• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL BIMBINGAN DAN KONSELING KELUARGA UNTUK MEMPERTAHANKAN PERTUNANGAN DI DESA KADUARA BARAT KECAMATAN LARANGAN KABUPATEN PAMEKASAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MODEL BIMBINGAN DAN KONSELING KELUARGA UNTUK MEMPERTAHANKAN PERTUNANGAN DI DESA KADUARA BARAT KECAMATAN LARANGAN KABUPATEN PAMEKASAN."

Copied!
148
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL BIMBINGAN DAN KONSELING KELUARGA UNTUK MEMPERTAHANKAN PERTUNANGAN DI DESA KADUARA BARAT

KECAMATAN LARANGAN KABUPATEN PAMEKASAN

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk

Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

(S.Sos)

Oleh:

SYAIFATUL JANNAH NIM. B03213028

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vii

ABSTRAK

Syaifatul Jannah (B03213028), Model Bimbingan dan Konseling Keluarga untuk Mempertahankan Pertunangan di Desa Kaduara Barat Kecamatan Larangan Kabupaten Pamekasan.

Penelitian ini dilakukan karena keingintahuan peneliti tentang model upaya bimbingan dan konseling keluarga untuk mempertahankan pertunangan di Desa Kaduara Barat Kecamatan Larangan Kabupaten Pamekasan. Keingintahuan ini kemudian dikemas dengan rumusan masalah ”bagaimana pelaksanaan bimbingan dan konseling keluarga dan hasil akhir dari pelaksanaan bimbingan dan konseling keluarga untuk mempertahankan pertunangan?”. Permasalahan ini tentu membutuhkan jawaban agar lebih jelas dan mudah dipahami.

Dalam menjawab permasalahan tersebut, penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif kulitatif karena peneliti ingin menggali secara mendalam tentang model upaya bimbingan dan konseling keluarga untuk mempertahankan pertunangan baik dari segi pelaksanaannya dan hasil akhir dari pelaksanaan bimbingan dan konseling keluarga tersebut. Temuan dalam penelitian ini adalah upaya bimbingan dan konseling keluarga untuk mempertahankan pertunangan di Desa Kaduara Barat dilaksanakan dengan mengadakan pertemuan keluarga ke dua belah pihak pada hari-hari besar Islam seperti hari raya Idul fitri dan Idul Adha dan pada saat pasangan yang bertunangan tersebut sedang dihadapkan pada suatu permasalahan atau pada kesempatan baik lainnya. Pelaksanaannya menggunakan metode eklektik dengan langkah-langkah yang peneliti kaitkan dengan langkah-langkah bimbingan dan konseling keluarga pada umumnya, yakni pengembangan rapport, pengembangan apresiasi emotional,

pengembangan alternative modus perilaku, fase membina hubungan konseling, dan feed back. Pelaksanaan bimbingan dan konseling keluarga untuk mempertahankan pertunangan di Desa Kaduara Barat lebih ditekankan pada tahap pengembangan alternative modus perilaku dan fase membina hubungan konseling.

Hasil akhir dari pelaksanaan bimbingan dan konseling keluarga yang dilakukan oleh anggota keluarga ke dua belah pihak ini dikategorikan berhasil, karena telah ada rencana bagi pasangan-pasangan yang bertunangan untuk menikah setelah menyelesaikan studi S-1 nya dan kini bagi pasangan suami istri itu menikah setelah melalui masa pertunangan yang lama. Sehingga dapat dikatakan pula bahwa peran keluarga dalam memberikan bimbingan kepada anak-anak mereka yang bertunangan untuk mempertahankan hubungan pertunangan hingga menikah ini sangat kuat dan memberikan pengaruh besar

(7)

x

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian... 17

2. Subjek Penelitian... 19

3. Tahap-Tahap Penelitian... 20

4. Jenis dan Sumber Data... 21

5. Tehnik Pengumpulan Data... 23

6. Tehnik Analisis Data...25

7. Tehnik Keabsahan Data... 29

G. Sistematika Pembahasan... 30

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA... 33

A. Bimbingan dan Konseling Keluarga... 33

1. Pengertian Bimbingan dan Konseling Keluarga... 33

2. Sejarah Perkembangan Bimbingan dan Konseling Keluarga... 37

3. Tujuan Bimbingan dan Konseling Keluarga... 42

4. Tehnik-Tehnik Bimbingan dan Konseling Keluarga... 43

5. Tahap-Tahap Bimbingan dan Konseling Keluarga...46

B. Pertunangan...52

6. Khalwah (Bersepi-sepi Berdua) Tidak di Bolehkan... 66

7. Dampak Positif Pertunangan... 68

(8)

xi

BAB III: LAPORAN HASIL PENELITIAN MODEL BIMBINGAN DAN

KONSELING KELUARGA UNTUK MEPERTAHANKAN

PERTUNANGAN DI DESA KADUARA BARAT KECAMATAN

LARANGAN KABUPATEN PAMEKASAN... 75

A. Deskripsi Umum Objek Penelitian... 75

1. Deskripsi Lokasi... 75

2) Perekonomian atau home industry... 81

3) Potensi Sumber Daya Alam... 81

4) Keadaan pendidikan... 82

5) Kebudayaan...83

B. Deskripsi Hasil Penelitian... 85

1. Identitas Pasangan yang Bertunangan dan Identitas Pasangan Suami Istri yang Bertunangan...85

a. Identitas Pasangan yang Bertunangan... 85

b. Identitas Pasangan Suami Istri yang Bertunangan... 86

2. Model Bimbingan dan Konseling Keluarga untuk Mempertahankan Pertunangan di Desa Kaduara Barat Kecamatan Larangan Kabupaten Pamekasan... 87

BAB IV: ANALISA TENTANG PELAKSANAAN BIMBINGAN DAN KONSELING KELUARGA DAN HASIL AKHIR DARI PELAKSANAAN BIMBINGAN DAN KONSELING KELUARGA UNTUK MEMPERTAHANKAN PERTUNANGAN DI DESA KADUARA BARAT KECAMATAN LARANGAN KABUPATEN PAMEKASAN... 112

A. Analisa Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Keluarga untuk Mempertahankan Pertunangan di Desa Kaduara Barat Kecamatan Larangan Kabupaten Pamekasan... 112

B. Analisa Hasil Akhir Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Keluarga untuk Mempertahankan Pertunangan di Desa Kaduara Barat Kecamatan Larangan Kabupaten Pamekasan... 128

BAB V: PENUTUP... 132

A. Kesimpulan... 132

B. Saran... 136

(9)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang mau tidak mau akan

terus hidup secara bersamaan antara satu sama lain. Kehidupan sosial ini akan

terus mendorong manusia saling mengisi antara satu dengan yang lain.

Keterkaitan ini menjadi dasar seseorang untuk terus berhubungan dan

bertautan antara satu dengan yang lain. Salah satu keterkaitan ini adalah

mempersatukan tali silaturrahmi dua insan sosial dalam sebuah ikatan suci

yaitu perkawinan. Hal ini dijelaskan dalam Q.S An-Nur (24): 32.

مكئامإو مكدابع نم نيحلاَصلاو مكنم ىمايْا اوحكنأو

1

Dan kawinkanlah orang yang sendirian di antara kamu, dan

orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan

hamba-hamba sahayamu yang perempuan.

Suatu perkawinan biasanya didahului oleh suatu keadaan pendahuluan,

yang mempunyai sifat khusus dan yang paling umumnya dinamakan

pertunangan. Pertunangan berasal dari bahasa arab yaitu khitbah.2 Dalam hukum islam, pertunangan dikenal dengan lafal khitbah, dalam terminology arab memiliki akar kata yang sama dengan al-khitab dan al-khathab. Al-khatab berarti “pembicaraan”. Apabila dikatakan takhataba maksudnya “dua

orang yang sedang berbincang-bincang”. Jika dikatakan khatabahu fi amr

1

Yayasan Penyelenggara Penterjemah Alquran, Al-Quran dan Terjemahannya,

(Semarang: PT. Tanjung Mas Inti, 1992), hal. 549.

2

(10)

2

artinya “ia memperbincangkan sesuatu persoalan pada seseorang”. Jika

khitbah (pembicaraan) ini berhubungan dengan ihwal perempuan, maka makna yang pertama kali ditangkap adalah pembicaraan yang berhubungan

dengan persoalan pernikahannya.3

Menurut istilah, khitbah adalah permintaan seseorang laki-laki untuk menguasai seseorang perempuan tertentu dari keluarganya dan bersekutu

dalam urusan kebersamaan hidup.4

Madura merupakan sebuah daerah yang kaya akan tradisi dan budaya.

