• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Kawasan Kota Tua Jakarta telah melalui hampir 500 tahun, bertumbuh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Kawasan Kota Tua Jakarta telah melalui hampir 500 tahun, bertumbuh"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Kawasan Kota Tua Jakarta telah melalui hampir 500 tahun, bertumbuh kembang dan bertransformasi, hingga akhirnya menjadi kota Jakarta yang kita kenal saat ini. Bentukan arsitektur dan lansekap yang tersisa di kawasan ini menjadi saksi bisu sejarah yang tidak ternilai. Bangunan-bangunan yang cantik dibangun, kanal dan parit digali bersilangan, membentuk suatu pusat aktivitas masyarakat zaman kolonial yang ramai dan amat dibanggakan pada masanya.

Pendahuluan ini tidak dimaksudkan untuk memunculkan rasa sentimental akan masa lampau, tapi lebih untuk memancing timbulnya pertanyaan : Seperti itukah gambaran yang akan kita jumpai bila kita berkunjung ke Kota Tua Jakarta saat ini? Sepintas kawasan ini masih mampu membawa kita menjelajah masa lalu. Bila kita lebih dalam mencermati, baru akan terasa banyak perbedaan, atau tepatnya kemunduran dari masa jayanya dulu.

Gambar I.1.1 Gedung C. Bahre & G. Kinder kini, facade dirombak dan penuh PKL

(2)

kosong dipenu terasa. peman Fatahil dibiark jumlah Kebud keterta komun Coba t lebih m Bangunan g tak terpak uhi aktivitas Aktivitas nfaatan yang llah. Area l kan terlantar h pengunjun dayaan, dan P Gam Wisatawa arikan khusu nitas pecinta tanya pada a memilih men n-bangunan kai atau dih

PKL. Sulitn dan keram g tepat terko lainnya yang r. Sepi dan m ng Kota Tua Permuseuma mbar I.1.2 Ker

an yang d us pada sej bangunan tu anak-anak m ndatangi mal yang inda huni tunaw nya akses ke maian yang nsentrasi ha g sama-sam menimbulkan a hanya 14 an DKI, 200 amaian terkons Sumber : Doku datang han jarah dan b ua, atau peng muda pada u ll di akhir m ah telah rus isma hingg e kawasan d g hadir be anya pada ar ma mengandu n perasaan se 0.000 orang 9). sentrasi di seki umentasi priba nyalah mere bangunan tu ggemar foto umumnya, sa inggu diban

sak tak tera a berkesan dan kurangny rsama upay rea sekitar M ung potensi egan. Hasiln g. (Sumber

itar Taman Fat

adi eka yang ua – mung grafi – yang angat boleh ding berkunj awat. Banya kumuh. Pe ya kebersiha ya konserv Museum dan sejarah dan nya dalam sa : Dinas Par tahillah memang m gkin siswa g jumlahnya jadi mayori njung ke Kot ak yang edestrian an masih vasi dan n Taman n wisata atu tahun riwisata, memiliki sekolah, terbatas. itas akan a Tua.

(3)

Kota Tua Jakarta memiliki sejarah yang lebih panjang dari Bandar Singapura (Tumasik) dan Penang-Malaka (Santosa dan Napitupulu, 2009, p27). Namun sementara negara tetangga kita berhasil menjadikan kawasan kota tuanya sebagai ikon wisata potensial, Kota Tua Jakarta malah seolah dibiarkan rusak dimakan waktu – untuk suatu hari nanti dapat diratakan dengan tanah dan digantikan keberadaannya dengan bangunan-bangunan baru. Menelantarkan bangunan menjadi taktik jitu untuk mendapatkan legitimasi melakukan perombakan bangunan tua. (Martokusumo, 2004, p33)

Bila itu sampai terjadi, nantinya semua bangunan tua hanya akan dapat kita temui dalam wujud gambar atau foto, seperti yang terjadi pada Hotel des Indes dan gedung Societeit de Harmonie. Keduanya dibongkar habis dan digantikan oleh pertokoan Duta Merlin dan area parkir Sekretariat Negara. Alasan tingginya pajak dan terbatasnya dana mungkin masuk akal, mengingat biaya perawatan bangunan memang tidak sedikit. Apalagi bila bangunan tersebut hanya ‘ada’ tapi tanpa kehidupan, hanya akan menjadi beban finansial. Namun, pasti ada cara lain yang lebih tepat ketimbang penelantaran.

