• Tidak ada hasil yang ditemukan

BIMBINGAN KONSELING ISLAM BAGI WANITA KARIR DENGAN TERAPI REALITAS DALAM MENCIPTAKAN KEHARMONISAN RUMAH TANGGA DI DESA CANGKRENG KECAMATAN LENTENG KABUPATEN SUMENEP.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BIMBINGAN KONSELING ISLAM BAGI WANITA KARIR DENGAN TERAPI REALITAS DALAM MENCIPTAKAN KEHARMONISAN RUMAH TANGGA DI DESA CANGKRENG KECAMATAN LENTENG KABUPATEN SUMENEP."

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

BIMBINGAN KONSELING ISLAM BAGI WANITA KARIR DENGAN TERAPI REALITAS DALAM MENCIPTAKAN KEHARMONISAN RUMAH TANGGA DI DESA CANGKRENG KECAMATAN LENTENG KABUPATEN

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar

Sarjana Sosial Islam (S. Sos.I)

Oleh:

KHAIRUL ANAM MH NIM: B03211012

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

(2)

i

BIMBINGAN KONSELING ISLAM BAGI WANITA KARIR DENGAN

TERAPI REALITAS DALAM MENCIPTAKAN KEHARMONISAN

RUMAH TANGGA DI DESA CANGKRENG KECAMATAN LENTENG

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar

Sarjana Sosial Islam (S. Sos.I)

Oleh:

KHAIRUL ANAM MH NIM: B03211012

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM

JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

(3)
(4)
(5)
(6)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

PENGESAHAN ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN OTENTISITAS SKRIPSI ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D.Manfaat Penelitian ... 5

E. Definisi Konsep ... 5

F. Metode Penelitian ... 10

1. Pendekatan dan jenis penelitian ... 10

2. Sasaran dan Lokasi Penelitian ... 11

3. Jenis dan Sumber Data ... 12

4. Tahap-tahap Penelitian ... 13

5. Teknik Pengumpulan Data ... 15

6. Teknik Analisis Data ... 18

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 18

G.Sistematika Pembahasan ... 20

BAB II : Bimbingan Konseling Islam Dengan Terapi Realitas Bagi Wanita Karir ... 21

A.Bimbingan Konseling Islam ... 21

1. Pengertian Bimbingan Konseling Islam ... 21

2. Tujuan Bimbingan Konseling Islam ... 23

3. Fungsi Bimbingan Konseling Islam ... 24

4. Langkah Bimbingan Konseling Islam ... 25

5. Unsur-Unsur Bimbingan Konseling Islam ... 27

6. Prinsip-Prinsip Bimbingan Konseling Islam ... 30

7. Asas-Asas Bimbingan Konseling Islam ... 31

B. Terapi Realitas ... 36

1. Pengertian Terapi Realitas ... 36

2. Tujuan Terapi Realitas ... 38

3. Teknik Terapi Realitas ... 39

4. Peran Konselor Dalam Terapi Realitas ... 40

C. Wanita Karir Dan Keluarga Harmonis ... 42

1. Pengertian Wanita Karir ... 42

2. Ciri-Ciri Wanita Karir ... 43

3. Pengertian Keluarga Harmonis ... 44

4. Ciri-Ciri Keluarga Harmonis ... 46

(7)

BAB III : PENYAJIAN DATA ... 52

A.Deskripsi Umum Objek Penelitian ... 52

1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 52

2. Deskripsi Konselor ... 61

3. Deskripsi Klien ... 62

4. Deskripsi Masalah ... 65

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 67

1. Deskripsi Data Tentang Upaya Bimbingan Konseling Islam Bagi Wanita Karir Dengan Terapi Realitas Dalam Menciptakan Keluarga Harmonis Di Desa Cangkreng Kecamatan Lenteng Kabupaten Sumenep ... 67

2. Deskripsi Data Dari Bentuk Kegiatan-Kegiatan Wanita Karir Setelah Proses Bimbingan Konseling Islam Dengan Terapi Realitas Dalam Menciptakan Keluarga Harmonis Di Desa Cangkreng Kecamatan Lenteng Kabupaten Sumenep ... 74

BAB IV : ANALISA DATA ... 77

A.Analisis Data Tentang Upaya Bimbingan Konseling Islam Bagi Wanita Karir Dengan Terapi Realitas Dalam Menciptakan Keluarga Harmonis Di Desa Cangkreng Kecamatan Lenteng Kabupaten Sumenep ... 77

B.Analisis Data Dari Bentuk Kegiatan-Kegiatan Wanita Karir Setelah Proses Bimbingan Konseling Islam Dengan Terapi Realitas Dalam Menciptakan Keluarga Harmonis Di Desa Cangkreng Kecamatan Lenteng Kabupaten Sumenep ... 84

BAB V : PENUTUP ... 87

A. Kesimpulan ... 87

B. Saran ... 91

(8)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia dilahirkan didunia dengan dibekali akal, pikiran, dan perasaan.

Dengan bekal itulah manusia disebut sebagai makluk yang paling sempurna dan

diamanati oleh sang pencipta sebagai pemimpin di bumi ini. Akan tetapi seiring

dengan bekal akal, pikiran dan perasaan itu pula manusia diselimuti oleh berbagai

macam masalah, bahkan ada yang mengatakan bahwa manusia merupakan makhluk

dengan segudang masalah (human with multiproblem). Dengan berbagai masalah itu

ada yang bisa mereka atasi dengan sendirinya atau mereka memerlukan bantuan

orang lain (konselor) untuk mengatasi masalah yang dihadapinya. Dan pemberian

bantuan dari orang yang ahli (konselor) kepada individu yang membutuhkan (klien)

itulah yang dinamakan konseling. Dalam memecahkan masalahnya, manusia

memiliki banyak pilihan cara, salah satunya adalah dengan cara islam. Mengapa

islam? Karena islam mengatur seluruh aspek kehidupan manusia tak terkecuali

berkenaan dengan bimbingan dan konseling.1

Bimbingan karir atau jabatan merupakan salah satu jenis bimbingan yang

berusaha membantu siswa dalam memecahkan masalah karir untuk memperoleh

penyesesuian diri yang sebaik-baiknya, baik pada waktu itu maupun pada masa yang

1

Ahmad Syalaby, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993) hal. 285

(9)

2

akan dating. Bimbingan karir bukan hanya memberikan bimbingan jabatan, tetapi

memepunyai arti yang lebih luas, yaitu memberikan bimbingan agar siswa dapat

memasuki kehidupan, tata hidup, dan kejadian dalam kehidupan, dan mempersiapkan

diri dari kehidupan sekolah menuju dunia kerja.2

Istilah karir menunjuk mencakup pada sifat develop mental dari pengambilan

keputusan sebagai suatu proses yang berlangsung seumur hidup. Konsep karir

mencakup rentang waktu yang lebih panjang dari pada pilihan okupasional. Konsep

karir menjangkau aktivitas pravokasional seperti pilihan sekolah dan jurusan.

Wanita karir juga merupakan sebagai dasar pembagian tanggung jawab yang

ditetapkan secara sosial dan kultural, “dimana dalam dunia Barat laki-laki dan

perempuan mempunyai hak yang sama untuk menjadi segala sesuatu yang diinginkan

sesuai dengan bakatnya untuk bisa berkarir dengan laki-laki, begitu juga untuk

menjadi pemimpin.”3

Wanita sebagai ibu rumah tangga berhak meniti karirnya berdasarkan

profesionalisme yang dimiliki, namun seorang wanita tidak boleh melepaskan

tanggung jawabnya terhadap pendidikan anak-anak di lingkungan keluarga terutama

dalam pembinaan agama anak. Karena ayah dan ibu adalah orang tua si anak sebagai

pendidik utama dan pertama yang bertanggung jawab terhadap perkembangan pisik

maupun psikis.

2

Anas salahudin, bimbingan dan konseling, (Bandung: pustaka setia, 2010). Hal: 115

3

(10)

3

Al-Ghazali pernah mengatakan bahwa : Anak adalah merupakan amanat yang

dipercayakan kepada ibu bapaknya, hatinya yang masih murni itu merupakan permata

yang amat berharga, sederhana dan bersih dari ukiran apapun ia dapat menerima

setiap ukiran yang digoreskan padanya dan ia akan condong ke arah mana dia kita

condongkan.

