• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI KAJIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODOLOGI KAJIAN"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODOLOGI KAJIAN

3.1 Kerangka Pemikiran

Usaha skala mikro dan kecil/pedesaan sangat potensial karena jumlahnya sangat besar. Dalam kondisi krisis, usaha skala mikro dan kecil terbukti ikut berperan dalam memyelamatkan kondisi perokonomian nasional. Layanan perbankan ke sektor usaha mikro/kecil memerlukan pengerahan daya yang besar (over head tinggi), penyediaan sumber daya yang memadai, perlu adanya penyederhanaan/penyesuaian persyaratan yang secara umum yang kurang sejalan dengan prudential banking regulation.

Dalam rangka menumbuh kembangkan dan memberdayakan ekonomi kerakyatan sangat diperlukan adanya bantuan dari semua pihak terutama bantuan permodalan dalam rangka perkuatan modal bagi lembaga-lembaga usaha mikro/kecil menengah seperti Koperasi untuk digunakan mengembangkan dan memperluas kegiatan usaha-usaha produktif anggota dan calon anggota Koperasi.

Pelaksanaan penyertaan modal untuk lembaga-lembaga usaha kecil menengah seperti Koperasi menjadi prioritas tersendiri bagi pemerintah, karena pelaku ekonomi terbesar berada pada usaha kecil menengah. Pemberian bantuan modal untuk menjamin kesinambungan pelayanan Koperasi dalam rangka memberikan pinjaman kepada anggota dan calon anggotanya serta dapat berdaya guna dan berhasil guna untuk memperkokoh ekonomi yang berbasis kerakyatan maka perlu dikembangkan kerja sama Koperasi dengan pihak perbankan. Oleh karena itu digagas suatu program yang disebut dengan Swamitra. Swamitra adalah perwujudan misi lembaga perbankan yang turut berperan dalam perkembangan koperasi dan usaha mikro/kecil.

Tujuan pelaksanaan penyertaan modal untuk Koperasi melalui pola Swamitra adalah untuk memperkuat struktur permodalan bagi Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi, dan meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dalam mengelola keuangan serta menyerap tenaga kerja yang profesional (Gambar 1).

Sasaran pelaksanaan penyertaan modal untuk Koperasi melalui pola Swamitra adalah untuk 1) terwujudnya Koperasi Simpan Pinjam/Unit Simpan Pinjam Koperasi, sebagai lembaga pembiayaan dan dapat memberikan kemudahan pemberian pinjaman

(2)

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Kajian kepada anggota dan calon anggota untuk membiayai usaha-usaha produktif seperti pertanian, tanaman pangan, hortikultura, nelayan, peternakan, industri kecil, perdagangan dan lain-lain; 2) sebagai pedomen teknis Koperasi Simpan Pinjam/Unit

Pola Swamitra Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Transfer Teknologi Penglolaan Simpan Pinjam Menghubungkan Produsen dan Konsumen Pengembangan Jaringan Netword berbasis Komputer Pendapatan Anggota Meningkat Peningkatan Pendapatan Daerah Kredit Lancar DANA APBD Memperkuat Sumber Permodalan Koperasi Penyerapan Tenaga Kerja Profesional Alih Teknologi dan Penguatan SDM Koperasi Strategi Pengembangan PENGEMBANGAN PENYALURAN

KREDIT MELALUI KOPERASI DENGAN POLA SWAMITRA UNTUK PENINGKATAN EKONOMI DAERAH

(3)

Simpan Pinjam Koperasi pelaksana pola Swamitra dan bank pelaksana serta instansi terkait dan Tim Pengembangan Pola Swamitra di Provinsi Riau dalam rangka pembinaan pengawasan dan pengembangan terhadap pelaksanaan penyertaan modal untuk Koperasi melalui Pola Swamitra di Provinsi Riau. Hal ini selanjutnya menjadi sarana didalam menentukan strategi pengembangan Program Pola Swamitra. Demikian seterusnya, proses penyaluran kredit melalui koperasi dengan Pola Swamitra menjadi sebuah proses yang diharapkan selain meningkatkan pendapatan anggota koperasi dapt juga mendorong perekonimian daerah.

3.2. Lokasi dan Waktu Kajian

Kajian ini dilaksanakan selama dua bulan. Lokasi kajian bertempat di Kota Pekanbaru Provinsi Riau, diseluruh unit Swamitra di Kota Pekanbaru yaitu Unit KPJ Sail Jaya, Koppas Tangkerang dan Koperasi Fatma Pesona Adhi Karya. Dasar pertimbangan dipilihnya di Kota Pekanbaru sebagai tempat kajian adalah 1) kajian ini bersifat makro sehingga satuan unit kajian diambil pada tingkat Kota Pekanbaru; 2) program-program bantuan permodalan bagi usaha kecil menengah dan Koperasi diputuskan pada tingkat Kota Pekanbaru; 3) dapat ditelurusi dan dikaji tentang tingkat perkembangan penyaluran bantuan modal dan tentang kemampuan Koperasi melalui pola Swamitra memperkuat struktur permodalan untuk membiayai usaha-usaha produktif anggota/calon anggotanya serta kemampuan pola Swamitra dalam meningkatkan peran koperasi untuk mendukung sasaran ekonomi kerakyatan; 4) tersedianya data pendukung berupa data primer dan data sekunder.

