• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERGESERAN AKHLAK SANTRI PASCA WAFATNYA SOSOK KYAI (Studi Kasus di Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah Salatiga Tahun 20152016 hingga sekarang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERGESERAN AKHLAK SANTRI PASCA WAFATNYA SOSOK KYAI (Studi Kasus di Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah Salatiga Tahun 20152016 hingga sekarang)"

Copied!
173
0
0

Teks penuh

(1)

PERGESERAN AKHLAK SANTRI PASCA WAFATNYA

SOSOK KYAI

(Studi Kasus di Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah

Salatiga Tahun 2015/2016 hingga sekarang)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Oleh

RULI NUR AZIZAH

NIM 111 14 042

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

MOTTO

ْىِِٓسُفَْ َأِب اَي أُزِّيَغُي َّٗخَح ٍوَْٕقِب اَي ُزِّيَغُي َلا َالله ٌَِّا

“Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadan yang ada

pada diri mereka sendiri.” (Ar Ra‟d:11)

Jangan menjelaskan tentang dirimu kepada siapapun. Karena yang menyukaimu tidak

butuh itu, dan yang membencimu tidak percaya itu.

(Ali Bin Abu Thalib)

(7)

Puji Syukur Alhamdulillah terurai dari sanubari atas karunia serta rahmat Allah SWT. Sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis persembahkan skripsi ini untuk orang-orang yang selalu memberikan kasih sayang, doa serta dukungan dalam menjalani lika-liku kehidupan:

1. Bapakku Sholeh dan Ibuku Karyanti yang telah mengiringi perjalanan hidupku dengan untaian doa yang tiada henti.

2. Bapak KH. Zoemri RWS (Alm), Ibu Nyai H. Latifah Zoemri dan keluarga, terimakasih atas ilmu dan bimbingan yang telah diberikan, semoga bermanfaat dan membawa berkah di kehidupanku nanti.

3. Seluruh dewan Asatidz-Asatidzah yang telah berkenan membagi ilmunya, dan semoga senantiasa bermanfaat bagiku.

4. Bapak Muh. Hafidz, M.Ag. yang senantiasa mendidik dan membimbingku dengan penuh kesabaran dan keikhlasan.

5. Prof. Dr. Budiharjo, M.Ag. terimakasih atas nasehat dan bimbingan serta dorongan yang diberikan kepadaku dengan penuh kesabaran.

6. Keluarga besar Bani Noeryowidjoyo , yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan terhadapku.

7. Teman-teman PPTI Al Falah Salatiga Angkatan 2014 (Big Fam ‟14) terimakasih atas kasih sayang dan doa yang kalian berikan.

8. Keluarga Pondok Pesantren Nahjatul Munadhirin, Sindurjan, Purworejo terimakasih atas bimbingan, kasih sayang dan doa yang telah diberikan. Semoga senantiasa membawa manfaat dan berkah di kehidupanku mendatang. 9. Kakakku mbak Lyna Muslikah yang tak jera menasehati dan menemani

perjalanan ku.

10.Teman-teman sahabat terdekatku (Mpit, mbak Erika, Umah,) terimakasih atas kasih sayang dan nasihat yang tiada henti untukku.

(8)

Miladil, mbak Tyas, mbak Uswatun, mbak Ela, mbak April, dek Herli), terimakasih sudah menemani perjalanan hidupku dan memberikan keceriaan dengan rasa nano-nano dalam hari-hari ku.

12.Keluarga besar kelas PAI B , terimakasih sudah berkenan mewarnai dan memenuhi kehidupanku dengan karakter yang kalian punya.

13.Teman-teman PPL di SMP N 9 Salatiga ( Devi, mbak Ina, Vivi, Tika, Umami, Marinda, Ulfa, Danang, mas Agus, Boy)

14.Teman-teman KKN Posko 6 Dsn Ngersap, Desa Surodadi, Kec. Candimulyo, Kab. Magelang (Mbak Sri, mbak Rifa, mbak Afifah, mbak Farih, Amel, Syukri, mas Rijal, mas Doni)

15.Keluarga Dusun Ngersap yang sudah mensupport kegiatan kami demi terselesainya tugas-tugas Kuliah Kerja Nyata

16.Mas Hamam yang tak henti memberikan semangat dan motivasi

17.Calon imam ku di manapun berada semoga Allah mempertemukan kita dipertemuan yang indah

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik, hidayah dan inayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi Agung Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya dari kegelapan menuju jalan kebaikan.

Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi persyaratan guna untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan. Adapun judul yang

penulis ambil adalah “PERGESERAN AKHLAK SANTRI PASCA WAFATNYA SOSOK KYAI (Studi Kasus di Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah Salatiga Tahun 2015/2016 hingga sekarang)”.

Penulisan dan penyusunan skripsi ini tidak lepas dari dukungan dan motivasi beragai pihak, baik berupa dukungan moril maupun materiil. Maka dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Haryadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu keguruan. 3. Ibu Siti Rukhayati selaku Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam. 4. Bapak Muh Hafidz, M.Ag. selaku dosen pembimbing skripsi, terimakasih atas

bimbingan dan arahan yang telah diberikan.

(10)

6. Seluruh anggota tim penguji skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk menilai kelayakan dan menguji skripsi dalam rangka menyelesaikan studi Pendidikan Agama Islam di Institut Agama Islam (IAIN) Salatiga.

7. Seluruh Dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan jurusan PAI IAIN Salatiga yang telah berkenan memberikan ilmu pengethauannya kepada penulis dan pelayanan hingga studi ini dapat terselesaikan.

8. Bapak KH. Zoemri RWS (Alm) serta ibu Nyai Hj. Latifah selaku pengasuh PPTI Al Falah yang selalu membimbing dan mendoakan santri-santrinya. 9. Kedua orang tua tercinta, bapak Sholeh dan Ibu Karyanti yang telah

mencurahkan pengorbanan dan kasih sayangnya, serta doa yang tiada henti menyertakan doa dalam setiap setiap sujudnya untuk penulis.

10.Keluarga besar PPTI Al Falah, teman-teman angkatan 2013, teman-teman kamar B6 yang selalu memotivasi dan memberikan dukungan kepada penulis serta berjuang bersama-sama untuk meraih toga.

11.Teman-teman seperjuangan PAI, PPL, dan KKN angkatan 2013.

12.Serta seluruh pihak yang telah ikut serta membantu dan memberikan motivasi yang juga sangat berjasa dalam membantu terselesaikannya penulisan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

(11)

sangat membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini.

(12)

ABSTRAK

Azizah, Ruli Nur. 2018. Pergeseran Akhlak Santri Pasca Wafatnya Sosok Kyai (Studi Kasus di Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah Salatiga Tahun 2015/2016 hingga sekarang). Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Muh. Hafidz, M.Ag.

Kata Kunci: Kyai, Pembinaan Akhlak Santri

Kyai adalah seseorang yang mempunyai keilmuan keagamaan yang lebih dan juga mengamalkan ilmu tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Selain sebagai pemilik dan pemimpin sebuah pesantren, kyai juga merupakan panutan dan pemimbing terbentuknya akhlak santri yang sesuai dengan titah Rasulullah SAW. Namun, bagaimana ketika sosok kyai telah tiada. Berhubungan dengan hal tersebut, penulis bermaksud meneliti tentang Peran Kyai Dalam Pembinaan Akhlak Santri Di Pondok Pesantren Al Falah Salatiga tahun 2015/2016. Fokus penelitian yang akan dikaji yaitu: (1) Bagaimana kondisi akhlak santri di Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah Salatiga Tahun 2015/2016? (2) Bagaimana peran kyai dalam pembinaan akhlak santri di Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah Salatiga tahun 2015/2016?

