• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Keluarga - BANGKIT YUDHA KRISTIANTO BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Keluarga - BANGKIT YUDHA KRISTIANTO BAB II"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

A. Pola Asuh Keluarga

Keluarga merupakan kelompok primer yang paling penting dalam masyarakat. Keluarga merupakan group yang terbentuk dari sebuah perhubungan laki-laki dan wanita, perhubungan banyak berlangsung lama untuk membesarkan dan menciptakan anak-anak termasuk pola asuh, cara merawat anak-anaknya hingga menjadi dewasa (Ahmadi, 1999).

1. Definisi Pola Asuh

Karakteristik individual mempengaruhi cara orang dewasa mengasuh anak-anak mereka khususnya yang berhubungan dengan disiplin. Orang tua berusaha keras kepada anak-anak apa yang mereka perlu ketahui dan kerjakan agar menjadi orang yang bahagia, percaya diri dan bertanggung jawab di masyarakat. Menurut Edwards seorang pakar psikologi anak, pola asuh adalah suatu cara atau metode yang dilakukan oleh seseorang kepada anak didiknya, guru kepada muridnya, orang tua kepada anaknya, agar anak tersebut dapat diarahkan sesuai dengan yang diinginkan si pendidik tersebut (Edwards, 2006).

(2)

mengenalkan anak pada aturan, norma dan tata nilai yang berlaku pada masyarakat (Hurlock, 1978).

2. Tipe-Tipe Pola Asuh

a. Pola asuh otoritative ( otoriter ).

Pola asuh yang otoriter akan terjadi komunikasi satu dimensi atau satu arah. Orang tua menentukan aturan-aturan dan mengadakan pembatasan-pembatasan terhadap perilaku anak yang boleh dan tidak boleh dilaksanakannya. Anak harus tunduk dan patuh terhadap orang tuanya, anak tidak dapat mempunyai pilihan lain. Orang tua memerintah dan memaksa tanpa kompromi. Anak melakukan perintah orang tua karena takut, bukan karena suatu kesadaran bahwa apa yang dikerjakan itu akan bermanfaat bagi kehidupannya kelak. Orang tua memberikan tugas dan menentukan berbagai aturan tanpa memperhitungkan keadaan anak, keinginan anak, keadaan khusus yang melekat pada individu anak yang berbeda-beda antara anak yang satu dengan yang lain. Perintah yang diberikan berorientasi pada sikap keras orang tua, sikap keras merupakan suatu keharusan bagi orang tua. Sebab tanpa sikap keras ini anak tidak akan melaksanakan tugas dan kewajibannya.

b. Pola asuh permisive ( bebas ).

(3)

Tidak mungkin orang tua yang mengunyah dan memasukkan makanan ke dalam perut anaknya. Orang tua membiarkan anaknya mencari dan menemukan sendiri apa yang diperlukan untuk hidupnya. Anak telah terbiasa mengatur dan menentukan sendiri apa yang dianggap baik. Orang tua sering mempercayakan anaknya kepada orang lain, sebab orang tua terlalu sibuk dalam pekerjaan, organisasi sosial dan sebagainya. Orang tua hanya bertindak sebagai polisi yang mengawasi permainan menegur dan mungkin memarahi. Orang tua kurang bergaul dengan anak-anaknva, hubungan tidak akrab dan anak harus tahu sendiri tugas apa yang harus dikerjakan.

(4)

menjadi berbuat semau-maunya; ia berbuat dengan mempergunakan ukuran diri sendiri. Pada hal anak berada dalam dunia anak dan dia harus masuk pada dunia nilai dan dunia anak. Oleh karena itu anak akan kebingungan bagaikan anak ayam yang ditinggalkan induknya. Akhirnya anak akan lari ke sana-kemari tanpa arah.

