i
PESAN KESEDERHANAAN DALAM SINETRON RELIGI “DI BAWAH
LINDUNGAN ABAH” TRANS TV
Analisis Semiotik Model Roland Barthes
Skripsi
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I.Kom)
Oleh :
Andira Nur Fatria
NIM. B06210068UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
JURUSAN KOMUNIKASI
i ABSTRAK
Andira Nur Fatria, B06210068, PESAN KESEDERHANAAN DALAM
SINETRON RELIGI “DI BAWAH LINDUNGAN ABAH” TRANS TV
Analisis Semiotik Model Roland Barthes
Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
Kata Kunci: Pesan Kesederhanaan, Sinetron Religi, Analisis Semiotik.
Bulan Ramadlan merupakan momen yang tepat untuk menyaksikan sinetron
religi. Salah satu sinetron religi yang menarik adalah “Di bawah Lindungan Abah”. Sinetron ini bertemakan kesederhanaan seorang ayah (Abah) dalam
menjadi pelindung keluarganya. Adapun rumusan masalah dalam skripsi ini
adalah (1) Apa saja penanda (signifier) dan petanda (signified) kesederhanaan
dalam sinetron “Di bawah Lindungan Abah”? Dan (2) Bagaimana makna penanda
(signifier) dan petanda (signified) kesederhanaan dalam sinetron “Di bawah
Lindungan Abah”?.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami penanda (signifier) dan
petanda (signified) kesederhanaan dalam sinetron “Di bawah Lindungan Abah”
dan untuk mendeskripsikan makna penanda (signifier) dan petanda (signified)
kesederhanaan dalam sinetron “Di bawah Lindungan Abah”. Dengan
menggunakan pendekatan kualitatif dan Analisis Semiotik Roland Barthes. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan pengamatan pada
sinetron “Di bawah Lindungan Abah”. Sinetron religi “Di bawah Lindungan Abah” berbentuk audio visual dan merupakan program televisi sekali tayang,
maka teknik pengumpulan datanya dilakukan dengan cara melakukan unduhan di situs berbagi youtube.com.
Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa: (1) penanda dan petanda yang ada
dalam sinetron “Di bawah Lindungan Abah” yaitu, dialog tokoh Abah dengan
para tokoh dalam sinetron, latar tempat di mana Abah berada, dan suara dalam sinetron, (2) adanya ucapan, pemikiran, pengambilan keputusan, dan penampilan diri yang menunjukkan kesederhanaan. Kesederhanaan berarti suatu hal yang tidak kekurangan dan tidak berlebih-lebihan tetapi berada di tengah-tengahnya.
Kesederhanaan juga merupakan perintah dalam al-Qur’an terutama dalam
berbelanja/ menggunakan harta secara tidak berlebih-lebihan.
i DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL (sampul dalam) ... i
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv
E. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu ... 10
F. Definisi Konsep ... 11
1. Pesan ... 11
2. Kesederhanaan ... 11
3. Sinetron Religi “Di bawah Lindungan Abah” ... 12
4. Analisis Semiotik Roland Barthes ... 12
G. Kajian Teori... 13
H. Metode Penelitian ... 14
1.Pendekatan dan Jenis Penelitian... 14
2. Unit Analisis ... 15
3. Jenis dan Sumber Data ... 16
4. Tahapan Penelitian ... 16
ii
6. Teknik Analisis Data ... 19
I. Sistematika Pembahasan ... 20
BAB II : KAJIAN TEORETIS ... 22
A. Kajian Pustaka ... 22
B. Kajian Teori ... 27
1. Analisis Semiotik ... 27
2. Semiotik Model Roland Barthes ... 30
3. Teori yang Relevan ... 31
BAB III : PENYAJIAN DATA ... 33
A. Deskripsi Subyek, Obyek, dan Wilayah Penelitian ... 33
1. Subyek Penelitian ... 33
2. Obyek Penelitian ... 36
3. Wilayah Penelitian ... 40
B. Deskripsi Data Penelitian ... 40
BAB IV : ANALISIS DATA ... 69
A. Temuan Penelitian ... 69
B. Konfirmasi Temuan dengan Teori ... 73
BAB V : PENUTUP ... 77
A. Simpulan ... 77
B. Rekomendasi ... 78
C. Saran ... 78
Bagian Akhir (Lampiran)
1. Daftar Pustaka
2. Biodata Penulis
3. Dokumentasi teks media yang dijadikan subyek dan obyek penelitian
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Adegan Abah memberikan tausiyah kepada warga
kampung ... 22
Tabel 3.2 Adegan Abah hendak pulang dari memberikan tausiyah .... 42
Tabel 3.3 Adegan Abah duduk bersama Dude di serambi rumahnya . 43 Tabel 3.4 Adegan Abah menonton televisi dengan Ummi ... 45
Tabel 3.5 Adegan Abah berada di ruang makan bersama keluarganya ... 46
Tabel 3.6 Adegan Abah didatangi oleh petugas PLN ... 47
Tabel 3.7 Adegan Abah keluar dari kafe milik Gaza ... 48
Tabel 3.8 Adegan Abah bersama Dude dari kantor produser ... 49
Tabel 3.9 Adegan Abah berada di kerumunan warga kampung ... 50
Tabel 3.10 Adegan Abah makan bersama di ruang makan ... 52
Tabel 3.11 Adegan Abah bersama keluarganya di depan serambi ... 53
Tabel 3.12 Abah mendengarkan keluhan Dude ... 54
Tabel 3.13 Adegan Abah memberikan saran kepada Dude ... 55
Tabel 3.14 Adegan Abah menemui raja begal ... 56
Tabel 3.15 Adegan Abah berbincang dengan Gaza ... 57
Tabel 3.16 Adegan sebuah keluarga mendatangi Abah untuk berkonsultasi ... 59
Tabel 3.17 Adegan Abah dan Ummi berbicara di serambi rumah ... 60
Tabel 3.18 Adegan Abah berbicara dengan Bu Lastri ... 61
iv
Tabel 3.20 Adegan Abah bercermin ... 64
Tabel 3.21 Adegan Abah mendengarkan keluhan Ahmad ... 65 Tabel 3.22 Adegan Abah bersama keluarganya dan Dude
berada di ruang tamu ... 67
DAFTAR BAGAN
Bagan 1.1 Alur analisis semiotik dalam Sinetron religi
“Di bawah Lindungan Abah” Trans TV ... 14
Bagan 4.1 Teori Kepercayaan, Sikap, dan Nilai pada
BAB I PENDAHULUAN
A. Konteks Penelitian
Manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain
untuk berkomunikasi. Komunikasi dengan banyak orang membutuhkan
saluran yang mampu mengkoordinir keinginan dan kehendak masyarakat.
Saluran untuk berkomunikasi terebut dinamakan media. Media komunikasi
pada dewasa ini kian berkembang pesat seiring berjalannya waktu.
Komunikasi massa (mass communication) adalah proses penyampaian
pesan (informasi, gagasan) kepada orang banyak (publik) melalui media.
Komunikasi massa disebut juga Komunikasi Media Massa (Mass Media
Communication) dan Communicating with Media (berkomunikasi melalui
media massa), yakni media cetak (koran, tabloid), media elektronik
(radio/televisi), dan media online (internet). Media massa merupakan
singkatan dari Media Komunikasi Massa yakni saluran penyampaian pesan
kepada publik.1
Televisi merupakan salah satu media komunikasi massa yang awalnya
digunakan sebagai alat propaganda pemerintah. Namun kini perkembangan
televisi sangat cepat, televisi masa kini semakin mendekati selera, keinginan,
dan gaya hidup masyarakat.
Televisi mampu mempengaruhi masyarakat. Televisi adalah
pembentuk geografi jiwa. Televisi membangun struktur ekspektasi jiwa secara
1
bertahap. Televisi melakukan hal itu persis seperti sekolah memberi pelajaran
secara bertahap, selama bertahun-tahun. Televisi mengajari pikiran yang
belum matang dan mengajari mereka cara berpikir.2
Televisi mempunyai fungsi menghibur, mengedukasi, dan
memberikan informasi. Sebagai media informasi, televisi memiliki kekuatan
yang ampuh untuk menyampaikan pesan karena media ini dapat
menghadirkan pengalaman yang seolah-olah dialami sendiri dengan jangkauan
yang luas dalam waktu yang bersamaan. Penyampaian isi pesan seolah-olah
berlangsung saat itu pula (live) antara komunikator dan komunikan.3
Televisi terus menambah jam siarannya agar setiap detik mampu
menemani pemirsa. Beragam program dimunculkan oleh televisi, mulai dari
siaran berita, informasi gaya hidup, perkembangan teknologi, acara memasak,
talkshow, hingga sinetron. Sinetron pun dikemas dengan bermacam-macam
genre seperti sinetron percintaan, sinetron komedi, sinetron horror, dan
sinetron religi.