Salah satu tradisi dikalangan masyarakat Madura yang masih melekat hingga

saat ini ialah pertunangan, yaitu sebuah proses awal yang dilalui oleh dua

pasangan atau dua insan yang akan menikah. Termasuk juga di Desa Kaduara

Barat, Tradisi penyatuan dua insan ini merupakan ciri khas dari masyarakat

Kaduara Barat itu sediri. Keadaan pertunangan ini ada, apabila pihak laki-laki

dan pihak perempuan telah setuju untuk melakukan perkawinan dan tentunya

maksud tujuan ini didahului dengan suatu lamaran, yaitu permintaan pihak

laki-laki kepada pihak perempuan untuk dijadikan pasangan hidup. Hal ini

juga disebut dengan meminang.

Meminang maksudnya pihak laki-laki meminta kepada pihak perempuan

untuk menjadi istrinya dengan cara-cara yang sudah umum berlaku di

tengah-tengah masyarakat. Meminang termasuk usaha pendahuluan dalam rangka

perkawinan. Allah SWT menggariskan agar masing-masing pasangan yang

mau kawin, lebih dulu saling mengenal sebelum dilakukan akad nikahnya

3

Cahyadi Takariawan, Izinkan Aku Meminangmu, (solo: Era Intermedia, 2004), hal. 23.

4

Abdul Aziz Muhammad Azzam, Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqih Munakahat,

(11)

3

sehingga pelaksanaan perkawinannya nanti benar-benar berdasarkan

pandangan dan penilaian yang jelas.5

Di Desa Kaduara Barat Kecamatan Larangan Kabupaten Pamekasan,

Pertunangan dua insan ini terjadi baik karena dijodohkan oleh orang tua

maupun hasil sendiri (pacaran). Dalam tradisi Madura, para orang tua

mengkhitbahkan putra putrinya selama waktu kesepakatan yang disepakati

ketika awal pertunangan. Tak sedikit masyarakat Madura mengkhitbahkan

anak mereka selama kurang lebih 4 tahun. Hal ini terjadi karena tak jarang

dari para orang tua mengkhitbahkan anak-anak mereka sejak anak-anak

mereka masih berada di pondok pesantren atau masih melanjutkan studinya.

Uniknya dalam masa pertunangan, masyarakat Desa Kaduara Barat

memiliki kebiasan “Metraeh dan Nyaleneh”. Metraeh berarti membayarkan

zakat, sedangkan Nyaleneh berarti menggantikan baju. Dalam masa pertunangan pihak laki-laki membayarkan zakat dan memberi baju baru

kepada pihak perempuan terutama ketika bulan Ramadhan. Hal ini sudah

menjadi kebiasaan bagi yang bersangkutan yang dimaksudkan agar hubungan

kedua belah pihak tetap terjaga. Kebiasaan ini sudah mengakar kuat

dikalangan Desa Kaduara Barat. Namun untuk menjaga hubungan

pertunangan tersebut tentunya tidak hanya dengan “Metraeh dan Nyaleneh”,

akan tetapi juga didukung dengan beberapa faktor yang berhubungan dengan

peran keluarga masing-masing, salah satunya yaitu dengan sering

dilakukannya silaturrahmi.

5

(12)

4

Di Desa Kaduara Barat, masyarakatnya sangat menjunjung tinggi

nilai-nilai ke-Islaman. Islam menanjurkan bahwa masa pertunangan tidak lebih dari

3 bulan. Akan tetapi realita yang ada di Desa Kaduara Barat bahwa masih

banyak masyarakat yang menjalankan pertunangan dengan waktu yang relatif

lama. Pertunangan ini dipertahankan karena bertujuan untuk mengenal pribadi

masing-masing dan telah membudaya di kalangan masyarakat Desa Kaduara

Barat bertunangan dengan waktu yang relatif lama untuk menuju ke

pelaminan (menikah), hal ini disebabkan karena masyarakat Desa Kaduara

Barat melakukan pertunangan sejak masih di bawah umur. Tidak ada

keyakinan atau kepercayaan tertentu yang menyebabkan masyarakat Desa

Kaduara Barat melakukan pertunangan dengan waktu yang lama, hanya saja

ini merupakan budaya turun temurun dari para tetua mereka.6

Sebagai gambaran umum, akan peneliti paparkan sedikit tentang masa

pertunangan di Desa Kaduara Barat kecamatan Larangan Kabupaten

Pamekasan, terdapat dua pasangan, TR dan FT yang sudah menjalani

pertunangan kurang lebih 6 tahun yaitu dari tahun 2010-sekarang. Keduanya

dijodohkan oleh kedua orang tua mereka, karena kebetulan mereka berdua

masih memiliki hubungan keluarga. TR dan FT mengatakan bahwa terjaganya

hubungan pertunangan yang begitu lama tersebut karena adanya saling

kepercayaan diantara mereka dan selalu melakukan silaturrahmi setiap kali

ada kesempatan, terutama di hari-hari besar islam, seperti bulan ramadhan,

lebaran, dan lain-lain. Pada pertemuan ini TR “Metraeh dan Nyaleneh” FT.

6

(13)

5

Selain itu pada silaturrahmi ini terjadilah sebuah perbincangan antara keluarga

kedua belah pihak berupa nasehat-nasehat yang diberikan oleh kepala keluarga

agar bisa mempertahankan pertunangan mereka sampai tiba waktu menikah.

Pada pertemuan itu juga diisi dengan menceritakan hal-hal yang disukai dan

tidak disukai oleh masing-masing kedua pasangan tersebut, sehingga bisa

dikatakan bahwa pertemuan ini merupakan tahap pendekatan atau mengenal

lebih dalam dari masing-masing kedua pasangan.

Pertemuan silaturrahmi tersebut dalam dunia konseling, dikenal dengan

istilah Bimbingan dan Konseling Keluarga. Bimbingan dan Konseling

Keluarga atau Family therapy merupakan upaya bantuan yang diberikan kepada individu sebagai bagian dari anggota keluarga melalui sistem keluarga

(pembenahan komunikasi keluarga) agar potensinya berkembang seoptimal

mungkin dan masalahnya dapat diatasi atas dasar kemauan membantu dari

semua anggota keluarga berdasarkan kerelaan dan kecintaan terhadap

keluarga. 7 Farid Mashudi mengemukakan bahwa Family Therapy (Konseling

keluarga) merupakan proses bantuan kepada individu dengan melibatkan para

anggota keluarga lainnya dalam upaya menyelesaikan masalah yang dialami.8

Menurut perez yang dikutip oleh sofyan wilis, konseling keluarga (family

therapy) yaitu suatu proses interaktif untuk membantu keluarga dalam

mencapai keseimbangan dimana setiap anggota keluarga merasakan

kebahagiaan. Di Desa Kaduara Barat, Silaturrahmi yang dilakukan oleh kedua

belah pihak yang bertunangan, merupakan suatu proses interaktif untuk

7

Sofyan S. willis, Konseling Keluarga (Bandung: ALFABETA, 2008), hal. 83.

8

(14)

6

mencapai keseimbangan dan kebahagiaan sehingga hubungan pertunagan

tersebut bisa terjaga dan bertahan lama sampai tiba waktu untuk menikah.

Selain pengertian-pengertian di atas Sofyan Wilis juga berpendapat bahwa

konseling keluarga adalah usaha membantu indivdu anggota keluarga untuk

mengaktualisasikan potensinya atau mengantisipasi masalah yang dialaminya,

melalui sistem kehidupan keluarga, dan mengusahakan agar terjadi perubahan

perilaku yang positif pada diri individu yang akan memberikan dampak positif

pula terhadap keluarga lainnya.