Dalam dua kondisi tersebut di atas tidak akan terjadi pola asuh yang bersifat berbeda antara orang tua dan anak. Relasi antara orang tua dan anak tampak berbeda pada pola asuh bebas dan ada batas yang kuat serta jurang pemisah antara anak dan orang tua pada pola asuh yang otoriter.

c. Pola asuh authoritative ( demokratis )

(5)

3. Karakteristik anak dalam kaitannya dengan pola asuh orang tua.

Berikut ini adalah karakteristik-karakteristik anak dengan pola-pola asuh tersebut di atas.

a. Pola asuh demokratis akan menghasilkan karakteristik anak anak yang mandiri, dapat mengontrol diri, mempunyai hubungan baik dengan teman, mampu menghadapi stress, mempunyai minat terhadap hal-hal baru, dan koperatif terhadap orang-orang lain.

b. Pola asuh otoriter akan menghasilkan karakteristik anak yang penakut,

pendiam, tertutup, tidak berinisiatif, gemar menentang, suka melanggar norma, berkepribadian lemah, cemas dan menarik diri.

c. Pola asuh permisif akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang impulsive, agresif, tidak patuh, manja, kurang mandiri, mau menang sendiri, kurang percaya diri, dan kurang matang secara sosial.

B. Teori –teori tentang sikap orang tua terhadap anak

Menurut Al-Istambuli (2002), Kecemasan orang tua disebabkan oleh timbulnya perbuatan negatif anak yang dapat merugikan masa depannya.”

Kekhawatiran orang tua ini cukup beralasan sebab anak kemungkinan akan berbuat apa saja tanpa berpikir risiko yang akan ditanggungnya. Biasanya penyesalan baru datang setelah anak menanggung segala risiko atas perbuatannya. Keadaan ini tentu akan mengancam masa depannya.

(6)

berada di rumah daripada di sekolah. Karena anak lebih lama berada di rumah, orang tualah yang selalu mendidik dan mengasuh anak tersebut.

Dalam mengasuh anak orang tua bukan hanya mampu mengkomunikasikan fakta, gagasan, dan pengetahuan saja, melainkan membantu menumbuhkembangkan kepribadian anak (Riyanto, 2002). Pendapat tersebut merujuk pada teori Humanistik yang menitikberatkan pendidikan bertumpu pada peserta didik. Artinya anak perlu mendapat perhatian dalam membangun sistem pendidikan. Apabila anak telah menunjukkan gejala-gejala yang kurang baik, berarti mereka sudah tidak menunjukkan niat belajar yang sesungguhnya. Kalau gejala ini dibiarkan terus akan menjadi masalah di dalam mencapai keberhasilan belajarnya. Menurut Clemes (2001) bahwa terjadinya penyimpangan perilaku anak disebabkan kurangnya ketergantungan antara anak dengan orang tua. Hal ini terjadi karena antara anak dan orang tua tidak pernah sama dalam segala hal. Ketergantungan anak kepada orang tua ini dapat terlihat dari keinginan anak untuk memperoleh perlindungan, dukungan, dan asuhan dari orang tua dalam segala aspek kehidupan. Selain itu, anak yang menjadi “masalah” kemungkinan

terjadi akibat dari tidak berfungsinya sistem sosial di lingkungan tempat tinggalnya. Dengan kata lain perilaku anak merupakan reaksi atas perlakuan lingkungan terhadap dirinya.

(Syamsu Yusuf ,2005 :51)Becker, Deutsch, Kohn, sheldon, tentang kaitan

(7)

 Kelas bawah cenderung lebih keras dan menggunakan hukuman fisik terjadi

dapa kelas menengah, anak dari kelas bawah bersikap lebih agresif, independen, lebih awal dalam pengalaman seksual.

 Kelas menengah cenderung lebih memberikan pengawasan dan perhatian

sebagai orang tua. Para ibunya merasa bertanggung jawab terhadap tingkah laku anak-anaknya dan menerapkan ambisi untuk meraih status tinggi, dan menekan anak untuk mengejar statusnya melalui pendidikan dan latihan profesional.

 Kelas atas cenderung lebih memanfaatkan waktu luangnya dengan kegiatan

tertentu, lebih memiliki latar belakang pendidikan yang reputasinya tinggi, dan biasanya senang mengembangkan apresiasi estetikanya, anak-anaknya cenderung memiliki rasa percaya diri dan cenderung memanipulasi aspek realititas ; Tabel 2.5 Pola Asuh Orang tua terhadap Perilaku Anak (Syamsu Yusuf, 2005 ).

