• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kompetensi Profesional Guru dan Ketersediaan Media Pembelajaran di SMA se-Kabupaten Kupang Nusa Tenggara Timur T2 942011063 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kompetensi Profesional Guru dan Ketersediaan Media Pembelajaran di SMA se-Kabupaten Kupang Nusa Tenggara Timur T2 942011063 BAB IV"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.Gambaran Umum Kondisi Sosial Masyarakat

Kabupaten Kupang

Wilayah Kabupaten Kupang secara geografis

terletak pada titik koordinat 9º19 - 10º57 Lintang

Selatan dan 121º30 – 124º11 Bujur Timur dengan

ketinggian daratan dari permukaan laut berkisar

antara 0 sampai dengan 500 meter. Kondisi Permukaan

tanah

Kabupaten

Kupang

umumnya

berbukit,

bergunung dan sebagian terdiri dari dataran rendah

dengan tingkat kemiringan rata – rata mencapai 45º.

(2)

belum terserap sepenuhnya oleh peserta didik. Adapun

jumlah guru SMA yang tersebar di wilayah Kabupaten

Kupang hanya berjumlah 300 orang guru.

4.2. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian maka peneliti

memberikan gambaran tingkat kompetensi profesional

guru yang tersebar di delapan sekolah di wilayah

Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur dengan hasil

sebagai berikut:

Tabel 4.1. Nilai rata-rata Kompetensi Bahasa Inggris,

Bahasa Indonesia dan Matematika Guru SMA se-

Kabupaten Kupang Nusa Tenggara Timur

Sumber: data primer

Berdasarkan hasil evaluasi kompetensi guru

Bahasa Inggris di delapan SMA tersebut, menunjukan

No Responden/SMA

Hasil Uji Kompetensi

Bahasa Inggris

Bahasa

Indonesia Matematika

1. SMA N 1 Kupang

Barat 76 34 78

2. SMA N 1 Fatule’u 66 63 74

3. SMA N 1 Amarasi

Selatan 86 70 74

4. SMA N 1 Kupang

Timur 80 78 86

5. SMA N 1 Takari 80 53 54

6.

SMA N 1 Amfoang Barat

Daya

84 58 38

7. SMA N 1

Amfoang Selatan 86 70 74

8. SMA N 1

Amfoang Utara 78 57 94

Rata-rata 79 59,8 71.6

(3)

bahwa kompetensi guru-guru tergolong baik, yang

mana skor tertinggi 86 dan terendah adalah 66 dengan

nilai rata-rata 79. Dengan demikian kompetensi

akademis mereka berada pada tingkat menengah.

Hasil evaluasi kompetensi guru Bahasa Indonesia

di delapan SMA menunjukan bahwa kompetensi

guru-guru tersebut rendah, yang mana skor tertinggi 78 dan

terendah adalah 34 dengan nilai rata-rata 59,8, dengan

demikian kompetensi akademis mereka berada pada

tingkat rendah. Sedangkan hasil evaluasi kompetensi

guru Matematika di delapan SMA menunjukan bahwa

kompetensi guru-guru tersebut cukup baik, di mana

skor tertinggi 94 dan terendah adalah 38 dengan nilai

rata-rata 71,6. Dengan demikian kompetensi akademis

mereka berada pada tingkat cukup baik.

(4)

Matematika yang berada pada nilai 38 dan 53. Hal lain

yang bisa dilihat dari hasil tes kompetensi profesional

guru adalah nilai rata-rata yang baik tetapi adanya

perbedaan yang mencolok antara nilai satu dan lainnya

yang terlihat dari hasil standart deviasi yang begitu

tinggi antara rentangan nilai-nilai tes antara satu dan

lainnya.

Ini menunjukan bahwa guru-guru tersebut tidak

bisa mengerjakan tes sehingga mengidentifikasikan

bahwa guru-guru tersebut kurang berkualitas secara

akademis.

Berikut ini adalah tabel hasil perhitungan skor

pada kuesioner untuk para siswa kelas 3 mengenai

ketersedian media pembelajaran di sekolah mereka.

