tersebut selalu bertolak dari sudut pandang dan pembentukan makna “orang kota”.
Orang kotalah yang mendefinisikan apa itu “desa”/”nagori”/”huta”, orang kotalah yang memikirkannya dan Orang Kota pula yang merumuskan apa-apa saja yang termasuk dan dibutuhkan desa. Dari sudut pandang “orang kota” pedesaan selalu dianggap sebagai wilayah yang belum mapan, beebeda dengan kota yang dinilai lebih baik dari apa yang ada di desa.
Menurut UU No. 32 Tahun 2004, desa adalah: suatu kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat dan diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dalam mempelajari desa, kalangan sosiologi dan antropologi khususnya memfokuskan kepada bagaimana kareakter sosial ekonomi di desa, serta perilaku, sikap dan persepsi orang dalam wilayah tersebut yang menentukan aksebilitanya untuk pelayanan.
Sebagai contoh, James Scott (dalam Syahyuti, 2006:191), bahwa masyarakat desa, terutama masyarakat yang becirikan “prakapitalis”, bersifat rasionalitas sosial dengan lebih mementingkan kebersamaan ketimbang persaingan. Pada beberapa negara maju misalnya, desa dipandang sebagai “hinterland” atau “daerah pedalaman” yang perannya adalah pendukung
kehidupan perkotaan. Artinya, desa merupakan masyarakat yang bercirikan prakapitalis, rasionalitas sosial dengan kepentingan bersama dibandingkan dengan dominasi persaingan.
Desa Sei Mangkei adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Bosar Maligas, Kabupaten Simalungun. Jarak Desa Sei Mangkei ke kantor Kecamatan sejauh kurang lebih 15 Km, sedangkan jarak Desa Sei Mangkei ke Ibukota Kabupaten Simalungun sejauh kurang lebih 90 Km. Adapun batas-batas wilayah Desa Sei Mangkei adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Desa Perdagangan Kec.Bandar Sebelah Selatan : Desa Boluk Kec.Bosar Maligas Sebelah Barat : Desa Timbaan Kec.Bandar
Sebelah Timur : Desa Gunung Bayu Kec. Bosar Maligas
Untuk sampai ke Desa Sei Mangkei dapat menggunakan roda 4 (empat) dan roda 2 (dua). Angkutan umum yang digunakan juga tersedia seperti: angkutan lintas Pematang Siantar menuju Perdagangan, angkot perdagangan, angkot Serigala, bus Sepadan, dll.
2.4. Pola Pemukiman dan Tata Lahan
Desa Sei Mangkei merupakan Desa yang terdapat di dataran rendah yang rata-ratanya mencapai 282 DPL (Diatas Permukaan Laut). Pola permukiman masyarakat desa berada diataas tanah kering dengan luas sekitar 115,64 Ha43
43 Diperoleh dari: Data Survei Potensi Desa Sei Mangkei tahun 2015
. Dengan kedaaan topografi lahan di daerah Kecamatan Bosar Maligas juga
termasuk Desa Sei Mangkei cenderung datar sehingga banyak dijadikan sebagai daerah perkebunan.
Terdapat kurang lebih 1857,53 Ha tanah perkebunan, seperti perkebunan kelapa sawit dan perkebunan pohon karet. Selain pemukiman dan perkebunan terdapat pula fasilitas desa seperti 0,61 Ha untuk lapangan olahraga, 1 Ha untuk pemakaman dan 1 Ha sebagai hutan lingdung.
Berangkat dari kota Pematangsiantar menuju Desa Sei Mangkei kita juga banyak melewati Kecamatan-kecamatan lainnya yang termasuk dalam Kabupaten Simalungun. Beberapa Kecamatan tersebut antara lain Kecamatan Siantar, Kecamatan Gunung Malela, Kecamatan Bandar dan Kecamatan Bandar Masilam. Menuju lokasi penelitian tidak ada terdapat pegunungan, hanya ada sungai dan perkebunan saja.