Sedangkan tugas perkembangan anak-anak pada usia sekolah menurut (Wiwit W,Jash,& Metta R, 2003):

1. Belajar keterampilan fisik untuk bermain 2. Sikap yang sehat untuk diri sendiri 3. Belajar bergaul

4. Memainkan peran jenis kelamin yang sesuai 5. Keterampilan dasar

(8)

8. Mencapai kebebasan social dan kemandirian pribadi

9. Mengembangkan sikap-sikap terhadap kelompok dan lembaga social.

Menurut Djamarah (2002) seorang anak dengan kemiskinan ilmu pengetahuan sangat sulit untuk beradaptasi dan memahami perputaran roda zaman. Oleh karena itu, suatu hal yang harus anak lakukan adalah belajar.

Sardiman (2001) menyatakan beberapa pendapat tentang motivasi belajar

(9)

(Suryabrata, 2004). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi

belajar antara lain:

1. faktor eksternal yaitu faktor dari luar individu yang terbagi menjadi dua: faktor sosial meliputi faktor manusia lain baik hadir secara langsung atau tidak langsung dan faktor non sosial meliputi keadaan udara, suhu udara, cuaca, waktu, tempat belajar, dan lain-lain,

2. faktor internal yaitu faktor dari dalam diri individu yang terbagi menjadi dua: faktor fisiologis meliputi keadaan jasmani dan keadaan fungsi-fungsi fisiologis dan faktor psikologis meliputi minat, kecerdasan, dan persepsi.

( Turmudji, 2003 ).Pola asuh orang tua merupakan interaksi antara anak

dan orang tua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orang tua mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi anak untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat.

C. Prestasi Belajar 1. Pengertian

Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi,untuk mengetahui prestasi yang diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung.

(10)

yang dialami oleh siswa menghasilkan perubahan-perubahan dalam bidang pengetahuan dan pemahaman, dalam bidang nilai, sikap dan keterampilan. Adapun perubahan tersebut tampak dalam prestasi belajar yang dihasilkan oleh siswa pada pertanyaan, persoalan atau tugas yang diberikan oleh guru. Melalui prestasi belajar siswa dapat mengetahui kemajuan-kemajuan yang telah dicapainya dalam belajar.

Prestasi belajar merupakan hasil kegiatan belajar, yaitu sejauh mana peserta didik menguasai bahan pelajaran yang diajarkan, yang diikuti oleh munculnya perasaan puas bahwa ia telah melakukan sesuatu dengan baik. Hal ini berarti prestasi belajar hanya bisa diketahui jika telah dilakukan penilaian terhadap hasil belajar siswa ( Marsun dan Martaniah, 2000).

Menurut Poerwodarminto (Mila Ratnawati, 1996) yang dimaksud dengan prestasi adalah hasil yang telah dicapai, dilakukan atau dikerjakan oleh seseorang. Sedangkan prestasi belajar itu sendiri diartikan sebagai prestasi yang dicapai oleh seorang siswa pada jangka waktu tertentu dan dicatat dalam buku rapor sekolah.

(11)

Simbol – simbol nilai Huruf Predikat

86 – 100 A Baik Sekali

71 – 85 B Baik

56 – 70 C Cukup

41 – 55 D Kurang

< 40 E Sangat Kurang

Tabel 2.1 Tingkatan Prestasi Belajar ( sumber buku raport siswa ) 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

Meraih prestasi belajar yang baik, banyak sekali faktor yang perlu diperhatikan, karena dalam dunia pendidikan tidak sedikit siswa yang mengalami kegagalan. Kadang ada siswa yang memiliki dorongan yang kuat untuk berprestasi dan kesempatan untuk meningkatkan prestasi, tapi dalam kenyataannya prestasi yang dihasilkan di bawah kemampuannya.

