BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Selain menjadi mahluk individu, manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai
mahluk sosial. Manusia ditakdirkan untuk menjadi pemimpin di alam raya ini.
Dengan demikan, manusia mempunyai konsekuensi yang harus diemban dan
dijalankan, yaitu harus bisa menjaga keharmonisan, kesejahteraan, dan kebersamaan,
baik antar manusia dengan manusia lain maupun antara manusia dengan alam itu
sendiri. Namun, seiring dengan adanya perkembangan jaman yang terjadi di dunia ini
adalah sebaliknya, kekuasaan atau jiwa kepemimpinan yang diamanatkan oleh Tuhan
digunakan dengan salah oleh manusia-manusia yang tidak bertanggung jawab.
Sebagai contoh pengrusakan alam, penindasan antar manusia, bahkan menguasai
manusia lain yang lebih lemah dibandingkan dengan dirinya. Hal tersebut merupakan
fenomena-fenomena yang sering kali kita jumpai pada dewasa sekarang ini.
Berawal dari hal semacam itulah timbul berbagai masukan, kritikan, dan
nasihat dari manusia yang ingin membela diri. Dalam mengekpresikan situasi
emosional yang dirasakan tersebut, manusia berusaha melalui berbagai cara, salah
satunya dengan bermain musik. Seni musik yang telah dihasilkan seseorang dalam
berkehidupan di masyarakat memiliki hubungan erat dengan manusia. Dalam sejarah
peradaban manusia sampai saat ini, belum ditemukan suatu kaum yang meninggalkan
seni, khususnya musik. Itu artinya bahwa musik telah lama dimiliki oleh setiap
masyarakat, dan setiap anggota masyarakat adalah “musikal”. Dari itulah musik
hanya mencakup aspek motorik dan afeksi saja, tetapi juga kognisi, terutama pada
dialektika antara elemen-elemen musik dalam prilaku manusia dalam proses
psikologis yang terkait dalam lingkungan sosialnya. Dan hal itu tentu tidak dapat
lepas dari komunikasi di dalam musik, yang meliputi: intensitas penyaji, pementasan
dan pengalaman pendengar, musik sering dikatakan memiliki kekuatan dalam
komunikasi emosi.
Seni musik merupakan salah satu bagian dari kebudayaan Indonesia. Melalui
musik dan lagu, manusia dapat mengekpresikan perasaan, harapan, cita-cita, aspirasi
sesuai dengan pandangan hidup dan semangat zamannya. Musik seringkali
digunakan sebagai media penyampaian pesan yang unik melalui lagu. Musik
merupakan suara yang mengandung irama, lagu, dan keharmonisan terutama suara
yang dihasilkan oleh alat yang dapat menghasilkan irama. Walaupun musik
merupakan fenomena intuisi, untuk menciptakan, memperbaiki, dan
mempersembahkannya, akan tetapi itu semua merupakan suatu bentuk seni,
sedangkan lagu merupakan suatu komposisi irama dan musik yang melibatkan vokal
di dalamnya dan orang yang menyanyikan lagu tersebut adalah penyanyi. Tentu saja
ada perbedaan, lagu tidak mungkin lepas dari komponen musik, karena apabila lirik
berdiri tunggal tanpa diiringi musik maka hal tersebut tidak dapat lagi dikatakan
sebagai sebuah lagu, sedangkan musik memungkinkan komposisi irama dan melodi
berdiri tunggal tanpa keharusan iringan vokal di dalamnya. Kesemuannya itu
dirangkai dengan kata-kata yang indah, puitis dan tidak selalu lugas.
