• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR KRIMINOGEN KENAKALAN REMAJA DAN AKIBAT HUKUMNYA Oleh I Nyoman Gede Remaja 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKTOR KRIMINOGEN KENAKALAN REMAJA DAN AKIBAT HUKUMNYA Oleh I Nyoman Gede Remaja 1"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR KRIMINOGEN KENAKALAN REMAJA DAN AKIBAT HUKUMNYA

Oleh I Nyoman Gede Remaja1

Abstrak: Kenakalan Remaja meliputi semua perilaku yang menyim-pang dari norma-norma hukum pidana yang dilakukan oleh Remaja. Perilaku tersebut akan merugikan diri sendiri dan orang-orang di se-kitarnya. Para ahli pendidikan sependapat bahwa yang dikatakan usia remaja adalah 13-18 tahun. Jenis-jenis kenakalan remaja adalah pe-nyalahgunaan narkotika, seks bebas, dan lain-lain. Krisis identitas, kontrol diri yang lemah, keadaan keluarga yang kurang baik, pe-ngaruh negatif teman, dan pepe-ngaruh lingkungan yang kurang baik menjadi faktor kriminogen dari kenakalan remaja. Dampak negatif dari perkembangan teknologi juga menjadi salah satu pemicu terjadi-nya kenakalan remaja. Kenakalan remaja dapat dicegah dengan me-ngembangkan prinsip keteladanan, motivasi yang positif dari ke-luarga, guru dan teman-temannya, menciptakan keluarga yang har-monis, komunikatif, dan nyaman bagi remaja, pandai memilih teman dan lingkungan bermain, dan membentuk ketahanan diri sehingga tidak mudah terpengaruh pada hal-hal yang negatif. Jika kenakalan remaja tersebut berlanjut kepada tindakan-tindakan kriminal yang memenuhi unsur-unsur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana maupun Undang-Undang Pidana di luar KUHP, maka berakibat pada proses hukum yang berujung pada pemberian sanksi-sanksi pidana berupa: penjara, kurungan, denda maupun yang lain sebagaimana di-sebutkan dalam Pasal 10 KUHP.

Kata kunci: Kenakalan remaja, dan sanksi pidana. Pendahuluan

Perkembangan Teknologi yang makin pesat ternyata tidak saja memberikan dampak positif tetapi juga memberikan ekses negatif, utamanya terhadap perkembangan gaya hidup masyarakat, khususnya kaum remaja. Perkembangan teknologi menjadikan dunia kita se-akan tanpa batas, orang bisa mengetahui informasi sangat cepat, orang bisa melihat sesuatu tanpa batas, orang bisa melakukan sesuatu sangat cepat, bahkan sesuatu yang seyogianya tidak perlu diketahui, dilihat dan dirasakan dapat dinikmati begitu cepat. Marak terjadi pe-redaran film porno (Blue Film), kekerasan, informasi yang masih mentah/belum pasti, bisnis narkotika dan lain-lain disinyalir merupakan salah satu dampak negatif dari

1

(2)

bangan teknologi. Dampak dari itu semua menjadikan terjadinya perubahan gaya hidup khususnya pada kaum remaja, orang tidak lagi malu memakai pakaian yang memperlihat-kan aurat, orang tidak lagi tabu melakumemperlihat-kan seks di luar nikah, orang tidak lagi malu karena hamil sebelum menikah, orang tidak lagi takut melakukan perbuatan-perbuatan yang dila-rang oleh norma agama dan lain-lain. Hal-hal tersebut kemudian disebut sebagai kenakalan remaja, karena umumnya dilakukan oleh orang-orang yang umurnya 9 sampai dengan 20 tahun.