Untuk menjawab pertanyaan di atas, penulis menggunakan jenis penelitian lapangan dengan pendekatan kualitatif, maka untuk memperoleh dan pengumpulan data menggunakan metode wawancara (interview), observasi dan dokumentasi kemudian dengan menggunakan untuk mengecek validitas data menggunakan trianggulasi sumber sebagai instrumen. Sedangkan mengenai sumber data, dalam penelitian ini meliputi sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer merupakan hasil dari wawancara pengasuh/keluarga ndalem, ustadz/ah, pengurus, warga luar pesantren, santri dan alumni. Sumber sekunder berupa foto-foto, dokumen berupa catatan penting yang berkaitan dengan akhlak santri di PPTI Al Falah Salatiga.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Akhlak santri PPTI Al Falah Salatiga secara keseluruhan memang sudah cukup baik dan tidak jauh berbeda dengan kondisi akhlak santri sebelum kyai wafat, akan tetapi kurang dalam hal tanggung jawab dan

kedewasaan diri santri.Juga keta‟diman dan ketawadhu‟an kepada keluarga ndalem, ustadz/ah dan warga pesantren yang lain. (2) Peran kyai yang mempengaruhi adanya pembinaan akhlak santri, berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan diantaranya adalah sebagai guru yang dijadikan panutan dan suri tauladan sebelum bertindak. Orang tua, yang merupakan sekolah pertama bagi seseorang. Yang dijadikan tempat pengaduan ketika seseorang menjumpai masalah. Kyai juga merupakan penasehat. Mengingatkan dan menegur santri ketika melakukan kesalahan. Kyai juga sosok yang paling dipatuhi dan ditakuti sehingga mampu membentuk mental santri yang patuh

(13)

DAFTAR ISI

HALAMAM JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v

HALAMAN MOTTO ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... ix

ABSTRAK ... xii

DAFTAR ISI ... xiii

DAETAR TABEL ... xv

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Penelitian ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Penegasan Istilah ... 7

(14)

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

A. Peran Kyai ... 13

B. Pembinaan Akhlak Santri ... 21

C. Pondok Pesantren ... 28

BAB III : METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 38

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 39

C. Sumber Data ... 39

D. Prosedur Pengumpulan Data ... 40

E. Analisis Data ... 45

F. Pengecekkan Keabsahan Data ... 48

BAB IV : PAPARAN DAN ANALISA DATA A. Paparan Data ... 51

B. Analisis Data ... 70

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 83

B. Saran ... 85

DAFTAR PUSTAKA ...88

(15)

DAFTAR TABEL

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman Wawancara Lampiran 2 Verbatim Wawancara

Lampiran 3 Surat Pembimbing dan Asisten Pembimbing Skripsi Lampiran 4 Surat Keterangan Bukti Penelitian

Lampiran 5 Surat Ijin Penelitian Lampiran 6 Lembar Konsultasi Skripsi Lampiran 7 Daftar Nilai SKK

(17)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pondok pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan tertua di Indonesia yang bergerak dalam bidang keagamaan (islami). Pesantren didirikan bukan semata-mata hanya memberikan pengajaran dan memperkaya pikiran santri (anak didik) dibidang keagamaan, melainkan juga menjadi lembaga yang dipercaya dapat membentuk dan meningkatkan akhlak (moral) serta memotivasi santri untuk menghargai nilai-nilai spiritual dari kitab yang dikaji. Menurut Dhofier (1944:50), “tujuan utama pengajaran ialah untuk mendidik calon-calon ulama. Untuk para santri yang tinggal di pesantren untuk jangka pendek (misalnya kurang dari satu tahun) dan tidak bercita-cita menjadi ulama, mempunyai tujuan untuk mencari pengalaman dalam hal pendalaman perasaan keagamaan.

Realita di Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam (PPTI) AL FALAH Salatiga. Mayoritas anak yang nyantri di sana juga menjalani pendidikan umum. Meskipun pembelajaran di sekolah umum sangat berbeda dengan pembelajaran di pesantren, terutama perbedaan fokus bahan atau materi kajian. Namun hal itu tak menyurutkan semangat para santri untuk mengimbangi keduanya.

Menurut A‟la (2006:30), pesantren yang merupakan lembaga yang

(18)

terhadap segala proses pemudaran nilai-nilai moral lambat tapi pasti mulai terperangkap ke dalam kehidupan yang berlawanan dengan sifat-sifat manusia yang fitri. Untuk itu untuk mengembalikan peran yang demikian, pesantren harus tetap menjalankan dan memberikan pendidikan akhlak kepada santri, karena keberhasilan dan kesuksesan seseorang tak jarang ditentukan dari akhlak yang mereka miliki. Seseorang dapat dikatakan berilmu ketika mereka mampu memahami dan menguasai ilmu pengetahuan yang dipelajari. Dikatakan berhasil Tholabul „Ilmi nyaketika akal, fikiran dan akhlak sejalan. Dengan kata lain tidak hanya sebatas pendalaman dan pemahaman materi, akan tetapi juga penerapannya dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat pada umumnya. Karena sejauh mungkin seseorang mencari ilmu pada akhirnya akan kembali ke masyarakat.

Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang mampu menghantarkan pemiliknya kepada ketakwaan pada Allah SWT. Ketakwaan seseorang akan tumbuh dengan sendirinya ketika ia juga mampu bersikap baik kepada sesama sebagaimana akhlak yang memang seharusnya dimiliki oleh ahli ilmu.

(19)

banyak hal positif yang dirasakan , akan tetapi tak sedikit pula dampak negatif yang ditimbulkan yang menyebabkan rusaknya moral, akhlak dan perilaku dalam diri seseorang terutama usia remaja saat ini.

Dalam dunia pendidikan pesantren sendiri, salah satu dampak adanya modernisasi yang paling terlihat adalah mulai pudarnya akhlak seorang santri terhadap ustadz/kyai bahkan bisa dikatakan telah hilang. Sebagai contoh, tidak berbeda dengan pendidikan formal pada umunya. Ada atau bahkan seringkali santri meremehkan pelajaran dengan mencari atau menciptakan keasyikkan dengan teman sebangku, tidak menjawab salam dari guru, meremehkan tugas yang guru berikan, sehingga dalam kasus ini dapat dikatakan bahwa akhlak terhadap kyai/ustadz tak lagi diperhatikan.

Padahal, sudahlah jelas bahwa dalam dunia pendidikan murid merupakan subyek dan obyek pendidikan yang dalam proses menuju kedewasaaan memerlukan bimbingan dan arahan orang lain dalam pengembangan potensinya. Sedangkan guru dalam dunia pendidikan merupakan seseorang yang harus dan wajib dihormati oleh murid. Karena guru adalah pembimbing jiwa seorang murid yang ia harus mengerti bagaimana seharusnya ia bersikap sebagai hamba Allah SWT. Hal ini

diterangkan oleh Iskandar, (2012:12) menggunakan sebuah sya‟ir dalam

tarjemah kitab Alala dan Nadham Ta‟lim yang berbunyi:

(20)

Yang artinya : “Karena guru adalah pembimbing jiwa dan jiwa adalah mutiara. Sedangkan orang tua adalah pembimbing raga dan raga adalah tempat mutiara.”

Akhlak atau istilah umumnya etika, moral merupakan cerminan diri individu. Akhlak ibarat sampul buku, bukan mengesampingkan peribahasa

yang berbunyi “jangan melihat buku hanya dari sampul”, akan tetapi maksud

dari sampul disini sebagai penambah daya tarik dan perhatian minat pembacanya. Apabila dari tingkah laku, akhlak, moral seseorang dalam kesehariannya baik maka pandangan orang lain pun akan baik terhadapnya, begitu sebaliknya. Nilai-nilai akhlak ini tidak akan terlaksana tanpa campur tangan seorang guru yang dalam dunia pesantren adalah kyai. Karena kyai ibarat dokter, yang apabila nasihatnya tidak dihiraukan maka sakit yang akan didapat. Seorang santri harus siap menerima kebodohannya karena tidak patuh terhadap apa yang guru sampaikan (Iskandar, 2012 : 25).

(21)

mengamalkan apa yang beliau sampaikan. Sebagai contoh tetap bersikap baik dan tetap bersabar terhadap siapa saja yang tidak menyukai apa yang beliau lakukan.

Melalui pengajian dan pembelajaran kitab-kitab akhlak yang beliau berikan tersebut, diharapkan santri tidak hanya sebatas memahami dan mengambil hikmah akan tetapi juga mampu menerapkan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Memperbaiki dan mengaplikasikan apa yang dipelajari dalam kehidupan sehari-hari. Melaksanakan akhlak yang semestinya seorang santri miliki terhadap kyai/ustadz, orang tua, maupun masyarakat.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan, maka penulis berkeinginan untuk meneliti secara lebih mendalam tentang peran kyai dalam pembinaan akhlak santri di Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam AL FALAH Salatiga.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang hendak dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran kondisi akhlak santri di Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah Salatiga Tahun 2015/2016?

(22)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan fokus dan rumusan pertanyaan diatas, maka secara umum yang menjdai tujuan utama dalam pembahasan ini adalah:

1. Untuk mengetahui gambaran kondisi akhlak santri di Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah Salatiga Tahun 2015/2016.

2. Mendeskripsikan peran Kyai dalam pembinaan akhlak santri di Pondok Pesantren Al Falah Salatiga Tahun 2015/2016.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengaruh bagi semua kalangan khususnya bagi santri di Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah Salatiga baik dari segi sikap maupun kepribadian santri. Adapun berbagai manfaat yang diharapkan antara lain adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan menambah wawasan bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya.

