• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Tingkat Stres Pada Lansia Studi di Posyandu Lansia Desa Denanyar Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Tingkat Stres Pada Lansia Studi di Posyandu Lansia Desa Denanyar Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang - STIKES Insan Cendekia Medika Repository"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENGARUH TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP TINGKAT

STRES PADA LANSIA

(Studi di Posyandu Lansia Desa Denanyar Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang)

NIMAS AJENG TRISTIANTI 14.321.0085

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

(2)

i

PENGARUH TERAPI MUSIK KLASIKTERHADAP TINGKAT STRES PADA LANSIA

(Studi di Posyandu Lansia Desa Denanyar Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S1 Ilmu Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang

NIMAS AJENG TRISTINTI 14.321.0085

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA

JOMBANG

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

vii

RIWAYAT HIDUP

Peneliti dilahirkan di Jombang 18 April 1996. Peneliti merupakan anak dari pasangan Bapak Janji Sutrisno dan Ibu Suciati.

Pada tahun 2008 peneliti lulus dari SD Negri Kauman 1 Kabupaten Jombang, pada tahun 2011 peneliti lulus dari SMP Negri 2 Kabupaten Jombang, pada tahun 2014 peneliti lulus dari SMK PGRI 1 kabupateng Jombang dan pada tahun 2014 peneliti lulus seleksi masuk STIkes “Insan Cendekia Medika” Jombang melalui jalur

regular. Peneliti memilih program studi S1 Keperawatan dari tiga pilihan program studi yang ada di STIkes “Insan Cendekia Medika” Jombang

Demikian daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sebenar – benarnya.

Jombang, 4 Juli 2018

(9)

viii

MOTTO

(10)

ix

PERSEMBAHAN

Seiring dengan do’a dan puji syukur peneliti persembahkan skripsi ini untuk :

1. Allah SWT, yang selalu member kemudahan disetiap langkah, member petunjuk, membuka pintu kesabaran, dan selalu membimbing ke jalan yang Engkau ridhoi. Tidak lupa sholawat dan salam selalu terlimpahkan kepada kehadirat Rasullah Muhammad S.A.W.

2. Ibu Suciati dan Bapak Janji Sutrisno tercinta. Tak ada kata yang pantas ananda ucapakan selain beribu – ribu “Terima Kasih” Karena telah mendo’akan penulis dalam pengharapan – pengharapan yang pasti. Kesabaran dalam do’amu menjadi suksesnya penulis dikemudian hari. Tidak ada do’a yang terkabulkan selain do’a

dari orang tua yang tulus dan ikhlas. Terima kasih kepada kedua orang tua tercinta yang telah berusaha susah payah banting tulang untuk merawat dan membesarkan penulis sampai saat ini dengan penuh cinta dan kasih sayang walaupun penulis sebagai anaknya sering melakukan hal – hal yang bisa membuat hatinya terluka.

3. Kakak tercinta Ferry Setiawati sutrisno dan Priyo Agung Tristianto, Terima kasih atas do’a dan semangatnya selama ini. Terima kasih atas canda tawa kita selama

(11)

x

4. Dosen – dosen S1 Keperawatan STIKES ICME Jombang dan Almamater saya yang selalu memberi bimbingannya. Khusunya kepada Ibu Endang Yuswatiningsih, S.Kep.,Ns.,M. Kepada Ibu Nining Mustika Ningrum, SST.,M.Kes yang telah sabar memberikan bimbingan kepada penulis.

5. Teman – teman seperjuangan Angkatan 2014 Prodi S1 Keperawatan khususnya kelas 8B, Terima kasih untuk kekompakkan dan kerjasama serta selalu mendukung, menemani, menghibur dan memberikan banyak kebahagiaan.

6. Teman – teman terbaikku Merita Ayu Lestari, Nirwana Dewi, Ria Aprilia, Lismiati, Lailatul Fitrika, Neva Aprilia, Ismi Sulaika, Ellin Puji Aprillia terima kasih untuk semua dukungan kalian, selalu membantu kapanpun saya membutuhkan bantuan, semoga tahun ini kita lulus menjadi perawat professional dan menjadi orang sukses..

7. Teman mainku Tia Prasetia terima kasih untuk do’a – do’a kalian yang telah mendo’akan penulis sehingga menyelesaikan skripsi ini sesuai target, semoga

kalian cepat menyusul wisuda dan menjadi orang sukses.

Kekasihku Caca Setyawan Andi terima kasih sudah menemaniku selama 3 tahun ini, terima kasih atas semangat dan supportmu dan terima kasih atas semua kebaikanmu

(12)

xi

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, serta shalawat salam selalu tercurahkan kepada Rasullah SAW atas segala petunjuk dan karunianya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Terapi Musik Klasik

Terhadap Tingkat Stres pada Lansia Di Posyandu Lansia Desa Denanyar Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang” skripsi ini disusun sebagai syarat untuk

menyelesaikan pendidikan pada program studi S1 Keperawatan pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang.

(13)

xii

skripsi ini. Serta semua pihak yang tidak bisa penelti sebutkan satu persatu, yang telah memberikan dorongan dan bantuannya dalam penyusunan skripsi ini.

Peneliti menyadari masih banyak ketidaksempurnaan dalam menyusun proposal ini. Oleh karena itu diharapkan kritik maupun saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini mendapat ridho dari Allah SWT dan dapat bermanfaat bagi semua.

Jombang, 04 Juli 2018

(14)

xiii ABSTRAK

PENGARUH TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP TINGKAT STRES PADA LANSIA

(Studi Di Posyandu Lansia Desa Denanyar Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang)

Oleh :

Nimas Ajeng Tristianti 14.321.0085

Stres merupakan suatu kondisi umum lansia yang terjadi pada kondisi sosial, kejadian hidup, dan lingkungan. Stres muncul pada lansia disebabkan karena adanya tekanan atau gangguan yang tidak menyenangkan yang biasanya tercipta ketika lansia tersebut melihat ketidaksepadanan antara keadaan dan sistem sumber daya alam yang dimiliki Tujuan penelitian ini adalah untuk Menganalisis pengaruh terapi musik klasik terhadap tingkat stres pada lansia di Posyandu Lansia Desa Denanyar Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang. Desain penelitian ini adalah Pre Experimental dengan menggunakan pendekatan metode

One Group Pre Post Test Design. Populasi dalam penelitian ini adalah 32 seluruh lansia di Posyandu Lansia Desa Denanyar Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang yang sehat jasmani dan rohani dengan jumlah sampel 30 lansia dengan teknik Simple Random Sampling. Variabel Independent yaitu terapi musik klasik serta variabel Dependent yaitu tingkat stres pada lansia. Pengumpulan data menggunakan skala Depression Anxiety Scale. Teknik pengolahan data menggunakan Editing, Coding, Scoring, Tabulating serta uji statistiknya menggunakan uji statistik Wilcoxon Signed Rank Test.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat stres sebelum diberikan terapi musik berupa stres normal 6.7% stres ringan 23.3% stres sedang 46,7% stres berat 23.3% dan setelah diberikan terapi musik terjadi perubahan tingkat stres menjadi stres normal 20.0% stres ringan 40.0% stres sedang 36.7% stres berat 3.3%. Hasil uji Wilcoxon Signed Rank Test menunjukkan bahwa nilai ρ = 0,001 < α 0,05 sehingga H1 diterima.

Kesimpulannya adalah ada pengaruh terapi musik klasik terhadap tingkat stres pada lansia di Posyandu Lansia Desa Denanyar Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang.

(15)

xiv

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF THERAPY CLASSICAL MUSIC ON THE LEVEL OF STRESS ON ELDERLY

(The Study in posyandu elderly village denanyar in Jombang district Jombang )

By:

Nimas Ajeng Tristianti 14.321.0085

Stress is a the general condition of a senior citizens that occurs on the social conditions, the incident life, and the environment .Stress appear on senior citizens because there was pressure or disorder that usually created an unpleasant when senior citizens were to see not same between the shrouds of and the system of natural resources that owned the purpose of this research is to analyze the influence of classical music therapy on the level of stress on senior citizens at the posyandu elderly denanyar village, in Jombang district Jombang

A design of this study is pre experimental by adopting both a method of one group pre post test drives in including on the instrument types .Percent of the population in 32 this research is that an entire kind of rheumatoid arthritis at the posyandu of rheumatoid arthritis village denanyar Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang who and physical and spiritual health with 30 percent of the sample of rheumatoid arthritis by applying a technique simple random sampling .Variables reaches as high as independent promised to supply therapy classical music as well as variables reaches as high as dependent namely the levels of the stress on of rheumatoid arthritis .The collection of data using the scale of depression anxiety scale doubles .The technique of data processing using editing , coding , of its scoring , tabulating and then to the road statistic use statistical tests wilcoxon signed the rank test drives in.

