• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Renja 2016 1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rumusan kebijakan Otonomi Daerah yang dianut dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, secara eksplisit memberikan otonomi yang luas kepada Pemerintah Daerah untuk mengurus dan mengelola berbagai kepentingan dan kesejahteraan masyarakat daerah. Dalam hal ini, Pemerintah Daerah harus mengoptimalkan pembangunan daerah yang berorientasi kepada kepentingan masyarakat. Melalui Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, Pemerintah Daerah dan masyarakat di daerah lebih diberdayakan sekaligus diberi tanggung jawab yang lebih besar untuk mempercepat laju pembangunan daerah.

Sejalan dengan hal tersebut, maka implementasi kebijakan Otonomi Daerah telah mendorong terjadinya perubahan, baik secara struktural, fungsional maupun kultural dalam tatanan penyelenggaraan pemerintahan daerah. Salah satu perubahan yang sangat esensial yaitu menyangkut kedudukan, tugas pokok dan fungsi Kecamatan yang sebelumnya merupakan perangkat wilayah dalam kerangka asas dekonsentrasi, berubah statusnya menjadi perangkat daerah dalam kerangka asas desentralisasi. Sebagai perangkat daerah, Camat dalam menjalankan tugasnya mendapat pelimpahan kewenangan dari dan bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota. Dalam pengertian lain, tanpa pelimpahan sebagian kewenangan Bupati/Walikota, maka tugas Camat tidak jelas.

Berkenaan dengan penyelenggaraan organisasi pemerintahan di tingkat Kecamatan, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dengan tegas mengamanatkan bahwa pengaturan penyelenggaraan Kecamatan baik dari sisi pembentukan, kedudukan, tugas dan fungsinya secara legalistik diatur dengan Peraturan Pemerintah. Sebagai perangkat daerah, Camat akan mendapatkan pelimpahan kewenangan yang bermakna urusan pelayanan masyarakat. Selain itu Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 secara

(2)

Renja 2016 2

eksplisit menegaskan bahwa Kecamatan akan mengemban penyelenggaraan tugas-tugas umum pemerintahan, hal ini menjadi perspektif baru dalam memberdayakan Camat sebagai pemegang rentang kendali operasi wilayah.

Peranan Camat secara signifikan diposisikan untuk mengemban pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan umum, dengan demikian dibutuhkan manajemen yang lebih holistik dengan pendekatan visioner agar kedekatan pelayanan lebih difokuskan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas manajemen otonomi daerah, termasuk didalamnya perencanaan pembangunan wilayah kecamatan.

Penyusunan Rencana Kerja OPD (Renja-OPD) merupakan pelaksanaan dari Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 yang kemudian direvisi dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah, serta Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah.

Dalam kerangka teknis penyusunan Renja OPD Tahun 2016 terutama rencana kerja kecamatan sebagai satuan kerja perangkat daerah mengacu pada ketentuan Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. Penyusunan Rencana Kerja (RENJA) Kecamatan Banjaran Tahun 2016 dimaksudkan untuk menjadi acuan dalam pelaksanaan tugas Kecamatan Banjaran pada tahun 2016. Rencana kerja tahunan OPD, adalah dokumen perencanaan untuk periode satu tahun. Pada dasarnya Renja OPD berisi tentang Kebijakan Umum OPD dan Program/kegiatan Pembangunan di lingkungan OPD, baik yang dilaksanakan oleh OPD maupun dengan mendorong partisipasi masyarakat. Renja-OPD merupakan penjabaran dari Renstra-OPD yang disusun oleh setiap OPD dengan mengacu pada RKPD. Renja-OPD ini disusun berdasarkan evaluasi terhadap pencapaian pelaksanaan program/kegiatan tahun

(3)

Renja 2016 3

sebelumnya. Rencana kinerja OPD memuat analisis dan pengambilan keputusan ke depan untuk menetapkan tingkat kinerja yang diinginkan di masa mendatang. Pada prinsipnya perencanaan kinerja merupakan penetapan tingkat pencapaian kinerja yang dinyatakan dengan ukuran kinerja atau indikator kinerja dalam rangka mencapai sasaran atau target yang telah ditetapkan. Perencanaan merupakan komponen kunci untuk lebih mengefektifkan dan mengefisienkan pemerintah daerah. Sedangkan perencanaan kinerja membantu pemerintah untuk mencapai tujuan yang sudah diidentifikasikan dalam rencana stratejik, termasuk didalamnya pembuatan target kinerja dengan menggunakan ukuran-ukuran kinerja.

Keluaran utama dari proses penyusunan Renja OPD adalah berisikan status, posisi, kedudukan dan kinerja OPD dalam penyelenggaraan berbagai fungsi, urusan wajib dan pilihan pemerintahan daerah serta rumusan kondisi internal (kelemahan dan kekuatan) dan kondisi eksternal (tantangan dan peluang) dalam 1 sampai dengan 2 tahun kedepan. Dokumen Renja OPD berisikan daftar program, kegiatan dan pagu indikatif OPD serta sumber pendanaannya yang disusun sesuai dengan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

Bagan 1.1

Kaitan Renja OPD dengan Dokumen Perencanaan Lain

DIACU RENSTRA OPD RPJP DAERAH RPJMNASIONAL RPJM DAERAH RKP DAERAH RENJA OPD RPJP NASIONAL RKP PEDOMAN PEDOMAN DIPERHATIKAN DIJABARKAN PEDOMAN DIJABARKAN PEDOMAN 5 TAHUN 1 TAHUN 20 TAHUN 5 TAHUN 1 TAHUN Pedoman penyusunan RAPBD