(23)

c. Memberikan sumbangan pemikiran sebagai solusi atas permasalahan yang dihadapi lembaga pendidikan islam khususnya pondok pesantren dalam rangka mencetak generasi islam yang berakhlakul karimah. 2. Manfaat Praktis

a. Dengan adanya penelitian ini diharapakan semua pihak baik dari pengasuh, asatidz, pengurus maupun santri mampu mempelajari, memahami dan menerapkan akhlak seorang yang berilmu dalam kehidupan sehari-hari.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan motivasi bagi santri di Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

E. Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesalahpahaman pengertian dan mengetahui secara jelas maksud dari judul skripsi yang penulis bahas, maka dengan ini penulis sampaikan batasan-batasan istilah yang terdapat dalam judul:

1. Peran Kyai

(24)

Peran merupakan fungsi seseorang atau sesuatu dalam kehidupan (KBBI, 2008:1155).

Menurut asal-usulnya, perkataan Kyai dalam bahasa jawa dipakai untuk tiga jenis gelar yang sangat berbeda:

a. Sebagai gelar kehormatan bagi barang-barang yang dianggap keramat;

umpamanya, “Kyai Garuda Kencana” dipakai untuk sebutan Kereta

Emas yang ada di Keraton Yogyakarta.

b. Gelar kehormatan untuk orang-orang tua pada umumnya.

c. Gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada seorang ahli agama Islam yang memiliki atau menjadi pemimpin pesantren dan mengajar kitab-kitab Islam klasik kepada para santrinya. Selain gelar kyai, juga sering disebut seorang alim (orang yang ahli dalam pengetahuan Islamnya) (Dhofier, 1944:55).

2. Pembinaan Akhlak Santri

Pembinaan berasal dari kata dasar bina yang dalam KBBI artinya proses, cara, usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik.

(25)

dalam bahasa Indonesia sebab akhlak meliputi segi-segi kejiwaan dari tingkah laku lahiriah dan batiniah seseorang (Zainuddin & Jambari, 1999:73).

Santri merupakan salah satu unsur terpenting dalam sebuah pomdok pesantren. Sedikitnya ada lima unsur pokok pondok pesantren yakni, kyai, santri, pengajian, asrama dan masjid (Departemen Agama RI, 2003:28).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dikatakan bahwa santri memiliki arti orang yang sedang menuntut agama islam. Sedangkan menurut Efendi & Makhfudli, (2009:313) istilah santri berasal dari bahasa

Sanskerta “shastri” yang memiliki akar kata yang sama dengan kata sastra yang berarti kitab suci, agama dan pengetahuan. Secara simpul, dapat dikatakan santri adalah seseorang yang sedang menuntut ilmu pengetahuan dan keagamaan di pesantren.

(26)

3. Pondok Pesantren

Istilah pondok berasal dari bahasa arab fundug, yang berarti hotel atau asrama. Sedangkan perkataan pesantren berasal dari kata santri, yang dengan awalan pe di depan dan akhiran an berarti tempat tinggal para santri (Dhofier, 1994:18).

Pondok pesantren merupakan asrama sebagai tempat tinggal santri yang sedang menuntut ilmu keagamaan. Dimana santri dan guru tinggal bersama dalam satu lingkungan. Pesantren juga menyediakan masjid untuk beribadah, ruang kelas untuk belajar, dan kegiatan keagamaan lainnya.

F. Sistematika Penulisan

Sistem penulisan skripsi merupakan dasar yang mengatur penyusunan skripsi untuk mempermudah jalan pikiran dalam memahami secara keseluruhan skripsi. Secara garis besar sistematika penulisan skripsi dapat dilihat sebagai berikut:

1. Bagian Awal

(27)

2. Bagian Inti

BAB I : PENDAHULUAN

Meliputi: latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI

Meliputi : Peran Kyai, yang membahas tentang definisi peran, definisi kyai, peran kyai, syarat-syarat kyai. Pembinaan Akhlak Santri, yang membahas tentang definisi pembinaan akhlak santri, definisi akhlak, tujuan pembinaan akhlak, macam-macam akhlak, definisi dan tujuan pembinaan akhlak, definisi santri/murid, kode etik penuntut ilmu/santri. Pondok Pesantren, menjelaskan definisi pondok pesantren, sejarah adanya pesantren, elemen-elemen/unsur pesantren, tujuan pesantren, peran pesantren, karakteristik pesantren, kurikulum pendidikan pesantren, metode pembelajaran pesantren.

BAB III : PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

(28)

BAB VI : PEMBAHASAN

Meliputi: penganalisisan data yang diperoleh mengenai gambaran akhlak santri di Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah, profil dan peran Kyai dalam pembinaan akhlak santri di Pondok Tarbiyatul Islam Al Falah, serta menganalisis bagaimana pergeseran akhlak santri pasca wafatnya sosok Kyai pada tahun 2015/2016 hinggga sekarang.

BAB V : PENUTUP

Meliputi: kesimpulan, saran dan kalimat penutup. 3. Bagian Akhir

(29)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Peran Kyai

1. Pengertian Peran

Peran juga diartikan sebagai serangkaian perilaku yang dihadapkan dengan lingkungan sosial berhubungan dengan fungsi individu dalam berbagai kelompok sosial. Peran merupakan salah satu komponan konsep diri (gambaran diri, ideal diri, harga diri, peran dan identitas diri). Peran merupakan fungsi seseorang atau sesuatu dalam kehidupan (KBBI, 2008:1155).

2. Pengertian Kyai

Sebagai seorang muslim, kita harus mengetahui apa tujuan utama ia bersusah payah mencintai dan mencari ilmu. Sesungguhnya apabila seseorang dalam mencari ilmu menggunakan niat yang salah, misalnya mencari ilmu untuk bersaing mencari popularitas, kebanggaan, kehormatan, kedudukan atau untuk mengungguli orang lain, maka sebenarnya ia telah berusaha menghancurkan agamanya, diri sendiri dan menggadaikan kebahagiaan akhirat dengan kesenangan dunia. Untuk itu benarlah perkataan Rasulullah SAW dalam sabdanya :

(30)

ِالله َلُْٕسَر

Artinya : Bersumber dari Amirul Mu‟minin Abi Hafsh Umar bin Al

Khaththab ra., ia berkata;”Aku telah Rasulullah SAW bersabda; “Sesungguhnya segala amal perbuatan tergantung pada niat, dan bahwasanya bagi tiap-tiap orang apa yang ia niatkan. Maka barangsiapa yang hijrahnya menuju (keridhaan) Allah dan RasulNya, maka hijrahnya itu ke arah (keridhaan) Allah dan RasulNya. Barangsiapa yang hijrahnya itu karena dunia (harta atau kemegahan dunia), atau karena seorang wanita yang akan dinikahinya, maka hijrahnya itu ke arah yang ditujunya. (HR. Bukhari Muslim) hal ini diungkapkan oleh Sunarto, (2011:19-20).

Apabila niat dan tujuan dalam mencari ilmu adalah untuk mencari petunjuk, bukan hanya mencari kepandaian berbicara maka sesungguhnya kegembiraan telah kita dapatkan. Karena ketika seseorang yang mencari ilmu dengan niat demikian, ketika berjalan para malaikat membeberkan sayapnya dan rela diinjak dan ikan-ikan di laut memohonkan ampunan untuknya dari Allah SWT (Al Ghazali, 2013:9). Semoga Kita semua termasuk di dalamnya, amin.

(31)

pemrakarsa berdirinya pesantren, dengankan hubungan antara santri dan kyai serta hubungan masyarakat dengan kyai menunjukkan kekhasan lembaga ini (Muin dkk, 2007:1).

Yasmadi (2002:63) menjelaskan bahwa keberadaan seorang kyai dalam lingkungan sebuah pesantren laksana jantung bagi kehidupan manusia. Intensitas kyai memperlihatkan peran yang otoriter , disebabkan karena kyailah perintis, pendiri, pengelola, pengasuh, pemimpin, dan bahkan juga pemilik tunggal sebuah pesantren. Oleh sebab alasan ketokohan di atas, banyak pesantren yang akhirnya bubar lantaran ditinggal wafat kyainya. Sementara kyai tidak memiliki keturunan yang dapat melanjutkan usahanya.