Untuk meraih prestasi belajar yang baik banyak sekali faktor-faktor yang perlu diperhatikan. Menurut Sumadi Suryabrata (1998) dan Shertzer dan Stone (Winkle, 1997), secara garis besar faktor-faktor yang mem-pengaruhi belajar dan prestasi belajar dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu faktor internal dan faktor eksternal :

a. Faktor internal

Merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang dapat mempengaruhi prestasi belajar. Faktor ini dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu :

1) Faktor fisiologis

(12)

a) Kesehatan badan

Untuk dapat menempuh studi yang baik siswa perlu memperhatikan dan memelihara kesehatan tubuhnya. Keadaan fisik yang lemah dapat menjadi penghalang bagi siswa dalam menyelesaikan program studinya. Dalam upaya memelihara kesehatan fisiknya, siswa perlu memperhatikan pola makan dan pola tidur, untuk memperlancar metabolisme dalam tubuhnya. Selain itu, juga untuk memelihara kesehatan bahkan juga dapat meningkatkan ketangkasan fisik dibutuhkan olahraga yang teratur. b) Pancaindera

(13)

2) Faktor psikologis

Ada banyak faktor psikologis yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa, antara lain adalah :

a) Intelligensi

Pada umumnya, prestasi belajar yang ditampilkan siswa mempunyai kaitan yang erat dengan tingkat kecerdasan yang dimiliki siswa. Menurut Binet (Winkle,1997) hakikat inteligensi adalah kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan suatu tujuan, untuk mengadakan suatu penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan itu dan untuk menilai keadaan diri secara kritis dan objektif. Taraf inteligensi ini sangat mempengaruhi prestasi belajar seorang siswa, di mana siswa yang memiliki taraf inteligensi tinggi mempunyai peluang lebih besar untuk mencapai prestasi belajar yang lebih tinggi. Sebaliknya, siswa yang memiliki taraf inteligensi yang rendah diperkirakan juga akan memiliki prestasi belajar yang rendah. Namun bukanlah suatu yang tidak mungkin jika siswa dengan taraf inteligensi rendah memiliki prestasi belajar yang tinggi, juga sebaliknya .

b) Sikap

(14)

Sikap siswa yang positif terhadap mata pelajaran di sekolah merupakan langkah awal yang baik dalam proses belajar mengajar di sekolah.

c) Motivasi

Menurut Irwanto (1997) motivasi adalah penggerak perilaku. Motivasi belajar adalah pendorong seseorang untuk belajar. Motivasi timbul karena adanya keingintahuan atau kebutuhan-kebutuhan dalam diri seseorang. Seseorang berhasil dalam belajar karena ia ingin belajar. Sedangkan menurut Winkle (1991) motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar itu; maka tujuan yang dikehendaki oleh siswa akan tercapai. Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual. Peranannya yang khas ialah dalam hal gairah atau semangat belajar, siswa yang termotivasi kuat akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar. b. Faktor eksternal

(15)

1) Faktor lingkungan keluarga a) Sosial ekonomi keluarga

Diperoleh sosial ekonomi yang memadai, seseorang lebih berkesempatan mendapatkan fasilitas belajar yang lebih baik, mulai dari buku, alat tulis hingga pemilihan sekolah.

b) Pendidikan orang tua

Orang tua yang telah menempuh jenjang pendidikan tinggi cenderung lebih memperhatikan dan memahami pentingnya pendidikan bagi anak-anaknya, dibandingkan dengan yang mempunyai jenjang pendidikan yang lebih rendah.

c) Perhatian orang tua dan suasana hubungan antara anggota keluarga Dukungan dari keluarga merupakan suatu pemacu semangat berpretasi bagi seseorang. Dukungan dalam hal ini bisa secara langsung, berupa pujian atau nasihat; maupun secara tidak langsung, seperti hubugan keluarga yang harmonis.