Pengertian-pengertian lain juga menyebutkan bahwa bimbingan keluarga

merupakan upaya pemberian bantuan kepada para individu sebagai pemimpin

atau anggota keluarga agar mereka mampu menciptakan keluarga yang utuh

dan harmonis, memberdayakan diri secara produktif, dapat menciptakan dan

menyesuaikan diri dengan norma keluarga, serta berperan atau berpartisipasi

aktif dalam mencapai kehidupan keluarga yang bahagia.9

Bimbingan keluarga juga membantu individu yang akan berkeluarga

memahami tugas dan tanggung jawabnya sebagai anggota keluarga sehingga

individu siap menghadapi kehidupan berkeluarga. Bagi masyarakat di Desa

Kaduara Barat Bimbingan dan konseling keluarga perlu dilakukan untuk bisa

memberikan arahan dan penguatan kepada kedua belah pihak yang

bertunangan sehingga pertunangan mereka tetap terjaga dan nantinya dapat

berlanjut pada tahap akad (menikah). Masyarakat Desa Kaduara Barat

memiliki cara tersendiri dalam upaya memberikan bimbingan dan konseling

9

Ahmad Juntika Nurihsan, Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan,

(15)

7

keluarga kepada kedua pihak yang bertunangan untuk bisa mempertahankan

pertunangan mereka.

Dengan memperhatikan pembahasan tersebut di atas, peneliti tertarik

untuk mengetahui lebih mendalam model bimbingan dan konseling keluarga

yang dilakukan masyarakat Desa Kaduara Barat. oleh karena itu peneliti

melakukan penelitian dengan judul “Model Bimbingan dan Konseling Keluarga untuk Mempertahankan Pertunangan di Desa Kaduara Barat Kecamatan Larangan Kabupaten Pamekasan”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Keluarga untuk

Mempertahankan Pertunangan di Desa Kaduara Barat Kecamatan

Larangan Kabupaten Pamekasan?

2. Bagaimana hasil akhir pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Keluarga

untuk Mempertahankan Pertunangan di Desa Kaduara Barat Kecamatan

Larangan Kabupaten Pamekasan?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah di atas, maka

(16)

8

1. Memahami model pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Keluarga untuk

Mempertahankan Pertunangan di Desa Kaduara Barat Kecamatan

Larangan Kabupaten Pamekasan.

2. Mengetahui hasil akhir pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Keluarga

untuk Mempertahankan Pertunangan di Desa Kaduara Barat Kecamatan

Larangan Kabupaten Pamekasan.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi peneliti lain yang akan

melakukan penelitian tentang model bimbingan dan konseling keluarga

untuk mempertahankan pertunangan.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya bagi

pasangan yang bertunangan sehingga dapat tercipta keluarga yang sakinah

setelah menikah. dapat bermanfaat bagi keluarga pasangan yang

bertunangan agar bisa memberikan bimbingan dan konseling keluarga

yang baik kepada anak-anak mereka dalam rangka menjaga hubungan

pertunangan hingga tiba waktu untuk menikah.

E. Definisi Konsep

Pada dasarnya, konsep merupakan unsur pokok dari sebuah penelitian, dan

(17)

9

yang ada. Oleh karena itu, agar tidak terjadi kesalahpahaman, peneliti

memberikan batasan istilah atau definisi yang digunakan dalam penelitian ini.

Dengan demikian, istilah atau definisi yang dimaksud memiliki pengertian

terbatas.

Adapun batasan bagi beberapa konsep dalam penelitian ini:

1.

Bimbingan dan Konseling Keluarga

Sebelum menjelaskan definisi bimbingan dan konseling keluarga,

maka akan dijabarkan pengertian bimbingan, pengertian konseling, dan

pengertian keluarga.

Dalam buku Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling karya Prayitno

dan Erman Amti, crow&crow mengatakan Bimbingan adalah bantuan

yang diberikan oleh seseorang laki-laki atau perempuan yang memiliki

kepribadian yang memadai dan terlatih dengan baik dan terlatih dengan

baik kepada individu-individu setiap usia untuk membantunya mengatur

kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan pandangan hidupnya sendiri,

membuat keputusan sendiri dan menanggung bebannya sendiri.10

Bimbingan merupakan satu proses berkelanjutan (Continuous Process) hal ini mengandung arti bahwa kegiatan bimbingan bukan merupakan

suatu kegiatan yang dilakukan secara kebetulan. incidental, sengaja,

berencana, kontinu, terarah kepada tujuan.11

10

Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling (Jakarta : Rineka Cipta, 2004), hal. 94.

11

(18)

10

Pendapat lain menyatakan bahwa bimbingan merupakan bantuan yang

diberikan kepada seseorang (individu) atau sekelompok orang agar mereka

itu dapat berkembang menjadi pribadi-pribadi yang mandiri. Kemandirian

ini mencakup lima fungsi pokokyang hendaknya dijalankan oleh pribadi

mandiri, yaitu:

a. mengenal diri sendiri dan lingkungannya

b. menerima diri sendiri dan lingkungannya secara positif dan dinamis

c. mengambil keputusan

d. mengarahkan diri

e. mewujudkan diri.12

Adapun pengertian Konseling yaitu Counseling dalam kamus bahasa inggris dikaitkan dengan kata counsel, yang diartikan sebagai berikut :

nasehat (to abtain counsel), anjuran (to give counsel), pembicaraan (to take counsel), dengan demikian counseling dapat diartikan sebagai pemberian nasehat, pemberian anjuran dan pembicaraan dengan bertukar

pikiran.13

Konseling dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik antara

dua individu, di mana yang seorang (konselor) berusaha membantu (klien)

12

Prayitno, Profesionelisasi Konseling dan pendidik Konseling ( Jakarta: Depdikbud, Dirjen Dikti, Proyek PLTK, 1983) hal : 35

13

(19)

11

untuk mencapai pengertian tentang dirinya dengan masalah-masalah yang

dihadapinya.14

Sedangkan pengertian keluarga adalah kelompok awal dari semua

lembaga sosial yang berdasarkan kurun waktu yang tidak terbatas.

Keluarga merupakan tempat seseorang dalam berinteraksi pertama kali

sebelum terjun ke masyarakat. Dimana nilai-nilai seorang anak diperoleh

dalam lingkungan keluarga. Dan dari situlah kepribadian dibentuk pertama

kali. Keluarga inti terdiri dari seorang ayah, ibu dan anak.

Keluarga merupakan sistem sosial yang alamiah, berfungsi membentuk

aturan-aturan, dan komunikasi di antara para anggotanya.15

Jadi bimbingan dan konseling keluarga adalah metode yang dirancang

dan difokuskan pada keluarga dalam usaha untuk membantu memecahkan

masalah perilaku klien, serta sebagai proses pelatihan yang difokuskan

kepada orang tua klien selaku orang yang paling berpengaruh menetapkan

sistem dalam keluarga. pengertian ini merupakan gabungan dari pendapat

Golden dan Sherwood, serta pendapat dari Crane.16

Hakikat konseling yang mendasari Konseling Keluarga adalah bahwa

masalah yang dihadapi individu secara esensial bersifat interpersonal,

bukan intrapersonal, sehingga resolusinya menghendaki intervensi yang

diarahkan pada hubungan antar individu. Hubungan antar individu dalam

14

Rochman Natawidjaja, Penyuluhan di Sekolah (Bandung : Fa. Hasmar, 1969), hal. 32.

15

Achmad Juntika Nurihsan, Bimbingan dan Konseling (Bandung: Refika Aditama, 2010), hal. 99.

16

Namora Lumongga, Memahami Dasar-Dasar Konseling dalam Teori dan Praktek

(20)

12

keluarga menjadi fokus intervensi karena memiliki signifikasnsi besar

daripada bentuk hubungan lain dalam jaringan sosial.

Menurut Farid Mashudi, Family Therapy (Konseling keluarga) merupakan proses bantuan kepada individu dengan melibatkan para

anggota keluarga lainnya dalam upaya menyelesaikan masalah yang

dialami.17

Pengertian lain menyebutkan bahwa Family counseling/konseling keluarga adalah upaya bantuan yang diberikan kepada individu anggota

keluarga melalui sistem keluarga (pembenahan komunikasi keluarga) agar

potensinya berkembang seoptimal mungkin dan masalahnya dapat diatasi

atas dasar kemauan membantu dari semua anggota berdasarkan kerelaan

dan kecintaan terhadap keluarga.18

Menurut Perez yang dikutip oleh Sofyan Wilis, mengemukakan

pengertian konseling keluarga (family therapy) yaitu bahwa konseling

keluarga adalah suatu proses interaktif untuk membantu keluarga dalam

mencapai keseimbangan dimana setiap anggota keluarga merasakan

kebahagiaan.

Selain pengertian-pengertian di atas Sofyan Wilis juga berpendapat

bahwa konseling keluarga dalah usaha membantu indivdu anggota

keluarga untuk mengaktualisasikan potensinya atau mengantisipasi maslah

yang dialaminya, melalui sistem kehidupan keluarga, dan mengusahakan

17

Farid Mashudi, Psikologi Konseling (Yogjakarta: IRCsoD, 2012) hal. 241.