(32)

Hubungan pemimpin pesantren dengan para santrinya tampaknya tidak hanya terbatas pada hubungan antara guru dan murid belaka. Akan tetapi, lebih dari itu yaitu hubungan timbal balik di mana santri menganggap kyainya sebagai bapaknya sendiri., sementara itu kyai menganggap santrinya sebagai titipam Tuhan yang senantiasa harus dilindungi (hubungan antara orang tua dan anak). Peranan kyai sebagai guru tentunya sebagai tempat bertanya. Kemudian, peranannya sebagai orang tua, kyai merupakan tempat di mana santri mengadu, terutama ketika santri mempunyai masalah yang tidak dapat dipecahkan sendiri (Galba, 2004: 62-64).

Seperti yang sudah penulis jelaskan sebelumnya, selain peran kyai sebagai pendiri, pengasuh, pengelola maupun pemilik tunggal pesantren, kyai juga merupakan guru yang membimbing dan membina santri untuk memperoleh ilmu keagamaan yang diharapkan dapat menyampaikan seorang hamba kepada ketaqwaan terhadap Allah SWT. Mereka bukan petani, tetapi pemimpin dan pengajar, yang memiliki kedudukan tinggi di masyarakat. Profesi mereka sebagai pengajar dan penganjur Islam membuahkan pengaruh yang melampaui batas-batas desa (bahkan kabupaten) di mana pesantren mereka berada (Dhofier, 1994:56).

(33)

sebagai pemilik pesantren juga berperan sebagai guru. Guru merupakan komponen pembelajaran yang memegang peranan penting dan utama. Tugas guru dalam pendidikan lingkup pesantren tak berbeda dengan peran guru dalam pendidikan formal adalah menyampaikan materi dan informasi kepada santri seputar ilmu pengetahuan dan ilmu keagamaan melalui metode atau cara tertentu ketika pembelajaran berlangsung.

Kata guru berasal dalam bahasa Indonesia yang berarti orang yang mengajar. Dalam bahasa Inggris, dijumpai kata teacher yang berarti pengajar. Sedang dalam bahasa Arab istilah yang mengacu kepada pengertian guru lebih banyak lagi seperti al „alim (jamaknya ulama) atau al mu‟allim, yang berarti orang yang mengetahui dan banyak digunakan para ulama/ahli pendidikan untuk menunjuk pada hati guru. Sebagian ulama menggunakan istilah al mudarris untuk arti orang yang mengajar atau orang yang memberi pelajaran. Istilah ustadz untuk menunjuk kepada arti guru yang khusus mengajar bidang pengetahuan agama islam. (Nata, 2001:41-42).

(34)

Dalam islam, guru di katakan sebagai al „alim artinya orang yang

berilmu atau orang yang memiliki ilmu, yang dalam hal ini seorang guru harus mampu mengamalkan ilmunya sebagaimana sabda Rasulullah SAW dalam kitab Tarikh Baghdad yang berbunyi:

.ٍر اََ ٍِْي ٍو اَجِهِب ِتَي اَيِقْنا َوَْٕي ُالله ًََُّجْنَا ًََُّخَكَف ًاًْهِع َىَّهَع ٍَْي : ىعهص ِالله ُلُْٕسَر َلاَق

Artinya: “Barangsiapa saja ditanya tentang ilmu kemudian menyimpan ilmunya ( tidak mau mengajarkan), maka Allah akan mengekang dia dengan kekangan api neraka pada hari kiamat”.

Sabda Rasulullah SAW di atas cukup menjadi bukti dan alasan mengapa guru harus mengamalkan ilmu yang mereka miliki,baik ilmu pengetahuan umum maupun ilmu agama. Allah SWT telah menjanjikan sebuah nikmat tersendiri bagi orang yang berilmu. Hal ini dijelaskan dalam FirmanNya:

: تنداجًنا( ... ٍثاَجَرَد َىْهِعْنا إُْحُٔا ٍَْيِذَّنأَ ْىُكُِْي إَُُْيا ٍَْيِذَّنا ُالله ِعَفْزَي

11

)

Artinya : ... Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat ... (Q.S Al Mujadilah : 11)

(35)

a. Taqwa kepada Allah

Guru, sesuai dengan tujuan Ilmu Pendidikan Islam, tidak mungkin mendidik murid bertaqwa kepada Allah sedangkan ia sendiri tidak bertqwa kepada Nya. Sebab seorang guru merupakan teladan bagi muridnya sebagaimana Rasulullah SAW menjadi teladan bagi sahabat dan umatnya. Sejauh mana seorang guru mampu memberi teladan yang baik kepada murid-muridnya sejauh itu pula ia dapat diperkirakan berhasil mendidik mereka agar menjadi generasi penerus bangsa dan agama yang baik dan mulia.

b. Berilmu

Ijazah bukan semata-mata secarik kertas, tetapi suatu bukti bahwa pemiliknya telah mempunyai ilmu pengetahuan dan kesanggupan tertentu yang diperlukannya untuk menerima sebuah jabatan.

(36)

c. Sehat jasmani

Kesehatan jasmani kerap kali dijadikan salah satu syarat bagi mereka yang melamar untuk menjadi guru. Guru yang mengidap penyakit menular umpamanya sangat membahayakan bagi kesehatan anak-anak. Di samping itu, guru yang memiliki penyakit tidak akan bergairah mengajar.

Kita kenal ucapan “Mens Sana In Corpore Sano”, yang artinya di dalam

tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat. Walaupun pepatah itu mungkin tidak benar secara menyeluruh, akan tetapi bahwa kesehatan badan sangat mempengaruhi semangat bekerja. Sangatlah jelas guru yang sering kali sakit-sakitan kerapkali terpaksa absen dan tentunya merugikan anak-anak.

d. Berkelakuan baik

(37)

B. Pembinaan Akhlak Santri

1. Pengertian Pembinaan Akhlak

Pembinaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:152) adalah usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Pembinaan adalah kegiatan yang mempertahankan dan menyempurnakan apa yang telah ada dengan mengamalkan pengetahuan yang telah diperoleh dalam kehidupan sehari-hari (Syafaat dkk, 2008:153).

Akhlak berasal dari Bahasa arab khuluq, yang jamaknya “akhlaaq” artinya tingkah laku, perangai, tabiat, watak, moral etika atau budi pekerti. Kata akhlak ini lebih luas artinya dari moral atau etika yang sering dipakai dalam bahasa Indonesia sebab akhlak meliputi segi-segi kejiwaan dari tingkah laku lahiriah dan batiniah seseorang (Zainuddin & Jambari, 1999:73).

Akhlak adalah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam pada diri seseorang yang selalu melekat pada dirinya. Sifat ini berupa perbuatan baik yang disebut akhlak mulia (akhlakul mahmudah/karimah) atau berupa perbuatan buruk, yang disebut akhlak tercela (akhlakul madzmumah/sayyiah).

(38)

menuju ke arah surga di sisi Allah yang Maha Penyayang. Sebaliknya, akhlak yang rendah merupakan penyakit hati dan jiwa yang menghilangkan kehidupan abadi, tidak sama halnya dengan penyakit badan yang hanya dapat mengikis kehidupan jasad. Maksud dari penjelasan tersebut kurang lebih mengatakan bahwa kahlak yang baik akan membawa pemiliknya menuju surga sedang akhlak yang buruk akan menghilangkan kedamaian yang abadi.

(39)

Selanjutnya Akhlak terhadap Tuhan antara lain dengan mengenal, mengetahui, mendekati dan mencintaiNya; melaksanakan segala perintahNya dan menjauhi larangannya; menghiasi diri dengan sifat-sifatNya atas dasar kemampuan dan kesanggupan manusia; membumikan ajaranNya dalam kehidupan inividu, masyarakat dan bangsa.

Untuk itu selain kepada Allah sebagai Tuhan semesta alam, akhlak terhadap sesama manusia perlu di perhatikan. Hal ini mengingat perkembangan zaman yang dikhawatirkan dapat menyebabkan luntur bahkan hilangnya rasa saling menghargai sesama manusia. Baik berupa akhlak kepada orang tua, guru, saudara dekat maupun orang yang belum dikenal sebelumnya.

Jadi dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan pembinaan akhlak adalah sebuah usaha atau kegiatan yang dilakukan secara efisien untuk merubah, memperbaiki dan menyempurnakan tingkah laku seseorang.

2. Pembinaan Akhlak

(40)

membentuk akhlak dan budi pekerti yang sanggup menghasilkan orang-orang yang bermoral, laki-laki maupun perempuan, jiwa yang bersih, kemauan yang keras, cita-cita yang benar dan akhlak yang tinggi, tahu arti kewajiban dan pelaksanaannya, menghormati hak asasi manusia, tau membedakan baik dan buruk, memilih suatu fadhilah karena ia cinta pada fadhilah, menghindari suatu perbuatan yang tercela, karena ia tercela dan mengingat Tuhan dalam setiap pekerjaan yang mereka lakukan.

