• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan hukum Islam terhadap penyimpangan pembiayaan musharakah di bait al-mal wa at-tamwil (BMT) An-Nur Rewwin Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan hukum Islam terhadap penyimpangan pembiayaan musharakah di bait al-mal wa at-tamwil (BMT) An-Nur Rewwin Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo."

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENYIMPANGAN

PEMBIAYAAN MUSHA>RAKAH DI BAIT AL-MA>L WA

AT-TAMWI>L (BMT) AN-NUR REWWIN KECAMATAN WARU

KABUPATEN SIDOARJO

SKRIPSI

Oleh:

Nur Afrida

Nim: C02213059

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel

Fakultas Syari

ah Dan Hukum

Jurusan Hukum Perdata Islam

Prodi Hukum Ekonomi Syariah

Surabaya

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Skripsi ini adalah hasil penelitian lapangan yang berjudul “Tinjauan hukum Islam terhadap penyimpangan pembiayaan musha>rakah di BMT An-Nur Rewwin

Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo” yang bertujuan untuk menjawab pertanyaan 1) Bagaimana praktik penyimpangan pembiayaan musha>rakah di BMT An-Nur Rewwin Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo? dan 2) Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap penyimpangan pembiayaan musha>rakah di BMT An-Nur Rewwin Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo?.

Data penelitian kualitatif ini dihimpun melalui teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Setelah data tersebut terkumpul, kemudian dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif analisis dengan pola pikir induktif, yaitu mendeskripsikan gambaran umum mengenai penyimpangan pembiayaan musha>rakah di BMT An-Nur Rewwin Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo terlebih dahulu, kemudian dianalisis dengan konsep musha>rakah dalam fatwa DSN-MUI nomor 08/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Musha>rakah yang Diperuntukkan untuk Usaha.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pertama, dalam praktik pengajuan pembiayaan musha>rakah di BMT An-Nur Rewwin Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo, nasabah mendaftar di bagian administrasi dan mengisi formulir pendaftaran dengan peruntukkan untuk suatu usaha, kemudian dapat dicairkan setelah disetujui oleh direktur. Akan tetapi, dalam kenyataannya terdapat penyalahgunaan yang dilakukan oleh nasabah, yaitu pinjaman yang seharusnya untuk usaha tersebut digunakan untuk kebutuhan konsumtif. Kedua, penyimpangan pembiayaan musha>rakah di BMT An-Nur Rewwin Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo dalam awal akadnya sah, karena memenuhi syarat dan rukun yang terdapat dalam Fatwa DSN-MUI nomor 08/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Musha>rakah yang Diperuntukkan untuk Usaha. Akan tetapi, batal ketika salah satu pihak menyalahgunakan peruntukkan dana pinjaman, di mana dana yang seharusnya untuk usaha digunakan untuk kebutuhan konsumtif.

(7)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ...i

PERNYATAAN KEASLIAN ...ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ...iii

PENGESAHAN ...iv

MOTTO ...v

PERSEMBAHAN ...vi

ABSTRAK ...vii

KATA PENGANTAR ...viii

DAFTAR ISI ...x

DAFTAR TRANSLITERASI ...xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Identifikasi Masalah ...5

C. Batasan Masalah ...5

D. Rumusan Masalah ...6

E. Kajian Pustaka ...6

F. Tujuan Penelitian ...9

G. Kegunaan Hasil Penelitian ...9

(8)

I. Metode Penelitian ...11

J. Sistematika Pembahasan ...15

BAB II MUSHA>RAKAH DALAM HUKUM ISLAM A. Pengertian Musha>rakah ...17

B. Dasar Hukum Musha>rakah ...20

C. Rukun dan Syarat Musha>rakah ...23

D. Macam-macam Musha>rakah ...24

E. Skema Pembiayaan Musha>rakah ...27

F. Hikmah Musha>rakah ...29

G. Fatwa DSN-MUI tentang Musha>rakah ...30

H. Berakhirnya akad Musha>rakah ...32

BAB III PRAKTIK PENYIMPANGAN PEMBIAYAAN MUSHA>RAKAH DI BMT AN-NUR REWWIN KECAMATAN WARU KABUPATEN SIDOARJO A. Gambaran Umum tentang BMT An-Nur Rewwin Sidoarjo ...34

1. Sejarah BMT An-Nur Rewwin Sidoarjo ...34

2. Dasar Hukum Pendirian ...42

3. Struktur Organisasi ...43

4. Produk-produk BMT An-Nur Rewwin Sidoarjo ...44

B. Prosedur Pengajuan Pembiayaan Musha>rakah di BMT An-Nur Rewwin ...47

(9)

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENYIMPANGAN PEMBIAYAAN MUSHA>RAKAH DI BMT AN-NUR REWWIN KECAMATAN WARU KABUPATEN SIDOARJO

A. Analisis Praktik Penyimpangan Pembiayaan Musha>rakah di

BMT An-Nur Rewwin Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo ...55 B. Analisis Hukum Islam terhadap Penyimpangan Pembiayaan

Musha>rakah di BMT An-Nur Rewwin Kecamatan Waru

Kabupaten Sidoarjo ...58 BAB V PENUTUP

(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Lembaga keuangan syariah di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup pesat. Kehadiran lembaga keuangan yang berprinsip syariah menjadi solusi bagi umat Islam dalam bidang perekonomian. Di antara lembaga keuangan syariah adalah Bait al-Ma>l wa at-Tamwi>l atau sering disebut dengan

BMT. BMT mempunyai peran penting dalam memberdayakan ekonomi masyarakat khususnya sektor usaha mikro, kecil dan menengah. Keberadaan BMT merupakan suatu usaha untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, khususnya yang ingin berwirausaha tetapi tidak memiliki dana yang cukup.

(11)

2

kecil yang berdasarkan prinsip-prinsip syariah yang kemudian disalurkan melalui pembiayaan-pembiayaan.1

Pembiayaan yang sering digunakan dalam lembaga keuangan syariah diantaranya menggunakan prinsip kerja sama, yakni bentuk pembiayaan kepada anggota atau nasabah BMT akan menyertakan sejumlah modal, baik uang tunai maupun barang untuk meningkatkan produktivitas usaha. Atas dasar transaksi ini BMT akan bersepakat dalam nisbah bagi hasil.2

Produk pembiayaan keuangan yang berbaris syariah menerapkan sistem bagi hasil bila mendapatkan keuntungan dan saling menanggung resiko bila terjadi kerugian dalam usahanya. Banyak produk yang ditawarkan dan banyak pula transaksi yang berkaitan dengan pembiayaan syariah. Bentuk pembiayaan yang didasarkan atas pencampuran dua harta untuk suatu usaha bersama adalah musha>rakah.3

Secara bahasa kata musha>rakah diambil dari kata shirkah yang berarti percampuran (al-ikhtila>t})4. Musha>rakah merupakan akad bagi hasil ketika dua

atau lebih pengusaha pemilik dana/modal bekerja sama sebagai mitra usaha membiayai investasi usaha baru atau yang sudah berjalan. Mitra usaha pemilik modal berhak ikut serta dalam manajemen perusahaan, tetapi itu tidak merupakan keharusan.

1 Makhalul Ilmi, Teori dan Praktik Mikro Keuangan Syariah (Yogyakarta:UII Press, 2002), 49.

2 Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil (BMT) (Yogyakarta: UII Press, 2004),

169.

3 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006),125.

(12)

3

Para pihak dapat membagi pekerjaan mengelola usaha sesuai kesepakatan dan mereka juga dapat meminta gaji/upah untuk tenaga dan keahlian yang mereka curahkan untuk usaha tersebut. Proporsi keuntungan dibagi di antara mereka menurut kesepakatan yang ditentukan.5 Maksudnya

dari pemilik modal BMT dan nasabah sama-sama ikut serta dalam pengelolaan suatu usaha bersama namun memang tidak menjadi kewajiban dalam artian pihak BMT dan nasabah bisa membagi tugas mengelola usaha sesuai kesepakatan. Kemudian dari kedua belah pihak membagi keuntungan yang telah disepakati. Landasan pembiayaan musha>rakah yang tercantum dalam

Al-Qur’an surat S}a>d ayat 24, yaitu:

َ ِ م امرِث

َك َنِ

ِءٓا َطَ ُ

ۡٱ

خ

َ

َِإ ٍضخعَب ٰ

َ َل خ ُ ُضخعَب ِِخبَ ََ

َ يِ

َٱ

َ

ْا ُ ِ َعَو ْا ُنَماَء

ِتٰ َحِ ٰ َصلٱ

٤

Dan sesungguhnya memang banyak diantara orang-orang yang bersekutu itu berbuat dzalim kepada yang lain, kecuali orang-orang beriman dan mengerjakan kebajikan… (Q.S. S}>a>d :24)6

Kerjasama dalam Islam diperbolehkan, selama tidak ada dalil yang melarangnya.7 Hal ini penting mengingat manusia sebagai makhluk sosial.

Kerjasama dalam ekonomi sangat banyak manfaatnya, sebab dengan kerjasama itulah akan mendatangkan kemaslahatan, kesejahteraan dan kebahagiaan. Hal ini dijelaskan dalam firman Allah SWT:

5 Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), 51.

6 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bekasi: Cipta Bagus Segara, 2012), 650.

