• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER SANTRI (Studi Kasus di Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami Jakarta Selatan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MANAJEMEN PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER SANTRI (Studi Kasus di Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami Jakarta Selatan)"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN

DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER SANTRI

(Studi Kasus di Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami Jakarta Selatan)

TESIS

Disusun oleh:

SAIFUL BAHRI

NIM. 21170181000035

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

TAHUN 2020

(2)
(3)
(4)
(5)

iv

DAFTAR ISI

PERNYATAAN KARYA SENDIRI ... i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN PENGUJI ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

ABSTRAK ... ix

PEDOMAN TRANSLITERASI ... xi

KATA PENGANTAR ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 6

C. Permasalahan dan Pertanyaan Penelitian ... 8

1. Identifikasi Masalah ... 8

2. Pembatasan Masalah ... 9

3. Rumusan Masalah ... 9

1 D. Tujuan dan Signifikasi Penelitian ... 9

1. Tujuan Penelitian... 9 a. Akademis (Teoritis) ... 9 b. Terapan ... 10 2. Signifikasi Penelitian... 10 a. Akademis (Teoritis) ... 10 b. Terapan ... 10

BAB II TINJAUAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL A. Manajemen Pendidikan... 11

a. Pengertian Manajemen Pendidikan ... 11

b. Tujuan dan Fungsi Manajemen Pendidikan ... 13

c. Prinsip-prinsip Manajemen Pendidikan... 14

B. Pendidikan Karakter ... 15

a. Pengertia Pendidikan Karakter ... 15

b. Prinsip-prinsip Pendidikan karakter ... 16

c. Pilar-pilar Pendidikan Karakter ... 17

d. Tujuan Pendidikan karakter ... 18

(6)

v

C. Gerakan Pramuka ... 20

a. Pengertian Pramuka ... 20

b. Sejarah Pendidikan Kepramukaan di Indonesia ... 21

c. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Kepramukaan ... 22

d. Nilai Karakter dalam Pendidikan Kepramukaan ... 25

D. Pendidikan Pondok Pesantren ... 26

a. Pengertian Pondok Pesantren ... 26

b. Komponen dan Karakteristik Pondok Pesantren ... 27

c. Sistem Pembelajaran Pondok Pesantren ... 28

d. Nilai-nilai Karakter Pondok Pesantren ... 30

E. Kerangka Berfikir ... 31

BAB III METODE PENELITIAN ... 33

A. Tempat dan Objek Penelitian ... 33

B. Metode Penelitian ... 33

C. Data dan Sumber Data ... 33

D. Teknik Pengumpulan Data... 34

E. Analisis dan Pengolahan Data ... 36

F. Pengecekan Keabsahan Data ... 37

G. Pendekatan Data dan Keilmuan ... 38

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami Jakarta Selatan ... 40

B. Sistem Manajemen Pendidikan Kepramukaan ... 50

C. Nilai Karakter Pendidikan Kepramukaan Pondok Pesantren Darunnajah... 74

D. Implementasi Karakter Kepramukaan Bagi Santri Darunnajah ... 83

E. Kendala dan Solusi Manajemen Pendidikan Kepramukaan ... 87

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 97

B. Saran ... 98

DAFTAR PUSTAKA ... 99 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(7)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Problematika Pelaksanaan Pendidikan Karakter ... 4

Tabel 1.2. Nilai-nilai Pendidikan Pramuka ... 7

Tabel 4.1. Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta ... 40

Tabel 4.2. Materi Kepramukaan Pontren Darunnajah ... 54

Tabel 4.3. Syarat Kecakapan Umum Tingkat Penggalang Ramu... 58

Tabel 4.4. Syarat Kecakapan Umum Tingkat Penggalang Rakit ... 61

(8)

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Defenisi Manajemen ... 12

Gambar 1.2. Fungsi Manajemen ... 14

Gambar 1.3. Nilai Utama Pendidikan Karakter ... 17

Gambar 2.1. Pilar-pilar Pendidikan Karakter ... 18

Gambar 2.2. Fungsi Pendidikan Kepramukaan ... 24

Gambar 2.3. Kerangka Berfikir... 32

Gambar 3.1. Skema Penelitian ... 39

Gambar 4.1. Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta ... 42

Gambar 4.2. Jalan Masuk Pondok Pesantren Darunnajah ... 47

Gambar 4.3. Bagan Struktur Organisasi Pontren Darunnajah ... 49

Gambar 4.4. Tahapan Perencanaan Kegiatan Kepramukaan ... 52

Gambar 4.5. Pengorganisasian Bidang Kepramukaan Pontren Darunnajah ... 54

Gambar 4.6. Ponpes Darunnajah Jakarta Raih Juara Favorit Dalam Perkemahan Pesantren se-Jabotabek ... 58

Gambar 4.7. Api Unggun pada Kegiatan Kepramukaan Pontren Darunnajah ... 68

Gambar 4.8. Perkemahan Santri Darunnajah ... 69

Gambar 4.9. Penilaian Harian Kepramukaan ... 72

Gambar 4.10. Pengamatan Karakter, Sikap dan Keterampilan Santri ... 73

(9)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Permohonan Ijin Penelitian dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Lampiran 2. Surat Keterangan Penelitian dari Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta Lampiran 3. Pedoman Wawancara

Lampiran 4. Daftar Guru Pondok Pesantren Darunnajah

Lampiran 5. Silabus Program Pendidikan Kepramukaan Darunnajah Lampiran 6. Jadwal Kegiatan Kepramukaan Darunnajah

Lampiran 7. Jadwal Kegiatan Persada (Perkemahan Santri Darunnajah) Lampiran 8. Daftar Prestasi Santri

Lampiran 9. Contoh Penilaian SKU Lampiran 10. Dokumentasi Wawancara Lampiran 11. Surat Tugas Pembimbing Lampiran 12. Kartu Bimbingan

(10)

ix

ABSTRAK

Saiful Bahri NIM. 21170181100035: “Manajemen Pendidikan Kepramukaan Dalam Pengembangan Pendidikan Karakter Santri (Studi Kasus Di Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami Jakarta Selatan)” Tesis Program Magister Manajemen Pendidikan Islam (MPI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini berawal dari keprihatinan penulis dengan kondisi karakter pelajar atau anak usia sekolah di Indonesia yang memprihatinkan. Kenakalan anak usia sekolah menunjukkan bahwa tujuan utama pendidikan dalam membentuk kepribadian yang berakhlaqul karimah belum terwujud. Salah satu upaya dalam membentuk karakter peserta didik atau santri adalah melalui kegiatan kepramukaan. Namun, kegiatan kepramukaan yang dilakukan beberapa lembaga pendidikan termasuk di Pondok Pesantren Darunnajah masih terkendala dengan beberapa hal, diantaranya belum tersedianya tenaga pelatih kepramukaan yang memenuhi standar, anggaran kegiatan yang kurang, dan dukungan dari wali santri yang belum maksimal. Untuk itu, pada penelitian ini, penulis meneliti tentang Manajemen Pendidikan Kepramukaan dalam Pengembangan Pendidikan Karakter Santri di Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami Jakarta Selatan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian analisis deskriptif. Teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi, studi dokumen, dan triangulasi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa; Pertama, manajemen pendidikan kepramukaan dalam pengembangan pendidikan karakter di Pondok Pesantren Darunnajah mencakup beberapa fungsi yakni; perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan. 1) Perencanaan dengan menganalisa hasil evaluasi tahunan, menganalisa peluang dan tantangan yang ada, merumuskan kegiatan yang relevan, dan penetapan hasil rumusan. 2) Pengorganisasian, tahapannya meliputi; proses perekrutan, proses penyaringan, proses penentuan. 3) Pelaksanaan. Diantaranya; pembinaan pramuka, perlombaan, ujian kenaikan tingkat, hasta karya pramuka, perekrutan pasukan khusus baru, perkemahan santri Darunnajah, dan bakti karya pramuka. 4) Pengawasan, yakni; penilaian harian, penilaian setiap akhir semester, evaluasi program kepramukaan di pertengahan tahun, dan evaluasi program di akhir tahun.

Kedua, hasil analisis karakter yang ditanamkan adalah panca jiwa, panca bina, dan panca dharma. Ketiga, implementasi nilai yang dihasilkan adalah sikap santri yang menunjukkan karakter mandiri, berani, tanggung jawab, percaya diri, disiplin, dan mampu bekerjasama atau gotong royong. Keempat, Kendala yang ditemui dalam kepramukaan adalah; cuaca yang tidak pasti, kekhawatiran orang tua santri terhadap putra-putrinya, kurang tersedianya pelatih yang memenuhi standar, dan terbatasnya anggaran.