Sedangkan tujuan pembinaan moral dan akhlak dalam Islam ialah untuk membentuk orang-orang berakhlak baik, keras kemauan, sopan dalam ucapan dan perbuatan, mulia dalam tingkah laku dan perangai , bersifat bijaksana, sempurna, beradab, ikhlas, jujur dan suci (Bustomi & Basri, 1970:109).

3. Pengertian Santri

Santri merupakan salah satu unsur terpenting dalam sebuah pomdok pesantren. Sedikitnya ada lima unsur pokok pondok pesantren yakni, kyai, santri, pengajian, asrama dan masjid (Departemen Agama RI, 2003:28).

(41)

Sanskerta “shastri” yang memiliki akar kata yang sama dengan kata sastra yang berarti kitab suci, agama dan pengetahuan.

Menurut tradisi pesantren Dhofier (1994:51-52), menjelaskan terdapat 2 kelompok santri:

a. Santri mukim yaitu murid-murid yang berasal dari daerah yang jauh dan menetap dalam kelompok pesantren. Santri mukim yang paling lama tinggal di pesantren tersebut biasanya merupakan satu kelompok tersendiri yang memegang tanggungjawab mengurusi kepentingan pesantren sehari-hari; mereka juga memikul tanggungjawab mengajar santri-santri muda tentang kitab-kitab dasar dan menengah. Dalam sebuah pesantren yang besar (dan masyhur) akan terdapat putra-putra kyai dari pesantren-pesantren lain yang belajar disana. Mereka ini biasanya akan menerima perhatian istimewa dari kyai.

(42)

Selain santri mukim dan santri kalong tersebut di atas, Mulkhan (1998:143) menambahkan santri pasan yakni santri-santri yang hanya datang pada bulan puasa saja, malah ada yang sudah menjadi kyai.

Sebagai seorang penuntut ilmu mengikuti serangkaian kode etik agar berhasil dalam belajar. Asari (2008:67-73) menyebutkan kode etik sang murid ada sepuluh yang merupakan dasar kesiapan menjadi penuntut ilmu yang baik yakni sebagai berikut:

a. Membersihkan hati dari kotoran, sifat buruk, aqidah keliru dan akhlak tercela. Dengan hati bersih seseorang akan lebih mudah menerima ilmu pengetahuan, menyerap pengertian dan rahasia halus yang diterima dari guru sepanjang belajar.

b. Meluruskan niat. Sang murid harus menuntut ilmu demi Allah

SWT menghidupkan syari‟at islam, menyinari hati dan mengasah

batin dalam rangka mendekatkan diri kepadaNya.

(43)

Imam Al Syafi‟i diceritakan berkata, sesungguhnya orang yang

menuntut ilmu dalam kesusahan lebih berhasil ketimbang mereka yang menuntut ilmu dalam kemewahan dari kesenangan.

e. Membuat jadwal kegiatan yang ketat. Ibn Jama‟ah menghendaki penuntut ilmu mengalokasikan waktu waktu secara jelas ke dalam satu jadwal kegiatan harian. Setiap satu hari diisi kegiatan belajar yang relevan.

f. Menghindari makan terlalu banyak. Yang terbaik adalah sedikit makanan yang halal. Di samping makruh, makan terlalu banyak menimbulkan banyak menimbulkan malas dan kantuk, bahkan beragam penyakit.

g. Bersifat wara‟ dan menjaga agar setiap kebutuhan dan keluarga, makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal dan lain-lain, selalu dari bahan yang diperoleh lewat cara yang halal.

h. Mengurangi konsumsi makanan yang menyebabkan kebodohan dan lemahnya indera seperti apel asam, kubis atau cuka. Juga konsumsi makanan yang berlemak secara berlebihan seperti susu dan ikan. Kebanyakan lemak dapat menumpulkan otak dan menggemukan tubuh.

(44)

dalam rangka istirahat serta menyegarkan kembali badan dan pikiran untuk kembali belajar.

j. Membatasi pergaulan hanya dengan orang yang bisa bermanfaat

bagi belajar. Ibn Jama‟ah mengingatkan agar penuntut ilmu

berhati-hati dalam memilih teman dan secara baik-baik memutuskan persahabatan dengan orang yang diduga akan menimbulkan gangguan. Ini sangat penting bagi konsentrasi dan efisiensi waktu sang penuntut ilmu.

C. Pondok Pesantren

1. Pengertian Pondok Pesantren

Istilah pondok berasal dari bahasa arab fundug, yang berarti hotel atau asrama. Sedangkan perkataan pesantren berasal dari kata santri, yang dengan awalan pe di depan dan akhiran an berarti tempat tinggal para santri (Dhofier, 1994:18).

Sedang perkataan pesantren berasal dari kata santri, dengan awalan pe di depan dan akhiran an berarti tempat tinggal para santri. Di Indonesia istilah pesantren lebih populer dengan sebutan pondok pesantren (Yasmadi, 2002: 61-62).

(45)

dengan makna keislaman, tetapi juga mengandung makna keaslian Indonesia (indigeous). Sebab, lembaga yang serupa pesantren ini sebenarnya sudah aja sejak pada masa kekuasaan Hindu-Budha. Sehingga Islam tinggal meneruskan dan mengislamkan lembaga pendidikan yang sudah ada. Tentunya ini tidak berarti mengecilkan peranan Islam dalam memelopori pendidikan di Indonesia.

(46)

seolah-olah sebagai bapaknya sendiri, sedangkan kyai menganggap para santri sebagai titipan Tuhan yang harus senantiasa dilindungi.

Salah satu tradisi agung (Great Tradition) di Indonesia adalah tradisi pengajaran agama Islam seperti yang muncul di Pesantren Jawa dan lembaga-lembaga serupa di luar Jawa serta Semenanjung Malaya. Alasan pokok munculnya pesantren ini adalah untuk mentransmisikan Islam tradisional sebagaimana yang terdapat dalam kitab-kitab klasik yang ditulis berabad-abad lalu. Kitab-kitab ini di Indonesia dikenal sebagai kitab kuning (Martin, 1995:1).

Pesantren dapat disebut sebagai lembaga non-formal, karena eksistensinya berada dalam jalur sistem pendidikan kemasyarakatan. Ia memiliki program pendidikan yang disusun sendiri dan pada umumnya bebas dari ketentuan formal. Program ini mengandung pendidikan formal, non-formal dan informal yang berjalan sepanjang hari dalam sistem asrama. Dengan demikian pesantren bukan saja tempat belajar, melainkan merupakan proses hidup itu sendiri (P3M, 1988: 110).

Sebagai lembaga pendidikan, dapat disebut pondok pesantren apabila di dalamnya terdapat sedikitnya lima unsur, yaitu:

(47)

c. Pengajian d. Asrama

e. Masjid dengan segala aktivitas pendidikan keagamaan dan kemasyarakatannya (Departemen Agama RI, 2003: 28).

2. Tujuan Pesantren

Sejak awal pertumbuhannya, tujuan utama pondok pesantren adalah (1) menyiapkan santri mendalami dan menguasai ilmu agama Islam atau lebih dikenal dengan tafaqquh fid-din, yang diharapkan dapat mencetak kader-kader ulama dan turut mencerdaskan masyarakat Indonesia, kemudian diikuti dengan tugas (2) dakwah menyebarkan agama Islam dan (3) benteng pertahanan umat dalam bidang akhlak (Departemen Agama RI, 2003:9).

3. Peran Pesantren

Menurut Muin,dkk (2007:20) pada awalnya kebanyakan pesantren berdiri lebih didasarkan pada motivasi dasar hanya untuk mengembangkan keilmuan agama. Dalam kaitan ini, pesantren memiliki tiga peran yaitu;

(48)

4. Karakteristik Pondok Pesantren

Yasid, dkk (2018:178-180) menjelaskan bahwa, Mukti Ali dan Alamsyah Ratu Prawiranegara melakukan identifikasi karakteristik yang menjadi ciri khas pondok pesantren. Pertama, adanya hubungan akrab antara para santri dengan kyai. Kedua, ketundukan santri pada figur kyai. Ketiga, kesederhanaan dan hemat. Keempat, kemandirian. Kelima,

ta‟awun atau tolong menolong dalam suasana persudaraan. Keenam, disiplin dalam memanfaatkan waktu dan berpakaian. Ketujuh, sikap mental berani menderita telah menjadi bagian yang integral di kalangan para santri. Kedelapan, kehidupan agama yang baik. Kesembilan, kultur kitab kuning dan wacana keislaman klasik yang sangat kuat dalam tradisi pondok pesantren.