(13)

4

َ َل ْا ُنَواَعَتَو

ِ ِب

خلٱ

َو

ٰىَ خقَتٱ

َ َل ْا ُنَواَعَت َََو

ِ خثِ

ۡٱ

خ

َو

ِنٰ َوخدُع

خلٱ

َو

ْا ُقَتٱ

ََلٱ

َنِإ

َ َلٱ

ُديِدَش

ِباَقِع

خلٱ

Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. (Q.S>>>>. Al-Ma>idah:2)8

Salah satu BMT yang berkedudukan di Kabupaten Sidoarjo adalah BMT An-Nur Rewwin. Sebagian nasabah meminjam dana dalam pembiayaan

akad musha>rakah untuk kebutuhan pribadi bukan sebagai modal usaha. Di dalam form akad tertulis menggunakan pembiayaan musha>rakah tetapi pinjaman tersebut digunakan untuk kebutuhan konsumtif nasabah itu sendiri.

Pada dasarnya dalam pembiayaan musha>rakah itu diperuntukkan untuk

modal usaha yang akan dijalani. Ketika ingin berwirausaha namun hanya memiliki setengah dana saja, maka setengahnya lagi bisa mengajukan pembiayaan dengan akad musha>>rakah di Lembaga Keuangan atau BMT untuk

dijadikan sebagai usaha yang akan dijalani.

Karena pembiayaan musha>rakah merupakan kerjasama antara dua orang atau lebih. Di mana kejujuran di antara masing-masing mitra harus dijunjung tinggi karena masing-masing mitra harus ikut serta dalam permodalan untuk suatu usaha.

Dengan adanya permasalahan tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Tinjauan hukum Islam terhadap

(14)

5

penyimpangan pembiayaan musha>rakah di BMT An-Nur Rewwin Kecamatan

Waru Kabupaten Sidoarjo”

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang, penulis mengidentifikasi beberapa masalah yang muncul dari aplikasi pembiayaan musha>rakah di BMT

An-Nur Rewwin \Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo yakni sebagai berikut: 1. Gambaran umum BMT An-Nur Rewwin Kecamatan Waru Kabupaten

Sidoarjo.

2. Faktor terjadinya transaksi antara pihak BMT An-Nur Rewwin dan nasabah di BMT An-Nur Rewwin Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo.

3. Bentuk pelaksanaan akad pembiayaan musha>rakah antara pihak BMT An-Nur Rewwin dan nasabah di BMT An-An-Nur Rewwin Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo.

4. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh nasabah ketika melakukan pengajuan akad pembiayaan musha>rakah di BMT An-Nur Rewwin Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo.

5. Praktik penyimpangan pembiayaan musha>rakah di BMT An-Nur Rewwin \Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo.

6. Tinjauan hukum Islam terhadap penyimpangan pembiayaan musha>rakah di

(15)

6

Dari beberapa identifikasi masalah, untuk menghasilkan penelitian yang lebih terfokus pada judul, penulis membatasi penelitian yakni sebagai berikut:

1. Praktik penyimpangan pembiayaan musha>rakah di BMT An-Nur Rewwin Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo.

2. Tinjauan hukum Islam terhadap penyimpangan pembiayaan musha>rakah di BMT An-Nur Rewwin Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo.

C. Rumusan Masalah

Dari pembatasan masalah dari identifikasi masalah, penulis ingin merumuskan permasalahan yang menjadi fokus kajian terhadap aplikasi pembiayaan musha>rakah sebagai berikut:

1. Bagaimana praktik penyimpangan pembiayaan musha>rakah di BMT An-Nur Rewwin Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo?

2. Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap penyimpangan pembiayaan musha>rakah di BMT An-Nur Rewwin Kecamatan Waru Kabupaten

Sidoarjo?

D.Kajian Pustaka

Kajian Pustaka adalah deskripsi ringkas tentang kajian/penelitian yang

(16)

7

jelas bahwa kajian yang akan dilakukan ini tidak merupakan pengulangan atau duplikasi dari kajian/penelitian yang telah ada. Berdasarkan deskripsi tersebut, posisi penelitian yang akan dilakukan harus dijelaskan.9

Dari beberapa penelitian terdahulu yang pernah penulis telusuri, penulis menemukan beberapa kajian seputar musha>rakah, diantaranya adalah:

1. Skripsi yang ditulis oleh M. Taufiqurrosyidin Abdillah tahun 2014 yakni

berjudul “Tinjauan hukum Islam terhadap implementasi akad musha>rakah mutana>qisa>h sebagai solusi akad pembiayaan KPR pada Bank Muamalat

Indonesia”. Skripsi ini menjelaskan tentang akad musha>rakah mutana>qisa>h sebagai solusi akad pembiayaan KPR jika dilihat dari segi hukum Islam sudah sesuai, karena rukun dan syarat akad musha>rakah mutana>qisah sebagai solusi akad pembiayaan KPR sudah tepat dan terpenuhi.10

2. Skripsi yang ditulis oleh Riska Dwi Novita tahun 2014 yakni berjudul

“Analisis hukum Islam terhadap penerapan prinsip bagi hasil pada

pembiayaan musha>rakah (studi kasus di Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) Komunitas Usaha Mikro Muamalat berbaris Masjid (KUM3) Rahmad Surabaya)”. Skripsi ini menjelaskan tentang pembiayaan

musha>rakah adalah modal usaha untuk mengembangkan usaha yang telah ada menjadi lebih besar di mana masing-masing pihak musha>rakah yang

9 Tim Penyusun Fakultas Syariah dan Hukum, Petunjuk Teknis Penulisan Skripsi (Surabaya, UIN

Sunan Ampel Press, 2016), 8.

10M. Taufiqurrosyidin Abdillah, “Tinjauan Hukum Islam terhadap Implementasi Akad Musha>rakah Mutana>qisah sebagai solusi Akad Pembiayaan KPR pada Bank Muamalat

(17)

8

dipratikkan bersifat menurun bukan permanen karena bagian modal akan dialihkan secara bertahap kepada pengelola sehingga bagian modal akan menurun dan pada akhirnya masa akad pengelola akan menjadi pemilik usaha tersebut.11

3. Skripsi yang ditulis oleh Ati Inayatul Maghfiroh tahun 2012 yakni berjudul

“Implementasi nisbah musha>rakah pada produk retail di Bank BRI Syariah

Waru Gateway dalam Prespektif Fatwa DSN MUI No.15/DSN-MUI/2000”.

Skripsi ini menjelaskan tentang sistem pelaksanaan perhitungan dan pembagian nisbah yang digunakan pada Bank BRI Syariah Waru Gateway adalah metode revenue sharing, adapun formula perhitungannya yaitu plafond x margin/revenue.12

Dari ketiga kajian pustaka di atas, bahwa jelas terdapat perbedaan dengan penelitian yang akan penulis teliti yakni dengan judul ”Tinjauan

hukum Islam terhadap penyimpangan pembiayaan musha>rakah di BMT An-Nur Rewwin Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo”. Perbedaannya terletak pada kasus dan objek yang diteliti. Dalam penelitian ini, penulis ingin memfokuskan praktik penyimpangan pembiayaan musha>rakah di BMT An-Nur Rewwin Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo.

11 Riska Dwi Novita, “Analisis Hukum Islam terhadap Penerapan Prinsip Bagi Hasil pada Pembiayaan Musha>rakah (studi kasus di Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) Komunitas Usaha Mikro Muamalat berbaris Masjid (KUM3) Rahmad Surabaya”(Skripsi--IAIN Sunan Ampel, Surabaya, 2014), 6.

(18)

9

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui praktik penyimpangan pembiayaan musha>rakah di BMT An-Nur Rewwin Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo.

2. Memahami tinjauan hukum Islam terhadap penyimpangan pembiayaan musha>rakah di BMT An-Nur Rewwin Kecamatan Waru Kabupaten

Sidoarjo.

F. Kegunaan dan Hasil Penelitian

Dari penelitian yang berjudul “Tinjauan hukum Islam terhadap penyimpangan pembiayaan musha>rakah di BMT An-Nur Rewwin Kecamatan

Waru Kabupaten Sidoarjo”, diharapkan dapat memberikan manfaat serta dapat

dipergunakan untuk: 1. Dari aspek teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperluas wawasan serta ilmu pengetahuan terkait praktik penyimpangan pembiayaan musha>rakah di BMT An-Nur Rewwin Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo dan dapat dijadikan sumber pengetahuan.

2. Dari aspek praktis

Memperluas dan memperdalam pemahaman penulis pada

(19)

10

tentang praktik penyimpangan pembiayaan musha>rakah serta sebagai bahan pertimbangan bagi masyarakat dan instansi yang terlibat pada praktik penyimpangan pembiayaan musha>rakah untuk kemudian bisa diterapkan sesuai dengan akad yang diperbolehkan dalam fiqh muamalah.

G.Definisi Operasional

Untuk memahami penelitian yang berjudul “Tinjauan hukum Islam terhadap penyimpangan pembiayaan musha>rakah di BMT An-Nur Rewwin

Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo”, maka penulis perlu memberikan

pemahaman terkait istilah-istilah yang ada di dalam judul penelitian yakni sebagai berikut :

1. Hukum Islam

Peraturan maupun ketentuan yang bersumber dari Al-Qur’an,

Hadis, dan pendapat ulama tentang musha>rakah.13

2. Pembiayaan musha>rakah

Dalam aplikasi ini BMT An-Nur Rewwin Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo menerapkan produk pembiayaan musha>rakah untuk dikelola oleh nasabah dalam suatu usaha yang halal dan telah disepakati bersama.