The research results show that their level of stress before it was given in the form of music therapy normal stress 6.7 % a little stress 23.3 % stress being 46,7 % heavy stress 23.3 % and having given music therapy rate change the level of stress be normal stress 20.0 % a little stress 40.0 % stress being 36.7 % heavy stress 3.3 % .Wilcoxon testing shows signed rank test shows that the total amount

ρ = 0,001 < α 0.05 so that h1 accepted

The conclusion is there an effect therapy classical music on the stress on elderly are elderly denanyar village in jombang district jombang .

(16)

xv

DAFTAR ISI

HALAMAN DALAM . ... ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ... iii

SURAT BEBAS PLAGIAT………. iv

SURAT PERNYATAAN……… v

HALAMAN PERSETUJUAN ... vi

HALAMAN PENGESAHAN. ... vii

RIWAYAT HIDUP………. viii

MOTTO………. ix

PERSEMBAHAN ... x

KATA PENGANTAR………. xii

ABSTRAK ... xiv

ABSTRACT ... xv

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR TABEL ... xix

DAFTAR GAMBAR ... xx

DAFTAR LAMPIRAN ... xxi

DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN ... xxii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... . 1

1.2Rumusan Masalah ... . 3

(17)

xvi

1.4Manfaat Penelitian ... . 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Lansia ... . 6

2.2 Konsep Dasar Tingkat Stres ... .. 13

2.3 Konsep Dasar Terapi Musik Klasik ... 24

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Konseptual ... 33

3.2 Hipotesis ... 34

BAB 4 METOE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian ... 35

4.2 Rancangan Penelitian ... 35

4.3 Waktu Dan Tempat Penelitian ... .... 36

4.4 Populasi, Sampel, Sampling ... 36

4.5 Kerangka Kerja ... 38

4.6 Identifikasi Variabel ... 39

4.7 Definisi Operasional ... 39

4.8 Pengumpulan Dan Analisa Data ... . 40

4.9 EtikaPenelitian. ... 46

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian... ... 47

(18)

xvii

6.1 Kesimpulan. ... 59

6.2 Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 61

(19)

xviii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Definisi Operasional ... 39 Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan umur di Posyandu

Lansia Desa Denanyar Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang Pada Bulan April 2018 ... 48 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin di

Posyandu Lansia Desa Denanyar Kecamatan Jombang Pada Bulan April 2018 ... 48 Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan pekerjaan di

Posyandu Lansia Desa Denanyar Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang Pada Bulan April 2018 ... 48 Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan lingkungan di

Posyandu Lansia Desa Denanyar Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang Pada Bulan April 2018 ... 49 Tabel 5.5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat stres sebelum

diberikan terapi musik klasik di Posyandu Lansia Desa Denanyar Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang Pada Bulan April 2018 49 Tabel 5.6 Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat stres setelah

diberikan terapi musik klasik di Posyandu Lansia Desa Denanyar Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang Pada Bulan April 2018 50 Tabel 5.7 Tabulasi silang Pengaruh Terapi Musik Klasik terhadap Tingkat

(20)

xix

DAFTAR GAMBAR

No. Daftar Gambar Halaman

(21)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Permohonan Menjadi Responden ... 63

Lampiran 2 Lembar Pernyataan Menjadi Responden ... 64

Lampiran 3 SOP Terapi Musik Klasik ... 65

Lampiran 5 Kisi – kisi Terapi Musik ... 67

Lampiran 5 Kuesioner Tingkat Stres ... 69

Lampiran 6 Kisi – kisi Kuesioner Tingkat Stres ... 71

Lampiran 7 Lembar Pernyataan dari Perpustakanan ... 72

Lampiran 8 Lembar Surat Studi Pendahuluan ... 73

Lampiran 9 Lembar Surat Ijin Penelitian Dinas Kesehatan ... 74

Lampiran 10 Lembar Surat Balasan ... 75

Lampiran 11 Lembar Tabulasi ... 77

Lampiran 12 Output SPSS ... 78

Lampiran 13 Lembar Penyusunan Skripsi ... 83

(22)

xxi

DAFTAR LAMBANG

1. H1/Ha : hipotesis alternatif 2. % : prosentase

3.  : alfa (tingkat signifikansi) 4. X : perlakuan

5. 01 : Pretes (tes awal) 6. 02 : post test (tes akhir) 7. N : jumlah populasi 8. n : jumlah sampel

9. d2 : Tingkat signifikan/tingkat kesalahan yang dipilih 10.> : lebih besar

11.< : lebih kecil

DAFTAR SINGKATAN

STIKes : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ICMe : Insan Cendekia Medika

(23)

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lansia adalah seseorang berusia 60 - 95 tahun yang mengalami perubahan fisiologis, fisik, dan sikap, perubahan akan memberikan pengaruh pada keseluruhan aspek kehidupan termasuk kesehatan. Pada masa lanjut usia secara bertahap seseorang mengalami berbagai kemunduran, baik fisik, mental, dan social (Azizah, 2011). Orang yang berusia lanjut akan menjadi sangat rentan terhadap gangguan kesehatan, termasuk stres yang biasanya ditemui dengan gejala seperti gelisah, murung, kesepian, nafsu makan berkurang, kepercayaan diri berkurang dan konsentrasi berkurang. Stres muncul pada lansia disebabkan karena adanya tekanan atau gangguan yang tidak menyenangkan yang biasanya tercipta ketika lansia tersebut melihat ketidaksepadanan antara keadaan dan sistem sumber daya alam yang dimiliki (Nur Hidayah, 2006).

(24)

di Jawa Timur mencapai 12,25% lansia dari jumlah penduduk di Jawa Timur yang tercatat. Di Jawa Timur angka kejadian stres pada lansia mencapai 7,81%, stres menjadi salah satu problem gangguan mental yang sering ditemukan pada lansia (Kaplan, 2016). Data di Jombang menyebutkan bahwa 30% dari jumlah kategori lansia yang berusia 60 – 74 tahun (Radar Jombang, 2018). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Posyandu Lansia Desa Denanyar Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang diketahui 10 lansia yang mengalami stres.

(25)

Metode yang dapat dilakukan untuk mengurangi stres pada lansia salah satunya yaitu berupa Terapi Musik Klasik. Musik merupakan salah satu cara untuk membantu mengatasi stres. Musik klasik memiliki pengaruh besar pada kondisi psikologi sosial lansia karena musik klasik memiliki efek yang besar terhadap ketegangan dan kondisi rileks pada diri seseorang. Musik klasik juga menimbulkan rasa aman dan sejahtera, serta melepaskan rasa gembira dan sedih (Musbikin, 2009). Selain itu terapi musik dapat membangkitkan gelombang otak alfa yang menimbulkan rasa relaksasi sehingga perilaku individupun akan menjadi tenang sehingga bisa menurunkan timbulnya dampak dari tingkat stressor pada lansia(Hartin Saidah, Eko Agus Cahyono, 2016). Pemberian Terapi Musik klasik yaitu dalam seminggu dua kali dalam durasi musik 30 menit.

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk mengambil judul tentang Pengaruh Musik Klasik terhadap Tingkat Stres pada Lansia di Posyandu Lansia Desa Denanyar Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang.

1.2 Rumusan Masalah

(26)

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1Tujuan Umum

Menganalisis pengaruh terapi musik klasik terhadap tingkat stres pada lansia di Posyandu Lansia Desa Denanyar Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang. 1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi tingkat stres lansia sebelum dilakukan terapi musik klasik di Posyandu Lansia Desa Denanyar Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang.

2. Mengidentifikasi tingkat stres pada lansia setelah dilakukan terapi musik klasik di Posyandu Lansia Desa Denanyar Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang.

3. Menganalisis pengaruh terapi musik klasik terhadap tingkat stres pada lansia di Posyandu Lansia Desa Denanyar Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang.

1.4 Manfaat penelitian 1.4.1Manfaat teoritis

(27)

1.4.2Manfaat Praktis

(28)

BAB 2 PENDAHULUAN

2.1 Konsep Lansia 2.1.1 Definisi Lansia

Lansia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan fisiologis, fisik, dan sikap, perubahan akan memberikan pengaruh pada keseluruhan aspek kehidupan termasuk kesehatan. Pada masa lanjut usia secara bertahap seseorang mengalami berbagai kemunduran, baik fisik, mental, dan sosial (Azizah, 2011).