Yang menjadi pertanyaan adalah di mana budaya ketimuran kita yang dikatakan santun, sopan, ramah, beretika dan lain sebagainya. Di mana peran orang tua untuk bisa melahirkan, mendidik dan membesarkan anak sehingga anak bisa menjadi orang yang ber-guna, orang yang berakhlak mulia dan orang yang memegang jati diri sebagai orang Indonesia yang menganut budaya ketimuran. Tentu semua ini menjadi renungan dan bahan kajian bagi kita semua tidak saja orang tua tetapi juga para pemerhati, akademisi dan pe-merintah. Sesungguhnya kenakalan remaja dapat dicegah dengan melakukan upaya-upaya preventif dan melibatkan semua pihak, baik orang tua selaku orang yang paling dekat dengan anak, pihak sekolah dengan pembenahan-pembenahan kurikulum dan sistem pem-binaan, lingkungan pergaulan remaja, dan juga pemerintah dengan mengeluarkan kebijak-an-kebijakan yang mendukung dalam mencegah kenakalan remaja.

Kerangka Berpikir

Kenakalan remaja biasa disebut dengan istilah Juvenile delinquency. Juvenile berasal dari bahasa Latin Juvenilis yang artinya anak-anak, anak muda, sedangkan delinquent ber-asal dari bahasa latin delinquere yang berarti terabaikan, mengabaikan, yang kemudian menjadi perbuatan yang menyimpang/kejahatan.

Kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang dari norma-norma hukum pidana yang dilakukan oleh Remaja. Perilaku tersebut akan merugikan diri sendiri dan orang-orang di sekitarnya. Para ahli pendidikan sependapat bahwa yang dikatakan usia remaja adalah 13-18 tahun.

Berbicara mengenai kenakalan remaja, banyak sekali ragamnya. Jenis-jenis kenakalan remaja yang dimaksud adalah:

1. Penyalahgunaan narkoba.

Narkoba adalah obat atau bahan yang berbahaya bagi tubuh, zat adiktif yang terkan-dung dalam narkoba, dapat mempengaruhi perasaan, mood dan emosi bagi yang me-ngonsumsinya.

(3)

- Untuk merasakan kesenangan. - Meningkatkan kinerja tubuh. - Rasa ingin tahu.

Beberapa efek atau pengaruh narkoba bagi tubuh kita adalah:

- Stimulant – obat yang dapat mempercepat sistem saraf pusat. Ini meningkatkan aktivitas otak anda, membuat anda bersemangat dan energik, seperti: tembakau, kokain, dll.

- Depressant; obat dapat memperlambat sistem syaraf pusat, obat ini bisa membuat orang merasa santai, kurang tegang dan kurang menyadari peristiwa sekelilingnya; seperti: alkohol, heroin dll.

- Hallucinogenics; obat yang dapat membuat halusinasi, seperti marijuana, ecstasy. 2. Seks bebas; perbuatan seks/perbuatan layaknya suami istri yang dilakukan di luar

per-kawinan/sebelum perkawinan.

Dampak negatif seks bebas, di antaranya:

- Dapat kena berbagai macam penyakit; HIV/Aids, sepilis dan penyakit kelamin lainnya.

- Hamil di luar nikah, yang berdampak kepada: usia yang belum memadai untuk hamil, orang tersebut belum siap untuk menikah, tidak mau diakui oleh laki-lakinya, tidak mendapat persetujuan orang tua, dan lain-lain.

Kenakalan remaja adalah gejala alami yang dimiliki setiap manusia, hal ini disebabkan karena manusia memiliki sifat hendonisme, yaitu suka pada kesenangan. Senada dengan pendapatnya Huizinga (1990: 34) yang mengatakan bahwa pada hakikatnya manusia adalah

homo ludens (mahkluk bermain) dan homo esparans (mahkluk yang selalu berharap). Sifat

homo ludens ini akan membawa perilaku manusia pada kesenangan bermain, dari sejak kecil hingga dewasa bahkan usia manusia sudah tua manusia selalu senang bermain, ke-senangan bermain ini kemudian melahirkan perilaku berjudi. Sedangkan sifat manusia yang

homo esparans akan membawa manusia kepada sifat yang tidak pernah puas selalu men-coba dan menmen-coba, efek negatif dari sifat ini ada manakala harapan itu tidak diikuti oleh kemauan dan usaha yang nyata, sehingga melahirkan perbuatan yang bersifat untung-untungan seperti judi, togel dan untung-untung-untungan yang lain. Pada hakikatnya kedua sifat dasar manusia itu kalau tidak diimbangi dengan aturan main (ketaatan hukum) dan pema-haman nilai-nilai agama yang baik maka akan cenderung menjadi perilaku yang negatif (nakal).