Memasuki bulan Ramadlan, sinetron religi mendapatkan tempat di
hati pemirsanya masing-masing. Sinetron religi memuat unsur religiusitas
yang didambakan oleh penonton. Tren tayangan berbalut religiusitas tidak
akan pernah habis selama pemirsa televisi di Indonesia masih membutuhkan
agama sebagai pencerahan dan televisi sebagai media penyampaian yang
menghibur.4
2
John Vivian, Teori Komunikasi Massa, Edisi Kedelapan (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), hal. 225-226.
3
Sony Set, Menjadi Perancang Program Televisi Profesional (Yogyakarta: ANDI, 2008), hal. 70.
4Ibid
Bulan Ramadlan tahun 2015 televisi menghadirkan banyak pilihan
sinetron religi, salah satu yang menarik perhatian peneliti adalah sinetron yang
berjudul “Di bawah Lindungan Abah”. Judul tersebut hampir mirip dengan
film layar lebar produksi tahun 2011 “Di bawah Lindungan Ka’bah” namun
memiliki perbedaan penokohan dan alur cerita.
Sinetron “Di bawah Lindungan Abah” menampilkan figur seorang
ayah yang mengajarkan kesederhanaan dalam hidup. Ketika di jaman sekarang
yang semuanya serba mewah, canggih, dan modern, tokoh Abah hadir dan
mampu membuat pemirsa untuk berintrospeksi pada diri dan kehidupan
pribadinya masing-masing.
Fenomena tersebut mendorong peneliti untuk mengamati sinetron “Di
bawah Lindungan Abah” guna mengetahui makna kesederhanaan yang
tercermin dalam perilaku tokoh Abah, baik dalam keluarga, lingkungan,
maupun dalam mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam.
Sinetron “Di bawah Lindungan Abah” tayang setiap hari selama bulan
Ramadlan. Berdurasi hampir satu jam dan diputar sejak pukul 20.45 di mana
pada waktu tersebut mayoritas muslim telah melaksanakan ibadah sholat
tarawih. Pemilihan waktu ini kemungkinan juga bertujuan untuk memperoleh
target rating yang tinggi.
Sinetron religi berjudul “Di bawah Lindungan Abah” menampilkan
latar kehidupan perkampungan kecil di sudut kota Jakarta didukung dengan
masyarakat yang sarat akan berbagai problema di dalamnya. Sinetron ini
berkisah tentang sebuah keluarga islami. Sang ayah yang juga dipanggil Abah
mematok bayaran dari tausiyahnya. Padahal di sisi lain ia harus menghidupi
seorang istri dan dua orang anaknya yang masih menempuh pendidikan.
Inti dari cerita sinetron “Di bawah Lindungan Abah” ialah tentang
seorang Abah yang menjadi pelindung bagi keluarganya, baik secara ekonomi,
sosial, maupun dalam hubungan bermasyarakat. Dalam sinetron ini
disampaikan bahwa mereka akan merasa nyaman karena berada dalam
lindungan Abah, tentunya atas kehendak Allah juga hal tersebut bisa terjadi.
Di sini tokoh Abah yang diperankan Marwoto tampil dengan banyak
peran, selain sebagai seorang ayah, tokoh Abah juga berperan sebagai seorang
ustad penceramah di kampungnya, seorang suami yang memiliki istri yang
sabar dan pengertian, dan seorang pelanggan tukang ojek. Tokoh Abah juga
memerankan seorang public figure yang menjadi terkenal karena membintangi
iklan produk kacamata dan menjadi ustad di televisi.
Berkenalan dengan anggota keluarga Abah yang pertama, yaitu
istrinya. Wanita paruh baya tersebut sering dipanggil Ummi baik oleh
keluarga maupun tetangga sekitar. Tokoh istri Abah ini diperankan oleh Early
Asih. Karakter Ummi dalam sinetron ini merupakan figur wanita sholihah,
penurut, sabar dan tabah menghadapi cobaan. Ummi memberikan saran-saran
saat Abah membutuhkan dan selalu memberikan support agar Abah selalu
semangat dalam berdakwah.
Anggota keluarga Abah yang kedua, yakni anak Abah yang bernama
Jasmin. Tokoh Jasmin diperankan oleh bintang muda berbakat bernama
Shireen Sungkar. Sebagai anak kuliahan yang kritis, Jasmin selalu proaktif
Abah dalam mengurusi tanda tangan kontrak iklan dan penampilan Abah
sebagai ustad di televisi. Jasmin ditaksir oleh seorang pemuda kaya bernama
Gaza yang diperankan oleh Reza Rahadian. Pemuda tersebut memiliki bisnis
diskotik dan minuman keras yang akhirnya meninggal karena sakit.
Yang terakhir anak Abah yang bungsu. Dalam sinetron ini tokoh
bernama Zahra ialah adik Jasmin yang diperankan oleh Kesha Ratuliu.
Karakter yang dimunculkan dalam sinetron ini ialah anak yang sering protes
kepada orang tuanya, tetapi Zahra ialah anak yang baik dan suka membantu
Ummi. Zahra juga sering berhubungan via telepon dengan pemuda yang juga
menaksir kakaknya, Arzuna yang diperankan oleh Ajun Perwira.
Titik klimaks dalam sinetron ini ialah ketika Abah masih bersikukuh
dengan pendiriannya untuk tidak memungut bayaran dari tausiyahnya,
sedangkan kebutuhan keluarga tidak bisa dibendung, ditambah lagi saat Zahra
meminta uang untuk membayar biaya sekolah dan perjalanan wisata.
Sedangkan Jasmin hampir berhenti masuk kuliah karena belum membayar.
Tokoh Abah sempat mengalami stuck saat himpitan ekonomi terjadi,
Abah mengajak Dude tukang ojek langganannya untuk keluar rumah mencari
udara segar. Tokoh Dude diperankan oleh Amank. Abah berkata pada Ummi
bahwa Abah akan mencari uang untuk membayar semuanya, tetapi ternyata
Abah dan Dude hanya duduk di tepi sungai sambil memancing ikan.
Dude ternyata juga mempunyai kenalan seorang produser, yang
diperankan oleh Ferry Fernandez. Dude telah meyakinkan produser tersebut
sang produser telah setuju dengan pendapat Dude. Produser tersebut yakin
bahwa Abah akan menjadi ustad terkenal dan menaikkan rating televisinya.
Akan tetapi, Abah masih tetap bersikeras untuk tidak ingin tampil di
televisi. Hal tersebut diungkapkan Abah karena menilai bahwa dunia
entertaintment penuh dengan polesan dan orang-orang riya’. Abah khawatir
jika ia tampil di televisi maka Abah akan terjangkit penyakit hati tersebut.
Dalam sinetron ini juga tergambar kisah percintaan antara Gaza
dengan Jasmin. Mereka bertemu saat Jasmin sedang berada di suatu
perkebunan untuk tugas kampus. Sedangkan Gaza mengalami kecelakaan di
tempat tersebut, mobilnya oleng dan masuk ke dalam jurang. Gaza yang
mendekati Jasmin kemudian mengenal Abah dan sadar bahwa apa yang
diusahakannya merupakan bisnis yang haram. Kemudian Gaza ingin belajar
ilmu agama kepada Abah. Gaza kemudian menutup bisnis diskotiknya dan
benar-benar hijrah.
Gaza juga diusir oleh kedua orang tuanya setelah mengatakan
kenyataan tersebut. Gaza kemudian hidup menjadi gelandangan di sudut kota
Jakarta. Sampai akhirnya ia bertemu dengan Ko Haji. Ko Haji adalah laki-laki
yang hidup sebatang kara di sebuah musala kecil. Kegiatannya tak lain
hanyalah beribadah dan mengurus musala.
Akhir cerita Gaza bertemu dengan kematian setelah sakit yang
dideritanya sudah mencapai stadium akhir. Sementara Jasmin yang dicintainya
akhirnya menikah dengan Arzuna, anak tetangga depan rumahnya yang
Ruben tak ubahnya seperti seorang remaja yang merasa dirinya gaul. Dirinya
juga berambisi untuk tampil di televisi.