18

(21)

13

agar terjadi perubahan perilaku yang positif pada diri individu yang akan

memberikan dampak positif pula terhadap keluarga lainnya.

Dari beberapa definisi di atas dapat dijelaskan bahwa bimbingan dan

konseling keluarga adalah usaha membantu individu dengan melibatkan

anggota keluarga untuk mencapai keseimbangan sehingga dapat

mengaktualisasikan diri dan merasakan kebahagiaan.

Adapun yang dimaksud bimbingan dan konseling keluarga dalam

penelitian ini adalah suatu proses interaktif antar anggota keluarga untuk

mengembangkan potensi yang ada dan mengantisipasi masalah yang

dialami sehingga dapat mencapai kehidupan yang bahagia baik ketika

berada dalam masa pertunangan maupun telah berumah tangga.

2.

Pertunangan

Pertunangan dikenal pula dengan istilah peminangan. Meminang

maksudnya seorang laki-laki meminta kepada seorang perempuan untuk

menjadi istrinya dengan cara yang sudah umum berlaku ditengah-tengah

masyarakat.19

Peminangan adalah salah satu bentuk mengagungkan Allah. Kita

mengagungkan Allah dengan berusaha menghalalkan karunia kecintaan

kepada lawan jenis melalui ikatan pernikahan yang oleh Allah disebut

19

(22)

14

dengan Mistaqan Ghalizha (perjanjian yang sangat berat).20 Tunangan atau lamaran merupakan sebuah janji untuk menjalin tali pernikahan.21

Khitbah (meminang) merupakan pernyataan yang jelas atas keinginan

menikah, ia merupakan langkah-langkah menuju pernikahan meskipun

khitbah tidak berurutan dengan mengikuti ketetapan, yang merupakan

dasar dalam jalan penetapan, dan oleh karena itu seharusnya dijelaskan

dengan keinginan yang benar dan kerelaan penglihatan.22 Pertunangan

(Khitbah) yaitu seorang laki-laki memint kepada seorang wanita untuk menjadi istrinya dengan cara-cara yang sudah berlaku di lingkungan

Masyarakat.23

Dalam Islam pertunangan dikenal dengan lafal Khitbah, yaitu permintaan seseorang laki-laki untuk menguasai seseorang perempuan

tertentu dari keluarganya dan bersekutu dalam urusan kebersamaan

hidup.24

Pertunangan menurut istilah yaitu pernyataan atau permintaan dari

seorang laki-laki kepada seorang perempuan untuk menikahinya baik

dilakukan secara langsung maupun dengan perantara pihak yang

dipercayai berdasarkan ketentuan-ketentuan agama.25

20

M. Fauzil Adhim, Kado Pernikahan Untuk Istriku (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 1998), hal. 55.

21

Sayyid Ahmad Al-Musayyar, Islam Bicara Soal Seks, Percintaan, & Rumah Tangga

(Jakarta: Erlangga, 2008), hal. 7. 22

Ali Yusuf As-Subki, Fiqih Keluarga (Jakarta: Amzah, 2010), hal. 66.

23

M. Tholib, Petunujk Menuju Perkawinan Islam (Bandung: Irsyad Baitus Salam, 1995), hal. 66.

24

Abdul Aziz Muhammad Azzam, Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqih Munakahat,

(Jakarta: Amzah, 2011), hal. 8.

25

(23)

15

Meminang termasuk usaha pendahuluan sebelum dilakukan

pernikahan, agar kedua pihak saling mengenal sehingga pelaksanaa

pernikahan nanti benar-benar berdasarkan pandangan dan penilaian yang

jelas. Banyak jalan yang dapat mengantarkan orang kepada peminangan

dan pernikahan. Banyak sebab yang mendekatkan dua orang yang saling

jauh menjadi suami istri yang penuh barakah dan diridhoi Allah.

Dalam adat Madura khususnya di Desa Kaduara Barat, hal

semacam itu dipandang tidak salah dan juga tidak terlarang dalam hukum

agama, sebab hal tersebut merupakan suatu perjanjian ikatan bahwa

keduanya kelak akan menjadi suami istri.

Pertunangan dalam istilah fiqih adalah salah satu langkah yang

terpuji dan dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW. 26 Dasar hukum yang

sering digunakan sebagai landasan untuk melakukan pertunangan adalah

firman Allah SWT berikut ini:

مكسفنأ يف متننكأ وأ ءاسنلا ةبطخ نم هب متض َرع اميف مكيلع حانج او ...

Artinya: Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita

itu dengan sindiran atau kamu menyembunyikan (keinginan mengawini

mereka) dalam hatimu. (Q.S. Al-Baqarah ayat 235).

26

(24)

16

Orang yang meminang, kata Imam Nawawi dalam Al-Adzkaarun Nawawiyyah, disunnahkan untuk memulai dengan membaca hamdalah

dan shalawat untuk Rasul SAW.27

Pertunangan merupakan masa peralihan antara lamaran dengan

pernikahan. biasanya dalam pertunangan terdapat tradisi saling

memberikan hadiah. tardisi pertunangan berbeda menurut suku, agama,

dan lain-lain. misalnya di India Barat pasangan itu saling bertukar anak

angsa. sementara wanita Tiongkok pada awal abad ke-20 dituntut untuk

memberikan hadiah yang pas bagi calon suaminya dalam waktu seminggu

setelah pertunangan, kalau tidak, maka pernikahannya kandas.28

Demikian pula di Desa Kaduara Barat, satiap pasangan saling bertukar

hadiah, seperti baju, perlengkapan mandi, dan lain-lain. Bahkan selama

berada dalam masa pertunangan, pihak laki-laki dianjurkan untuk

memberikan hadiah kepada pasangannya yang dikenal dengan istilah

Metraeh dan Nyaleneh”. Bagi sebagian masyarakat Madura hal ini

dilakukan agar tetap terjalin silaturrahmi yang baik antar kedua belah

pihak sehingga dapat berlanjut ke tahap akad (menikah).

Pertunangan yang panjang menjadi umum dalam suatu pernikahan

yang resmi, namun tidak umum bagi orang tua mempertunangkan anaknya

hingga mengatur beberapa tahun sebelumnya sebelum pasangan yang

27

M. Fauzil Adhim, Ku Pinang Kau Dengan Hamdalah (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 1998), hal. 59.

28

(25)

17

bertunangan itu cukup umur untuk menikah.29 Di Desa Kaduara Barat

sendiri, orang tua mengkhitbahkan anaknya jauh sebelum masa pernikahan

ini sudah menjadi umum berlaku ditengah-tengah sebagian masyarakat

Kaduara Barat

Dari beberapa definisi di atas dapat dijelaskan bahwa pertunangan

adalah permintaan seorang laki-laki kepada seorang perempuan untuk

dijadikan istri yang merupakan proses awal sebelum dilakukan pernikahan.

Adapun yang dimaksud pertunangan dalam penelitian ini adalah proses

awal yang dilakukan oleh seorang laki-laki sebelum dilaksanakan suatu

pernikahan dengan meminta seorang perempuan untuk dijadikan istri

hingga tiba masa untuk menikah dan menjalani kehidupan bersama.

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Metode penelitian adalah seperangkat pengetahuan tentang

langkah-langkah yang berkenaan dengan masalah tertentu yang diolah, dianalisis

dan diambil kesimpulan.30

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan ini

dipilih untuk mendapatkan data kualitatif yang objektif dan mendalam

yang nantinya data hasil penelitian tersebut dapat disajikan secara urut,

detail dan mendalam. Sedangkan penelitian kualitatif menurut Bogdan dan

Tailor seperti yang dikutip Lexy J. Moleong yaitu sebagai prosedur

29

Wiiliam, “Pertunangan“, Artikel Bertopik Sosiologi, (online), (https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pertunangan?_e_pi_=7, diakses 26 April 2013).

30

(26)

18

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau

lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.31

Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui secara mendalam

mengenai model bimbingan dan konseling keluarga untuk

mempertahankan pertunangan di Desa Kaduara Barat Kecamatan

Larangan Kabupaten Pamekasan.

