• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kenaikan Suhu 1 Derajat Celsius:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kenaikan Suhu 1 Derajat Celsius:"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

"Wilayah Indonesia memiliki tingkat kerentanan sangat tinggi terhadap perubahan iklim karena dipicu kerusakan sumber daya alam dan lingkungan yang semakin meningkat," tutur pengelola Magister

Manajemen Bencana Sekolah Pascasarjana UGM itu.

Bahkan dampak kondisi perubahan iklim tersebut dirasakan oleh masyarakat yang tinggal di daerah pesisir dan pulau-pulau kecil, sehingga strategi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim sangat diperlukan di tingkat nasional.

"Salah satunya dengan membangun desa pesisir tangguh dan pulau-pulau kecil tangguh bencana," tukasnya.

Ia mengatakan isu

internasional tentang perubahan iklim hingga saat ini masih relevan.

 Indonesia sebagai negara kepulauan yang telah merasakan dampaknya terhadap bencana berupa perubahan frekuensi dan intensitas hujan, perubahan musim, terganggunya pola tanam.

Selain itu perubahan pola penyakit, peningkatan muka air laut yang menyebabkan banjir dan rob, meningkatnya hujan disertai angin kencang yang memicu tanah longsor dan penurunan tanah.

"Terganggunya siklus hidrologi akibat perubahan iklim tersebut menyebabkan kerusakan lingkungan.

 Di kawasan Asia, hampir 80 persen bencana alam disebabkan faktor hidrometeorologi," paparnya.



Kenaikan Suhu 1 Derajat Celsius:

Suplai air tawar: Sebagian kecil gletsyer di Andes akan lenyap,

dan mengancam suplai air bagi 50 juta penduduk.Bahan

makanan dan pertanian: peningkatan hasil panen di daerah

bersuhu sedang.Kesehatan manusia: sekurang-kurangnya

300.000 meninggal setiap tahunnya oleh penyakit-penyakit yang

berhubungan dengan iklim. Menurunnya angka kematian di

musim dingin, khusunya di daerah subtropics dan yang semakin

dekat ke kutub.Daerah pesisir: Meningkatnya kerusakan akibat

banjir pantai.Ekosistem: Sekurang-kurangnya 10% dari makhluk

didarat menghadapi kepunahan. Meningkatnya kebakaran hutan.

Pengaruh Pemanasan Global terhadap Kesehatan1.Pemanasan global tak hanya berdampak serius pada lingkungan manusia di bumi namun juga terhadap kesehatan. Badan Kesehatan Dunia (WHO) dalam pertemuan tahunan di Genewa mengatakan bahwa berbagai penyakit infeksi yang timbul diidentifikasi terkait dengan perubahan lingkungan hidup yang drastis. Kerusakan hutan, perluasan kota, pembukaan lahan

(2)

untuk pertanian, pertambangan, serta kerusakan ekosistem di kawasan pesisir memicu munculnya patogen lama maupun baru. Berbagai penyakit yang ditimbulkan parasit juga meningkat terutama di wilayah yang sering mengalami kekeringan dan banjir.

• Malnutrisi mengakibatkan kematian 3,7 juta jiwa per tahun, diare mengakibatkan kematian 1,9 juta jiwa, dan malaria mengakibatkan kematian 0,9 juta jiwa.

• Suhu yang lebih panas juga berpengaruh pada produksi makanan, ketersediaan air dan penyebaran vektor penyakit. Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa pemanasan global (global warming) akan banyak berdampak bagi kesehatan masyarakat dan lingkungan. Perubahan temperatur dan curah hujan yang ditimbulkan memberikan kesempatan berbagai macam virus dan bakteri penyakit tumbuh lebih luas. WHO mengatakan, selain virus dan bakteri penyakit berkembang pesat, secara tidak langsung pemanasan global juga dapat menimbulkan kekeringan maupun banjir.

• Kekeringan mengakibatkan penurunan status gizi masyarakat karena panen yang terganggu, Banjir menyebabkan meluasnya penyakit diare serta Leptospirosis.