13 Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai

(20)

11

H.Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif karena metode ini dapat menghubungkan peneliti dan responden secara langsung. Dengan menggunakan jenis penelitian lapangan yang bisa memfokuskan pada kasus yang terjadi. Teknik untuk mendapatkan data diperoleh dari observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Untuk menghasilkan gambaran yang maksimal terkait “Tinjauan

hukum Islam terhadap penyimpangan pembiayaan musha>rakah di BMT

An-Nur Rewwin Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo”, dibutuhkan serangkaian langkah yang sistematis. Langkah-langkah tersebut terdiri atas :

1. Data yang dikumpulkan

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini di antaranya adalah sebagai berikut :

a. Data tentang praktik pembiayaan musha>rakah di BMT An-Nur Rewwin Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo.

b. Data tentang kesesuaian pembiayaan musha>rakah di BMT An-Nur Rewwin Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo dengan fiqh muamalah.

2. Sumber data

Sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sumber

(21)

12

a. Sumber primer

Sumber primer adalah sumber yang langsung berkaitan dengan objek penelitian.14 Adapun sumber primer dalam penelitian ini yaitu melalui

wawancara dengan direktur BMT An-Nur Rewwin yaitu Bapak Gunung Ridjani, wakil direktur BMT An-Nur Rewwin yaitu Bapak Yudi Budiman, S.E BMT An-Nur Rewwin, dan pihak nasabah di BMT An-Nur Rewwin Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo.

b. Sumber sekunder

Sumber sekunder yaitu sumber yang mendukung atau melengkapi dari sumber primer yang dapat berupa dokumen, buku, dan karya ilmiah yang mendukung sumber primer. Di antara sumber buku yang penulis jadikan rujukan diantaranya yakni:

1) Al-Sayyid Sabiq , Fiqh Al-Sunnah.

2) Maulana Hasanudin dan Jaih Mubarok, Perkembangan Akad Musha>rakah.

3) Saiful Jazil, Fiqih Mu’amalah.

4) M. Syafii Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik. 5) Naf’an, Pembiayaan Musha>rakah dan Mudha>rabah. 6) Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah.

3. Teknik pengumpulan data

(22)

13

Data dalam penelitian ini diperoleh dengan beberapa teknik antara lain:

a. Observasi

Observasi adalah studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala alam dengan pengamatan dan pencatatan.15 Penulis mengamati bagaimana praktik pembiayaan

musha>rakah di BMT An-Nur Rewwin Kecamatan Waru Kabupaten

Sidoarjo pada tanggal 09 Januari 2017. b. Wawancara

Wawancara merupakan percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.16 Teknik

pengumpulan data ini dilakukan dengan cara mengadakan tanya jawab langsung dengan pihak yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, yaitu direktur BMT An-Nur Rewwin yaitu Bapak Gunung Ridjadi, wakil direktur BMT An-Nur Rewwin yaitu Bapak Yudi Budiman, S.E BMT An-Nur Rewwin, dan pihak nasabah di BMT An-Nur Rewwin Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo

15 Masruhan, Metologi Penelitian Hukum (Surabaya: Hilal Pustaka, 2013), 212.

16 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009),

(23)

14

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan pengumpulan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen.17 Dalam hal ini dokumen yang terkumpul adalah

data nasabah terhadap praktik pembiayaan musha>rakah di BMT An-Nur Rewwin Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo.

4. Teknik pengolahan data

Pengolahan data merupakan suatu proses dalam memperoleh data ringkasan atau angka ringkasan dengan menggunakan cara-cara atau rumus-rumus tertentu.18 Setelah data terkumpul, maka langkah

selanjutnya adalah mengolah data melalui metode analizing, yaitu tahapan

analisis dan perumusan terkait tinjauan hukum Islam terhadap praktik pembiayaan musha>rakah di BMT An-Nur Rewwin Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo.

5. Teknis analisis data

Dalam menganalisis data yang telah terkumpul, penulis menggunakan analisis secara deskriptif analisis, yaitu bertujuan mendeskripsikan masalah yang ada sekarang dan berlaku berdasarkan data-data terhadap penyimpangan pembiayaan musha>rakah di BMT An-Nur Rewwin Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo yang didapat dengan

17 Husaini Usman dan Pornom Setyadi Akbar, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: Bumi Aksara,

1996), 73.

(24)

15

mencatat, menganalisis dan menginterpretasikannya. Kemudian dikembangkan dengan pola pikir induktif, yaitu cara penyajian dimulai dari fakta-fakta yang bersifat khusus dari hasil riset dan terakhir diambil kesimpulan yang bersifat umum.

I. Sistematika Pembahasan

Dalam penelitian tentang tinjauan hukum Islam terhadap penyimpangan pembiayaan musha>rakah di BMT An-Nur Rewwin Kecamatan

Waru Kabupaten Sidoarjo, supaya penelitian ini dapat mengarah pada tujuan yang diharapkan, maka akan disusun sistematika penulisannya yang terdiri dari lima bab, yang masing-masing membicarakan masalah yang berbeda-beda namun saling memiliki keterkaitan. Secara rinci pembahasan masing-masing bab adalah sebagai berikut :

Bab Pertama adalah pendahuluan. Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi dan batasan Masalah, perumusan masalah, kajian pustaka, tujuan penelitian, kegunaan dan hasil penelitian, metode penelitian, serta sistematika pembahasan.

(25)

16

musha>rakah, macam-macam musha>rakah, hikmah musha>rakah, fatwa DSN-MUI tentang musha>rakah, berhentinya akad musha>rakah.

Bab Ketiga adalah penyajian data. Bab ini menjelaskan tentang objek pembahasan mengenai praktik penyimpangan pembiayaan musha>rakah yang

pertama tentang gambaran umum BMT An-Nur Rewwin meliputi sejarah berdirinya, dasar hukum pendirian, struktur organisasi, Job Deskripsi, produk-produk di BMT An-Nur Rewwin, prosedur pengajuan pembiayaan musha>rakah

di BMT An-Nur Rewwin, aplikasi pembiayaan musha>rakah di BMT An-Nur Rewwin.

Bab Keempat adalah analisis data. Bab ini menjelaskan analisis penyimpangan pembiayaan musha>rakah dan analisis hukum Islam terhadap penyimpangan pembiayaan musha>rakah di BMT An-Nur Rewwin Kecamatan

Waru Kabupaten Sidoarjo.

(26)

BAB II

MUSHA>RAKAH DALAM HUKUM ISLAM

A.Pengertian Musha>rakah

Mushara>kah atau dikenal dengan sebutan shirkah secara bahasa adalah al-ikhtila>t{ yaitu percampuran. Secara terminologi, sekalipun para ahli fiqh

memberikan definisi yang beragam, tetapi secara substansi yaitu kerjasama usaha antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.1

Fatwa DSN-MUI tentang pembiayaan musha>rakah ditetapkan dengan nomor 08/DSN-MUI/IV/2000 dalam fatwa tersebut dijelaskan bahwa pembiayaan musha>rakah adalah pembiayaan berdasarkan akad kerjasama antara dua pihak

atau lebih untuk suatu usaha tertentu. Masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dibagi secara proporsional atau sesuai dengan nisbah yang disepakati dan resiko ditanggung bersama secara proporsional.2

Menurut Bank Indonesia, musha>rakah adalah akad kerjasama usaha patungan antara dua pihak atau lebih pemilik modal untuk membiayai suatu jenis

1 Fatmah, Kontrak Bisnis Syariah (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2014), 189.

(27)

18

usaha halal dan produktif. Pendapatan atau keuntungan dibagi sesuai dengan nisbah yang telah disepakati.3

Ulama fiqih mendefinisikan shirkah dengan redaksi yang berbeda-beda, yang diantaranya:

1. Menurut Malikiyah

ِاْ

َُِف

تلاَي

ص

ر

ِف

ََل

ِ

ِفا

َاَي

ْنُ

ِس

ِِ

ِفَا

مَى

ا

ََل

ِ

ا

Izin untuk bertindak secara hukum bagi dua orang yang bekerjasama terhadap harta mereka.4

Musha>rakah adalah izin untuk bertindak secara hukum bagi kedua

belah pihak yang bekerjasama terhadap harta mereka. Yakni salah satu pihak dari dua pihak yang melakukan perserikatan mengizinkan kepada pihak yang lain untuk melakukan perbuatan hukum atau tidak melakukan perbuatan hukum terhadap harta yang dimiliki dua orang atau lebih, serta hak untuk melakukan perbuatan hukum itu tetap melekat terhadap masing-masingnya.

Definisi yang dikemukakan ulama Malikiyah ini, lebih menitik beratkan pada perserikatan kepemilikan harta kekayaan yang dimiliki dua orang atau lebih, di mana masing-masing pihak memiliki hak yang sama dalam hal melakukan perbuatan hukum terhadap harta tersebut atas seizin pihak yang lain.5

3 Fatmah, Kontrak Bisnis Syariah, 190.

4 Wahbah Zukhaili, Mausu’ah al-Fiqh al-Islami wa al-Qodaya al-Mu’asirah (Damshik: Dar al-Fikr, 2010), 588.

(28)

19

2. Menurut Syafi’iyah

ُثب

ْو

ت

َْا

َح

قَ

ِف

شَي

ْي

ِءِلِا

ْثِْي

ِنَ

َفَا

ْكَث

رع

َ

وَي

ْْ

ِهَ

شلا

يْو

ِع

Tetapnya hak pada sesuatu yang dimiliki oleh dua orang atau lebih dengan cara kolektif.6

Definisi ini mengisyaratkan bahwa yang dimaksud dengan transaksi shirkah adalah transaksi antara 2 pihak atau lebih untuk bekerjasama pada

suatu usaha tertentu dimana masing-masing memberikan kontribusi modal dan bersekutu dalam keuntungan sesuai dengan kesepakatan.

