• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL GURU SEKOLAH DASAR YANG TERSERTIFIKASI PADA PEMBELAJARAN SAINS | Kalu | JSTT 6984 23337 1 PB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL GURU SEKOLAH DASAR YANG TERSERTIFIKASI PADA PEMBELAJARAN SAINS | Kalu | JSTT 6984 23337 1 PB"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

85

KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL GURU SEKOLAH

DASAR YANG TERSERTIFIKASI PADA PEMBELAJARAN SAINS

Muhammad Ridwan Kalu¹, Amram Rede dan H. Asep Mahpudz²

Kridwankalu@ymail.com

¹Mahasiswa Program Studi Magister Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Tadulako ²Dosen Pengajar Program Studi Magister Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Tadulako

Abstract

The objektive of the research was to analyze pedagogical and profesional competence of certified elementary school teachers on science learning. The research subjecs were 16 teachers. The research method employed was qualitive descriptive by using survey data collected by questionnare, observation and interview. The research result showed hat the pedagogical competence of certified elementary school teachers in science learning in regional I and regional II Tanantovea sub district with observation result reached 48% and questionnare was 76,12%. The competence of the professional had haved on observation 45,97% and questionnare was 66,02%. The pedagogical competence of certified elementary school teacher on science learning in regional I and regional II Tanantovea sub district was good enough category. The professional competence of certified elementary school teachers on science learning was in good enough category.

Keywords: pedagogic, professional, competence, certified teacher.

Guru sebagai tenaga pendidik

merupakan komponen yang paling

menentukan kualitas pendidikan, karena ditangan gurulah kurikulum dikembangkan dan diaplikasikan. Ditangan guru yang profesional pembelajaran akan menjadi lebih bermakna. Sarana dan prasarana menjadi akan diberdayakan lebih maksimal dan iklim pembelajaran menjadi magnet pemicu pengalaman yang membentuk peserta didik menjadi insan yang berilmu, bertanggung jawab dan mampu menghadapi segala tantangan masa depan. Disamping itu guru adalah pemeran utama dalam proses

peningkatan kualitas pembangunan

pendidikan, khususnya pendidikan formal. Supriadi (1998), mengemukakan bahwa untuk menjadi profesional, seorang guru dituntut memiliki minimal lima hal yaitu (1) mempunyai komitmen pada peserta didik dan proses belajarnya, (2) menguasai secara mendalam bahan/ mata pelajaran yang diajarkan serta cara mengajarnya kepada peserta didik, (3) bertanggung jawab memantau hasil belajar peserta didik melalui berbagai cara evaluasi, (4) mampu berpikir

sistematis tentang apa yang dilakukannya dan belajar dari pengalamannya, dan (5)

seyogyanya merupakan bagian dari

masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya.

Pemerintah memberikan apresiasi yang sangat tinggi terhadap profesionalitas guru yang selama ini diberi julukan pahlawan tanpa tanda jasa. Slogan tersebut sesungguhnya memiliki makna yang sulit diterjemahkan secara verbalitas karena sesungguhnya jasa guru tercermin dari peningkatan sumber daya manusia serta mutu generasi yang kini mampu bersaing di dunia internasional. Salah satu bentuk apresiasi, Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan kebijakan yang dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang antara lain mengatur tentang kesejahteraan guru dan syarat-syarat untuk

mendapatkannya. Perhatian terhadap

peningkatan kesejahteraan guru

(2)

dapat meningkatkan mutu pembelajaran dan mutu pendidikan di Indonesia secara

berkelanjutan. Bentuk peningkatan

kesejahteraan yaitu berupa pemberian tunjangan profesi sebesar satu kali gaji pokok kepada guru yang memiliki sertifikat pendidik.