Pada penutup episode, Abah dan Ummi memberikan nasihat untuk
putri mereka Jasmin yang akan menikah dengan Arzuna. Bahwa setelah
menikah nanti Jasmin akan menjadi tanggung jawab Arzuna. Tetapi Jasmin
masih diperbolehkan untuk berkeluh kesah kepada Abah jika ia
membutuhkannya. Dan Abah menegaskan kembali bahwa mereka bertiga
akan nyaman berada dalam lindungan Abah atas kehendak Allah. Hal itu
sesuai dengan judul sinetron tersebut “Di bawah Lindungan Abah”.
Peneliti menganalisis sinetron “Di bawah Lindungan Abah”
menggunakan Analisis Semiotik model Roland Barthes untuk mencari
penanda (signifier) dan petanda (signified) kesederhanaan. Kemudian
menemukan makna di balik penanda (signifier) dan petanda (signified)
tersebut.
Menurut paradigma Laswell dalam komunikasi massa media televisi,
terlihat secara tegas bahwa setiap pesan yang disampaikan televisi tentu
mempunyai tujuan agar khalayak sasaran memberikan umpan balik, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Tujuan akhir dari penyampaian pesan
dalam tayangan acara televisi bisa menghibur, mendidik, kontrol sosial,
menghubungkan, atau sebagai bahan informasi.5
5
B. Fokus Penelitian
1. Apa saja penanda (signifier) dan petanda (signified) kesederhanaan dalam
sinetron “Di bawah Lindungan Abah”?
2. Bagaimana makna penanda (signifier) dan petanda (signified)
kesederhanaan dalam sinetron “Di bawah Lindungan Abah”?
C. Tujuan Penelitian
Dengan mengacu pada konteks dan fokus penelitian yang telah
dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui dan memahami penanda (signifier) dan petanda
(signified)kesederhanaan dalam sinetron “Di bawah Lindungan Abah”.
2. Untuk mendeskripsikan makna penanda (signifier) dan petanda (signified)
kesederhanaan dalam sinetron “Di bawah Lindungan Abah”.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua yakni Manfaat
Teoretis dan Manfaat Praktis sebagai berikut:
1. Manfaat Teoretis
a. Penelitian ini dapat bermanfaat bagi pengembangan keilmuan melalui
upaya mengkaji, menerapkan, menguji, menjelaskan atau membentuk
teori-teori, konsep, maupun hipotesis-hipotesis tertentu.6
6
b. Sebagai bahan ajar, sumber informasi, serta materi yang dapat
memperkaya penelitian tentang Ilmu Komunikasi, khususnya di bidang
Broadcasting.
c. Memperkaya referensi penelitian dalam bidang Ilmu Komunikasi yang
menggunakan Analisis Isi dengan kajian Teori Semiotik.
2. Manfaat praktis
a. Bagi program studi Ilmu Komunikasi, sebagai sumber referensi untuk
penelitian selanjutnya bagi mahasiswa program studi Ilmu
Komunikasi.
b. Bagi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, sebagai sarana
yang menambah koleksi kepustakaan.
c. Bagi masyarakat, menjadi literasi bermedia televisi agar masyarakat
mampu memilah dan memilih tayangan televisi.
d. Bagi komunitas pecinta film, sebagai bahan diskusi untuk pengamatan
tayangan televisi khususnya serial religi di Indonesia.
e. Bagi produser, sebagai masukan dan saran untuk berkarya lebih baik
lagi.
f. Sebagai konsumsi untuk praktisi komunikasi.7
7Ibid,
E. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai film maupun tayangan ber-genre religi pernah
diteliti sebelumnya antara lain:
Penelitian mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Surabaya, Halimatus Sa’dijah (2014) berjudul “PESAN MORAL DALAM
FILM DI BAWAH LINDUNGAN KA’BAH DALAM PERSPEKTIF
FEMINISME ISLAM”. Penelitian ini menggunakan metode Analisis Isi
Kualitatif dengan menggunakan Teori Charles Sanders Pierce kemudian
dikaitkan dengan Feminisme Islam.
Penelitian mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta Nani Rahmawati (2008) berjudul “PENGARUH SINETRON
PINTU HIDAYAH TERHADAP PENGAMALAN SHALAT LIMA
WAKTU” Studi Kasus terhadap Tiga Orang Penduduk di Desa Sambirejo
Kecamatan Prambanan Kabupaten Sleman. Penelitian yang menggunakan
model Uses and Gratification ini menggunakan metode deskriptif kualitatif,
dengan interview dan observasi sebagai teknik pengumpulan data. Penelitian
ini mengungkap adanya pengaruh Sinetron Pintu Hidayah terhadap
Pengamalan shalat lima waktu.
Penelitian An-an Siti Farihah UIN Syarif Hidayatullah (2006) berjudul
“PENGARUH SINETRON RELIGI TERHADAP SIKAP
KEBERAGAMAAN SISWA” (Studi Kasus di SMP Negeri 1 Cigombong
Bogor). Penelitian ini menggunakan metode field research dengan model
kuantitatif, teknik yang digunakan untuk pengumpulan data ialah observasi
yang cukup signifikan sebesar 22,1% pada siswa SMP Negeri 1 Cigombong
Bogor.
F. Definisi Konsep
Definisi konsep merupakan penjelasan dari konsep-konsep yang akan
digunakan dalam penelitian. Penjelasan tersebut merupakan definisi dari
sebuah konsep yang diberi batasan-batasan tertentu. Pembatasan konsep
tersebut dilakukan agar penelitian menjadi terfokus dan terarah.
1. Pesan
Pesan merupakan komponen penting dalam proses komunikasi.
Pesan disampaikan oleh komunikator melalui medium kepada komunikan.
Dalam hal ini pesan yang terdapat dalam sinetron religi “Di bawah
Lindungan Abah” disampaikan kepada khalayak melalui tokoh-tokoh yang
berperan dalam sinetron tersebut.
Pesan dapat memiliki serangkaian makna, dan serangkaian pesan
dapat memiliki satu makna. Makna dapat ditangkap melalui penanda
(signifier) dan petanda (signified) yang akan diamati oleh peneliti dalam
sinetron “Di bawah Lindungan Abah”.
2. Kesederhanaan
Kesederhanaan berasal dari kata sederhana yang berarti bersahaja,
tidak berlebih-lebihan; sedang (dalam arti pertengahan, tidak tinggi, tidak
rendah, dan sebagainya); tidak banyak seluk-beluknya, tidak banyak
sederhana; 2. Ling syarat pemerian kebahasaan yang didasarkan atas
pendekatan uraian (dengan ketuntasan dan kehematan).
Dalam sinetron “Di bawah Lindungan Abah” ini kesederhanaan
ialah hal yang tidak berlebih-lebihan dalam perilaku yang dicerminkan
oleh Abah, baik di dalam keluarga, lingkungan sekitar, maupun
bermasyarakat, dan dalam bidang ekonomi, sosial, maupun dalam
mengamalkan ajaran agama.
3. Sinetron religi “Di bawah Lindungan Abah”
Sinetron merupakan kependekan dari sinema elektronik adalah
istilah untuk program drama bersambung produksi Indonesia yang
disiarkan oleh stasiun televisi di Indonesia. Sinetron religi “Di bawah
Lindungan Abah” diproduksi oleh Trans TV bersama TOBALI Putra
Productions.
Sinetron yang terdiri dari 30 episode ini diproduseri oleh Ferry
Fernandez dengan Wahyu H. Sudarmo sebagai penulis cerita dan skenario.
Sinetron ini disutradarai oleh Ruli Wanisar. Ruli Wanisar juga pernah
menyutradarai FTV Bioskop Indonesia Premiere berjudul “Bangkitnya
Bebegig Sawah”.
4. Analisis Semiotik Model Roland Barthes
Dalam kajian Roland Barthes, sistem pemaknaan terdiri dari dua
tataran. Tataran pertama terdiri dari signifier (penanda) dengan signified
tataran kedua yang disebut konotatif. Konotatif membutuhkan keaktifan
pembaca agar dapat berfungsi.8
Tanda merupakan sarana untuk berkomunikasi dan berinteraksi,
tanpa adanya tanda mustahil manusia dapat saling memahami satu sama
lain.9
G. Kajian Teori
Penelitian ini menggunakan Analisis Semiotik Roland Barthes.
Semiotika atau semiologi adalah studi tentang tanda dan cara tanda-tanda itu
bekerja. Semiotika mempunyai tiga bidang studi utama, yaitu:
1. Tanda itu sendiri. Tanda adalah konstruksi manusia dan hanya bisa
dipahami dalam artian manusia yang menggunakannya.
2. Kode atau sistem yang mengorganisasikan tanda.
3. Kebudayaan tempat kode dan tanda bekerja.10
Pertandaan (signification) merupakan hubungan antara penanda dan
petanda. Penanda (signifier) adalah citraan atau kesan mental dari sesuatu
yang bersifat verbal atau visual, seperti suara, tulisan, atau benda. Sedangkan
petanda (signified) adalah konsep abstrak atau makna yang dihasilkan oleh
tanda.11
8
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hal.68.