Dengan adanya transaksi shirkah yang disepakati kedua belah pihak atau para pihak, maka semua pihak yang mengikatkan diri berhak bertindak hukum terhadap harta serikat tersebut dan juga berhak mendapatkan keuntungan sesuai dengan prosentase yang disepakati bersama.7

3. Menurut Hanafiyah

عْق

ٌَب

ْين

َْاُم

ت

ش

ِرا

َكْي

ِنَ

ِف

رَي

ْأ

ِس

ََما

ِ ا

َو

ّلاِر

ْبِح

Akad antara dua orang yang berserikat pada pokok harta (modal) dan keuntungan.8

Musha>rakah adalah perikatan antara dua pihak yang berserikat dalam

pokok harta (modal) dan keuntungan.9 Definisi ini juga memberikan

terminologi shirkah sebagai salah satu bentuk akad (perikatan) kerjasama

6 Wahbah Zukhaili, Mausu’ah al-Fiqh al-Islami wa al-Qodaya al-Mu’asirah, 588.

7 Abdul Basith Junaidy, Asas Hukum Ekonomi dan Bisnis Islam (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2014), 144.

(29)

20

antara dua orang atau lebih, dalam menghimpun harta untuk suatu usaha tertentu dengan pembagian keuntungan sesuai kesepakatan.

4. Menurut Hanabilah

َاْلِا

ِْْت

عا

َِف

ِاَي

ْسِت

ْح

َق

ِ ا

َِاَل

ت

ص

ر

ِف

Persekutuan dalam mendapatkan hak dan tindakan hukum.10

Musha>rakah adalah perhimpunan hak-hak atau pengelolahan harta

kekayaan. Menurut definisi ini, shirkah lebih berkonotasi merupakan badan usaha yang dikelola oleh banyak orang, setiap orang memiliki hak-hak tertentu sesuai peran dan fungsinya dalam mengolah dan mengelola harta yang dimiliki badan usaha itu.11

B.Dasar Hukum Musha>rakah

Musha>rakah memiliki kedudukan yang sangat kuat dalam Islam. sebab

keberadaanya diperkuat oleh Al-Qur’an, hadis, dan Ijma ulama. Dalam Al-Qur’an

terdapat ayat-ayat yang mengisyaratkan pentingnya shirkah di antaranya terdapat

dalam Al-Qur’an Al-Ma>idah ayat 1, yaitu:

َم

َِإ ِݗٰ َعۡن

ذ

َ ۡ

ۡٱ ُܟَݙيِݟَب ݗُكَل ۡܠذݖِحُث ِۚلݠُݐُعۡلٱِب ْاݠُفۡوَث ْآݠُنَماَء َݚيِ ذَٱ اَݟُيَأٓ َي

ِ

َِ ُُ َ َۡۡغ ۡݗُكۡيَݖَع ََٰۡܢُي ا

ُديِرُي اَم ُݗُكۡ

ََ َ ذلٱ ذنِإ هٌمُرُح ۡݗُܢنَثَو ِدۡي ذصٱ

(30)

21

Wahai orang-orang yang beriman! Penuhilah janji-janji. Hewan ternak dihalalkan bagimu, kecuali yang akan disebutkan kepadamu, dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedag berihram (haji atau umrah). Sesungguhnya Allah menetapkan hukum sesuai dengan yang Dia kehendaki. (Q.S. Ma>idah:1)12

Dalam surat An-Nisa> ayat 12, yaitu:

ُݗُكَݖَف د

لَو ذݚُݟَ َن ََ نِإَف ۚد

َ

لَو ذݚُݟذ ݚُكَي ۡݗذل نِإ ۡݗُكُجٰ َوۡز

َ

َ

ث َكَرَت اَم ُف ۡصِن ۡݗُكَلَو

ُعُبُر ٱ

َۚݚ

كَرَت اذݙِ

ۡ

ذݚُݟَ َو ۚلݚۡيَل ۡو

َ

ث ٓاَݟِب َنِصݠُي لܟذي ِصَو ِدۡعَب ۢݚِم

ُعُبُر ٱ

ۚد

َ

لَو ۡݗُكذل ݚُكَي ۡݗذل نِإ ۡݗُܢ

كَرَت اذݙِ

ۡ

ۡݗُكَل َن ََ نِإَف

ذݚُݟَݖَف د

لَو

َ

ُݚُݙُثٱ

ِو

َ

ث ًܟَݖَٰلَك ُثَرݠُي دلُجَر َن ََ نِ ۗلݚۡيَل ۡو

َ

ث ٓاَݟِب َنݠ ُصݠُت لܟذي ِصَو ِدۡعَب ۢݚِ م ۚݗُܢ

كَرَت اذݙِ

ۡ

دة

َ

ثَرۡ ٱ

ُ

َ

لَو

ٓۥ

اَݙُݟۡنِ م لدِحٰ َو ِ

ُكِݖَف دܠۡخُث ۡوَث ٌخَث

ۚ ُسُد ُس ٱ

َ

ث ْآݠُن ََ نِإَف

ََثۡك

ِِ ُء

ٓ َََ ُُ ۡݗُݟَف َكَِٰذ ݚِم

ِۚܣُݖُثٱ

ۢݚِم

َݚِ م مܟذي ِصَو ۚل ر

ٓا َضُ َ َۡۡغ ٍݚۡيَل ۡو

َ

ث ٓاَݟِب ٰ ََݠُي لܟذي ِصَو ِدۡعَب

هِذلٱ

َو

ُ ذلٱ

دݗيِݖَح ٌݗيِݖَع

٢

Dan bagiannmu (suami-suami) adalah seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh istri-istrimu, jika mereka tidak mempunyai anak. Jika mereka (istri-istrimu) itu mempunyai anak, maka kamu mendapat seperempat ari harta yang ditinggalkannya setelah (dipenuhi) wasiat yang mereka buat atau (dan setelah dibayar) utangnya. Para istri memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. Jika kamu mempunyai anak, maka para istri memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan (setelah dipenuhi) wasiat yang kamu buat atau (dan setelah dibayar) utang-utangmu. Jika seseorang meninggal, baik laki-laki maupun perempuan yang tidak meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi mempunyai seorang saudara laki-laki (seibu) atau seorang saudara perempuan (seibu), maka bagi masing-masing dari kedua jenis saudara itu seperenam harta. Tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, maka mereka bersama-sama dalam bagian yang sepertiga itu, setelah (dipenuhi wasiat) yang dibuatnya atau (dan setelah dibayar) utangnya dengan tidak menyusahkan (kepada ahli waris). Demikianlah ketentuan Allah. Allah Maha Mengetahui. Maha Penyantun. (Q.S. Nisa> :12)13

Dalam surat As-S}a>d ayat 24, yaitu:

12 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya(Bekasi: Cipta Bagus Segara, 2012), 107.

(31)

22

َݚِ م امِۡث

َك ذنِ

ِءٓا َطَݖُ

ۡٱ

ۡ

ذ

َِإ ٍܼۡعَب ٰ

َ َل ۡݗُݟُضۡعَب ِِۡܞَ ََ

َݚيِ

َٱ

ذ

ْاݠُݖِݙَعَو

ْاݠُنَماَء

ِܠٰ َحِݖٰ ذصلٱ

٤

Dan sesungguhnya memang banyak diantara orang-orang yang bersekutu itu berbuat dzalim kepada yang lain, kecuali orang-orang beriman dan

mengerjakan kebajikan… (Q.S. S}>a>d :24)14

Adapun dalam hadis, Rasulullah bersabda:

َان

َثَا

ِلا

ُث

َ

َشلا

ِرْي

َكْي

ِنَ

م

َلَا

ْمَ

ي

ْنَ

َاح

َ

صَا

ِحَا

به

ََفِا

َ

خا

َ َا

ََأ

ح

َ

صَا

ِحَا

به

َ

خ

ر

ْْ

ُ

َِم

ْنَ

بْيِِ

ِِ

َا

و

ْ

َءا

َ

َشلا

ْيَط

ُ َا

َ

َاور(

أ

) و وب

Aku adalah orang ketiga dari dua hamba-Ku yang bekerja sama selama keduanya tidak berkhianat. Jika salah satunya berkhianat, maka aku akan keluar dari keduanya dan penggantinya adalah syetan. (HR. Abu Daud)15

Berdasarkan dasar hukum Al-Qur’an dan Hadis Rasulullah SAW bahwa shirkah merupakan transaksi yang sangat penting sehingga Allah SWT sendiri

yang menjamin untuk membantu keberhasilan transaksi tersebut. Tangan kekuasaan Allah akan selalu melindungi dan menjaga persekutuan dagang yang dibuat oleh para pihak yang melakukan transaksi shirkah. Semua itu merupakan motivasi yang kuat bagi kaum muslimin untuk semakin meningkatkan transaksi shirkah.16

14 Ibid, 650.

15Abu> Da>wu>d, “Sunan Abu> Da>wu>d, Hadith no. 2936, Kitab: Al-Buyu>’, Bab: ash-Shirkah dalam

(32)

23

C.Rukun dan Syarat Musha>rakah

Rukun dari akad musha>rakah adalah sebagai berikut17:

1. Pelaku akad, yaitu para mitra usaha

2. Objek akad, yaitu yang mencakup modal atau pekerjaan 3. Shighah, yaitu ijab dan qabul

Syarat pokok musha>rakah adalah sebagai berikut18 :

1. Perserikatan merupakan transaksi yang mengandung substansi kebolehan untuk bertindak sebagai penjamin atau wakil, artinya salah satu pihak dapat bertindak melakukan perbuatan hukum terhadap objek perserikatan atas izin pihak lain, yang dianggap sebagai wakil seluruh pihak yang berserikat.