3.3. Metode Penelitian

3.3.1. Sasaran Penelitian dan Teknik Sampling

Unit analisis yang digunakan adalah program Swamitra di Kota Pekanbaru Provinsi Riau. Sasaran kajian adalah masyarakat penerima kredit Swamitra di 3 lokasi unit Swamitra Kota Pekanbaru yaitu Sail, Dupa/Tangkerang dan Simpang Panam.

Peminjam dari kajian ini diambil dengan menggunakan purposive sampling, sehingga diperoleh masing-masing Peminjam sekitar 10 % dari setiap range pinjaman. Pada range < 10 juta adalah 116 orang dengan 11 orang. Pada range Rp.10 juta-Rp.30 juta jumlah populasi 100 orang dengan Peminjam sebanyak 11 orang. Pada range

(4)

pinjaman Rp.30 juta-Rp.50 juta, jumlah populasi sebanyak 83 orang dengan responden sebanyak 8 orang.

3.3.2. Metode Pengumpulan Data

Cara pengumpulan data yang dipergunakan dalam kajian ini yaitu mengumpulkan data dari berbagai sumber baik melalui pengumpulan data primer (diskusi/wawancara langsung dengan tokoh formal maupun informal, diskusi kelompok, pengamatan lapangan); pengumpulan data sekunder (data statistik, laporan dari instansi-instansi, kajian-kajian pihak lain dan publikasi lainnya). Tahapan-tahapan dan pendekatan yang akan dilakukan dalam pengumpulan data adalah : 1) observasi lapangan, digunakan untuk menjaring data-data usaha mikro produktif apa saja yang dilakukan oleh masyarakat, anggota/calon anggota koperasi dan kegiatan-kegiatan usaha mikro produktif yang telah dilakukan, potensi-potensi usaha mikro produktif yang perlu diberdayakan dan dikembangkan serta permasalahan yang dihadapi masyarakat penerima kredit Swamitra; 2) diskusi dan wawancara mendalam yang dilakukan dengan unsur Pemerintah Daerah Kota dan Provinsi Riau, Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Riau, LSM, Tokoh-tokoh Masyarakat, Pengelola/Pengurus Koperasi serta Anggota/Calon Anggota Koperasi, Lembaga Perbankan/Bank Bukopin.

Pengumpulan data sekunder berkaitan dengan kajian ini dikumpulkan dari Badan Pusat Statistik Provinsi Riau, Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Riau serta Instansi Pemerintah lainnya maupun sumber-sumber lain yang meliputi : 1) perkembangan pola Swamitra (Jumlah Swamitra, Aset Swamitra, Kredit pada Anggota/Calon Anggota Koperasi, Jumlah Debitur, Jumlah Simpanan, Jumlah Nasabah, Modal Tetap dan Tidak Tetap serta SHU; 2) kondisi keuangan pola Swamitra; 3) koperasi pelaksana Swamitra penerima modal penyertaan dari Pemerintah Daerah Provinsi Riau; 4) mekanisme pelaksanaan pola Swamitra.

3.3.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data hasil kajian diolah dengan menggunakan statistik deskriptif dan perangkat lunak komputer seperti program excel. Data-data kuantitatif disajikan dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi. Sedangkan data Kualitatif disajikan secara

(5)

deskriptif seperti data perkembangan pelaksanaan kredit oleh Bank Bukopin melalui pola Swamitra di Kota Pekanbaru, Dampak ekonomi dari pelaksanaan kredit Swamitra terhadap ekonomi daerah dan ekonomi masyarakat di Kota Pekanbaru, aktivitas dan kinerja anggota/calon anggota koperasi pola Swamitra, cara pemanfaatan dan pengelolaan dana bantuan modal pola Swamitra, usaha-usaha mikro produktif, dan permasalahan dalam pelaksanaan kredit Swamitra serta upaya apa saja yang perlu diberdayakan.

3.4 Metode Perancangan Program

Metode yang digunakan dalam kajian ini untuk menganalisis perancangan program dengan menemukan pilihan tindakan strategis. Analisis memilih tindakan strategis digunakan Analisis SWOT (Strength, Weaknesses, Opportunities dan Threats).