• Kebakaran hutan, dapat mengusik ekosistem bumi, menghasilkan gas-gas rumah kaca yang menimbulkan pemanasan global. Sedangkan asap hitamnya menganggu secara langsung kehidupan manusia, Asap yang mengandung debu halus dan berbagai oksida karbon itu menyebabkan gangguan pernapasan dan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), mulai asma, bronkhitis hingga penyakit paru obstruktif kronis (COPD). Asap tersebut juga membawa racun dioksin yang bisa menimbulkan kanker paru dan gangguan kehamilan serta kemandulan pada wanita. • Pergeseran ekosistem dapat memberi dampak pada penyebaran

penyakit melalui air (Waterborne diseases) maupun penyebaran penyakit melalui vektor (vector-borne diseases). Seperti meningkatnya kejadian Demam Berdarah karena munculnya ruang (ekosistem) baru untuk nyamuk ini berkembang biak. Dengan adamya perubahan iklim ini maka ada beberapa spesies vektor penyakit (eq Aedes Agipty), Virus, bakteri, plasmodium menjadi lebih resisten terhadap obat tertentu yang target nya adalah organisme tersebut. Selain itu bisa diprediksi kan bahwa ada beberapa spesies yang secara alamiah akan terseleksi ataupun punah dikarenakan perbuhan ekosistem yang ekstreem ini. hal ini juga akan berdampak perubahan iklim (Climate change)yang bisa berdampak kepada peningkatan kasus penyakit tertentu seperti ISPA (kemarau panjang / kebakaran hutan, DBD Kaitan dengan musim hujan

(3)

tidak menentu)

• Dampak pemanasan global juga mempengaruhi penipisan ozone antara lain meningkatnya intensitas sinar ultra violet yang mencapai permukaan bumi menyebabkan gangguan terhadap kesehatan, seperti kanker kulit, katarak, penurunan daya tahan tubuh, dan pertumbuhan mutasi genetik., memperburuk penyakit-penyakit umum Asma dan alergi Meningkatkan kasus-kasus kardiovaskular, kematian yang disebabkan penyakit jantung dan stroke serta gangguan jantung dan pembuluh darah

2. Pemanasan global juga menyebabkan musim penyerbukan berlangsung lebih lama sehingga meningkatkan resiko munculnya penyakit yang ditimbulkan oleh kutu di wilayah Eropa Utara. Peyakit lain yang teridentifikasi adalah lyme, yang disebabkan oleh semacam bakteri di Amerika Utara, Eropa, dan Asia. Gejalanya berupa sakit kepala, kejang, dan nyeri sendi. Penyakit itu berpindah melalui gigitan sejenis kutu rusa yang yang telah terinfeksi lyme. Bakteri yang sama juga benyek ditemukan pada tikus. Dampak lain yang terasa adalah nyamuk-nyamuk semakin berkembang biak erutama di Afrika dan Asia. Dua penyakit serius akibat gigitan nyamuk, yaitu malaria dan demam berdarah dengue, sangat sensitif terhadap perubahan iklim. Di Indonesia kita sudah merasakannya langsung, yakni tingginya angka korban yang menderita demam berdarah.

Pemanasan global mengakibatkan siklus perkawinan dan pertumbuhan nyamuk dari telur menjadi larva dan nyamuk dewasa akan dipersingkat, sehingga jumlah populasi akan cepat sekali naik. Tentang keterkaitan pemanasan global dengan peningkatan vektor demam berdarah ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

• Udara panas dan lembab itu paling cocok buat nyamuk malaria (Anopheles), dan nyamuk demam berdarah (Aedes aegypti). Dulu, jenis kedua nyamuk penebar maut ini lebih sering muncul di musim pancaroba, transisi antara musim hujan dan kemarau.

• Kini rentang waktu serangan kedua serangga itu hampir di sepanjang tahun. Udara panas dan lembab berlangsung sepanjang tahun, ditambah dengan sanitasi buruk yang selalu menyediakan genangan air bening untuk mereka bertelur. Maka, kini virus malaria yang dibawa Anopheles dan virus dengue yang dibawa nyamuk Aedes aegypti dapat menyerang sewaktu-waktu secara ganas.