2. Masing-masing anggota shirkah bertanggung jawab atas resiko yang diakibatkan oleh akad yang dilakukannya dengan pihak ketiga dan atau menerima pekerjaan dari pihak ketiga untuk kepentingan shirkah.

3. Seluruh anggota shirkah bertanggung jawab atas resiko yang diakibatkan oleh akad dengan pihak ketiga yang dilakukan oleh salah satu anggotanya atas dasar persetujuan anggota shirkah yang lainnya.

4. Presentase pembagian keuntungan untuk masing-masing pihak dijelaskan secara tertentu ketika akad berlangsung.

5. Keuntungan diambil dari hasil laba objek perserikatan, bukan dari harta lain. 6. Kerugian dibagi secara proporsional diantara mereka.

(33)

24

D.Macam-macam Musha>rakah

Ikhtia>ri Musha>rakah Amla>k Jabari

Pembagian

Musha>rakah Ina>n

Mufa>waddah Musha>rakah Al-Uqu>d Abda>n

Wuju>h Para ulama fiqh membagi shirkah menjadi dua macam19 :

1. Shirkah Amla>k

Shirkah amla>k adalah bila lebih dari satu orang memiliki suatu jenis barang tanpa akad baik bersifat ikhtia>ri atau jabari.20 Artinya barang tersebut

dimiliki oleh dua orang atau lebih tanpa didahului oleh akad. Hak kepemilikan tanpa akad itu dapat disebabkan oleh dua sebab :

a. Ikhtia>ri atau disebut shirkah amla>k ikhtia>ri yaitu perserikatan yang muncul akibat tindakan hukum orang yang berserikat, seperti dua orang sepakat membeli suatu barang atau keduanya menerima hibah, wasiat,

(34)

25

atau waqaf dari orang lain maka benda-benda ini menjadi harta bersama bagi mereka berdua.

b. Jabari atau disebut shirkah amla>k jabari yaitu perserikatan yang muncul secara paksa bukan keinginan orang yang berserikat artinya hak milik bagi mereka berdua atau lebih tanpa dikehendaki oleh mereka. Seperti harta warisan yang mereka terima dari bapaknya yang telah wafat. Harta warisan ini menjadi hak milik bersama bagi mereka yang memiliki hak warisan.

2. Shirkat Al-Uqu>d

Shirkah uqu>d adalah dua orang atau lebih melakukan akad untuk

bekerja sama (berserikat) dalam modal dan keuntungan. Artinya kerjasama ini didahului oleh transaksi dalam penanaman modal dan kesepakatan pembagian keuntungannya. Pembagian shirkah uqu>d dibagi menjadi 4 yaitu :

a. Shirkah ina>n, yaitu penggabungan harta atau modal dua orang atau lebih yang tidak selalu sama jumlahnya. Boleh satu pihak memiliki modal lebih besar dari pihak lain. Demikian halnya, dengan beban tanggung jawab dan kerja, boleh satu pihak bertanggung jawab penuh, sedangkan pihak lain tidak. Keuntungan dibagi dua sesuai presentase yang telah disepakati. Jika, mengalami kerugian maka resiko ditanggung bersama dilihat dari presentase modal.21

(35)

26

b. Shirkat al-Mufa>wadhah, yaitu perserikatan di mana modal semua pihak dan bentuk kerjasama yang mereka lakukan baik kualitas dan kuantitasnya harus sama dan keuntungan dibagi rata. Mempunyai kesamaan wewenang dalam bertindak yang ada kaitannya dengan hukum. Dengan demikian, anak yang belum dewasa/balig tidak sah dalam anggota perikatan. Dalam shirkah mufa>wadhah masing-masing pihak harus sama-sama bekerja. Hal terpenting dalam shirkah ini yaitu modal, kerja, maupun keuntungan merupakan hak dan kewajiban yang sama mempunyai kesamaan wewenang.22

c. Shirkat al-Abda>n, yaitu perserikatan dalam bentuk kerja yang hasilnya dibagi bersama sesuai dengan kesepakatan artinya, perserikatan dua orang atau lebih untuk menerima suatu pekerjaan.

d. Shi>rkat al-Wuju>h, yaitu perserikatan tanpa modal, artinya dua orang atau lebih membeli suatu barang tanpa modal. Yang terjadi adalah hanya berpegang kepada nama baik dan kepercayaan para pedagang terhadap mereka. Shirkah ini adalah shirkah tanggung jawab yang tanpa kerja dan

modal. Artinya dua orang atau lebih yang tidak punya modal sama sekali dapat melakukan pembelian dengan kredit dan menjualnya dengan harga tunai, shirkah semacam ini mirip dengan makelar. Mereka berserikat

(36)

27

membeli barang dengan cara kredit kemudian dijual dengan tunai dan keuntungannya dibagi bersama.23

E. Skema Pembiayaan Musha>rakah24

NASABAH BANK SYARIAH

PROYEK USAHA

KEUNTUNGAN

BAGI HASIL

Ketentuan skema pembiayaan musha>rakah, yaitu sebagai berikut:

1. Calon nasabah mempunyai kontrak kerja (misalnya pengadaan alat tulis kantor dari suatu intitusi).

2. Calon nasabah datang ke bank Syariah dengan maksud mengajukan pembiayaan modal kerja untuk proyek pengadaan barang dilengkapi dengan persyaratan yang ditentukan. Bank melakukan analisis kelayakan

(37)

28

pembiayaan. Jika dinilai layak untuk dibiayai maka bank Syariah memberikan persetujuan prinsip pembiayaan kepada calon nasabah.

3. Setelah negoisasi dan kesepakatan, kedua belah pihak melakukan perjanjian pembiayaan dengan prinsip musha>rakah.

4. Bank Syariah membiayai sebagaian kebutuhan proyek pengadaan alat tulis kantor. Sebagaian lagi dibiayai nasabah sendiri.

5. Nasabah sebagai pengelola proyek dan pemilik dana.

6. Pengembalian modal dan distribusi keuntungan dapat dilakukan secara angsuran atau tempo.

7. Distribusi tingkat keuntungan untuk bank Syariah sebesar nisbah yang telah ditentukan pada akad.

8. Distribusi tingkat keuntungan untuk nasabah sebesar nisbah yang telah ditentukan pada akad.

9. Pengembalian modal bank Syariah dibayar pada saat jatuh tempo pembiayaan. Pengembalian pokok dapat dilakukan secara bertahap sesuai cashflow nasabah.

(38)

29

modal dipercaya untuk menjalankan proyek musha>rakah tidak boleh melakukan tindakan25, seperti:

1. Menggabungkan dana proyek dengan harta pribadi.

2. Menjalankan proyek musha>rakah dengan pihak lain tanpa izin pemilik modal lainnya.

3. Setiap pemilik modal dapat mengalihkan penyertaannya atau digantikan oleh pihak lain.

4. Setiap pemilik modal dianggap mengakhiri kerjasama apabila menarik diri dari perserikatan, meninggal dunia, dan menjadi tidak cakap hukum.

5. Biaya yang timbul dalam pelaksanaan proyek dan jangka waktu proyek harus diketahui bersama, keuntungan dibagi sesuai dengan porsi kontribusi modal. 6. Proyek yang akan dijalankan harus disebutkan dalam akad. Setelah proyek

selesai, nasabah mengembalikan dana tersebut bersama bagi hasil yang telah disepakati untuk bank.

F. Hikmah Musha>rakah26

Musha>rakah pada hakikatnya adalah sebuah kerjasama yang saling menguntungkan dalam mengembangkan potensi yang dimiliki baik berupa harta atau pekerjaan. Oleh karena itu, Islam menganjurkan umatnya untuk bekerja sama kepada siapa saja dengan tetap memegang prinsip tersebut.

25 Fatmah, Kontrak Bisnis Syariah,193.

(39)

30

Maka hikmah yang dapat diambil dari shirkah yaitu adanya tolong-menolong, saling bantu-membantu dalam kebaikan, menjauhi sifat egoisme, menumbuhkan saling percaya, menyadari kelemahan dan kekurangan, dan menimbulkan keberkahan dalam usaha jika tidak berkhianat. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Ma>idah ayat 2.

َ َل ْاݠُنَواَعَتَو

ِ ِب

ۡلٱ

َو

ٰىَݠۡݐذ ٱ

َ َل ْاݠُنَواَعَت َََو

ِݗۡثِ

ۡٱ

ۡ

َو

ِۚنٰ َوۡدُع

ۡلٱ

َو

ْاݠُݐذتٱ

َذلٱ

ذنِإ

َ ذلٱ

ُديِدَش

ِباَݐِع

ۡلٱ

Tolong-menolonglah kamu dalam kebaikan dan taqwa dan janganlah kamu tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan sesungguhnya azab Allah sangat pedih. (Q.S. Ma>idah:2)27

G.Fatwa DSN-MUI tentang Musha>rakah

Fatwa DSN-MUI tentang pembiayaan musha>rakah ditetapkan dengan

nomor 08/DSN-MUI/IV/2000 yang ditandatangani oleh KH. Ali Yafie selaku ketua dan Nazri Adlani selaku sekretaris pada tanggal 1 April 2000 (26 Dzulhijjah

1420 H).

Beberapa ketentuan yang berkaitan dengan musha>rakah sesuai dengan fatwa dewan syariah nasional nomor 08/DSN-MUI/IV/2000 :

1. Pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh dua belah pihak yang memuat kejelasan tujuan kontrak (penawaran dan penerimaan), penawaran dan penerimaan dilakukan pada saat akad dan dilakukan secara tertulis.