Sedangkan jenis penelitiannya, peneliti menggunakan deskriptif

kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif bertujuan memperoleh

informasi-informasi mengenai keadaaan yang ada pada saat ini tidak menguji

hipotesa atau tidak menggunakan hipotesa melainkan hanya

mendeskripsikan informasi apa adanya sesuai dengan variabel-variabel

yang diteliti.32

Penelitian deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk

menggambarkan dengan kata-kata yang objektif dan mendalam yang

nantinya data hasil penelitian tersebut dapat disajikan secara deskriptif

sehingga temuan hasil penelitian tersaji secara urut, detail dan mendalam.

Penelitian deskriptif kualitatif bertujuan untuk menggambarkan,

meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai fenomena

realitas sosial yang ada dimasyarakat yang menjadi objek penelitian, dan

berupaya menarik realitas itu ke permukaan sebagai suatu ciri, karakter,

31

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), hal. 3.

32

(27)

19

sifat, model, tanda, atau gambaran tentang kondisi, situasi, ataupun

fenomena tertentu.33

Dalam penelitian ini peneliti akan mendeskripsikan secara mendalam

hasil data yang diperoleh melalui observasi dan wawancara kepada para

pasangan yang telah bertunangan dan para pasangan suami istri yang

pernah bertunangan.

2. Subyek Penelitian

a. Subyek

Subyek dalam penelitian ini yaitu pasangan yang masih

bertunangan dan pasangan suami istri yang pernah bertunangan di

Desa Kaduara Barat Kecamatan Larangan Kabupaten Pamekasan.

Subyek Dalam penelitian ini ditentukan secara Purposive dengan pertimbangan sebagai berikut:

1. Pasangan yang bertunangan maksimal 2 tahun dan minimal 10

bulan.

2. Pasangan suami istri yang pernah melalui masa pertunangan

maksimal 2 tahun dan minimal 10 bulan.

3. Pasangan yang masih bertunangan dan pasangan suami istri yang

telah melalui masa pertunangan pernah mengalami konflik, baik

konflik ringan maupun berat selama berada dalam masa

pertunangan tersebut.

33

(28)

20

4. Pasangan yang masih bertunangan dan pasangan suami istri yang

telah melalui masa pertunangan menyelesaikan konflik dengan

melibatkan keluarga.

b. Objek

Objek dalam penelitian ini sendiri adalah model bimbingan dan

konseling keluarga untuk mempertahankan pertunangan di Desa

Kaduara Barat Kecamatan Larangan Kabupaten Pamekasan.

c. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Desa Kaduara Barat Kecamatan

Larangan Kabupaten Pamekasan.

3. Tahap-Tahap Penelitian

Secara umum tahapan penelitian kualitatif dibagi menjadi tiga, yaitu:

a. Tahap Pra-Lapangan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap pra-lapangan adalah peneliti

menyusun rancangan penelitian yang memuat latar belakang masalah

dan alasan pelaksanaan penelitian, studi pustaka, penentuan lapangan

penelitian, penentuan jadwal penelitian, pemilihan alat penelitian,

rancangan pengumpulan data, rancangan prosedur analisa data,

rancangan perlengkapan yang diperlukan di lapangan, dan rancangan

(29)

21

b. Tahap Pekerjaan Lapangan

Pada tahap pekerjaan lapangan, pada tahap awal peneliti

memahami situasi dan kondisi lapangan penelitian. Menyesuaikan

penampilan fisik serta cara berperilaku peneliti dengan norma-norma,

nilai-nilai, kebiasaan, dan adat istiadat tempat penelitian.

Selanjutnya dalam pelaksanaan pengumpulan data, peneliti

menerapkan teknik pengamatan (observation), wawancara (interview), dengan menggunakan alat bantu seperti tape recorder, pulpen, buku tulis, dan sebagainya, serta menggunakan dokumentasi.

c. Tahap Analisis Data

Pada tahap analisis data, peneliti mengorganisasikan dan

mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar

sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesa kerja

seperti yang disarankan oleh data.

4. Jenis dan Sumber Data

a. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer

dan data sekunder. Data primer adalah data yang diambil sumber

pertama dilapangan.34 Sumber data primer adalah subjek penelitian

yang dijadikan sebagai sumber informasi penelitian dengan

menggunakan alat pengukuran atau pengambilan data secara langsung35

atau yang dikenal dengan istilah interview (wawancara). Data primer

34

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi (Jakarta : PRENADA MEDIA GROUP, 2013), hal. 128

35

(30)

22

dapat berupa opini subjek (orang) secara individual atau kelompok,

hasil observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian atau kegiatan,

dan hasil pengujian.

Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari

sumber-sumber lain yang ada kaitannya dengan objek penelitian. Sumber data

sekunder merupakan sumber data yang tidak berhubungan secara

langsung dengan objek penelitian, akan tetapi memiliki informasi yang

berkaitan dengan objek penelitian.

b. Sumber Data

Menurut Suharsimi Arikunto, sumber data dalam penelitian adalah

subyek dari mana data diperoleh”.36

Ada beberapa sumber data yang bisa digunakan oleh peneliti di

antaranya:

1) Sumber Data Primer

Sumber data primer merupakan sumber data yang diperoleh

langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Sumber

data primer dalam penelitian ini adalah para pasangan yang

bertunangan dan pasangan suami istri yang pernah bertunangan.

2) Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder merupakan sumber data penelitian yang

diperoleh dari sumber kedua (bukan orang pertama, bukan orang

36

(31)

23

asli) yang memiliki informasi atau data pendukung. Sumber data

sekunder diperoleh dari keluarga pasangan yang bertunangan dan

keluarga pasangan suami istri yang pernah bertunangan.

5. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data pada penelitian ini, peneliti

menggunakan teknik sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi berasal dari bahasa latin yang berarti memperhatikan

dan mengikuti. Memperhatikan dan mengikuti dalam arti mengamati

dengan teliti dan sistematis sasaran perilaku yang dituju. Inti observasi

adalah adanya perilaku yang tampak dan adanya tujuan yang ingin

dicapai.37

Nasution menyatakan bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu

pengetahuan.38 Peneliti menggunakan observasi nonpartisipatif Disini,

peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen. Peneliti

mencatat, menganalisis dan selanjutnya dapat membuat kesimpulan

tentang model bimbingan dan konseling keluarga untuk

mempertahankan pertunangan di Desa Kaduara Barat Kecamatan

Larangan Kabupaten Pamekasan.

37

Haris Herdiansyah, Metodologi Peelitian Kualitatif (jakarta : Salemba Humatika, 2011), hal . 131

38

(32)

24

b. Wawancara Mendalam (In Depth Interview)

Menurut Deddy Mulyana (2004) wawancara adalah bentuk

komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin

memperoleh informasi dari seseorang lainnya dengan mengajukan

pertanyaan-pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu.39

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila

peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan

permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga peneliti ingin mengetahui

hal-hal dari responden yang lebih dalam.40

Wawancara secara global dibagi menjadi dua macam yaitu

wawancara berstruktur dan wawancara tidak berstruktur. Dalam

penelitian ini, jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara

berstruktur. Wawancara ini digunakan peneliti dengan cara terlebih

dahulu mempersiapkan bahan pertanyaan yang akan diajukan dalam

wawancara.

Dalam penelitian ini peneliti berusaha mencari data sebanyak

mungkin melalui wawancara terhadap para informan, terutama

informan kunci. Peneliti berupaya mengajukan pertanyaan sedetail

mungkin tentang model bimbingan dan konseling keluarga untuk

mempertahankan pertunangan di Desa Kaduara Barat Kecamatan

Larangan Kabupaten Pamekasan..

39

Deddy Mulyana, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung Remaja Rosdakarya, 2004), hal 180.

40

(33)

25

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.

dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya

monumental dari seseorang.41 Dokumen yang berbentuk tulisan

misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, ceritera, biografi,

peraturan kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya foto,

gambar hidup, sketsa, dan lain-lain. dokumen yang berbentuk karya

misalnya karya seni yang dapat berupa gambar, patung, film, dan

lain-lain. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode

observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.

6. Teknik Analisa Data

Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber,

dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam,

dan dilakukan terus menerus sampai datanya jenuh.