Setelah memasuki Desa Sei Magkei beberpaa rumah warga yang dijumpai terlihat semipermanen, dan sebagian lagi permanen dengan tembok semen, berlantai keramik, beratap genteng maupun seng dan berpagar besi.Kemudian di kawasan perkebunan PTPN III terdapat sebagian rumah permanen dan sebagian lagi semipermanen, dan kawasan pemukiman KEK Sei Mangkei tertata dengan baik perumahan permanen.
Secara umum kondisi perumahan dari ketiga pemukiman tersebut jelas sangat berbeda.Perumahan penduduk Desa Sei Mangkei cenderung semipermanen dan berpola tidak teratur, sedangkan permukiman karyawan PTPN III dan
Unilever tertata rapi dengan tembok dan pagar besar yang mengelilingi kompleks tersebut.
Pada umumnya rumah di Desa Sei Mangkei dibagi dalam tiga bagian yaitu:
2.4.1. Rumah Permanen
Rumah permanen di Desa Sei Mangkei ini pada umumnya cukup banyak. Orang-orang yang memiliki rumah permanen sebagian besar adalah orang-orang yang tinggal di perumahan karyawan KEK Sei Mangkei, orang-orang yang tinggal di perumahan PTPN III dan orang-orang yang baru datang ataupun baru berpindah ke Desa Sei Mangkei.
Adapun orang-orang lama yang memiliki rumah permanen di Desa Sei Mangkei tersebut adalah orang-orang yang memiliki kebun atau lahan pertanian milik sendiri serta mempunyai penghasilan yang baik.Tipe rumah jenis ini tentunya sudah memiliki tembok semen dan lantai.Pada pemukiman masyarakat sipil terdapat pula beberapa rumah yang sudah menggunakan tembok atau pegar besi sebagai pembatas rumah.
2.4.2. Rumah Semi Permanen
Rumah semi permanen umumnya masih berukuran kurang lebih 5 x 8 meter atau sekitar 6 x 10 meter. Rumah jenis ini dibangun dengan material setengah semen batu dan setengahnya lagi berdindingkan papan. Ataupun dengan rumah yang sepenuhnya dari papan tetapi sudah berlantai semen batu.
Di dalam ruangan rumah jenis ini cenderung sempit, dikarenakan semua barang-barang yang dimiliki tuan rumahnya diletakkan pada satu tempat.
biasanyasemua perabotan rumah seperti lemari, ruang TV ruang baca dan sebaginya dijadikan satu di ruang tamu rumah tersebut. Di Desa Sei Mangkei, beberapa rumah jenis ini juga dimanfaatkan sebagi tempat untuk berusaha, seperti berjualan, membuka warung kopi, rumah makan dll.
2.4.3. Rumah Non Permanen
Sebagian tempat tinggal di Desa Sei Mangkei ini adalah rumah nonpermanen.Rumah yang dimaksud disini adalah rumah yang bentuknya masih sangat kuno, berdindingkan papan dan beralas tanah.
Rata-rata ukuran setiap rumah non permaenen ini berkisar 4 x 8 meter atau 5 x 8 meter persegi dimana keseluruhan rumah terbuat dari papan, triplek, dan bambu atau tepas yang disusun untuk menjadi tembok rumah. Tidak banyak rumah tipe ini di Desa Sei Mangkei. Pada bagunan tipe ini biasanya keseluruhan aktivitas dilakukan dalam satu ruangan, mulai dari tempat tidur, lemari, rang TV, alat dapur, alat pertanian, dll berada dalam ruangan tamu. Di perbatasan Desa Sei Mangkei ada satu rumah tipe ini yang dijadikan sebagai tempat usaha parbagod atau kedai tuak.