Berdasarkan pengamatan penulis tentang dampak kebijakan sertifikasi bagi SD

di Kecamatan Tanantovea dalam

meningkatkan standar kompentensi guru tentang pembelajaran sains belum optimal. Peneliti dapat menggambarkan bahwa sertifikasi guru memberi motivasi tersendiri dalam meningkatkan kesejahteraan, belum dalam tataram meningkatkan kompetensi guru itu sendiri. Kemampuan guru SD dalam pembelajaran sains masih perlu ditingkatkan, terutama yang telah lulus sertifikasi ternyata kompetensinya belum maksimal, belum menunjukkan perbedaan kinerja dari guru yang belum tersertifikasi yaitu guru kurang mampu menguasai teori belajar, masih banyak guru yang hanya mencopi dengan silabus dan rencana pembelajaran yang sudah ada sebelumnya, dan guru-guru masih menggunakan proses pembelajaran sains pola lama, yaitu proses pembelajaran satu arah yang didominasi oleh guru yang tidak mengarahkan dan memfasilitasi peserta didik

dalam belajar dan mengembangkan

pembelajaran dari lingkungan dari mana peserta didik belajar.

Metode pembelajaran yang digunakan kebanyakan hanya menggunakan metode ceramah dan masih banyak guru yang tidak menggunakan alat bantu dalam proses pembelajaran. Seharusnya guru yang telah memiliki sertifikat pendidik dalam mengajar banyak menggunakan metode dan media ataupun sumber yang beraneka ragam, sehingga peserta didik tidak merasa bosan dan cenderung pasif dalam kegiatan pembelajaran. Sebagian guru kurang memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran dalam menumbuhkan motivasi, minat, dan kreativitas siswa untuk belajar dan kurang

berusaha untuk mengatasinya, guru kurang memperhatikan setiap siswa yang memiliki keberagaman individual, baik latar belakang

kemampuan, pengetahuan, sikap dan

motivasi belajar siswa. Pendekatan pembelajarannya pendekatan konsep.

Penelitian yang telah dilakukan oleh Rahayu (2012) yang melakukan penelitian

tentang kompetensi pedagogik dan

kepribadian guru biologi bersertifikasi pendidik di SMA 3 Semarang bahwa

kompetensi pedagogik guru dalam

pengelolaan pembelajaran cukup baik tetapi belum optimal dalam mengaplikasikan pengelolaan pembelajaran yang memenuhi standar sains. Proses pembelajaran peserta didik hanya menerima konsep yang diberikan oleh guru tanpa pernah membuktikan konsep tersebut.

Program sertifikasi guru diharapkan menjadi instrumen penting dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran, maka harapannya tentu ketika seorang guru telah mendapatkan sertifikat sebagai seorang

pendidik profesional, dia bisa

mentransformasikan diri menjadi seorang guru yang menunjukkan dan menjaga sikap profesionalismenya dalam melaksanakan tugas kependidikan. Alur sertifikasi guru yang selama ini dilakukan, baik melalui fortopolio maupun diklat belum menjadi jaminan dalam pembelajaran sains di kelas.

Hasil penelitian sebelumnya dilakukan oleh siti Zulkaedah Hasibuan tentang sertifikasi pendidik dan profesionalitas menunjukkan bahwa sertifikasi tidak menjamin tercapainya guru profesional walaupun ada perbedaan terhadap yang belum sertifikasi tetapi belum signifikan.

(3)

METODE

Jenis penelitian ini adalah kualitatif, pendekatan penelitian adalah deskriptif kualitatif dan metode penelitian adalah survey. Subyek penelitian yakni 16 orang guru SD yang tersertifikasi mengajar pelajaran sains berada di Wilayah I dan Wilayah II Kecamatan Tanantovea.

Penelitian ini akan menganalisis satu variabel (variabel tunggal), yaitu Profesionalisme guru tersertifikasi yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan

pembelajaran yaitu: (1) mengenal

karakteristik peserta didik, (2) menguasai

teori belajar dan prinsip-prinsip

pembelajaran, (3) pengembangan kurikulum, (4) kegiatan pembelajaran yang mendidik, (5) memahami mengembangkan potensi peserta didik, (6) komunikasi dengan peserta didik, (7) penilaian dan evaluasi, (8) penguasaan materi, struktur, konsep, dan pola fikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran

yang diampu, dan (9) mengembangkan keprofesian melalui tindakan reflektif.

Sugiyono (2009) menyatakan bahwa jenis dan sumber data dalam penelitian adalah subjek dari data yang dapat diperoleh. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu angket observasi, wawancara dan data skuender yaitu dokumen.

Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini sebagaimana

yang dikemukakan oleh Miles dan

Humberman dalam Basrowi dan Suwandi (2008) yaitu (1) reduksi data; (2) penyajian data; dan (3) penarikan kesimpulan (verifikasi).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kompetensi Pedagogik Guru SD

Tersertifikasi pada Pembelajaran Sains Hasil analisis angket kompetensi padagogik dapat dilihat pada Tabel 1.

No Indikator Kompetensi Pedagogik Nilai Perolehan

1 Menguasai karakteristik peserta didik 78,13 %

2 Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik

73,83 %

3 Pengembangan kurikulum 83,33 %

4 Memahami kegiatan pembelajaran yang mendidik 73,43 %

5 Memahami dan mengembangan potensi peserta didik 76,11 %

6 Berkomunikasi dengan peserta didik 77,08 %

7 Penilaian dan evaluasi 70,93 %

Rata-rata 76,12 %

Berdasarkan tabel 1 kompetensi pedagogik guru SD yang tersertifikasi pada pembelajaran sains. Menguasai karakteristik peserta didik 78,13% dengan kategori baik, menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip

pembelajaran yang mendidik 73,83%

kategori baik, pengembangan kurikulum 83,33% kategori baik, memahami kegiatan

(4)

No Indikator Kompetensi Pedagogik Nilai Perolehan

1 Menguasai karakteristik peserta didik 48,70 %

2 Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik

47,66 %

3 Pengembangan kurikulum 50,76 %

4 Memahami kegiatan pembelajaran yang mendidik 47,44 %

5 Memahami dan mengembangan potensi peserta didik 48,88 %

6 Berkomunikasi dengan peserta didik 51,04 %

7 Penilaian dan evaluasi 41,56 %

Rata-rata 48,00 %

Berdasarkan tabel 2 kompetensi pedagogik guru SD yang tersertifikasi pada pembelajaran sains. Menguasai karakteristik peserta didik 48,70% dengan kategori cukup baik, menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik 47,66%

kategori cukup baik, pengembangan

kurikulum 50,76% kategori cukup baik, memahami kegiatan pembelajaran yang mendidik 47,44% kategori cukup baik,

memahami dan mengembangkan kompetensi peserta didik 48,88% kategori cukup baik, berkomunikasi dengan peserta didik 51,04% kategori cukup baik, dan penilaian dan evaluasi 41,56% kategori baik.

Kemampuan kompetensi pedagogik

guru SD yang tersertifikasi pada

pembelajaran sains melalui kuesioner dilihat

pada gambar 1.

Kemampuan kompetensi pedagogik guru SD yang tersertifikasi pada pembelajaran sains melalui kuesioner dilihat pada gambar 2.

64 66 68 70 72 74 76 78 80 82 84 86

(5)

Kompetensi pedagogik guru SD yang tersertifikasi pada pembelajaran sains di Wilayah I dan Wilayah II Kecamatan Tanantovea dengan kuesioner dari tujuh indikator rata-rata 76,12% atau kategori baik, kompetensi pedagogik guru SD yang tersertifikasi pada pembelajaran sains dengan observasi dari tujuh indikator 48 % kategori cukup baik. Dari rata-rata kuesioner dan observasi, indikator penilaian dan evaluasi yang paling belum optimal disebabkan responden dalam melaksanakan penilaian tidak melakukan dengan berbagai teknik dan jenis penilaian hanya pada tes tertulis dan penugasan, selain itu masih banyak responden yang tidak menganalisis penilaian untuk mengidentifikasikan topik/kompetensi dasar yang sulit sehingga dapat diketahui kelemahan dan kekuatan masing-masing peserta didik untuk dilakukan remedial dan pengayaan.

Hasil penelitian pada indikator memahami karakteristik peserta didik berada pada kategori baik dan cukup baik, guru perlu memahami peserta didik melalui karakteristik peserta didik yang berkaitan dengan aspek intelektual, emosional, moral dan latar belakang peserta didik, hal ini bertujuan agar proses interaksi peserta didik dengan guru terjadi, sehingga tujuan

pembelajaran tercapai sesuai yang

diharapkan. Dalam pelaksanaan

pembelajaran, guru mengidentifikasikan

pengetahuan awal peserta didik, kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal yang telah dimiliki peserta didik.