Lansia ialah periode organism telah mencapai kemasakan dalam ukuran dan fungsi dan juga telah menunjukan kemunduran sejalan dengan waktu (WHO, 2009).

2.1.2 Batasan – Batasan Lanjut Usia

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia Lanjut Usia meliputi : 1. Usia pertengahan (Middle Age), adalah usia 45 sampai 59 tahun. 2. Lanjut Usia (eldery) yaitu antara 60 – 74 tahun.

3. Lanjut Usia tua (old) yaitu antara 75 – 90 tahun. 4. Usia sangat tua (very old) yaitu di atas 90 tahun

Menurut Prof Dr.Ny.Sumiati Ahmad Mohamad guru besar Universitas Gajah Mada Pada Fakultas Kedokteran, membagi periodisasi perkembangan manusia sebagai berikut

1. 0 – 1 tahun = masa bayi

(29)

2. 1 – 6 tahun = masa prasekolah 3. 6 – 10 tahun = masa remaja 4. 10 – 20 tahun = masa pubertas

5. 40 – 65 tahun = masa dewasa (Prasenium) 6. 65 tahun ke atas = masa lanjut usia (Senium)

Menurut Dra.Ny.Joss Masdani (Psikolog UI) mengatakan Lanjut Usia merupakan kelanjutan dari usia dewasa. Kedewasaan dapat dibagi menjadi 4 bagian, meliputi :

1. Fase iuventus, yaitu fase di antara 25 – 40 tahun. 2. Fase verilitas, yaitu fase antara 40 – 50 tahun. 3. Fase prasenium, yaitu fase antara 55 – 65 tahun. 4. Fase senium, yaitu fase antara 65 hingga tutup usia.

Menurut Prof Dr.Koesoemato Setyonegoro, pengelompokan lanjut usia sebagai berikut

1. Usia dewasa muda (early adullhood) : 18 atau 20 - 25 tahun.

2. Usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas : 25 – 60 atau 65 tahun. 3. Lanjut usia (geriatric age) lebih dari 65 atau 70 tahun

4. Umur 70 – 75 tahun (young old) 5. Umur 75 – 80 tahun (old)

6. Umur lebih dari 80 tahun ke atas (very old)

(30)

Tahun 1998 tersebut dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan lanjut usia ialah seseorang yang berusia 60 tahun keatas (Suardiman, 2011)

Berdasarkan beberapa teori diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa batasan lanjut usia (khususnya secara umum di Indonesia) dapat dimulai dari usia kronologis setelah dewasa akhir, yang dimulai dari usia 60 tahun.

2.1.3 Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Ketuaan

Menurut Bandiyah (2009) faktor-faktor yang mempengaruhi ketuaanadalah : 1. Keturunan

2.1.4 Perubahan – perubahan pada lanjut usia Perubahan – perubahan fisik

1. Sel

a. Lebih sedikit jumlahnya. b. Lebih besar ukurannya.

c. Kurangnya jumlah cairan tubuh dan kurangnya cairan intraseluler. d. Menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah dan hati. e. Jumlah sel otak menurun.

f. Terganggunya mekanisme.

(31)

a. Berat otak menurun menjadi 10-20% (setiap orang berkurang dalam setiap harinya).

b. Menurunnya sistem persyarafan.

c. Lembar respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stres. d. Kecilnya saraf panca indra.

e. Kurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya syaraf pencium dan perasa, lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.

f. Kurang sensitif terhadap sentuhan. 3. Sistem pendengaran

a. Hilangnya kemampuan mendengar pada telinga dalam terutama terhadap bunyi atau suara-suara nada tinggi, suara yang tidak jelas yaitu terjadi pada usia di atas umur 65 tahun.

b. Membrane timpani menjadi atrofi penyebab otot sklerosis.

c. Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan jiwa/stres.

4. Sistem penglihatan

a. Stringter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon pada sinar. b. Kornea lebih berbentuk bola.

c. Kekeruhan pada lensa menjadi katarak, dapat menyebabkan gangguan penglihatan.

(32)

f. Menurunnya lapangan pandang, berkurang luas pandanganya. g. Menurunnya daya membedakan warna.

(Bandiyah, 2009). 2.1.5 Ciri – Ciri Lansia

Menurut Hurlock (2010) terdapat beberapa ciri-ciri orang lanjut usia,yaitu: 1. Usia lanjut ialah periode kemunduran

Kemunduran lansia datang dari faktor fisik dan faktor psikologis. Kemunduran dapat berdampak pada psikologis lansia. Motivasi memiliki peran yang penting dalam kemunduran pada lansia. Kemunduran pada lansia semakin cepat apabila memiliki motivasi yang rendah, jika motivasi yang kuat maka kemunduran itu akan lama terjadi.

2. Orang lanjut usia memiliki status kelompok minoritas

Lansia memiliki status kelompok minoritas karena sebagai akibat dari sikap sosial tidak menyenangkan terhadap orang lanjut usia oleh pendapat - pendapat klise yang jelek terhadap lansia. Pendapat - pendapat klise yaitu pada lansia lebih senang mempertahankan pendapatnya daripada mendengarkan pendapat orang lain.

3. Menua membutuhkan perubahan peran

Perubahan peran itu dilakukan karena lansia mulai mengalami kemunduran dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya dilakukan atas keinginan sendiri bukan dari tekanan lingkungan.

(33)

Perlakuan yang buruk terhadap orang lanjut usia membuat lansia cenderung mengembangkan konsep diri yang buruk. Lansia lebih memperlihatkan perilaku yang buruk. Perlakuan yang buruk itu membuat penyesuaian diri lansia menjadi buruk.

2.1.6 Proses Menua 1. Definisi

Menua ialah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua ialah proses sepanjang hidup yang dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua ialah proses alamiah yang berarti seseorang melalui tahap-tahap kehidupannya, yaitu neonatus, toddler, pra school, school, remaja, dewasa dan lansia. Tahap berbeda ini di mulai baik secara biologis maupun psikologis (Padila, 2013). 2. Aspek Fisiologik dan Patologik Akibat Proses Menua

(34)

berbagai penurunan anatomi dan fungsional yang nyata akibat umur biologiknya yang lanjut usia sebagai akibat tidak baiknya faktor nutrisi, pemeliharaan kesehatan, dan kurangnya aktivitas. Penurunan anatomik dan fungsional dari organ-organ tersebut dapat menyebabkan lebih mudah timbulnya penyakit pada organ tersebut.

Uraian di atas dapat di simpulkan bahwa pada seorang lanjut usia, perbedaan penting dengan perkataan lain: pertanda penuaan ialah bukan pada tampilan organ atau organisme saat istrahat, akan tetapi bagaimana organ atau organisme tersebut dapat beradaptasi terhadap stres dari luar (Kane, 2010).

2.2

Konsep Tingkat Stres

Stres adalah suatu kondisi umum yang terjadi pada lansia dan terjadinya alasan kondisi ini dilihat pada saat mengkaji kondisi sosial, kejadian hidup, dan masalah fisik pada lansia (Roger & Watson, 2003).

Stres merupakan gangguan suasana perasaan yang menurun, dengan gejala utama berupa kesedihan. Gejala ini ternyata cukup banyak dijumpai dengan angka prevalensi 4-5 % populasi, dengan derajat gangguan bertaraf ringan, sedang, atau berat. Ditinjau dari aspek klinis, stres dapat berdiri sendiri, merupakan gejala dari penyakit lain, mempunyai gejala fisik beragam, atau terjadi bersama dengan penyakit lain (komorbiditas), sehingga dapat menyulitkan penatalaksanaan (Sudiyanto, 2010).

(35)

Menurut Jain, 2004 dan Manning, 2003 (dalam Himawati, 2010) stres adalah penyakit yang cukup mengganggu kehidupan. WHO memperkirakan bahwa pada tahun 2020, stres akan naik dari nomor empat menjadi nomor dua dibawah penyakit jantung iskemik sebagai penyebab disabilitas.

Gangguan stres berat merupakan kelainan umum dengan prevalensi sepanjang umur sekitar 15% dan sekitar 25% pada wanita. Insiden gangguan stres berat sebesar 10% pada pasien rawat jalan dan 15% pada pasien rawat inap (Kaplan, Sadock, 2010).