Keterangan diatas menunjukkan besarnya peran wanita dalam dunia kerja tetapi

dunia kerja sangat tidak ramah terhadap wanita, salah satunya dengan menempatkan

mereka pada posisi sekunder seperti di pabrik sepatu dimana wanita hanya bertugas

untuk memasukkan sepatu dalam kardus. Sedang posisi primer atau yang penting

dalam sebuah perusahaan selalu dipegang oleh pria. Wanita ditempatkan pada posisi

skunder karena munculnya anggapan wanita cenderung lebih pasif dan memiliki

intelektual lebih rendah dibanding dengan pria. Hal tersebut mengakibatkan

pekerjaan yang hanya membutuhkan ketekunan, ketelitian, dan kerapian, dan

biasanya hanya mengerjakan satu jenis pekerjaan setiap hari selama bertahun-tahun.4

Sehingga peneliti menyusun penelitian ini dengan judul “BIMBINGAN

KONSELING ISLAM BAGI WANITA KARIR DENGAN TERAPI REALITAS

DALAM MENCIPTAKAN KEHARMONISAN RUMAH TANGGA DI DESA

CANGKRENG KECAMATAN LENTENG KABUPATEN SUMENEP”.

4

(11)

4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan, maka penulis dapat

merumuskan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimana upaya Bimbingan Konseling Islam Bagi wanita karir dengan

terapi realitas dalam menciptakan keluarga yang harmonis di Desa Cangkreng

Kecamatan Lenteng Kabupaten Sumenep?

2. Apa saja bentuk kegiatan-kegiatan wanita karir setelah proses Bimbingan

Konseling Islam Dengan Terapi Realitas Dalam Menciptakan Keluarga

Harmonis di Desa Cangkreng Kecamatan Lenteng Kabupaten Sumenep?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain:

1. Mengetahui upaya-upaya Bimbingan Konseling Islam bagi wanita karir

dengan terapi realitas dalam menciptakan keluarga yang harmonis di Desa

Cangkreng Kecamatan Lenteng Kabupaten Sumenep.

2. Mendiskripsikan bentuk kegiatan-kegiatan wanita karir setelah proses

Bimbingan Konseling Islam Dengan Terapi Realitas Dalam Menciptakan

Keluarga Harmonis Di Desa Cangkreng Kecamatan Lenteng Kabupaten

(12)

5

D. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini, peneliti berharap akan munculnya pemanfaatan

dari hasil penelitian ini secara teoritis dan praktis bagi para pembacanya. Diantara

manfaat penelitian ini baik secara teoritis dan praktis dapat peneliti uraikan sebagai

berikut:

1. Segi teoritis.

a. Memberikan pengetahuan dan wawasan bagi peneliti lain dalam peran wanita

karir dalam menciptakan keharmonisan rumah tangga.

b. Untuk memperkuat teori-teori bahwa metode ilmu bimbingan dan konseling

islam mempunyai peranan dalam menangani masalah tentang wanita karir

dalam menciptakan keharmonisan rumah tangga.

2. Segi praktis.

a. Penelitian ini diharapkan bisa mengetahui tentang upaya wanita karir dalam

menciptakan keharmonisan rumah tangga.

b. Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah

satu teknik pendekatan yang efektif dalam menangani wanita karir dalam

menciptakan keharmonisan dalam rumah tangga.

E. Definisi Konsep

Untuk menghindari kesalah pahaman terhadap judul, serta memudahkan

pembaca memahaminya, maka penulis perlu menjelaskan penegasan dalam judul

(13)

6

Karir Dalam Menciptakan Keharmonisan Rumah Tangga Di Desa Cangkreng

Kecamatan Lenteng Kabupaten Sumenep.

Adapun rincian definisinya adalah sebagai berikut:

1. Pengertian Bimbingan Konseling Islam.

Menurut Imam Sayuti Farid, konseli atau mitra bimbingan konseling Islam

adalah individu yang mempunyai masalah yang memerlukan bantuan bimbingan dan

konseling. Sedangkan yang dimaksudkan dengan masalah ialah suatu keadaan yang

mengakibatkan individu maupun kelompok menjadi rugi atau terganggu dalam

melakukan sesuatu aktivitas.5

Dalam pandangan Farid Hariyanto (Anggota IKI jogjakarta) dalam makalahnya

mengatakan bahwa bimbingan dan konseling dalam Islam adalah landasan berpijak

yang benar tentang bagaimana proses konseling itu dapat berlangsung baik dan

menghasilkan perubahan-perubahan positif pada klien mengenai cara dan paradigma

berfikir, cara menggunakan potensi nurani, cara berperasaan, cara berkeyakinan dan

cara bertingkah laku berdasarkan wahyu dan paradigma kenabian (Sumber Hukum

Islam).6

5

Sahilun A. Nasir, Peranan Pendidikan agama terhadap pemecahan problem remaja, (Jakarta: kalam mulia, 2002). Hal: 80-82

6

(14)

7

Ada beberapa ayat al-Quran yang berhubungan dengan Bimbingan Konseling

diantaranya ialah :

اوُنَمآ َنيِذَلا ََِإ ٍرإسُخ يِفَل َناَسنِإْا َنِإ

اِب اإوَصاَوَ تَو ِتاَِِاَصلا اوُلِمَعَو

ِإبَصلاِب اإوَصاَوَ تَو ّقَإِ

ِرصَعلاَو

“Demi masa. Sungguh manusia dalam kerugian, kecuali mereka yang beriman dan

melakukan amal kebaikan, saling menasehati supaya mengikuti kebenaran dan saling

menasehati supaya mengamalkan kesabaran”.7

2. Pengertian wanita karir.

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1988), karir berasal dari

kata karir (belanda) yang berarti pertama, perkembangan dan kemampuan dalam

kehidupan, pekerjaan dan jabatan. Kedua, pekerjaan yang memberikan harapan untuk

maju.8 Selain itu kata karir selalu dihubungkan dengan tingkat atau jenis pekerjaan

seseorang. Wanita karir berarti wanita yang berkecipung dalam kegiatan profesi

(usaha dan perusahaan). Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa wanita karir

adalah wanita yang menekuni sesuatu beberapa pekerjaan yang dilandasi oleh

7

Qs. Al-Ashr Ayat : 1-3

8

S.C. utami Munandar, Wanita Karir Tantangan dan Peluang , “Wanita dalam masyarakat

(15)

8

keahlian tertentu yang dimilikinya untuk mencapai suatu kemajuan dalam hidup,

pekerjaan atau jabatan. 9

Wanita karir adalah wanita yang menekuni dan mencintai sesuatu atau beberapa

pekerjaan secara penuh dalam waktu yang relatif lama, untuk mencapai sesuatu

kemajuan dalam hidup, pekerjaan atau jabatan. Umumnya wanita karir ditempuh oleh

wanita di luar rumah, sehingga wanita karir tergolong mereka yang berkiprah di

sektor publik. Disamping itu, untuk berkarir berarti harus menekuni profesi tertentu

yang membutuhkan kemampuan, kapasitas, dan keahlian dan acap kali hanya bisa

diraih dengan persyaratan telah menempuh pendidikan tertentu.10

3. Definisi Keluarga Harmonis.

Keluarga Harmonis adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan atas

perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material yang

layak, bertakwa kepada TYME, memiliki hubungan serasi, selaras, dan seimbang

antar anggota dan antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungan. Sedangkan

Harmonis adalah sesuatu yang ada di luar manusia, dan bersitat kondisional.

Keharmonisan bersifat sangat temporal. Jika dia sedang berjaya, maka di situ ada

kebahagiaan. Jika sedang jatuh, maka hilanglah kebahagiaan.

9

Peter Salim dan Yeni Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer (Jakarta, English Press, 1991). Hal: 125

10

(16)

9

Maka menurut pandangan ini tidak ada kebahagiaan yang abadi dalam jiwa

manusia. Kebahagiaan itu sifatnya sesaat, tergantung kondisi eksternal manusia.

Inilah gambaran kondisi kejiwaan masyarakat yang senantiasa dalam keadaan

mencari dan mengejar kebahagiaan, tanpa merasa puas dan menetap dalam suatu

keadaan. Jadi, kebahagiaan adalah kondisi hati yang dipenuhi dengan keyakinan

(iman) dan berperilaku sesuai dengan keyakinannya itu.11

Murdock mengatakan dalam bukunya “social structure” menguraikan bahwa

keluarga merupakan kelompok sosial yang memiliki karakteristik tinggal bersama,

terdapat kerja sama ekonomi, dan terjadi proses reproduksi (Murdock, 1965)

4. Ciri-ciri keluarga yang harmonis

Adapun ciri-ciri pola hubungan yang melekat pada keluarga yang bahagia

adalah:12

a. Kesatuan Dengan Sang Pecipta.

b. Kesatuan Dengan Alam Semesta.

c. Komitmen.

d. Adanya Umpan Balik.

e. Kerjasama

f. Saling Percaya.