Kenakalan tersebut akan lebih mudah dilakukan oleh anak-anak dan remaja, hal ini disebabkan karena tahap perkembangan pikiran mereka/nalar mereka umumnya masih

(4)

rendah. Dalam ilmu kriminolgi ada teori perkembangan moral manusia yang disebut Moral Development Theory (Santoso dan Achjani, 2003: 53), teori ini menggambarkan tentang tahap-tahap perkembangan pikiran/nalar manusia, yaitu:

a. Tahap pra-konvensional (umur 9-11 tahun); pada tahap ini anak umumnya berpikir

“lakukan” atau “tidak lakukan”. Umumnya anak pada usia ini akan melakukan sesuatu yang menurut mereka menyenangkan dan memberikan kenikmatan kepada mereka tanpa memperdulikan apakah perbuatan itu salah atau benar, baik atau tidak baik. b. Tahap konvensional (umur 12-20 tahun); pada tahap ini remaja umumnya mulai

men-cari jati diri, mereka sudah mulai mengadopsi nilai-nilai dan aturan-aturan yang ada di sekelilingnya. Pada usia ini walaupun mereka sudah bisa membedakan mana perbuatan yang baik dan tidak baik, salah atau benar tetapi umumnya pemikiran mereka belum begitu kritis, sehingga belum mampu memprediksi dampak dari perbuatan mereka dalam jangka panjang.

c. Tahap postconventional (umur ≥ 20 tahun); pada tahap ini manusia umumnya sudah

kritis menguji kebiasaan-kebiasaan atau norma-norma yang dianggap tidak sesuai, tingkat kematangan emosi sudah stabil, sudah mampu mengolah/mengatur pikiran, per-kataan dan perbuatannya.

Dari teori tersebut tergambar bahwa tingkat kerawanan manusia untuk berperilaku menyim-pang adalah pada tahap pra-konvensional dan tahap konvensional, yaitu pada usia 9 sampai dengan 20 tahun. Pada usia tersebut umumnya remaja memiliki emosi yang belum stabil, yang bercirikan:

- Rasa ingin tahu yang berlebihan.

- Mudah terpengaruh.

- Lebih cepat bertindak tanpa mempertimbangkan risiko atau dampaknya.

- Menjadi malu kalau tidak memiliki sesuatu atau melakukan sesuatu seperti teman-temannya.

- Lebih suka meniru atau mengikuti teman-temannya.

Di samping sebagai pelaku, pada usia tersebut umumnya anak/remaja juga mudah untuk menjadi korban kejahatan. Korban dalam hal ini diartikan sebagai mereka yang men-derita jasmaniah dan rohaniah sebagai akibat tindakan orang lain yang mencari pemenuhan kepentingan diri sendiri atau orang lain yang bertentangan dengan kepentingan dan hak asasi yang menderita (Gosita, 1993: 63).

(5)

Penyebab kenakalan Remaja dan Pencegahannya

Dalam Teori Pembelajaran Sosial (Santoso dan Achjani, 2003: 54) dikatakan bahwa manusia melakukan sesuatu dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu: pengalaman dan peng-amatan.

Pengalaman dapat berasal dari dalam diri manusia itu sendiri, sedangkan pengamatan ditimbulkan oleh sesuatu yang berasal dari luar. Keduanya akan berpengaruh kepada pola perilaku manusia dalam menjalani kehidupannya, hal baik yang dialami maupun yang di-amati seseorang akan berpengaruh positif pada pola perilakunya, demikian sebaliknya hal buruk yang dialami atau diamati seseorang umumnya berpengaruh negatif pula pada peri-lakunya.

Faktor penyebab kenakalan remaja dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu: a. Faktor internal.

1. Krisis identitas.

Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidup-annya. Kedua, tercapainya identitas peran. Kenakalan remaja terjadi karena remaja gagal mencapai masa integrasi kedua.

2. Kontrol diri yang lemah.

Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat di-terima, dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku nakal. Begitu-pun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya juga akan terseret pada perilaku nakal.