Melakukan analisa adalah pekerjaan yang sulit, memerlukan kerja

keras. Analisa memerlukan daya kreatif serta kemampuan untuk

melakukan intelektual yang tinggi. Analisa data adalah proses mencari dan

menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,

catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami,

dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisa data

dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam

41

(34)

26

unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana

yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan yang

dapat diceritakan kepada orang lain.42

Penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif. Adapun

yang dimaksud dengan metode kualitatif adalah cara penelitian yang

menghasilkan data deskriptif analisis, yaitu apa yang dinyatakan oleh

responden secara tertulis atau lisan dan perilakunya yang nyata diteliti dan

dipelajari sebagai suatu yang utuh. Dari hasil tersebut kemudian ditarik

suatu kesimpulan yang merupakan jawaban atas permasalahan yang

diangkat dalam penelitian ini.43

Miles and Huberman mengemukakan bahwa aktivitas dalam

analisa data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara

terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya jenuh. Analisa terdiri dari 3

alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu:

a. Reduksi Data(Data Reduction)

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk

itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah

dikemukakan, semakin lama peneliti ke lapangan, maka jumlah data

semakin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera

dilakukan analisis data yaitu melalui reduksi data.

Reduksi data merupakan proses berpikir sensitive yang

memerlukan kecerdasan, keluasan dan kedalaman wawasan yang

42

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D (Bandung: Alfabeta, 2008), hal. 244.

43

(35)

27

tinggi. Bagi peneliti yang masih baru, dalam melakukan reduksi data

dapat mendiskusikan pada teman atau orang lain yang dipandang ahli

melalui diskusi itu, maka wawasan peneliti akan berkembang,

sehingga dapat mereduksi data-data yang memiliki temuan dan

pengembangan teori yang signifikan.

Reduksi data atau proses transformasi ini berlanjut terus sesudah

penelitian lapangan, sampai laporan akhir lengkap tersusun.44

b. Penyajian Data(Data Display)

Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang

memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan

tindakan.45

Dengan mencermati penyajian data ini, peneliti akan lebih mudah

memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan.

Artinya apakah peneliti meneruskan analisisnya atau mencoba untuk

mengambil sebuah tindakan dengan memperdalam temuan tersebut.46

Setelah reduksi data, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan

data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam

bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori.

Dengan mendisplay data, maka akan memudahkan untuk memahami

apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa

44

Ariesto, Terampil Mengolah Data Kualitatif (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), hal. 11

45

Ariesto, Terampil Mengolah Data Kualitatif (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), hal. 12

46

(36)

28

yang telah dipahami tersebut. Selanjutnya disarankan, dalam

melakukan display data, selain dengan teks yang naratif juga dapat

berupa grafik, matriks.

c. Kesimpulan(Conclution Drawing)

Langkah ketiga dalam penelitian data kualitatif menurut Miles and

Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. 47 Kesimpulan

awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah

jika tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada

tahap pengumpulan data berikutnya.

Dengan demikian, kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin

dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi

mungkin juga tidak, karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah

dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat

sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan.

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru

yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi

atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya remang-remang atau

gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa kasual,

hipotesis suatu teori.

47

(37)

29

7. Teknik Keabsahan Data

Menurut Moleong untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik

pemeriksaan. Dalam hal ini digunakan teknik:

a. Keikutsertaan di lapangan dalam rentang waktu yang panjang, dalam

penelitian ini untuk menguji kepercayaan terhadap data yang telah

dikumpulkan dari informan utama, maka perlu mengadakan

keikutsertaan dalam rentang waktu yang panjang. Adapun maksud

utama adanya perpanjangan di lapangan ini untuk mengecek kebenaran

data yang diberikan baik dari informan utama maupun informan

penunjang.

b. Triangulasi, untuk keabsahan data yang telah dikumpulkan agar

memperoleh kepercayaan dan kepastian data, maka peneliti

melaksanakan pemeriksaan dengan teknik mencari informasi dari

sumber lain. Menurut Patton dalam Moleong triangulasi dengan

sumber lain berarti membandingkan dan mengecek balik derajat

kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat

yang berbeda dalam metode kualitatif. Hal ini dapat dicapai dengan

jalan:

1) Membandingkan data informasi hasil observasi dengan informasi

dari hasil wawancara kemudian menyimpulkan hasilnya.

2) Membandingkan data hasil dari informan utama (primer) dengan

(38)

30

3) Membandingkan hasil wawancara dari informan dengan didukung

dokumentasi sewaktu penelitian berlangsung, sehingga informasi

yang diberikan oleh informan utama pada penelitian dapat

mewakili validitas dan mendapatkan derajat kepercayaan yang

tinggi.

G. Sistematika Pembahasan

Dalam pembahasan suatu penelitian diperlukan sistematika pembahasan

yang bertujuan untuk memudahkan penelitian, langkah-langkah pembahasan

sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini terdiri dari sepuluh sub-bab antara lain: Latar

Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian,

Manfaat Penelitian, Definisi Konsep, Metode Penelitian, dan

Sistematika Pembahasan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini terdiri dari dua sub-bab, yakni Kajian Teoritik

(menjelaskan tentang teori yang digunakan untuk menganalisis

masalah penelitian), dan Penelitian Terdahulu yang Relevan.

Kajian teoritik meliputi kajian tentang pengertian

bimbingan dan konseling keluarga, sejarah bimbingan dan

konseling keluarga, tujuan bimbingan dan konseling keluarga,

tehnik-tehnik bimbingan dan konseling keluarga, tahap-tahap

(39)

31

pertunangan, dasar hukum pertunangan, syarat-syarat

pertunangan, mempertimbangkan pinangan, melihat pinangan,

Khalwat (Bersepi-sepi berdua) tidak diperbolehkan, dan dampak positif pertunangan.

Sedangkan Penelitian Terdahulu yang Relevan menyajikan

hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang

hendak dilakukan.

BAB III PENYAJIAN DATA

Pada bab ini terdiri dari dua sub bab, yakni Deskripsi

umum objek Penelitian meliputi deskripsi lokasi penelitian terdiri

dari letak geografis, jumlah penduduk, tata pemerintahan,

keadaan sosial masyarakat, keagaman, potensi sumber daya alam,

perekonomian/home industry, keadaan pendidikan, dan

kebudayaan.

Pada bab ini juga membahas tentang deskripsi hasil

penelitian meliputi identitas pasangan yang bertunangan dan

identitas pasangan suami istri yang bertunangan, upaya bimbingan

dan konseling keluarga di kalangan masyarakat Madura untuk

mempertahankan pertunangan

BAB IV ANALISA DATA

Pada bab ini terdiri dari dua sub bab, yakni Temuan

Penelitian, bagaimana data yang ada itu digali dan ditemukan

(40)

32

Temuan dengan Teori, dimana temuan penelitian tadi dikaji

dengan teori yang ada.

Pada bab ini membahas analisa pelaksanaan bimbingan dan

Konseling keluarga untuk mempertahankan pertunangan dan

analisa hasil akhir pelaksanaan bimbingan dan konseling keluarga

untuk mempertahankan pertunangan.

BAB V PENUTUP

Pada bab ini terdiri dari Simpulan dan Rekomendasi, yang

menjelaskan hasil simpulan dari data yang dipaparkan dan

rekomendasi hasil penelitian itu dapat dipraktikkan terhadap

(41)

33 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Bimbingan dan Konseling Keluarga

1. Pengertian Bimbingan dan Konseling Keluarga

Sebelum menjelaskan definisi bimbingan dan konseling keluarga,

maka akan dijabarkan pengertian bimbingan, pengertian konseling, dan

pengertian keluarga.

Dalam buku Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling karya Prayitno

dan Erman Amti, crow&crow mengatakan Bimbingan adalah bantuan

yang diberikan oleh seseorang laki-laki atau perempuan yang memiliki

kepribadian yang memadai dan terlatih dengan baik dan terlatih dengan

baik kepada individu-individu setiap usia untuk membantunya mengatur

kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan pandangan hidupnya sendiri,

membuat keputusan sendiri dan menanggung bebannya sendiri.1

Bimbingan merupakan satu proses berkelanjutan (Continuous Process) hal ini mengandung arti bahwa kegiatan bimbingan bukan merupakan

suatu kegiatan yang dilakukan secara kebetulan. incidental, sengaja,

berencana, kontinu, terarah kepada tujuan.2

Pendapat lain menyatakan bahwa bimbingan merupakan bantuan yang

diberikan kepada seseorang (individu) atau sekelompok orang agar mereka

itu dapat berkembang menjadi pribadi-pribadi yang mandiri. Kemandirian

1

Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling (Jakarta : Rineka Cipta, 2004), hal. 94.