11Sri Lestari, psikologi keluarga “penanaman nilai dan penanganan konflik dalam keluarga”.

(Jakarta: Prenada media group). Hal: 05-06

12

(17)

10

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif.

Penelitian kualitatif (Qualitative research) adalah suatu penelitian yang

ditujukan untuk mendiskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas

sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun

kelompok. Beberapa deskripsi digunakan untuk menemukan prinsip-prinsip dan

penjelasan yang mengarah pada penyimpulan. Penelitian kualitatif bersifat

induktif, peneliti membiarkan permasalahan-permasalah muncul dari data atau

dibiarkan terbuka untuk interprestasi. Data dihimpun dengan pengamatan yang

seksama, mencakup deskripsi dalam konteks yang mendetil disertai

catatan-catatan hasil wawancara yang mendalam, serta hasil analisis dokumen dan

catatan-catatan.13

Jadi pendekatan yang penulis gunakan pada penelitian ini digunakan untuk

memahami fenomena yang dihadapi oleh konseli secara menyeluruh yang di

deskripsikan melalui kata-kata, bahasa, konsep, teori dan definisi secara umum.

Pada penelitian ini peneliti menggunakan penelitian studi kasus (case study),

studi kasus merupakan pendekatan yang penelaahannya pada studi kasus yang

dilakukan secara intensif, mendalam, mendetail, dan komprehensif.14 Studi

kasus juga merupakan suatu penelitian yang diarahkan untuk menghimpun data,

13

Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010). hal. 60

14

(18)

11

mengambil makna, memperoleh pemahaman dari kasus tersebut. Kasus sama

sekali tidak mewakili populasi dan tidak dimaksudkan untuk memperoleh

kesimpulan dari populasi. Kesimpulan studi kasus hanya berlaku untuk kasus

tersebut. Tiap kasus bersifat unik atau memilki karakteristik sendiri yang berbeda

dengan kasus lainnya. Studi kasus dapat terdiri dari atas satu unit atau lebih dari

satu unit, tetapi merupakan satu kesatuan. Kasus dapat satu orang, satu kelas,

satu sekolah dan lain sebagainya. Dalam studi kasus digunakan beberapa teknik

pengumpulan data seperti wawancara, observasi dan studi documenter, tetapi

semuanya difokuskan kea arah mendapatkan kesatuan data dan kesimpulan.15

2. Sasaran dan Lokasi Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah seorang wanita karir dalam menciptakan

keharmonisan rumah tangga, yang mengalami kurang percaya mengakibatkan

rasa cemburu oleh suaminya sendiri disebut klien, sedangkan konselornya ialah

mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya yang bernama Khairul Anam.

Dalam melakukan penelitian ini yang menjadi sasaran klien sasaran oleh

peneliti, ialah : Ibu Anggun (nama samaran). Sedangkan dia berlokasi di Desa

Cangkreng Kecamatan Lenteng Kabupaten Sumenep.

15

(19)

12

3. Jenis dan Sumber Data

a. Jenis Data

Yang mana dalam hal ini diperoleh dari deskripsi tentang latar belakang

dan masalah klien, pelaksanaan proses konseling, serta hasil akhir

pelaksanaan proses konseling.

2) Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber

sekunder.16 Diperoleh dari gambaran lokasi penelitian, keadaan

lingkungan klien, riwayat pendidikan klien, dan perilaku keseharian klien.

b. Sumber Data

Yang dimaksud sumber data adalah subyek dari mana data diperoleh.17

1) Sumber Data Primer yaitu sumber data yang langsung diperoleh penulis

dilapangan yaitu informasi dari klien yang diberikan konseling dan

konselor yang memberikan konseling.

16

Burhan Bungin, Metode Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif Dan Kualitatif

(Surabaya: Universitas Airlangga,2001), hal. 128.

17

(20)

13

2) Sumber Data Sekunder yaitu sumber data yang diperoleh dari orang lain

sebagai pendukung guna melengkapi data yang penulis peroleh dari data

primer. Sumber ini bisa diperoleh dari Wanita Kariri Ibu An (nama

samaran).

4. Tahap-tahap Penelitian

Tahapan dalam penelitian ini mengacu pada tahapan yang sudah

dirumuskan bog dan taylor yang dikutip dalam buku Lexy J Meleong, tahapan

tersebut antara lain:

a. Tahap pra lapangan.

Dalam tahap pra lapangan ini ada beberapa kegiatan yang harus ditempuh

oleh peneliti, antara lain yaitu: menyusun rancangan penelitian, memilih

lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjajaki dan menilai keadaan

lapangan, memilih dan memanfaatkan informasi serta menyiapkan

perlengkapan penelitian.

1) Menyusun Rancangan Penelitian.

Rancangan penelitian disebut juga usulan penelitian atau proposal

penelitian yang terdiri dari latar belakang masalah, alasan pengumpulan

data, rancangan analisis data dan pegesahan keabsahan data, kemudian

proposal tersebut diseminarkan.

2) Memilih lapangan Penelitian.

Dalam menentukan lapangan penelitian, peneliti perlu

(21)

14

kemudahan memperoleh perizinan untuk melakukan penelitian di

lapangan.

3) Mengurus perizinan

Pertama-tama yang perlu diketahui oleh peneliti ialah siapa saja yang

berwenang memberikan izin bagi pelaksanaan penelitian, pada umumnya

yang berwenang ialah kepala Desa ditempat, tergantung dimana peneliti

melaksanakan penelitian. Dan beberapa hal yang perlu diperhatikan

sebelum mengurus perizinan antara lain: kelengkapan surat tugas,

identitas diri seperti KTM dan lain-lain.

4) Menjajaki dan menilai keadaan lapangan

Untuk menjajaki dan menilai keadaan lapangan peneliti melakukan

wawancara, observasi terhadap klien. Tujuan penjajakan lapangan adalah

berusaha mengenal segala unsur lingkungan sosial, fisik, atau kondisi

alam lokasi yang diteliti.

5) Memilih dan memanfaatkan informan

Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberi informasi

tentang situasi dan kondisi latar penelitian, dan ia bersifat sukarela

(22)

15

6) Menyiapkan perlengkapan penelitian

Peneliti hendaknya menyiapkan tidak hanya perlengkapan fisik dan

mental perlu disiapkan pula peralatan lain seperti alat tulis, alat

dokumentasi seperti kamera atau tape recorder.18

b. Tahap Pekerjaan Lapangan

Dalam tahapan ini peneliti melakukan pendekatan dengan klien

melalui wawancara dan observasi serta mencari tahu informasi. Dan

beberapa hal yang dilakukan dalam tahap pekerjaan lapangan antara lain,

memahami latar penelitian, melakukan persiapan diri dilapangan serta

berperan serta mengumpulkan data.

c. Tahap Analisa Data

Setelah peneliti mendapatkan data dari lapangan baik berupa

wawancara, observasi kemudian peneliti menyajikan data yang telah

didapatkan, yang bertujuan untuk mendeskripsikan upaya wanita karir dalam

menciptakan keharmonisan rumah tangga di Desa Cangkreng Kecamatan

Lenteng Kabupaten Sumenep dan mendeskripsikan apa saja bentuk

kegiatan-kegiatan wanita karir di Desa Cangkreng Kecamatan Lenteng Kabupaten

Sumenep.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa

18

(23)

16

mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan

data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.19

Adapun teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan adalah sebagai

berikut:

a. Observasi (pengamatan)

Observasi (pengamatan) adalah metode pengumpulan data dimana

peneliti mencatat informasi sebagaimana yang disaksikan selama penelitian.

Penyaksian terhadap peristiwa-peristiwa itu bisa dengan melihat, lingkungan

(site) yang diamati, aktifitas-aktifitas yang berlangsung, individu-individu

yang terlibat dalam lingkungan tersebut beserta aktifitas dan perilaku yang

dimunculkan, serta makna kejadian berdasarkan perspektif individu yang

terlibat tersebut.20

b. Wawancara

Dalam penelitian ini yang akan digunakan oleh peneliti yaitu

menggunakan wawancara tidak terstruktur. Dan peneliti akan mudah dalam

pelaksanaan wawancara tidak terstruktur ini, dalam pelaksanaan wawancara

peneliti lebih mudah menggali informasi dan membuat responden nyaman

dalam proses pelaksanaan wawancara. Wawancara tidak terstruktur adalah

wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman

19

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2011), hal. 224

20

(24)

17

wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk

pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa

garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.21

c. Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data

kualitatif dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat

oleh subjek sendiri atau orang lain tentang subjek. Metode dokumentasi

merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan peneliti kualitatif untuk

mendapatkan gambaran dari sudut pandang subjek melalui suatu media

tertulis dan dokumen lainnya yang tertulis atau dibuat langsung oleh subyek

yang bersangkutan (Herdiansyah, 2009).22

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen

bisa berbetuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.

Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan

(life histories), ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang

berbentuk gambar, misalnya foto, gambar, patung, film dan lain-lain. Metode

dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan

wawancara dalam penelitian kualitatif.23

21

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2011), hal. 233

22

Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Salemba Humanika 2011), hal. 143

23

(25)

18

6. Teknik Analisis Data

Data hasil penelitian yang telah dikumpulkan sepenuhnya dianalisis

secara kualitatif. Analisis data dilakukan setiap saat pengumpulan data di

lapangan secara berkesinambungan. Diawali dengan proses klarifikasi data

agar tercapai konsistensi, dilanjutkan dengan langkah abstraksi-abstraksi

teoritis terhadap informasi lapangan, dengan mempertimbngkan

menghasilkan pernyataan-pernyataan yang sangat memungkinkan dianggap

mendasar dan universal. Gambaran dan informasi tentang peristiwa atas

obyek yang dikaji tetap mempertimbangkan derajat koherensi internal,

masuk akal, dan berhubungan dengan peristiwa factual dan realistic. Dengan

cara melakukan komparasi hasil temuan hasil dan pendalaman makna, maka

diperoleh suatu analisis data yang terus menerus secara simultan sepanjang

proses penelitian.24

Adapun data yang akan dianalisis adalah: Bimbingan Konseling Islam

Bagi Wanita Karir Dalam Menciptakan Keharmonisan Rumah Tangga Di

Desa Cangkreng Kecamatan Lenteng Kabupaten Sumenep.

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Agar data ini benar-benar bisa dipertanggung jawabkan maka dalam

penelitian kualitatif dibutuhkan teknik pengecekan keabsahan data, sehingga

memperoleh tingkat keabsahan data. Teknik untuk memeriksa keabsahan

data antara lain:

24

(26)

19

a. Perpanjangan Keikutsertaan

Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data.

Keikutsertaan tersebut tidak hanya dilakukan dalam waktu yang singkat,

tetapi memerlukan perpanjangan keikutsertaan pada latar penelitian. Peneliti

dengan perpanjangan keikutsertaannya akan banyak mempelajari

kebudayaan dapat menguji ketidakbenaran informasi yang diperkenalkan

oleh distorsi, baik yang berasal dari diri sendiri maupun dari responden, dan

membangun kepercayaan subyek. Dengan demikian, penting sekali arti

perpanjangan keikutsertaan peneliti guna berorientasi dengan situasi, juga

guna memastikan apakah konteks itu dipahami dan dihayati.25

b. Meningkatkan Ketekunan

Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih

cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data

dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis. Sebagai

bekal peneliti untuk meningkatkan ketekutan adalah dengan cara membaca

berbagai referensi buku maupun hasil penelitian atau

dokumentasi-dokumentasi yang terkait dengan temuan yang diteliti. 26

25

Lexy J. Moeloeng, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), hal. 327-328

26

(27)

20

G. Sistematika Pembahasan

Dalam pembahasan skripsi ini, peneliti akan mencantumkan sistematika

pembahasan yang terdiri dari dari 5 BAB dengan susunan sebagai berikut:

a. Bagian Awal.

Untuk mempermudah dalam pembahasan dan penyusunan skripsi ini, maka

peneliti menyajikan pembahasan ke dalam beberapa bab yang sistematika

pembahasannya adalah sebagai berikut: Bagian awal terdiri dari: judul penelitian

(sampul), persetujuan pembimbing, pengesahan tim penguji, motto,

persembahan, pernyataan otentitas skripsi, abstrak, kata pengantar, daftar isi,

daftar tabel.

b. Bagian Tengah.

Dibagian ini terdapat beberapa bab dan isi diantaranya: Pendahuluan, Kajian

Pustaka, Penyajian Data, Analisa Data, Kesimpulan Dan Saran.

c. Bagian Akhir.

(28)

21

BAB II

Bimbingan Konseling Islam Dengan Terapi Realitas

Bagi Wanita Karir Dalam Menciptakan Keharmonisan Rumah Tangga

A.Kajian Teoritik

1. Bimbingan Konseling Islam

a. Pengertian Bimbingan Konseling Islam

Secara etimologis, bimbingan dan konseling islam merupakan sebuah

akronim dari istilah yang berasal dari bahasa inggris dan bahasa arab. Istilah

bimbingan konseling berasal dari bahasa inggris Guidance and counseling.

Kata guidance itu sendiri berasal dari kata kerja to guide yang secara harfiyah

berarti menunjukkan, membimbing atau menuntun orang lain ke jalan yang

benar.27 Di samping itu, guide juga bisa berarti mengarahkan to direct,

memandu to pilot, mengelola manage, menyetir to steer. 28

Sedangkan menurut Thohari Musnamar, bahwa Bimbingan Konseling

Islam adalah pemberian bantuan kepada individu agar hidup selaras dengan

ketentuan dan petunjuk Allah sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di

dunia maupun diakhirat. Dengan demikian bimbingan dan konseling islam

27

HM. Arifin, Pokok-pokok pikiran tentang bimbingan dan penyuluhan agama di sekolah dan di luar sekolah, (jakarta: Bulan Bintang, 1979), hal. 18

28

Syamsul Yusuf dan A. Juntika Nurhisan, Landasan Bimbingan Dan Konseling (Jakarta: Rosdakarya, 2005), hal. 5

(29)

22

merupakan proses bimbingan sebgaimana proses bimbingan lainnya, tetapi

dalam seluruh seginya berlandaskan ajaran islam artinya berlandaskan

Al-Qur’an dan Sunnah Rasul.29

Pengertian bimbingan konseling islam menurut M. Arifin ialah kegiatan

yang dilakukan oleh seseorang dalam rangka memberikan bantuan kepada

orang lain yang mengalami kesulitan-kesulitan rohaniah dalam lingkungan

hidupnya agar orang tersebut mampu mengatasinya sendiri karena timbul

kesadaran atau penyerahan diri terhadap kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa,

sehingga timbul pada diri pribadinya suatu cahaya harapan kebahagiaan hidup

sekarang dan masa yang akan datang.30

Dari uraian diatas, dapat simpulkan bahwa tentang pengertian bimbingan

konseling islam adalah suatu proses pemberian bantuan terhadap individu yang

memiliki masalah dalam hidupnya sehingga dengan bantuan tersebut ia dapat

menyelesaikan masalahnya dengan potensi diri yang dimiliki secara optimal

dengan cara mengacu pada nilai-nilai keislaman yang terkandung dalam

Al-Qur’an dan As-Sunnah sehingga tercapaii kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

29

Thohari Musnamar, Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan Dan Konseling Islami,

(Yogyakarta: UII Press, 1992), hal. 2

30

(30)

23

b. Tujuan Bimbingan Konseling Islam

Tujuan Bimbingan Konseling Islam secara umum adalah membantu

individu untuk mempunyai pengetahuan tentang posisi dirinya dan mempunyai

keberanian untuk mengambil keputusan dan melakukan suatu kegiatan yang

dipandang baik, benar dan bermanfaat bagi kehidupannya di dunia dan di

akhirat.31

Dengan demikian, secara singkat tujuan bimbingan konseling islam dapat

dirumuskan sebagai berikut:

1) Tujuan Khusus

Membantu individu mewujudkan dirinya menjadi manusia

seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhrat.

2) Tujuan Khusus

(a) Memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap dirinya (klien)

mengarahkan dirinya sesuai dengan potensi yang dimilikinya

kearah tingkat perkembangan yang optimal.

(b) Mampu memecahkan masalahnya sendiri.

(c) Mempunyai wawasan yang lebih realitas serta penerimaan yang

objektif tentang dirinya.

31

(31)

24

(d) Baik menyesuaikan diri secara lebih efektif baik terhadap dirinya

sendiri maupun terhadap lingkungannya sehingga memperoleh

kebahagiaan dalam hidupnya.

(e) Mencapai taraf aktualisasi diri sesuai dengan potensi yang

dimilikinya.