• Akibat pemanasan global, siklus inkubasi ekstrinsik virus penyebab Demam Berdarah Dengue (DBD) di tubuh nyamuk Aedes aegyti dan

(4)

siklus inkubasi ekstrinsik virus penyebab Malaria di tubuh nyamuk Anopheles menjadi lebih pendek dan Masa inkubasi kuman lebih singkat. Populasi mereka lebih mudah meledak. Akibatnya, kasus demam berdarah lebih mudah meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Karena itu, upaya pencegahan penyakit harus dilakukan secara

menyeluruh. Tidak hanya menangani penyakitnya saja, tetapi “Faktor lingkungan fisik dan biologis harus pula dikendalikan dengan cara memodifikasi lingkungan agar vektor malaria dan demam berdarah tak bisa berkembang biak,“

Dampak yang ditimbulkan bagi negara kita jika tanpa ada upaya pencegahan maka kita akan kehilangan 2.000 pulau karena air laut akan naik pada ketinggian 90 cm. Tadinya kita memiliki 17.504 pulau tapi kini tinggal 17.480 pulau oleh sebab naiknya air laut dan usaha penambangan. Kehilangan asset 2.000 pulau akan luar biasa dampaknya yang berujung pada penyempitan wilayah kedaulatan RI.

Juga kenaikan air laut akan menurunkan pH air laut ; setiap

kenaikan 14 – 43 cm maka pH air laut akan turun dari 8,2 menjadi 7,8 – akibat seriusnya akan menghambat pertumbuhan dan

akhirnya akan mematikan biota dan terumbu karang. Ujung-ujungnya adalah dampak ekonomis dengan terjadinya pola perubahan habitat, migrasi dan populasi ikan serta hasil laut lainnya.

Lebih lanjut lagi ancaman serius bagi kota-kota pesisir seperti Jakarta, Semarang dan Surabaya misalnya. Akan banyak wilayah pesisir perkotaan akan terendam dan akan terjadi pergeseran wilayah pantai. Karena setiap kenaikan 10 cm air laut akan

menggenangi 10 meter persegi wilayah pesisir. Hal ini tentu akan berimplikasi pada akibat sosial ekonomi masyarakat.

Hal lain adalah soal ketahanan pangan. Saat ini saja misal di Pulau Jawa, Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum, Jawa Barat. DAS

Citarum dengan luas wilayah 6.080 km2 dan dengan panjang sungai 269 km nyatanya tidak memberikan kontribusi baik untuk mengairi areal persawahan. Maklum sepanjang DAS Citarum ada 11 juta jiwa bermukim dan 10.000 perusahaan yang memanfaatkan Citarum. Akibatnya terlihat produktifitas padi Tahun 2005 adalah 9.787.217 ton menjadi 9.418.572 ton pada Tahun 2006. Jadi ada penurunan sebesar 368.645 ton padi.

(5)

Hal serupa juga sama dengan DAS Brantas di Jawa Timur. Tahun 2006 produksi padi sebesar 9.346.947 ton menjadi 9.126.356 ton pada Tahun 2007. Ada penurunan sebesar 220.519 ton. Dan di Jawa Tengah juga sama dari 8.729.291 ton (2006) menjadi 8.378.854 ton (2007), penurunan sebesar 350.436 ton.

Ketahanan pangan memang menjadi salah satu titik perhatian utama ; sebab kelangsungan negara ini tentu bertumpu pada ketersediaan padi disamping alternatif bentuk pangan lain seperti umbi-umbian dan biji-bijian. Akan tetapi dengan menurunnya dukungan sungai-sungai sepanjang lumbung padi pulau Jawa ini, hal yang perlu dicermati adalah bagaimana menjaga serta

memelihara seluruh DAS yang kita miliki sehingga mampu

memberikan kontribusi yang lebih baik pada dekade sebelumnya. Akibat Pemanasan Global juga akan memicu masalah kesehatan masyarakat. Karena suhu makin hangat, maka dengan sendirinya jentik nyamuk DB (Demam Berdarah) dan Malaria akan memiliki siklus hidup yang lebih pendek dan masa inkubasi penularan yang lebih singkat. Maka ledakan populasi nyamuk berbahaya ini akan bersifat lethal bagi masyarakat. Termasuk juga jenis penyakit lainnya seperti Diare, Leptospirosis, Asma, Kanker Kulit dan Penyakit Paru Obstruktif Kronis (COPD).