(11)

x

ABSTRACT

Saiful Bahri NIM. 21170181100035: "Scouting Education Management in

Character Education Development (Case Study in Darunnajah Ulujami Islamic Boarding School)" Thesis of Islamic Education Management (MPI) Faculty of Tarbiyah and Teacher Training (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

This research begins with the author's concern with the appalling condition of the character of students or school-age children in Indonesia. The delinquency of school-age children shows that the main purpose of education in shaping the personality of morality has not yet been realized. One effort in shaping the character of students or students is through scouting activities. However, the scouting activities carried out by several educational institutions, including in the Darunnajah Islamic Boarding School, are still constrained by a number of things, including the unavailability of scouting trainers who meet the standards, the activity budget is lacking, and support from the guardians of students is not optimal. For this reason, in this study, the author examines Scout Education Management in the Development of Santri Character Education in Darunnajah Ulujami Islamic Boarding School in South Jakarta. The method used in this study is a qualitative approach to the type of descriptive analysis research. Data collection techniques through interviews, observation, document studies, and triangulation.

The results of this study indicate that; first, the management of scouting education in the development of character education in Darunnajah Islamic Boarding School includes several functions namely; planning, organizing, implementing and monitoring. 1) Planning by analyzing the results of annual evaluations, analyzing opportunities and challenges that exist, formulating relevant activities, and determining the results of the formulation. 2) Organizing, the stages include; the recruitment process, the screening process, the determination process. 3) Implementation. Among them; scouting, competing, leveling exams, scouting for scout works, recruiting new special forces, Darunnajah santri camps, and scout work. 4) Supervision, namely; daily assessment, evaluation at the end of each semester, evaluation of the scouting program in the middle of the year, and evaluation of the program at the end of the year.

Second, the results of the analysis of the embedded characters are five souls, five mentions, and five dharmas. Third, the implementation of the resulting values is the attitude of the santri that shows the character of being independent, brave, responsible, confident, disciplined, and able to work together or work together. Fourth, the obstacles encountered in scouting are; unpredictable weather, concerns of santri parents towards their children, lack of trainers who meet the standards, and limited budget.

(12)

xi

PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi adalah mengalih aksarakan suatu tulisan ke dalam aksara lain.

Misalnya, dari aksara Arab ke aksara Latin. Berikut ini adalah Surat keputusan

Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor: 158

Tahun 1987 - Nomor: 0543 b/u/1997 tentang Transliterasi Arab-Latin yang peneliti

gunakan dalam penulisan Tesis ini.

A.

Konsonan

ARAB

NAMA

Latin

KETERANGAN

RUMUS

*

ا

Alif

-

-

-

ة

Ba‟

B

Be

-

ت

Ta‟

T

Te

-

ث

Ṡa‟

Es dengan titk di atas

1e60 &

1e61

ج

Jim

J

Je

-

ح

Ḥa‟

Ha dengan titik di

bawah

1e24 &

1e25

خ

Kha

Kh

Ka dan ha

-

د

Dal

D

De

-

ذ

Żal

Ż

Zet dengan titik di atas

017b &

017c

ر

Ra‟

R

Er

-

ز

Zai

Z

Zet

-

ش

Sin

S

Es

-

ش

Syin

Sy

Es dan ye

-

ص

Ṣad

Es dengan titik di

bawah

1e62 &

1e63

ض

Ḍaḍ

De dengan titik di

bawah

1e0c & 1e0d

ط

Ṭa

Te dengan titik di

bawah

1e6c & 1e6d

ظ

Ẓa

Zet dengan titik di

bawah

1e92 &

1e93

ع

„Ain

Koma terbalik di atas

„_

غ

Gain

G

Ge

ف

Fa

F

Fa

ق

Qaf

Q

Qi

ك

Kaf

K

Ka

ل

Lam

L

El

م

Mim

M

Em

ى

Nun

N

En

(13)

xii

و

Wau

W

We

ه

Ha‟

H

Ha

ء

Hamzah

Apostrof

_‟

ي

Ya‟

Y

Ye

*

Rumus hanya dipergunakan untuk font yang tidak ada di kibor komputer

gunanya untuk mempermudah. Rumus dioperasikan dengan cara mengetik

kode yang tersedia lalu klik alt+x (kode pertama untuk huruf kapital dan kode

kedua untuk huruf kecil).

B.

Vokal

1. Vokal Tunggal

Tanda Vokal

Nama

Latin

Keterangan

َ ا

Fatḥah

A

A

َ ا

Kasrah

I

I

َ ا

Ḍammah

U

U

Contoh:

َتتك: kataba dan

َلئس: su‟ila

2. Vokal Rangkap

Tanda Vokal

Nama

Latin

Keterangan

َ ي ى

Fatḥah dan ya‟ sakin

Ai

A dan I

َ و ى

Fatḥah dan wau

sakin

Au

A dan U

Contoh:

َفيك: kaifa

dan

َ ل و ح= ḥaula

3. Vokal Panjang

Tanda

Vokal

Nama

Latin

Keterangan

Rumus

ب ى

Fatḥah dan alif

Ā

A dengan garis di

atas

100 & 101

ي ى

Kasrah dan ya‟

Ī

I dengan garis di

atas

12a & 12b

و ى

Ḍammah dan

wau

Ū

U dengan garis di

atas

16a & 16b

Contoh:

(14)

xiii

C.

Ta’ Matrbuṭah

1. Transliterasi untuk ta‟ matrbuṭah hidup

Ta‟ matrbuṭah yang hidup atau yang mendapat harakat Fatḥah,

Kasrah, dan Ḍammah, transliterasinya adalah “T/t”.

2. Transliterasi untuk ta‟ matrbuṭah mati

Ta‟ matrbuṭah yang mati atau mendapat harakat sakin, transliterasinya

adalah “h”.

Contoh:

ةحلط

: ṭalḥah.

3. Transliterasi untuk ta‟ matrbuṭah jika diikuti oleh kata yang menggunakan

kata sandang “al-” dan bacaannya terpisah maka ta‟ matrbuṭah

ditransliterasikan dengan “h”.

Contoh:

لبفطلأاَةضور

: rauḍah al-aṭfāl

ةرونولاَةنيدولا

: al-Madīnah al-Munawwarah

D.

Huruf Ganda (Syaddah atau Tasydīd)

Transliterasi Syaddah atau Tasydīd yang dalam sistem tulisan Arab

dilambangkan dengan tanda tasydīd (َ ى), dalam transliterasi dilambangkan

dengan huruf yang sama (konsonan ganda).

Contoh:

بن ثر : rabbanā

ل سن : nazzala

E.

Kata sandang alif-lam “لا”

Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan hurug

alif-lam ma„rifah “لا”. Namun daalif-lam transliterasi ini, kata sandang dibedakan atas

kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyah dan kata sandang yang diikuti

oleh huruf qamariyah.

1. Kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyah

Kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyah ditransliterasikan

sesuai dengan bunyi yaitu “لا” diganti huruf yang sama dengan huruf yang

mengikuti kata sandang tersebut.

Contoh:

لج رلا

: ar-rajulu

ةد يسلا

: as-sayyidah

2. Kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariyah

Kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariyah ditransliterasikan sesuai

dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai pula dengan bunyinya.

Huruf sandang ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya dan

dihubungkan dengan tanda sambung (-). Aturan ini berlaku untuk kata

(15)

xiv

sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyah maupun kata sandang yang

diikuti oleh huruf qamariyah.

Contoh:

نلقلا

: al-qalamu

ةفسلفلا

: al-falsafah

F.

Hamzah

Aturan transliterasi huruf hamzah yaitu menjadi apostrof (‟) hanya berlaku

bagi hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata. Bila hamzah terletak di

awal kata, hamzah tidak dilambangkan karena dalam tulisan Arab ia berupa

alif.

Contoh:

ئيش : syai‟un

ترها : umirtu

ءونلا

: an-nau‟u

G.

Huruf Kapital

Meskipun tulisan Arab tidak mengenal huruf kapital, tetapi dalam

transliterasi huruf kapital digunakan untuk awal kalimat, nama diri, dan

sebagainya seperti keterangan-keterangan dalam EYD. Awal kata sandang

pada nama diri tidak menggunakan huruf kapital kecuali jika terletak di awal

kalimat.

Contoh:

لوسرَلاإَدوحهَبهو

: Wamā Muhammadun illā rasūl

Abū Naṣīr al-Farābīl

Al-Gazālī

Syahru Ramaḍān al-lażī unzila fīh al-Qur‟ān

H.

Lafẓ al-Jalālah (الله)

Kata Allah yang didahului dengan partikel seperti huruf jar dan huruf

lainnya, atau berkedudukan sebagai muḍāf ilaih (frasa nomina), ditransliterasi

tanpa huruf hamzah.

Contoh:

للهبنيد : dīnullāh

للهبث

: billāh

Adapun ta‟ matrbuṭah di akhir kata yang betemu dengan lafẓ al-jalālah,

ditransliterasikan dengan huruf “t”.