Tabel 4.2. Skor Penggunaan Buku Panduan dalam

Mengajar Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris

Sumber: data Primer

Penggunaan Buku Panduan dalam mengajar

Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris di delapan SMA

di Kabupaten Kupang

Penggunaan Buku Panduan dalam Mengajar Bahasa

Indonesia dan Bahasa Inggris

Skor Responden Responden x Skor

Selalu 3 55 165

Sering 2 13 26

Jarang 1 11 11

Tidak pernah 0 1 0

(5)

=

Ʃ

:

Ʃ

×100% Skor Kasus =

x 100%

Melihat hasil tabel di atas maka penggunaan

buku panduan Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris di

delapan SMA adalah

84%

yang berada dalam kisaran

81%

-

100%

yang

berarti

para

guru

selalu

menggunakan buku panduan dalam mengajar mata

pelajaran Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.

Tabel 4.3. Skor Penggunaan Buku Panduan dalam

Mengajar Matematika

Sumber: data Primer

Penggunaan Buku Panduan dalam mengajar

Matematika di delapan SMA di Kabupaten Kupang

=

Ʃ

:

Ʃ

×100%

Skor Kasus =

x 100%

Dengan demikian penggunaan Buku Panduan

dalam mengajar Matematika di delapan SMA adalah

93%

atau berada dalam kisaran 81% - 100% yang

Penggunaan Buku

Panduan dalam Mengajar Matematika

Skor Responden Responden x Skor

Selalu 3 70 210

Sering 2 6 12

Jarang 1 3 3

Tidak pernah 0 1 0

(6)

berarti para guru selalu menggunakan buku panduan

dalam mengajar mata pelajaran Matematika.

Tabel 4.4. Skor Penggunaan LKS dalam Mengajar

Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris

Sumber: data Primer

Penggunaan

LKS

dalam

mengajar

Bahasa

Indonesia dan Bahasa Inggris di delapan SMA di

Kabupaten Kupang

=

Ʃ

:

Ʃ

×100%

Skor Kasus =

x 100%

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa

penggunaan LKS dalam mengajar Bahasa Indonesia

dan Bahasa Inggris di delapan SMA adalah

49%

atau

berada dalam kisaran 41% - 60% yang berarti para

guru kadang-kadang menggunakan buku LKS (Lembar

Kerja Siswa) dalam mengajar mata pelajaran Bahasa

Indonesia dan Bahasa Inggris.

Tabel 4.5. Skor Penggunaan LKS dalam Mengajar Mata

Pelajaran Matematika

Penggunaan LKS dalam Mengajar Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris

Skor Responden Responden x Skor

Selalu 3 19 57

Sering 2 17 34

Jarang 1 27 27

Tidak pernah 0 17 0

(7)

Sumber: data Primer

Penggunaan buku LKS Matematika di delapan

SMA di Kabupaten

Kupang

=

Ʃ

:

Ʃ

×100%

Skor Kasus =

x 100%

Dengan

demikian

penggunaan

LKS

dalam

mengajar mata pelajaran Matematika di delapan SMA

adalah

50%

atau berada dalam kisaran 41% - 60%

yang berarti para guru kadang-kadang menggunakan

buku LKS (Lembar Kerja Siswa) dalam mengajar mata

pelajaran Matematika.

Tabel 4.6. Skor Penggunaan Handout dalam Pelajaran

Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris

Penggunaan

LKS

dalam mengajar

Matematika

Skor Responden Responden x Skor

Selalu 3 27 81

Sering 2 11 22

Jarang 1 19 19

Tidak pernah 0 23 0

Ʃ Skor 80 122

Penggunaan Handout dalam Pelajaran Bahasa

Indonesia dan Bahasa Inggris

Skor Responden Responden x Skor

Selalu 3 21 63

Sering 2 17 34

(8)

Sumber: data Primer

Penggunaan handout atau selebaran dalam

mengajar mata pelajaran Bahasa Inggris dan Bahasa

Indonesia di delapan SMA di Kabupaten Kupang

=

Ʃ

:

Ʃ

×100%

Skor Kasus =

x 100%

Dengan demikian penggunaan handout atau

selebaran dalam mengajar mata pelajaran Bahasa

Inggris dan Bahasa Indonesia di delapan SMA adalah

50%

atau berada dalam kisaran 41% - 60% yang

berarti

para

guru

kadang-kadang

menggunakan

handout

atau

selebaran

dalam

mengajar

mata

pelajaran Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia.