(40)

31

2. Pihak yang berakad harus cakap dalam hukum dan paham kewajiban masing-masing sesuai syariat Islam.

3. Modal harus sesuatu yang jelas, kerja di antara keduanya harus jelas didalam akad. Keuntungan harus dibagikan secara proporsional sesuai dengan kesepakatan, kerugian harus dibagi sesuai dengan kontribusi modal masing-masing.

4. Biaya operasional dibebankan pada modal bersama dan jika terjadi perselisihan, maka penyelesaiannya diselesaikan dengan musyawarah, namun jika tidak dapat menemukan solusi maka diselesaikan melalui badan arbitrase syariah.28

Dalam fatwa tersebut dijelaskan bahwa “pembiayaan musha>rakah adalah

pembiayaan berdasarkan akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dibagi secara proporsional atau sesuai dengan

nisbah yang disepakati dan resiko ditanggung bersama secara proporsional.”29

Pada dasarnya musha>rakah adalah kerjasama antara kedua belah pihak atau lebih untuk suatu usaha di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan dan resiko ditanggung bersama.

(41)

32

H.Berakhirnya Akad Musha>rakah

Transaksi musha>rakah akan berakhir apabila30:

1. Salah satu mitra membatalkannya, meskipun tanpa persetujuan mitra lainnya. Sebab transaksi musha>rakah merupakan transaksi yang terjadi atas dasar saling

sukarela dari para mitra yang tidak ada keharusan untuk dilaksanakan apabila salah satu mitra tidak ingin meneruskannya. Hal ini menunjukkan kebolehan pencabutan kerelaan musha>rakah oleh salah satu mitra.

2. Salah satu pihak kehilangan kecakapan untuk melakukan tindakan hukum baik karena gila, maka kontrak musha>rakah berakhir.

3. Salah satu pihak meninggal dunia. Akan tetapi apabila jumlah mitra suatu shirkah lebih dari 2 orang, maka yang perserikatan yang batal hanyalah mitra

yang masih hidup. Namun, apabila ahli waris dari mitra yang meninggal dunia menghendaki turut serta dalam shirkah tersebut, maka perlu dilakukan transaksi baru bagi ahli waris yang bersangkutan.

4. Salah satu pihak berada di bawah pengampunan baik karena boros yang terjadi pada waktu transaksi shirkah sedang berlangsung maupun karena sebab-sebab

lainnya.

5. Salah satu mitra jatuh bangkrut yang berakibat tidak memiliki kewenangan atas kepemilikan barang yang menjadi saham shirkah, pendapat ini dikemukakan oleh fukaha Malikiyah, Syafi’iyah dan Hanabilah. Sedangkan

(42)

33

fukaha Hanafiyah menyatakan bahwa keadaan bangkrut tidak membatalkan perjanjian shirkah yang dilakukan orang yang bersangkutan.

(43)

BAB III

PRAKTIK PENYIMPANGAN PEMBIAYAAN MUSHA>RAKAH DI BMT AN-NUR REWWIN KECAMATAN WARU KABUPATEN SIDOARJO

A.Gambaran Umum Tentang BMT An-Nur Rewwin Sidoarjo

1. Sejarah BMT An-Nur Rewwin Sidoarjo

Pada awalnya Masjid An-Nur yang berada di Rewwin kecamatan

Waru kabupaten Sidoarjo hanya berupa mushola yang didirikan pada tahun

1991 dengan luas ukuran 6x6 M2 beserta teras yang berukuran 1,5 x 1,5 M2,

selanjutnya 2 tahun kemudian pada tahun 1993 mushola An-Nur telah

diresmikan menjadi Masjid An-Nur1, yang dikenal sampai sekarang dengan

banyak perubahan disana-sini.

Sejak pertama berdiri Mushola An-Nur telah mendirikan sebuah

yayasan yang bernama “Yayasan An-Nur Rewwin” dengan akte pendirian

nomor : 68, tanggal 18 Juli 1995 pada Notaris : Trining Ariswati, SH, serta

berpijak pada Al-Qur’an dan Hadis dalam melaksanakan ibadah dengan

motto : “Mensejahterakan Sosial dan Mencerahkan Ummat untuk Menjadi

Muslim yang Haqiqi”.

Untuk menyesuaikan dengan undang-undang tentang Yayasan tahun

2004, maka Yayasan An-Nur Rewwin telah merubah organ yayasan dan

disahkan dalam Akta nomor: 23, tanggal: 16 April 2008 di Notaris: Wachid

(44)

35

Hasyim, SH, serta Menteri Hukum dan HAM nomor: AH4.2445.AH.01.02

tanggal: 12 Juni 2008.

Pada perombakan kepengurusan Yayasan (menyesuaikan dengan

Undang-undang yang baru/2013-2018), telah melibatkan personil baru yang

direkrut dari jamaah Masjid An-Nur Rewwin untuk turut serta menjadi

pengurus Yayasan, dengan harapan “Semoga akan muncul dan selalu muncul

angkatan-angkatan baru yang lebih muda, lebih Islami dan lebih peduli”.2

Untuk menunjang kegiatan Pengurus Yayasan An-Nur Rewwin

dibentuklah pengelompokan bidang-bidang sebagai berikut:

a. Bidang Ketakmiran (pengelola kegiatan Masjid)

1) Kajian ahad petang (ba’da Sholat maghrib)

2) Ahad ba’da sholat Isya’ belajar bahasa Arab untuk mempermuah

membaca Al-Qur’an

3) Jum’at ba’da Isya’ belajar membaca Al-Qur’an

4) Kultum (menampilkan para jamaah berdakwah tiap ahad ba’da Sholat

Shubuh)

5) Menerima/menyalurkan zakat fitri serta qurban bekersama dengan

Rukun Tetangga sekitar sebagai koordnator panitia pelaksana

kegiatan.

(45)

36

b. Bidang Pendidikan (pengelola TPQ dan madrasah diniyah/MADIN). Izin

pendirian Madin dari Departemen Agama RI kabupaten Sidoarjo nomor :

Kd.13.15/5/PP.008/2033/2007, tanggal: 20 Juni 2007 dengan statistic

nomor: 412351514234. Saat ini (tahun ajaran 2013/2014)

santriwan/santriwati sejumlah 70 orang yang dibimbing oleh 5 ustadzah.

c. Bidang Kewanitaan (mengkoordinir kegiatan ibu-ibu)

1) BAKSOS (bakti sosial)

2) Kajian jum’at petang (ba’da sholat maghrib)

3) Jum’at ba’da sholat Isya’ belajar terjemah Al-Qur’an untuk

memahami kandungan Al-Qur’an.

4) Rabu ba’da Isya’ belajar menyulam (hasil karyanya telah laku dijual

dan diikutkan pameran)

d. Bidang Pembangunan (melaksanakan pembangunan gedung

MADIN/TPQ serta fasilitasnya dengan RAB Rp. 2.600.000)

e. Bidang Usaha Dana (mengelola infaq dari donatur rutin tiap-tiap RT dan

dengan membuat iklan yang ada di buku khotbah milik masjid An-Nur

untuk menunjang kegiatan yayasan serta ikut mengelola usaha Baitul Mal

wat Tamwil (BMT) An-Nur Rewwin)

f. Bidang Kepemudaan (mengkoordinir kegiatan IRMA (Ikatan Remaja

(46)

37

agar menjadi generasi muda Islami yang berimtaq tinggi).

Kegiatan-kegiatan IRMA diantaranya adalah sebagai berikut :

1) Baksos (bakti sosial) yang diadakan setiap bulan ramadhan.

2) Donor darah setiap 3 bulan sekali.

3) Parade An-Nur (pentas seni) tiap 3 bulan sekali.

Suatu hari saat menunggu adzan maghrib para jama’ah di Masjid

An-Nur di Rewwin Sidoarjo berbincang-bincang mengenai bagaimana cara

menambah dana donatur ke Masjid An-Nur yang saat itu berada dibidang

usaha dana. Selama ini Yayasan An-Nur Rewwin dibidang usaha dana hanya

mengandalkan dana donatur dan membuat iklan pada buku khotbah di Masjid

An-Nur untuk melakukan perawatan masjid serta penambahan kapasitas

maupun fasilitas yang ada di masjid.

Dalam perbincangan ringan tersebut diantaranya ada yang

berpendapat untuk membuka usaha didalam yayasan masjid, dengan usaha

tersebut diharapkan mampu menghasilkan keuntungan yang akan digunakan

untuk kebutuhan masjid, sehingga masjid tidak lagi bergantung dari dana

donatur atau pembuatan iklan khotbah untuk biaya perawatan, meski sampai

saat ini masjid tetap menerima bila ada donatur yang ingin memberikan

dananya kepada Masjid An-Nur.