Dalam teori psikoanalisa yang dikembangkan oleh Sigmund Freud (1856-1939) manusia dikatakan memiliki 3 (tiga) sifat dasar, yaitu Superego (hati nurani), Ego

(penengah antara hati nurani dengan nafsu) dan Id (keinginan yang ingin dipenuhi atau nafsu). Kontrol diri yang lemah disebabkan karena “Id” yang tidak terkenda -likan oleh Ego dan Superego. Id ini memiliki prinsip kenikmatan (pleasure prin-ciple). Ketika prinsip itu dikembangkan dan Superego terlalu lemah untuk mengon-trol keinginan yang indonistik ini maka perilaku untuk sekehendak hati asalkan me-nyenangkan muncul dalam diri seseorang.

Superego menjadi lemah, bisa disebabkan beberapa faktor di antaranya:

- Anak harusnya belajar dan beridentifikasi dengan bapaknya tetapi malah dengan ibunya atau sebaliknya.

(6)

- Mencari perhatian bapaknya atau ibunya, sehingga terkadang anak melakukan tindakan kriminal untuk mendapatkan hukuman dari bapaknya atau ibunya. - Rasa bersalah yang berlebihan dan terus dipendam dalam hati.

- Tekanan psikologis berlanjut dalam waktu yang cukup lama.

- Karena mengalami sakit tertentu sewaktu masih kecil, sehingga mengganggu pertumbuhan mental anak (contoh: akibat kekerasan, kejang atau sering disebut

step). b. Faktor eksternal.

1. Keluarga.

Perceraian orang tua, tidak adanya komunikasi antar anggota keluarga, atau perse-lisihan antar anggota keluarga bisa memicu perilaku negatif pada remaja. Pendi-dikan yang salah di keluarga pun, seperti terlalu memanjakan anak, terlalu keras terhadap anak, kurangnya kasih sayang orang tua, kurangnya pengawasan dari orang tua, tidak memberikan pendidikan agama, bisa menyebabkan terjadinya ke-nakalan remaja.

Hal yang terpenting diberikan dalam keluarga adalah kasih sayang yang se-utuhnya, dalam Teori Attachment (teori tentang kasih sayang) disebutkan bahwa kasih sayang harus diberikan dengan memperhatikan 7 (tujuh) prinsip, yaitu:

- Specifity; kasih sayang yang sifatnya selektif.

- Duration; kasih sayang yang berlangsung lama dan bertahan. - Engagement of emotion; kasih sayang yang melibatkan emosi.

- Ontogeny; rangkaian perkembangan anak yang membentuk kasih sayang pada satu figur utama.

- Learning; kasih sayang yang merupakan hasil dari interaksi sosial yang men-dasar.

- Organization; kasih sayang yang mengikuti suatu organisasi perkembangan. - Biological function; kasih sayang yang memiliki fungsi biologis.

2. Pengaruh teman sepermainan; pergaulan dengan teman yang tidak sebaya atau tidak

selevel, berteman dengan anak nakal, berpeluang anak menjadi nakal dan kriminal. Anak dari orang tua yang tidak mampu yang anaknya berteman/bergaul dengan anak orang kaya, berpeluang anaknya menjadi kriminal jika suatu saat pertemanan mereka menjadi putus. Hal ini disebabkan anak tersebut sudah terbiasa dengan pola hidup orang kaya tiba-tiba dia harus terputus dengan kebiasaannya tersebut, sedangkan di satu sisi orang tuanya tidak cukup mampu untuk memenuhi semua

(7)

ke-inginan-keinginan si anak maka cenderung perilaku kriminal anak akan mudah muncul.

