P E N J E L A S A N A T A S
PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 16 TAHUN 2013
TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI MALUKU
I. UMUM
Sesuai dengan amanat Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi merupakan pedoman untuk penyusunan RPJP Provinsi; penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Provinsi; Pemanfaatan Ruang dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang di
Wilayah Provinsi; mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan
keseimbangan perkembangan antar wilayah kabupaten/kota, serta keserasian antar sektor; penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi; penataan ruang Kawasan Strategis Nasional; dan penataan ruang Wilayah Provinsi.
Rancana Tata Ruang Wilayah Provinsi disusun dengan
memperhatikan dinamika pembangunan yang berkembang, antara lain tantangan globaliasi otonomi dan aspirasi daerah, kondisi fisik Wilayah Provinsi Maluku yang rentan terhadap bencana, dampak pemanasan global, pengembangan potensi kelautan dan pesisir, pemanfaatan ruang kota pantai, penanganan Kawasan Perbatasan Negara, dan peran teknologi dalam memanfaatkan ruang.
Untuk mengantisipasi dinamika pembangunan tersebut, upaya pembangunan Provinsi juga harus ditingkatkan melalui perencanaan, dan pengendalian pemanfaatan ruang yang lebih baik agar seluruh pikiran dan sumberdaya dapat diarahkan secara berhasil guna dan berdaya guna. Salah satu hal penting yang dibutuhkan untuk mencapai maksud tersebut adalah peningkatan keterpaduan dan keserasian pembangunan disegala bidang pembangunan, yang secara special dirumuskan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi.
Pembangunan sumberdaya alam dilakukan secara terencana, rasional, optimal, bertanggungjawab, dan sesuai dengan kemampuan
daya dukungnya, dengan mengutamakan sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat, memperkuat struktur ekonomi yang memberikan efek pengganda yang maksimum terhadap pengembangan industri pengolahan dan jasa dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi dan keseimbangan lingkungan hidup serta keanekaragaman hayati guna mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. Sehubungan dengan itu, Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi berlandaskan wawasan nusantara dan ketahanan nasional merupakan matra spasial
sumberdaya alam yang berkelanjutan dan pelestarian lingkungan hidup dapat dilakukan secara aman, tertib, efektif, dan efisien.
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi memadukan dan menyerasikan tata guna tanah, tata guna udara, tata guna air dan tata guna sumber daya lainnya dalam satu kesatuan tata lingkungan yang harmonis dan dinamis serta ditunjang oleh pengelolaan perkembangan kependudukan yang serasi dan disusun melalui pendekatan wilayah dengan memperhatikan sifat lingkungan alam dan lingkungan sosial. Untuk itu, penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi ini didasarkan pada upaya untuk mewujudkan tujuan dan kebijakan penataan ruang wilayah, untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat
dan pertahanan keamanan yang diwujudkan melalui strategi
pelaksanaan pemanfaatan ruang wilayah untuk tercapainya
pemanfaatan ruang yang berkualitas, rencana struktur ruang wilayah Provinsi yang meliputi sistem perkotaan dalam wilayah yang berkaitan dengan kawasan perdesaan dalam wilayah pelayanannya. Rencana pola ruang wilayah Provinsi meliputi kawasan lindung dan kawasan budidaya termasuk kawasan andalan dengan sektor unggulan yang prospektif dikembangkan serta Kawasan Strategis Provinsi.
Selain rencana pengembangan Struktur Ruang dan Pola Ruang, Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi ini juga menetapkan kriteria Struktur Ruang, Pola Ruang, Kawasan Andalan, Kawasan Strategis Provinsi, dan Kawasan Strategis Nasional; Arahan Pemanfaatan Ruang yang merupakan Indikasi Program Jangka Menengah Lima Tahunan; Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang yang terdiri atas Indikasi Arahan Peraturan Zonasi, Arahan Perizinan, Arahan Insentif dan Disinsentif dan Arahan Sanksi; dan kegiatan mewujudkan penataan ruang juga mengatur hak, kewajiban dan peran masyarakat.