2.4.4. Demografi Penduduk Desa Sei Mangkei
Penduduk Desa Sei Mangkei terbagi atas 3 (tiga) bagian, yaitu penduduk warga sipil, penduduk karyawan perkebunan PTPN III dan penduduk karyawan KEK (Kawasan Ekonomi Khusus). Penduduk sipil di Desa Sei Mangkei ini tidak terlalu banyak, sehingga terlihat jelas sebagian pemukiman warga yang masih
dan tidak memiliki halaman pekarangan sebagai pembatas pada sebagian rumah. Dengan pekarangan yang lumayan luas dan berbeda-beda pada setiap rumah membuat bentuk lorong-lorong ataupun gang-gang perkampungan tidak teratur.
Berbeda dengan pemukiman karyawan PTPN III, pada pemukiman ini memang masih memiliki pekarangan yang cukup luas dan juga digunakan sebagai pembatas anatar rumah. Kemudian bentuk bangunan rumah dan lorong-lorong permukiman rumah kayawan PTPN III ini lebih rapi dan hampir sama.
Berbeda pula dengan pemukiman kayawan KEK yang baru dibangun sekitar tahun 2012 lalu.Pemukiman ini lebih tertata lagi hanya halaman-halaman tiap rumah lebih kecil dibanding perumahan warga sipil dan kayawan PTPN III. Kemudian bentuk perumahan ini lebih modern dengan design minimalis dan seluruh perumahan dilekililingi tembok pagar yang besar dengan tiga buah pintu gerbang masuk dan keluar.
Penduduk dari Desa Sei Mangkei ini terdiri dari warga pribumi dan hanya ada beberapa saja warga keturunan negara asing.Secara wilayah, Sei Mangkei ini berada dalam kekuasaan Etnis Simalungun.Hanya saja masyarakat mayoritas di Desa Sei Mangkei ini adalah bukan Etnis Simalungun, melainkan Etnis Jawa, dan pendatang dari Tobasa dan Tapanuli.Berikut persentase penduduk berdasarkan Etnis di Sei Mangkei dalam tabel berikut.
Tabel II.01.
Distribusi Penduduk Berdasarkan Etnis di Desa Sei Mangkei Kecamatan Bosar Maligas Tahun 2016
No. Etnis/Suku Jumlah (Orang) Persentase %
1 Simalungun 9 0,42 % 2 Karo 5 0,23 % 3 Tapanuli/Toba 572 26,9 % 4 Mandailing 108 5,08 % 5 Melayu 51 2,40 % 6 Minang 13 0,61 % 7 Jawa 1363 64,17 % 8 Lain-lain (Tionghoa) 3 0,14 % Total 2.124 100 %
Sumber: Kepala Desa Sei Mangkei
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa Etnis Jawa adalah etnis yang paling mendominasi di Sei Mangkei Kecamatan Bosar Maligas dengan angka 1363 jiwa atau sekitar 64% dari total jumlah penduduk. Dalam catatan sejarah, Etnis Jawa mulai masuk ke Sei Mangkei pada masa migrasi spontan yang dibawa oleh Belanda dalam perjanjian Deli Mij (1863). Kemudian peringkat kedua etnis yang mendominasi di Sei Mangkei adalah Etnis Tapanuli/Toba dengan angka 572 jiwa atau sekitar 26,9% dari jumlah total. Dan Etnis Simlaungun menjadi etnis dengan posisi ke-6 dalam data penduduk berdasarkan etnis dengan angka 9 jiwa
Mayoritas agama masyarakat Sei Mangkei adalah beragama Islam yakni sebesar 1.406 jiwa dan kedua adalah masyarakat beragama Kristen Protestan dan Kristen Khatolik sebesar 628 jiwa. Sebenarnya Kristen Protestan dan Kristen Khatolik mempunyai persentase yang berbeda, hanya saja di Desa Sei Mangkei hanya ada satu gereja saja yaitu gereja Oikumene sehingga keduanya disatukan.
Tabel II.02.
Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama di Desa Sei Mangkei Kecamatan Bosar Maligas Tahun 2016
No Agama Jumlah (Orang) Persentase (%)
1 Budha - - 2 Hindu - - 3 Islam 1.406 66,1% 4 Konghucu - 5 Kristen Katolik 295 13,9 % 6 Kristen Protestan 423 20 % 7 Sikh - Jumlah 2.124 100 %
Sumber: Kepala Desa Sei Mangkei Tahun 2016
Berdasarkan data distribusi penduduk dari segi agama di Desa Sei Mangkei, Kecamatan Bosar Maligas, tahun 2016 mayoritas masyarakat di desa tersebut beragama Islam, kemudian agama Kristen Protestan dan Kristen Katolik.
Dalam pemahaman budaya tradisional masyarakat Simalungun atau etnis Simalungun, hubungan sosial tidak di beda-bedakan antara kategori-kategori seperti “religion” (agama), “magic” (kekuatan sihir), “custom” (adat istiadat),
“culture” (budaya), “belief” (kepercayaan), dan “ceremony” (perayaan) yang
dalam Simalungun ada satu perayaan dengan bentuk pemujaan yang di sebut “parbegu44
Istilah ini merupakan sebuah kepercayaan pada masyarakat Etnis Simalungun dahulu sebelum masuknya ajaran agama ke Indonesia
”.
45
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan penting dalam meningkatkan sumber daya manusia di Desa Sei Mangkei.Sebelum terbentuknya KEK (Kawasan Ekonomi Khusus) di Sei Mangkei, rata-rata kebanyakan penduduk Sei Mangkei berpendidikan tamatan SMA.Terbanyak kedua diikuti oleh tamatan SLTP dan hanya sedikit yang mempunyai tamatan dari perguruan tinggi atau sarjana.Tetapi saat ini persentase penduduk berdarkan
. Agama Kristen Protestan, Kristen Katolik dan Islam merupakan agama dari misionaris dan pendakwah oleh tokoh-tokoh agama yang masuk ke Kabupaten Simalungun. Berdasarkan cerita masyarakat, dikatakan bahwa sebelum masuknya ajaran Agama di Simalungun, masyarakat Etnis Simalungun tergolong masyarakat
animisme atau menyembah roh-roh leluhur .
44
Parbegu adalah salah satu ajaran animism sebelum masuknya ajaran agama pada Etnis Simalungun
45
tingkat pendidikan jauh semakin meningkat.Hal ini disebabkan oleh masuknya pendatang-pendatang baru yang bekerja di KEK tersebut.
Tabel II.3
Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Sei Mangkei Kecamatan Bosar Maligas
No. Tingkat Pendidikan Jiwa Persentase %
1 Belum Sekolah 65 3,58 % 2 Tidak Tamat SD 64 3,52 % 3 Tamat SD/Sederajat 97 5,17 % 4 Tamat SLTP/Sederajat 388 21,37 % 5 Tamat SLTA/Sederajat 1.145 63,08 % 6 Tamat Akademi - 7 Perguruan Tinggi/Sarjana 56 3,08 % Jumlah 1.815 100 %
Sumber: Kantor Kepala Desa Sei Mangkei, Tahun 2015
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang penting terhadap setiap manusia, sehingga setiap orang atau keluarga selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan pendidikan. Hal ini ditujukan guna untuk dapat bersaing orang lain atau keluarga lain dalam meningkatkan perekonomian, pekerjaan, eksistensi dan lain sebagainya.
Jika dilihat dari table II.2 didepan, komposisi penduduk di Desa Sei Mangkei berdasarkan status pendidikan dihitung dari usia produktif masuk
sekolah, mulai dari yang tidak pernah sekolah sampai pada tamat SLTA lumayan besar. Dan jumlah penduduk yang pernah bersekolah sampai tamat SLTA dan Perguruan Tinggi semakin meningkat dibanding 5 Tahun sebelumnya.