2) Faktor lingkungan sekolah a) Sarana dan prasarana

(16)

b) Kompetensi guru dan siswa

Kualitas guru dan siswa sangat penting dalam meraih prestasi, kelengkapan sarana dan prasarana tanpa disertai kinerja yang baik dari para penggunanya akan sia-sia belaka. Bila seorang siswa merasa kebutuhannya untuk berprestasi dengan baik di sekolah terpenuhi, misalnya dengan tersedianya fasilitas dan tenaga pendidik yang berkualitas, yang dapat memenihi rasa ingintahuannya, hubungan dengan guru dan teman-temannya berlangsung harmonis, maka siswa akan memperoleh iklim belajar yang menyenangkan. Dengan demikian, ia akan terdorong untuk terus-menerus meningkatkan prestasi belajarnya.

c) Kurikulum dan metode mengajar

(17)

3) Faktor lingkungan masyarakat a) Sosial budaya

Pandangan masyarakat tentang pentingnya pendidikan akan mempengaruhi kesungguhan pendidik dan peserta didik. Masyarakat yang masih memandang rendah pendidikan akan enggan mengirimkan anaknya ke sekolah dan cenderung memandang rendah pekerjaan guru atau pengajar.

b) Partisipasi terhadap pendidikan

Bila semua pihak telah berpartisipasi dan mendukung kegiatan pendidikan, mulai dari pemerintah (berupa kebijakan dan anggaran) sampai pada masyarakat bawah, setiap orang akan lebih menghargai dan berusaha memajukan pendidikan dan ilmu pengetahuan.

3. Pengukuran prestasi belajar

(18)

Syaifuddin Azwar (1998) menyebutkan bahwa ada beberapa fungsi penilaian dalam pendidikan, yaitu :

a. Penilaian berfungsi selektif (fungsi sumatif)

Fungsi penilaian merupakan pengukuran akhir dalam suatu program dan hasilnya dipakai untuk menentukan apakah siswa dapat dinyatakan lulus atau tidak dalam program pendidikan tersebut. Dengan kata lain penilaian berfungsi untuk membantu guru mengadakan seleksi terhadap beberapa siswa, misalnya:

1) Memilih siswa yang akan diterima di sekolah 2) Memilih siswa untuk dapat naik kelas

3) Memilih siswa yang seharusnya dapat beasiswa b. Penilaian berfungsi diagnostik

Fungsi penilaian ini selain untuk mengetahui hasil yang dicapai siswa juga mengetahui kelemahan siswa sehingga dengan adanya penilaian, maka guru dapat mengetahui kelemahan dan kelebihan masing-masing siswa. Jika guru dapat mendeteksi kelemahan siswa, maka kelemahan tersebut dapat segera diperbaiki.

c. Penilaian berfungsi sebagai penempatan (placement)

(19)

d. Penilaian berfungsi sebagai pengukur keberhasilan (fungsi formatif) Penilaian berfungsi untuk mengetahui sejauh mana suatu program dapat diterapkan. Sebagai contoh adalah raport di setiap semester di sekolah-sekolah tingkat dasar dan menegah dapat dipakai untuk mengetahui apakah program pendidikan yang telah diterapkan berhasil diterapkan atau tidak pada siswa .

Nilai raport biasanya menggambil nilai dari angka 1 sampai dengan 10, tetapi dalam kenyataan nilai terendah dalam rapor yaitu 4 dan nilai tertinggi 9. Nilai-nilai di bawah 6 berarti tidak tuntas atau buruk , sedangkan nilai-nilai di atas 6 berarti cukup baik, baik dan sangat baik.

D. Kerangka Teori

Gambar 2.2 Kerangka Teori

(sumber : Sumadi Suryabrata, 1998 ; psikologi pendidikan; Winkle, 1997; psikologi anak ; dan Hurlock, 1978 ; psikologi anak )

Faktor internal

Pola asuh orang tua Prestasi belajar

Hubungan orang tua dan anak

Sikap orang tua Ekonomi keluarga Suasana dalam keluarga keluarga

(20)

E. Kerangka Konsep

Hipotesis adalah jawaban atau dugaan sementara yang kebenarannya masih perlu diteliti lebih lanjut (Notoamodjo, 2005). Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

H0 = Tidak ada hubungan antara karakteristik dan pola asuh keluarga dengan prestasi anak SMP N 1 Bukateja