3. Pengaruh lingkungan yang kurang baik; dampak negatif IPTEK, tidak adanya media penyalur bakat dan hobinya. Seperti telah diulas dalam pendahuluan artikel ini bahwa perkembangan teknologi tidak hanya berdampak positif tetapi juga mem-berikan dampak negatif terhadap perkembangan anak/remaja, informasi tentang ke-kerasan yang begitu terbuka memberikan dampak psikologis yang begitu besar terhadap perkembangan mental anak, anak menjadi mudah ketakutan, timbul kecu-rigaan yang berlebihan terhadap orang lain dan lain sebagainya. Perkembangan dunia cyber (dunia maya) tanpa batas dan sangat mudah diakses memberikan dampak negatif terhadap perilaku anak dalam pergaulan sehari-hari, informasi yang sepatutnya belum bisa didengar, diterima dan dilihat oleh anak dapat dengan mudah dinikmati sehingga perilaku anak menjadi tidak terkontrol, banyak terjadi perko-saan, pelecehan seksual, seks bebas, narkoba, dan perilaku kriminal lainnya.

Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi kenakalan remaja adalah:

1. Kegagalan mencapai identitas peran dan lemahnya kontrol diri bisa dicegah atau diatasi dengan prinsip keteladanan. Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin figur orang-orang dewasa yang telah melampaui masa remajanya dengan baik, juga mereka yang berhasil memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap ini.

2. Adanya motivasi dari keluarga, guru, teman sebaya untuk melakukan poin pertama. 3. Kemauan orang tua untuk membenahi kondisi keluarga sehingga tercipta keluarga yang

harmonis, komunikatif, dan nyaman bagi remaja.

4. Remaja pandai memilih teman dan lingkungan yang baik serta orang tua memberi arah-an dengarah-an siapa darah-an komunitas marah-ana remaja harus bergaul. Temarah-an yarah-ang baik adalah mereka yang memberikan perlindungan apabila kita kurang hati-hati, menjaga barang-barang dan harta kita apabila kita lengah, memberikan perlindungan apabila kita berada dalam bahaya, tidak pergi meninggalkan kita apabila kita sedang dalam bahaya dan kesulitan, dan membantu kita dalam kesusahan.

5. Remaja membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata teman sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan.

Dampak Hukum Kenakalan Remaja

1. Penyalahgunaan Narkoba

Pasal 127 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika menyebutkan bahwa:

(8)

(1) Setiap Penyalah guna:

a. Narkotika Golongan I bagi dirinya sendiri, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun;

b. Narkotika Golongan II bagi dirinya sendiri, dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun;

c. Narkotika Golongan III bagi dirinya sendiri, dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun.

2. Seks Bebas

Secara khusus mengenai seks bebas tidak diatur dalam KUHP tetapi tindakan tersebut dapat menjerumuskan kita pada tindak pidana tertentu, seperti:

a. Melanggar kesusilaan di depan umum. Pasal 281 KUHP menyatakan bahwa:

Dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya dua tahun delapan bulan atau denda sebanyak-banyaknya empat ribu lima ratus rupiah:

Ke-1 barangsiapa dengan sengaja merusak kesusilaan di hadapan umum;

Ke-2 barangsiapa dengan sengaja merusak kesusilaan di muka orang lain yang hadir tidak dengan kemauannya sendiri.

b. Tindak Pidana Perkosaan

Pasal 285 KUHP menyatakan bahwa “Barangsiapa yang dengan kekerasan atau dengan ancaman memaksa perempuan yang bukan isterinya bersetubuh dengan dia, karena perkosaan, dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya dua belas

tahun”.

c. Berzina

Pasal 284 ayat (1) KUHP menyatakan bahwa:

Dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya sembilan bulan:

Ke-1 a. laki-laki yang beristri yang berzina sedang diketahuinya, bahwa pasal 27 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata berlaku baginya;

b perempuan yang bersuami yang berzina;

Ke-2 a. laki-laki yang turut melakukan perbuatan itu, sedang diketahuinya bahwa yang turut bersalah itu bersuami;

b perempuan yang tiada bersuami yang turut melakukan perbuatan itu, pada-hal diketahuinya, bahwa yang turut bersalah itu beristri dan pasal 27 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata berlaku bagi yang turut bersalah itu.

(9)

d. Menggugurkan kandungan

Pasal 346 KUHP menyatakan bahwa “Wanita yang dengan sengaja menyebabkan

gugur atau mati kandungannya, atau menyuruh orang lain menyebabkan itu, dipi-dana dengan pidipi-dana penjara selama-lamanya empat tahun”.