Analisis SWOT digunakan dengan asumsi pelaksanaan Pola Swamitra tidak dapat berjalan seperti yang diharapkan sesuai tujuan dan sasaran program baik bagi masyarakat, pengelola swamitra, pemerintah daerah dan pihak-pihak terkait lainnya, apabila faktor kekuatan. Kelamahan, peluang dan ancaman yang ada tidak teridentifikasi dengan baik. Rangkuti (1997), menyatakan bahwa untuk mengidentifikasi faktor-faktor tersebut dapat digunakan analisis SWOT. Analisis ini berdasarkan logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strength) dan peluang (Opportunities) namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats). Jadi prinsipnya analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal (peluang dan ancaman) dengan faktor internal (kekuatan dan kelemahan) guna menetapkan formulasi strategi (perencanaan strategi) dalam upaya menyusub jangka panjang. Matriks SWOT dapat dilihat sebagai berikut :

Faktor internal Faktor eksternal

Strenghts (S)

Daftar kekuatan internal

Weaknesses (W)

Daftar kelemahan internal

Opportunities (O) Daftar peluang eksternal

(6)

Threats (T)

Daftar ancaman eksternal

Strategi ST Strategi WT

Setelah diperoleh tindakan strategis, maka dilakukan pengkajian dan menganalisis perkembangan dan permasalahan pelaksanaan Pola Swamitra serta dampak ekonomi dari pelaksanaan kredit tersebut terhadap ekonomi daerah dan masyarakat penerima kredit di Kota Pekanbaru. Terdapat tiga tahapan penting dalam penentuan kemampuan peran koperasi melalui program Swamitra yaitu : 1) identifikasi perkembangan pelaksanaan kredit oleh Bank Bukopin melalui pola Swamitran di Kota Pekanbaru; 2) menganalisis/mengkaji dampak ekonomi dari pelaksanaan kredit tersebut terhadap ekonomi daerah dan masyarakat penerima kredit di Kota Pekanbaru Swamitra; 3) evaluasi pelaksanaan program Swamitra dengan mengetahui dan mengidentifikasi permasalahan pelaksanaan kredit Swamitra dan upaya apa saja yang harus dilakukan.

Berdasarkan kombinasi dari empat faktor tersebut menghasilkan empat kelompok faktor strategi sebagai berikut :

1. Strategi SO adalah strategi yang dibuat berdasarkan kekuatan pelaksanaan pola swamitra untuk memanfaatkan peluang.

2. Strategi ST adalah strategi untuk menggunakan kekuatan yang dimiliki pola swamitra dengan cara menghindari ancaman.

3. Strategi WO adalah strategi yang diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara mengatasi kelemahan-kelemahan yang dimiliki.

4. Strategi WT adalah strategi yang berdasarkan pada kegiatan yang diwujudkan untuk meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.

Berdasarkan informasi dari pengelola swamitra, masing-masing aparat kecamatan, tokoh masyakat, kelompok PKK, Majelis Taqlim serta para pihak dan instansi yang terkait, maka alternatif strategi yang dipilih berasal dari kepentingan yang paling dominan yang dibutuhkan didalam pelaksanaan pola swamitra. Setiap unsur SWOT diberi nilai 3, 2 dan 1. Nilai 3 berati sangat penting, nilai 2 berarti penting dan nilai 1 berarti cukup penting. Setiap alternatif strategi dihubungkan keterkaitannya dengan unsur SWOT dan ditentukan rangking 1, 2 dan 3 untuk strategi yang dipilih.

Gambar

Gambar 1.    Kerangka Pemikiran Kajian  kepada anggota dan calon anggota untuk membiayai usaha-usaha produktif seperti  pertanian, tanaman pangan, hortikultura, nelayan, peternakan, industri kecil,  perdagangan dan lain-lain; 2) sebagai pedomen teknis Koperasi Simpan Pinjam/Unit

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu keterlibatan Rusia dalam kebijakan war on terrorism yang dikeluarkan oleh AS, tidak semata-mata karena dorongan moral untuk membantu dunia mengatasi

Perlu adanya pembinaan dan instruksi yang benar, serta adanya pelatihan- pelatihan tentang pengenalan peralatan dan tempat kerja secara rutin, sehingga menjadikan suatu kebiasaan

Prosedur merupakan suatu pekerjaan kerani (clecial) biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu bagian atau lebih yang disusun untuk menjamin adanya perlakukan

Berdasarkan 5 kali uji coba yang telah dilakukan dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dalam segmentasi untuk identifikasi pola menggunakan analisis tekstur

Hulmansyah, Huda, dan Bayu, Analisis Pengaruh Kepemimpinan ... menunjukkan nilai koefisien estimasi standar antar variabel laten dan nilai t signifikansi setelah dilakukan

Berdasarkan hasil temuan karakteristik pengguna jalan dan survei ukuran lalu lintas di Kecamatan Denpasar Barat, Jalan Gunung Sanghyang dilalui 5 jenis moda

Brand yang baik adalah brand yang mempunyai karakter yang kuat, dan bagi perusahaan atau produk yang menerapkan syariah marketing, suatu brand juga harus mencerminkan

o Misa Rabu Abu &amp; Minggu Palma dilihat dari banyaknya umat yang hadir, sudah tidak bisa diperlakukan sebagai misa biasa (harus sudah diperlakukan sebagai Misa Besar) o