Faktor yang mempengaruhi tingkat pendidikan di Sei Mangkei tidak lain adalah faktor keterbatasan ekonominya dan minimnya sarana pendidikan di Desa Sei Mangkei. Sehingga kebanyakan keluarga tidak dapat menyekolahkan anak mereka dan yang sudah bersekolah juga tidak dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.Namun pada saat ini tingkat pendidikan si Sei Mangkei sudah jauh lebih maju dari tahun-tahun sebelumnya.
Selain dari pembangunan KEK yang mengundang banyak pendatang dengan tamatan yang tinggi-tinggi seperti SLTA dan Perguruan Tinggi, kemjuan tingkat pendidikan di Desa Sei Mangkei dapat juga dilihat dari beberapa hal yang diantaranya: adanya program pemerintah yang mendirikan PAUD dan memberi motivasi belajar kepada kalangan penduduk yang berusia produktif untuk bersekolah. Kemudian dapat pula dilihat dari semakin banyaknya anak yang berusia produktif tersebut mengikuti pendidikan dari segala jenjang, mulai dari Sekolah Dasar, SLTP, dan SLTA.
Tabel II.4
Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan di Desa Sei Mangkei Kecamatan Bosar Maligas
No. Jenis Pekerjaan Jumlah Persentase %
1 PNS 25 2,78 % 2 Pensiunan PNS 2 0,22 % 3 Karyawan PTPN 542 60,42 % 4 Karyawan KEK 4 0,44 % 5 Wiraswasta 302 33,66 % 6 Pedagang 8 0,89 % 7 Montir 3 0,33 % 8 Bidan/Perawat 7 0,78 % 9 PRT 8 0,89 % Jumlah 897 100 %
Sumber: Kantor Kepala Desa Sei Mangkei, Tahun 2015
Jenis pekerjaan yang paling dominan dari penduduk Desa Sei Mangkei adalah masyoritas Karyawan PTPN II Dan yang paling sedikit adalah Montir.
2.5. Sarana Umum Desa Sei Mangkei 2.5.1. Sarana Pemerintahan
Sarana dan prasarana yang ada di Desa Sei Mangkei adalah: Sarana Pemerintahan Kantor Kepala Desa dan Balai Desa. Kantor Kepala Desa digunakan untuk melayani masyarakat yang akan mengurus surat-surat atau
izin-izin tertentu dan lainnya. Sedangkan Balai Desa dipakai masyarakat Desa Sei Mangkei untuk berkumpul atau sipakai untuk melakukan sebuah kegiatan bersama atau acara-acara lainnya
Gambar2.5: Kantor Lurah Desa Sei Mangkei Kecamatan Bosar Maligas,
Gambar 2.6: Bagan Struktur Pemerintahan Desa Sei Mangkei Sumber: Kantor Kepala Desa Sei Mangkei, Tahun 2016
2.5.2. Sarana Kesehatan
Sarana kesehatan yang ada di Desa Sei Mangkei hanya satu yaitu Balai Pengobatan Masyarakat atau Puskesmas Sei Mangkei.Memang Klinik atau tempat pengobatan masyarakat tersebut tidak memiliki fasilitas yang lengkap namun untuk jenis obat-obatan yang dibutuhkan masyarakat dalam kategori mengidap penyakit ringan hingga menengah telah tersedia.
Untuk lebih jelas mengenai fasilitas kesehatan tersebut dapat dilihat pada table berikut:
Tabel II.5
Distribusi Fasilitas Kesehatan Berdasarkan Jenis Fasilitas Kesehatan dan Jumlah Unit
di Desa Sei Mangkei Kecamatan Bosar Maligas
No. Jenis Fasilitas Kesehatan Jumlah Unit
1 Rumah Sakit Umum -
2 Puskesmas - 3 Puskesmas Pembantu - 4 Poliklinik/Balai pengobatan 1 5 Apotek - 6 Posyandu 5 7 Praktek Dokter Jumlah 6
Untuk obat dari dokter yang tidak tersedia di Balai Pengobatan tersebut dapat membelinya di Apotek Perdagangan.Pasien yang berobat di klinik yang tersedia hanya pasien yang menderita penyakit biasa seperti demam, batuk atau yang mengalami kecelakaan kecil saja, sehingga masyarakat yang menderita penyakit yang cukup serius disarankan untuk berobat ke rumah sakit di Kota Pematangsiantar.