Secara substansial Rencana Tata Ruang Pulau/Kepulauan, Kawasan Strategis Provinsi dan Strategis Nasional sangat berkaitan erat dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi karena merupakan
kewenangan pemerintah Provinsi dan perangkat untuk
mengoperasikannya.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup Jelas Pasal 2
Cukup Jelas Pasal 3
Cukup Jelas Pasal 4
Cukup Jelas Pasal 5
Pasal 6
Cukup Jelas Pasal 7
Cukup Jelas Pasal 8
Cukup Jelas Pasal 9
Ayat (1)
Cukup Jelas Ayat (2)
Strategi pengembangan struktur ruang yang menggunakan konsep laut pulau dan Gugus Pulau meliputi :
a. Peningkatan keterkaitan ekonomi dan ruang antara
Provinsi Maluku dengan wilayah luar Provinsi.
b. Pengembangan kota-kota yang berkedudukan cukup
strategis dan memiliki peran sebagai pintu-pintu
keluar-masuk (Multy Gate) dalam menciptakan
hubungan/keterkaitan ekonomi dan spasial dengan daerah luarnya.
c. Pengembangan sistem transportasi yang diprioritaskan
dan diarahkan untuk keterkaitan antar pusat-pusat pengembangan, baik transportasi darat, laut, maupun udara.
d. Memperkuat struktur kegiatan di Gugus-Gugus Pulau
yang ada di Provinsi Maluku, dan implikasi terhadap ruang kota-kota yang menjadi orientasi pertumbuhan di masing-masing Gugus Pulau.
e. Pengembangan kota-kota yang tingkatannya lebih rendah
agar dapat berfungsi sebagai pendukung pusat-pusat orientasi ini.
Pasal 10
Cukup Jelas. Pasal 11
Cukup Jelas Pasal 12
Cukup Jelas Pasal 13
Cukup Jelas Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Cukup Jelas Pasal 16
Pasal 17
Cukup Jelas Pasal 18
Cukup Jelas
Pasal 19
Cukup Jelas Pasal 20
Cukup Jelas Pasal 21
Cukup Jelas Pasal 22
Cukup Jelas Pasal 23
Cukup Jelas Pasal 24
Cukup Jelas Pasal 25
Ayat (1)
Cukup Jelas Ayat (2)
Cukup Jelas Ayat (3)
Cukup Jelas Ayat (4) Cukup Jelas
Ayat (5) Cukup Jelas Ayat (6)
Bandara Khusus adalah merupakan Bandara yang dipergunakan untuk aktifitas Militer, Pertambangan dan aktifitas lainnya
Pasal 26 Huruf a
Pembangkit listrik ditetapkan untuk melayani keterpaduan jaringan pembangkit dan jaringan transmisi baik secara nasional maupun antar Provinsi.
Pembangkit listrik bersumber dari energi : gelombang pasang, air, angin, laut, bioenergi, tenaga surya, dan tenaga panas bumi.
Huruf b
Cukup Jelas Pasal 27
Pasal 28
Huruf a
Jaringan Terestrial berupa jaringan mikro digital, jaringan serat optik, jaringan mikro analog dan jaringan kabel laut
Huruf b
Jaring Satelit merupakan piranti komunikasi yang
memanfaatkan teknologi satelit Pasal 29
Cukup Jelas. Pasal 30
Cukup Jelas Pasal 31
Cukup Jelas Pasal 32
Cukup Jelas Pasal 33
Cukup Jelas Pasal 34
Cukup Jelas
Pasal 35
Cukup Jelas
Pasal 36
Cukup Jelas
Pasal 37
Cukup Jelas Pasal 38
Cukup Jelas Pasal 39
Cukup Jelas Pasal 40
Cukup Jelas Pasal 41
Cukup Jelas
Pasal 42
Cukup Jelas
Pasal 43 Huruf a
Cukup Jelas Huruf b
Cukup Jelas Huruf c
Pulau Marsegu dan Pulau Kassa di Seram Bagian Barat dan Pulau Pombo di Maluku Tengah seluas 13.098 Ha.