Indikator penelitian tentang menguasai teori belajar dan prinsip- prinsip pembelajaran yang mendidik berada pada kategori baik dan cukup baik, maka guru sains SD diharapkan dalam melakasanakan pembelajaran sains di kelas guru harus menggunakan berbagai teknik yang dapat memotivasi kemauan belajar peserta didik. Indikator penelitian tentang pengembangan kurikulum sains yang dilakukan guru berada pada kategori baik dan cukup baik, artinya pengembangan kurikulum sains masih perlu disesuaikan dengan kebutuhan lokal, dimana guru dapat mengimplementasikan materi-materi sains ke dalam kehidupan peserta didik.

Indikator penelitian tentang kegiatan pembelajaran yang mendidik berada pada kategori baik dan cukup baik, diharapkan

dalam pembelajaran sains guru

mengkomunikasikan informasi baru sesuai dengan usia dan tingkat kemapuan belajar pesera didik, guru banyak memberikan kesempatan bertanya kepada peserta didik, melakukan praktek, dan menggunakan berbagai alat bantu yang dapat memotivasi belajar peserta didik untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Indikator penelitian

memahami dan mengembangkan potensi pesrta didik berada pada kategori baik dan

0 10 20 30 40 50 60

(6)

cukup baik, diharapkan dalam pembelajaran sains guru dapat melaksanakan pembelajaran

dengan menggunakan berbagai model

pembelajaran yang dapat mengembangkan kreativitas peserta didik. Guru harus terampil menggunakan metode pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan karakteristik pembelajaran serta situasi pada saat materi pelajaran yang disajikan. Indikator komunikasi dengan peserta didik peserta didik berada pada kategori baik dan cukup baik, diharapkan guru dapat berinteraksi dengan peserta didik dengan mengajukan pertanyaan untuk mengetahui pemahaman, menjaga partisipasi dengan peserta didik, menanggapi pertanyaan peserta didik dengan benar dan menghilangkan kebingunagan peserta didik.

Kompetensi pedagogik guru SD

tersertifikasi pada pembelajaran sains DI Wilayah I dan wilayah II Kecamatan tanantovea cukup baik disebabkan oleh kurangnya kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran sains, metode yang digunakan masih banyak metode ceramah, penggunaan teknologi dalam hal ini media kurang dipergunakan sehingga proses belajar mengajar tidak efektif dan tidak efisien. Pembelajaran sains lebih menekankan pada penguasaan fakta dan konsep, yang menjadi bahan hafalan bagi peserta didik. Pembelajaran sains bahkan dilaksanakan dalam bentuk latihan-latihan penyelesaian soal-soal semata dalam rangka mencapai target nilai tes tertulis evaluasi hasil belajar sebagai ukuran utama dalam kesuksesan mengelola pembelajaran. Pembelajaran yang menekankan pada penguasaan sejumlah konsep dan kurang menekankan pada penguasaan kemampuan dasar kerja ilmiah atau keterampilan proses, akhirnya guru tidak terlalu terdorong untuk menghadirkan fenomena-fenomena alam melalui alat peraga sederhana kedalam pembalajaran sains.

Hal ini sesuai dengan pendapat Asmani (2009) bahwa pada diri guru perlu

ditumbuhkan kesadaran penguasaan

terhadap perkembangan peserta didik, teknik evaluasi, penguasaan terhadap model-model dan metode pembelajaran, disamping penguasaan mata pelajaran dan iptek yang berkaitan dengan pengajaran. Selanjutnya responden dalam pembelajaran sains metode yang sering digunakan adalah ceramah, belum mampu menetukan metode yang digunakan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Schramm dalam Suwarna (2005) mengatakan bahwa, sebelum melakukan proses belajar mengajar (PBM) seorang guru harus menentukan metode yang akan digunakan agar tujuan pembelajaran yang telah disusun dapat tercapai, pemilihan metode yang akan digunakan harus sesuai dengan tujuan dan sifat materi yang akan menjadi obyek pembelajaran.