Dalam hal ini, musik merupakan media yang universal dan efektif, dapat
menuangkan gagasan, pesan, dan ekspresi pengarang kepada pendengarnya melalui
bagaimana cara ia membawakannya. Gagasan atau isi yang terdapat dalam lagu
tersebut dapat berupa ungkapan cinta, ketidaksukaan terhadap suatu hal, emosi diri,
kegudahan, dan sebagainnya. Musik mengandung sebuah teks (lirik dalam lagu) yang
akan mengkomunikasikan beberapa konsep. Konsep tersebut antara lain,
menceritakan sesuatu, membawa kesan, menceritakan pengalaman pengarang, dan
mengkomentari sesuatu atau opini sosial. Musik adalah jalur yang cukup tepat untuk
mengungkapan segala sesuatu yang sedang dialami oleh seorang penyair (musisi),
entah itu ungkapan untuk dirinya sendiri maupun untuk orang-orang yang berada di
sekitarnya. Musik memang mempunyai berbagai macam genre, tergantung dari
masing-masing jiwa yang dimiliki oleh setiap musisi, yang terpenting ialah
bagaimana cara ia mengekpresikan emosi dirinya terhadap sesuatu yang ia alami.
Tidak dapat dipungkiri, lirik lagu merupakan faktor yang paling dominan
pada sebuah lagu dan dapat menjadi media penyampaian pesan yang hendak
disampaikan pengarang. Lirik lagu yang ditulis oleh penyair merupakan
penggambaran tentang apa yang sedang dirasakan oleh penyair itu sendiri, rasa cinta,
rasa ketidaksukaan terhadap sesuatu yang dihadapinya, dan memberikan komentar
atau kritikan yang dapat memberikan dampak positif bagi kepentingan bersama.
Itulah tujuan penyair menciptakan suatu lirik atau lagu dengan di iringi musik. Oleh
karena itu seorang penyanyi sekaligus pencipta lagu biasa juga dikatakan sebagai
musisi. Di negara kita ini, sudah cukup banyak musisi yang handal dan mempunyai
tingkat kreativitas yang tinggi. Mereka juga mempunyai kelebihan yang dianggap
cukup ekstrim dalam membuat sebuah lirik lagu. Jenis musik yang mereka mainkan
juga berbeda-beda, dari musik pop, punk, pop-rock, sampai pada jenis musik
Salah satu musisi dangdut senior di Indonesia, dikenal dengan nama Rhoma
Irama. Nama asli dari Rhoma Irama adalah Raden Oma Irama. Rhoma lahir di
Tasikmalaya pada 11 Desember tahun 1946, setahun setelah kemerdekaan Republik
Indonesia dari para penjajah. Ayah dari Rhoma bernama Raden Burdah Anggawirya,
dan Ibunda bernama Tuti Juariah. Mengenai pendidikan, SD Kibono Manggarai
Jakarta, SMP Negeri XV Jakarta, SMA Negeri VIII Jakarta ( sampai kelas II ), SMA
PSKD Jakarta, St Joseph Solo, SMA 17 Agustus Tebet Jakarta, Fakultas Sospol
Universitas 17 Agustus.
Melalui kemampuan intersubjektivitasnya pengarang menggali kekayaan
yang ada di dalam masyarakat, memasukannya kedalam karya sastra, yang kemudian
dinikmati oleh pembaca. Hubungan karya sastra dengan masyarakat, baik sebagai
negasi dan inovasi, maupun afirmasi, jelas merupakan hubungan yang hakiki. Karya
sastra mempunyai tugas penting, baik dalam usahanya untuk menjadi pelopor
pembaharuan, maupun memberikan pengakuan terhadap suatu gejala kemasyarakatan
(Ratna, 2013: 333-334). Karya sastra membangun dunia melalui kata-kata sebab
kata-kata mengandung energi. Melalui energi itulah terbentuk tentang citra dunia
tertentu, sebagai dunia yang baru (Ratna, 2007: 15). Selain itu, sastra merupakan
produk masyarakat. Ia berada di tengah-tengah masyarakat karena dibentuk oleh
anggotan masyarakat (pengarang) berdasarkan desakan-desakan emosionil dan
ketimpangan-ketimpangan yang terjadi di dalam masyarakat. Karya sastra memang
diciptakan pengarang untuk orang lain, bukan untuk dirinya sendiri. Karya sastra
yang diciptakan pengarang tentu saja tidak dalam keadaan kosong. Pengarang tentu
Mungkin saja berupa gagasan, cita-cita, saran, hasutan, dan lain-lain. Jelas bahwa
pengarang dalam menulis karya sastra mempunyai sesuatu yang ingin disampaikan
kepada pembaca. Misalnya karena melihat realitas yang menyentuh atau istimewa
(keadilan, kejujuran, atau kebobrokan) (Noor, 2010: 53).