(f) Terhindar dari gejala-gejala kecemasan dan prilaku yang salah. 32

Jadi, secara umum tujuan bimbingan konseling islam dapat

dirumuskan sebagai “membantu individu mewujudkan dirinya sebagai

manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di

akhirat.

c. Fungsi Bimbingan Konseling Islam

Adapun fungsi bimbingan konseling islam antara lain adalah sebagai

berikut:

1) Fungsi pencegahan yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konelor

untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi

dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh konseli.

2) Fungsi perbaikan yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu

konseli sehingga dapat memperbaiki kekeliruan dalam berfikir,

berperasaan dan bertindak. Sesuai dengan ayat Al-Qur’an yaitu:

32

(32)

25

3) Fungsi preserfative yaitu membantu individu menjaga agar situasi dan

kondisi yang semula tidak baik dan kebaikan itu bertahan lama.

4) Fungsi Development atau pengembangan yaitu membantu individu

memlihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang telah baik atau

menjaga lebih baik sehingga tidak memungkinkan menjadi sebab

munculnya masalah baginya.

d. Langkah-langkah Bimbingan Konseling Islam

Dalam pemberian bimbingan dikenal dengan adanya langkah-langkah

sebagai berikut ini :

1) Langkah Identifikasi Kasus

Langkah ini dimaksudkan untuk mengenal kasus beserta

gejala-gejala yang nampak. Dalam langlah ini pembimbing mencatat

kasus-kasus yang perlu mendapat bimbingan dan memilih kasus-kasus mana yang

akan mendapatkan bantuan terlebih dahulu.

2) Langkah Diagnosa

Langkah diagnosa merupakan langkah untuk menetapkan masalah

yang dihadapi kasus beserta latar belakangnya. Dalam langkah ini

kegiatan yang dilakukan ialah mengumpulkan data dengan mengadakan

(33)

26

3) Langkah Prognosa

Langkah prognosa merupakan langkah yang digunakan untuk

menetapkan jenis bantuan atau terapi apa yang akan digunakan untuk

membimbing kasus. Langkah prognosa ini ditetapkan berdasarkan

kesimpulan dalam langkah diagnosa, yaitu setelah ditetapkannya masalah

beserta latar belakangnya.

4) Langkah Terapi

Merupakan langkah pelaksanaan bantuan atau bimbingan kepada

konseli dengn teknik yang akan digunakan dalam menyelesaikan

permasalahan yang dialami konseli.

5) Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap dimana konselor bisa melihat dan

menilai sejauh mana keberhasilan yang dicapai, dan juga mengetahui

(34)

27

6) Langkah Evaluasi dan Follow Up

Langkah ini merupakan tahap yang disebut juga sebagai tahapan

tindak lanjut, yakni langkah yang akan diambil setelah mengetahui hasil

evaluasi.33

e. Unsur-unsur Bimbingan Konseling Islam

Adapun unsur-unsur konselor sebagai berikut :

1) Konselor

Konselor merupakan orang bersedia dengan sepenuh hati membantu

klien dalam menyelesaikan masalahnya berdasarkan pada keterampilan dan

pengetahuan yang dimilikinya.34

Adapun syarat yang harus dimiliki oleh konselor adalah sebagai

berikut:

(a) Beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.

(b) Sifat kepribadian yang baik, jujur, bertanggung jawab, sabar,

kreatif, dan ramah.

(c) Mempunyai kemampuan, keterampilan dan keahlian (profesional)

serta berwawasan luas dalam bidang konseling. 35

33

I. Djumhur Moh. Surya, Bimbingan Dan Penyuluhan Di Sekolah (Guidance & Counseling), (Bandung: CV. Ilmu 1975), hal. 104-105

34

Latipun, Psikologi Konseing, (Malang: UMM PRESS, 2008), hal. 55

35

(35)

28

2) Konseli

Individu yang diberi bantuan oleh seorang konselor atas permintaan

sendiri atau atas permintaan orang lain dinamakan klien.36 Disamping itu

klien adalah orang yang perlu memperoleh perhatian sehubungan dengan

masalah yang dihadapinya dan membutuhkan bantuan dari pihak lain untuk

memecahkannya, namun demikian keberhasilan dalam mengatasi

masalahnya itu sebenarnya sangat ditentukan oleh kepribadian klien itu

sendiri.37

Menurut Kartini Kartono, konseli hendaknya memiliki sikap dan sifat

sebagai berikut:

(a) Terbuka

Keterbukaan konseli akan sangat membantu jalannya proses

konseling. Artinya konseli bersedia mengungkap segala sesuatu

yang diperlukan demi kesuksesannya proses konseling.

(b) Sikap Percaya

Agar konseling berlangsung secara efektif, maka konseli

harus percaya bahwa konselor benar-benar bersedia menolongnya,

36

Sofyan S willis, Konseling Individual Teori Dan Praktek, (Bandung: Alfabeta, 2010), hal. 111

37

(36)

29

percaya bahwa konselor tidak akan membocorkan rahasianya

kepada siapa-pun.

(c) Besikap Jujur

Seorang konseli yang bermasalah, agar masalahnya dapat

teratasi, harus bersikap jujur. Artinya konseli harus jujur

mengemukakan data-data yang benar, jujur mengakui bahwa

masalah itu yang sebenarnya ia alami.

(d) Bertanggung Jawab

Tanggung jawab konseli untuk mengatasi masalahnya

sendiri sangat penting bagi kesuksesan proses konseling.38

3) Masalah

WS. Winkel menyataan masalah adalah sesuatu yang

menghambat, merintangi, mempersulit dalam usaha mencapai sesuatu.

Bentuk kongkret dari hambatan atau rintangan itu bermacam-macam,

misalnya: godaan, gangguan dari luar, tantangan yang ditimbulkan oleh

situasi hidup.39

38Ibid

, hal. 14

39

W.s Winkel, Bimbingan Dan Konseling Di Institusi Pendidikan Di Sekolah Menengah,

(37)

30

f. Prinsip-prinsip Bimbingan Konseling Islam

Yang dimaksud prinsip disini adalah hal-hal yan menjadi pegangan di

dalam proses Bimbingan Konseling Islam. Prinsip-prinsip itu ialah:

1) Bahwa nasehat dalam amar ma’ruf nahi munkar adalah satu pilar agama

yang merupakan pekerjaan mulia.

2) Pekerjaan konseling islam harus dilakukan sebagai pekerjaan ibadah

yang dikerjakan semata-mata hanya untuk mengharap ridha Allah.

3) Tujuan konseling islam adalah mendorong agar selalu berjalan di jalan

Allah dan menjauhi segala larangannya.

4) Meminta dan memberi bantuan dalam hal kebaikan hukumnya wajib

bagi setiap orang yang membutuhkannya.

5) Proses bimbingan konseling islam harus sejalan dengan syariat islam.

6) Pada dasarnya manusia memiliki kebebasan untuk memilih dan

memutuskan perbuatan baik yang dipilihnya. 40

40

(38)

31

g. Asas-asas Bimbingan Konseling Islam

Adapun asas-asas bimbingan konseling islam sebagai berikut :

1) Asas kebahagiaan dunia akhirat

Bimbingan konseling islam bertujuan akhirnya adalah membantu

klien atau konseli, yakni orang yang di bimbing, mencapai kebahagiaan

hidup yan senantiasa didambakan oleh setiap muslim.

Kebahagiaan hidup duniawi, bagi seorang muslim, hanya

merupakan kebahagiaan yang bersifat sementara, kebahagiaan

akhiratlah yang menjadi tujuan utama, sebab kebahagiaan akhirat

merupakan kebahaiaan yang abadi, yang amat banyak.

2) Asas Fitrah

Bimbingan dan konseling islam merupakan bantuan kepada klien

atau konseli untuk mengenal, memahami dan menghayati fitrahnya,

sehingga segala gerak tingkah laku dan tindakannya sejalan dengan

fitrahnya tersebut.

Manusia menurut islam, dilahirkan dalam atau dengan membawa

fitrah, yaitu berbagai kemampuan potensial bawaan dan kecenderungan

sebagai muslim atau beragama islam.

(39)

32

3) Asas lillahi ta’ala

Bimbingan dan konseling islam diselenggarakan semata-mata

karena Allah. Konsekuensi dari sas ini berarti pembimbing melakukan

tugasnya dengan penuh keikhlasan tanpa pamrih, sementara yang

dibimbing pun menerima atau meminta bimbingan dan atau konseling

dengan ikhlas dan rela, karena semua pihak merasa bahwa semua yang

dilakukan adalah karena dan untuk pengabdian kepada Allah semata,

sesuai dengan fungsi dan tugasnya sebagai makhluk Allah yan harus

senantiasa mengabdi kepada-Nya.