Sudjana (2004) berpendapat, ada beberapa kualifikasi yang harus dipenuhi oleh seorang guru, yakni: Pertama, mengenal dan memahami karakteristik siswa seperti kemampuan, minat, motivasi, dan aspek kepribadian lainnya. Kedua, menguasai bahan pelajaran dan cara mempelajari bahan pelajaran. Ketiga, menguasai pengetahuan tentang belajar dan mengajar seperti teori-teori belajar, prinsip-prinsip belajar, teori-teori pengajaran, prinsip-prinsip mengajar, dan model-model pengajaran. Keempat, terampil

membelajarkan siswa, termasuk

(7)

profesinya. Ketujuh, bersikap positif terhadap tugas profesinya.

Kemampuan penguasaan kompetensi pedagogik oleh guru tersertifikasi akan

sangat memungkinkan guru tersebut

menjalani aktivitas mengajarnya dengan lebih baik, penggunaan metode pembelajaran yang lebih variatif, penggunaan model pembelajaran yang baik, pemanfaatan media pembelajaran yang sesuai, pengelolaan penilaian yang obyektif. Kompetensi pedagogik selayaknya dimiliki oleh guru

tersertifikasi untuk menepis anggapan negatif bahwa guru sesudah tersertifikasi tidak ada

bedanya dengan guru yang belum

tersertifikasi hanya mengajar tanpa didukung cara mengajar yang baik.

Kompetensi Profesional Guru SD Tersertifikasi pada Pembelajaran Sains

Hasil analisis angket kompetensi profesional dapat dilihat Tabel 3.

No Indikator Kompetensi Profesional Nilai Perolehan 1 Penguasaan materi, struktur, konsep, dan pola fikir keilmuan

yang mendukung mata pelajaran yang diampu

73,44 %

2 Mengembangkan keprofesian melalui tindakan reflektif 58,59 %

Rata-rata 66,02 %

Berdasarkan tabel 3 kompetensi profesional guru SD yang tersertifikasi pada pembelajaran sains, penguasaan materi, struktur, konsep, dan pola keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampuh

73,44% kategori baik dan mengembangkan keprofesian melalui tindakan reflekti 58,59% kategori cukup baik. Hasil analisis observasi profesional dapat dilihat pada Tabel 4.

No Indikator Kompetensi Profesional Nilai Perolehan

1 Penguasaan materi, struktur, konsep, dan pola fikir keilmuan

yang mendukung mata pelajaran yang diampu

40,63 %

2 Mengembangkan keprofesian melalui tindakan reflektif 51,30 %

Rata-rata 45,97 %

Berdasarkan tabel 4 kompetensi profesional guru SD yang tersertifikasi pada pembelajaran sains, penguasaan materi, struktur, konsep, dan pola keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampuh

40,63% kategori kurang dan

mengembangkan keprofesian melalui

tindakan reflekti 51,30% kategori cukup baik. Kemampuan kompetensi profesional

guru SD yang tersertifikasi pada

pembelajaran sains melalui kuesioner dapat dilihat pada Gambar 3.

0 10 20 30 40 50 60 70 80

(8)

Kemampuan kompetensi profesional

guru SD yang tersertifikasi pada

pembelajaran sains melalui observasi dapat

dilihat pada Gambar 4.

Kompetensi profesional guru SD tersertifikasi pada pembelajaran sains di Wilayah I dan Wilayah II Kecamatan Tanantovea rata-rata dengan kuesioner

76,12% kategori baik. Kompetensi

profesional guru SD tersertifikasi pada pembelajaran sains di Wilayah I dan Wilayah II Kecamatan Tanantovea rata-rata dengan observasi 45,97% kategori cukup baik, hal ini disebabkan karena kemampuan guru pada pembelajaran sains sangat terbatas dalam

penguasaan materi sains yang

memungkinkan dapat membimbing peserta didik dalam memenuhi kompetensi yang diharapkan. Proses pembelajaran sains akan berlangsung dengan baik jika seorang guru dapat menguasai materi yang diajarkan kepada peserta didik. Guru berperang sebagai pendorong dan pembimbing bagi peserta didik dalam kegiatan pembelajaran, sedangkan peserta didik dengan kesadaran diri melakukan pembelajaran sains dengan antusias yang tinggi.