9
Benny Hoed, Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya (Jakarta: Komunitas Bambu, 2011), hal. 3.
10
John Fiske, Cultural and Communication Studies: Sebuah Pengantar Paling Komprehensif
(Yogyakarta: Jalasutra, 1990), hal. 60.
11
Bagan 1.1 Alur analisis semiotik dalam Sinetron religi “Di bawah Lindungan Abah” Trans TV.
H. Metode Penelitian
Skripsi ini disusun dengan kelengkapan ilmiah yang disebut metode
penelitian. Metode dalam suatu penelitian merupakan upaya agar penelitian
tidak diragukan bobot kualitasnya dan dapat dipertanggungjawabkan
validitasnya secara ilmiah. Penelitian ini menggunakan metode penelitian
analisis isi kualitatif, dengan Analisis Semiotik Roland Barthes.
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Jenis penelitian
deskriptif di mana jenis penelitian ini bertujuan membuat deskripsi secara Sinetron Religi “Di bawah Lindungan Abah”
Trans TV
Simbol kesederhanaan pada tokoh Abah
Denotative Signifier &
Denotative Signified Denotative Sign
Connotative Signifier &
Connotative Signified
Connotative Sign
sistematis, faktual, dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi
atau obyek tertentu.12
Analisis isi deskriptif adalah analisis isi yang dimaksudkan untuk
menggambarkan secara detail suatu pesan, atau suatu teks tertentu. Desain
analisis isi ini tidak dimaksudkan untuk menguji suatu hipotesis tertentu,
atau menguji hubungan di antara variabel. Analisis isi ini semata untuk
deskripsi, menggambarkan aspek-aspek dan karakteristik dari suatu
pesan.13
2. Unit Analisis
Subyek penelitian dalam penelitian ini ialah sinetron religi yang
berjudul “Di bawah Lindungan Abah” yang ditayangkan di stasiun televisi
Trans TV.
Obyek penelitian dalam penelitian ini antara lain:
a. Gambar
Gambar merupakan pencitraan visual dari suatu tanda.
Sinetron “Di bawah Lindungan Abah” memuat gambar yang bergerak
(moving image) mulai episode pertama hingga episode terakhir yang
dapat ditemukan penanda (signifier) dan petanda (signified)-nya.
b. Pesan verbal
Kata-kata berada dalam pesan verbal yang diucapkan Abah
dalam sinetron “Di bawah Lindungan Abah”. Kata-kata memuat
bahasa yang digunakan Abah serta pilihan kata yang dapat diamati.
12
Kriyantono, Teknik Praktis..., hal. 67.
13
3. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penleitian ini terbagi menjadi dua
yaitu data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang
diperoleh langsung dari sumber data asli (tidak melalui media perantara),
yaitu berupa data kualitatif yang berasal dari data audio visual yang
terdapat pada sinetron religi “Di bawah Lindungan Abah”. Sedangkan data
sekunder merupakan sumber data yang diperoleh peneliti secara tidak
langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain),
yaitu diperoleh dari buku-buku, makalah, dan sumber dari internet yang
berkaitan dengan penelitian ini.
Sumber data penelitian ini didapatkan dari situs internet
www.youtube.com.
4. Tahapan Penelitian
a. Menangkap fenomena yang terjadi dalam masyarakat.
Dalam masyarakat timbul anggapan bahwa untuk mengikuti
perkembangan jaman yang kian modern, sebagai manusia modern
pun sepantasnya hidup dengan cara yang modern, canggih, mewah,
dan serba instan. Fenomena yang menarik perhatian peneliti dalam
sinetron ini yaitu adanya figur seorang ayah yang tetap menjunjung
nilai kesederhanaan baik di dalam keluarga, lingkungan, dan
b. Menentukan tema penelitian.
Tema penelitian akan mempengaruhi orang lain untuk membaca,
terlebih tema penelitian tersebut cukup menarik. Peneliti memilih
tema tentang kesederhanaan untuk diangkat, karena kesederhanaan
adalah hal yang menarik untuk dikaji. Kehidupan masa kini yang
kian modern dan maju membuat orang berlomba-lomba tampil
glamor dan mewah, sedangkan tokoh Abah dapat menjadi bahan
renungan dan introspeksi untuk diri pribadi masing-masing pemirsa.
c. Mengajukan judul penelitian.
Peneliti mengalami revisi judul hingga kedua kalinya, hal tersebut
dikarenakan pemilihan kata yang kurang sesuai sehingga
mengharuskan peneliti untuk menentukan kata-kata yang tepat dan
efektif.
d. Merumuskan penelitian yang sesuai dengan tema yang ditentukan.
Peneliti sempat bingung dalam menentukan metode penelitian,
karena analisis teks media seringkali menggunakan jenis kuantitatif
untuk menghitung frekuensi obyek yang dikaji, namun akhirnya
peneliti memilih untuk menggunakan jenis kualitatif, dengan alasan
penelitian ini akan lebih mendalam dan sarat makna.
e. Menentukan analisis semiotik sebagai metode penelitian.
Metode analisis semiotik dipilih oleh peneliti karena metode tersebut
f. Melakukan identifikasi teks media.
Identifikasi dilakukan oleh peneliti dengan cara mengamati sinetron
religi “Di bawah Lindungan Abah” episode 1 hingga episode 30,
kemudian mencari penanda (signifier) dan petanda (signified)
kesederhanaan dalam sinetron religi “Di bawah Lindungan Abah”.
g. Melakukan analisis data.
Analisis data dilakukan dengan mencari makna dari penanda
(signifier) dan petanda (signified) kesederhanaan dalam sinetron
religi “Di bawah Lindungan Abah”.
h. Menarik kesimpulan.
Kesimpulan merupakan ringkasan makna-makna yang berasal dari
tanda-tanda yang telah diidentifikasi dan telah dianalisis oleh
peneliti. Kesimpulan dapat digunakan sebagai evaluasi untuk
penelitian selanjutnya.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini ialah melakukan
proses unduhan materi film/video yang berformat MP4 dari situs internet
www.youtube.com. Kemudian peneliti melakukan observasi dan mencari
penanda (signifier) dan petanda (signified) untuk mendeskripsikan makna
yang disusun oleh penanda dan petanda tersebut.
Peneliti mengamati tokoh Abah dalam sinetron religi “Di bawah
Lindungan Abah” Trans TV dan mengobservasi setiap pesan verbal, pesan
episode ke-1 hingga episode ke-30, namun terdapat beberapa episode di
mana tokoh Abah tidak muncul. Dalam hal ini peneliti melewati session
tersebut dan melanjutkan ke episode berikutnya.
6. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data merupakan proses menghubungkan dan
mengelompokkan temuan-temuan sehingga didapatkan kesimpulan yang
benar. Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan Analisis
Semiotik model Roland Barthes di mana tahap-tahapnya diawali dengan
mencari penanda (signifier) dan petanda (signified) dari muatan sinetron
religi yang mengandung simbol kesederhanaan pada tokoh Abah dalam
sinetron religi “Di bawah Lindungan Abah” Trans TV.
Setelah mengetahui penanda (signifier) dan petanda (signified)
denotatif, maka ditemukanlah tanda denotatif. Kemudian, setelah
menemukan penanda (signifier) konotatif, peneliti mencari petanda
(signified) konotatif yang kemudian dirangkai menjadi tanda konotatif.
Tanda denotatif (denotative sign) dan tanda konotatif (connotative sign)
merupakan dua tahap tataran makna yang dapat digunakan untuk menggali
makna kesederhanaan dalam sinetron “Di bawah Lindungan Abah”.
1.SIGNIFIER
I. Sistematika Pembahasan
Pada bagian ini, penelitian akan dijabarkan ke dalam lima bab di
mana masing-masing bab menjelaskan tiap-tiap pokok permasalahan,
seperti berikut:
BAB I : Pendahuluan, berisi tentang landasan dilakukannya
penelitian ini. Yang terbagi menjadi beberapa poin,
yaitu: Konteks Penelitian, Fokus Penelitian, Tujuan
Penelitian, Manfaat Penelitian, Kajian Hasil
Penelitian Terdahulu, Definisi Konsep, Kajian
Teori, dan Metode Penelitian. Kemudian Metode
Penelitian terbagi lagi ke dalam beberapa aspek,
yakni: Pendekatan dan Jenis Penelitian, Unit
Analisis, Jenis dan Sumber Data, Tahapan
Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, dan Teknik
Analisis Data. Bagian terakhir ialah Sistematika
Pembahasan.