Usia rerata gangguan stres berat sekitar 40 tahun, dimana sekitar 50% pasien berkisar antara 20-50 tahun. Inseden meningkat pada usia < 20 tahun (Andreasen, 2001, dalam Himawati, 2010)

2.2.3 Penyebab stres

Faktor-faktor penyebab stres menurut Durand & Barlow (2010) sebagaiBerikut :

a. Dimensi Biologis

Prevalensi keluarga yang memiliki anggota pernah mengalami stres ada kemungkinan dialami oleh anggota keluarga yang lain.

b. Dimensi Psikologis

1. Peristiwa lingkungan yang stress full

(36)

3. Negative Cognitive Style, adanya pikiran negatif atas suatu fenomena yang sudah terpola atau menjadi gaya hidup.

c. Dimensi Sosial Kultural

Meliputi berbagai masalah sosial misalnya hubungan interpersonal, hubungan dengan keluarga, dukungan sosial dan pengaruh budaya setempat. Pada dasarnya faktor penyebab stres dapat ditinjau dari berbagai segi baik fisik (biologis), psikologis, ataupun sosial (lingkungan/kultural) yang ketiganya tidak berdiri sendiri tetapi saling mempengaruhi terbentuknya stres.

2.2.4 Gejala Stres

Gejala stres meliputi trias stres, yang terdiri dari mood stres, hilangnya minat dan kegembiraan, serta berkurangnya energi yang ditandai dengan keadaan mudah lelah dan berkurangnya aktivitas.

Gejala tambahan lainnya meliputi : a. Konsentrasi dan perhatian berkurang b. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang

c. Gagasan tentang perasaan bersalah dan tidak berguna d. Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis

e. Gagasan dan perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri f. Tidur terganngu

(37)

Tingkat stres yang muncul merupakan gambaran dari banyaknya gejala trias stres serta gejala tambahannya (Hawari, 2011). Orang yang rentan terkena stres menurut Hawari (2011) biasanya mempunyai ciri-ciri:

1. Pemurung, sukar untuk bisa merasa bahagia 2. Pesimis menghadapi masa depan

3. Memandang diri rendah

4. Mudah merasa bersalah dan berdosa 5. Mudah mengalah

6. Enggan bicara

7. Mudah merasa haru, sedih, dan menangis 8. Gerakan lamban, Lemah, Lesu, Kurang energik 9. Keluhan psikosomatik

10.Mudah tegang, agitatif, gelisah 11.Serba cemas, khawatir, dan takut 12.Mudah tersinggung

13.Tidak ada percaya diri

14.Merasa tidak mampu, merasa tidak berguna

15.Merasa selalu gagal dalam usaha, pekerjaan ataupun studi 16.Suka menarik diri, pemalu, dan pendiam

17.Lebih suka menyisih diri, tidak suka bergaul, pergaulan sosial amat 18.Terbatas

(38)

21.Sulit mengambil keputusan

22.Tidak agresif, sikap oposisinya dalam bentuk pasif-agresif 23.Pengendalian diri terlampau kuat, menekan dorongan/impuls diri 24.Menghindari hal-hal yang tidak menyenangkan

25.Lebih senang berdamai untuk menghindari konflik atau konfrontasi 2.2.5 Tipe Stres

Kategori stres menurut Durand & Barlow (2010) berdasarkan berat tidaknya gangguan ada dua yaitu;

a. Stres berat disebut episode depresi mayor

Merupakan stres yang paling sering didiagnosis dan paling berat. Mengindikasikan keadaan suasana ekstrem yang berlangsung paling tidak salama 2 minggu dan meliputi gejala-gejala kognitif (perasaan tidak berharga dan tidak pasti) dan fungsi fisik yang terganggu (seperti perubahan pola tidur, perubahan pola makan, dan berat badan yang signifikan atau kehilangan banyak energi). Episode ini biasanya disertai dengan hilangnya interes secara umum terhadap berbagai hal dan ketidakmampuan mengalami kesenangan apapun dalam hidup.

b. Mania

Periode kegirangan atau eforia eksesif yang tidak normal yang berhubungan pada beberapa gangguan suasana perasaan.

c. Hypomanic Episode

(39)

Episode manik tidak selalu bersifat problematik, tetapi memberikan kontribusi pada penetapan beberapa gangguan suasana perasaan.

d. Episode Manik Campuran

Suatu kondisi di mana individu mengalami kegirangan dan depresi atau kecemasan di waktu yang sama. Juga dikenal dengan sebutan episode manik disforfik.

2.2.4 Tahapan Stres

Tahapan stres dibagi menjadi 6 tahapan sebagai berikut (Priyoto, 2014) 1. Stres tahap I

Tahap ini merupakan tahap yang paling ringan dan biasanya disertai dengan perasaan – perasaan sebagai berikut :

a. Semangat bekerja besar, berlebihan (over acting). b. Pelinghatan “tajam” tidak sebagaimana biasa.

c. Merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya, namun tanpa disadari cadangan energi dihabiskan (all out) disertai gugup yang berlebihan.

d. Merasa senang dengan pekerjaannya itu semakin bertambah semangat, namun tanpa disadari cadangan energi semakin menipis.

2. Stres tahap II

(40)

cukup sepanjang hari karena tidak cukup untuk istirahat. Keluhan – keluhan yang sering dikemukakan pada stres tahap II adalah sebagai berikut :

a. Merasa lebih sewaktu bangun pagi, yang seharusnya merasa segar. b. Merasa mudah lelah sesudah makan siang.

c. Lekas merasa capek menjelang sore hari.

d. Sering mengeluh lambung atau perut tidak nyaman. e. Detakan jantung lebih keras dari biasanya.

f. Otot punggung dan tekuk terasa tegang. g. Tidak bisa santai.

3. Stres tahap III

Biasanya seseorang tetap memaksakan diri dalam pekerjaannya tanpa menghiraukan keluhan – keluhan sebagaimana diuraikan pada stres tahap II. Keluhan – keluhan pada stres tahap II sebagai berikut :

a. Gangguan lambung dan usus semakin nyata, misalnya keluhan “maag” (gastritis), Buang air besar tidak teratur (diare).

b. Ketegangan otot yang semakin terasa.

c. Perasaan ketidak tenangan dan ketegangan emosional semakin meningkat. d. Gangguan pola tidur (insomnia).

e. Koordinasi tubuh terganggu (badan terasa berat dan serasa mau pingsan).

(41)

Tidak jarang seseorang waktu memeriksa diri ke dokter dengan keluhan stres tahap III, oleh dokter dinyatakan tidak sakit dan tidak terdapat kelainan fisik. Bila ini terjadi yang bersangkutan akan terus memaksakan diri untuk bekerja tanpa mengenal istirahat, dan gejala yang muncul pada stres tahap IV adalah :

1. Untuk bertahan sepanjang hari saja sudah sulit.

2. Aktivitas yang semula menyenangkan dan mudak diselesaikan menjadi membosankan dan sulit diselesaikan.

3. Yang semula tanggapan terhadap situasi kehilangan kemampuan untuk merespon.

4. Tidak mampu melaksanakan rutinitas sehari – hari. 5. Gangguan pola tidur.

6. Daya konentasi dan daya ingat menurun.

7. Timbul perasaan takut dan cemas yang tidak mampu dijelaskan sebabnya.

5. Stres tap V

Stres tahap V ditandai dengan hal – hal berikut : a. Kelemahan fisik dan mental yang mendalam.

b. Ketidakmampuan menyelesaikan pekerjaan sehari – hari yang ringan dan sederhana.

c. Gangguan sistem pencernaan semakin berat.

(42)

Tahap ini merupakan tahapan klimaks, mengalami serangan panik dan perasaan takut mati. Tidak jarang orang yang mengalami stres tahap VI berulang kali dibawa ke Unit Gawat Darurat bahkan ke ICCU, meskipun pada akhirnya dipulangkan karena tidak ditemukan kelainan fisik.

Gambaran stres tahap VI adalah : a. Debaran jantung teramat keras. b. Susah bernafas (sesak).

c. Sekujur badan terasa gemetar, dingin, dan berkeringat. d. Ketiadaan tenaga untuk hal – hal yang ringan.

e. Pingsan atau kolaps. 2.2.5 Tingkatan Stres

Stres dibagi menjadi 4 tingkat, meliputi (Priyoto, 2014) : 1. Stres ringan

Stres ringan adalah stressor yang dihadapi setiap orang dewasa secara teratur, seperti terlalu banyak tidur, kemacetan lalu lintas , kritikan dari atasan. Situasi seperti ini biasanya berlangsung beberapa menit atau jam. Stressor ringan biasanya tidak disertai timbulnya gelaja.