Sehubungan dengan pernyataan di atas, Damono (2002: 12) menyatakan
bahwa pengarang besar tentu saja tidak sekedar menggambarkan dunia sosial secara
mentah. Ia mengemban tugas yang mendesak, memainkan tokoh-tokoh ciptaannya itu
dalam situasi rekaan agar mencari nasib mereka sendiri untuk selanjutnya
menemukan nilai dan makna dalam dunia sosial. Sastra karya pengarang besar
melukiskan kecemasan, harapan, dan aspirasi manusia. Oleh karenanya, ia
merupakan salah satu barometer sosiologis yang paling efektif untuk mengukur
tanggapan manusia terhadap kekuatan sosial. Kekuatan sosial tersebut dapat menjadi
bahan pertimbangan tentang baik buruknya suatu karya sastra yang diciptakan
pengarang. Bagaimanapun juga karya sastra adalah bentuk dari kekuatan sosial yang
terjadi di dalam masyarakat.
Karya sastra juga merupakan salah satu media penyampaian pesan, gagasan,
tanggapan, pandangan terhadap sesuatu yang dianggap baik dan buruk, yang
dirasakan oleh seseorang, disampaikan dalam bentuk lisan maupun tulisan. Dalam
bentuk lisan, seseorang dapat menyampaikan gagasannya melalui cara bernyanyi,
musikalisasi puisi, bercerita, dan lain sebagainya. Sedangkan dalam bentuk tulisan,
seseorang dapat menyampaikan pemikirannya atau pandangannya dengan cara
menulis novel, puisi, menulis artikel, dan sebagainya. Dalam kaitannya dengan hal
tersebut, salah satu bentuk penyampaian pesan dan isi hati yang dirasakan seseorang
ekspresi (baik ekspresi emosional maupun ekspresi lainnya) dan nada-nada atau
alunan vibrasi yang dikeluarkan oleh penyanyi, diiringi musik yang pas, sehingga
dapat dinikmati oleh pendengarnya. Ekspresi yang ditampilkan oleh penyanyi saat
menyanyikan sebuah lagu merupakan gambaran dari apa yang sedang dirasakan oleh
penyanyi tersebut. Oleh karena itu, bernyanyi menggunakan ekspresi yang tepat akan
memperindah tema dari lagu tersebut.
Dalam hal ini, Rhoma Irama terhitung sebagai salah satu penghibur yang
paling sukses dalam mengumpulkan massa. Rhoma Irama bukan hanya tampil di
dalam negeri tapi ia juga pernah tampil di Kuala Lumpur, Singapura, dan Brunei
dengan jumlah penonton yang hampir sama ketika ia tampil di Indonesia. Sering
dalam konser Rhoma Irama, penonton jatuh pingsan akibat berdesakan. Orang
menyebut musik Rhoma adalah genre musik dangdut, sementara ia sendiri lebih suka
bila musiknya disebut sebagai irama Melayu. Pada tahun tujuh
puluhan, Rhoma Irama sudah menjadi penyanyi dan musisi ternama setelah jatuh
bangun dalam mendirikan band musik, mulai dari band Gayhand tahun 1963 dan tak
lama kemudian, ia pindah masuk Orkes Chandra Leka, sampai akhirnya membentuk
band sendiri bernama Soneta yang sejak 13 Oktober 1973 mulai berkibar. Rhoma
Irama disebut-sebut sebagai raja dangdut Indonesia, karena ia telah menciptakan lagu
yang berjumlah kurang lebih 330 lagu. Hal tersebut merupakan sesuatu yang luar
biasa bagi masyarakat. Ke-330 lagu tersebut sangat mewakili berbagai macam hal
yang terjadi, baik dalam diri Rhoma sendiri maupun dari lingkungan sekitarnya yang
sifatnya nyata (Fourtofour, 2012: 11).