5. Kurikulum Pendidikan Pesantren

(49)

Mengenai sistem pengelompokkan untuk mempermudah sampainya sebuah ilmu pengetahuan dalam proses pembelajaran, Muhtarom (2005:117-118) mengatakan bahwa sekarang ini banyak pondok pesantren menggunakan sistem klasikal dan memasukkan pelajaran umum sebagai suatu bagian yang dianggap penting dalam tradisi pondok pesantren tradisional, tetapi pembelajaran kitab-kitab klasik (kitab kuning) tetap diajarkan sebagai upaya untuk meneruskan tujuan utama pondok pesantren, yakni mendidik calon-calon ulama yang setia kepada paham Islam tradisional. Pengajaran ilmu-ilmu ini diberikan jenjang-jenjang kelas. Santri pada awalnya diajarkan pengetahuan-pengetahuan yang dasar berlanjut sampai pada pengetahuan yang lebih tinggi.

(50)

Kedua, pesantren khalafiyyah. Khalaf berarti “kemudian” atau

“belakang” atau “modern”. Pesantren khalafiyyah berarti pondok pesantren yang menyelenggarakan kegiatan pendidikan dengan pendidikan modern., melalui satuan pendidikan formal, baik berupa madrasah (MI, MTs, MA atau MAK) maupun sekolah/kampus. Pesantren khalaf menerima hal-hal yang baru yang dinilai baik, sembari tetap mempertahankan tradisi lama yang baik. Pesantren jenis ini mengajarkan pelajaran umum di madrasah dengan sistem klasikal, dan membuka sekolah//kampus umum di lingkungan pesantren. Dengan alasan itu, masyarakat menyebutnya sebagai pesantren modern atau khalafiyyah.

(51)

Namun, apabila dilihat dari sisi muatan materi kurikulumnya, Bruinessen membagi pondok pesantren menjadi dua bagian, yakni; Pertama, pondok pesantren yang hanya mengajarkan cara membaca huruf arab dan menghafal beberapa bagian atau seluruh Al Qur‟an. Kedua, pondok pesantren yang mengajarkan kepada para santrinya berbagai kitab fiqh, ilmu aqidah dan kadang-kadang amalan sufi, di samping tata bahasa Arab (Nahwu dan Sharaf).

6. Metode Pembelajaran

Selama kurun waktu yang sangat panjang pondok pesantren telah memperkenalkan dan menerapkan beberapa metode pembelajaran seperti wetonan (bandongan), sorogan hapalan (tahfidz), mudzakarah (musyawarah/munazharah), halaqah (seminar) dan majelis ta‟lim (Departemen Agama RI, 2003:10).

D. Kajian Pustaka

Dari hasil pembahasan mengenai penelitia yang berjudul “Peran Kyai Dalam Pembinaan Akhlak Santri di Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah Salatiga Tahun 2015/2016” memiliki keterkaitan dengan hasil penelitian terdahulu diantaranya:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Uswatun Khasanah (2017) yang berjudul

(52)

menerangkan tentang peran guru agama. Sedangkan perbedaannya adalah pada penelitian ini pembentukan karakter santri, sedang pada penelitian saya pembinaan akhlak santri.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Inggi Putri Pradana (2017) yang berjudul

“Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam Membina Kecerdasan Spiritual Pada Siswa Kelas XI IPS di SMA Negeri Bringin”. Persamaan

dengan hasil penelitian saya adalah menerangkan tentang peran guru agama dan bertujuan untuk pembinaan. Sedang perbedaannya adalah pada penelitian ini pembinaan kecerdasan spiritual terhadap siswa di sekolah formal. Sedangkan penelitian saya pembinaan akhlak terhadap santri di pondok pesantren.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Elia Widyawati (2017) yang berjudul

“Pembinaan Akhak Anak Pada Orangtua Pekerja Pabrik Di Dusun

Ngumpul Desa Kedungumpul Kecamatan Kandangan Kabupaten

Temanggung”. Persamaan dengan hasil penelitian saya adalah pembinaan

yang berkaitan dengan akhlak anak. Sedang perbedaannya adalah pada penelitian ini anak yang dimaksud adalah putra-putri dari orang tua pekerja pabrik. Sedangkan penelitian saya pembinaan yang berikan kepada anak yang sedang menuntut ilmu di pondok pesantren atau santri. 4. Penelitian yang dilakukan oleh Atik Walidaik (2017) yang berjudul Peran

Guru Dalam Mengatasi Masalah Kenakalan Remaja”. Persamaan dengan

(53)
(54)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Setiap penelitian memerlukan sebuah pendekatan dann jenis penelitian yang relevan dengan masalah yang dihadapi. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian lapangan dengan pendekatan kualitatif.

Pendekatan kualitatif merupakan penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistic dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbgai metode alamiah (Moleong, 2009:6).

(55)

pembinaan akhlak santri. Sehingga dimungkinkan akan terdapat perbedaan yang terlihat yang berkaitan pada akhlak yang dimiliki santri dulu dan sekarang.

Kehadiran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai pengumpul dan dan mengenai peran Kyai dalam pembinaan akhlak santri. Peneliti juga merupakan saksi yang ikut terlibat dalam peraturan, ketegasan, dan kedisiplinan Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah yang beliau pimpin.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini berlangsung dan bertempat di Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah, Jalan Bima No.02, Dukuh, Sidomukti, Salatiga. Penelitian dilakukan sejak bulan Juli 2018.

C. Sumber Data

Data-data yang dijadikan acuan penulis dalam penelitian ini diambil dari sumber diantaranya:

1. Sumber Data Primer

(56)

dikaji dan bersedia memberikan data yang diperlukan. Yang menjadi sumber data primer dari penelitian ini adalah ibu pengasuh/yang mewakili dan dewan asatidz.

Penelitian menggunakan data ini untuk memperoleh langsung data tentang sosok Kyai serta kepribadian beliau sehingga menjadi panutan dan terkenang baik di lingkungan pesantren maupun di luar pesantren, juga peran beliau yang secara mutlak menjadi pedoman keluarga ndalem, dewan asatidz/ah maupun pengurus dalam proses pembinaan akhlak santri Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah Salatiga.

2. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah data yang mendukung dan melengkapi sumber-sumber data primer. Adapun sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah beberapa santri putra maupun putri, pengurus dan dokumen-dokumen lain yang melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui wawancara sebelumnya. D. Prosedur Pengumpulan Data

(57)

1. Metode Observasi

Menurut Arikunto, (2014:199) “Observasi adalah kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh

alat indra”. Observasi dilakukan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan informasi atau data yang diperoleh dengan cara pengamatan. Dalam melakukan proses observasi ini, peneliti menggunakan sarana utama yakni indera penglihatan dengan obyek pengamatan berupa tindakan atau perilaku responden di lokasi penelitian. Penulis dalam penelitian menggunakan metode ini untuk mendapatkan data keadaan lokasi penelitian dan keadaan santri Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah.

(58)

Menurut Muliawan, (2014:179) teknik pengamatan menurut jenis aplikasinya terdiri dari dua bentuk. Teknik pengamatan langsung dan tidak langsung. Teknik pengamatan langsung adalah teknik dimana peneliti terlibat langsung dalam pengamatan yang dilakukan terhadap objek. Sedangkan teknik tidak langsung peneliti memanfaatkan pihak ketiga sebagai perantara. Pihak ketiga atau perantara ini biasanya mempunyai kedekatan emosional dana atau sosial dengan objek yang diamati sehingga memiliki banyak data dan informasi yang dibutuhkan peneliti.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan kedua teknik tersebut. Teknik langsung dilakukan dengan cara melihat langsung keadaan pondok pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah, baik berupa sarana prasarana, kegiatan belajar mengajar, tenaga pengajar, dan lain sebagainya. Sedangkan teknik tidak langsung peneliti melibatkan pihak ketiga untuk mengetahui keadaan santri dalam hal akhlak dan kepribadian, peran Kyai dalam pembinaan akhlak santri di Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah, sehingga akan terlihat perbedaan kondisi akhlak santri semasa hidup sampai dengan setelah beliau wafat.