Contoh:

اللهَةوحرَيفَنه : hum fī raḥmatillah

I.

Penulisan Kata Arab yang Lazim digunakan dalam Bahasa Indonesia

Kata, istilah, dan kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata, istilah atau

kalimat yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia. Kata, istilah atau

kalimat yang sudah lazim dan menjadi bagian dari pembendaharaan bahasa

(16)

xv

Indonesia, atau sudah sering ditulis dalam tulisan bahasa Indonesia, tidak lagi

ditulis menurut cara transliterasi di atas. Misalnya kata Qur‟an dari

al-Qur‟ān, Sunah dari sunnah. Kata al-Qur‟an dan sunah sudah menjadi bahasa

baku Indonesia maka ditulis seperti bahasa Indonesia. Namun, bila kata-kata

tersebut menjadi bagian dari satu rangkaian teks Arab, maka harus

ditransliterasi secara utuh.

Contoh:

(17)

xvi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil „alamin, puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt.

Sang pemilik langit dan bumi beserta isinya. Sang pemberi limpahan rahmat,

hidayah, inayah, nikmat dan karunia kepada hamba-Nya. Shalawat dan salam

semoga senantiasa tercurah kepada baginda alam, sang revolusioner sejati yang

menuntun umatnya menuju jalan penuh keridhaan Allah swt dan khotaman

nabiyyin yaitu baginda Nabi Muhammad saw, kepada keluarganya, para

sahabatnya, tabi‟at tabi‟in, ulama salafussholih, para syuhada, para sholihin dan

seluruh kaum muslimin serta muslimat sampai kepada umatnya saat ini.

Mudah-mudahan di akhirat kelak semua mendapatkan ridho Allah swt dan syafaat Nabi

Muhammad saw. Amin.

Penyelesaian tesis ini merupakan prasyarat untuk menyelesaikan studi pada

Program Magister Manajemen Pendidikan Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari

bahwa tidak sedikit hambatan dan kesulitan yang dihadapi. Namun berkat

dukungan dan doa dari berbagai pihak, hambatan dan kesulitan tersebut dapat

terlewati. Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa terima kasih

sedalam-dalamnya kepada berbagai pihak yang telah memberikan dukungan berupa

arahan, bimbingan, dan lainnya selama proses penyelesaian tesis ini. Ucapan terima

kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya tersebut penulis sampaikan kepada

yang terhormat:

1. Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr.

Amany Lubis, M.A. beserta jajarannya.

2. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, Dr. Sururin, M.Ag. beserta jajarannya.

3. Ketua Program Magister Manajemen Pendidikan Islam, Dr. Jejen Musfah,

MA. beserta jajarannya, yang telah memberikan pelayanan akademik

dengan memuaskan.

4. Pembimbing, Dr. Jejen Musfah, MA. yang telah memberikan bimbingan,

arahan, wawasan dan nasehat dengan penuh kesabaran, ketekunan serta

keikhlasan.

5. Seluruh Dosen Program Magister FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang telah memberikan ilmu baik secara tersirat maupun tersurat kepada

penulis.

6. Staff Program Magister FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Muslikh

Amrullah, S.Pd. yang telah membantu dan memberikan layanan akademik

dengan sangat baik dan juga dukungan serta motivasi kepada penulis.

(18)

xvii

7. Pimpinan Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta KH. Mahrus Amin dan H.

Hasyim Sya‟ban (Kepala Biro Pendidikan) yang telah bersedia memberikan

izin penulis untuk melakukan penelitian.

8. Seluruh Dewan Asatidz dan Asatidzah, Pembina dan Pelatih Gugus Depan

Pontren Darunnajah, yang telah membantu penulis dalam memberikan

informasi, data, dokumen dan berbagai fasilitas penelitian lainnya.

9. Istri tercinta Rotesa, SH. dan Ananda Azka Atho‟illah Al-Bahri dan Nabil

Fayyad Al-Bahri yang telah banyak memberikan dukungan do‟a, materi dan

motivasi serta dengan penuh kesabaran merelakan penulis melanjutkan

studi di tanah perantauan.

10. Kepala MTs Negeri 1 Tangerang Selatan Drs. Ulik Widiantoro M.Pd. dan

seluruh rekan-rekan guru di MTs Negeri 1 Tangerang Selatan yang telah

memberikan dukungan, semangat, serta doa kepada penulis.

11. Seluruh sahabat seperjuangan kelas MPI B program Beasiswa Kemenag RI

Prodi Magister Manajemen Pendidikan Islam, yang telah memberikan

pengalaman, semangat dan motivasi saat berada di bangku perkuliahan

hingga penulisan tesis ini selesai kepada penulis.

12. Kepada semua pihak yang ikut andil dan telah membantu penyelesaian tesis

ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Akhirnya kepada yang telah penulis sebutkan, hanya do‟a yang dapat

dipanjatkan kepada Yang Maha Kuasa, semoga Allah swt yang membalasnya

dengan balasan yang berlipat ganda. Amin.

Jakarta, 14 Juli 2020

Penulis,

(19)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan proses pembelajaran bagi peserta didik untuk dapat mengerti, memahami dan membuat lebih kritis dalam berfikir. Pendidikan juga menjadi barometer kemajuan sebuah bangsa, hitam putihnya pendidikan suatu bangsa menjadi cerminan peradaban sebuah bangsa tersebut. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dengan tujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pengembangan kemampuan dan membentuk watak peserta didik menjadi tujuan utama dalam pelaksanaan pendidikan di Indonesia.

Rumusan tujuan pendidikan nasional tersebut mencerminkan gambaran umum sosok manusia Indonesia yang diharapkan dan harus dihasilkan melalui penyelenggaraan setiap program pendidikan. Gambaran umum sosok manusia dalam rumusan tersebut memiliki kepribadian dan karakter yang positif yang mencakup pada lima nilai utama pendidikan karakter sebagaimana dijelaskan pada permendikbud Nomor 20 Tahun 2018 Tentang Penguatan Pendidikan Karakter Pada Satuan Pendidikan Formal Pasal 2 yang menyebutkan lima nilai utama pendidikan karakter yaitu religius, nasionalisme, integritas, mandiri, dan gotong royong . Oleh karena itu, rumusan tujuan pendidikan nasional menjadi dasar dalam pengembangan nilai-nilai budaya karakter bangsa di sekolah dengan berlandasakan pada Pancasila, UUD 1945 dan kebudayaan bangsa Indonesia.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 23 Tahun 2015 Tentang Penumbuhan Budi Pekerti (PBP) Pasal 1 menjelaskan bahwa penumbuhan budi pekerti adalah kegiatan pembiasaan sikap dan perilaku positif di sekolah yang dimulai sejak hari pertama di sekolah, masa orientasi peserta didik baru untuk menjelang sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas, dan sekolah menengah kejuruhan sampai dengan kelulusan sekolah. Penumbuhan Budi Pekerti (PBP) terhadap peserta didik menjadi salah satu langkah yang ditempuh dalam melaksanakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK).

Secara filosofis, pembangunan karakter bangsa merupakan kebutuhan asasi dalam proses berbangsa. Hal ini dikarenakan bangsa yang mempunyai karakter dan jati diri yang kuatlah yang akan terlihat. Secara ideologis, pembangunan karakter merupakan usaha menerapkan ideologi pancasila dalam berbangsa dan bernegara. Secara normatif, pembangunan karakter merupakan langkah nyata mencapai tujuan bangsa, secara historis, pembangunan karakter bangsa merupakan dinamika inti proses kebangsaan yang tidak akan terhenti secara sosiokultural, pembangunan karakter merupakan keharusan suatu bangsa yang multikultural (Kusuma, 2011: 9).

(20)

2

Secara konseptual pendidikan di Indonesia sejatinya telah diarahkan untuk membentuk karakter yang baik. Renstra Kemendiknas Tahun 2015-2019, menjelaskan bahwa visi pendidikan yakni menghasilkan insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif. Maksudnya, dengan insan Indonesia yang cerdas merupakan insan yang cerdas komprehensif yaitu cerdas spiritual, cerdas emosional, cerdas sosial, cerdas intelektual dan cerdas kinestetik (Kemendikbud, 2015:h.32). Konsep ini merupakan sebuah desain pendidikan yang mengarah kepada pencapaian pembentukan karakter peserta didik, sehingga dengan konsep tersebut diharapkan melalui kegiatan pendidikan di sekolah akan mampu membentuk kepribadian siswa sebagaimana yang dituangkan dalam Undang-undang Sisdiknas Tahun 2003. Salah satu bentuk pembelajaran tersebut adalah dengan pendidikan kepramukaan. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan fungsi pendidikan Nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Dalam pembentukan karakter peserta didik, beberapa nilai yang harus dibiasakan dan ditanamkan secara kuat menurut Character Count yang terdiri dari 6 (enam) nilai yakni jujur, bertanggungjawab, adil, peduli, dan nasionalis Yaumi (2014:h.62-80). Keenam sikap ini menjadi karakter utama yang harus dimiliki oleh peserta didik generasi penerus bangsa. Sikap jujur saat ini sudah mulai terkikis dengan pergeseran era globalisasi ini, dan akan memberikan dampak negatif terhadap nilai-nilai karakter positif lainnya dalam diri seseorang. Pembentukan karakter peserta didik saat ini terkendala dengan berbagai problematika sosial di lingkungan peserta didik, diantaranya lingkungan keluarga yang kurang peduli terhadap penanaman karakter, lingkungan masyarakat yang tidak tanggap dengan berbagai tindakan kenakalan remaja, dan beberap gejala sosial lainnya.