Gambar I.1.3 Hotel des Indes dan Gedung Societeit de Harmonie

(4)

I sesuatu umumn dalam hanya adalah budaya hadirny sekaran para w kesimp City H I.2 Latar kemba Menguba u yang berf nya, bisa jad kawasan in rancangan a h perawatan d a. Penting un ya bangunan Gambar I.1 Fungsi k ng seperti r wisatawan pulan awal in Hotel di Kali Belakang P Penataan ali vitalitas k ah fungsi k fungsi kom di merupaka i. Dalam pe arsitektur ban dan perbaika ntuk mulai b n sebagai inf 1.4 Guggenheim komersial ya retail dan re yang ingin ni, penyusun Besar Timur Pemilihan T dan revital kawasan, m awasan Kot mersial, yang an salah satu erencanaan d ngunan yang an kualitas li berpikir seca

fill dan meng m dan Pompido Sumber : Goog ang dipilih d storan, dipa n menikma n mencoba u r Kota Tua J Topik dan T lisasi kawas menata kawa ta Tua, khu g dicari dan u solusi untu dan perancan g perlu diper ingkungan, t ara kawasan ganalisa dam ou Centre yang

gle image sear diupayakan adukan deng ati suasana untuk menyu Jakarta. ema san adalah r asan yang ti ususnya ban n dibutuhka uk mengemb ngan fungsi rhatikan. Yan termasuk di , baru setela mpaknya terh g berhasil mere ch sesuai deng gan fungsi h kawasan. usun karya T rangkaian up idak teratur, ngunan tua an masyarak alikan kehid komersial i ng lebih diu dalamnya so ahnya meren hadap kawas evitalisasi kota gan kebutuh hunian denga Berdasarka Tugas Akhir paya mengh , dan menin menjadi kat pada dupan ke ni, tidak utamakan osial dan ncanakan san. a an masa an target an pada berjudul hidupkan ngkatkan

(5)

fungsi kawasan yang memiliki nilai strategis dan potensi agar mendapatkan nilai tambah yang optimal secara ekonomi, sosial, dan budaya. Program penataan dan revitalisasi kawasan diarahkan pada kawasan-kawasan yang menurun produktivitas ekonominya. (Sumintardja, 2009)

Revitalisasi Kota Tua sudah dicanangkan sejak zaman Gubernur Ali Sadikin memimpin Jakarta. Namun hingga kini program tersebut tak pernah tuntas. Banyak bangunan tua di kawasan Kota Tua masih dibiarkan kusam dan tak terawat. Sementara itu, lingkungannya juga tidak pernah dibuat menarik untuk ditinggali atau dijadikan tempat usaha/wisata yang menarik. (Dundu dan Urbaidi, 2009, p19)

Dua kutipan di atas menyatakan pentingnya merevitalisasi kawasan yang melemah produktivitasnya sebagai awal terbentuknya kondisi lingkungan yang sesuai dan dapat memberi nilai positif bagi keberadaan proyek bangunan yang diusulkan. Konsekuensi perancangan sebuah bangunan di kawasan yang telah memiliki eksistensi yang kuat adalah bahwa pada akhirnya bangunan yang dirancang tidak menjadi produk utama, tetapi lebih sebagai infill, yaitu penyisipan bangunan pada

lahan kosong dalam lingkungan dengan karakter kuat dan teratur.

Dalam perancangan ekspresi fisik bangunan, penyusun memilih konsep arsitektur kontekstual yang dirasa fleksibel untuk menghadirkan bangunan baru yang sesuai dengan perkembangan zaman sambil tetap mengapresiasi sekelilingnya dengan baik. Dalam menyesuaikan dengan konteks kawasan, pendekatan yang dipilih adalah di antara konteks dan kontras, dimana bangunan baru tidak akan menjiplak mentah-mentah bangunan eksisting dan tidak juga berbeda secara mencolok, tetapi rancangan

(6)

ke dalam bentuk baru yang tetap serasi dengan lingkungannya. Lebih lengkapnya dibahas pada subbab II.1.6.