BAB II : Bab ini berisi tentang landasan teori mengapa
penelitian ini dilakukan. Terdapat Kajian Teoritis,
yang terbagi dua yaitu: Kajian Pustaka dan Kajian
Teori.
BAB III : Berisi tentang bagaimana peneliti mengolah data.
Bab ini berisi Penyajian Data, yang terbagi menjadi:
Deskripsi Subyek, Obyek, dan Wilayah Penelitian;
BAB IV : Berisi mengenai hasil-hasil temuan penelitian,
diungkapkan dalam Analisis Data yang terbagi
menjadi dua: Temuan Penelitian dan Konfirmasi
Temuan dengan Teori.
BAB V : Bab terakhir ini berisi Penutup, Simpulan dan
1
BAB II
KAJIAN TEORETIS
A. Kajian Pustaka
Sinetron merupakan singkatan dari sinema elektronik. Sinetron adalah
sandiwara bersambung yang disiarkan oleh stasiun televisi. Dalam bahasa
Inggris, sinetron disebut soap opera (opera sabun) dan dalam bahasa Spanyol
biasa disebut telenovela. Sebelum tayangan sinetron menjamur seperti
sekarang ini, telenovela lebih dulu ditayangkan di Indonesia. Namun kini,
telenovela tidak lagi ditayangkan dan Indonesia mempunyai tayangan sendiri
yang merupakan hasil produksi dalam negeri, yaitu sinetron.1
Sinetron merupakan wacana atau tiruan realitas sosial nyata. Sinetron
menyajikan versi persepsi-persepsi dan hubungan-hubungan sosial terkini,
mengandung pesan-pesan respon terhadap perubahan persepsi-persepsi dan
hubungan-hubungan sehingga audience menjadi sadar atas adanya
pilihan-pilihan ganda yang kontradiktif. Sinetron disajikan sekilas, bertutur dalam
bingkai episodik, konkret, dan dengan cara yang dramatis. Makna-makna
hadir secara kontras dan menyamaratakan makna tanda-tanda (signs) yang
saling bertentangan dengan menggunakan logika ucapan dan visual.2
Sinetron tentunya memiliki nilai-nilai tertentu sehingga disukai oleh
masyarakat. Berikut ini faktor yang membuat sinetron disukai:
1
Abdul Aziz Saefudin, Republik Sinetron (Yogyakarta: Leutika, 2010), hal. 22-23.
2
2
1. Isi pesannya sesuai dengan realitas sosial pemirsa.
2. Isi pesannya mengandung cerminan tradisi nilai luhur dan budaya
masyarakat (pemirsa).
3. Isi pesannya lebih banyak mengangkat permasalahan atau persoalan yang
terjadi dalam kehidupan masyarakat.3
Sinetron merupakan penyampai pesan dari stasiun televisi kepada
masyarakat, sinetron dapat berfungsi sebagai alat media massa. Fungsi media
massa termasuk televisi menurut seorang ahli komunikasi Dr. Harold D
Laswell ialah sebagai berikut:
1. The surveillance of the environment. Artinya media massa mempunyai
fungsi sebagai pengamat lingkungan, atau dalam bahasa sederhana,
sebagai pemberi informasi tentang hal-hal yang berada di luar jangkauan
penglihatan kepada masyarakat luas.
2. The correlation of the parts of society in responding to the environment.
Artinya media massa berfungsi untuk melakukan seleksi, evaluasi, dan
interpretasi dari informasi. Dalam hal ini peranan media massa adalah
melakukan seleksi mengenai apa yang perlu dan apa yang pantas untuk
disiarkan. Pemilihan dilakukan oleh editor, reporter, redaktur yang
mengelola media massa.
3. The transmission of the social heritage from one generation to the next.
Artinya media massa sebagai sarana untuk menyampaikan nilai dan
warisan sosial budaya dari satu generasi ke generasi yang lain. 4
3
Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa Sebuah Analisis Media Televisi (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), hal. 130.
4
3
Pesan adalah pernyataan tentang pikiran dan perasaan seseorang yang
dikirim kepada orang lain agar orang tersebut diharapkan bisa mengerti dan
memahami apa yang diinginkan oleh si pengirim pesan. Dan agar pesan yang
disampaikan mengena pada sasarannya, maka suatu pesan harus memenuhi
syarat-syarat:
1. Pesan harus direncanakan secara baik-baik, sesuai dengan kebutuhan
seseorang.
2. Pesan tersebut dapat menggunakan bahasa yang dapat dimengerti kedua
belah pihak.
3. Pesan harus menarik minat dan kebutuhan pribadi penerima serta
menimbulkan kepuasan.
Dalam bentuknya pesan merupakan gagasan-gagasan yang telah
diterjemahkan ke dalam simbol-simbol yang dipergunakan untuk menyatakan
suatu maksud tertentu.
Berkomunikasi dengan orang lain berarti menampilkan ekspresi dan
pemikirannya dalam sebuah pesan. Pesan ditransmisikan menjadi sesuatu
yang dapat diterima yang disebut sinyal. Pesan merupakan sebuah representasi
yang akan membentuk gambaran pada pikiran penerima. Bentuk dari sebuah
pesan dapat bermacam-macam. “When we communicate, the person eho
originates the communication expresses his or her thought as a message. The
message is converted into a form is called a signal. The message is a
representation of the thought the sender has had and wants to create in the
mind of recipients”. 5
5
4
Pesan merupakan representasi dari pikiran. Bagaimana seorang
penerima pesan dapat mengerti pesan pengirim dan maksud yang
disampaikan. Bahasa memiliki peran yang sangat penting, kedekatan
penggunaan bahasa akan mempermudah penyampaian tersebut.
Gesture merupakan hal yang mendukung proses penerimaan pesan, di
mana gesture mampu mengirimkan isyarat nonverbal dengan cara yang
tampak jelas. Bahasa tubuh dan mimik wajah yang ditampilkan mampu
menampilkan pesan yang dimaksud pengirim pesan.
Sebuah pesan dapat memiliki lebih dari satu makna, dan beberapa
pesan dapat mempunyai makna yang sama. Pesan dapat memiliki beberapa
lapis makna yang terbangun dari pesan yang sama. Misalnya hanya dapat
ditentukan atau diuraikan dengan merujuk pada makna yang lainnya.
Pembuatan pesan di segala tempat memicu kebudayaan global yang
mengecilkan kenyataan.6
Kesederhanaan berasal dari kata sederhana yang berarti bersahaja,
tidak berlebih-lebihan; sedang (dalam arti pertengahan, tidak tinggi, tidak
rendah, dan sebagainya); tidak banyak seluk-beluknya, tidak banyak pernik,
lugas. Sedangkan kesederhanaan berarti 1. hal (keadaan, sifat)
sederhana; 2. Ling syarat pemerian kebahasaan yang didasarkan atas
pendekatan uraian (dengan ketuntasan dan kehematan).7
Kesederhanaan juga dapat berarti properti, kondisi, atau kualitas ketika
segalanya dapat dipertimbangkan untuk dimiliki. Kesederhanaan biasanya
6
Marcel Danesi, Pesan, Tanda, dan Makna: Buku Teks Dasar Mengenal Teks Semiotika dan Teori Komunikasi, terjemahan Evi Setyarini dan Lusi Lian Piantari (Yogyakarta: Jalasutra, 2011), hal. 293.
7
5
berhubungan dengan beban yang diletakkan sesuatu pada seseorang yang
mencoba untuk menjelaskan atau memahaminya. Sesuatu yang mudah
dipahami atau dijelaskan adalah sederhana, berlawanan dari sesuatu
yang rumit. Dalam beberapa hal, kesederhanaan dapat digunakan untuk
mengartikan kecantikan, kemurnian atau kejelasan. Kesederhanaan juga dapat
digunakan sebagai konotasi negatif untuk menandakan defisit atau
ketidakcukupan nuansa atau kerumitan suatu benda, relatif terhadap sesuatu
yang dianggap perlu.8
Hidup sederhana berarti membebaskan segala ikatan yang tidak
diperlukan. Berbeda dengan kemiskinan, kesederhanaan merupakan suatu
pilahan, keputusan untuk menjalani hidup yang berfokus pada apa yang
benar-benar berarti.9
Ajaran Islam memerintahkan untuk hidup sederhana seperti yang
trecantum dalam Surat al-Furqon ayat ke-67 berikut ini:
“Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak
berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di
tengah-tengah antara yang demikian.”10
Hidup sederhana bukanlah hidup yang serba kekurangan dan bukan
pula hidup yang menghambur-hamburkan harta, tetapi yang sedang-sedang
saja. Hidup sederhana juga memliki beberapa manfaat antara lain:
8
id.wikipedia.org diakses pada 8 Desember 2015.