2

(42)

34

ini mencakup lima fungsi pokok yang hendaknya dijalankan oleh pribadi

mandiri, yaitu:

a. mengenal diri sendiri dan lingkungannya

b. menerima diri sendiri dan lingkungannya secara positif dan dinamis

c. mengambil keputusan

d. mengarahkan diri

e. mewujudkan diri.3

Adapun pengertian konseling yaitu Counseling dalam kamus bahasa inggris dikaitkan dengan kata counsel, yang diartikan sebagai berikut :

nasehat (to abtain counsel), anjuran (to give counsel), pembicaraan (to take counsel), dengan demikian counseling dapat diartikan sebagai pemberian nasehat, pemberian anjuran dan pembicaraan dengan bertukar

pikiran.4

Konseling dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik antara

dua individu, di mana yang seorang (konselor) berusaha membantu (klien)

untuk mencapai pengertian tentang dirinya dengan masalah-masalah yang

dihadapinya.5

Sedangkan pengertian keluarga adalah kelompok awal dari semua

lembaga sosial yang berdasarkan kurun waktu yang tidak terbatas.

Keluarga merupakan tempat seseorang dalam berinteraksi pertama kali

3

Prayitno, Profesionelisasi Konseling dan pendidik Konseling ( Jakarta: Depdikbud, Dirjen Dikti, Proyek PLTK, 1983) hal : 35

4

W.S Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan (Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 1997), hal 70.

5

(43)

35

sebelum terjun ke masyarakat. Dimana nilai-nilai seorang anak diperoleh

dalam lingkungan keluarga. Dan dari situlah kepribadian dibentuk pertama

kali. Keluarga inti terdiri dari seorang ayah, ibu dan anak. Keluarga

merupakan sistem sosial yang alamiah, berfungsi membentuk

aturan-aturan, dan komunikasi di antara para anggotanya.6

Jadi bimbingan dan konseling keluarga adalah metode yang dirancang

dan difokuskan pada keluarga dalam usaha untuk membantu memecahkan

masalah perilaku klien, serta sebagai proses pelatihan yang difokuskan

kepada orang tua klien selaku orang yang paling berpengaruh menetapkan

sistem dalam keluarga. pengertian ini merupakan gabungan dari pendapat

Golden dan Sherwood, serta pendapat dari Crane.7

Hakikat konseling yang mendasari Konseling Keluarga adalah bahwa

masalah yang dihadapi individu secara esensial bersifat interpersonal,

bukan intrapersonal, sehingga resolusinya menghendaki intervensi yang

diarahkan pada hubungan antar individu. Hubungan antar individu dalam

keluarga menjadi fokus intervensi karena memiliki signifikasnsi besar

daripada bentuk hubungan lain dalam jaringan sosial.

Menurut Farid Mashudi, Family Therapy (Konseling keluarga) merupakan proses bantuan kepada individu dengan melibatkan para

6

Achmad Juntika Nurihsan, Bimbingan dan Konseling (Bandung: Refika Aditama, 2010), hal. 99.

7

Namora Lumongga, Memahami Dasar-Dasar Konseling dalam Teori dan Praktek

(44)

36

anggota keluarga lainnya dalam upaya menyelesaikan masalah yang

dialami.8

Pengertian lain menyebutkan bahwa Family counseling/konseling keluarga adalah upaya bantuan yang diberikan kepada individu anggota

keluarga melalui sistem keluarga (pembenahan komunikasi keluarga) agar

potensinya berkembang seoptimal mungkin dan masalahnya dapat diatasi

atas dasar kemauan membantu dari semua anggota berdasarkan kerelaan

dan kecintaan terhadap keluarga.9

Menurut Perez yang dikutip oleh Sofyan Wilis, mengemukakan

pengertian konseling keluarga (family therapy) yaitu bahwa konseling

keluarga adalah suatu proses interaktif untuk membantu keluarga dalam

mencapai keseimbangan dimana setiap anggota keluarga merasakan

kebahagiaan.

Menurut Achmad Juntika Nurihsan bimbingan keluarga merupakan

pemberian bantuan kepada para individu sebagai pemimpin/anggota

keluarga agar mereka mampu menciptakan keluarga yang utuh dan

harmonis, memberdayakan diri secara produktof, dapat menciptakan dan

menyesuaikan diri dengan norma keluarga, serta berperan/berpartisipasi

aktif dalam mencapai kehidupan keluarga yang bahagia.10

Bimbingan keluarga juga membantu individu yang akan berkeluarga

memahami tugas dan tanggung jawabnya sebagai anggota keluarga

8

Farid Mashudi, Psikologi Konseling (Yogjakarta: IRCsoD, 2012) hal. 241.

9

Sofyan S.Willis, Konseling Keluarga (family counseling) (Bandung: ALFABETA, 2008), hal .83.

10

(45)

37

sehingga individu siap menghadapi kehidupan berkeluarga. Bimbingan

keluarga juga membantu anggota keluarga dengan berbagai strategi dan

teknik berkeluarga yang sukses, harmonis, dan bahagia.11

Selain pengertian-pengertian di atas Sofyan Wilis juga berpendapat

bahwa konseling keluarga dalah usaha membantu indivdu anggota

keluarga untuk mengaktualisasikan potensinya atau mengantisipasi maslah

yang dialaminya, melalui sistem kehidupan keluarga, dan mengusahakan

agar terjadi perubahan perilaku yang positif pada diri individu yang akan

memberikan dampak positif pula terhadap keluarga lainnya.

Dari beberapa definisi di atas dapat dijelaskan bahwa bimbingan dan

konseling keluarga adalah usaha membantu individu dengan melibatkan

anggota keluarga untuk mencapai keseimbangan sehingga dapat

mengaktualisasikan diri dan merasakan kebahagiaan.

Adapun yang dimaksud bimbingan dan konseling keluarga dalam

penelitian ini adalah suatu proses interaktif antar anggota keluarga untuk

mengembangkan potensi yang ada dan mengantisipasi masalah yang

dialami sehingga dapat mencapai kehidupan yang bahagia baik ketika

berada dalam masa pertunangan maupun telah berumah tangga.

2. Sejarah Perkembangan Bimbingan dan Konseling Keluarga

Sejarah perkembangan family terapy didunia berasal dari daratan

Eropa dan Amerika Serikat. Awal permulaan abad ke-20 berasal dari

11

(46)

38

Eropa, namun perkembangan yang lebih semarak adalah pada tahun 60-an

dan seterusnya di Amerika Serikat. Perbedaan yang mencolok adalah

bahwa aliran Amerika Serikat telah berorientasi teoritis (academic setting) misalnya dengan menganut aliran-aliran psikologi terkenal, sedangkan

Eropa hanya berawal dari praktisi (para dokter terutama dokter kadungan)

tanpa memikirkan aspek teoritisnya.12

a. Perkembangan awal di Eropa dan di Amerika

Pada tahun 1919 yakni sesudah perang dunia 1, Magnus

Hirschfeld mendirikan klinik pertama untuk memberi informasi dan

nasehat tentang masalah seks di Berlin Institue For Sexual Science.

Sekitar tahun 1932 terdapat beberapa ratus pusat-pusat konseling

perkawinan dan keluarga (Marriage dan Family counseling) di Jerman

Dan Austria. Pusat-pusat ini memberikan informasi mengenai keluarga

berencana, perkawinan, dan konseling keluarga atau Family

Counseling. Pada saat itu masyarakat telah menerima anggapan bahwa

masalah-masalah perkawinan dan keluarga hendaklah dibantu oleh

tenaga-tenaga professional yang telah dilatih menangani

masalah-masalah tersebut.

Tokoh yang terkenal dalam kependidikan kehidupan perkawinan

dan keluarga pada awal sejarah ialah Ernest Rtherford Groves.13

Groves memiliki karir dalam pendidkan tinggi. Pada tahun 1920 Ia

12

Sofyan S.Willis, Konseling Keluarga (family counseling), (Bandung: Alfabeta, 2011), hal .84.

13

Sofyan S.Willis, Konseling Keluarga (family counseling), (Bandung: Alfabeta, 2011),

(47)

39

mengajar ke Boston University sebagai guru besar sosiologi

pendidikan. Disini Ia mulai merintis mata kuliah untuk mempersiapkan

anak muda bagi kehidupan keluarga. Pada tahun 1927 Groves pindah

ke Capel Hills untuk menjadi Guru besar dimana ia mengembangkan

matakuliah keidupan ekluarga, dan merupakan yang pertama d

Amerika Serikat sebagai matakuliah tetap.