Akhirnya di peroleh sebuah keputusan untuk mendirikan usaha

(47)

38

Masjid An-Nur, dan hal tersebut dilaksanakan pada hari selasa tanggal 10

April 2007, bertempat di Masjid An-Nur Rewwin, Waru Sidoarjo. Rapat

rencana pendirian koperasi yang dihadiri oleh 21 orang dari 40 orang pendiri

koperasi, dilaksanakan mulai pukul 20:00 wib dan berakhir pukul 22:00 wib

yang mana hasil musyawarah dan mufakat.

Dari hasil rapat yang di adakan pada tanggal 10 April 2007 di peroleh

keputusan dalam pembagian kepengurusan sebagai berikut :

a. Bapak Gunung Rijadi sebagai Ketua yang bertugas untuk bertanggung

jawab atas semua tindakan yang dilakukan oleh Koperasi serba Usaha

An-Nur Rewwin Sidoarjo, baik mengenai putusan dalam pemberian

pembiayaan maupun putusan dalam tindakan ketika ada permasalahan di

Koperasi serba Usaha An-Nur Rewwin Sidoarjo.

b. Bapak Ir. H Yudi Budiman sebagai Wakil Ketua bertugas mewakili pak

Gunung Rijadi selaku ketua serta bertugas untuk mendata tentang

karakter calon nasabah, mendata obyek yang dijaminkan seperti, cek

fisik kendaraan atau rumah yang disertifikatnya akan dijaminkan.

Menganalisa periodik pembiayaan yang akan dikeluarkan, serta

membantu penagihan kepada nasabah yang terlambat melakukan

pembayaran.

c. Bapak Djumharjadi sebagai sekretaris bertugas mendaftar nasabah yang

(48)

39

Usaha An-Nur Rewwin Sidoarjo melalui kegiatan-kegiatan seperti :

penyebaran brosur, mensponsori kegiatan masjid, adanya pemberitahuan

saat rapat untuk mengenalkan Koperasi Serba Usaha An-Nur Rewwin

Sidoarjo serta dengan acara perbincangan dari teman ke teman.

d. Bapak Drs. H. Bambang Waluyojati sebagai Bendahara bertugas untuk

merealisasi pembiayaan serta menerima pembayaran dari nasabah baik

berupa pembayaran pembiayaan atau menabung.

Akan tetapi, setelah berjalan cukup lama pada tahun 2011 diputuskan

untuk menambah anggota pengurus di Koperasi Serba Usaha An-Nur

Rewwin Sidoarjo, dengan tujuan untuk membantu kelancaran dalam

kepengurusan Koperasi serba Usaha An-Nur Rewwin yang semakin lama

semakin berkembang, yaitu :

1) Bapak Nur Kholis sebagai admin bertugas sebagai administrator yang

tidak jauh berbeda dengan pak Bambang Waluyojati, yang bertugas

untuk merealisasi pembiayaan dan menerima pembayaran dari nasabah

serta pembukuan keuangan di Koperasi serba Usaha An-Nur Rewwin.

Akan tetapi, setelah Koperasi Serba Usaha An-Nur Rewwin

melakukan study banding di Jawa Timur, diantaranya seperti di Malang,

Probolinggo dan Tulungagung akhirnya diputuskan untuk mengganti nama

dari Koperasi Serba Usaha An-Nur Rewwin menjadi BMT An-Nur Rewwin,

(49)

40

cocok digunakan sebagai nama yang memang merupakan sebuah lembaga

yang dijalankan dibawah naungan Masjid An-Nur.

Dalam penghimpunan modal awal, para jamaah bersepakat dengan

cara membuka saham yang pertama dengan harga Rp. 600.000,00 perlembar.

Selama kurun waktu kurang lebih satu bulan dalam mengumpulkan dana

akhirnya diperoleh modal awal untuk membuka usaha sebesar Rp.

100.000.000,003. Setelah usaha tersebut dijalankan akhirnya modal usaha

tersebut semakin bertambah meskipun gedung yang digunakan untuk

operasional masih menyewa dan belum milik sendiri.

Dalam waktu satu tahun, saat diadakan RUPS (Rapat Umum

Pemegang Saham) dirasa BMT An-Nur Rewwin Sidoarjo membutuhkan

aliran dana segar untuk mengembangkan usaha dan memenuhi kebutuhan

masyarakat yang semakin tinggi. Akhirnya diputuskan untuk membuka

kembali penjualan saham dengan harga yang lebih kecil dari penjualan saham

yang pertama sebesar Rp. 300.000.00

Dengan terjangkaunya harga penjualan saham tersebut diharapkan

akan banyak orang yang mampu dan ingin menginvestasikan dananya ke

BMT An-Nur Rewwin Sidoarjo dan syukurlah akhirnya terkumpul dana

sebesar Rp. 100.000.000 dan dengan dana tersebut perkembangan BMT

An-Nur Rewwin sidoarjo semakin pesat hingga sampai saat ini.

(50)

41

Tujuan pendirian lembaga keuangan syariah tersebut selain untuk

mengembangkan yang ditujukan kepada Masjid An-Nur juga memiliki visi

dan misi sebagai berikut:

a. Meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup anggota dan masyarakat

sekitar

b. Menjadi gerakan ekonomi rakyat

c. Sumber dana bagi sosio spriritual masyarakat di Masjid An-Nur

Identitas BMT An-Nur, yaitu sebagai berikut:

Tanggal berdiri : 20 Mei 2007

Nomer HAM : AH4.2445.AH.01.02

Badan Hukum : 03/BH/403.62/IV/2007

Alamat lengkap : Jl. Raya Cendrawasih no. 27 Rewwin

No telp : 031-8662665

Fax : 031-8673371

Perkembangan anggota, yaitu sebagai berikut: NO Tahun Anggota Kenaikan(%)

1 2007 146 0

2 2008 268 83.6

3 2009 294 84.3

4 2010 501 1.4

(51)

42

6 2012 647 9.7

7 2013 830 28.3

8 2014 990 19.3

9 2015 1060 7.1

Perkembangan karyawan, yaitu sebagai berikut:

NO TAHUN JENIS

KELAMIN

JUMLAH KENAIKAN

(%)

Lk Pr

1 2007 4 0 4 0

2 2008 4 0 4 0

3 2009 4 0 4 0

4 2010 5 0 5 25

5 2011 5 0 5 0

6 2012 5 0 5 0

7 2013 5 0 5 0

8 2014 5 1 6 25

9 2015 5 1 6 0

10 2016 5 1 6 0

Jumlah Karyawan per-Juni 2016 BMT An-Nur Rewwin Waru Jawa Timur adalah 6 orang.

2. Dasar Hukum Pendirian

Izin pendirian serta pelaksanaan kegiatan atau operasional

berdasarkan Akte Perubahan Notaris Wachid Hasyim, SH, nomor 39 tahun

2007, Jalan Raya Rajawali Utara no. 1 Rewwin, Waru Sidoarjo.4

(52)

43

3. Struktur Organisasi

DEWAN

PENGAWAS GENERAL MANAGER

BENDAHARA SEKRETARIS ACCOUNT UMUM OFFICER (AO)

MARKETING KASIR ADMINISTRASI

Susunan kepengurusan BMT An-Nur Rewwin Waru Jawa Timur periode 2015-2016 adalah sebagai berikut:

a. Ketua : Gunung Rijadi

b. Wakil Ketua : H Yudi Budiman c. Sekretaris : Djumhariadi

d. Bendahara : H Bambang Waluyo e. Administrasi : Nur Kholis

(53)

44

Dewan Pengurus Syariah (DPS) BMT An-Nur Rewwin:

a. Drs. Akhmad Mukarram, M.Hum

b. Drs. Djoko Poerwantoro

c. Drs. Achmadi Joedhono

d.Drs. H. Djoko Poerwantoro, M.Pd.

4. Produk-produk BMT An-Nur Rewwin Sidoarjo

Di awal pembentukan BMT An-Nur Rewwin tersebut hanya

mempunyai dua produk yaitu simpanan dan jasa selanjutnya berkembang

dengan beberapa produk diantaranya produk sosial. Produk-produk yang ada

di BMT An-Nur Rewwin Sidoarjo dibagi menjadi dua, diantaranya adalah :

a. Produk-produk Simpanan An-Nur

1) Simpanan Mudha>rabah :

a) Simpanan yang penyetoran dan pengambilannya dapat dilakukan

sewaktu-waktu selama kas buka serta akan diberikan bagi hasil

yang menarik.

b) Setoran simpanan pertama minimal Rp. 50.000,00

c) Setoran berikutnya minimal Rp. 10.000,00

d) Dapat digunakan sebagai jaminan pembiayaan.

(54)

45

a) Simpanan yang bertujuan untuk pembelian hewan Qurban atau

Aqiqah dan hanya dapat diambil menjelang Hari Raya Qurban

atau mejelang hajat Aqiqah.

b) Besarnya setoran adalah tetap (menyesuaikan dengan harga

hewan)

c) Setoran simpanan pertama minimal Rp. 100.000,00

d) Setoran berikutnya perminggu Rp. 25.000,00 atau perbulan Rp

100.000,00

3) Simpanan Pendidikan

a) Simpanan dengan tujuan untuk biaya pendidikan anak mulai TK

hingga Perguruan Tinggi, yang dapat digunakan untuk

pembiayaan uang gedung, SPP dan pembelian peralatan sekolah

lainnya.

b) Simpanan ini bisa juga sebagai simpanan harian atau mingguan

atau juga bulanan dari siswa, baik dikoordinir pihak sekolah

maupun berhubungan langsung.

b. Produk-produk Pembiayaan An-Nur

1) Pembiayaan Musha>rakah :

a) Pembiayaan dalam bentuk modal atau dana yang diberikan oleh

(55)

46

dikelola oleh nasabah dalam suatu usaha yang halal dan telah

disepakati bersama.

b) Dalam pembiayaan ini nasabah dan BMT (Bait al-Ma>l Wa

at-Tamwi>l) An-Nur Rewwin sepakat untuk berbagi hasil atas

pendapatan usaha tersebut.