2. Stres sedang

(43)

3. Stres berat

Adalah situasi yang lama dirasakan oleh seseorang yang dapat berlangsung beberapa minggu sampai beberapa bulan, seperti perselisihan secara terus menerus, kesulitan financial yang berlangsung lama karena tidak ada perbaikan, berpisah dengan keluarga, berpindah tempat tinggal, mempunyai penyakit kronis, dan termasuk perubahan fisik, psikologis, sosial pada usisa lanjut. Makin sering dan makin lama stres, makin tinggi resiko kesehatan yang ditimbulkan. Stres yang berkepanjangan dapat mempengaruhi kemampuan untuk menyelesaikan tugas perkembangan. 4. Stres sangat berat

Situasi kronis yang dapat terjadi dalam beberapa bulan dan dalam kurun waktu yang tidak dapat ditentukan. Biasanya seseorang untuk hidup cenderung pasrah dan tidak memilikimotivasi untuk hidup. Seseorang dalam tingkatan stres ini biasanya teridentifikasi mengalami depresi berat kedepannya.

2.2.6 Pengukuran Tingkat Stres

(44)

pertanyaan yaitu terdiri dari 14 pertanyaan, dengan 4 poin jawaban. Kategori ini hasil dari pengisian kuisioner dibagi dalam 5 jenjang untuk menghindari kesalahan interprestasi seperti normal, ringan, sedang, berat, sangat berat (Psychology Foundation of Autralia, 2013).

Skala pengukuran yang digunakan adalah skala Ordinal. Tingkat stres dikategorikan sebagai berikut :

1. Normal : 0-14 2. Stres Ringan : 15-18 3. Stres Sedang : 19-25 4. Stres Berat : 26-33 5. Sangat berat : > 34

(Lovibond, 2003) 2.2.7 Dampak stres

Dampak stres dapat dibedakan menjadi 3, meliputi (Priyoto, 2014) : 1. Dampak Fisiologis

Secara umum orang yang mengalai stres mengalami sejumlah gangguan fisik, seperti: mudah masuk angin, mudah pening – pening, kejang otot (kram), mengalami kegemukan atau menjadi kurus, bisa menderita penyakit yang serius sepertihipertensi danlain – lain.

Secara rinci diklasifikasi sebagai berikut :

a. Gangguan pada organ tubuh hiperaktif dalam salah satu sistem tertentu. 1. Muscle myopathy : otot tertentu mengencang atau melemah.

(45)

3. Sistem pencernaan : maag, diare b. Gangguan pada sistem reproduksi

1. Amenorhe : tertahannya menstruasi

2. Kegagalan ovulasi pada wanita, importen pada pria 3. Kehilangan gairah sex

c.Gangguan lain, seperti pening, tegang otot, rasa bosan, dan sebagainnya. 2. Dampak Psikologik

a. Keletihan emosi, jenuh. b. Kuwalahan/keletihan emosi. c. Pencapaian yang menurun 3. Dampak Perilaku

a. Stres menjadi distres, prestasi belajar menurun.

b. Level stres yang meningkat berdampak pada pengambilan keputusandan langkah kedepan.

c. Stres karena sering membolos dan tidak aktif disekolah.

2.3 Konsep Terapi Musik Klasik 2.3.1 Definisi Terapi Musik Klasik

Terapi musik terdiri dari dua kata, yaitu “terapi” dan “musik”. Kata“terapi” berkaitan dengan serangkaian upaya yang dirancang untuk membantu atau menolong orang lain. Kata “musik” dalam terapi musik digunakan untuk

(46)

membahagiakan, membayangkan ketakutan - ketakutan yang dirasakan, mengangankan hal-hal yang diimpikan dan dicita-citakan, atau langsung mencoba menguraikan permasalahan yang dihadapi (Djohan, 2006).

Jenis musik yang digunakan untuk terapi adalah musik instrumental dan musik klasik (Aditia, 2012, dalam Pratiwi, Desi Ratnasari, 2014). Musik instrumental menjadikan badan, pikiran dan mental menjadi sehat. Sedangkan musik klasik bermanfaat membuat seseorang menjadi rileks, menimbulkan rasa aman dan sejahtera, melepas rasa gembira dan sedih, menurunkan tingkat stres, melepaskan rasa sakit.

2.3.2 Unsur Musik

Memahami pengaruh musik terhadap manusia dan untuk kemudian melihat peranan musik dalam kehidupan manusia dapat diperoleh dari pemahaman mengenai unsur – Unsur dari musik itu sendiri (Rahmawati, 2005).

1. Suara

Suara merupakan perubahan getaran udara (Djohan, 2006). Dalam musik gelombang suara biasanya dibahas tidak dalam panjang gelombangnya maupun periodenya, melainkan dalam frekuensinya. Aspek – aspek dasar suara dalam musik dijelaskan dalam tala (tinggi nada), durasi (beberapa lama suara ada), intensitas dan timbre (warna bunyi).

2. Nada

(47)

3. Ritme atau Irama

Ritme adalah pengaturan bunyi dalam waktu. Irama merupakan pembagian kelompok ketukan dalam waktu. Tanda irama menunjukkan jumlah ketukan dalam birama dan not mana yang dihitung dan dianggap sebagai ketukan.Irama adalah suatu ketertiban terhadap gerakan melodi dan harmonis atausuatu ketertiban terhadap tinggi rendahnya nada – nada (Rahmawati, 2005).

4. Melodi

Melodi adalah serangkaian nada dalam waktu. Rangkaian tersebut dapat dibunyikan sendiri yaitu tanpa iringan atau dapat merupakan bagian dari rangkaian akord dalam waktu.

2.3.3 Musik Klasik

(48)

bagi setiap orang. Dalam pengertian ini, musik dari era modern seperti Kitaro dan Richard Clayderman juga bisa digolongkan sebagai musik klasik, tergantung dari sisi mana musik tersebut dapat dinikmati. Apabila lebih banyak menikmati elemen intelektual dalam pengertian melodi, harmoni, atau aspek komposisi lainnya, maka jadilah ia musik klasik (Sheppard, 2006).

2.3.4 Tujuan Diberikan Terapi Musik

Terapi musik akan memberi makna yang berbeda bagi setiap orang namun semua terapi mempunyai tujuan yang sama yaitu:

1. Membantu mengekspresikan perasaan 2. Membantu rehabilitasi fisik

3. Memberikan pengaruh positif terhadap kondisi suasana hati dan emosi 4. Meningkatkan memori

5. Menyediakan kesempatan unik untuk berinteraksi dan membangun kedekatan emosional.

6. Membantu mengurangi stres, mencegah penyakit dan meringankan rasasakit. 2.3.5 Manfaat Terapi Musik

1. Musik menutupi bunyi atau perasaan yang tidak menyenangkan. 2. Musik dapat memperlambat atau menyeimbangkan gelombang otak. 3. Musik mempengaruhi pernafasan.

4. Musik mempengaruhi denyut jantung, denyut nadi, dan tekanan darah.

5. Musik mengurangi ketegangan otot dan memperbaiki gerak dan koordinasi tubuh.

(49)

7. Musik dapat menaikan tingkat endofrin (zat candu otak yang dapat mengurangi rasa sakit dan menimbulkan fly alamiah).

8. Musik dapat mengatur hormonal. 2.3.6 Pengaruh musik klasik pada otak

Musik memiliki kekuatan untuk mengobati penyakit dan meningkatkan kemampuan pikiran seseorang. Musik dapat meningkatkan, memulihkan, dan memelihara kesehatan fisik, mental, emosional, social, dan spiritual. Musik memiliki pengaruh besar terhadap pikiran. Hal ini tersebut terbukti dari efek yang tercipta dari musik tersebut, ada musik membuat gembira, sedih, terharu, terasa sunyi, mengingat masa lalu, meningkatkan konsentrasi, dan lain – lain. Musik memiliki 3 bagian yang penting, yaitu bit (beat), ritme, dan harmonis. Beat dapat mempengaruhi roh. Setiap musik yang kita dengarkan walaupun hal tersebut tidak sengaja didengarkan, akan berpengaruh pada otak. Terdapat 3 sistem syaraf yaitu sebagian berikut (Yanuarita, 2012) :

1. Sistem otak yang memproses perasaan

Musik adalah bahasa jiwa yang mampu membawaa perasaan kearah mana saja. Musik yang didengarkan akan merangsang system syaraf, sehingga menghasilkan perasaan.