4) Asas bimbingan seumur hidup

Manusia hidup betapun tidak ada yang sempurna dan selalu

bahagia. Dalam kehidupannya mungkin saja manusia akan menjumpai

berbagai kesulitan dan kesusahan. Oleh karena itulah maka bimbingan

konseling islam diperlukan selama hayat masih dikandung badan.

5) Asas kesehatan jasmani dan rohaniah

Manusia dalam kehidupannya didunia merupakan satu kesatuan

jasmaniah-rhaniah. Bimbingan dan konseling islami memperlakukan

kliennya sebagai makhluk jasmaniah-rohaniah, tidak memandangnya

(40)

33

Bimbingan dan konseling islami membantu individu untuk hidup dalam

keseimbangan jasmaniah dan rohaniah tersebut.

6) Asas keseimbangan rohaniah

Dalam asas ini, orang yang dibimbing diajak untuk mengetahui

apa-apa yang perlu diketahuinya, kemudian memikirkan apa-apa yang

perlu dipikirkannya, sehingga memperoleh keyakinan, tidak menerima

begitu saja, tetapi juga tidak menolak begitu saja. Kemudian diajak

memahami apa yang perlu dipahami dan dihayatinya setelah

berdasarkan pemikiran dan analisis yang jernih diperoleh keyakinan

tersebut.

Orang yang dibimbing diajak untuk menginternalisasikan norma

dengan mempergunakan semua kemampuan rohaniah potensinya

tersebut, bukan hanya mengikuti hawa nafsu semata.

7) Asas kemaujudan individu

Bimbingan konseling islam, berlangsung pada citra manusia

menurut islam, memandang seorang individu merupakan suatu maujud

tersendiri. Individu mempunyai hak, mempunyai perbedaan individu

dari yang lainnya, dan mempunyai kemerdekaan pribadi sebagai

(41)

34

rohaniahnya. Artinya individu mampu merealisasikan dirinya secra

optimal, termasuk dalam mengambil keputusan.

8) Asas sosialitas manusia

Dalam bimbingan konseling islam, sosialitas manusia diakui dan

diperhatikan dengan memperhatikan hak individu, hak individu juga

diakui dalm batas tanggung jawab sosial. Jadi bukan pula liberalisme

dan masih banyak pula hak alam yang harus dipenuhi oleh manusia.

Begitu pula hak Tuhan.

9) Asas kekhalifahan manusia

Manusia dipandang sebagai makhluk berbudaya yang mengelola

alam sekitar sebaik-baiknya. Sebagai khalifah, manusia harus

memelihara keseimbangan ekosistem, sebab problem-problem

kehidupan kerap kali muncul dari ketidakseimbangan ekosistem

tersebut yang diperbuat oleh manusia itu sendiri. Disitulah fungsi

bimbingan konseling islam untuk kebahagiaan dirinya dan umat

manusia.

10) Asas keselarasan dan keadilan

Islam menghendaki keharmonisan, keselarasan, keseimbangan,

(42)

35

manusia berlaku adil terhadap hak dirinya sendiri, hak orang lain, hak

alam semesta dan juga hak Tuhan.

11) Asas pembinaan akhlaqul karimah

Dalam asas ini, bimbingan konseling islam membantu klien atau

yang dimbimbing memelihara, membangun, menyempurnakan

sifat-sifat yang baik.

12) Asas kasih sayang

Setiap manusia memerlukan cinta kasih dan rasa sayang dari

orang lain. Rasa kasih sayang ini dapat mengalahkan dan menundukkan

banyak hal. Bimbingan konseling islam dilakukan dengan berlandaskan

kasih sayang, sebab hanya dengan kasih sayanglah bimbingan

konseling islam akan berhasil.

13) Asas saling menghargai dan menghormati

Dalam bimbingan konseling islam kedudukan konselor dan

konseli pada dasarnya sama atau sederajat. Perbedaannya hanya saja

terletak pada fungsinya yakni pihak yang satu memberikan bantuan

yang satu menerima bantuan. Hubungan yang terjalin antara pihak

(43)

36

menghormati sesuai dengan kedudukan masing-masing sebagai

makhluk Allah.

14) Asas musyawarah

Bimbingan konseling islam dilakukan dengan asas musyawarah,

artinya antara pembimbing dengan yang dibimbing terjadi dialog yang

baik, satu sama lainnya, tidak ada perasaan tertekan dan keinginan

tertekan.

15) Asas keahlian

Bimbingan konseling islam dilakukan oleh orang-orang yang

memang memiliki kemampuan keahlian dibidang tersbut, baik keahlian

dalam metodologi dan teknik-teknik bimbingan konseling maupun

dalam bidang yang menjadi permasalahan bimbingan konseling.

2. Terapi Realitas

a. Pengertian Terapi Realitas

Terapi realitas adalah suatu sistem yang difokuskan pada tingkah laku

sekarang. Terapis berfungsi sebagai guru dan model serta

mengonfrontasikan klien dengan cara-cara yang bisa dibantu klien

menghadapi kenyataan dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar tanpa

merugikan dirinya sendiriataupun orang lain. Inti terapi realitas adalah

(44)

37

mental. Glasser mengembangkan terapi realitas dari keyakinannya bahwa

psikiatri konvensional sebagian besar berlandaskan asumsi-asumsi yang

keliru. Terapi realitas yang menguraikan prinsip-prinsip dan

prosedur-prosedur yang dirancang untuk membantu orang-orang dalam mencapai

suatu identitas keberhasilan, dapat diterapkan pada psikoterapi, konseling,

pengajaran, kerja kelompok, konseling perkawinan, pengelolaan lembaga,

dan perkembangan masyarakat.41

Hal-hal positif dari terapi realitas menurut latipun (2001) adalah, mudah

dipahami, nonteknis, didasarkan atas pengetahuan masyarakat, dan efisien

waktu. Selanjutnya corey (2009) menyebutkan bahwa ada tujuh ciri-ciri

terapi realitas yaitu :

1. Menolak konsep penyakit mental.

2. Berfokus pada tingkah laku sekarang, bukan pada masa lalu.

3. Menekankan pertimbangan nilai.

4. Tidak menekankan transferensi.

5. Mengacu pada aspek kesadaran bukan aspek ketidak sadaran.

6. Menghapus konsep pemberian hukuman.

7. Menekankan tanggung jawab pada diri individu.

41

(45)

38

Demikianlah ciri-ciri terapi realitas yang membedakannya dari

pendekatan yang lain.42

b. Tujuan Terapi Realitas

Secara luas tujuan dari terapi realitas adalah mencapai identitas

keberhasilan (success identity). Bagaimana individu mampu mencapainya?

Tentu saja ketika ia telah dapat memikul tanggung jawab, yaitu kemampuan

untuk mencapai kepuasan terhadap kebutuhan dasarnya. Ringkasnya adalah

ketika individu telah mampu memuaskan kebutuhan dasarnya, maka di saat

yang bersamaan ia akan bertanggung jawab.

Tujuan lain terapi realitas menurut corey (2009) adalah membantu

individu mencapai otonomi. Otomi yaitu kematangan emosional yang

diperlukan individu untuk mengganti dukungan eksternal (dari luar diri

individu) dengan dukungan internal (dari dalam diri individu). Kematangan

emosional juga ditandai dengan kesediaan bertanggung jawab terhadap

tingkah lakunya.

Apabila dirumuskan secara jelas, maka berikut ini adalah beberapa

tujuan terapi realitas, yaitu:

1 Menjelaskan kepada klien hal-hal yang menghambat terbentuknya

keberhasilan identitas.

2 Membantu klien menetapkan tujuan yang ingin dicapai dalam terapi.

42

(46)

39

3 Klien dapat melaksanakan rencana-rencananya secara mandiri tanpa

diberi treatment.

Hal terpenting yang harus disampaikan oleh konselor terhadap klien

sebagai bagian dari tujuan terapi adalah bahwa terapi sama sekali tidak

bertujuan untuk menciptakan kebahagian bagi klien. Kalau pun ada

kebahagiaan, hal tersebut bukanlah esensi dari tujuan terapi yang ingin

dicapai. Konselor harus menyampaikan bahwa kebahagian klien terletak

pada cara berpikir klien menyikapi hal tetentu dan keberaniannya mengambil

keputusan secara bertanggung jawab.43

c. Teknik Terapi Realitas

Terapi realitas bisa ditandai sebagai terapi yang aktif secara verbal.