Gambar I.2.1 Contoh penyisipan infill dengan pendekatan harmoni dan kontras

Sumber : Konservasi Lingkungan Perkotaan

Arsitektur deretan bangunan satu dengan lain berhimpitan…saat ini , masih ada yang asli dari abad XVIII, ada yang sudah dirombak pada awal abad XX…tiang-tiangnya ada yang dari baja, kolom-kolom Yunani, di lantai atas ada yang memakai dinding kayu. Yang baru cukup unik, campuran, klasik dengan menara berkubah model Byzantium, Art Deco, elemen-elemen Belanda dan Eropa lainnya. (Dinas Kebudayaan dan Permuseuman, 2007)

Sebenarnya, keberadaan bangunan tua juga merupakan bagian dari sejarah perkembangan kota. Jadi, kehadiran makna sejarah dalam kehidupan perkotaan kontemporer menjadi sesuatu yang tidak terpisahkan. Artinya, kebersamaan antara “baru” dan “lama” bukanlah sesuatu yang mustahil. Dalam kehidupan perkotaan yang semakin kompleks, kontras dari kawasan baru dan kota lama, keruwetan, dan chaos

menjadi lumrah. (Martokusumo, 2004, p33)

Kutipan di atas memberi gambaran betapa beragamnya perwajahan bangunan di kawasan Kota Tua. Dalam upaya merevitalisasinya, sebagian façade harus dipertahankan, sementara sisanya dapat dipugar atau diperbarui. Maka perlu

(7)

diupayakan pengadaan elemen-elemen yang dapat menyatukan façade yang beragam – gaya-gaya dari zaman berbeda, yang lama/eksisting dan tambahan baru – menjadi satu kesatuan yang harmonis. Ini mendasari penerapan konsep uniting the differencies

atau menyatukan keragaman.

Dari data-data di atas, dapat disimpulkan bahwa konsep yang tepat untuk diterapkan dalam perancangan proyek City Hotel di Kali Besar Timur Kota Tua Jakarta adalah Arsitektur Kontekstual dalam Revitalisasi Kawasan dimana revitalisasi

kawasan (urban revitalization) dilakukan dalam rancangan lingkungan secara makro,

sedangkan secara mikro/ekspresi fisik bangunan akan menggunakan konsep arsitektur kontekstual – menyatukan keragaman yang dilandasi kesejarahan kawasan.

I.3 Maksud dan Tujuan

Maksud perencanaan dan perancangan City Hotel di Kali Besar Timur Kota Tua Jakarta adalah menghadirkan bangunan berfungsi komersial berupa gabungan city hotel bintang empat dengan city hotel berkonsep compact hotel yang

menyediakan akomodasi bagi wisatawan baik travel maupun bisnis, serta ruang untuk

menyelenggarakan event publik. Fisiknya diupayakan tampil menarik secara

kontekstual dengan fisik kawasan sekitarnya.

Sementara tujuan perancangannya adalah untuk menjadi katalis yang dapat menghidupkan kembali kawasan Kali Besar seperti fungsinya pada masa lalu yaitu sebagai kawasan aktivitas, perdagangan dan jasa yang ramai dan produktif.

I.4 Lingkup Pembahasan

(8)

produktivitas dan memanfaatkan potensi kawasan secara lebih optimal. Persyaratan pemugaran dan ketentuan pembangunan di Kota Tua, apresiasi terhadap kesejarahan fisik bangunan dan kawasan, kebutuhan ruang dan fasilitas, organisasi ruang, struktur dan utilitas, sirkulasi dalam bangunan serta tampilan kulit bangunan yang akan digunakan, baik yang eksisting maupun penambahan, akan dibahas juga sebagai satu proses yang terintegrasi.

I.5 Sistematika Pembahasan

Karya tulis yang mengawali proses perencanaan dan perancangan City Hotel di Kota Tua ini disusun dalam beberapa bab dengan sistematika pembahasan sebagai berikut :

1. BAB I : PENDAHULUAN

Latar belakang perlunya didirikan City Hotel di Kota Tua, latar belakang pemilihan topik arsitektur kontekstual sebagai solusi dalam perancangan City Hotel di Kota Tua, maksud dan tujuan pendirian City Hotel di Kota Tua, lingkup pembahasan perencanaan dan perancangan City Hotel di Kota Tua, sistematika pembahasannya, serta kerangka pemikiran proses perencanaan dan perancangan City Hotel di Kota Tua.