Problematika dalam pengelolaan pelaksanaan pendidikan karakter di Indonesia berdampak pada karakter dan perilaku peserta didik saat ini. Badan Pusat Statistik Nasional yang merilis angka kenakalan remaja pada tahun 2013-2015 mengalamipeningkatan, pada 2013 angka kenakalan remaja mencapai 6325 kasus, pada tahun 2014 anka kenakalan remaja di Indonesia meningkat mencapai 7007 kasus, dan di tahun 2015 angka kenakalan remaja di Indonesia meningkat menjadi 7762 kasus (Fitriyah, 2017: h.2). Data tersebut tentu memperburuk citra pendidikan di Indonesia yang belum mampu menekan lajunya angka kenakalan remaja, sehingga memberikan kesan bahwa pendidikan pembentukan moral dan sikap peserta didik masih jauh dari nilai-nilai pendidikan yang diharapkan, padahal dalam Undang-undang sisdiknas pembentukan nilai sikap peserta didik menjadi prioritas pencapaian kegiatan belajar di sekolah.

Tingginya kasus kenakalan remaja menjadi wabah degradasi moral generasi bangsa. Dari sekian banyak jumlah kasus kenakalan remaja di Indonesia, jenis kenakalan yang memiliki angka memprihatinkan tercaatat pada beberapa bentuk kenakalan remaja yakni 1) merokok di kalangan pelajar, 2) tawuran anak usia sekolah, 3) hubungan intim pra nikah, dan 4) penyalahgunaan narkoba. Bentuk kenakalan ini tentu mencoreng wajah Indonesia sebagai negara yang penduduknya mayoritas muslim, dan sekaligus menunjukkan bahwa kegiatan pendidikan

(21)

3

karakter di sekolah belum mampu diwujudkan dengan baik sebagaimana tujuan pendidikan nasional itu sendiri.

Dalam mewujudkan terlaksananya pendidikan karakter dibutuhkan keseriusan pengelolaan lembaga pendidikan dengan tidak mengabaikan sistem pendidikan di sekolah. Sekolah mempunyai peran yang sangat strategis dalam membentuk manusia yang berkarakter (Zubaedi, 2013:h.162). Agar pendidikan karakter dapat terlaksana dengan baik memerlukan pemahaman yang cukup dan konsisten oleh seluruh personalia pendidikan mulai dari kepala sekolah, pengawas, guru, dan karyawan harus memiliki persamaan persepsi tentang pendidikan karakter bagi peserta didik. Persamaan persepsi, pemahaman, dan konsistensi yang cukup dalam pelaksanaan pendidikan karakter tentu membutuhkan sebuah manajemen yang baik pula dari seorang kepala sekolah sebagai manajer dan sekaligus penggerak utama program ini.

Perbaikan manajemen dalam lembaga pendidikan tidak terlepas dari penggunaan nilai-nilai manajemen yang dilahirkan dari teori-teori manajemen itu sendiri. Dalam konsep dasar manajemen, Terry dan Franklin (2003:h.4) mengatakan bahwa “management is the process of designing and maintaining an environment in wich individuals, working together in groups, efficiently accomplish selected aimas”. Uangkapan tersebut mengandung sebuah makna bahwa manajemen merupakan proses merancang dan memelihara lingkungan di mana individu, bekerja bersama dalam kelompok, secara efisien untuk mencapai tujuan yang dipilih. Dalam memahami teori ini, Musfah (2016:h.2) menyatakan bahwa manajemen berarti proses merencanakan, mengatur, menggerakkan, dan mengendalikan manusia dan sumber daya lainnya untuk mencapai sebuah tujuan bersama. Keempat aktivitas dalam manajemen ini biasa disingkat dengan POAC (planning, organizing, actuating, and controlling).

Sementara itu, Hersey dan Blanchard (2004:3) mengartikan manajemen dengan mengatakan “management as working with and through individuals and growth to accomplish organizational goals”. Ungkapan ini menyiratkan sebuah makna bahwa dalam manajemen terdapat sebuah usaha yang dilakukan seseorang atau beberapa orang melalui kegiatan yang terus berkembang demi mencapai tujuan yang ingin dicapai sebuah organisasi. Usaha-usaha tersebut tentu melalui beberapa tahapan dan proses yang matang, sehingga dalam melaksanakan pekerjaan memiliki arah dan sistem yang jelas. Kejelasan arah dan sistem dalam sebuah organisasi mendukung tercapainya tujuan seseorang ataupun kelompok dalam sebuah organisasi.

Manajemen pendidikan karakter di sekolah atau lembaga pendidikan dapat dilaksanakan dengan adanya perencanaan yang dilakukan oleh Kepala Sekolah, perorganisasian program-program yang akan diimplikasikan, dan selanjutnya diimplikasikan dalam setiap bidang studi oleh pendidik secara bersama-sama dengan penuh tanggung jawab di lembaga tersebut (Rusmaini, 2017:h.147). Untuk melihat tingkat keberhasilannya, pendidik melaksanakan evaluasi secara komprehensif. Sementara Hanafi (2015:h.636) mengatakan dalam manajemen pendidikan karakter, terdapat tiga unsur penting yang mengantarkan pada tercapainya tujuan yakni perencanaan, pengorganisasian, dan evaluasi.

(22)

4

Manajemen pendidikan karakter setelah melalui proses perencanaan yang matang harus ditindaklanjuti dengan menentukan kegiatan yang tepat agar perencanaan yang telah dibuat dapat dilaksankan dengan seoptimal mungkin. Penguatan Pendidikan karakter (PPK) di sekolah seharusnya dilakukan melalui kegiatan yang sifatnya bukan teoritis semata melainkan melalui kegiatan-kegiatan yang sifatnya praktis. Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan adalah memaksimalkan pelaksanaan kegiatan ekstrakulikuler dan pengembangan diri peserta didik di sekolah seperti pembiasaan ibadah, pembiasaan perilaku, dan pembelajaran praktek yang dikemas dengan cara yang menyenangkan.

Salah satu kegiatan ekstrakulikuler dan kegiatan pengembangan diri peserta didik di sekolah adalah pramuka. Dalam pelaksanaan kurikulum 2013, pramuka menjadi salah satu kegiatan ekstrakulikuler yang wajib dilaksanakan di sekolah baik negeri maupun swasta. Menurut Undang-undang No. 12 Tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka, Pasal 1 manjelaskan Gerakan Pramuka adalah organisasi yang dibentuk oleh Pramuka untuk menyelenggarakan pendidikan kepramukaan. Gerakan Pramuka berfungsi sebagai wadah mewujudkan lahirnya kaum muda Indonesia yang berwatak, berakhlak mulia, berkepribadian, memiliki kepedulian terhadap sesama makhluk hidup, dan patuh kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Fungsi dari gerakan pramuka lainnya yaitu sebagai lembaga pendidikan non formal sebagai wadah pembinaan dan pengembangan kaum muda Indonesia. Kegiatan pramuka memberikan penguatan pendidikan karakter kepada siswa melalui berbagai kegiatan yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir sekaligus membentuk sikap postif. Manfaat lain dari kegiatan pramuka selain pada aspek pembelajaran manajemen kegiatan, penguatan nilai-nilai karakter juga dilakukan melalui berbagai kegiatannya, seperti yang dijelaskan dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka Pasal 8 menjelaskan tentang nilai-nilai pendidikan kepramukaan yakni tercapainya nilai keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, kecintaan pada alam dan sesama manusia, kecintaan pada tanah air dan bangsa, kedisiplinan, keberanian, dan kesetiaan, tolong-menolong, bertanggung jawab dan dapat dipercaya, jernih dalam berpikir, berkata, dan berbuat, hemat, cermat, dan bersahaja, dan rajin dan terampil.