(4)

Renja 2016 4

1.2 Landasan Hukum

Peraturan Perundang-undangan yang melatarbelakangi penyusunan Rencana Kerja Kecamatan Banjaran Tahun 2016, sebagai berikut:

a. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Barat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 4 Tahun 1968 tentang Pembentukan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang dengan mengubah Undang-undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2851);

b. Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); c. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); d. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan

Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

e. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

f. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti

(5)

Undang-Renja 2016 5

undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548);

g. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); h. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan

Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Masyarakat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4693); i. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian

Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

j. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4817);

k. Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 12 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Majalengka Tahun 2005-2025;

l. Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 2 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Daerah Kabupaten Majalengka (Lembaran Daerah Kabupaten Majalengka Tahun 2008 Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 1)

(6)

Renja 2016 6

m. Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 10 Tahun 2009 tentang Pembentukan Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Majalengka (Lembaran Daerah Kabupaten Majalengka Tahun 2009 Nomor 10);

n. Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 3 Tahun 2012 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Majalengka;

o. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah ;

p. Peraturan Bupati Majalengka Nomor 11 Tahun 2011 tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Satuan Organisasi Kecamatan dan Kelurahan Kabupaten Majalengka.

1.3 Maksud dan Tujuan

Secara umum, maksud penyusunan Renja Kecamatan Banjaran adalah untuk memberikan gambaran mengenai kebijakan, program dan kegiatan beserta indikator kinerja dan pagu indikatif masing-masing program kegiatan yang akan dilaksanakan langsung oleh Kecamatan Banjaran untuk satu tahun anggaran mendatang. Secara khusus Rencana Kerja ini mempunyai tujuan:

a. Mewujudkan konsistensi dan sinkronisasi perencanaan tahunan Renstra Kecamatan Banjaran dan hasil Musrenbang RKPD untuk melaksanakan Tugas pokok dan fungsi Kecamatan Banjaran.

b. Menjadikan Renja sebagai suatu perangkat manajerial dalam manajemen perencanaan yang efektif, efisien dan akuntabel dalam kurun waktu satu tahun kedepan.

c. Menyelaraskan perencanaan program kegiatan dan penganggaran tahunan Kecamatan Banjaran.

d. Menyediakan informasi dan gambaran hasil evaluasi pelaksanaan fungsi Kecamatan Banjaran serta indikator kinerja Kecamatan Banjaran yang akan diwujudkan dalam pelaksanaan program tahun depan.

(7)

Renja 2016 7 1.4 Sistematika Penulisan

Sistematika Rencana Kerja (Renja-OPD) Kecamatan Banjaran Tahun 2016 adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Menguraikan tentang Latar Belakang, Landasan Hukum, Maksud dan Tujuan serta Sistematika Penulisan Rencana Kerja

BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA KECAMATAN BANJARAN TAHUN 2014

Menguraikan tentang Evaluasi Pelaksanaan Renja Kecamatan Banjaran Tahun 2014 dan Capaian Renstra Kecamatan Banjaran, Analisis Kinerja Pelayanan Kecamatan Banjaran, dan Isu-isu Penting Penyelenggaraan Tugas dan Fungsi Kecamatan Banjaran BAB III TUJUAN, SASARAN, DAN KEGIATAN

Menguraikan tentang Telaahan terhadap Kebijakan Nasional dan Provinsi, Tujuan dan Sasaran Renja Kecamatan Banjaran serta Program dan Kegiatan

BAB IV PENUTUP

Menguraikan tentang kesimpulan menyeluruh dari Rencana Kerja Kecamatan Banjaran Tahun 2016

Referensi

Dokumen terkait

Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD) Kecamatan Sumur Kabupaten Pandeglang Tahun 2011-2016 disusun guna menyediakan dokumen perencanaan lima tahunan

Pada pengujian menggunakan metode black box testing pada Sistem Informasi Geografis Pemetaan Persebaran Alumni dengan Analisa Clustering didapatkan hasil bahwa semua modul dalam

PROFIL SANITASI SAAT INI 49 menjadi bahan yang mempunyai nilai tinggi (kompos)pada peningkatan timbunan sampah.  Pemilahan sampah belum dilakukan secara menyeluruh di

Media yang digunakan dalam teknik cetak tersebut sangat beragam, mulai dari kertas, pelat metal, kulit, plastik, kaca, kain, dan sebagainya, Iklan yang dibuat dengan

Berdasarkan pada uraian latar belakang penelitian di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan persepsi terhadap kenaikan bahan

BMT Sahara memiliki budaya organisasi atau nilai – nilai yang mendukung hubungan perilaku – perilaku yang baik antar sesama karyawan seperti berjabat tangan

37 Indah Robi'atul Adawiah Universitas Padjadjaran √ 19 Februari - 19 Juni 2014 Gambaran Kualitas Hidup Pada Pasien Dengan Filariasis Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung 38 Gita

menentukan pola pemijahan ikan belanak (Mugil dussumieri) di Perairan Belawan. 2) Menggunakan jumlah stasiun penelitian yang lebih banyak dan bervariasi sehingga.. didapatkan