2. BAB II : TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI

Tinjauan teoritis umum terhadap proyek city hotel dan tinjauan khusus mengenai topik/tema revitalisasi kawasan – menyatukan keragaman sebagai pendekatan perancangan arsitektur, disertai beberapa studi

(9)

literature dan studi kasus lapangan terhadap proyek sejenis sebagai pembanding yang relevan.

3. BAB III : PERMASALAHAN

Identifikasi dan rumusan permasalahan-permasalahan yang timbul berkenaan dengan aspek lingkungan, aspek manusia, dan juga aspek bangunan.

4. BAB IV : ANALISIS

Analisis permasalahan dalam beberapa aspek yang dirumuskan melalui pendekatan perancangan dan topik revitalisasi kawasan – menyatukan keragaman. Dari analisis nantinya akan dihasilkan solusi atau konsep perancangan yang diterapkan sebagai landasan dalam merencanakan dan merancang bangunan, lansekap, dan lingkungannya.

5. BAB V : KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Konsep perancangan sebagai hasil analisis dan solusi terhadap permasalahan yang telah diidentifikasi dan dirumuskan pada bagian permasalahan. Konsep perancangan merupakan dasar/landasan perencanaan dan perancangan arsitektur sehingga karya arsitektur menjadi bernilai baik dan benar, indah, kuat, dan fungsional. Konsep perancangan dilengkapi dengan skematik desain sebagai alur pemikiran dalam perancangan.

(10)

I.6 Kerangka Berpikir

Latar Belakang

Potensi sejarah, wisata, dan arsitektur Kota Tua Jakarta sebagai cikal bakal kota Jakarta yang kondisi dan produktivitasnya mengalami penurunan

Maksud dan Tujuan

Menyediakan fungsi hunian komersil berupa hotel untuk mengakomodasi kebutuhan wisatawan dan sebagai katalis untuk meningkatkan produktivitas

Permasalahan

- Manusia

- Lingkungan

- Bangunan

Analisa

Menganalisa permasalahan kemudian menerapkannya ke dalam perancangan

Konsep Perancangan

Sesuai dengan maksud dan tujuan serta hasil kesimpulan dari analisa

Skematik Desain Perancangan F E E D B A C K Landasan Teori Tinjauan Khusus

Studi literatur dan survey lapangan, guidelines Kota Tua Tinjauan Umum Definisi, sejarah, dan peraturan bangunan

Gambar

Gambar I.1.1 Gedung C. Bahre & G. Kinder kini, facade dirombak dan penuh PKL
Gambar I.1.3 Hotel des Indes dan Gedung Societeit de Harmonie
Gambar I.2.1 Contoh penyisipan infill dengan pendekatan harmoni dan kontras

Referensi

Dokumen terkait

Deskripsi suatu varietas adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran pertumbuhan dan perkembangan tanaman yaitu mencakup karakter morfologis, agronomis, dan fisiologis tanaman

Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan yang positif dan bermakna dengan koefisien korelasi yang cukup kuat antara ekspresi protein EGFR dan ekspresi

Hasil penel itian pada tabel 1 m enunjukkan bahwa nil ai efisi ensi penghilangan TSS tinggi, sebagian besar m el ebihi 80% hanya efisi ensi penghilangan air lim bah

Uji sensitivitas metode HRM dan RFLP dalam analisis muatsi gen EGFR dilakukan dengan mencampurkan sekuen DNA yang memiliki mutasi titik L858R pada ekson 21 dengan

dari hasil penapisan tersebut dapat diketahui bahwa dalam serbuk simplisia dan dalam fase n -butanol mengandung senyawa flavonoid, saponin, tanin dan

Melalui hasil perhitungan yang telah dilakukan didapat nilai t hitung sebesar 34,25 dengan taraf signifikansi hitung sebesar 0,009 tersebut lebih kecil dari 0,05, yang

Kawasan pengembangan ekonomi membutuhkan strategi pengembangan yakni pengembangan sistem kota kota berpola node yaitu Kluster kota Liku, yang berfungsi sebagai pusat