Ha = Ada hubungan antara karakteristik dan pola asuh keluarga dengan prestasi anak SMP N 1 bukateja - Kompetensi guru dan siswa - Kurikulum dan metode

mengajar - Sosial budaya - Partisipasi terhadap

(21)

G. Karakteristik Orang Tua 1. Umur

Umur adalah rentang kehidupan yang diukur dengan tahun, dikatakan masa awal dewasa adalah usia 18 tahun sampai 40 tahun, dewasa Madya adalah 41 sampai 60 tahun, dewasa lanjut >60 tahun, umur adalah lamanya hidup dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan (Harlock, 2004).

2. Agama

Agama adalah suatu sistem terpadu yang terdiri atas kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal-hal yang suci. Agama merupakan masalah yang essensial bagi kehidupan manusia karena menyangkut keyakinan seseorang yang dianggap benar. Keyakinan terhadap agama mengikat pemeluknya secara moral. Keyakinan itu membentuk golongan masyarakat moral (umat). Umat pemeluk suatu agama bisa dikenali dari cara berpakaian, cara berperilaku, cara beribadah, dan sebagainya. Jadi diferensiasi agama merupakan pengelompokan masyarakat berdasarkan agama atau kepercayaannya ( Durkheim, 2003 ).

3. Suku

(22)

4. Pendidikan

Pendidikan berasal dari kata “didik”, Lalu kata ini mendapat awalan kata

“me” sehingga menjadi “mendidik” artinya memelihara dan memberi

latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran,

tuntutan dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. ( Kamus Bahasa Indonesia, 1991 ).

5. Pekerjaan atau profesi

dalam arti luas adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh manusia. Dalam arti sempit, istilah pekerjaan digunakan untuk suatu tugas atau kerja yang menghasilkan uang bagi seseorang. Dalam pembicaraan

sehari-hari istilah ini sering dianggap sinonim dengan profesi. ( Kamus Bahasa Indonesia,1991) .

6. Tipe keluarga

Menurut effendi ( 1998 ) tipe keluarga terdiri dari :

- Keluarga Inti (Nuclear Family): keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak.

- Keluarga Besar (Extended Family): keluarga inti ditambah sanak saudara misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi, dsb.

(23)

- Keluarga Duda/Janda (Single Family): keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian.

- Keluarga Berkomposisi (Composite): keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama-sama. - Keluarga Kabitas (Cahabitation): dua orang menjadi satu tanpa

pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga. 7. Penghasilan

pendapatan adalah hasil berupa uang atau materi lainnya yang dapat

Gambar

Tabel 2.1 Tingkatan Prestasi Belajar ( sumber buku raport siswa )
Gambar 2.2 Kerangka Teori
Gambar 2.3 Kerangka Konsep

Referensi

Dokumen terkait

Voltmeter untuk mengukur tegangan antara dua titik, dalam hal ini adalah tegangan pada lampu 3, voltmeter harus dipasang secara paralel dengan beban yang hendak diukur, posisi

sebagai Luka yang hancur pada extremitas sebagai Luka yang hancur pada extremitas atau anggota badan lain yang mengakibatkan atau anggota badan lain yang

[r]

• Interval kelas tidak boleh dimulai dengan suatu harga yang sama besarnya dengan harga kelas sebelumnya. Kolom pertama merupakan contoh pengelompokan kelas yang kurang baik

Data yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu data skunder karena menggunakan data-data yang telah tersedia dan data yang berasal dari hasil penilaian siswa,

Pada percepatan tetap, kecepatan rata-rata suatu partikel sama dengan setengah dari jumlah kecepatan awal dan kecepatan akhirnya.. Apakah ini tetap benar bila percetan tidak

Hasil penelitian ini adalah: pertama, peran yang dilakukan guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dalam membina akhlak siswa Kelas VIII SMP Sejahtera 4

Kepuasan responden di Instalasi Rawat Inap RSUD Tugurejo Semarang kategori tinggi adalah 38 responden ( 38 % ) dan kategori sedang 62 responden ( 62 % ), dengan