9
Al Harits Al Muhasibi, Sederhana Penuh Berkah (Serambi, 2006), hal. cover.
10
6
1. Terbebas dari perasaan khawatir akan masalah keuangan.
2. Memiliki dana cadangan untuk membangun masa depan karir.
3. Sebagai modal untuk berwirausaha.
4. Memiliki dana pensiun.
5. Tidak bergantung pada asuransi kesehatan.
6. Cadangan Investasi.
7. Sikap hemat menunjukkan pribadi yang lebih bertanggung jawab.
8. Lebih sehat, karena kesempatan makan di luar rumah terkontrol.
9. Lebih percaya diri dalam menghadapi masa depan.
10.Memiliki dana untuk berlibur bersama keluarga.
11.Jaminan dana pendidikan anak.
12.Berjaga-jaga untuk keperluan darurat.
13.Menjadi teladan yang baik untuk keluarga.
14.Menghemat pengeluaran energi.
15.Tidak menumpuk barang yang tidak terpakai.
16.Menjauhkan diri dari pencurian.11
B. Kajian Teori
1. Analisis Semiotika
Semiotika merupakan cara yang paling tepat untuk menyingkap
sesuatu di balik tanda. Tanda dapat berupa teks, gambar, tanda, ikon, kode,
maupun ekspresi dan bahasa tubuh seseorang. Semiotika mengungkap
11
7
makna di balik sesuatu sehingga dapat diketahui esensi pesan yang
sebenarnya.
Secara etimologis, istilah semiotika berasal dari kata yunani
Semeion yang berarti tanda. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai
suatu-yang atas dasar konvensi sosial suatu-yang terbangun sebelumnya dapat
dianggap mewakili sesuatu yang lain.
Secara terminologis, semiotika dapat diidentifikasikan sebagai
ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa,
seluruh kebudayaan sebagai tanda.12
Semiotik adalah ilmu tentang tanda-tanda. Ilmu ini menganggap
bahwa fenomena sosial/masyarakat dan kebudayaan itu merupakan
tanda-tanda. Semiotik mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan,
konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti.13
Media memainkan peran khusus dalam mempengaruhi budaya
tertentu melalui penyebaran informasi. Peran media sangat penting karena
menampilkan sebuah cara dalam memandang realita. Para produser
mengendalikan isi medianya melalui cara-cara tertentu untuk menyandikan
pesan-pesan.
Media massa bukan sekedar sebagai hubungan antara pengirim
pesan pada satu pihak dan penerima pada pihak lain. Lebih dari semua itu
media dilihat sebagai produksi dan pertukaran makna.
12
Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis Bagi Penelitian Dan Skripsi Komunikasi. Edisi 2 (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013), hal. 7.
13
8
Semiotik digunakan sebagai pendekatan untuk menganalisis teks
media dengan asumsi bahwa media itu sendiri dikomunikasikan melalui
seperangkat tanda. Teks media tidak pernah membawa makna tunggal.
Teks media memiliki ideologi dominan yang terbentuk melalui tanda dan
membawa kepentingan-kepentingan tertentu.14
Dengan mengamati tanda-tanda (signs) yang terdapat dalam teks
(pesan) kita dapat mengetahui ekspresi emosi dan kognisi si pembuat teks,
baik secara denotatif, konotatif, bahkan mitologis.
Semiotik melihat bahwa pesan merupakan konstruksi tanda-tanda,
yang pada saat bersinggungan dengan penerima akan memproduksi
makna. Pesan bukan sekedar sesuatu yang dikirim oleh A ke B, pesan
merupakan elemen dalam hubungan yang terstruktur, di mana terdapat
elemen-elemen lain termasuk realitas eksternal.15
Semiotik yang telah dikenal saat ini ada sembilan macam, yaitu:
a. Semiotik analitik, semiotik yang menganalisis sistem tanda.
b. Semiotik deskriptif, semiotik yang memperhatikan sistem tanda yang
dapat kita alami sekarang, meskipun ada tanda yang sejak dahulu tetap
seperti yang disaksikan sekarang.
c. Semiotik faunal, semiotik yang khusus memperhatikan sistem tanda
yang dihasilkan oleh hewan.
d. Semiotik kultural, yakni semiotik yang khusus menelaah sistem tanda
yang berlaku dalam kebudayaan masyarakat tertentu.
14Ibid
, hal. 93.
15Ibid,
9
e. Semiotik naratif, semiotik yang menelaah sistem tanda dalam narasi
yang berwujud mitos dan cerita lisan (folklore).
f. Semiotik natural, semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang
dihasilkan oleh alam.
g. Semiotik normatif, semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang
dibuat oleh manusia yang berwujud norma-norma, misalnya rambu
lalu lintas.
h. Semiotik sosial, semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang
dihasilkan oleh manusia yang berwujud lambang, baik lambang
berwujud kata maupun kalimat.
i. Semiotik struktural, semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang
dimanifestasikan melalui struktur bahasa.16
2. Pendekatan Roland Barthes
Barthes melontarkan konsep tentang konotasi dan denotasi sebagai
kunci dari analisisnya. Barthes menggunakan versi yang jauh lebih
sederhana saat membahas model “glossematic sign” (tanda-tanda
glossematic). Mengabaikan dimensi dari bentuk dan substansi, Barthes
mendefinisikan sebuah tanda (sign) sebagai sebuah sistem yang terdiri dari
(E) sebuah ekspresi atau signifier dalam hubungannya (R) dengan content
(atau signified) (C): ERC.
16
10
Sebuah sistem tanda primer (primary sign system) dapat menjadi
sebuah elemen dari sebuah sistem tanda yang lebih lengkap dan memiliki
makna yang berbeda ketimbang semula.
Barthes menulis:
Such sign system can become an element of a more comprehensive sign
system. If the extension is one of content, the primary sign (E, R, C)
becomes the expression of a secondary sign system:
E 2 = ( E 1 R 1 C 1 ) R 2 C 2
Dengan begitu, primary sign adalah denotative sedangkan
secondary sign adalah satu dari connotative semiotics. Konsep connotative
inilah yang menjadi kunci penting dari model semiotika Roland Barthes.17
Pesan merupakan sebuah bentukan antara signifier dan signified,
kedua kategorisasi tersebut menampilkan makna denotatif. Makna
denotatif yang dihubungkan dengan makna denotatif lainnya akan
membentuk makna konotatif yang dapat diartikan menurut mitos/
kepercayaan tertentu.
3. Teori yang Relevan
Penelitian ini menggunakan Teori Kepercayaan, Sikap, dan Nilai
(Beliefs, Attitudes, and Values Theory) yang dikemukakan oleh Milton
Rokeach. Menurut teori ini setiap manusia memiliki sistem kepercayaan,
sikap, dan nilai yang sangat terorganisasi yang membimbing tingkah laku
atau sikap tindak manusia (behavior).
17
11
Menurut Rokeach, kepercayaan adalah pernyataan yang jumlahnya
sangat banyak (mencapai ratusan ribu) yang dibuat seseorang mengenai
dirinya dan lingkungannya. Sikap adalah kelompok-kelompok
kepercayaan yang tersusun di sekitar suatu obyek perhatian yang
mendorong seseorang untuk bertindak atau bertingkah laku menurut
cara-cara tertentu terhadap obyek tersebut. Seseorang memiliki ratusan ribu
kepercayaan dan mungkin ribuan sikap. Masing-masing sikap terdiri atas
sejumlah kepercayaan mengenai obyek sikap.18
Menurut Rokeach, kepercayaan dan sikap adalah dua hal penting
yang harus dilihat bersama-sama. Sikap terdiri atas dua hal yaitu sikap
terhadap obyek (attitude toward object) dan sikap terhadap situasi
(attitude toward situation). Tingkah laku seseorang pada situasi tertentu
merupakan fungsi dari kedua sikap tersebut. Jika pada situasi tertentu
seseorang tidak bertingkah laku sesuai dengan sikapnya maka hal itu bisa
terjadi karena sikap orang tersebut terhadap situasi mencegah atau
menghalangi hal itu terjadi.19
Nilai adalah jenis atau tipe khusus dari kepercayaan yang menjadi
pusat sistem dan bertindak sebagai panduan hidup. Nilai yang sangat
penting disebut nilai instrumental (instrumental values) merupakan
panduan hidup dalam hidup dan menjadi acuan bagi setiap tingkah laku
atau sikap tindak seseorang yang menjunjung nilai tersebut setiap harinya.