Nilai-nilai tersebut menjadi sebuah acuan kegiatan pendidikan kepramukaan dalam menumbuh kembangkan nilai-nilai positif pada perilaku dan karakter peserta didik. Keberadaan pramuka di Indonesia telah menunjukkan eksistensinya sejak kemerdekaan negeri ini. Dengan demikian saat ini pramuka dijadikan sebagai salah satu kegiatan yang terintegrasi dalam kegiatan pembelajaran di sekolah sebagai langkah untuk menguatkan pendidikan karakter peserta didik. Setiap melaksanakan kegiatan, para pembina mengajarkan kepada adik-adiknya nilai-nilai manajemen yang didalamnya terdapat perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi (Lisayanti, 2014:h.15-18). Hal ini biasanya dilakukan ketika mengadakan kegiatan perkemahan ataupun kegiatan pramuka lainnya.

Pertama, perencanaan program kegiatan pramuka diperlukan pembina-pembina yang berkualitas, penyusunan program kerja kepramukaan harus

(23)

5

melibatkan semua pembina dan Dewan Penggalang, dibutuhkan transparasi keuangan sekolah untuk pelaksanaan program kegiatan kepramukaan, harus menyusun AD/ART Gerakan Pramuka, sarana dan prasarana dalam keberhasilan suatu kegiatan sangat mendukung, seorang pemimpin supaya terfokus hanya memegang satu jabatan saja, serta sekolah memberikan dispensasi dan tindak lanjut bagi anak yang mengadakan kegiatan dalam jam pelajaran. Kedua, pelaksanaan program kegiatan, aspek yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan program kegiatan adalah; materi kepramukaan jangan monoton harus yang bervariasi, pembina pramuka hendaknya menyusun program kerja tetapi juga Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) kepramukaan. Ketiga, evaluasi program Pengevaluasian pelaksanaan program kegiatan hendaknya dilakukan secara berulang-ulang atau setelah selesai kegiatan dan semua anggota pramuka berhak mendapat reward baik kegiatan rutin atau insidental.

Dewasa ini, seiring perkembangan zaman, kegiatan pramuka mulai mengalami kemunduran dalam segi minat remaja untuk bergabung dan mengikuti kegiatan kepanduan tersebut. Kegiatan pramuka saat ini kurang menunjukkan wibawanya, karena dianggap kuno dan tertinggal. Asumsi ini sebagaimana dikatakan Merita Zulfa Kurniasari Ketua Dewan Kerja Cabang (DKC) Pramuka Jakarta Barat bahwa minat remaja saat ini terhadap kegiatan pramuka telah berkurang karena modernisasi zaman (Ronni, 2012:para.5).

Problematik lainnya yang terdapat dalam kegiatan pramuka adalah lemahnya gugus depan sebagai tombak terdepan penggerak pramuka. Jaini (2019:para.2) mengatakan bahwa diantara problem yang terdapat pada gugus depan (gudep) pramuka adalah: 1) tidak memiliki pembina yang mencintai pramuka, 2) keterbatasan pada kemampuan dan ilmu kepramukaan yang dimiliki pembinanya, 3) pembina tidak memiliki kreatifitas pengembangan kegiatan, 4) Pembina tidak memiliki kemampuan pada pembangunan sistem manajemen yang professional, 5) banyak pembina yang belum pernah mengikuti pelatihan-pelatihan kepramukaan baik orientasi, KMD, dan KML, 6) masih banyak pangkalan yang kurang responsive terhadap perkembangan kondisi gugus depannya, 7) penyelenggaraan anggaran yang terbatas dan kurang transparan, 8) komunikasi di antara kwaran dan gudep kurang terjalin dengan baik, dan 9) pengurus pramuka banyak tidak memahami seluk beluk kepramukaan.

Beragam permasalahan tersebut juga ditemui di Pondok Pesantren Darunnajah Ulu Jami’ Jakarta Selatan, di mana pendidikan kepramukaan di lembaga tersebut masih mengalami beberapa persoalan yang sedikit banyak menghambat terlaksananya pendidikan kepramukaan yang merupakan salah satu kegiatan ekstrakulikuler wajib di lembaga tersebut.

Berdasarkan informasi awal yang penulis dapatkan salah satu masalah yang ditemui dalam pelaksanaan pendidikan kepramukaan di Pondok Pesantren Darunnajah Ulu jami’ Jakarta Selatan adalah: 1) komunikasi yang belum terjalin dengan baik di antara para pembina pramuka, 2) belum semua Pembina dan pelatih belum menguasai sepenuhnya tentang pendidikan kepramukaan, 3) minat santri dalam mengikuti kegiatan pramuka masih kurang, dan 4) anggaran atau dana pelaksanaan pendidikan kepramukaan terbatas. Namun demikian, lembaga ini

(24)

6

memiliki strategi yang baik dalam mengatasi berbagai persoalan tersebut sehingga pendidikan kepramukaan di lembaga tersebut masih memiliki penilaian yang positif di kalangan orang tua wali murid dan masyarakat pada umumnya. Bahkan, kegiatan pramuka di lembaga tersebut masih mampu menorehkan prestasi yang tidak sedikit. Kondisi yang demikian unik membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap manajemen pendidikan kepramukaan di Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami Jakarta Selatan.

Pondok Pesantren Darunnajah adalah lembaga pendidikan Islam swasta (non-pemerintah). Dirintis sejak 1942, didirikan Pondok Pesantren pada tanggal 1 April 1974 oleh (Alm) KH. Abdul Manaf Mukhayyar dan dua rekannya (Alm) KH. Qomaruzzaman dan KH. Mahrus Amin, dengan sistem kurikulum yang terpadu, pendidikan berasrama serta pengajaran bahasa Arab dan Inggris secara intensif. Pondok Pesantren Darunnajah terletak di Jalan Ulujami Raya, nomor 86, Kelurahan Ulujami, Kecamatan Pesanggrahan, Kota Jakarta Selatan, Provinsi DKI Jakarta. Lokasi pesantren sangat menguntungkan karena berada di pinggiran ibukota, yang mana hal tersebut memudahkan komunikasi, baik dengan instansi pemerintah maupun dengan masyarakat luas.

Dengan didukung oleh lingkungan yang asri, Pondok Pesantren Darunnajah berupaya untuk mencetak manusia yang muttafaqoh fiddin untuk menjadi kader pemimpin umat/bangsa, selalu mengupayakan terciptanya pendidikan santri yang memiliki jiwa keikhlasan, kesederhanaan, kemandirian, ukhuwah Islamiyah, kebebasan berfikir dan berperilaku atas dasar Al-Quran dan Sunnah Rasulullah SAW untuk meningkatkan taqwa kepada Allah SWT. Sebagai jenis pesantren modern,santri Pondok Pesantren Darunnajah mempunyai pikiran terbuka dan moderat, tanpa menghilangkan unsur peran Islam. Disiplin dan kesederhanaan, diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan kampus.

Selain itu lembaga ini merupakan lembaga yang cukup berpengalaman dalam kegiatan penguatan pendidikan karakter peserta didik dan santri, karena selain pembiasaan karakter positif di pesantren, kegiatan penguatan pendidikan karakter juga dilakukan di berbagai kegiatan lembaga lainnya seperti di sekolah formal yang dimilikinya maupun kegiatan eksternal lain.

B. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Penulis melakukan pencarian tentang penelitian yang membahas tentang Pramuka. Adapaun penelitian terdahulu yang membahasa tentang variable yang penulis teliti adalah: Pertama, Tesis yang ditulis Mahmud, Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Pendidikan Sosial Pascasarjana Universitas Tadulako Tahun 2017 tentang “Pengaruh Pendidikan Kepramukaan Dalam Pembentukan Karakter Siswa Di MTs Al-khairaat Kalukubula”.

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pendidikan kepramukaan memiliki pengaruh terhadap pembentukan karakter siswa di MTs. Alkhairaat Kalukubula. Hal ini didasarkan atas hasil pengujian statistik uji-t, di mana nilai t-hitung lebih besar dari nilai ttabel (7,474 > 2,021) dan probabilitasnya sebesar 0,000 pada tingkat signifikan 95% lebih kecil dari  0,05 (p < 0,05). Berarti Ho ditolak dan Hi diterima. Pembentukan karakter siswa di MTs. Alkhairaat Kalukubula yang

(25)

7

dipengaruhi pendidikan kepramukaan diantaranya adalah siswa menjadi religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.

Kedua, Tesis yang ditulis Wahyuni, Mahasiswa Universitas Lampung (UNILA) tahun 2017 dengan judul “Pengembangan Program Kegiatan Kepramukaan Dalam Meningkatkan Nilai–Nilai Karakter Kedisiplinan Peserta Didik Sd Negeri Di Kecamatan Tegineneng Kabupaten Pesawaran” . Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa 1) produk program kepramukaan yang berbasis nilai karakter disiplin dapat disusun, 2) program pengembangan kepramukaan yang disusun terbukti efektif untuk meningkatkan karakter disiplin peserta didik di Kecamatan Tegineneng Kabupaten Pesawaran.