Prosedur-prosedurnya difokuskan pada kekuatan-kekuatan dan

potensi-potensi klien yang dihubungkan dengan tingkah lakunya sekarang dan

usahanya untuk mencapai keberhasilan dalam hidup. Dalam membantu klien

untuk menciptakan identitas keberhasilan, terapis bisa menggunakan

beberapa teknik sebagai berikut:

1. Terlibat dalam permainan peran dengan klien.

2. Menggunakan humor.

3. Mengonfrontasikan klien dalam merumuskan rencana-rencana yang

spesifik bagi tindakan.

43

(47)

40

4. Bertindak sebagai model dan guru.

5. Memasang batas-batas dan menyusun situasi terapi.

6. Memasang batas-batas dan menyusun situasi terapi.

7. Menggunakan terapi kejutan verbal atau sarkasme yang layak untuk

mengonfrontasikan klien dengan tingkah lakunya yang tidak realitas.

Dan

8. Melibatkan diri dengan klien dalam upayanya mencari kehidupan yang

lebih efektif.

Terapi realitas tidak memasukkan sejumlah teknik yang secara umum

diterima oleh pendekatan-pendekatan terapi lain. Para psikiater yang

mempraktekkan terapi realitas tidak menggunakan obat-obatan dan

medikasi-medikasi konservatif, sebab medikasi cenderung menyingkirkan

tanggung jawab pribadi.44

d. Peran Konselor Dalam Terapi Realitas

Tugas dasar terapis adalah melibatkan diri dengan klien dan kemudian

membuatnya menghadapi kenyataan. Glasser (1965) merasa bahwa, ketika

terapis menghadapi para klien, dia memaksa mereka itu untuk memutuskan

apakah mereka akan atau tidak akan menempuh jalan yang bertanggung

jawab. Terapis tidak membuat pertimbangan-pertimbangan nilai dan

putusan-putusan bagi para klien, sebab tindakan demikian akan

44

(48)

41

menyingkirkan tanggung jawab yang mereka miliki. Tugas terapis adalah

bertindak sebagai pembimbing yang membantu klien agar bisa menilai

tingkah lakunya sendiri secara realistis.45

Tidak ada satupun literatur yang menyebutkan peran dan fungsi

konselor pada pendekatan eklektik secara spesifik. Beberapa literatur hanya

menyebutkan bahwa peran dan fungsi konselor sesuai dengan konsep teori

yang digunakannya dalam menangani kasus klien. Konselor dapat berperan

secara bervariasi, seperti: konselor, psikiater, guru, konsultan, fasilitator, dan

advisor. Misalnya, adalah seorang konselor eklektik pada suatu ketika

menggunakan pendekatan behavioristik, maka ia harus berfungsi sebagai

guru, pengarah, penasehat, konsultan, pemberi dukungan, fasilitator,

selanjutnya berperan sebagai mesin perkuatan bagi kliennya (lihat kembali

pembahasan behavioristik). Tetapi disaat yang lain apabila konselor eklektik

menggunakan pendekatan realitas, maka ia berfungsi sebagai guru dan

berperan sebagai pembimbing bagi klien.

Menciptakan suasana konseling yang kondusif dan efektif juga

merupakan hal yang semestinya turut diperhatikan oleh konselor. Pencapaian

tujuan konseling bukan hanya di dukung oleh keefektifan pendekatan yang

45

(49)

42

digunakan, akan tetapi juga dipengaruhi oleh sikap konselor dan situasi

konseling yang menimbulkan perasaan nyaman bagi klien.46

3. Wanita Karir Dan Keluarga Harmonis a. Pengertian Wanita Karir

Wanita karir adalah wanita yang mempunyai kesibukan selain

kesibukan rumah tangga, baik itu dilakukan di dalam rumah atau diluar

rumah, baik itu bersifat bisnis atau sosial. Hanya saja, pada umumnya wanita

karir itu hanya dihubungkan dengan wanita yang bekerja dan menghasilkan

uang saja. Sebenarnya wanita karir melakukan aktifitasnya karena didorong

oleh keinginan untuk maju, ingin mendapatkan ilmu pengetahuan, ingin

mendakwahkan ajaran agamanya, ingin hidupnya bermanfaat bagi orang lain

atau karena motivasi tertentu.

Kaum wanita karir pada umumnya menolak anggapan bahwa mereka

menanggung berbagai beban berat karena merangkap dua beban sekaligus.

Apakah naluri keibuannya tidak terganggu oleh karir mereka? Mereka

menjawab, kami justru menemukan keasyikan tertentu dalam menjalankan

tugas sebagai ibu rumah tangga dan merasa lebih energik ditempat kerja.

Argumentasi ini memang menjadi kontroversi yang sulit menemukan titik

akhir.

46

(50)

43

Keterlibatan wanita dalam bidang pekerjaan bukan sebagai akibat faktor

biologi atau kemajuan teknologi. Menurut beberapi ahli, memang dari

kodratnya manusia itu berinisiatif untuk bekerja. Tetapi pikiran ini bukan

berarti menetralkan kenyataan yang ada. Perlu kita akui bahwa dewasa ini

teknologi begitu berpengaruh pada kehidupan keluarga. Alat-alat elektronik

canggih yang tersedia dapat dipakai pria-wanita, tanpa ada perbedaan lagi.47

b. Ciri-ciri Wanita Karir

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1988), karir

berasal dari kata karir (belanda) yang berarti pertama, perkembangan dan

kemampuan dalam kehidupan, pekerjaan dan jabatan. Kedua, pekerjaan yang

memberikan yang memberikan harapan untuk maju.48 Selain itu kata karir

selalu dihubungkan dengan tingkat atau jenis pekerjaan seseorang. Wanita

karir berarti wanita yang berkecipung dalam kegiatan profesi (usaha dan

perusahaan).49

 Beberapa ciri wanita karir:

a. Wanita yang aktif melakukan kegiatan-kegiatan untuk mencapai

suatu kemajuan.

Indonesia Akses, Pemberdayaan dan Kesempatan”. (Yogyakarta: Sunan Kalijaga Press, 2001), Hal: 301.

49

(51)

44

b. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan itu merupakan kegiatan-kegiatan

professional sesuai dengan bidang yang ditekuninya, baik dibidang

politik, ekonomi, pemerintahan, ilmu pengetahuan, ketentaraan,

sosial, budaya pendidikan, maupun di bidang-bidang lainnya.

c. Bidang pekerjaan yang ditekuni oleh wanita karir adalah pekerjaan

yang sesuai dengan keahliannya dan dapat mendatangkan kemajuan

dalam kehidupan, pekerjaan, atau jabatan.

Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa “wanita karir” adalah

wanita yang menekuni sesuatu yang atau beberapa pekerjaan yang

dilandasi oleh keahlian tertentu yang dimilikinya untuk mencapai suatu

kemajuan dalam hidup, pekerjaan, atau jabatan.50

c. Keluarga yang harmonis

Pengertian keluarga harmonis adalah terjalinnya komonikasi yang baik

antara suami istri. Kebayakan orang berpendapat bahwa sebuah keluarga itu

akan harmonis ketika mendapat keturunan, tapi ternyata itu tidak menjamin.

karena keharmonisan datang dari pribadi masing-masing suami istri. Dimana

mereka bisa menyelesaikan semua urusan rumah tangga, bermusyawarah

dalam menghadapi segala hal, saling mengingatkan dan saling melengkapi.

50

(52)

45

Keluarga merupakan konsep yang bersifat multidimensi. Para ilmuan

sosial bersilang pendapat mengenai rumusan definisi keluarga yang bersifat

universal. Salah satu ilmuan yang permulaan mengkaji keluarga adalah

George Murdock. Dalam bukunya social structure, Murdock menguraikan

bahwa keluarga merupakan kelompok sosial yang memiliki karakteristik

tinggal bersama, terdapat kerja sama ekonomi, dan terjadi proses reproduksi

(Murdock, 1965). Melalui surveinya terhadap 250 perwakilan masyarakat

yang dilakukan sejak tahun 1937.

Murdock menemukan tiga tipe keluarga, yaitu keluarga inti (nuclear

family), keluarga poligami (polygamous family), dan keluarga batih

(extended family). Jumlah tersebut terdapat 192 sampel masyarakat hanya

memiliki informasi yang lanyak, sebanyak 47 masyarakat hanya memiliki

tipe keluarga inti, 53 masyarakat juga memiliki tipe keluarga poligami selain

keluarga inti, dan 92 masyarakat juga memiliki tipe keluarga batih.