Huruf d
Cukup Jelas Pasal 44
Cukup Jelas Pasal 45
huruf a
Cukup Jelas
huruf b
Cukup Jelas huruf c
Cukup Jelas
huruf d
Cukup Jelas huruf e
Untuk sungai di kawasan permukiman berupa sempadan sungai yang diperkirakan cukup untuk dibangun jalan
inspeksi (10–15 meter) dan erdasarkan ketentuan Departemen
Kehutanan (Maret 1986), bahwa garis sempadan daerah pengamanan aliran sungai di luar kawasan lindung adalah dihitung 5 meter dari luar kaki tanggul untuk sungai yang bertanggul.
huruf f
Cukup Jelas huruf g
Cukup Jelas Pasal 46
Cukup Jelas Pasal 47
Cukup Jelas Pasal 48
Cukup Jelas Pasal 49
Cukup Jelas Pasal 50
Cukup Jelas Pasal 51
Cukup Jelas
Pasal 52
Ayat (1)
Ayat (2)
Cukup Jelas Ayat (3)
Cukup Jelas Ayat (4)
Cukup Jelas
Ayat (5)
Cukup Jelas Ayat (6)
Cukup Jelas Ayat (7)
Cukup Jelas Ayat (8)
Cukup Jelas Pasal 53
Ayat (1)
Cukup Jelas Ayat (2)
Cukup Jelas Ayat (3)
huruf a
Cukup Jelas huruf b
Cukup Jelas huruf c
Cukup Jelas huruf d
Cukup Jelas huruf e
Cukup Jelas huruf f
Cukup Jelas huruf g
Cukup Jelas Ayat (4)
Cukup Jelas Ayat (5)
Cukup Jelas Ayat (6)
Cukup Jelas Ayat (7)
Cukup Jelas Ayat (8)
Cukup Jelas Ayat (9)
Pasal 54
Cukup Jelas Pasal 55
Cukup Jelas Pasal 56
Cukup Jelas Pasal 57
Cukup Jelas Pasal 58
Cukup Jelas Pasal 59
Cukup Jelas Pasal 60
Cukup Jelas Pasal 61
Cukup Jelas Pasal 62
Cukup Jelas
Pasal 63
Cukup Jelas Pasal 64
Cukup Jelas Pasal 65
Cukup Jelas Pasal 66
Cukup Jelas Pasal 67
Cukup Jelas Pasal 68
Cukup Jelas Pasal 69
Cukup Jelas Pasal 70
Cukup Jelas Pasal 71
Cukup Jelas Pasal 72
Cukup Jelas Pasal 73
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Jaringan terinterkoneksi dikembangkan untuk
terinterkoneksi ditetapkan untuk melayani PKN dan kawasan andalan dan kawasan strategis nasional.
Ayat (3)
Jaringan terisolasi dikembangkan di daerah terpencil yang berdiri sendiri serta jauh dari pusat pelayanan. Jaringan terisolasi ditetapkan untuk: (a). melayani kawasan yang tersebar atau terpisah-pisah; (b). melayani daerah terpencil yang berdiri sendiri; (c). melayani kawasan yang jauh dari pusat pelayanan.
Pasal 74
Cukup Jelas Pasal 75
Cukup Jelas Pasal 76
Cukup Jelas Pasal 77
Cukup Jelas Pasal 78
Cukup Jelas Pasal 79
Cukup Jelas Pasal 80
Cukup Jelas Pasal 81
Cukup Jelas Pasal 82
Cukup Jelas Pasal 83
Cukup Jelas Pasal 84
Cukup Jelas Pasal 85
Cukup Jelas Pasal 86
Cukup Jelas Pasal 87
Cukup Jelas Pasal 88
Cukup Jelas Pasal 89
Cukup Jelas Pasal 90
Cukup Jelas Pasal 91
Pasal 92
Cukup Jelas Pasal 93
Cukup Jelas Pasal 94
Cukup Jelas Pasal 95
Cukup Jelas Pasal 96
Cukup Jelas Pasal 97
Cukup Jelas Pasal 98
Cukup Jelas Pasal 99
Cukup Jelas Pasal 100
Cukup Jelas Pasal 101
Cukup Jelas Pasal 102
Cukup Jelas Pasal 103
Cukup Jelas Pasal 104
Cukup Jelas Pasal 105
Cukup Jelas Pasal 106
Cukup Jelas Pasal 107
Cukup Jelas Pasal 108
Cukup Jelas Pasal 109
Cukup Jelas Pasal 110
Cukup Jelas Pasal 111
Cukup Jelas Pasal 112
Cukup Jelas Pasal 113
Cukup Jelas Pasal 114
Pasal 115
Cukup Jelas Pasal 116
Cukup Jelas Pasal 117
Cukup Jelas Pasal 118
Cukup Jelas Pasal 119
Cukup Jelas Pasal 120
Cukup Jelas