Ketiga, Tesis yang ditulis Mansur, Mahasiswa Insitut Agama Islam Negeri Purwokerto tahun 2017 dengan judul “Manajemen Kepramukaan Dalam Menyukseskan Gerakan Nasional Revolusi Mental Pangkalan Gugus Depan Madrasah Ibtidaiyah Kwartir Ranting 05 Kedungbanteng Kabupaten Banyumas”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Manajemen kepramukaan di Pangkalan Gugus Depan Madrasah Ibtidaiyah Kwartir Ranting 05 Kedungbanteng, sejalan dengan fungsi manajemen seperti yang dikembangkan George R. Terry, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasinya. Keenam Pangkalan Gugus Depan Madrasah Ibtidaiyah Kwartir Ranting 05 Kedungbanteng merumuskan tujuan organisasi yang ingin membentuk siswa-siswi yang berkarakter memiliki kemandirian, berani, disiplin, dan bertanggung jawab, serta di dalam pengorganisasiannya, saling melibatkan keaktifan siswa sebagai pengurus organisasi kepramukaan. Perbedaannya terletak pada rincian program kerja, jumlah anggota pramuka, waktu latihan, sistem pengawasan dan evaluasi dalam menyukseskan Program Nasional Revolusi Mental.

Keempat, Penelitian yang dilakukan Dwi Ariani pada tahun 2015 dengan judul “ Manajemen Ekstrakurikuler Pramuka”. Hasil penelitiannya menyebutkan bahwa manajemen ekstrakurikuler pramuka di dua sekolah yang diteliti yakni SMP Negeri 1 dan SMP Negeri 4 Kota Bengkulu memiliki pola manajemen yang sama yakni menerapkan empat fungsi manajemen yakni perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan atau penilaian. Namun, dalam implementasinya keduanya memiliki perbedaan dan persamaan. Perbedaan yang ditemukan meliputi rincian dalam program kerja, jumlah anggota pramuka, waktu latihan, sistem pengawasan, evaluasi serta hambatan yang dihadapi. Sedangkan persamaannya adalah tujuan pelaksanaan kegiatan pramuka sebagai upaya membentuk siswa-siswi yang berkarakter memiliki kemandirian, berani, disiplin, dan bertanggung jawab dan dalam pengorganisasiannya kedua sekolah melibatkan keaktifan siswa sebagai pengurus organisasi ekstrakurikuler pramuka.

Kelima, Penelitian yang dilakukan Ratnawati, Imron, dan Benty pada tahun 2018 dengan judul “Manajemen Pendidikan Karakter Peserta Didik Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka (Studi Kasus di SMPN 1 Bandung

(26)

8

Tulungagung). Hasil penelitiannya menyebutkan bahwa perencanaan pendidikan karakter melalui kegiatan ekstrakurikuler pramuka meliputi rapat, koordinasi tentang program tahunan yang mewajibkan untuk tahun 2013 mengikuti ekatrakurikuler pramuka serta membahas tentang perencanaan sarana dan prasarana, kurikulum dan pembiayaan. Adapun pengorganisasian kegiatan ekstrakurikuler pramuka berada di bawah naungan sekolah dan naungan ekstrakurikuler pramuka itu sendiri. Teknis pengorganisasiannya dengan melaksanakan pelantikan pengurus yang merupakan hasil musyawarah dewan galang.

Pelaksanaan pendidikan karakter melalui kegiatan ekstrakurikuler pramuka meliputi musyawarah dewan galang, orientasi pramuka ramu, rakit, dan terap, pelantikan dewan galang, lomba tingkat meliputi tingkat ke kecamatan (LT I), tingkat kabupaten (LT II),dan tingkat nasional (LT III). Pengawasan kegiatan dilakukan melalui pemantauan kegiatan ekstrakurikuler pramuka dengan menilai presensi kehadiran oleh pelatih pramuka. Selain itu, dipantau oleh kepala sekolah serta pembina pramuka. menyelesaikan buku SKU yang didalamnya terdapat soal-soal yang berkaitan dengan kepramukaan dan naionalisme. Faktor yang menunjang dari ekstrakurikuler pramuka yaitu tenaga, dana, sarana dan prasarana (fasilitas) dan dukungan moral dari berbagai pihak mulai dari pihak sekolah, orangtua, serta dukungan dari masyarakat sekitar, serta cuaca yang mendukung semua kegiatan yang akan dilakukan ekstrakurikuler pramuka.

Beberapa penelitian tersebut memiliki fokus penelitian yang berbeda-beda, namun pada bingkai yang sama yakni kegiatan kepramukaan. Begitu juga dengan penelitian yang penulis laksanakan variabel pembahasannya sama yakni terkait dengan manajemen kepramukaan dan pengembangan sikap, karakter, dan mental. Namun aspek yang membedakan dalam penelitian penulis adalah 1) obyek penelitiannya, dimana pada beberapa penelitian diatas meneliti di berbagai lembaga pendidikan formal (sekolah), sedangkan penelitian penulis obyek penelitiannya adalah pondok pesantren yang merupakan bentuk pendidikan non formal dengan pola pendidikan yang mesti berbeda. 2) sistem manajemen kegiatan pramuka dalam lingkungan pesantren, 3) pengorganisasian kegiatan pramuka yang lebih memprioritaskan lulusan pondok pesantren modern gontor dan alumnus Pontren Darunnajah sendiri karena memiliki bekal yang baik dalam aspek kepanduan. 4) adanya perpaduan nilai-nilai karakter pesantren dengan panca jiwa-nya dengan nilai-nilai karakter pendidikan kepramukaan serta nilai karakter dalam pendidikan nasional secara umum.

C. Permasalahan dan Pertanyaan Penelitian a. Identifikasi Masalah

1. Kurangnya minat santri mengikuti kegiatan kepramukaan. 2. Dana atau anggaran kegiatan pramuka belum memadai.

3. Manajemen penguatan pendidikan Pramuka di pesantren belum memenuhi standar pendidikan kepramukaan secara benar.

(27)

9

4. Kegiatan ekstrakulikuler pramuka di Ponpes Darunnajah belum berjalan optimal

b. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, penulis memberi batasan masalah dalam penelitian ini agar pelaksanaan penelitian lebih fokus dan terarah. Adapun batasan masalah yang penulis berikan adalah tentang manajemen penguatan pendidikan karakter di sekolah dengan judul penelitian Manajemen Pendidikan Kepramukaan Dalam Pengembangan Pendidikan Karakter (Studi Kasus Di Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami). Adapaun pembatasan masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Sistem manajemen kepramukaan di Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami Jakarta Selatan.

2. Analisa karakter yang ditanamkan kepada santri melalui kegiatan kepramukaan di pesantren.

3. Implementasi sikap atau karakter santri yang dihasilkan melalui kegiatan kepramukaan.

4. Kendala yang ditemui Gugus Depan Pontren Darunnajah serta solusi penanggulangannya.

c. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana konsep manajemen (perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan) pendidikan kepramukaan dalam mewujudkan karakter santri di Pondok Pesantren Darunnajah?

2. Analisis nilai karakter yang ditanamkan melalui pendidikan kepramukaan di Pondok Pesantren Darunnajah?

3. Analis nilai karakter yang di implementasikan dalam kegiatan kepramukaan di Pondok Pesantren Darunnajah?

4. Apa kendala dan solusi dalam manajemen pendidikan kepramukaan dalam mewujudkan karakter santri di Pondok Pesantren Darunnajah?

D. Tujuan dan Signifikasi Penelitian a. Tujuan penelitian

1. Tujuan Akademis

Penelitian ini bertujuan memperoleh gambaran tentang manajemen pendidikan kepramukaan dalam mengembangkan karakter santri di Pondok Pesantren Darunnajah yang meliputi:

1) Memberikan penjelasan atau gambaran baru terkait konsep manajemen pendidikan kepramukaan dalam mewujudkan karakter santri di Pondok Pesantren Darunnajah, yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan kegiatan.

2) Menganalisis nilai karakter yang ditanamkan melalui kegiatan kepramukaan terhadap santri Darunnajah.

3) Merumuskan implementasi karakter santri yang dihasilkan dari kegiatan kepramukaan di peantren.