2. Sistem otak kognitif

(50)

ingat, konsentrasi, kemampuan belajar, kemampuan matematika, analisis, logika, intelegensi, kemampuan memilah disamping itu juga adanya perasaan bahagia dan timbulnya keseimbangan social.

3. Sistem otak yang mengontrol kerja otak

Musik dapat secara langsung dalam mempengaruhi otak detak jantung dan pernafasan bisa melambat tergantung alunan musik didengarkan. Berbagai penelitian yang dilakukan para ahli telah membuktikan bahwa musik dapat mempengaruhi dalalm mengembangkan imajinasi dan pikiran kreatif.

2.3.7 Terapi Musik Klasik

Terapi musik klasik yaitu jenis terapi yang mempunyai fungsi menenangkan pikiran dan kataris emosi, serta dapat mengoptimalkan tempo, ritme, melodi, dan harmoni yang teratur dan dapat menghasilkan gelombang alfa serta gelombang beta dalam gendang telinga sehingga memberikan ketenangan yang mebuat otak siap menerima masukan baru, efek rileks, dan menidurkan (Nuseha dan Djaafar, 2010). Selain itu musik klasik berfungsi mengatur hormon – hormon yang berhubungan dengan stres antara lain ACTH, prolaktin, dan hormon pertumbuhan serta dapat meningkatkan kadar endorfin sehingga dapat mengurangi nyeri (Champell, 2011).

2.3.8 Proses dan langkah – langkah terapi musik 1. Proses terapi musik

(51)

mengalami kelainan. Kreatifitas dan improvisasi serta kemampuan bersikap lentur ketika melaksanakan kegiatan terapi, untuk mengembangkan rancangan yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan anak. Langkah – langkah yang dikerjakan dalam pelaksanaan terapi musik adalah :

2. Assesmen

Assesmen merupakan hal yang pertama kali dipenuhi untuk memulai suatu tindakan terapi musik. Di dalam assesmen dokter melakukan observasi, sehingga memperoleh gambaran yang lengkap tentang latar belakang, keadaan sekarang dan keterbatasan lansia dan mengoptimalkan potensi – potensi yang masih dapat dikembangkan. Adapun aspek yang dilihat ketika melaksanakan assesmen adalah :

a. Kognitif (data yang dikumpulkan meliputi konsentrasi, pemahaman, rentang perhatian, memori dan kemampuan pemecahan masalah).

b. Sosial (termasuk ekspresi diri, kontrol diri).

c. Fisik (rentang gerak, koordinasi motorik kasar dan halus,)

d. Emosional (termasuk respon emosi yang kuat pada berbagai situasi) e. Komunikasi (keterampilan ekspresi dan pemahaman bahasa).

Dalam melakukan assesmen ini peneliti harus sudah dapat menentukan siapa yang dijadikan target sasaran perlakuan. Setelah itu peneliti dan lansia juga harus membangun hubungan yang baik.

3. Rencana Perlakuan

(52)

maka terapi musik yang diberikan haruslah bersifat untuk memperbaiki kekurangan dari komunikasi tersebut. Durasi waktu melakukan terapi, materi yang diberikan semua harus direncanakan. Perlu diingat oleh lansia jika sasaran atau objek telah mengalami perubahan atau perbaikan maka kegiatan terapi perlu dihentikan. Sedangkan jika sasaran atau objek belum menunjukan perubahan yang berarti maka perlu dilakukan pengembangan dalam melaksanakan tindakan.

2.3.9 Pengukuran Terapi Musik Klasik

Menurut para pakar terapi musik, tubuh manusia memiliki pola getar dasar. Kemudian vibrasi musik yang terkait erat dengan frekuensi dasar tubuh atau pola getar dasar memiliki efek penyembuhan yang hebat pada seluruh tubuh, pikiran, dan jiwa manusia, yang menimbulkan perubahan emosi, organ, hormon, enzim, sel-sel dan atom (Kozier, 2010 : 39 - 40).

Elemen musik terdiri dari lima unsur penting, yaitu pitch (frekuensi), volume (intensity), timbre (warna nada), interval, dan rhytm (tempo atau durasi) (Heather, 2010: 40). Contohnya pitch yang tinggi, dengan rhytm cepat dan volume yang keras akan meningkatkan ketegangan otot dan menimbulkan perasaan tidak nyaman. Sebaliknya, pada pitch yang rendah dengan rhythm yang lambat dan volume yang rendah akan menimbulkan efek rileks (Wigram, 2002: 49).

(53)
(54)

32

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka Konsep adalah suatu uraian dan visualisasi tentang hubungan atau kaitan antara konsep – konsep atau variabel – variabel yang akan di amati atau di ukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoatmojo, 2012). Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Keterangan :

(55)

3.2 Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 2010).

Dari kajian di atas tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

(56)

34

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Menurut (Notoatmojo, 2010) jenis penelitian ini adalah menjelaskan penelitian yang diusulkan tersebut termasuk ke dalam jenis atau metode yang mana tentang penelitian yang di usulkan tersebut. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Analitik Experimental (memerlukan perlakuan).

4.2 Rancangan Penelitian

Desain penelitian adalah keseluruhan dari perencanaan untuk menjawab pertanyaan penelitian dan mengantisipasi beberapa kesulitan yang mungkin timbul selama proses penelitian (Nursalam, 2008).

Desain penelitian yang digunakan adalah pre experimental dengan menggunakan pendekatan metode one group pre post test design. One group pre post test design merupakan cara pengukuran terhadap satu kelompok tanpa adanya kelompok pembanding (kontrol) dengan melakukan satu kali pengukuran di depan (pre test) sebelum dikenai perlakuan tertentu.

(57)

4.3 Waktu dan Tempat Penelitian 4.3.1 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai bulan Juni 2018. 4.3.2 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Posyandu Lansia Desa Denanyar Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang.

4.4 Populasi, Sampel, Sampling 4.4.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek dan subjek yang mempengaruhi kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2011). Populasi dari penelitian ini adalah semua lansia di Posyandu Lansia Desa Denanyar Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang yang sehat jasmani dan rohani, berusia 60 – 74 tahun berjumlah 32 lansia.

4.4.2 Sampel

Sampel tertidiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subyek penelitian (Nursalam, 2013).

Menurut (Nursalam, 2011) mencari sampel menggunakan rumus : n = N

1 + N (d2) Keterangan :

(58)

N = Jumlah populasi

d2 = Tingkat signifikan/ tingkat kesalahan yang dipilih (d2 = 0,05) n = N

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagian lansia di Posyandu Lansia Desa Denanyar Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang berjumlah 30 lansia.

4.4.3 Teknik Sampling

Sampling penelitian adalah suatu proses seleksi sampel yang digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel akan mewakili keseluruhan populasi yang ada (Hidayat, 2014). Teknik sampling, yang digunakan dalam penelitian ini adalah probality sampling dan metode Simple random sampling pengambilan sampel dengan cara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam anggota populasi (Hidayat, 2014). Cara pengambilan sampel dengan melakukan undian semua jumlah populasi seperti arisan dan yang keluar dari undian tersebut yang akan dijadikan sampel.

(59)

Kerangka kerja merupakan langkah – langkah yang akan dilakukan dalam penelitia yang berbentuk kerangka hingga analisis datanya (Hidayat, 2010). Kerangka kerja dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Gambar 4.1 : Kerangka kerja Pengaruh Terapi Musik Klasik terhadap Tingkat stress pada Lansia di Posyandu Lansia Desa Denanyar Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang.

4.6 Identifikasi Variabel

4.6.1 Variabel Independent (Bebas)

Variabel Independent adalah variabel yang nilainya menentukan variabel lain. Suatu keadaan yang menciptakan suatu dampak pada variablel dependent

Penyusunan Proposal

Populasi

Semua lansia di Posyandu Lansia Desa Denanyar Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang yang berusia 60 – 74 tahun sejumlah 32 lansia

Sampel

Sebagian lansia di Posyandu Lansia Desa Denanyar Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang sejumlah 30 lansia

Sampling

Simple random sampling

Desain Penelitian

Pre Experiment dengan pendekatan one group pre post test design

Pengumpulan data

Editing, coding, scoring, tabulating

Analisa data

Univariate, bivariate, uji wilcoxon

(60)

(Nursalam, 2011). Dalam penelitian ini variabel independentnya adalah terapi musik klasik.