Dari sarana kesehatan yang ada di Desa Sei Mangkei, Kecamatan Bosar Maligas masih tergolong minim dengan hanya berdirinya 1 poliklinik atau Balai pengobatan dan 5 posyandu dibandingkan dengan jumlah penduduk di Desa Sei Mangkei yang cukup banyak.
2.5.3. Sarana Ibadah
Leahy (dalam Sudarma, 2014:147)46
Sarana ibadah merupakan salah satu simbol tempat pelaksanaan ritualitas agama.Sarana ibadah yang ada di Desa Sei Mangkei yaitu Mesjid dan Gereja.Gereja digunakan umat Kristiani sebagai tempat beribadah dan tempat
, menyebutkan bahwa manusia sebagai mahluk misteri.Manusia adalah mahluk paradoksal, yang tidak pernah selesai untuk dibicarakan.Pada diri manusia terdapat banyak simbol atau identitas yang disematkan, salah satunya adalah manusia sebagai mahluk beragama (homo
relegius/homo ritualis).Himpitan antara nilai budaya dan agama, kerap menjadi
sulit dibedakan hadir bersamaan dalam upacara.Berdasarkan pertimbangan itu, maka manusia disebut homo ritus atau homo ritualis.
pemberkatan. Sedangkan Mesjid digunakan umat Islam untuk melakukan shalat lima waktu ditambah mushola digunakan untuk melakukan pengajian.
Berdasarkan kepercayaan di Desa Sei Mangkei, yang masyoritas adalah beragama Muslim dan kemudian terbanyak kedua adalah Beragama
Kristen.Dengan perbandingan tempat ibadah di Desa Sei Mangkei yaitu 1 bagi umat Kristen dan 5 bagi umat Islam.
Berikut jumlah sarana ibadah yang ada di Desa Sei Mangkei:
Tabel II.6
Fasilitas Tempat Ibadah Berdasarkan Tempat Ibadah dan Jumlah Unit di Desa Sei Mangkei Kecamatan Bosar Maligas
No. Tempat Ibadah Jumlah Unit
1 Gereja Protestan 1 2 Gereja Khatolik - 3 Mesjid 5 4 Mushola - 5 Pura - 6 Wihara - Jumlah 6
2.5.4. Sarana Umum
Sarana umum di Desa Sei Mangkei hanya terdapat tempat peristirahatan berupa halte yang berada di pinggir badan jalan besar desa dan sarana MCK (mandi, cuci, kakus) yang juga terdapat di pinggir jalan desa. Fasilitas sarana umum ini jika digunakan oleh setiap orang tidak akan dipungut bayaran ataupun gratis.
Masyarakat desa umumnya saat ini sudah jarang menggunakan sarana umum tersebut karena sebagian besar rumah masyarakat itu sendiri sudah memiliki kamar mandi dan sumber air jernih dari PDAM.Sebagian masyarakat lagi lebih memilih untuk mandi sekaligus mencari ikan di sungai-sungai yang terdapat di desa Sei Mangkei.Berikut tabel berdasarkan jenis fasilitas:
Tabel II.7
Fasilitas Umum berdasarkan Jenis Fasilitas dan Jumlah Unit Fasilitas Umum di Desa Sei Mangkei Kecamatan Bosar Maligas
No. Jenis Fasilitas Jumlah Unit
1 MCK 1
2 Lapangan Sepak Bola 1
3 Lapangan Bulu Tangkis 2
4 Lapangan Voli 5
5 Lapangan Tenis 1
6 Meja Pimpong 3
Jumlah 13
Biasanya pada sore hari saja kita menjumpai beberapa masyarakat yang menggunakan fasilitas ini, sesaat sebelum mereka pulang dari ladang, kebun atau tempat mereka bekerja menuju rumah mereka.