2) Pembiayaan Mura>bahah atau Bai’Bi Tsaman A>jil :

a) Pembiayaan dengan sistem jual beli dalam bentuk penyediaan

objek atau barang halal apa saja berdasarkan pesanan nasabah,

serta BMT (Bait al-Ma>l Wa at-Tamwi>l) An-Nur Rewwin

menjualnya kepada nasabah.

b) Pembayaran dapat dilakukan sekaligus sesuai jatuh tempo yang

disepakati (mura>bahah) atau diangsur sesuai jangka waktu yang

disepakati (Bai’ Bi Tsaman A>jil)

3) Pembiayaan Qard} Al-Hasan :

Pembiayaan lunak yang diberikan atas dasar kewajiban sosial semata,

dimana penerima pembiayaan hanya dituntut mengembalikan pokok

pembiayaan ditambah infak untuk masjid An-Nur Rewwin.

4) Gadai Syariah (Ar Rahn)

a) Pembiayan dengan perjanjian menyerahkan barang atau harta

(56)

47

b) Dalam pembiayaan ini nasabah akan dibebani untuk memberikan

biaya penyimpanan atau penitipan barang berharga.

B. Prosedur Pengajuan Pembiayaan Musha>rakah di BMT An-Nur Rewwin

Dalam akad musyarakah yang pertama adalah dapat dilihat adalah

karakter dan loyalitas anggota. Karakter dan loyalitas tersebut dapat dilihat dari

kejujuran dan kesungguhan anggota dalam melengkapi persyaratan-persyaratan

yang diajukan oleh BMT An-Nur Rewwin.

Nasabah yang akan mengajukan akad pembiayaan musha>rakah pada BMT

An-Nur Rewwin harus melalui prosedur sebagai berikut5:

1. Nasabah membawa fotocopy KTP, fotocopy Kartu keluarga, dan fotocopy

surat-surat yang akan dijadikan sebagai jaminan pembiayaan (musha>rakah)

tersebut.

2. Nasabah melakukan pendaftaran dibagian administrasi dan mengisi formulir

pendaftaran (warna kuning).

3. Berkas-berkas dari nasabah diberikan map warna biru dan diberi nomor.

4. Berkas tersebut diserahkan kepada pak Yudi selaku AO untuk selanjutnya

diperiksa tentang kelengkapan dan kesesuian surat-surat dengan barang yang

dijadikan jaminan.

(57)

48

5. Setelah selesai pemeriksaan, maka berkas tersebut diberikan kepada Pak

Gunung untuk selanjutnya nasabah dipanggil untuk wawancara dengan pak

gunung mengenai pembiayaan yang akan diberikan beserta bagi hasilnya.

C. Praktik Pembiayaan Musha>rakah di BMT An-Nur Rewwin

Pembiayaan musha>rakah adalah pembiyaan dalam bentuk modal yang

diberikan oleh BMT An-Nur Rewwin untuk dikelola oleh nasabah dalam suatu

usaha yang halal dan telah disepakati bersama. Dalam pembiayaan ini nasabah

dan BMT An-Nur Rewwin sepakat untuk berbagi hasil atas pendapatan usaha

tersebut.

Aplikasi pembiayaan di BMT An-Nur Rewwin meliputi musha>rakah,

mudha>rabah, qard} hasan. Pembiayaan di BMT An-Nur Rewwin yang paling

diminati oleh masyarakat adalah pembiayan musha>rakah karena untuk suatu

modal usaha. Ini sesuai dengan pernyataan Pak Gunung Rijadi selaku direktur

BMT An-Nur Rewwin mengatakan sebagai berikut :

(58)

49

menghindari pembiayaan mushara>kah yang bermasalah yakni dengan melakukan pendekatan secara face to face, dilihat dulu persoalan penyebabnya nanti BMT An-Nur Rewwin yang memberikan solusi untuk mengatasinya.6

Sesuai dengan wawancara direktur BMT An-Nur Rewwin diatas,

pembiayaan musha>rakah sangat diminati oleh nasabah BMT An-Nur Rewwin

karena digunakan untuk modal usaha, jadi faktor itulah yang melatarbelakangi

nasabah untuk mengajukan pembiayaan musha>rakah di BMT An-Nur Rewwin

Sidoarjo. Kemudian Pak Yudi Budiman selaku wakil direkur BMT An-Nur

Rewwin menambahkan:

Di BMT An-Nur Rewwin ada tiga pembiayaan yakni musha>rakah, mura>bahah, dan qard}. Tapi yang lebih banyak digunakan di BMT An-Nur Rewwin adalah pembiayaan musha>rakah. Karena pembiayaan musha>rakah digunakan untuk usaha bisnis, seperti : pedagang sayur keliling, pedagang kaki lima, usaha depot. Pembagian bagi hasil 60% dan 40%. Permasalahan dalam pembiayaan musha>rakah seperti usaha yang dijalani mengalami penurunan. Solusi yang dipakai BMT An-Nur Rewwin berupa teguran kepada nasabah dan melakukan pendekatan secara empat mata atau face to face. 7

Jadi Pak Yudi menjelaskan mengapa nasabah memilih mengajukan

pembiayaan musha>rakah, karena digunakan untuk modal usaha. Akad musha>rakah

memang perlu dalam membantu nasabah yang ingin berwirausaha sendiri namun

tidak mempunyai modal atau modal yang mereka punya kurang maka pembiayaan

musha>rakah adalah sebuah pilihan yang tepat untuk memulai berwirausaha.

6 Gunung Rijadi, Wawancara, Sidoarjo, 09 Januari 2017.

(59)

50

Akan tetapi, penerapan di BMT An-Nur Rewwin dalam pembiayaan

musha>rakah ini ditemukan sedikit perbedaan dalam penggunaan dananya oleh

sebagaian nasabah, setelah mengajukan pembiayaan musha>rakah, pinjaman uang

tersebut dipakai untuk kebutuhan konsumtif bukan untuk suatu modal usaha.

Dari hasil penelitian lapangan yang telah dilakukan, ada beberapa nasabah

yang melakukan pinjaman dana di BMT An-Nur Rewwin diantaranya adalah :

a. Ibu Retnowati yang beralamat di Jalan Raya Garuda nomor 08, Rewwin Waru

Sidoarjo. Beliau menjaminkan BPKB motor miliknya sendiri sebagai salah

satu syarat pengajuan pembiayaan. Pada saat diwawancarai beliau berkata

“Saya sering mbak pinjam di BMT An-Nur Rewwin. Awal pinjaman dalam

form akad untuk usaha online tapi dalam penggunaan pinjaman digunakan

untuk perbaikan rumah mbak. Untuk pembuatan jemuran sama pembuatan

satu kamar saja buat anak cowok. Alhamdulillah , karena saya sudah kenal

baik dengan pihak BMT An-Nur Rewwin, jadinya saya dipinjami mbak”. 8

b. Ibu Siti Aminah yang beralamat di Jalan Brigjen Katamso 64 RT 2 RW 10

Waru Sidoarjo. Sesuai dengan hasil wawancara beliau mengatakan “Dulu

pernah mbak pinjam di BMT An-Nur Rewwin, pinjamnya dulu di form akad

untuk buka toko klontong tapi dalam penggunaannya untuk bayar hutang,

karena saya bingung mau pinjam kemana, akhirnya saya datang untuk

mengajukan pinjaman di BMT An-Nur Rewwin, untuk melunasi hutang saya

(60)

Referensi

Dokumen terkait

Suatu senyawa golongan terpenoid tersubtitusi benzene dengan titik leleh 95-97 o C telah ditemukan dan diisolasi pada jaringan kayu batang tumbuhan (K. hospita L.) dengan nama

Dari data hasil pengukuran diameter dengan kecepatan naik gelembung udara secara keseluruhan (gambar 4) terlihat kecepatan cenderung konstan pada ketinggian 1.5 m dan 2 m

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur lapisan bawah permukaan di Desa Pana Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang dan untuk mengetahui potensi longsor dilihat

walk through (tahap expert review ) untuk mengetahui validitas soal baik itu dari segi konten, konstruk, dan bahasa; analisis proses one-to-one , small group dan

Berdasarkan uraian yang sudah dilakukan, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui model peramalan yang paling baik digunakan untuk meramalkan inflasi di Indonesia

(4) Ketua IV selaku Koordinator Wilayah Timur bertugas membantu Ketua Umum dalam melakukan tugasnya, mengkoordinasikan penyiapan, pembentukan dan pembinaan komisariat di

Saluran tataniaga satu merupakan saluran tataniaga yang terdiri dari petani, pedagang pengecer dan konsumen. Jenis saluran tataniaga ini dilakukan oleh 13 orang

Aleurites moluccana atau yang lebih dikenal dengan nama kemiri, merupakan salah satu pohon serbaguna yang sudah dibudidayakan secara luas. Di Indonesia kemiri