4.6.2 Variabel Dependent (Terikat)

Variabel Dependent atau terikat adalah variabel yang nilainya ditemukan oleh variabel lain. Faktor yang diamati dan struktur untuk menentukan ada tidaknya pengaruh dari variabel bebas (Nursalam, 2011). Dalam penelitian ini variabel dependentnya adalah tingkat stres pada lansia

4.7 Definisi Operasional

Definisi Operasional adalah menjelaskan semua variabel dan istilah yang digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga memudahkan pembaca atau penguji dalam mengartikan penelitian (Nursalam, 2011). Adapun perumusan definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 4.7 : Definisi operasional Pengaruh Terapi Musik Klasik terhadap Tingkat stres padaLansia di Posyandu Lansia Desa Denanyar Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang.

Variabel Definisi

Operasional Parameter Alat ukur Skala

(61)

perubahan fisiologis,

4.8 Pengumpulan data dan analisa data 4.8.1 Instrumen penelitian

Instrumen penelitian adalah alat pengumpul data yang disusun dengan hajat untuk memperoleh data yang sesuai baik data kualitatif maupun data kuantitatif (Nursalam, 2013). Kuesioner dalam penelitian diartikan sebagai daftar pernyataan yang sudah tersusun dengan baik dan responden memberikan jawaban sesuai pemahaman (Hidayat, 2014). Kuesioner pengukuran tingkat stres menggunakan skala Depression Anxiety Scale (DASS 42). Kemudian dilakukan penelitian dan sebelumnya pada hari pertama memberikan pretest sebelum dilakukan treatmen dan pada hari ke empat belas memberikan postest sesudah dilakukan treatmen kepada semua responden. Dalam memberikan treatmen dapat menggunakan waktu 30 menit dalam sekali percobaan. Setelah selesai penelitian kuesioner yang telah di isi oleh responden terkumpul, peneliti melakukan tabulasi dan analisa data. Selanjutnya melakukan penyusunan laporan hasil penelitian.

4.8.2 Prosedur penelitian

Dalam melakukan penelitian, prosedur yang ditetapkan adalah sebagai berikut: 1. Mengurus surat pengantar penelitian ke STIKES ICME Jombang.

2. Menyerahkan surat perizinan penelitian dari STIKES ICME Jombang kepada Dinas Kesehatan Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang

(62)

4. Menyerahkan surat perizinan penelitian dari Puskesmas Pulo Lor kepada Kepala Desa Denanyar Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang

5. Menjelaskan kepada calon responden tentang penelitian dan bila bersedia menjadi responden dipersilahkan untuk menandatangani informed consent. 6. Cari tempat yang nyaman dan tenang agar tidak terganggu pada saat pemberian

terapi musik. Pemberian terapi musik akan diberikan seminggu 3x dalam waktu dua minggu dengan durasi music 30 menit.

7. Responden mengisi semua daftar pertanyaan dalam kuesioner yang telah diberikan, dan jika telah selesai kuesioner diserahkan pada peneliti.

8. Setelah kuesioner terkumpul, peneliti melakukan tabulasi dan analisa data. 9. Penyusunan laporan hasil penelitian.

4.8.3 Cara Analisa Data 1. Pengolahan Data

Menurut Hidayat (2014) setelah angket dari responden terkumpul, selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan cara sebagai berikut:

a. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul.

b. Coding

(63)

book) untuk memudahkan kembali melihat dan arti suatu kode dari suatu variabel.

1) Responden

Responden 1 = R1 Responden 2 = R2 Responden 3 = R3 2) Umur

60 – 65 = U1

66 – 70 = U2

70 – 74 = U3 3) Jenis kelamin

Laki-laki = J1

Perempuan = J2 4) Pekerjaan

Ibu rumah tangga = Pk1

Swasta = Pk2

PNS = Pk3

TNI/Polisi = Pk4 Tani/Nelayan = Pk5

Lainnya = Pk6

5) Lingkungan

Bising = L1

(64)

c. Scoring

Scoring adalah melakukan penelitian untuk jawaban dari responden untuk mengukur tingkat stres menggunakan Kuesioner. Scoring untuk soal Pertanyaan positif yaitu :

(65)

0 % = Tidak ada satupun dari responden (Arikunto, 2010).

4.8.4Analisa Data

1. Analisis Univariate

Analisa data tes tingkat stres pada lansia kemudian dianalisis untuk menentukan skor akhir dan kemudian dikonversi kedalam data kuantitatif untuk menentukan kategori tingkat perubahan stres.

Langkah – langkah pengolahan data sebagai berikut : P = SP x 100% atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2010), yaitu kriteria terapi musik klasik dan tingkat stres pada lansia.

(66)

Jombang Kabupaten Jombang menggunakan alat uji wilcoxon yang dihitung menggunakan aplikasi di komputer. Diperoleh nilai p kemudian dibandingkan dengan α 0,05 p value > α (0,05) maka H0 diterima atau H1 ditolak, yang berarti tidak ada pengaruh terapi musik klasik terhadap tingkat stres pada lansia. P value < α (0,05) maka H0 ditolak atau H1 diterima, yang berarti ada pengaruh terapi musik klasik terhadap tingkat stres pada lansia.

4.9 Etika Penelitian 1. Informed Consent

Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden. Informed Consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan Informed Consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya.

2. Anonimity (tanpa nama)

Masalah etika merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama. Responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

(67)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian yang dilaksanakan di Posyandu Lansia Desa Denanyar Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang pada tanggal 18 - 28 April 2018 dengan jumlah responden 30 orang. Hasil penelitian disajikan dalam dua bagian yaitu data umum dan data khusus. Data umum dimuat karakteristik, umur, jenis kelamin, pekerjaan, lingkungan. Sedangkan data khusus terdiri dari terapi musik klasik, stres pada lansia usia 60 - 74 tahun serta tabel silang yang menggambarkan ada Pengaruh Terapi Musik Klasik terhadap Tingkat Stres pada Lansia Usia 60 - 74 Tahun di Posyandu Lansia Desa Denanyar Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang.

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Gambaran umum tempat penelitian

1. Letak Geografis Desa Denanyar Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang terletak pada dataran rendah, sebagian besar wilayah desa merupakan dataran. Desa Denanyar Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang sebagian besar adalah tanah pertanian dan pemukiman.

Jarak desa dengan pusat pemerintahan kabupaten : ± 1 km Jarak desa dengan ibu kota propinsi Jawa Timur : ± 79 km 2. Batas wilayah

Sebelah utara : Desa Banjardowo dan Kecamatan Tembelang Sebelah selatan : Kecamatan Diwek dan Jogoroto

Sebelah Barat : Kecamatan Perak Sebelah Timur : Kecamatan Peterongan 5.1.2 Data Umum

(68)

1. Karakteristik frekuensi responden berdasarkan umur

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan umur di Posyandu Lansia Desa Denanyar Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang Pada Bulan April 2018

Sumber : Data primer 2018

Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa hampir dari setengah responden berumur 70 - 74 tahun sejumlah 14 orang (46,7%).

2. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin di Posyandu Lansia Desa Denanyar Kecamatan Jombang Pada Bulan April 2018

No. Jenis Kelamin Frekuensi Presentase (%)

1. Perempuan 30 100,0

Sumber :Data primer 2018

Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan bahwa seluruhnya responden jenis kelamin perempuan sejumlah 30 orang (100%).

3. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan pekerjaan di Posyandu Lansia Desa Denanyar Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang Pada Bulan April 2018

No. Pekerjaan Frekuensi Presentase (%)

1. Ibu rumah tangga 20 66,7

(69)

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan lingkungan di Posyandu Lansia Desa Denanyar Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang Pada Bulan April 2018

No. Lingkungan Frekuensi Presentase (%)

1. Bising 20 66,7

2. Tenang 10 33,3

Total 30 100,0

Sumber :Data primer 2018

Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan bahwa sebagian besar dari responden berada di lingkungan yang bising sejumlah 20 orang (66,7%). 5.1.3 Data khusus

1.Tingkat stres sebelum diberikan terapi musik klasik

Tabel 5.5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat stres sebelum diberikan terapi musik klasik di Posyandu Lansia Desa Denanyar Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang Pada Bulan April 2018

No.

Sumber : Data primer 2018

Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan bahwa hampir dari setengahnya responden memiliki tingkat stres sedang sebelum diberikan terapi musik sejumlah 14 orang (46,7%).