2.5.5. Sarana Pendidikan
Fasilitas pendidikan di Desa Sei Mangkei terdiri dari TK (PAUD) dan SD saja sedangkan SMA hanya ada di desa Seberang yaitu daerah Perdagangan. Untuk lebih jelasnya dapat melihat table berikut:
Tabel II.8
Fasilitas Pendidikan Berdasarkan Jenis Pendidikan Fasilitas Pendidikan dan Jumlah Unit Fasilitas Pendidikan
di Desa Sei Mangkei Kecamatan Bosar Maligas
No. Jenis Fasilitas Pendidikan Jumlah Unit
1 SMA -
2 SLTP -
3 SD 2
4 TK (PAUD) 1
Jumlah 3
Sumber: Kepala Desa Sei Mangkei, Tahun 2015
Dapat dilihat dari tabel diatas bahwa perbandingan antara penduduk dengan instansi pendidikan yang ada sangat minim.Hal ini menggambarkan rendahnya tingkat pendidikan yang ada di Desa Sei Mangkei.akan tetapi seperti yang disampaikan bapak kepala desa sei mangkei “hal tersebut tidak memutuskan
harapan dan keinginan untuk bersekolah dan melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, setiap tahunnya banyak Desa Sei Mangkei banyak mengirimkan pelajar untuk bersekolah di Pematangsiantar, Perdagangan dan kota-kota besar lainnya.
2.5.6. Kelembagaan atau Organisasi di Desa Sei Mangkei
Kelembagaan atau Organisasi yang ada di Desa Sei Mangkei beraneka ragam, mulai dari lembaga keagamaan, sosial, adat, pekerjaan, dan lembaga pemerintahan.Diantaranya dalam lembaga keagamaan yaitu perkumpulan pemuda gereja dan remaja masjid.Lembaga sosial seperti STM (Serikat Tolong Menolong).Lembaga adat seperti “Partupuan” atau perkumpulan marga. Pada lembaga dari pekerjaan seperti Organisasi buruh dan lain sebagainya.
Adapun fungsi-fungsi dan tugas dari pemerintahan desa yaitu: Kepala desa mempunyai tugas untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan atau perangkat-perangkat yang berada di Desa Sei Mangkei. Akan tetapi banyak perangkat-perangkat desa yang sudah tidak berfungsi sebagai mana mestinya, kantornya jarang dipakai dan beberapa inventaris kantor tersebut banyak yang rusak dan tidak bisa dipakai lagi.
Akan tetapi bagi para karyawan PTPN III dan karyawan KEK tidak dibenarkan untuk mengikuti dan tergabung dalam sebuah organisasi masyarakat.Mereka hanya dapat mengikuti organisasi yang telah dibuat dan disepakati oleh perusahaan.
Berikut tabel lembaga-lembaga di Desa Sei Mangkei:
Tabel II.9
Lembaga di Desa Sei Mangkei
No. Desa Formal Informal
1
Desa Sei Mangkei, Kecamatan Bosar
Maligas
Pemerintah Desa Ikatan Pemuda Karya
2 PMJ Pemuda Pancasila 3 PKK STM 4 LKM Remaja Gereja 5 Remaja Masjid 6 Arisan Marga 7 Partai Politik 8 Perwiritan 9 Karang Taruna
Sumber: Kantor Kepala Desa: Riset penelitian Dinas Sosial, Tahun 2014
Organisasi merupakan tempat berkumpulnya masyarakat Desa Sei Mangkei, bentuk organisasi berkembang dari tradisional menjadi organisasi yang berbasis pada kepentingan politik, dan organisasi sosial yang tidak bersifat kedaerahan lagi melainkan lebih bersifat nasional.