Tabel 4.7. Skor Penggunaan Handout dalam Mengajar

Matematika

Sumber: data Primer

Tidak pernah 0 16 0

Ʃ Skor 80 122

Penggunaan Handout dalam

Mengajar Matematika

Skor Responden Responden x Skor

Selalu 3 13 39

Sering 2 7 14

Jarang 1 25 25

Tidak pernah 0 35 0

(9)

Penggunaan

Handout

dalam

mengajar

Matematika

di

delapan

SMA

di

Kabupaten

Kupang

=

Ʃ

:

Ʃ

×100%

Skor Kasus =

x 100%

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa

penggunaan handout dalam mengajar Matematika di

delapan SMA adalah

32%

atau berada dalam kisaran

21% - 40% yang berarti para guru jarang menggunakan

handout dalam mengajar Matematika.

Tabel 4.8. Skor Penggunaan Tape Recorder dalam

Mengajar Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris

Sumber: data Primer

Penggunaan Tape

Recorder dalam Mengajar Bahasa

Indonesia dan Bahasa Inggri

s

Skor Responden Responden x Skor

Selalu 3 3 9

Sering 2 6 12

Jarang 1 4 4

Tidak pernah 0 67 0

(10)

Penggunaan tape recorder dalam mengajar

Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris di delapan SMA

di Kabupaten

Kupang

=

Ʃ

:

Ʃ

×100%

Skor Kasus =

x 100%

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa

penggunaan tape recorder dalam mengajar Bahasa

Indonesia dan Bahasa Inggris di delapan SMA adalah

10%

atau berada dalam kisaran 0% - 20% yang berarti

para

guru

tidak

pernah

menggunakan

tape

recorder/rekaman dalam mengajar Bahasa Inggris.

Tabel 4.9. Skor Penggunaan Video dalam mengajar

Matematika

Sumber: data Primer

Penggunaan video dalam mengajar Matematika di

delapan SMA di Kabupaten Kupang

Penggunaan Video dalam mengajar

Matematika

Skor Responden Responden x Skor

Selalu 3 0 0

Sering 2 0 0

Jarang 1 0 0

Tidak pernah 0 80 0

(11)

=

Ʃ

:

Ʃ

×100%

Skor Kasus =

x 100%

Dengan demikian penggunaan video dalam

mengajar Matematika di delapan SMA adalah

0%

atau

berada dalam kisaran 0% - 20% yang berarti para guru

tidak pernah menggunakan video dalam mengajar mata

pelajaran Matematika.

Tabel 4.10 Skor Penggunaan Overhead Projector dalam

Mengajar Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris

Sumber: data Primer

Penggunaan overhead projector dalam mengajar

mata pelajaran Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris di

delapan SMA di Kabupaten Kupang

=

Ʃ

:

Ʃ

×100%

Skor Kasus =

x 100%

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa

penggunaan overhead projector dalam mengajar mata

pelajaran Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris di

delapan SMA adalah

3%

atau berada dalam kisaran

0% - 20% yang berarti para guru tidak pernah

Penggunaan OHP

dalam Mengajar Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris

Skor Responden Responden x Skor

Selalu 3 1 3

Sering 2 1 2

Jarang 1 3 3

Tidak pernah 0 35 0

(12)

menggunakan overhead projector dalam mengajar mata

pelajaran Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.

Tabel 4.11. Skor Penggunaan Gambar dalam Mengajar

Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris

Sumber: data Primer

Penggunaan gambar dalam mengajar mata

pelajaran Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris di

delapan SMA di Kabupaten Kupang

=

Ʃ

:

Ʃ

×100%

Skor Kasus =

x 100%

Dengan demikian penggunaan gambar dalam

mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia dan Bahasa

Inggris di delapan SMA adalah

20%

atau berada dalam

kisaran 0% - 20% yang berarti para guru tidak pernah

menggunakan gambar dalam mengajar mata pelajaran

Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.

Tabel 4.12. Skor LKS (Lembar Kerja Siswa) dalam

Mengajar Matematika

Penggunaan Gambar dalam Mengajar Bahasa

Indonesia dan Bahasa Inggris

Skor Responden Responden x Skor

Selalu 3 1 3

Sering 2 17 34

Jarang 1 12 12

Tidak pernah 0 50 0

Ʃ Skor 80 49

(13)

Sumber: data Primer

Penggunaan LKS (Lembar Kerja Siswa) dalam

mengajar mata pelajaran Matematika di delapan SMA

di Kabupaten

Kupang

=

Ʃ

:

Ʃ

×100%

Skor Kasus =

x 100%

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa

penggunaan LKS dalam mengajar Matematika di

delapan SMA adalah

50%

atau berada dalam kisaran

41% - 60% yang berarti para guru kadang-kadang

menggunakan buku LKS (Lembar Kerja Siswa) dalam

mengajar mata pelajaran Matematika.