2. Metode Interview

(59)

pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancara dengan memberikan jawaban atas pertanyaan itu. (Zuldafiar & Lahir, 2012:68)

Bungin (2011:155-156), menyebutkan macam-macan wawancara antara lain:

a. Wawancara oleh tim atau panel. Wawancara ini dilakukan tidak hanya oleh satu orang, begitu juga yang diwawancarai bisa beberapa orang dengan satu pewawancara.

b. Wawancara tertutup dan wawancara terbuka. Wawancara tertutup dilakukan dalam kondisi subjek tidak mengetahui kalua diwawancarai, sedangkan wawancara terbuka dilakukan dengan subjek menyadari dan tahu tujuan dari wawancara.

c. Wawancara riwayat secara lisan. Jenis ini adalah wawancara terhadap orang-orang yang pernah membuat sejarah atau yang telah membuat karya lainnya. Maksud dari wawancara ini adalah untuk mengungkapkan riwayat hidup, pekerjaannya, kesenangannya, pergaulannya dan sebagainya.

(60)

terstruktur merupakan wawancara yang pertanyaannya tidak disusun terlebih dahulu atau dengan kata lain sangat tergantung dengan keadaan atau subjek.

Sedangkan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam dan pengamatan. Pengamatan dilakukan untuk mengumpulkan data atau informasi berkenaan dengan pandangan latar belakang pendidikan. Wawancara dilakukan dalam bentuk percakapan informal dengan menggunakan lembaran wawancara yang berisi tentang gambaran umum akhlak santri di pondok pesantren, menggali informasi biografi KH. Zoemri RWS, dan sejauh mana peran beliau sebagai seorang pemimpin sebuah pesantren khususnya dalam hal pembinaan akhlak santri. Pada metode ini penulis mewawancarai narasumber diantaranya; pengasuh, beberapa ustadz/ah, beberapa perwakilan pengurus pondok, beberapa santri baik putra maupun putri dan beberapa masyarakat sekitar pondok pesantren.

3. Metode Dokumentasi

(61)

Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang bagaimana kondisi akhlak santri terkait dengan peraturan yang pengurus tetapkan, serta seberapa jauh peran Kyai dalam pembinaan akhlak santri melihat dari beberapa pelanggaran-pelanggaran peraturan yang terjadi setelah beliau wafat. Menurut Arikunto (2014:274), metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, dan sebagainya. Dokumentasi yang penulis gunakan adalah hasil wawancara. Hasil wawancara tersebut digunakan untuk menelaah lebih mendalam tentang informasi yang disampaikan yang berkaitan dengan masalah penelitian.

E. Analisis Data

Analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain (Moleong, 2009:248).

(62)

analisis dan penafsiran. Kesimpulan mengandung implikasi dan saran untuk pengambilan kebijakan selanjutnya.

Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber. Data yang beraneka ragam dibaca, dipelajari ditelaah dan direduksi dengan jalan membuat rangkuman ini (abstraksi). Setelah melakukan abstraksi data disusun sesuai tema-tema. Kemudian dilanjutkan penafsiran sebagai hasil temuan sementara (jangan langsung percaya dengan hasil temuan). Temuan sementara tersebut ditelaah secara berulang-ulang hingga mampu menjadi sebuah teori substansi (Basrowi & Suwandi, 2008:193-194).

Pada tahap ini, analisis data memiliki prinsip pokok diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Konsep dasar analisis data

(63)

b. Menemukan tema dan merumuskan hipotesis

Basrowi & Suwandi (2008:91-92) dalam bukunya menjelaskan bahwa Bagdan Taylor menganjurkan beberapa petunjuk untuk diikuti dalam usaha untuk menemukan tema perumusan hipotesis, yaitu:

1) Membaca dengan teliti catatan lapangan

Seluruh data, baik yang berasal dari pengamatan, wawancara, komentar peneliti sendiri, gambar atau foto dan dokumen lainnya harus di baca dan ditelaah secara mendalam.

2) Memberi kode pada beberapa judul pembicaraan tertentu

Hal ini bertujuan untuk mempermudah dalam pempelajari dan menelaah kembali data-data yang diinginkan.

3) Menyusun menurut tipologi

Kerangka klasifikasi atau tipologi akan bermanfaat dalam menemukan tema dalam pembentukkan hipotesis.

(64)

c. Menganalisis berdasarkan hipotesis

Setelah memformulasikan hipotesis, peneliti mengalihkan pekerjaan analisisnya dengan mencari dan menemukan apakah hipotesis itu didukung atau ditunjang oleh data dan apakah hal itu benar.

F. Pengecekan Keabsahan Data 1. Kriteria Keabsahan Data

Zuldafrial & Lahir (2012:89) menjelaskan, keabsahan data merupakan padanan dari konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (reabilitas) menurut versi penelitian kuantitatif dan disesuaikan dengan tuntutan pengetahuan, kriteria dan paradigmanya sendiri.

Untuk menetapkan keabsahan (trustorthiness) data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Ada empat kriteria yang digunakan, yaitu derajat kepercayaan (creadibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability) dan kepastian (confirmability).

2. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

(65)

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Ia juga menjelaskan, Denzin membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik dan metode.

Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal itu dapat dicapai dengan jalan: (1) membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara; (2) membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi; (3) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu; (4) membandingkan keadaan dan perspeksit seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan; (5) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

(66)

Triangulasi penyidik ialah dengan jalan memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekkan kembali drajat kepercayaan data.

Triangulasi dengan teori, Moleong (2009:331) menjelaskan bahwa menurut Lincoln dan Guba, berdasarkan anggapan bahwa fakta tidak dapat diperiksa derajat kepercayaannya dengan satu atau lebih teori. Sedangkan Patton berpendapat lain, yaitu bahwa hal itu dapat dilaksanakan dan hal itu dinamakannya penjelasan banding (rival eksplanation).

(67)

BAB IV

PAPARAN DAN ANALISIS DATA

A. Paparan Data

Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam “Al Falah” berdiri pada tahun

1986, diasuh oleh KH. M Zoemri RWS bersama istri beliau Nyai Hj. Latifah. Pondok Pesantren ini berdiri di atas tanah milik pribadi yang mendapat dorongan dari masyarakat sekitar dan pemerintah. Awalnya muassis hanya menerima dan menampung santri putra dan putri dari lingkungan sekitar, yang kemudian diikuti oleh santri dari daerah sekitarnya. Seiring perkembangan zaman, Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah dituntut pula untuk menampung aspirasi masyarakat yang membutuhkan pendidikan agama lebih mapan lagi. Untuk itu, pada tahun 1990, KH. M Zoemri mendirikan madrasah diniyyah yang materi pelajaran khusus agama. Adapun waktu pendidikan yang harus ditempuh adalah 7 tahun yang mana diwajibkan bagi santri putra maupun putri. Melihat keadaan santri yang mayoritas berpendidikan formal,

maka pengajian madrasah diniyyah dimulai pada ba‟da ashar (± pukul 15:30) , ba‟da maghrib sampai isya (± pukul 18.30-19.30) , ba‟da isya (± pukul 20.0

0-22.30) serta ba‟da subuh sampai dengan jam 6 pagi.

(68)

qur‟an, Bahasa arab dan menjahit. Selain itu pada tahun penelitian dilakukan

yakni 2017, ditambahkan ekstrakurikuler UPS ( Unit Pengembangan Santri), UKS (Unit Kesehatan Santri) dan BUMP (Badan Usaha Milik Pesantren). Berbagai pendidkan tambahan berupa ekstrakurikuler ini didirikan dengan dasar, santri mampu berkreasi dan mempunyai skill untuk terjun di masyarakat serta mampu mengubah masyarakat yang terbelakang menjadi masyarakat yang berkembang.

Sepuluh tahun kemudian, tepatnya pada tahun 2005 karena melihat tantangan zaman yang semakin menggejolak dan bahkan santri dituntut untuk bisa menyikapinya maka pada tahun tersebut didirikan SMK Al Falah dengan 2 jurusan, yaitu Otomotif dan Tata Busana.

Dua puluh tahun kemudian, tepatnya pada Sabtu pagi 3 Oktober tahun 2015 berita duka menyelimuti keluarga besar Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah karena KH. M Zomri RWS berpulang ke Rahmatullah dengan tenang. Semoga amal ibadah beliau diterima disisi Allah SWT, amin amin ya

(69)

1. Letak Geografis PPTI Al Falah

Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah terletak di ujung barat Kota Salatiga yang berdekatan dengan Kab. Semarang Jl. Bima No. 02, Rt 02/02 Dusun Ngemplak, Kel. Dukuh, Kec. Sidomukti, Kota Salatiga 50722.