(28)

10

4) Mengidentifikasi berbagai kendala yang di temui Pondok Pesantren Darunnajah dalam melakukan pengelolaan pendidikan kepramukaan. 2. Tujuan terapan

Secara umum penelitian ini dilakukan untuk memberikan sumbangsih pemikiran dalam mengurai berbagai problem manajemen (pengelolaan) lembaga non formal seperti pesantren dalam penguatan pendidikan karakter di lembaga pendidikan pesantren dengan mengadopsi beberapa konsep, diantaranya; 1) konsep manajemen kepramukaan di lingkungan pesantren, 2) perumusan nilai karakteristik santri atau peserta didik dalam kegiatan kepramukaan, 3) konsep penanggulangan berbagai problem kegiatan kepramukaan baik di lingkungan pendidikan formal (sekolah) maupun lingkungan pendidikan non formal (pesantren atau lainnya).

b. Signifikansi Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan banyak manfaat untuk berbagai pihak, baik secara teoritis maupun praktis terutama dalam menyiapkan dan memperbaiki manajemen penguatan pendidikan karakter. Berdasarkan hal tersebut, maka manfaat yang diharapkan melalui penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Signifikasi Akademis

Memberikan kontribusi ide dan beberapa konsep tentang pengembangan ilmu pendidikan terutama dalam manajemen pendidikan karakter melalui pendidikan kepramukaan. Dengan demikian hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkuat teori/konsep yang berhubungan dengan manajemen penguatan pendidikan karakter melalui pendidikan kepramukaan di lembaga pendidikan.

2. Signifikasi Terapan

Bagi segenap pelaku pendidikan khususnya penyelenggara pendidikan pesantren, hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu rujukan dan sekaligus model dalam membangun sistem manajemen penguatan pendidikan karakter melalui pendidikan kepramukaan.

(29)

11 BAB II

TINJAUAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL A. MANAJEMEN PENDIDIKAN

a. Pengertian Manajemen Pendidikan

Manajemen pendidikan menurut Purwanto (1970:h.9) adalah semua kegiatan sekolah dari yang meliputi usaha-usaha besar, seperti mengenai perumusan policy, pengarahan usaha-usaha besar, koordinasi, konsultasi, korespondensi, kontrol perlengkapan, dan seterusnya sampai kepada usaha-usaha kecil dan sederhana, seperti menjaga sekolah dan sebagainya. Menurut Usman (2014:h.5) manajemen pendidikan adalah seni dan ilmu mengelola sumber daya pendidikan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Nawawi (1981:h.11) mengemukakan bahwa manajemen pendidikan adalah ilmu terapan dalam bidang pendidikan yang merupakan rangkaian kegiatan atau keseluruhan proses pengendalian usaha kerjasama sejumlah orang untuk mencapai tujuan pendidikan secara berencana dan sistematis yang diselenggarakan di lingkungan tertentu terutama lembaga pendidikan formal. Defenisi ini memberikan pengertian bahwa manajemen pendidikan menekankan pada rangkaian proses kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama dalam mewujudkan tujuan yang telah disepakati berbersama-sama-bersama-sama. Sementara itu, Fuad (2014:h.14) menyatakan bahwa, manajemen merupakan pedoman (guidelines). Menurutnya, dalam manajemen terdapat beberapa prinsip tentang bagaimana merencanakan, melaksanakan dan juga mengontrol pelaksanaan program. Hal ini bertujuan agar sebuah program dapat mencapai tujuan tertentu.

George R Terry (1985) dalam Sukarna (2011:h.3) mengatakan management is the accomplishing of a predetemined obejectives through the efforts of otherpeople. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa manajemen adalah pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditetapkan melalui atau bersama-sama usaha orang lain. Manajemen juga merupakan proses sosial yang berhubungan dengan keseluruhan usaha manusia dengan bantuan manusia dan sumber-sumber lainnya dan menggunakan metode yang efisien dan efektif untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan (Hamalik, 2008:h.28). Dalam manajemen terdapat beberapa kegiatan. Kegiatan ini dinamakan fungsi manajemen, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian dan pengawasan. Semua fungsi tersebut merupakan fungsi yang penting dalam proses kegiatan pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Berdasarkan pernyataan di atas, maka manajemen diartikan sebagai sebuah pedoman dalam mencapai tujuan. Manajemen memberikan arahan dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi atau mengawasi sebuah

(30)

12

proses atau tindakan dalam mencapai tujuan. Dalam proses pengawasan, manajemen membantu memilah apakah proses tersebut mampu dilaksanakan sesuai dengan rencana atau perlu diperbaiki.

Manajemen pendidikan diartikan sebagai proses keseluruhan kegiatan bersama dalam bidang pendidikan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pelaporan, pengkoordinasian, pengawasan dan evaluasi dengan menggunakan sarana prasarana yang tersedia baik personil, materil maupun spiritual untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dn efisien (Nata, 2008: 24). Dalam pengertian tersebut, manajemen pendidikan sejatinya tidak berbeda dengan pengertian manajemen pada umumnya, namun nilai-nilai serta fungsi manajemen di laksanakan dalam penyelenggaraan pendidikan.

Dari pendapat para ahli di atas dapat penulis simpulkan bahwa Manajemen Pendidikan adalah suatu kegiatan atau rangkaian kegiatan yang berupa proses pengelolaan usaha kerja sama sekelompok manusia yang tergabung dalam organisasi pendidikan, untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya, dengan memanfaatkan sumber daya yang ada dan menggunakan fungsi-fungi manajemen agar tercapainya tujuan secara efektif dan efisien.

Gambar 2.1. Defenisi Manajemen

(31)

13

b. Tujuan dan Fungsi manajemen Pendidikan

Menurut Fattah (2008:h.123) tujuan dan manfat manajemen pendidikan adalah sebagai berikut:

1. Terciptanya proses belajar dan proses pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan;

2. Terciptanya peserta didik yang aktif dalam mengembangkan potensi dirinya. Baik potensi spiritual, kepribadian, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia, maupun keterampilan yang diperlukan untuk dirinya, masyarakat, bangsa dan negara;

3. Terpenuhinya salah satu dari empat kompetensi tenaga pendidik dan kependidikan;

4. Tercapainya tujuan pendidikan secara efektif dan efisien;

5. Terbekalinya tenaga kependidikan dengan teori tentang proses dan tugas administrasi pendidikan; dan

6. Teratasinya masalah mutu pendidikan.

G.R. Terry (1958) dalam Sukarna (2011:h.10) mengemukakan bahwa manajemen memiliki beberapa fungsi yaitu: 1) perencanaan, 2) pengorganisasian, 3) pelaksanaan, dan 4) pengawasan. Dari sini dapat dipahami bahwa peranan manajemen dalam sebuah organisasi memiliki empat fungsi. Pertama, perencanaan (planning). Perencanaan merupakan kegiatan menetapkan tujuan yang ingin dicapai beserta metode atau cara pencapaiannya. Dalam perencanaan organisasi atau lembaga harus merumuskan beragam program kegiatan yang akan dilaksanakan untuk menghasilkan tujuan organisasi. Selain merumuskan program kegiatan, pemangku kebijakan juga harus menentukan bagaimana cara atau strategi kegiatan tersebut dapat dilaksankan dengan baik. Strategi yang dibuat meliputi, bentuk kegiatan, waktu, pelaksana, tempat, hingga pendanaan kegiatan.

Kedua, pengorganisasian (organizing). Fungsi ini dilakukan untuk menggerakkan anggota organisasi agar dapat melaksanakan kegiatan sesuai dengan yang direncanakan. Dalam pengorganisasian, pengurus atau pemangku kebijakan dalam organisasi menentukan siapa yang bertanggungjawab apa, mulai dari penanggungjawab acara, penanggungjawab sumber dana, penanggungkawab akomodasi dan perlengkapan lainnya, hingga bagian-bagian lainnya yang dianggap perlu. Ketiga, pelaksanaan (actuating). Fungsi ini merupakan tahapan eksekusi dari sesuatu yang sudah direncanakan pada fungsi planning dan organizing. Dalam tahapan ini semua penanggungjawab rencana program melaksanakan tugas dan fungsinya masing-masing sesuai dengan tugas yang telah diberikan kepada mereka. Hal ini dilakukan dengan tetap bekerjasama antara penanggungjawab satu dengan penanggungjawab kegiatan lainnya.

Keempat, pengawasan (controling). Fungsi ini merupakan tahapan yang dilakukan sejak planning dan organizing diputuskan. Fungsi pengawasan dilaksanakan bersamaan tahapan pelaksanaan dan setelah kegiatan usai

(32)

14

dilaksanakan. Dalam pengawasan ini dibentuk sebuah tim yang terdiri dari beberapa orang untuk mengawasi semua proses kegiatan.

Gambar 2.2. Fungsi Manajemen

Sumber: G.R. Terry (1958) dalam Sukarna (2011:h.10)

c. Prinsip-prinsip Manajemen Pendidikan

Ramayulis, (2012:h.31 menjelaskan arti kata pendidikan dapat ditinjau dari dua segi. Pertama, dari sudut pandang masyarakat yang berarti pewarisan kebudayaan dari generasi tua kepada generasi muda agar bisa melanjutkan hidup dan memelihara kebudayaan. Kedua dari sudut pandang individu, yaitu pengembangan potensi-potensi yang terpendam dan tersembunyi. Ungkapan ini menunjukkan bahwa pendidikan merupakan proses mengolah potensi seseorang menjadi lebih baik dan manusiawi. Pendidikan juga merupakan proses transformasi diri dari ignorant menuju kesadaran diri dan dari yang tidak tahu menjadi tahu. Pendidikan juga berarti sebagai wahana mengolah atau memberdayakan peserta didik agar dapat mengembangkan potensinya, baik secara individual maupun sosial.