Lebih lanjut Kompas, 01.12.2007 menyarikan dampak Pemanasan Global bagi negara kita akan meliputi :
Perubahan Iklim

- Peningkatan temperatur Bumi– Curah hujan yang lebih lebat Pertanian

- Mengubah pola presipitasi, penguapan, air limpasan dan

kelembaban tanah– Risiko terjadionya ledakan hama dan penyakit tanaman– Terancamnya ketahanan pangan

Kelautan

- Naiknya permukaan air laut (bisa menenggelamkan daerah pesisir yang produktif)– Pemanasan air laut yang mempengaruhi keanekaragaman hayati laut– Peningkatan jumlah penyakit yang dibawa melalui air dan vektor

Satwa

- Perubahan habitat. Hilangnya daerah pesisir berakibat pada keanekaragaman hayati serta migrasi penduduk yang hidup di kawasan ini– Penurunan populasi amfibi secara global

(6)

Terumbu Karang

Pemanasan global juga membawa ancaman terhadap terumbu karang Indonesia, yang merupakan jantung kawasan segitiga karang dunia (heart of global coral triangle). Terumbu karang dunia dalam kondisi yang memprihatinkan.

Terumbu karang sangat sensitif terhadap panas. Kenaikan satu derajat C pada temperatur laut dapat mengakibatkan stres dan pemutihan (bleaching) terumbu karang yang akhirnya akan mati.

Pemutihan terumbu karang paling parah terjadi pada 1998. Indonesia, Filipina, Malaysia, Timor Leste, Papua New Guinea, dan Kepulauan Salomon, merupakan kawasan dengan keanekaragaman hayati laut tertinggi di dunia, khususnya terumbu karang.

Di Kepulauan Seribu, sekitar 95 persen terumbu karang yang berada hingga kedalaman 25 meter mengalami kematian akibat pemutihan karang (Reefs at Risk in Southeast Asia, WRI, 2002).

Pemanasan global dapat menyebabkan kepunahan dari sebagian besar ekosistem dunia yang amat berharga. Bahkan kehidupan liar yang ada di tempat-tempat konservasipun tidak bisa menghindari ancaman besar ini.

Beruang kutub semakin kehilangan habitatnya. Di Antartika, di mana suhu rata-rata telah meningkat sekita 4,5 derajat F dalam 50 tahun terakhir, gumpalan es sebesar pulau Rhode seberat 500 miliar ton terpisah dari es Larsen-B dan jatuh ke laut.

Laporan penelitian World Wildlife Fund (WWF), habitats at risk: Global warming and species loss in terrestrial ecosystems, ditemukan bahwa dengan beberapa asumsi mengenai pemanasan global di masa depan dan dampaknya terhadap beberapa tipe vegetasi utama, kepunahan spesies akan terjadi di kebanyakan ekoregion di bumi.

Laporan tersebut meneliti dampak perubahan iklim pada ekosistem teresterial yang diidentifikasikan WWF pada 200 tempat di mana terdapat keanekaragaman hayati bumi yang paling unik dan kaya.

Apabila tingkat konsentrasi CO2 di atmosfer dalam 100 tahun mendatang meningkat dua kali lipat, maka lebih dari 80 persen dari ekoregion yang diteliti akan punah.

Referensi

Dokumen terkait

It can be seen, that a clockwise vortex, con- taining positive vorticity, and a reverse flow in the underneath, containing negative vorticity, are created. The vorticities

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui batas konsentrasi HAuCI4 yang dapat digunakan pada proses sintesis nanopartikel menggunakan reduktor trisodium sitrat dengan konsentrasi

Ditinjau dari sifat kekuatan (indeks sobek, indeks retak, indeks tarik, dan ketahanan lingkar) ternyata sifat karton dari campuran pulp limbah pembalakan KHAP dan sludge pada

Konferensi Cabang XXXVI Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Kota Semarang yang selanjutnya disebut KONFERCAB XXXVI PMII Kota Semarang adalah permusyawaratan tertinggi

RUU Pengesahan Perjanjian antara Republik Indonesia dan Republik Singapura Tentang Penetapan Garis Batas Laut Wilayah Kedua Negara di Bagian Timur Selat Singapura

Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Squared Multiple Correlation Cronbach's Alpha if Item

Manajemen risiko adalah metode yang tersusun secara logis dan sistematis, banyak terdapat teknik yang digunakan dalam melakukan manajemen risiko tergantung terhadap

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi minat mahasiswa berwirausaha adalah pendidikan, lingkungan keluarga, pengeluaran dan usia.. Diantaranya faktor yang