Sebagai tambahan Groves mengadakan Groves Converence On Convertion Of Marriage and Family setiap tahun. Dan ini merupakan konferensi nasional yan tertua bagi pendidik-pendidik keluarga di

Amerika Serikat. Dia mempunyai pengaruh yang kuat dalam

perkembangan Marriage and Family Therapists. Selanjutnya melalui kepemimpinannya dalam kulia-kuliah, organisasi professional, dan

melalui tulisan-tulisannya.

Abraham Stone, seorang Dokter ahli Urology (Ilmu

penyakit-penyakit saluran kencing) dengan istrinya Hanna membuka pusat

konseling perkawinan dan keluarga di Labor Temple New York pada tahun 1929.14

Pusat konseling kedua di buka di Los Angeles pada tahun 1930

(Konseling Perkawinan dan Keluarga yang kedua di Amerika Serikat)

dengan nama The American Institue Of Family Relation yang dipimpin oleh Dokter Paul Popence. Kemudian pada tahun yang sama

berdiri lagi The Marriage council Of Piladelphia dibaah pimpinan

14

(48)

40

Dokter Emily Mudd dengan tujuan memberikan konseling perkawinan

dan keluarga.

b. Sejarah Baru Konseling Keluarga

Istilah Family Konseling (Konseling Keluarga) sama dengan

Family Therapy, dimana yang terkhir itu lebih populer di Amerika

Serikat. Sebabnya pada masa perkembangan selanjutnya konseling

keluarga lebih banyak digarap oleh para terapis dibidang Psikiatri.

Sebelumnya di Amerika Serikat lebih dikenal dengan istilah Family

Counseling, karena pelopornya adalah para sosiolog seperti Groves.

Pada tahun 1957 dalam siding tahunan American Orthopsikiatric Asosiation (AOA) oleh Bowen dicatat sebagai munculnya family therapy tingkat nasional.

Decade 60-an adalah decade anak remaja dalam gerakan family

therapy. Jelasnya pada decade ini muncul pengujian ide-ide dalam

literature dan perkembangan family therapy secara nasional di

Amerika Serikat. Sehngga muncullah psikiatris Donald Jacson, dan

kemudian Bateson Project sampai tahun 1962. Jacson kemudian

mendirikan Mental Research Institute di Palo Alto. kemudian bersama Ackerman tahun 1981 Ia menerbitkan jurnal Family Proces yang merupakan jurnal pertama yang berisi teori tentang Family Therapy,

(49)

41

c. Sejarah Konseling Keluarga di Indonesia

Perkembangan Konseling Keluarga di Indonesia tertimbun oleh

semaraknya perkembangan dan konseling di Sekolah. Bimbingan dan

Konseling di Sekolah pada masa tahun 60-an bahkan saat ini dirasakan

sebagai suatu kebutuhan karena banyak sekali masalah-masalah siswa.

Mengenai kasus keluarga, banyak juga ditemukan disekolah seperti

yang menyendiri dan suka merenung. Ternyata setelah diselidiki

keluarganya berantakan, mislanya ayahnya dan ibunya bercerai.

Beberapa indicator perkembangan BK adalah sebagai berikut:

1) Guru pembimbing tidak secara khusus mengangani masalah

keluarga akan tetapi disambilkan dalam penangan masalah belajar,

penyesuaian sosial dan pribadi siswa. Misalnya ksulitan belajar

siswa diduga bersumber dari ketidak harmonisan hubungan dan

komunikasi antar anggota keluarga.

2) Terjadi anggapan yang keliru bahwa konseling keluarga adalah

bimbingan bagi para calon ibu dan bapak yang akan memasuki

hidup berumah tangga. Anggapan ini masih terjadi hingga tahun

1983.

3) Pada tahun 1983 di jurusan BK IKIP Bandung dirintislah oleh

penulis sendiri, menjadikan konseling keluarga sebagaimana yang

(50)

42

3. Tujuan Bimbingan dan Konseling Keluarga

Tujuan konseling keluarga dibedakan menjadi dua yaitu tujuan umum

dan tujuan khusus.

a. Tujuan umum konseling keluarga

1) Membantu anggota-anggota keluarga belajar dan menghargai

secara emosional bahwa dinamika keluarga adalah kait mengait

diantara anggota keluarga.

2) Untuk membantu anggota keluarga agar menyadari tentang fakta

jika satu anggota keluarga bermasalah, maka akan mempengaruhi

pada anggota-anngota lain.

3) Agar mencapai keseimbangan yang akan membuat pertumbuhan

dan peningkatan sebuah anggota. 15

Menurut pendapat Glick dan Kessler tujuan umum konseling

keluarga yaitu:

1) Memfasilitasi komunikasi pikiran dan perasaan antar

anggota-anggota keluarga.

2) Mengubah gangguan dan ketidakfleksibelan peran dan kondisi.

3) Memberikan pelayanan sebagai model dan pendidikan peran

tertentu yang ditunjukkan kepada anggota keluarga.16

15

Sofyan S.Wilis, Konseling Keluarga (Family Counseling) (Bandung: ALFABETA, 2008), hal. 88-89.

16

Namora Lumongga, Memahami Dasar-Dasar Konseling dalam Teori dan Praktek

(51)

43

b. Tujuan-tujuan khusus konseling keluarga

1) Untuk meningkatkan toleransi dan dorongan anggota-anggota

keluarga terhadap cara-cara istimewa atau keunggulan-keunggulan

anggota lain.

2) Mengembangkan toleransi terhadap anggota-anggota keluarga

yang mengalami frustasi atau kecewa, konflik, dan rasa sedih yang

terjadi karena factor sistem keluarga atau diluar sistem keluarga.

3) Mengembangkan motif dan potensi-potensi setiap anggota

keluarga dengan cara mensupprot, memberi semangat dan

mengingatkan anggota tersebut.

Sementara itu Satir mengatakan bahwa tujuan khusus konseling

keluarga yaitu untuk menghilangkan sikap defensive di dalam anggota

keluarga sehingga memudahkan terjalinnya komunikasi yang efektif

dalam keluarga. Anggota keluarga perlu membuka Inner Expperience

(pengalaman dalamnya) sehingga tidak membekukan interaksi antar

anggota.17

3. Tehnik-Tehnik Bimbingan dan Konseling Keluarga

Tehnik-tehnik Family Therapy (konseling keluarga) yaitu:

a. Sculpting (mematung), yaitu suatu tehknik yang mengizinkan anggota-anggota keluarga untuk menyatakan kepada anggota-anggota lain persepsinya

tentang berbagai masalah hubungan diantara anggota-anggota

17

Namora Lumongga, Memahami Dasar-Dasar Konseling dalam Teori dan Praktek

Gambar

gambar, atau
Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Desa Kaduara Barat
Tabel 3.2 Masjid dan Musholla di Desa Kaduara Barat
Tabel 3.3 Perekonomian Masyarakat Desa Kaduara Barat
+2

Referensi

Dokumen terkait

Idertifikasi permasalahan yang dihadapi oleh keluarga dampingan diperoleh setelah bebe,rapa kali mengadakan kunjungan dan pertemuan ke rumah keluarga dampingan,

Proses bimbingan yang dilakukan oleh konselor kepada keluarga besar Bapak Ekwantoro menggunakan Terapi Rasional Emotif, yang selalu mengacu kepada pemikiran-pemikiran

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa (1) proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan Hypnosleep untuk menangani perilaku negatif seorang anak dilakukan

Program keluarga dampingan ini merupakan program wajib yang harus dilaksanakan oleh mahasiswa Universitas Udayana yang mengikuti kegiatan KKN-PPM. Secara umum pelaksanaan

1) Penelitian berguna dalam memberikan wacana terhadap penulis tentang bimbingan konseling Islam terhadap terwujudnya keluarga sakinah. 2) Dapat digunakan untuk bahan

Hal ini bimbingan dan konseling keluarga Islam dapat membantu antara suami dan istri untuk selalu bersikap sabar dan tawakkal dalam menghadapi masalah- masalah pernikahan dan

Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa kendala dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling di SMA Negeri 1 Pesisir Tengah Kabupaten Pesisir

dan Achmat Nur Rifqi Ferdi Ardiansyah 168 ABSTRAK Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini merupakan program pendampingan belajar yang terfokus pada bimbingan belajar bahasa