Kristiawan (2017:h.12-13) mengutip pendapat Douglas dalam merumuskan lima prinsip manajemen pendidikan, yaitu (1) memprioritaskan tujuan daripada kepentingan pribadi dan kepentingan mekanisme kerja, (2) mengkoordinasikan tanggung jawab dan wewenang, (3) memberikan tanggung jawab sesuai dengan sifat dan kemampuan masing-masing personil, (4) mengenal secara baik faktor-faktor psikologis manusia dan (5) relativitas nilai-nilai. Kelima perinsip ini menjadi barometer baik dan tidaknya sebuah manajemen dalam suatu organisasi ataupun lembaga. Sebelum sebuah organisasi atau lembaga membuat kegiatan program, tentu yang terpenting

Manajemen

Planning

Organizing

Actuating Controling

(33)

15

organisasi harus menentukan terlebih dahulu tujuan yang ingin dicapai sebuah organisasi sebelum menentukan perihal lainnya.

Setelah merumuskan tujuan, organisasi mengorganisasikan kelompoknya dengan memberikan beberapa tanggungjawab dan kewenangan tertentu kepada beberapa anggota yang dianggap mampu melakukannya. Hal ini untuk memudahkan organisasi melaksanakan program kegiatannya jika dalam wadah organisasinya telah ditentukan penanggungjawab kegiatan atau pembagian kerjanya.

B. PENDIDIKAN KARAKTER a. Pengertian Pendidikan Karakter

Terminology pendidikan karakter telah dikenal sekitar tahun 1900. Istilah pendidikan karakter dipelopori oleh Thomas Lickona dalam buku “Education for Character”. Menurutnya, pendidikan karakter mengandung tiga aspek utama, yaitu mengetahui kebaikan, mencintai kebaikan dan melakukan kebaikan (Lickona, 2015:h.595). Ungkapan di atas diperjelas oleh Dalmetri (2014:h.271) dalam jurnal Al-Ulum Universitas Indraprasta PGRI Jakarta, bahwa, pendidikan karakter bukan hanya menjelaskan tentang mana yang benar dan mana yang salah, akan tetapi menanamkan kebiasaan kepada peserta didik hingga peserta didik mengerti, dan mampu menerapkannya.

Ungkapan di atas berarti bahwa, pendidikan karakter tidak hanya bisa ditanamkan dengan mentransfer ilmu saja, melainkan perlu adanya proses, misalnya, teladan dan pembiasaan di lingkungan peserta didik. Sekolah merupakan lingkungan yang efektif dalam membiasakan pendidikan karakter pada peserta didik.

Pendidikan karakter merupakan upaya yang dilakukan secara sadar, tersusun dan terencana dalam mengarahkan peserta didik. Pendidikan karakter juga merupakan kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dengan cara membimbing, mengajarkan, membina dan mengarahkan peserta didik agar memiliki karakter, intelektual dan keterampilan yang menarik (Khan, 2010:h.34). Pendidikan pembentukan karakter membutuhkan sebuah rumusan perencanaan, baik dari aspek analisa kebutuhannya, metode, jenis kegiatan, evaluasi hingga sampai tindak lanjtnya. Setelah dirumuskan dalam bentuk perencanaan yang matang, penyelenggara kegiatan pendidikan merancang program kegiatan yang tersusun dengan sistematis dan kemudian dilaksanakan secara berkesinambungan.

Menurut Lickona (1992:h.12-22) pendidikan karakter adalah pendidikan untuk membentuk tingkah laku seseorang menjadi lebih baik dan terwujud dalam perilaku sehari-hari. Pengertian pendidikan karakter di atas berarti bahwa, pendidikan karakter tidak hanya mengarahkan dan membentuk peserta didik memiliki pribadi yang baik saja, akan tetapi, secara utuh dan menyeluruh, pendidikan karakter juga membentuk mereka menjadi generasi yang mampu membawa perubahan baik. Sebab, selain mampu menciptakan generasi yang

(34)

16

pandai, pendidikan karakter juga mampu mencetak generasi yang mempunyai sifat sesuai dengan ilmu yang mereka pelajari.

Kilpatrick dalam Muslich (2011:h.22) juga menyebutkan bahwa, salah satu penyebab seseorang tidak mampu berbuat baik padahal mereka mempunyai pengetahuan tentang kebaikan adalah karena mereka tidak terlatih untuk melakukan kebaikan. Pernyataan di atas, juga berarti bahwa, pendidikan harus mencakup misi pembentukan karakter (character building), sehingga para peserta didik dan para lulusannya dapat berpartisipasi dalam mengisi pembangunan dengan baik tanpa meninggalkan nilai-nilai karakter mulia.

Pendidikan karakter juga diartikan sebagai upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk menanamkan nilai-nilai perilaku peserta didik yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dakam fikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya serta adat istiadat (Gunawan, 2014:h.28). hal ini menunjukkan bahwa pendidikan karakter mengharuskan sebuah upaya yang dilakukan secara sistematis dalam menanamkan nilai-nilai positif kepada peserta didik.

Ragam defenisi tentang pendidikan karakter mengantarkan apada sebuah kesimpulan bahwa pendidikan karakter merupakan sebuah usaha atau upaya yang dilakukan secara sadar serta tersistem dalam menanamkan nilai-nilai karakter kepada manusia (peserta didik) yang menjadikannya sebagai manusia seutuhnya.

b. Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter

Secara teoritis prinsip yang dapat digeneralisasikan untuk mengukur tingkat keberhasilan suatu pelaksanaan pendidikan karakter menurut Lickona, Schaps, dan Lewis (2010) dalam CEP’s Eleven Principle of Effective Character Education dalam Muhammad Yaumi (2014:h.11) menguraikan sebelas prinsip dasar dalam menunjang keberhasilan pelaksanaan pendidikan karakter. Kesebelas prinsip tersebut adalah:

a) Komunitas sekolah mengembangkan nilai-nilai etika dan kemampuan inti sebagai landasan karakter yang baik.

b) Sekolah mendefinisikan karakter secara komprehensif untuk memasukkan pemikiran, perasaan, dan perbuatan.

c) Sekolah menggunakan pendekatan komprehensif, sengaja, dan proaktif untuk pengembangan karakter.

d) Sekolah menciptakan masyarakat peduli karakter.

e) Sekolah memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan tindakan moral.

f) Sekolah menawarkan kurikulum akademik yang berarti dan menantang yang menghargai semua peserta didik mengembangkan karakter, dan membantu mereka untuk mencapai keberhasilan.

Gambar

Gambar 2.1. Defenisi Manajemen
Gambar 2.2. Fungsi Manajemen
Gambar 1.1. Nilai Utama Pendidikan Karakter
Gambar 1.2. Pilar-pilar Pendidikan Karakter
+7

Referensi

Dokumen terkait

Referring to the functions F and G in the preceding section, old-time Lispers would say ‘‘the symbol A is bound to 3 by F.’’ This is not proper language if you are speaking

Hal ini bertujuan untuk mendapatkan sebuah pemahaman yang jelas, kemudian data dikorelasikan dengan teori yang digunakan dalam penelitian ini, hal ini berguna

Setelah dilakukan penelitian dengan mengkonfigurasi ip route , firewall filter , NAT , Mangle untuk penandaan paket, Queue ( manajemen bandwidth ), bridge¸wireless,

Karenanya Peradilan Mahkamah Konstitusi, dapat menjadi penjaga gawang terakhir, bilamana Pemerintah melakukan privatisasi perusahaan disektor migas, karena hal demikian adalah

Hasil penelitian pada pekerja angkat angkut UD Maju Makmur Kota Surabaya menunjukkan bahwa kebiasaan merokok dapat memengaruhi keluhan MSDs, hal tersebut terjadi

Laporan Keuangan Konsolidasian Interim untuk Periode Sembilan Bulan yang Berakhir pada 30 September 2020 dan 2019 (Tidak Diaudit), serta Laporan Posisi Keuangan Konsolidasian

Besar biaya investasi dihitung berdasarkan kebutuhan pembangunan SPAM di Kecamatan Campaka Kabupaten Cianjur yang terdiri dari pembangunan unit Intake, Unit IPA dan jaringan

Pengertian fimgsional merupakan suatu hal yang menonjol dalam kaitan fimgsi dan bentuk. Tujuan fuogsi adalah kegunanaan, namun fimgsi bukanlsh faktor yang paling