18
Morissan, Teori Komunikasi Individu Hingga Massa (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), hal. 105.
19Ibid,
BAB III PENYAJIAN DATA
A. Deskripsi Subyek, Obyek dan Wilayah Penelitian
1. Subyek penelitian
Subyek penelitian merupakan media yang dijadikan studi analisa
(profil media) oleh peneliti, dalam penelitian ini subyek penelitian ialah
stasiun televisi tempat di mana program acara sinetron religi “Di bawah
Lindungan Abah” ditayangkan, yakni stasiun televisi Trans TV.
a. Profil Trans TV
PT Televisi Transformasi Indonesia (TRANS TV) adalah
stasiun televisi swasta di bawah naungan TRANS CORP dan dimiliki
oleh CT CORP yang mengudara secara nasional di Indonesia.
Memperoleh ijin siaran pada Oktober 1998 setelah dinyatakan
lulus dari uji kelayakan yang dilakukan tim antar departemen
pemerintah, kemudian mulai siaran resmi secara komersial pada 15
Desember 2001. TRANS TV selalu menayangkan tampilan, gaya,
serta program yang inovatif, berbeda, dan kreatif sehingga menjadi
trendsetter di industri pertelevisian.
TRANS TV bersama TRANS7 dan Detikcom di bawah payung
TRANSMEDIA, diharapkan dapat menjadi televisi terdepan di
Indonesia, dengan program-program in-house productions yang
bersifat informatif, kreatif, dan inovatif.
TRANSMEDIA, sebagai media terdepan di Indonesia yang
menjadi trendsetter untuk Indonesia lebih baik telah memiliki identitas
baru.
Minggu, 15 Desember 2013 TRANSMEDIA
me-launching logo baru bersamaan dengan ulang tahun TRANSMEDIA
yang ke-12.
Logo dengan simbol 'Diamond A' di tengah kata TRANS TV
merefleksikan kekuatan dan semangat baru yang memberikan inspirasi
bagi semua orang di dalamnya untuk menghasilkan karya yang
gemilang, diversifikasi konten atau keunikan tersendiri serta
kepemimpinan yang kuat.
Masing-masing warna dalam logo ini memiliki makna dan
filosofi. Warna kuning sebagai cerminan warna keemasan pasir pantai
yang berbinar dan hasil alam nusantara sekaligus melambangkan
optimisme masyarakat Indonesia.
Sedangkan rangkaian warna hijau menggambarkan kekayaan
alam Indonesia yang hijau dan subur, serta memiliki ketangguhan
sejarah bangsa. Warna biru melambangkan luasnya cakrawala dan laut
biru sekaligus menggambarkan kekuatan generasi muda bangsa
Indonesia yang handal dan memiliki harapan tinggi. Yang terakhir
adalah rangkaian warna ungu, menggambarkan keagungan dan
kecantikan budaya dan seni bangsa Indonesia yang selalu dipuja dan
dihargai sepanjang masa.
Semua rangkaian warna yang mengandung makna cerita di
kuat dan bercahaya di dalam berlian berbentuk A ini. Sehingga bisa
dipahami makna dari logo baru TRANSMEDIA ini menjadi tanda
yang menyuarakan sebuah semangat dan perjuangan untuk mencapai
keunggulan yang tiada banding mulai dari sekarang hingga masa
mendatang.
VISI: Menjadi televisi terbaik di Indonesia maupun ASEAN,
memberikan hasil usaha yang positif bagi stakeholders, menyampaikan
program-program berkualitas, berperilaku berdasarkan nilai-nilai
moral budaya kerja yang dapat diterima oleh stakeholders serta mitra
kerja, dan memberikan kontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan
serta kecerdasan masyarakat.
MISI: Wadah gagasan dan aspirasi masyarakat untuk
mencerdaskan serta mensejahterakan bangsa, memperkuat persatuan
dan menumbuhkan nilai-nilai demokrasi.
b. Profil Manajemen Trans TV
1). Komisaris Utama : Chairul Tanjung
2). Komisaris : Ishadi, SK. Asih Winati
3). Direktur Utama : Atiek Nur Wahyuni
4). Direktur Produksi : Andi Chairil
5). Direktur FRM & Corporate Service : Warnedy
6). Divisi Sales : Arni Yuliartiningsih
7). Divisi Promotion : Tedja Andrawan
8). Divisi News : Tintin Rosema Sari
10). Divisi Programming :Leona Anggraeni1
2. Obyek penelitian
Obyek penelitian dalam penelitian ini yaitu sinetron religi “Di
bawah Lindungan Abah”. Sinetron ini diproduksi oleh Trans TV yang
bekerja sama dengan Tobali Putra Productions di mana penggarapannya
meminta bantuan talents yang tak diragukan lagi kemampuan
beraktingnyasebagai pemeran dalam sinetron tersebut.
a. Sinetron Religi “Di bawah Lindungan Abah”
Sinetron ini masuk dalam Nominasi Film Televisi FFB 2015
dalam acara Penghargaan FFB (Festifal Film Bandung) ke-28
September 2015 untuk Pemeran Wanita Serial Televisi Terpuji yang
diberikan kepada Shireen Sungkar. Prestasi berikutnya, sinetron ini
juga masuk dalam Nominasi Program Ramadhan Terbaik 2015 dan
mendapat Apresiasi Program Ramadhan 2015 versi KPI (Komisi
Penyiaran Indonesia) dan MUI (Majelis Ulama Indonesia).
Profil Sinetron Religi “Di bawah Lindungan Abah”
Judul sinetron : Di bawah Lindungan Abah
Promotor : Trans TV
Periode tayang : 17 Juni 2015—16 Juli 2015
Jumlah episode : 30 episode
Durasi : 60 menit
Jam tayang : pukul 20:45 WIB
1
Talents : Reza Rahardian, Shireen Sungkar,
Marwoto, Ajun Perwira, Kesha
Ratuliu, Amank, Early Asih, Novie
Chandra, Indra Widiawati, Otis
Pamutih, Dian Hendryan, Rini
Mentari, Mat Rozi.
Produser : Produser Ferry Fernandez
Pengarah Produksi : Atiek Nur Wahyuni
Perancang Acara : Ferry Fernandez, Dede Ferdinand
Tim Kreatif : Fitri Angelina, Cessa Putri Wahyuni
Cast Director : Erfitriani
Pimpinan Produksi : Maryati Winata, Steve Imanuel
Cerita & Skenario : Wahyu H. Sudarmo
Sutradara : Ruli Wanisar
Script : Yanto
Penyunting Gambar : Ardino Rumriansyah, Tabah
Guwono, Arief Rachman Hakim,
Bayoe Trisna
Original Soundtrack : Arti Hidup
Penyanyi : Setia Band feat Celica
Pencipta lagu : Charlie van Houten
Sponsor : FishQua, Carrefour, TransMart,
b. Tokoh Abah dalam Sinetron “Di bawah Lindungan Abah”
Tokoh utama yang berperan sebagai Abah bernama lengkap Sri
Slamet Sumarwoto. Lahir di Yogyakarta pada tanggal 21
Oktober 1952. Saat ini berumur 63 tahun. Figur Marwoto adalah
pelawak dan aktor Indonesia. Ia dikenal luas secara nasional melalui
acara komedi Ketoprak Humor. Pada tahun 2009, ia ikut berperan
dalam film “Preman In Love” dengan Tora Sudiro dan Vincent Ryan
Rompies. Dirinya juga bermain dalam beberapa film lainnya seperti
“Pengantin Sunat” yang diproduksi pada tahun 2010, film “Cewek
Saweran” produksi tahun 2011, “Soegija” tahun 2012 dan film
“Ambilkan Bulan” produksi tahun 2012.
c. Sekilas tentang Produser “Di bawah Lindungan Abah”
Produser sinetron religi “Di bawah Lindungan Abah” ialah
Ferry Fernandez. Ferry Fernandez merupakan aktor kebangsaan
Indonesia yang lahir di Bengkulu pada tanggal 31 Oktober 1983. Saat
ini pria tersebut berumur 32 tahun. Dirinya memulai awal karier
dengan menjadi seorang model dan merambah ke dunia seni peran.
Pada tahun 2008, Ia mulai bermain dalam film layar lebar. Film
pertama yang diperankannya ialah film “Skandal Cinta Babi Ngepet”.
Nama Ferry Fernandez mulai dikenal luas di Indonesia setelah
memerankan Kumar Fernandez di acara sulap komedi Trans TV
Ia juga pernah bermain dalam beberapa film televisi ber-genre
drama maupun kolosal yang diproduksi oleh Genta Buana Paramita.