Tabel 4.13. Skor Penggunaan Gambar dalam

MengajarMatematika

Sumber: data Primer

dalam mengajar

Matematika

Skor

Selalu 3 27 81

Sering 2 11 22

Jarang 1 19 19

Tidak pernah 0 23 0

Ʃ Skor 80 122

Penggunaan gambar dalam

mengajar matematika

Skor Responden Responden x Skor

Selalu 3 11 33

Sering 2 26 52

Jarang 1 15 15

Tidak pernah 0 30 0

(14)

Penggunaan gambar dalam mengajar Matematika

di delapan SMA di Kabupaten Kupang

=

Ʃ

:

Ʃ

×100%

Skor Kasus =

x 100%

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa

penggunaan gambar dalam mengajar Matematika di

delapan SMA adalah

41%

atau berada dalam kisaran

41% - 60% yang berarti para guru kadang-kadang

menggunakan gambar dalam mengajar Matematika.

Tabel 4.14. Skor Penggunaan Poster dalam Mengajar

Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris

Sumber: data Primer

Penggunaan poster dalam mengajar Bahasa

Indonesia dan Bahasa Inggris di delapan SMA di

Kabupaten Kupang

=

Ʃ

:

Ʃ

×100%

Penggunaan Poster dalam Mengajar Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris

Skor Responden Responden x Skor

Selalu 3 0 0

Sering 2 7 14

Jarang 1 17 17

Tidak pernah 0 58 0

(15)

Skor Kasus =

x 100%

Dengan demikian penggunaan poster dalam

mengajar Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris di

delapan SMA adalah

12%

atau berada dalam kisaran

0% - 20% yang berarti para guru tidak pernah

menggunakan poster dalam mengajar Bahasa Inggris

dan Bahasa Indonesia.

Tabel 4.15. Skor Penggunaan Poster dalam Mengajar

Matematika

Sumber: data Primer

Penggunaan poster dalam mengajar Matematika

di delapan SMA di Kabupaten Kupang

=

Ʃ

:

Ʃ

×100%

Skor Kasus =

x 100%

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa

penggunaan poster dalam mengajar Matematika di

Penggunaan Poster

dalam Mengajar Matematika

Skor Responden Responden x Skor

Selalu 3 0 0

Sering 2 3 6

Jarang 1 3 3

Tidak pernah 0 74 0

(16)

delapan SMA adalah

4%

atau berada dalam kisaran

0% - 20% yang berarti para guru tidak pernah

menggunakan poster dalam mengajar mata pelajaran

Matematika.

Tabel 4.16. Skor Penggunaan Foto dalam Mengajar

Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris

Sumber: data Primer

Penggunaan

foto

dalam

mengajar

Bahasa

Indonesia dan Bahasa Inggris di delapan SMA di

Kabupaten Kupang

=

Ʃ

:

Ʃ

×100%

Skor Kasus =

x 100%

Dengan

demikian

penggunaan

foto

dalam

mengajar Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris di

Penggunaan Foto dalam Mengajar Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris

Skor Responden Responden x Skor

Selalu 3 1 3

Sering 2 2 4

Jarang 1 9 9

Tidak pernah 0 68 0

(17)

delapan SMA adalah

6%

atau berada dalam kisaran

0% - 20% yang berarti para guru tidak pernah

menggunakan foto dalam mengajar mata pelajaran

Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.

Tabel 4.17. Skor Penggunaan Film dalam Mengajar

Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris

Sumber: data Primer

Penggunaan

film

dalam

mengajar

Bahasa

Indonesia dan Bahasa Inggris di delapan SMA di

Kabupaten Kupang

=

Ʃ

:

Ʃ

×100%

Skor Kasus =

x 100% Penggunaan

Penggunaan Film dalam Mengajar Bahasa Indonesia dan Bahasa

Inggris

Skor Responden Responden x Skor

Selalu 3 0 0

Sering 2 1 2

Jarang 1 1 1

Tidak pernah 0 78 0

(18)

Dengan

demikian

Penggunaan

film

dalam

mengajar Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris di

delapan SMA adalah

1%

yang berada dalam kisaran

0% - 20% yang berarti para guru tidak pernah

menggunakan

video/film

dalam

mengajar

mata

pelajaran Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.