Rhoma merupakan seseorang yang mempunyai keberanian untuk mengkritik
pernah dikritiknya melalui sebuah lagu, sampai dirinya pun harus dikecam oleh
pemerintah pada masa orde baru dan tidak boleh menyanyikan lagu tersebut, baik di
televisi maupun di media yang lain. Di sisi lain, Rhoma juga mengkritik perilaku
masyarakat yang semakin hari semakin berperilaku tidak baik dan tidak berakhlak
terhadap Tuhan. Akan tetapi, Rhoma tidak seperti musisi-musisi Indonesia yang
dalam melakukan kritikan sangatlah tajam, seperti halnya Iwan Fals, grup band
Slank, dan masih banyak lagi musisi Indonesia yang melakukan kritikan. Rhoma
memang mengkritik, tetapi ia tidak memakai bahasa yang dianggap seronoh, dan ia
selalu berpesan terhadap fenomena-fenomena yang dianggap tidak baik, baik itu bagi
individu manusia maupun kepentingan bersama. Seperti pada sepotong lirik lagu
yang berjudul “Hak Asasi” :
Kita semua bebas memilih Jalan hidup yang disukai Tuhan pun tidak memaksakan Apa yang hamba-Nya lakukan
Kalau kita lihat pada judulnya, sudah jelas bahwa lirik tersebut merupakan
kritik terhadap hak azasi manusia yang ditujukan kepada pemerintah Indonesia.
Dalam hal ini yang dimaksudkan yaitu bebas dalam melakukan apapun yang
manusia itu inginkan, baik itu kebebasan untuk memilih jalan hidup, bebas dalam
mengeluarkan pendapat, maupun kebebasan yang lainnya. Tuhan-pun tidak
memaksakan kehendak apa yang ingin hamba-Nya lakukan. Yang terpenting ialah
Tuhan sudah menentukan dan memberikan arahan maupun larangan kepada manusia,
untuk bagaimana ia bertindak dan berperilaku yang baik. Selain itu, tidak hanya
pemerintah yang dikritiknya melalui sebuah lagu, perilaku masyarakat pun ia kritik,
“di mana-mana di belahan muka bumi ini
Terdengar suara genderang perang silih-berganti di mana-mana di belahan muka bumi ini
Teramat banyaknya bergelimpangan manusia mati”
Potongan lirik di atas merupakan cerminan yang terjadi secara nyata atas
keserakahan manusia akan menguasai sesuatu, maka dari itu Rhoma Irama
terinspirasi untuk menuangkannya dalam bentuk lirik lagu yang berjudul “Nafsu
Serakah”. Adanya keserakahan manusia dapat menjadi faktor terjadinya kekerasan di
masyarakat. Kekerasan seperti itu yang menyebabkan cidera atau matinya orang lain.
Beberapa bentuk kekerasan itu seperti: suara genderang perang silih-berganti,
mengakibatkan manusia menjadi mati. Wajar kalau kemudian Rhoma mengkritik
keadaan yang sangat merugikan itu. Mengkritik sifat manusia yang sangat serakah
karena ingin berkuasa, dengan segala kelicikannya mereka menghalalkan segala cara,
mereka senang menegakkan hukum rimba, golongan yang kuat menindas golongan
yang lemah, segelintir orang yang haus akan kekuasaan membuat dunia penuh
dengan penderitaan. Solusi yang diharapkan oleh Rhoma adalah mereka harus segera
menghentikanlah penindasan, kedhaliman, demi tercapainya dan menegakkan sebuah
keadilan, dan menghilangkan keluhan manusia yang menjadi mangsa dari manusia
yang liannya. Kembalilah kepada sang Pencipta, jangan mempertuhankan dunia dan
jadikanlah agama sebagai pedoman dalam berkehidupan, karena agama bukan
pelengkap belaka.