Berikut judul tayangan yang pernah dibintanginya: FTV Kuasa Ilahi
(2004-2006), Suratan Takdir (2004-2006), Misteri Dua Dunia
(2005-2007), Misteri Ilahi (2005-(2005-2007), Pengorbanan Cinta, Sumpah Nyai
Telaga, dan Petualangan Rina Koyo di Malam Seram.
Ferry Fernandez juga aktif dalam menggunakan media sosial
seperti twitter dan instagram. Saat ini Ferry Fernandez menjadi
Produser Program untuk Divisi Film, Drama dan Acara Olah raga pada
stasiun televisi Trans TV.
d. Sekilas mengenai Tobali Putra Productions
Sinetron religi “Di bawah Lindungan Abah” tak lepas dari
peran Tobali Putra. Tobali Putra adalah sebuah rumah produksi yang
didirikan di Indonesia yang berdiri sejak 30 Mei 2006. Tobali Putra
merupakan generasi kedua dari Tobali Indah Film yang telah
berproduksi sejak 1970-1992 yang telah banyak menghasilkan karya
terkenal seperti: Bengawan Solo, Sunan Kalijaga, Ari Anggara,
Pelarian Johny Indo, Istana Kecantikan, 1 Mawar 3 Duri dan lain-lain.
Tobali Putra telah bekerja sama dengan banyak stasiun TV di
Indonesia maupun di luar negeri. Program yang digarap meliputi FTV
3. Wilayah penelitian
Wilayah penelitian dalam penelitian ini adalah komunikasi teks
media yang meliputi visual (gambar) dan audio (suara) pada sinetron religi
“Di bawah Lindungan Abah”. Namun peneliti lebih berkonsentrasi pada
tokoh Abah karena namanya tercantum dalam judul sinetron religi “Di
bawah Lindungan Abah”. Muatan pesan kesederhanaan dianalisis dengan
Analisis Semiotik model Roland Barthes dengan mencari petanda
(signifier) dan petandanya (signified).
B. Deskripsi Data Penelitian
Dalam deskripsi data penelitian, peneliti menjelaskan dan menjawab
apa yang menjadi fokus penelitian. Dengan menggunakan signifikasi dua
tahap Roland Barthes, pertama peneliti akan menjabarkan data visual dan
audio pada setiap scene yang memuat kesederhanaan dalam sinetron religi “Di
bawah Lindungan Abah”, kemudian peneliti akan mencari penanda dan
petanda. Kemudian peneliti mencari tanda denotasi dan konotasi yang ada
untuk menemukan makna kesederhanaan yang terkandung dalam sinetron
religi “Di bawah Lindungan Abah”.
1. Penanda, Petanda, dan Makna Kesederhanaan pada Sinetron Religi “Di
a. Episode 1 durasi ke-10:00
Tabel 3.1
Adegan Abah memberikan tausiyah kepada warga kampung
Signifier (Penanda) Signified (Petanda)
“Camkan ini! Allah itu adalah Maha Baik, jadi hanya menerima yang baik-baik. Riba itu apakah sesuatu yang baik?? Meskipun diniatkan
untuk ibadah.”
Abah memberikan tausiyah kepada jamaah masjid tentang umat Islam yang perilakunya semakin menjauhi sunnah Rasul. Riba sudah merasuk ke dalam kehidupan sehari-hari umat Islam dan bersanding dengan setiap kebutuhan hidupnya, juga dalam hal ibadah.
Denotative Sign (Tanda Denotatif)
Abah memberikan peringatan kepada jamaah agar menjauhi riba.
Connotative Signifier
(Penanda Konotatif)
Connotative Signified
(Petanda Konotatif) Kekhawatiran Abah pada kondisi
masyarakat masa kini.
Abah memikirkan nasib umat Islam yang semakin jauh dari sunnah Rasul.
Connotative Sign (Tanda Konotatif)
Kekhawatiran Abah tentang perilaku masyarakat yang sudah membiasakan diri dengan riba, terlebih untuk kegiatan ibadah.
Makna penanda dan petanda episode 1 durasi ke-10:00
Abah memperingatkan jamaah masjid yang memang sudah terbiasa
hidup dengan riba untuk menjauh dari riba, karena riba hukumnya
haram dan merupakan sesuatu yang tidak baik. Abah khawatir dengan
gaya hidup masyarakat yang semankin menjauh dari Sunnah Rasul.
sedikit menghilangkan riba dari kehidupannya, dan secara tidak
langsung Abah mengajarkan cara hidup sederhana. Dengan masyarakat
menjauhi riba, maka jika ingin membeli sesuatu maka mereka harus
menabung untuk mendapatkannya. Begitu pun dengan beribadah haji,
jika seseorang belum mempunyai cukup modal untuk berangkat haji,
maka tidak perlu memaksakan untuk beribadah haji dengan jalan
meminjam uang di bank. Konsep hidup sederhana dalam hal ini akan
memberikan efek positif yaitu giat bekerja untuk mengumpulkan harta,
dan tumbuhnya sifat sabar dalam menunggu hasil tabungannya sesuai
jumlah yang diharapkan.
b. Episode 1 durasi ke-13:34
Tabel 3.2
Adegan Abah hendak pulang dari memberikan tausiyah
Signifier (Penanda) Signified (Petanda)
“Para sahabat dan para pendahulu
kita nggak ada yang tausiyah lalu
mengharapkan amplop.”
Abah mengatakan bahwa dai/ustad di jaman Rasulullah tidak mengharapkan bayaran dari tausiyahnya.
Denotative Sign (Tanda Denotatif) Abah tidak mengharapkan bayaran dari tausiyahnya
Connotative Signifier
(Penanda Konotatif)
Connotative Signified
(Petanda Konotatif) Abah tidak menunggu amplop/
bayaran setelah memberikan tausiyah.
mengharap imbalan berupa uang.
Connotative Sign (Tanda Konotatif) Abah mengajarkan ilmu dengan mengharap ridla Allah.
Makna penanda dan petanda episode 1 durasi ke-13:34
Abah tidak memungut bayaran dari tausiyahnya, padahal di jaman
sekarang ini setiap orang berlomba untuk mendapatkan uang dari
profesinya, termasuk menjadi dai/ustad. Dai/ustad yang memberikan
tausiyah mematok bayaran ratusan ribu hingga puluhan juta rupiah
untuk sekali tampil. Abah menampilkan kesederhanaan dengan tidak
memikirkan uang dan harta yang didapatkan dari kegiatannya.
Tausiyah merupakan kegiatan beribadah yang dilakukan oleh Abah
untuk mengumpulkan bekal akhiratnya.
c. Episode 2 durasi ke-17:02
Tabel 3.3
Adegan Abah duduk bersama Dude di serambi rumahnya
Signifier (Penanda) Signified (Petanda)
“Yang jelek itu orang yang pertama kali kasih amplop ke ustad, sampai jadi tradisi kayak sekarang ini. Sejak saat itu, dunia perdakwahan terkontaminasi amplop. Padahal perintah Allah dan Rasulnya itu untuk semua muslim, sampaikanlah
walau hanya satu ayat, nggak ada upah-upahan”
Denotative Sign (Tanda Denotatif)
Abah berkata bahwa dalam menyampaikan ilmu tidak dikenal adanya upah atau bayaran karena menyampaikan ilmu adalah perintah Allah dan Rasul-Nya.
Connotative Signifier
(Penanda Konotatif)
Connotative Signified
(Petanda Konotatif) Abah menegaskan kepada Dude
tentang tidak adanya upah/ bayaran tausiyah, dan perintah menyampaikan ilmu walaupun satu ayat.
Abah tidak memikirkan uang yang bisa didapatkan dengan profesinya sebagai ustad.
Connotative Sign (Tanda Konotatif) Abah hanya mengharapkan ridla Allah.
Makna penanda dan petanda episode 2 durasi ke-17:02
Abah menunjukkan kesederhanaan melalui cara mengharapkan sesuatu
dengan tidak berlebih-lebihan. Abah tidak mengharapkan uang dan
materi keduniawian sebagai balasan dirinya menyampaikan ilmu. Hal
tersebut dibuktikan dengan tidak adanya amplop/upah yang ia terima
dari tausiyahnya. Abah hanya mengharapkan ridla dari Allah karena
menyampaikan ilmu adalah perintah Allah. Dalam pesan ini juga
terdapat kesederhanaan dalam menyampaikan ajaran agama, yaitu
menyampaikan ilmu walaupun satu ayat. Mengajarkan ilmu tidak
harus sesuatu yang rumit, tetapi cukup sesuatu yang sederhana yaitu