Pasal 348 KUHP menyatakan:

(1) Barangsiapa dengan sengaja menyebabkan gugur atau mati kandungan seorang

wanita dengan izin wanita itu, dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya lima tahun enam bulan

(2) Jika perbuatan itu berakibat wanita itu mati, ia dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya tujuh tahun.

e. Membunuh anak yang baru dilahirkan.

Pasal 341 KUHP menyatakan “Seorang ibu yang karena takut akan diketahui ia

sudah melahirkan anak, pada ketika anak itu dilahirkan atau tiada berapa lama se-sudah dilahirkan, dengan sengaja menghilangkan nyawa anak itu dipidana karena bersalah melakukan pembunuhan anak, dengan pidana penjara selama-lamanya

tujuh tahun”

f. Tindak Pidana yang berkaitan dengan Perlindungan Anak

- Pasal 81 ayat (1) UU Nomor 23 Tahun 2002 menyatakan “Setiap orang yang

dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 tahun dan paling singkat 3 tahun dan denda paling banyak 300 juta dan paling sedikit 60 juta.

- Pasal 82 UU Nomor 23 Tahun 2002 menyatakan “Setiap orang yang dengan

sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan, memaksa, melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan atau membujuk anak untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 tahun dan paling singkat 3 tahun dan denda paling banyak 300 juta dan paling sedikit 60 juta.

Simpulan

1. Faktor Kriminogen Kenakalan Remaja meliputi:

a. Faktor Internal - Krisis Identitas

- Kontrol Diri yang lemah b. Faktor Eksternal

(10)

- Keadaan Keluarga yang kurang baik

- Pengaruh buruk teman

- Pengaruh Lingkungan yang kurang baik

2. Akibat hukum Kenakalan Remaja

Jika kenakalan remaja tersebut telah memenuhi unsur-unsur pidana sebagaimana diatur dalam Kitab Undang Hukum Pidana (KUHP) maupun Undang-Undang pidana di luar KUHP maka dapat dikenakan sanksi-sanksi pidana sebagai-mana diatur dalam Pasal 10 KUHP.

Daftar Pustaka

Abdussalam. 2007. Kriminologi. Jakarta: Restu Agung.

Arif Gosita. 1993. Masalah Korban Kejahatan. Jakarta: Akademika Pressindo.

Huizinga J. 1990. Homo Ludens Fungsi dan Hakekat Permainan dalam Budaya (Hasan Basari sebagai penerjemah). Jakarta: LP3ES

Romli Atmasasmita. 2007. Teori dan Kapita Selekta Kriminologi. Bandung: Refika Aditama

Wirjono Prodjodikoro. 2008. Tindak-tindak Pidana Tertentu Di Indonesia. Bandung: PT Rafika Aditama.

Topo Santoso dan Eva Achajani. 2003. Kriminologi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Tahapan kedua adalah perancangan sistem, tahap ini meliputi perancangan proses menggunakan UML ( Unified Modeling Language ), meliputi use case diagram , dan activity

Minangkabau sebagai kearifan lokal dalam mitigasi bencana adalah pertama pemilihan lahan untuk perumahan memilih tempat yang datar, kedua denah bangunan yang berbentuk

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mikoriza indigenous dan non indigenous tidak berpengaruh terhadap masa inkubasi dan persentase tanaman terserang penyakit blas pada varietas padi

Judul skripsi ini adalah “ PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANES SANTO ANTONIUS DALAM TERANG SPIRITUALITAS SANTO FRANSISKUS ASISI ”. Judul ini dipilih berdasarkan

Dalam penelitian ini, untuk meminimalisir kerusakan yang terjadi pada sistem struktur rangka pemikul momen, maka dilakukan perlindungan terhadap struktur berupa

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui terdapat perbedaan yang signifikan antara metode Return On Investment (ROI) dan Economic Value

Data yang didapat kemudian dianalisis menggunakan metode shockwave, kapasitas jalan menggunakan pedoman Manual Kapasitas Jalan (MKJI) 1997 dan secara teoritis model greenshields