Berdasarkan penelitiannya tersebut Murdock menyatakan bahwa keluarga

inti merupakan kelompok sosial yang bersifat universal. Para anggota dari

keluarga inti bukan hanya membentuk kelompok sosial, melainkan juga

menjalankan empat fungsi universal dari keluarga, yaitu seksual, reproduksi,

pendidikan, dan ekonomi.51

51

Sri Lestari, Psikologi keluarga “penanaman nilai dan penanganan konflik dalam

(53)

46

d. Ciri-ciri Keluarga Harmonis.

Ciri – ciri keluarga bahagia adalah keluarga yang selalu mempunyai

tegang rasa yang baik antar sesama anggota keluarga, tidak saling curiga,

saling bantu membantu, tidak mudah terpengaruh dengan isu-siu luar yang

bisa merusak keharmonian keluarga. Keluarga bahagia, keluarga yang

didalamnya terdapat berbagai persoalan/masalah kekeluargan. Tetapi itu

semua dihadapi dengan kepala diingin dan dengan komunikasi yang baik,

antar sesama anggota keluarga keluarga, istri dengan suami, anak dengan

ibu, anak dengan ayah, martua dengan menantu, dan anggota lain yang ada

dikeluarga.

Adapun Ciri-ciri pola hubungan yang melekat pada keluarga yang

bahagia adalah :

a. Kesatuan dengan Sang Pencipta.

Setiap manusia dan unit kesatuan manusia semestinya

memelihara keterikatan dengan Tuhan Sang Pencipta. Keterikatan

ini sesungguhnya bersifat alamiah. Antara manusia dan Tuhan telah

terjadi perjanjian primordial, yaitu manusia bertaqwa kepada tuhan

yang maha esa. Para ahli psikologi menyederhanakannya dengan

istilah religious instinct. Bila keterikatan alamiah ini dipelihara, maka

(54)

47

fondasi kepribadiannya. Dalam kehidupannya, ia memperoleh

ketenangan, rasa cinta, dan kasih sayang.

b. Kesatuan dengan alam semesta (terutama manusia).

Setiap manusia dan unit kesatuan manusia semestinya memiliki

keterikatan dengan sesama manusia dan alam semesta. Kesatuan

dengan alam semesta ini sesungguhnya merupakan perwujudan dari

amanat yang diterima setiap manusia untuk menjadi pengganti Tuhan

di bumi. Keluarga yang memiliki keselarasan dengan lingkungannya

akan memperoleh ketenangan, kecintaan, dan kasih sayang dari

lingkungannya. Semua itu akan memberikan sumbangan yang besar

bagi ketenangan, cinta, dan kasih sayang dalam dada mereka. Tanpa

kesatuan dengan sesama manusia dan lingkungan alam, keluarga

sering berada dalam ancaman keresahan dan kekhawatiran.

c. Komitmen Berkeluarga.

Individu-individu yang pertama kali membentuk keluarga

memiliki niat dan itikad untuk membentuk, mempertahankan dan

memelihara pernikahan. Komitmen utama adalah bagaimana

keluarga bertahan. Di sini suami dan istri memiliki niatan untuk

mempertahankan keluarga dalam situasi apapun dan juga berupaya

mengoptimalkan fungsi keluarga untuk memenuhi tanggung jawab

vertikal maupun horisontal. Biar gelombang menerjang dan gunung

(55)

48

teguh. Sebagaimana diungkapkan Florence Isaacs (Hanna D.

Bastaman, 2001), pernikahan yang awet ditandai oleh niat dan itikad

untuk mempertahankan pernikahan.

d. Kerjasama.

Agar keluarga dapat berjalan secara optimal, semestinya mereka

saling bekerjasama. Suami membantu istri dan anak. Istri membantu

suami dan anak. Anak membantu bapak dan ibunya. Masalah

kerjasama atau kekompakan ini akan berkembang bila mereka

mengupayakan untuk melakukan berbagai kegiatan secara

bersama-sama. Salah satu medan kerjasama atau kekompakan adalah dalam

hal mendidik anak. Kultur masyarakat masa lalu dan juga masa kini

sering menempatkan wanita sebagai pihak yang bertanggung jawab

mendidik anak. Kesalahkaprahan ini sangat sering terjadi. Laki-laki

pun banyak yang merasa tidak bersalah saat mereka bulat-bulat

menyerahkan tanggung jawab mendidik anak kepada istri, atau malah

kepada baby sitter, pembantu rumah tangga, atau kepada televisi.

Bahkan, pembantu pun menyerahkan ke peminta-minta di jalanan

(sebagaimana terjadi di Bandung beberapa waktu lalu).

e. Saling Percaya.

Pembentukan keluarga (baca: pernikahan) diawali oleh

kesalingpercaya-an. Masing-masing pihak –suami dan istri-- percaya

(56)

49

antara mereka dapat mengantarkan mereka menjadi bahagia dan

sejahtera. Bila kepercayaan ini dijaga, maka kehidupan berkeluarga

dapat dipertahankan. Bila kepercayaan tidak dijaga, maka keluarga

dapat pecah (brocken home).52

B. Penelitian Terdahulu Yang Relevan

Dalam penulisan skripsi ini peneliti juga tidak lupa mengambil

berbagai contoh dari penelitian yang terdahulu yang relevan sebagai penguat

data yang peneliti lakukan. Diantara lain penelitian dibawah ini :

1. Wahyu Rishandi, dengan judul : BIMBINGAN KONSELING ISLAM

DALAM MENANGANI PADA WANITA KARIR AKIBAT DARI

BEBAN GANDA DI BENDUL MERISI SURABAYA. 2012

Yang mana tujuan dari penelitiannya wahyu rishandi yaitu Untuk

mengetahui Bimbingan Konseling Islam Dalam Menangani Pada

Wanita Karir Akibat Dari Beban Ganda Di Bendul Merisi Surabaya.

Yang terakhir tujuannya yaitu untuk mengetahui bagaimana seorang

wanita karir bisa membagi waktu dengan keluarganya yang bertinggal

di daerah Bendul Merisi Surabaya.

52

(57)

50

Letak persamaan penelitian ini dengan peneletian terdahulu

yakni sama-sama membahas wanita karir yang mempunyai masalah,

sedangkan perbedaan yaitu masalah yang dialami seorang klien

sendiri. Punya penelitian sendiri tentang wanita karir dalam

menciptakan keluarga harmonis di desa cangkreng sedangkan

penelitian terdahulu tentang Wanita Karir Akibat Dari Beban Ganda

Di Bendul Merisi Surabaya.

2. Nur Kholifah, NIM: D0 6305046 DAMPAK ORANG TUA WANITA

KARIR TERHADAP KEBERHASILAN PENDIDIKAN AGAMA

ISLAM ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI DESA SIMPANG

KABUPATEN SIDOARJO. 2007

Dalam skripsi ini penulis menjelaskan bahwasanya sebenarnya

orang tua yang berperan sebagai wanita karir sangat mempengaruhi

terhadap keberhasilan pendidikan seorang anak.

Letak persamaan penelitian ini dengan peneletian terdahulu

yakni sama-sama membahas wanita karir yang mempunyai masalah,

sedangkan perbedaan yaitu masalah yang dialami seorang klien

sendiri. Punya penelitian sendiri tentang wanita karir dalam mentakan

keluarga harmonis di desa cangkreng sedangkan penelitian terdahulu

tentang Dampak Orang Tua Wanita Karir Terhadap Keberhasilan

Pendidikan Agama Islam Anak Usia Sekolah Dasar Di Desa Simpang

Gambar

Tabel 03.01
Tabel 03.2
Tabel 03.3
Tabel 03.4
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menyatakan bahwa skripsi yang saya buat dengan judul “Hubungan Dukungan Sosial dengan Tingkat Stres di Sekolah Pada Siswa Akselerasi MAN Denanyar Jombang”, adalah

Kemadirian bagi seorang santri sudah menjadi keniscayaan, kemandirian terlihat dari santri dituntut mampu melaksanakan beberapa tugas dengan sendiri tanpa

Eksekusi suatu instruksi memerlukan operasi aritmatika atau logika terhadap data.. Write Data

Kombinasi perlakuan yang memberikan pengaruh lebih baik terhadap kualitas tanah dan pertumbuhan bibit kelapa sawit pada media subsoil diperoleh pada dosis guano 1,5 kg

Dalam merefleksi perasaan sebagai respon empatik, sering dinyatakan secara tentatif, seperti: “mungkin anda merasa kecewa dengan teman anda”, “apakah anda berharap

Tentunya ketiga milestone tersebut tidak dapat diwujudkan dengan kekuatan Program Studi Teknik Sipil semata, tapi juga membutuhkan dukungan dari semua unit dalam