2. Dasar dan Tujuan a. Dasar

Al Qur‟an dan As Sunnah merupakan landasan dasar yang

digunakan oleh Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah dalam menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran sehingga hasilnya akan lebih terarah dan firah yang dimilikinya akan lebih terjaga dari berbagai kemungkinan dalam perjalanan peradaban umat manusia

dewasa ini. Pemahaman terhadap Al Qur‟an dan As Sunnah tersebut

dijabarkan dalam sikap dan perilaku santri, maka dasar tersebut adalah sebagai berikut:

1) Dasar atau asas yang akan memberi ruh di Pondok Pesantren

Tarbiyatul Islam Al Falah Salatiga adalah Al Qur‟an dan As

Sunnah.

(70)

Dengan dasar dan pengertian tersebut di atas, maka sikap dan perilaku sehari-hari yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah Salatiga harus mencerminkan suatu pelaksanaan disiplin, yaitu disiplin terhadap diri sendiri dan disiplin terhadap Allah SWT. ( Diambil dari papan pemberitahuan dasar dan tujuan PPTI Al Falah)

b. Tujuan

Pada dasarnya tujuan Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah mempunyai tujuan yang sangat signifikan, yakni:

1) Tujuan Umum

Membimbing anak didik menjadi manusia yang berkepribadian islami yang sanggup dengan ilmu agamanya menjadi mubaligh islam dalam masyarakat sekitar melalui ilmu dan amalnya.

2) Tujuan Khusus

a) Pembinaan suasana hidup dalam Pondok Pesantren sebaik mungkin sehingga berkesan pada jiwa santri.

b) Memberikan pengertian keagamaan melalui pengajaran Ilmu Agama Islam.

(71)

d) Mewujudkan Ukhuwah Islamiyah dalam Pondok Pesantren dan sekitarnya.

e) Memberikan Pendidikan dan Ketrampilan civic dan Kesehatan Olahraga kepada santri.

f) Mengusahakan perwujudan segala aktivitas dalam pesantren yang mungkin pencapaian tujuan umum tersebut.

g) Membantu sumber daya santri yang memiliki nilai dan sikap agamis, pengetahuan, kecerdasan, ketrampilan, kemampuan komunikasi dan kesadaran akan ekologi lingkungan.

h) Melahirkan dan menciptakan alumni pesantren yang figur keilmuan yang begitu tangguh dan mampu memainkan propertinya pada masyarakat secara umum.

i) Menciptakan siswa dan santri yang berbasic IMTAQ dan IPTEK.

c. Visi dan Misi Visi

(72)

Misi

a. Menyiapkan alumni yang menguasai ilmu pengetahuan umum maupun agama yang mempunyai iman dan taqwa berdasarkan hukum islam.

b. Membantu tamatan yang tangguh dan kepribadian unggul bagi pengembangan diri yang islami.

c. Menyiapkan para pengajar berbasis pesantren yang professional dibidang keahlian agama (islam).

d. Mendidik, melatih dan menyiapkan dakwahtul islamiah.

e. Meningkatkan mutu pondok pesantren menuju era globalisasi maupun modern.

f. Sebagai sumber layanan informasi dan tempat pelatihan dibidang keahlian keagamaan. (Dikutip dari papan pemberitahuan Visi dan Misi PPTI Al Falah)

d. Keadaan Asatidz/ Asatidzah

(73)

Nama ustad/ustadzah Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah

Tabel 4.1

NAMA ALAMAT

Nyai Hj. Latifah PPTI Al Falah Salatiga

Ustdz. Ma‟sum Salatiga

Ustdz. Kholilurrohman Salatiga Ustdz. Nur Soim Muhtasib Salatiga

Ustdz. Edi Romli Ambarawa

Ustdz. Gunawan L.A., S.Pd.I.,M.A Susukan, Semarang Ustdz. Yusuf Burhan Habibi Tingkir, Salatiga Ustdz. Badarudin Al Hafidz Dukuh, Salatiga Gus Najib Tafrikhan Pucang, Magelang Gus Wildan Attamimi Salatiga

Kang Muh Lasin, S.Pd.I Purwodadi, Grobogan Kang Imam Adi, S.E Grabag, Magelang Kang Jihan Abdillah Dukuh, Salatiga Kang Azkal Murtadho Temanggung Kang Khoirul Munzilin Suruh, Semarang Ustdzh. Rofiqotul Asna Tingkir, Salatiga Ning Siti Nur Halimah, S.H PPTI Al Falah Salatiga

Mbak Chusna Semarang

(74)

e. Tata Tertib

1) Sholat berjamaah

2) Mengikuti kegiatan belajar mengajar

3) Mengikuti kegiatan pondok yang diselenggarakan pengurus dan pengasuh

4) Menyertakan surat ijin dari keamanan jika tidak mengikuti kegiatan belajar mengajar

5) Meminta ijin kepada pihak yang berwenang jika keluar malam, keluar hari libur dan meninggalkan pondok

6) Tidak diperkenankan bertamu kepada warga tanpa tujuan / ngendong

7) Penggunaan gadget sesuai waktu dan ketentuan yang sudah ditetapkan

8) Penggunaan sepeda motor diperuntukkan untuk mahasiswa dan siswa yang bersekolah di SMAN 2 Salatiga

9) Dilarang berpacaran atau berboncengan dengan lawan jenis

(75)

Jika terdapat pelanggaran yang terjadi, dari pihak pesantren telah

menyiapkan beberapa hukuman (ta‟ziran) bagi para pelanggar. Hukuman

diberikan disesuaikan dengan kadar berat tidaknya pelanggaran yang

dilakukan. Berikut beberapa ta‟ziran yang berlaku di Pondok Pesantren

Tarbiyatul Islam Al Falah Salatiga sejak dulu hingga sekarang: 1. Membaca Al Qur‟an

2. Membersihkan Kamar Mandi 3. Gundulan

4. Gebyuran jamban f. Sarana Prasarana

Unit-unit bangunan komplek Pondok (Madrasah Diniyyah) dan SMK Al Falah yang terletak di Jl. Bima No.02, Kelurahan Dukuh, Kota Salatiga berada di atas tanah pribadi milik yayasan Al Falah yang luasnya ± 4.000m2. Selanjutnya mengenai sarana dan prasarana yang ada di Pondok Pesantren dan SMK Al Falah adalah sebagai berikut:

a. Musholla

(76)

g. Asrama komplek F (putra) = 10 ruang h. Asrama Komplek Hafidzah = 2 ruang i. Gedung madrasah :

1) Lantai I = 5 ruang 2) Lantai II = 4 ruang j. Sarana-sarana yang lain:

1) Kamar mandi 2) Wc

3) Dapur 4) Aula

5) Tempat cuci 6) Areal jemuran 7) Kolam wudhu 8) Aliran listrik

9) PosKesTren (Pos Kesehatan Pesantren) 10)Ruang perpustakaan

11)Ruang elektronik 12)Ruang koperasi 13)Ruang sambaing

14)Ruang In Santri (Inspirasi Santri) 15)Ruang kantor/ ruang tamu:

(77)

(b) Kantor putri (c) Kantor SMK (d) Kantor yayasan (e) Kantor PSB (f) Kantor asatidz (g) Ruang tamu

g. Mekanisme Pengelolaan Pesantren

Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah didirikan oleh Almaghfurlah KH. Zoemri RWS ini terletak di Jl. Bima No. 2 Dukuh, Salatiga. Didirikan di atas tanah milik pribadi kyai dan keluarga, layaknya pesantren pada umumnya.

(78)

Berikut susunan kepengurusan Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah yang telah terpilih dan dilantik masa khidmah 2017-2019:

SUSUNAN KEPENGURUSAN PPTI AL-FALAH MASA KHIDMAH 2017-2019

Dewan Pengurus Harian (BPH)

Ketua : 1. Gunawan Lakono Aji, S.Pd.I., M.A. 2. Ulfah Mahmudah

Wakil : 1. Khabib Sholihuddin 2. Dina Arini Fitri

Sekretaris : 1. M. Efan Bagus P

2. Renita Ayu Mustika Sari

Bendahara Pusat : 1. Nur Fandilah

Bendahara : 1. Zein Khoirul M 2. Fatichatin Najibah

Keamanan : 1. Nur Kholis

2. Denis Wiki Permana

(79)

3. Muhammad Ainul Yaqin

2. Ganang Fatkhurrohman 3. Hanafi Maghrib

Kebersihan : 1. Basit Chusnil Mubarok 2. Abdul Kharis Susilo

2. Erika Wijayanti A 3. Imroatus Solihah 4. Dika Suci Winarti 5. Meilal Khasanah

Gambar

Tabel 4.1 ALAMAT
Tabel 4.2
figure yang ditakuti yang ditauladani. Tapi,

Referensi

Dokumen terkait