2. Tingkat stres setelah diberikan terapi musik klasik

Tabel 5.6 Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat stres setelah diberikan terapi musik klasik di Posyandu Lansia Desa Denanyar Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang Pada Bulan April 2018

No. Tingkat stres setelah diberikan

terapi musik klasik frekuensi

Presentase (%)

1. Normal 6 20,0

(70)

3. Sedang 11 36,7

4. Berat 1 3,3

Total 30 100,0

Sumber : Data primer 2018

Berdasarkan tabel 5.6 menunjukkan bahwa hampir dari setengahnya responden memiliki tingkat stres ringan setelah diberikan terapi musik klasik sejumlah 12 orang (40,0%)

3. Pengaruh Terapi Musik Klasik terhadap Tingkat Stres pada Lansia usia 60 –74 tahun

Tabel 5.7 Tabulasi silang Pengaruh Terapi Musik Klasik terhadap Tingkat Stres pada Lansia usia 60 - 74 tahun di Posyandu Lansia Desa Denanyar Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang Pada Bulan April 2018

Tingkat stres setelah diberikan terapi

musik klasik

Tingkat stres sebelum

diberikan terapi musik klasik Total

Normal Ringan Sedang Berat Sumber : Data primer 2018

Berdasarkan tabel 5.7 menunjukkan bahwa dari 30 responden, sebelum diberi terapi musik sebagian besar dari responden mengalami stres sedang berubah menjadi stres ringan setelah diberikan terapi musik klasik yaitu sejumlah 10 orang (71,4).

(71)

5.2 Pembahasan

Pada pembahasan ini, peneliti akan menguraikan tentang interpretasi dan diskusi hasil penelitian seperti yang telah dipaparkan dalam hasil penelitian sebelumnya juga dijelaskan tentang keterbatasan penelitian.

5.2.1Tingkat stres pada Lansia sebelum diberikan terapi musik

Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa hampir dari setengah responden berumur 70 - 74 tahun sejumlah 14 orang (46,7%).

Menurut peneliti hal ini pada usia 70 – 74 tahun sebagian besar mulai kurang mampu untuk merawat diri sendiri serta kurang mampu untuk melakukan suatu pekerjaan. Sehingga mengakibatkkan lansia kurang efektif dalam melakukan pekerjaanya. Oleh karena itu lansia pada umur 70 – 74 tahun sangat rentan sekali mengalami terjadinya stres.

(72)

Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan bahwa seluruhnya responden jenis

kelamin perempuan sejumlah 30 orang (100%).

Menurut peneliti hal ini dikarenakan pada wanita yang mengalami stres yaitu disebabkan karena wanita mempunyai peran penting dalam hal keluarga yaitu sebagai ibu rumah tangga yang melayani semua keperluan anak dan suaminya. Sehingga pada umumnya perempuan memiliki tingkat stres yang lebih tinggi. Dalam penelitian ini didapatkan bahwa jenis kelamin lansia cenderung banyak lansia perempuan yang mengalami stres (Marchira & Wirasto, 2007). Hal ini dapat disebabkan karena perempuan umumnya memiliki ambang stres yang lebih tinggi. Secara alamiah, stres yang lebih sering ditemukan pada perempuan merupakan dampak dari perubahan biologis terutama hormonal (Colangelo, 2013).

Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa sebagian besar dari responden berkerja sebagai Ibu rumah tangga sejumlah 20 orang (66,7%).

Menurut peneliti menyatakan bahwa ibu rumah tangga adalah beban dalam peran seorang ibu untuk melakukan pekerjaan yang ada di rumah. Selain menjadi Ibu Rumah Tangga, ibu juga berperan dalam menggantikan suami untuk membantu masalah ekonomi rumah tangganya. Hal tersebut dapat mengakibatkan banyaknya peran menjadi Ibu Rumah Tangga menimbulkan factor pemicu stres yang terjadi.

(73)

mental pada wanita secara langsung dipengaruhi oleh kebutuhan mereka dalam melakukan coping terhadap peran yang multiple seperti sebagai seorang ibu, pekerja, dan orang tua dari anak-anaknya. Hal tersebut dalam sebuah keluarga sehingga dapat menekan timbulnya faktor pemicu stres.

Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan bahwa sebagian besar dari responden berada di lingkungan yang bising sejumlah 20 orang (66,7%).

Menurut peneliti menunjukan bahwa adanya pengaruh pada lingkungan yang menimbulkan stres pada lansia yaitu disebabkan karena adanya lingkungan yang padat oleh penduduk dan lingkungan yang sangat bising oleh kendaraan bermotor ataupun proyek bangunan. Hal tersebut sering terjadi stres dikarenakan oleh faktor lingkungan tersebut.

Seseorang mengalami stres dapat dipicu oleh hubungan sosial dengan orang lain di sekitarnya atau akibat situasi sosial lainnya. Contohnya seperti stres adaptasi lingkungan baru, beberapa teman yang sudah meninggal dunia, penurunan fungsi indera penglihatan menyebabkan sulit mengenal tempat, penurunan muskuloskeletal sehingga sulit berjalan dengan sebagainya. Lansia juga bisa terkena stres karena lingkungan tempat tinggalnya. Lingkungan yang padat, macet, dan bising bisa menjadi sumber stres. Selain itu, lingkungan yang kotor, buruk, penuh dengan pencemaran juga dapat membuat merasa tidak nyaman dan pikiran selalu was – was akan dampak buruk pencemaran pada kesehatannya, sehingga lama – kelamaan membuat lansia mengalami stres (Aryani A, 2008). 5.2.2Tingkat stres pada Lansia usia 60 – 74 tahun setelah diberikan terapi musik klasik.

(74)

Menurut peneliti menyatakan bahwa ibu rumah tangga adalah beban dalam peran seorang ibu untuk melakukan pekerjaan yang ada di rumah. Selain menjadi Ibu Rumah Tangga, ibu juga berperan dalam menggantikan suami untuk membantu masalah ekonomi rumah tangganya. Hal tersebut dapat mengakibatkan banyaknya peran menjadi Ibu Rumah Tangga menimbulkan faktor pemicu stres yang terjadi.

Banyaknya peranan yang harus ditanggung oleh seorang ibu rumah tangga, dapat menjadi stresor dari berbagai aspek dalam perannya tersebut. Taylor (1995) dalam bukunya mengatakan bahwa individu yang melakukan terlalu banyak tugas dalam kehidupannya terbukti memiliki tingkat stres yang lebih tinggi. Repetti (dalam Blechman & Brownell, 1998) mengatakan bahwa kesehatan fisik dan mental pada wanita secara langsung dipengaruhi oleh kebutuhan mereka dalam melakukan coping terhadap peran yang multiple seperti sebagai seorang ibu, pekerja, dan orang tua dari anak-anaknya. Hal tersebut dalam sebuah keluarga sehingga dapat menekan timbulnya faktor pemicu stres.

5.2.3Analisis Pengaruh terapi musik klasik terhadap tingkat stres pada lansia usia 60 – 74 tahun

Gambar

Gambar 3.1
Gambar 4.1  :
Tabel   4.7 :  Definisi operasional Pengaruh Terapi Musik Klasik terhadap Tingkat stres padaLansia di Posyandu Lansia Desa Denanyar Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang
Tabel  5.3  Distribusi Frekuensi responden berdasarkan pekerjaan di Posyandu
+3

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulannya adalah ada hubungan antara tipe kepribadian dengan tingkat kepuasan interaksi sosial lansia di posyandu lansia dusun gedangan desa ngudirejo

Kesimpulan pada penelitian ini yaitu ada hubungan antara respon spiritual dengan derajat kesehatan lansia di Posyandu Lansia Dusun Gedangan Desa Ngudirejo Kecamatan

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia yang mengalami insomnia di Posyandu Lansia Desa Ngudirejo Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang sejumlah 40 lansia,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi relaksasi guided imagery terhadap insomnia pada lansia di UPT telayanan Sosial Tresna Werdha

Depresi menjadi salah satu problem gangguan yang banyak ditemukan pada lansia, terjadi karena dipengaruhi oleh peran sosial yang kurang mendukung, tidak dapat

Low back pain pada petani padi lansia sebelum dilakukan senam tai chi berdasarkan penelitian yang dilakukan di Posyandu lansia Desa Banjardowo Kecamatan Jombang

Tingkat nyeri low back pain setelah dilakukan senam tai chi pada petani padi lansia yang dilakukan di Posyandu Lansia Desa Banjardowo Kecamatan Jombang

Sehingga dengan melihat fenomena yang ada perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh pemberian air rebusan daun salam terhadap penurunan kadar asam urat pada lansia