Sehubungan dengan hal tersebut, kenyataan yang terjadi pada dewasa ini,
membuahkan hasil yang baik bagi masyarakat Indonesia. Dengan adanya
semakin hari semakin membaik, walaupun dalam hal membangun negara yang maju
Indonesia belum mampu secara maksimal, tetapi sudah kita rasakan bagaimana
negara Indonesia sekarang ini. Itu semua juga berkat para penyair yang menuangkan
pendapatnya dalam sebuah syair, lagu, puisi, dan sebagainya. Jadi, dapat disimpulkan
bahwa lirik lagu yang ditulis dan dinyanyikan oleh Rhoma Irama merupakan sebuah
dakwah yang ditujukan kepada masyarakat dan pemerintah. Hal itu tampak jelas
sekali ketika kita mendengarkan lagu-lagu yang dibawakan oleh Rhoma bersama
grup band Soneta.
Dari penjelasan di atas, peneliti memilih lagu-lagu Rhoma Irama sebagai
objek penilitian ini. Mengapa demikian, karena peniliti ingin mengetahui ragam
kritik sosial yang terdapat pada lirik lagu Rhoma Irama dan keterkaitan antara kritik
sosial lirik-lirik lagu Rhoma Irama dengan kondisi pemerintahan dan perilaku
masyarakat. Selain itu, peneliti juga kagum terhadap Rhoma Irama, karena
keberaniannya yang telah mengkritik pemerintah pada masa orde baru dengan
mengeluarkan lagu yang berjudul Hak Azasi. Pada saat itu Rhoma dilarang untuk
tampil di TVRI (salah satu stasiun televisi Indonesia) maupun mendendangkan
lagunya di radio dan media sejenisnya. Oleh karena itu, lirik-lirik lagu Rhoma Irama
layak untuk diteliti menggunakan teori sosiologi sastra. Dari yang kita pahami bahwa
pendekatan sosiologi sastra adalah pendekatan yang menganggap karya sastra
sebagai cerminan masyarakat dan pengarang itu sendiri berasal dari anggota
masyarakat tersebut. Jadi, pendekatan sosiologi sastra tepat digunakan dalam
B. Perumusan Masalah
Dari latar belakang yang sudah dikemukakan di atas, maka penulis dapat
membatasi pembahasan yang akan difokuskan pada pokok masalah berikut.
1. Kritik sosial apa saja yang terdapat pada lirik lagu Rhoma Irama?
2. Bagaimanakah keterkaitan kritik sosial pada lirik lagu Rhoma Irama dengan
kondisi pemerintah dan masyarakat sekarang ini?
C. Tujuan Penelitian
Sehubungan dengan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk.
1. Mendeskripsikan kritik sosial yang terdapat pada lirik lagu Rhoma Irama.
2. Mendeskripsikan keterkaitan kritik sosial pada lirik lagu Rhoma Irama dengan
kondisi pemerintah dan masyarakat sekarang ini.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis
a. Dapat memberikan informasi yang bermakna bagi perkembangan ilmu
sastra, khususnya dalam hal pembahasan tentang kritik sosial terhadap lirik
lagu.
b. Menambah wawasan pengetahuan dalam bidang sastra, khususnya tata
sosial dan memberikan nilai-nilai luhur yang terdapat dalam lirik lagu, serta
mampu memberikan dampak positif bagi para pembaca agar menjadi lebih
baik dalam hidup berbangsa dan bermasyarakat, sehingga akan terwujud
cita-cita bangsa mencapai masyarakat yang mempunyai ilmu pengetahuan
2. Manfaat Praktis
Dapat memberikan informasi yang bermakna bagi pembaca, khususnya bagi
kalangan terpelajar. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat membantu pembaca
atau peminat dalam persoalan pemahaman tentang dunia kesastraan Indonesia pada
umumnya dan mengetahui kritik sosial yang ada pada lagu-lagu genre dangdut pada
khususnya. Di sisi lain, penelitian ini juga dapat memberikan manfaat bagi khalayak
pendengar lirik lagu untuk memahami pesan yang ada dalam lirik lagu yang
diciptakan oleh Rhoma Irama. Pesan-pesan yang terkandung dalam lirik lagu dapat
menjadi manfaat yang baik mengenai gambaran tentang fenomena yang terjadi secara
nyata. Manfaat tersebut merupakan harapan yang diinginkan oleh peneliti.
Bagaimanapun juga, sebuah penelitian harus memberikan manfaat yang baik dan