Tabel 4.18. Skor Penggunaan Video dalam Mengajar

Matematika

Sumber: data Primer

Penggunaan video dalam mengajar Matematika di

delapan SMA di Kabupaten Kupang

=

Ʃ

:

Ʃ

×100%

Skor Kasus =

x 100%

Dengan demikian penggunaan video dalam

mengajar Matematika di delapan SMA adalah

0%

atau

berada dalam kisaran 0% - 20% yang berarti para guru

tidak pernah menggunakan video/film dalam mengajar

Matematika.

Penggunaan Video dalam Mengajar

Matematika

Skor Responden Responden x Skor

Selalu 3 0 0

Sering 2 1 2

Jarang 1 0 0

Tidak pernah 0 79 0

(19)

Tabel 4.19. Skor Penggunaan LCD dalam Mengajar

Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris

Sumber: data Primer

Penggunaan

LCD

dalam

mengajar

Bahasa

Indonesia dan Bahasa Inggris di delapan SMA di

Kabupaten Kupang

=

Ʃ

:

Ʃ

×100%

Skor Kasus =

x 100%

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa

penggunaan LCD dalam mengajar Bahasa Indonesia

dan Bahasa Inggris di delapan SMA adalah

6%

yang

berada dalam kisaran 0% - 20% atau berarti para guru

tidak pernah menggunakan power point dan LCD

dalam mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia dan

Bahasa Inggris.

Tabel 4.20. Skor Penggunaan LCD dalam

Mengajar Matematika

Penggunaan LCD dalam Mengajar Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris

Skor Responden Responden x Skor

Selalu 3 1 3

Sering 2 6 12

Jarang 1 1 1

Tidak pernah 0 71 0

Ʃ Skor 80 16

Penggunaan LCD dalam Mengajar

Matematika

Skor Responden Responden x Skor

(20)

Sumber: data Primer

Penggunaan LCD dalam mengajar Matematika di

delapan SMA di Kabupaten Kupang

=

Ʃ

:

Ʃ

×100%

Skor Kasus =

x 100%

Dengan

demikian

penggunaan

LCD

dalam

mengajar Matematika di delapan SMA adalah

4%

atau

berada dalam kisaran 0% - 20% yang berarti para guru

tidak pernah menggunakan power point dan LCD

dalam mengajar mata pelajaran Matematika.

Tabel 4.21. Skor Penggunaan Benda dalam Mengajar

Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris

Sumber: data Primer

Penggunaan benda dalam mengajar Bahasa

Indonesia dan Bahasa Inggris di delapan SMA di

Kabupaten Kupang

=

Ʃ

:

Ʃ

×100%

Skor Kasus =

x 100%

Sering 2 3 6

Jarang 1 0 0

Tidak pernah 0 77 0

Ʃ Skor 80 9

Penggunaan Benda dalam Mengajar Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris

Skor Responden Responden x Skor

Selalu 3 5 15

Sering 2 7 14

Jarang 1 18 18

Tidak pernah 0 50 0

(21)

Dengan demikian penggunaan benda dalam

mengajar Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris di

delapan SMA adalah

19%

yang berada dalam kisaran

0% - 20% atau berarti para guru tidak pernah

menggunakan contoh benda dalam mengajar Bahasa

Inggris dan Bahasa Indonesia.

Tabel 4.22. Skor Penggunaan Benda dalam Mengajar

Matematika

Sumber: data Primer

Skor

Penggunaan

benda

dalam

mengajar

Matematika di delapan SMA di Kabupaten

Kupang

=

Ʃ

:

Ʃ

×100%

Skor Kasus =

x 100%

Dengan demikian penggunaan benda dalam

mengajar Matematika di delapan SMA adalah

35%

atau berada dalam kisaran 21% - 40% yang berarti

para guru jarang menggunakan benda-benda dalam

mengajar mata pelajaran Matematika.