Proses pembelajaran sains SD di Wilayah I dan Wilayah II Kecamatan Tanantovea di lakukan oleh guru kelas. Artinya mata pelajaran apapun yang diterima oleh peserta didik dilakukan oleh guru yang

sama. Dengan keadaan demikian

pengetahuan guru tentang mata pelajaran

menjadi serba dasar, begitu juga dengan pembelajaran sains pengetahuan guru masih serba dasar dalam penguasaan pembelajaran. Olehnya itu demi mewujudkan pembelajaran yang menekankan aspek sains perlu adanya pembinaan guru-guru SD terkait dengan peningkatan kompetensi penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam.

Hamalik (2008) menyatakan bahwa

kompetensi profesional yaitu kemampuan guru dalam mengarahkan kegiatan belajar mengajar bagi peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran, untuk itu guru dituntut mampu menguasai materi pelajaran dengan baik. Guru harus meng-update materi pelajaran yang disajikan. Persiapan diri tentang materi pelajaran yang akan disajikan diusahakan dengan jalan mencari informasi melalui berbagai sumber seperti membaca buku-buku terbaru, mengakses dari internet,

selalu mengikuti perkembangan dan

kemajuan tentang materi yang disajikan. Hasil penelitian pada indikator

mengembangkan keprofesian melalui

tindakan reflektif baik dan cukup baik disebabkan karena sebagian responden tidak melakukan evaluasi diri untuk mengetahui keberhasilan dari suatu materi pelajaran, mengikuti pelatihan atau diklat sudah sangat jarang diikuti oleh guru tersertifikasi untuk

0 10 20 30 40 50 60

(9)

menambah pengetahuan. Hal ini relevan dengan penelitian Arfandy (2014), bahwa kompetensi profesional guru yang sudah tersertifikasi baik tingkat SD, SMP, dan SMA belum maksimal, hal ini disebabkan masih banyak guru yang sudah tersertifikasi tidak melakukan evaluasi diri terhadap kinerjanya selama ini, selain itu juga dipengaruhi masih jarang sekali guru melakukan penelitian dan menyusunnya dalam suatu jurnal ilmiah yang dapat menjadi acuan mengajar.

Isjoni (2006) mengemukakan bahwa pengembangan profesional guru harus diakui sebagai suatu hal yang sangat fundamental dan penting guna meningkatkan mutu pendidikan. Pengembangan profesional adalah proses dimana guru meningkatkan dan menggunakan pengetahuan, keterampilan dan nilai secara tepat.

Peningkatan kompetensi guru dapat dilakukan melalui program pelatihan. Pelatihan mengandung makna bahwa setelah mengikuti pelatihan guru akan terdorong motivasinya untuk memperbaiki kinerjanya, serta cara pembelajaran. Pelatihan secara umum diartikan sebagai kegiatan untuk

memperbaiki penguasaan berbagai

keterampilan dan teknik pelaksanaan kerja tertentu dalam waktu yang singkat (Sikula, 1976).

Pengembangan diri yang optimal, maka guru merasa tidak akan tampil lagi sebagai pengajar (teacher), seperti fungsinya yang menonjol selama ini, tetapi beralih sebagai pelatih (coach) dan manajer belajar (learning manager), sebagai pelatih seorang guru akan mendorong peserta didik untuk menguasai alat belajar, memotivasi peserta didik untuk bekerja keras dan mencapai prestasi yang setinggi-tingginya, sebagai manajer belajar, guru akan membimbing peserta didik, mengambil prakarsa, dan mengeluarkan ide-ide yang dimilikinya.

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang kompetensi pedagogik dan profesional guru SD tersertifikasi pada pembejaran sains, maka peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

1) Kompetensi pedagogik guru SD yang tersertifikasi pada pembelajaran sains kategori cukup baik. Dari tujuh indikator

kompetensi pedagogik, indikator

penilaian dan evaluasi belum optimal disebabkan karena guru dalam melakukan penilaian selalu pada akhir pembelajaran yang hanya melihat pada hasil bukan pada proses, penilaian selalu dalam bentuk tes tertulis dan guru tidak melakukan analisis penilaian pada tiap SK/KD.

2) Kompetensi profesional guru SD yang tersertifikasi kategori cukup baik. Dari dua indikator kompetensi profesional

kemampuan guru belum optimal,

disebabkan dalam menyajikan materi peserta didik hanya menerima apa yang diberikan, tanpa melalui pengamatan, analisis, praktek dan menyimpulkan. Dalam pengembangan profesional guru belum optimal dalam melakukan evaluasi diri, memiliki jurnal pembelajaran dan mengikuti pelatihan/diklat.

Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan maka peneliti mengajukan saran-saran sebagai berikut: 1) Disarankan kepada guru tersertifikasi

untuk dapat memahami karakteristik peserta didik berkaitan dengan aspek intelektual, emosional, dan latar belakang peserta didik.

(10)

dengan karakteristik sains dan peserta didik.

3) Disarankan kepada guru tersertifikasi untuk selalu melakukan evaluasi diri, membuat jurnal pembelajaran, dan senantiasa ikut pelatihan/diklat.

4) Disarankan kepada kepala sekolah dapat memantau kinerja guru tersertifikasi di sekolah dan dilakukan evaluasi bersama

dengan guru untuk meningkatkan

profesionalisme guru.

5) Disarankan kepada Dinas Pendidikan Kabupaten Donggala agar secara berkala

dan berkesinambungan memberikan

pelatihan kepada guru SD tersertifikasi khususnya kompetensi pedagogik dan profesional pada pembelajaran sains.

DAFTAR RUJUKAN

Arfandy, H. 2014 Evaluasi Kinerja Guru Pasca Tersertifikasi di Sulawesi Selatan. Jurnal Ilmiah Samkarya Nugraha 20 Maret 2014.

Asmani, J. M. 2009. Kompetensi Guru Menyenangkan dan Profesional. Yogyakarta: Power Books (IHDINA). Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami

Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rhineka Cipta.

Hamalik, O. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Hasibuan, S, Z. 2010. Sertifikasi Pendidik dan Profesionalitas Guru SMKN I Panyambungan Mandailing Natal Sumatera Natal Utara Antara Legalitas

dan Realitas. Tesis. Tidak

dipublikasikan. Yogyakarta: Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga. Isjoni. 2006. Gurukah yang Dipersalahkan?.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rahayu. 2012. Kompetensi Pedagogik dan Kepribadian Guru Biologi Bersertifikat Pendidik di SMA 3 Semarang. Jurnal Unnes 1 (2): 1-8.

Sikula, A. E. 1976. Personnel Administration and Human Resources Management. Santa Barbara: John Wiley & Sons. Sudjana, N. 2004. Dasar-Dasar Proses

Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Bandung: Alfabeta. Supriadi, D. 1998. Mengangkat Citra dan

Martabat Guru. Yogyakarta: Adicita Karya Nusantara.

Suwarna. 2005. Pengajaran Makro:

Pendekatan Praktis Menyiapkan pendidik Profesional. Yogyakarta: Tiara Wicana.

Gambar

tabel 1
gambar 1.
tabel 4
Gambar 4.

Referensi

Dokumen terkait

Eksplan yang berasal dari jaringan meristem seperti daun tembakau yang masih muda lebih mudah tumbuh dan beregenerasi karena memiliki sel-sel yang aktif membelah

Hal ini memberikan arti bahwa variabel-variabel yang mempengaruhi peluang penilaian fasilitas pelayanan bandara secara umum adalah variabel keteraturan kendaraan masuk

Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti melakukan sebuah trobosan dengan melakukan penelitian tindakan kelas dengan tujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran dengan

Suatu penelitian untuk mengetahui efektivitas bakterin bagi pengendalian infeksi bakteri pada farva kepiting bakau (Scylla paramamosarn) dalam pemeliharaan skala massal

Rumah-rum a h yang ter se bar d i Dusun Kuta relatif sama , karena dalam mendirikan rumah mereka terikat oleh aturan adat baik dalam bentuk maupun bahan bangunan

Kegiatan Usaha Pertanian, Perdagangan Umum, Pengangkutan, Perindustrian dan Jasa Atau Pelayanan Jumlah Saham yang ditawarkan 240.000.000 Saham Biasa Atas Nama dengan Nilai

Ber- dasarkan perhitungan risiko realtime , 3 tahun dan 12 tahun pada siswa didapatkan bahwa RQ<1 ar- tinya siswa kelas VIII yang menjadi sampel pene- litian belum memiliki

The similar phenomena are also shown by the CI engine loaded with higher loads (900 W and 1200 W). At low biogas flow rate, the brake thermal efficiency of the CI engine run in