Skor Penggunaan Benda dalam

Mengajar Matematika

Skor Responden Responden x Skor

Selalu 3 7 21

Sering 2 20 40

Jarang 1 24 24

Tidak pernah 0 24 0

(22)

Media lain yang digunakan guru dalam mengajar

pelajaran Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris adalah

netbook, koran, laptop dan infocus. Sedangkan media

lain yang digunakan guru dalam mengajar mata

pelajaran Matematika adalah kerucut, bola dan laptop.

Untuk media pembelajaran lain yang paling mudah

dipahami oleh anak-anak SMA se Kabupaten Kupang

dalam pelajaran Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris

adalah buku panduan, video, gambar, dan LCD. Dalam

pelajaran Matematika adalah buku panduan, gambar,

dan LCD.

Berdasarkan hasil kuesioner kepada komite

sekolah di delapan SMA se-Kabupaten Kupang

membuktikan bahwa

1.

Ketersediaan media pembelajaran di delapan SMA

tersebut hanya berupa buku panduan sedangkan

media lainnya tidak tersedia.

2.

Adapun penggunaan media buku panduan dipakai

setiap penyampaian materi.

3.

Perolehan media pembelajaran beserta materi

didapat dari pembelian dan membuat sendiri.

(23)

5.

Adapun respon siswa dengan pengadaan media

tersebut

sangat

positif

dan

antusias

dalam

menanggapi pembelajaran.

4.3. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di

delapan SMA yang tersebar di wilayah Kabupaten

Kupang, Nusa Tenggara Timur membuktikan bahwa

salah satu hal yang memungkinkan menurunnya

tingkat prestasi akademis murid pada Ujian Nasional

adalah rendahnya kompetensi profesional guru yang

diukur dengan menggunakan tes pada ketiga mata

pelajaran yang diuji pada Ujian Naional yakni Bahasa

Indonesia, Bahasa Inggris dan Matematika serta

kurangnya materi pembelajaran dalam mendukung

proses pembelajaran di sekolah.

4.3.1.Kompetensi Profesional Guru

(24)

Sedangkan hasil evaluasi kompetensi guru

Bahasa Inggris di delapan SMA di Kabupaten Kupang

menunjukan bahwa kompetensi guru-guru tergolong

baik, di mana skor tertinggi 86 dan terendah adalah 66

dengan nilai rata-rata 79, dengan demikian kompetensi

akademis mereka berada pada tingkat menengah.

Terakhir berdasarkan hasil evaluasi kompetensi guru

Matematika di delapan SMA menunjukan bahwa

kompetensi guru-guru tersebut cukup baik, di mana

skor tertinggi 94 dan terendah adalah 38 dengan nilai

rata-rata 71.6, dengan demikian kompetensi akademis

mereka berada pada tingkat cukup baik namun ada

beberapa guru SMA yang masih mempunyai nilai

kompotensi Matematika yang rendah sehingga ini

berdampak pada penyampaian informasi pelajaran dari

guru ke para murid.

(25)

4.3.2. Ketersediaan Media Pembelajaran

(26)

Gambar

Tabel 4.1. Nilai rata-rata Kompetensi Bahasa Inggris,
Tabel 4.2. Skor Penggunaan Buku Panduan dalam
Tabel 4.3. Skor Penggunaan Buku Panduan dalam
Tabel 4.4. Skor Penggunaan LKS dalam Mengajar
+7

Referensi

Dokumen terkait

PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU SELATAN.. UNIT LAYANAN

[r]

Tujuan pendidikan yang secara umum ingin dicapai melalui aktivitas di luar ruang kelas atau di luar lingkungan sekolah adalah:6. Membuat setiap individu memiliki

Belajar melalui aktivitas luar kelas adalah proses belajar interdisipliner melalui satu seri aktivitas yang dirancang untuk dilakukan di luar kelas.. Pendekatan ini

murid yang lebih baik melalui berbagai pengalaman di alam bebas, 11) memberikan kesempatan untuk belajar dari pengalaman langsung melalui implementasi bebas

Dari keterangan tersebut di atas, dapat dilihat manfaat dari shampo cairan batang pisang yang dapat dimaanfaatkan oleh masyarakat.. untuk menyuburkan rambut, shampo cairan

Sel – sel dengan ukuran yang lebih besar pada bagian ini berada dalam proses pembelahan saat preparat dibuat.. Bagian inilah yang akan

diagram pareto pada proses mesin giling I dapat terlihat bahwa faktor yang memberikan kontribusi terbesar penyebab rendahnya efektivitas mesin giling I adalah